Anda di halaman 1dari 4

a.

Cara Mencapai Keberhasilan Indikator


Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator yang sangat
memerlukan perhatian pemerintah, karena angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi masih
sangat tinggi. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi merupakan tolak ukur atau
indikator bagi kemajuan suatu negara di sektor kesehatan. Angka kematian ibu (AKI)
mencerminkan risiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan sampai dengan paska
persalinan yang dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan
yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan
kelahiran, tersedianya fasilitas dan penggunaan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
prenatal dan obstetri. Tingginya angka kematian ibu menunjukkan keadaan sosial ekonomi
yang rendah dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetri yang
rendah pula. Kematian ibu biasanya terjadi karena tidak adanya akses ke pelayanan kesehatan
yang berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi
oleh terlambatnya mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan.
Untuk mencapai tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu menekan tingginya
AKI dan AKB yang ada diIndonesia, pada tahun 2013 pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan membuat suatu program di puskesmas yang bernama Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki
kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu
hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi, baik yang
datang sendiri atau atas rujukan kader di masyarakat, bidan di desa dan puskesmas, dan
melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani. Pelayanan
yang dapat diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani
kegawatdaruratan ibu dan bayi meliputi :
a. Kemampuan untuk menangani dan merujuk hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia),
b. Tindakan pertolongan distosia bahu,
c. Ekstraksi vakum pada pertolongan persalinan,
d. Perdarahan post partum,
e. Infeksi nifas,
f. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
g. Hipotermia,
h. Hipoglekimia,
i. Ikterus,
j. Hiperbilirubinemia,
k. Masalah pemberian minum pada bayi,
l. Asfiksia pada bayi,
m. Gangguan nafas pada bayi,
n. Kejang pada bayi baru lahir,
o. Infeksi neonatal dan persiapan umum sebelum tindakan kedaruratan obstetri –
neonatal antara lain kewaspadaan universal standar.

Untuk mencapai tujuan MDGs melalui penerapan Puskesmas PONED, terdapat beberapa
indikator yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Indikator Persiapan Puskesmas mampu PONED:
1) Adanya Tim Terlatih PONED bersertifikat dan kompeten
2) Adanya Tim Pendukung PONED
3) Tersedianya sarana, prasarana dan peralatan sesuai standar
4) Tersedianya ruangan untuk: penerimaan pasien, pemeriksaaan,
pelayanan/tindakan dan perawatan di fasilitas rawat inap untuk ibu dan bayinya
5) Tersedianya sarana transportasi rujukan dengan kelengkapannya
6) Tersedianya alat komunikasi dan informasi
7) Tersusunnya rencana kegiatan yang disusun melalui pertemuan LP dan LS, dalam
forum DTPS, yang disertai indikator pencapaiannya
8) Tersedianya biaya operasional dalam jumlah yang memadai
9) Adanya SPO yang disusun Tim PONED dan ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas, dan sudah dikonsultasikan kepada POGI dan IDAI setempat.
10) Adanya MoU antara RS PONEK/RSSIB dengan Dinas Kesehatan Kabupaten,
tentang Pembinaan Teknis PONED oleh RS PONEK, secara berkala dan teratur.
b. Indikator untuk mengukur Kinerja Puskesmas mampu PONED :
1) Cakupan pasien yang dirujuk dari masing-masing wilayah kerja Puskesmas yang
tercakup dalam kluster regional sistem rujukan
2) Cakupan pasien yang dapat ditangani di Puskesmas mampu PONED sesuai
kewenangannya
3) Cakupan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, melalui Puskesmas
mampu PONED
4) Jumlah Rujukan Balik pasien emergensi/komplikasi dari RS PONEK ke
Puskesmas (Puskesmas mampu PONED dan atau Puskesmas jejaring)
5) Jumlah kasus yang dirujuk balik dari Puskesmas mampu PONED

Selain itu, untuk mencapai tujuan bersama dalam tim, diperlukannya kerjasama yang solid
Kerja sama antar individu dalam tim ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
mencapai common goal karena setiap individu memiliki target yang sama. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan bersama adalah Bronkhorst, B., Steijn, B., & Vermeeren, B. (2015):
a. Team spirit/ semangat tim
Salah satu cara yang dapat dilakukan top manager untuk mendorong individu mencapai tujuan
adalah dengan meningkatkan semangat tim/ team spirit. Semangat tim merupakan situasi dimana
setiap individu bekerja sebagai bagian dalam sebuah tim atau organisasi. Kendala yang dapat
ditemui dalam membentuk semangat misalnya adanya individu yang tidak setuju atau tidak cocok
atau sebelumnya pernah mengalami kegagalan atau individu yang tidak dapat bekerja sama dalam
tim karena tidak kenal atau tidak percaya satu sama lain.
b. Persisten dan persuasi
Metode yang sangat baik untuk meyakinkan orang bahwa mereka harus bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang sama adalah dengan meyakinkan mereka bahwa setiap individu dalam
organisasi akan menerima penghargaan/reward baik secara psikologis, emosional, atau melalui
pujian orang lain untuk hasil telah dicapai bersama.
c. Aktivitas team building
Salah satu cara untuk mendorong setiap individu untuk bekerja menuju tujuan yang sama adalah
dengan menempatkan mereka melalui latihan membangun tim. Melalui team building, setiap
orang akan mengenal satu sama lain dengan lebih baik dan akan meningkatkan kedekatan dengan
kegiatan yang mengharuskan mereka untuk bekerja sama sebagai tim daripada terpisah sebagai
individu.
Selain sangat baik untuk dapat mendekatkan orang, team building juga merupakan kesempatan
yang baik bagi Top Manager untuk mengetahui keterampilan individu dalam tim atau organisasi.
d. Interaksi sosial
Interaksi antarindividu dalam tim berhubungan dengan pencapaikan common goal. Memiliki
interaksi sosial yang baik antar kelompok akan membawa suasanya kerja yang nyaman dan
kondusif sehingga mengurangi persaingan kerja dalam bentuk apapun yang akan berrimplikasi
pada pencapaian target atau common goal.
e. Motto dalam tim
Adanya kesamaan motto dalam tim atau organisasi akan mendorong tim untuk bekerja mencapai
tujuan yang sama. Motto juga dapat membawa sikap positif bagi setiap individu dalam berkerja
guna mencapai common goal.

c. Implementasi Cara Mencapai Keberhasilan


Perencanaan dan penentuan tujuan umum/common goal merupakan inti dari keberhasilan
yang dicapai dalam suatu tim, organisasi atau institusi. Untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan, diperlukannya kerjasama dalam tim. Tim PONED sendiri terdiri atas tiga tim,
yaitu tim inti pelaksana, tim pendukung dan tim promosi kesehatan. Pada tim inti, harus
berasal dari tenaga kesehatan terlatih PONED. Pada tim pendukung, harus memiliki krikteria
yang sesuai kemudian diikutkan dalam pelatihan. Sedangkan pada tim promosi kesehatan,
mereka harus dapat melakukan komunikasi dengan baik, sehingga informasi yang
disampaikan akan diserap secara baik oleh pasien ataupun keluarga. Kerjasama ketiga tim
tersebut harus dilakukan dengan baik, mengingat tujuan akhir dari program ini terkait
penurunan AKI dan AKB diIndonesia.
MENGEVALUASI KINERJA PONED DAN UPAYA TINDAK-LANJUTNYA
a. Membandingkan kinerja penyelenggaraan PONED terhadap indikator yang ditetapkan.
b. Menganalisis masalah, menetapkan kesenjangan, mengidentifikasi penyebab dan latar
belakangnya, melakukan review kinerja teknis, non teknis dan manajemen, internal
Puskesmas mampu PONED dan menyusun rencana tindaklanjutnya, termasuk upaya untuk
meningkatkan kemampuan teknis medis, kemampuan KIE/KIPK, kemampuan pemasaran/ PR
dan lainnya.
c. Menginformasikan hasil analisis masalah dalam penyelenggaraan PONED kepada
semua yang terlibat melalui forum Lokakarya Mini Puskesmas bulanan, triwulanan dan
tahunan, dan menyusun rencana perbaikan dan peningkatan kinerjanya
d. Melaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota, dalam
rangka pembinaan manajemennya sekaligus memfasilitasi untuk pembinaan teknis dari RS
Kabupaten, serta upaya untuk meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak terkait.
e. Menginformasikan hasil analisis masalah kepada Puskesmas jejaringnya dan LS terkait
dan masyarakat peduli, dalam forum Lokakarya Mini Lintas Sektoral-Lintas kecamatan;
melibatkan Puskesmas Sekitar dan LS terkait, dalam periode triwulanan dan tahunan.
f. Menyepakati rencana tindak-lanjut dalam upaya perbaikan dan peningkatan kinerja
masing-masing Puskesmas dan penggerakan mitra kerja dalam peran sertanya. Atas
kebutuhan perbaikan/peningkatan kinerja PONED, dinas kesehatan kabupaten/kota
melaporkan penyelenggaraan PONED secara berkala kepada Provinsi dan Pusat

Anda mungkin juga menyukai