Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

Selenium sebagai Terapi Oftalmopati


Graves Derajat Ringan
Laura Agnestasia Djunaedi,* Ferdy Iskandar,* Cisca Kuswidyati**

*Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya,


Jakarta, Indonesia,
**Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Indonesia Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

Abstrak
Oftalmopati Graves (OG) merupakan manifestasi ekstra-tiroid
tersering dari penyakit Graves. Sebanyak lebih dari 50% penderita
Graves akan mengalami OG, bahkan 10% diantaranya menderita
OG derajat berat. Mekanisme terjadinya OG berhubungan dengan
reaksi autoimun yang sangat kompleks dan dicurigai juga
berhubungan dengan ketidakseimbangan kadar antioksidan serta
oksidan di dalam tubuh. Selain itu, faktor lingkungan (rokok) dan
juga kontrol yang buruk dari penyakit Graves semakin memicu
progresifitas dari oftalmopati.
Salah satu komponen antioksidan yang paling banyak terdapat
pada kelenjar tiroid adalah selenium. Selenium diharapkan dapat
membantu mengatasi OG terutama pada derajat ringan dengan
memperbaiki ketidakseimbangan antara kadar oksidan dan
antioksidan di dalam tubuh. Namun, pemberian selenium tidak
dapat dilakukan secara bebas karena pemberian dalam jumlah
yang tidak tepat dapat memicu timbulnya beberapa jenis kanker
dan juga diabetes mellitus tipe II.
Kata Kunci: oftalmopati graves, selenium, penyakit graves

Korespondensi: Laura Agnestasia Djunaedi


Email: agnestasiadj@hotmail.com

290 J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019


Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

Selenium as a Mild Graves’ Ophthalmopathy Therapy

Laura Agnestasia Djunaedi,* Ferdy Iskandar,* Cisca Kuswidyati**

*Faculty of Medicine, Atma Jaya Catholic University of Indonesia


**Department of Ophthalmology, Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Abstract
Graves ophthalmopathy (GO) is the most common extrathyroid
manifestation of Graves’ disease. More than 50% of Graves’ patients
will experience it, even 10% of them will suffer severe GO. The mechanism
of GO is associated with complex autoimmune reaction and suspected to
be associated with an imbalance levels of antioxidants and oxidants in
the body. Smoking and poor control of Graves’ disease also trigger the
progression of ophthalmopathy.
Selenium is one of the most abundant antioxidant components in the
thyroid gland. Selenium can help overcome mild GO by correcting the
imbalance between oxidant and antioxidant levels in the body.
Nevertheless, selenium cannot be given carelessly because improper
dosing can lead to the several types of cancer as well as type 2 diabetes
mellitus.
Keywords: graves ophthalmopathy, selenium, graves disease

Pendahuluan Patogenesis
Oftalmopati Graves (OG) atau Thyroid Saat ini penelitian terbaru menunjukkan
associated ophthalmopathy (TAO) atau bahwa gangguan regulasi normal dari fibroblas
thyroid eye disease (TED) merupakan orbita merupakan salah satu penyebab utama
manifestasi ekstratiroid tersering dari timbulnya gejala-gejala OG.11 Fibroblas orbita
penyakit Graves. TAO umumnya terjadi pada memiliki keunikan yaitu ikut berperan aktif
penyakit Graves, tetapi dapat juga terjadi dalam meningkatkan proses inflamasi. Hal ini
pada pasien hipotiroid, tiroiditis Hashimoto, dipengaruhi oleh kemampuannya untuk
dan bahkan pasien eutiroid.1-3 Insidens OG mengekspresikan CD40 yang terdapat pada sel
berkisar 16 per 100.000 perempuan dengan B dan kemampuan untuk mengekspresikan
perkiraan prevalensi 0,25%.2,4 Subekti, et al,5 sitokin proinflamasi (IL-6, IL-8, dan
melaporkan prevalensi OG secara klinis di prostaglandin E 2 ). 12,13 Pelepasan sitokin
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) proinflamasi tersebut memicu terbentuknya
pada tahun 2011 adalah 37%. Tingginya glikosaminoglikan, terutama hialuronan dalam
angka OG pada perempuan juga terkait jumlah besar (Gambar 1).9,12 Selain itu, fibroblas
dengan insidens hipertiroid yang lebih tinggi juga dapat berdiferensiasi menjadi sel adiposit
pada perempuan, tetapi OG derajat berat lebih sehingga pada beberapa pasien OG, terutama
banyak terjadi pada laki-laki dengan rasio yang berusia di bawah 40 tahun, mengalami
4:1.4 Insiden tertinggi OG pada perempuan hipertrofi dari jaringan lemak orbita.14
yaitu antara usia 40–44 tahun dan 60–64 Peran autoantigen pada OG juga tidak dapat
tahun, sedangkan pada laki-laki antara usia disingkirkan. Dekatnya jarak antara timbulnya
45–49 tahun dan 65–69 tahun.6-9 OG dengan ditegakkannya diagnosis penyakit
Faktor risiko OG meliputi jenis kelamin Graves dan ditunjang dengan hasil polymerase
perempuan, usia pertengahan, kondisi chain reaction (PCR) yang menemukan reseptor
hipertiroid dan hipotiroid yang tidak thyroid stimulating hormone (TSH) pada
terkontrol, terapi iodin radioaktif, dan jaringan di belakang bola mata menyebabkan
merokok. Merokok meningkatkan risiko OG reseptor TSH menjadi salah satu autoantigen
sebanyak 7–8 kali dan mengurangi efektivitas terkuat penyebab timbulnya OG. Oleh karena itu,
terapi.4,10 keberadaan antibodi terhadap reseptor TSH
dianggap berkorelasi dengan berat ringannya
OG.10

J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019 291


Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

Keadaan stres oksidatif juga ditemukan kadar 8-hidroksi 20-deoksiguanosin (8-OHdG)


pada OG. Berkurangnya enzim yang bersifat sejalan dengan peningkatan skor aktivitas klinis
antioksidan menyebabkan terjadinya yang didapat pada OG. Hal ini semakin
penumpukan radikal bebas yang mengarahkan keterkaitan antara peningkatan
mengakibatkan terjadinya inflamasi dan kadar stres oksidatif dengan timbulnya OG.10
gangguan fungsi dari sel terkait. Peningkatan

Gambar 1. Model Teoritis Patogenesis Oftalmopati Graves (OG)3

Manifestasi Klinis dirasakan pasien adalah penglihatan ganda.


· Neuropati optik yang terjadi karena
Terdapat berbagai jenis tanda dan gejala
pembengkakan dari jaringan orbita menekan
yang dapat menyertai OG, bergantung dari
saraf atau vaskular di daerah puncak orbita.
stadium yang dialami. Secara garis besar
Gangguan awal yang dialami adalah
dapat dibagi menjadi:15
penurunan sensitivitas warna dan lama-
· Keterlibatan jaringan lunak
kelamaan akan terjadi penurunan visus.
o Gejala yang dialami berupa rasa
mengganjal, mata merah, air mata
Diagnosis
berlebih, kelopak mata yang bengkak,
hingga rasa tidak nyaman di area Penegakkan diagnosis gangguan mata akibat
belakang mata. tiroid dapat dilakukan bila terdapat 2 dari 3
o Tanda yang terlihat dapat berupa gejala berikut:14
kemerahan di daerah epibulbar, · Disfungsi kelenjar tiroid akibat autoimun yang
bengkak di sekitar mata, kemosis baru saja terdiagnosis maupun yang sedang
konjungtiva, gangguan produksi air dalam pengobatan.
mata, dan gangguan pada kornea (erosi · Tanda spesifik pada mata (satu atau lebih):
atau infeksi). o Retraksi kelopak mata
· Retraksi kelopak mata atas ataupun bawah o Proptosis
o Tanda Dalrymple: retraksi kelopak yang o Strabismus restriktif
terlihat pada posisi mata menghadap o Neuropati optik kompresi
lurus ke depan. o Edema atau eritema kelopak mata yang
o Tanda Kocher: retraksi kelopak yang fluktuatif
terlihat saat mata melirik ke atas. o Edema konjungtiva
o Tanda von Graefe: retraksi kelopak yang · Gambaran radiologi yang menunjang, berupa
terlihat saat mata melirik ke bawah. pembesaran salah satu dari m. rektus inferior,
· Penonjolan bola mata (proptosis) m. rektus media, m. rektus superior, atau m.
umumnya terjadi secara permanen dan rektus lateralis.
menyebabkan terjadinya retraksi kelopak
mata serta gangguan dari fungsi air mata. Klasifikasi
· Miopati restriktif. Pada fase awal terjadi
Terdapat dua jenis klasifikasi yang tidak
karena edema dari proses inflamasi,
dapat digunakan secara bergantian, yaitu
sedangkan pada fase lebih lanjut terjadi
klasifikasi Clinical Activity Score (CAS) oleh
karena jaringan fibrosis. Keluhan yang
European Group of Graves Orbitopathy

292 J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019


Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

(EUGOGO) dan klasifikasi VISA (vision, o Diplopia konstan atau tidak konstan
inflammation, strabismus, and appearance). · Mengancam penglihatan. Adanya neuropati
Klasifikasi EUGOGO membagi derajat optik atau kerusakan kornea akibat paparan
keparahan penyakit ke dalam beberapa yang terlalu lama. Harus mendapatkan
kategori yang sangat membantu menentukan pengobatan segera.
manajemen pada OG (Tabel 1).16
Terapi Oftalmopati Graves
Tabel 1. Kriteria Clinical Activity Score (CAS) oleh
EUGOGO Terapi OG merupakan multidisipliner antara
ahli oftalmologi, endokrinologi, radiologi,
Penilaian CAS awal optometri, ortoptis, dan dokter umum. Tujuan
1 Nyeri orbita spontan utama terapi adalah mengontrol fungsi tiroid
2 Nyeri orbita yang dipicu dengan pergerakkan bola karena terkait dengan berkurangnya tingkat
mata keparahan OG.4
3 Pembengkakan kelopak mata yang diduga karena Glukokortikoid sistemik, radioterapi orbita,
oftalompati graves aktif hingga pembedahan menjadi pilihan terapi untuk
4 Eritema pada kelopak mata kasus OG derajat berat. OG derajat ringan dapat
membaik secara spontan dan hanya memerlukan
5 Kemerahan pada konjungtiva yang diduga karena
oftalompati graves aktif
terapi lokal untuk mengontrol gejala seperti
pemberian pelumas okular, elevasi kepala
6 Kemosis
(gravitasi memicu menutupnya kelopak mata),
7 Inflamasi pada karankula atau plika menempel kelopak mata menggunakan isolasi
Penilaian CAS setelah dilakukan pemeriksaan saat malam hari, prisma di kacamata (untuk
ulang (1-3 bulan) dapat menambahkan skor 8-10 mengontrol diplopia), kacamata berwarna (untuk
menutup mata), serta kelompok konseling.
Proptosis bertambah sebanyak > 2 mm Strategi wait-and-see dengan observasi hingga
8
9
Pengurangan > 8° kemampuan gerak bola mata gejala memberat dapat menjadi tantangan.
pada salah satu arah Pertama, banyak pasien dengan OG derajat
10 Penurunan tajam penglihatan setara dengan 1 baris ringan mengalami penurunan kualitas hidup,
Snellen yang diperiksa dengan menggunakan kuesioner
general health-related quality-of-life atau Graves
orbitopathy-specific quality-of-life (Go-QOL).
Setiap gejala positif diberikan nilai 1. Kedua, berdasarkan studi dari OG derajat ringan,
Oftalmopati dikatakan aktif apabila nilai pada perbaikan spontan terjadi hanya pada sekitar
pemeriksaan awal > 3/7 atau >4/10 pada 20% pasien, sedangkan 65% tidak mengalami
pemeriksaan ulang.16 perbaikan, dan 15% mengalami perburukan,
Derajat keparahan di klasifikasikan ke sehingga pemberian terapi dapat dibenarkan.
dalam tiga bagian berdasarkan gangguan Terapi yang diharapkan adalah harga terjangkau,
terhadap aktivitas sehari-hari dan juga dapat ditoleransi dengan baik, dan tersedia
rencana pengobatan.1 secara luas. Agen yang berpotensi menghambat
· Ringan. OG dengan dampak minimal mekanisme patogenik yang dipercaya relevan
pada kehidupan sehari-hari, ditandai dengan OG adalah selenium.17
dengan:
o Retraksi kelopak minor (< 2 mm) Terapi Selenium pada Oftalmopati Graves
o Keterlibatan minimal dari jaringan Derajat Ringan
lunak
o Eksoftalmus < 3 mm Komponen Pembentuk Selenium
o Tidak ditemukan diplopia atau Selenium banyak ditemukan di tanah dan
diplopia hanya terjadi sementara juga air. Hal ini menyebabkan kadar selenium
o Keterlibatan kornea yang masih paling banyak ditemukan pada tumbuh-
responsif terhadap lubrikan tumbuhan dan juga hewan laut. Selenium dibagi
· Sedang – berat. Kondisi penglihatan dua bagian, yaitu: (1) selenium inorganik yang
terancam dengan gangguan aktifitas terdiri dari selenit dan selenat; (2) selenium
sehari-hari. Dapat dilakukan pemberian organik yang terdiri dari selenopeptida,
imunosupresan pada kondisi aktif atau selenoprotein, dan asamaminoseleno.18
pembedahan pada kondisi non aktif.
Tandanya berupa: Kinerja Selenium dalam Penyakit Graves
o Retraksi kelopak > 2 mm
Selenoprotein sendiri merupakan gabungan
o Keterlibatan jaringan lunak
antara selenium dengan sistein dengan manfaat:
o Eksoftalmus e” 3 mm

J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019 293


Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

· Sebagai enzim antioksidan. H 2 O 2 selenium yang berlebih dapat menyebabkan


merupakan koenzim esensial untuk overdosis selenium, ditandai dengan mual,
pembentukan hormon tiroid dan jumlah muntah, diare, bahkan paralisis atau kematian.20
produksinya berbanding lurus dengan Selain itu, dalam jangka panjang jumlah
stimulasi dari TSH. Dalam keadaan selenium yang berlebih dapat memicu terjadinya
normal, jumlah H 2O2 yang diproduksi diabetes mellitus tipe II. Suplementasi tambahan
lebih banyak dibandingkan kebutuhan selenium tidak perlu diberikan apabila kadar
untuk proses iodinisasi. Sisa dari H2O2 selenium di dalam plasma > 122 µg/L.12
tersebut kemudian akan menjadi radikal Pemeriksaan kadar selenium penting
bebas di dalam tubuh yang menyebabkan dilakukan sebelum dimulainya pemberian
terjadinya kematian sel, kerusakan dari suplementasi selenium tambahan. Berbagai
DNA, dan juga menganggu hormon tiroid pemeriksaan yang dapat digunakan untuk
yang tersimpan di dalam lumen folikel. mengetahui kadar selenium di dalam plasma,
Oleh karena itu, H2O2 yang berlebih harus serum, atau bahkan di dalam jaringan seperti
segera dinetralisasi keberadaannya dan ginjal, urine, rambut, dan kuku sebagai berikut:19
selenoprotein yang merupakan salah satu · Spektroskopi serapan atom untuk
pembentuk utama glutation peroksidase menganalisis konsentrasi analit (selenium)
memiliki efek protektif tersebut.19 dalam sampel (urine, darah, serum).
· Regulator fungsi tiroid dan juga hormon · Spektroskopi serapan atom elektrotermal
tiroid. Proses pembentukkan hormon adalah jenis spektrometri yang
tiroid membutuhkan selenoprotein menggunakan graphite-coated furnace
sebagai enzim deiodinase (D1, D2, dan untuk menguapkan sampel. Kinerja lainnya
D3). Perubahan T4 menjadi hormon aktif serupa dengan spektroskopi serapan atom.
T3 diperantai oleh D1 atau D2, · Analisis automatis menggunakan
sedangkan D1 dan D3 dapat juga hidrokperoksida tet-butirat dapat dipakai
membuat T3 menjadi inaktif.20 untuk mengetahui kadar aktivitas glutation
peroksidase di dalam darah maupun plasma.
Kinerja Selenium pada Oftalmopati Hingga saat ini, pemeriksaan selenium melalui
Graves serum menggunakan teknik spektroskopi
serapan atom merupakan teknik pemeriksaan
Proses autoimun pada penyakit Graves
yang paling sering digunakan.
salah satunya disebabkan oleh hilangnya
toleransi sel T terhadap reseptor TSH. Hal ini
Dosis dan Lama Penggunaan Selenium pada
selanjutnya menyebabkan terjadinya sekresi
Oftalmopati Graves
antibodi terhadap reseptor TSH oleh sel B.
Antibodi ini kemudian berikatan tidak hanya Pemberian suplementasi selenium sebesar
di tirosit, tetapi juga di fibroblas yang terdapat 200 µg/hari dalam dosis terbagi maupun dosis
di orbita. Terikatnya reseptor TSH dengan tunggal dianggap efektif untuk membantu
antibodi TSH pada jaringan fibroblas orbita menurunkan gejala OG derajat ringan.
memicu terjadinya proses inflamasi kronik Pemberian harus dilakukan dalam waktu
yang berujung pada pembengkakan jaringan panjang, antara 3–6 bulan untuk mencapai kadar
orbita. Selain itu, ikatan tersebut juga terjadi selenium di dalam plasma yang stabil. Namun,
di jaringan preadiposit sehingga suplementasi ini hanya memberikan dampak
menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan signifikan apabila sebelumnya penderita OG
lemak orbita.19 memiliki defisiensi terhadap selenium. 12,17
Keseluruhan hal ini disertai dengan Marcocci, et al, 17 mendapatkan pemberian
radikal bebas dalam jumlah besar suplementasi selenium pada responden yang
menyebabkan terjadinya OG. Selenium berasal dari daerah dengan defisiensi selenium
bekerja dengan mengontrol inflamasi yang dapat membantu untuk mengurangi progresivitas
terjadi akibat ikatan reseptor TSH - antibodi OG sekaligus meningkatkan kualitas hidup.
TSH dan inflamasi akibat kadar radikal bebas Tidak ditemukan adanya overdosis pada
berlebih dalam tubuh, sehingga membantu responden walaupun tidak dilakukan
mengurangi gejala OG, terutama pada derajat pemeriksaan kadar selenium sebelumnya. Oleh
ringan.12,19 karena itu, negara dengan defisiensi selenium
dan sulit melakukan pemeriksaan penunjang
Cara Pemeriksaan Kadar Selenium di dapat memberikan dosis selenium 200 µg/hari
dalam Tubuh pada pasien dengan OG.16,21 Namun, pada daerah
dengan status selenium cukup, pemeriksaan
Pemberian selenium tidak dapat
kadar selenium harus dilakukan terlebih dahulu
dilakukan secara bebas, karena jumlah
karena pemberian suplementasi pada kadar

294 J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019


Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

selenium > 122 µg/L dapat meningkatkan 8. Wiersinga WM, Bartalena L. Epidemiology and
risiko terkena diabetes mellitus tipe 2.12 prevention of Graves ophthalmopathy. Thyroid Off J
Am Thyroid Assoc. 2002 Oct;12(10):855–60.
9. Fatourechi V. Pretibial myxedema: pathophysiology and
Ringkasan treatment options. Am J Clin Dermatol. 2005;6(5):295–
309.
Oftalmopati graves (OG) merupakan 10. Khong JJ, McNab AA, Ebeling PR, Craig JE, Selva D.
manifestasi ekstra-tiroid tersering dari Pathogenesis of thyroid eye disease: review and update
penyakit graves. Terdapat berbagai on molecular mechanisms. Br J Ophthalmol. 2016;142–
50.
mekanisme penyebab OG, salah satunya 11. Bahn RS. Graves ophthalmopathy. N Engl J Med.
ketidakseimbangan kadar antioksidan serta 2010;362(8):726–38.
oksidan di dalam tubuh. Selenium, sebagai 12. Strianese D. Update on Graves disease. Curr Opin
salah satu antioksidan paling banyak di dalam Ophthalmol. 2017;28(5):505–13.
13. Ventura M, Melo M, Carrilho F. Selenium and thyroid
kelenjar tiroid, menjadi salah satu alternatif disease: From pathophysiology to treatment. Int J
terapi terbaru untuk mengatasi OG. Endocrinol. 2017;2017:1–9.
Pemberian suplementasi selenium sebanyak 14. American Academy of Ophthalmology. Basic and
200 µg/hari, setelah dilakukan pengecekan clinical science course (BCSC): Section 7: Orbit,
eyelids, and lacrimal system. USA: AAO; 2014.
kadar selenium, dianggap efektif untuk 15. Bowling B. Kanski’s clinical ophthalmology. 8th ed.
menangani gejala OG derajat ringan. Philadelphia: Elsevier; 2016.
16. Barrio-Barrio J, Sabater AL, Bonet-Farriol E,
Daftar Pustaka Velázquez-Villoria Á, Galofré JC. Graves
Ophthalmopathy: VISA versus EUGOGO
1. Mallika PS, Tan AK, Aziz S, Alwi SS, Chong MS, classification, assessment, and management. J
Vanitha R, et al. Thyroid associated ophthalmopathy. Ophthalmol. 2015;2015:1–16.
Malays Fam Physician. 2009:4(1):8–14. 17. Marcocci C, Kahaly GJ, Krassas GE, Bartalena L,
2. Bahn RS. Graves ophthalmopathy. N Engl J Med. Prummel M, Stahl M, et al. Selenium and the course of
2010:362(8):726–38. mild Graves orbitopathy. N Engl J Med.
3. Smith TJ, Hegedus L. Graves disease. N Engl J Med. 2011;364:1920–31.
2017;375(16):1552–65. 18. Perrone D, Monteiro M, Nunes JC. The chemistry of
4. McAlinden C. An overview of thyroid eye disease. selenium food and nutritional components in focus no
Eye Vision. 2014:1–9. 9 selenium: chemistry, analysis, function and effects.
5. Subekti I. Oftalmopati graves: Perbandingan UK: The Royal Society of Chemistry; 2015. p. 3–15.
karakterisitik klinis, kadar hormon, dan kadar 19. Dharmasena A. Selenium supplementation in thyroid
antibodi reseptor TSH. eJKI. 2018;6(1):33–8. associated ophthalmopathy: an update. 2014;7(2):365–
6. Bartley GB. The epidemiologic characteristics and 75.
clinical course of ophthalmopathy associated with 20. Weeks BS, Hanna MS, Cooperstein D. Dietary selenium
autoimmune thyroid disease in Olmstead County, and selenoprotein function. Med Sci Monit.
Minnesota. Trans Am Ophthalmol Soc. 2012;18(8):127–32.
1994;92:477–588. 21. Mcgregor B. The role of selenium in thyroid
7. Stan MN, Garrity JA, Bahn RS. The evaluation and autoimmunity: A review. JRM. 2015Jan;4(1):83–92.
treatment of graves ophthalmopathy. Med Clin
North Am. 2012 Mar;96(2):311–28.

J Indon Med Assoc, Volum: 69, Nomor: 8, Agustus 2019 295

Anda mungkin juga menyukai