DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan blok
Sistem Gatrointestinal tutorial modul I ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Di dalam pengerjaan makalah ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada:
1. Ns. Lisastri Syahrias S.Kep., M.Kes Selaku dosen tutor Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan
akademik kepada kami.
2. Ns. Herliana Bakri N S.Kep., M.Kes selaku dosen pakar Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
bimbingan akademik kepada kami.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan semuanya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kasus pembelajaran modul I pada blok sistem
Gastrointestinal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Atas
perhatiannya penulis mengucpakan terimakasih.
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
.1 Latar Belakang.........................................................................................1
.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
.1 Skenario....................................................................................................3
.2 Step 1: Identifikasi Masalah.....................................................................3
.3 Step 2: Menetapkan Masalah...................................................................4
.4 Step 3: Analisis Masalah..........................................................................4
.5 Step 4: Skema...........................................................................................6
.6 Step 5: Menetapkan Tujuan Pembelajaran/LO........................................7
2.7 Step 6: Mengumpulkan Sumber Informasi...............................................7
2.7.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal..................7
2.7.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Maag...................................18
Daftar Pustaka...............................................................................................41
PENDAHULUAN
Gastritis merupakan peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksi, perasaan penuh diperut
(tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. Gastritis sering dianggap
penyakit ringan, namun dapat merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko
untuk terkena kaner lambung sehingga menyebabkan kematian.
.1 Skenario
DERITA SI HASAN
Hasan mahasiswa FK UI tahun pertama. Saat ini dia kos di depok, karena orang tuanya
tinggal di kampung. Selama jadi anak kos, pola makan Hasan jadi tidak teratur,
sekarang dia sering mengeluh nyeri pada ulu hati kadang disertai mual dan muntah.
Hasan pernah mengalami konstipasi karena kurang mengkonsumsi makanan berserat,
tapi pernah juga Hasan mengalami diare, namun untunglah tidak sampai harus dirawat
di RS. Suatu sore, sesudah mengikuti kegiatan skills lab. Hasan pulang bersama
temannya melewati sebuah rumah makan. Bau ikan yang sedang digoreng sangat
menggoda Hasan, sehingga terbit air liurnya. Perut Hasan mengeluarkan bunyi hunger
pang karena dia memang belum makan dari tadi pagi. Hasan mengajak temannya
mampir untuk membeli makanan. Dia memesan nasi dengan ikan goreng ditambah
dengan jus jeruk dingin. Temannya mengingatkan agar tidak minum jus jeruk karena
Hasan menderita sakit maag, kata teman Hasan. Bagaimana anda menjelaskan apa yang
dialami oleh Hasan?
6. Ada karena pada kasus klien H ini pola makan dan asupan nutrisi klien H tidak
teratur, sehingga menyebabkan masalah pada pencernaannya meliputi sakit pada ulu
hati, mual muntah, terutama klien H menderita maag.
Konstipasi.
Terasa Anatomi
nyeri Fisiologi
Gangguan pada
Lambung.
Maag Dispepsia
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis (Sodikin, 2012).
2. Tenggorokan (Faring)
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri
dari otot halus).
4. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. 13 Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting :
a) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus 16 besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare (Muttaqin & Kumala, 2011).
Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda- bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum (Sodikin, 2012).
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus (Muttaqin & Kumala, 2011).
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke
dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh 19 darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses
tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat
gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan
sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7- 10 cm dan
berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan
B) Anatomi gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang berada di
intra abdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum.9 Terletak pada
daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri, berbentuk melengkung
seperti huruf “J” dengan mempunyai paries anterior (superior) dan paries
posterior (inferior). Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga
peritoneum dan ditutupi oleh omentum (Sodikin, 2012).
Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik (gambar 1.), yaitu : pars cardiaca,
bagian gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat
ostium cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang
berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi
pada bagian gastroesofageal junction.
1. Histologi gaster
Gaster terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunika mukosa (epitel, lamina
propia, muskularis mukosa), submukosa, tunika muskularis, dan tunika
serosa.12 Mukosa gaster dilapisi oleh epitel kolumner simpleks non goblet,
12 peralihan jenis sel yang sangat nyata terdapat pada celah
gastroesofageal, yaitu dari epitel skuamous simpleks menjadi epitel
kolumner simpleks.
Lamina propia terdiri atas anyaman longgar serta retikuler dan kolagen dan
sedikit sekali elastin. Selain fibroblast, anyaman fibrosa ini mengandung
limfosit, eosinophil, sel mast dan beberapa sel plasma. Disini terdapat
banyak kelenjar. Umumnya terdapat kumpulan kecil-kecil jaringan limfoid.
Submukosa adalah lapis jaringan ikat padat yang cukup tebal dengan berkas
serat kolagen kasar dengan banyak serat elastin. Terdapat banyak sel-sel
limfosit, eosinophil, sel mast dan sel plasma. Sedikit sel adiposa terdapat
disini. Pada lapis ini pula terdapat banyak arteriol, sebuah pleksus venosus
dan jaringan limfe. Tidak dijumpai adanya kelenjar.
Otot dinding lambung dikatakan terdiri dari tiga lapis otot yaitu obliq,
sirkuler, longitudinal, namun lapis-lapis ini saling menyatu pada bidang
temunya dan tidak jelas batas-batasnya. Kontraksi muskularis diatur dengan
amat tepat oleh pleksus saraf otonom di antara lapis-lapis ini. Tunika
Kelenjar gaster dibagi menjadi tiga zona, yaitu kelenjar kardiaka, kelenjar
oksintik, dan kelenjar pilorus. Kelenjar kardiaka berbentuk tubular panjang
yang muncul dari foveola dangkal dalam zona sempit (1-3cm) di sekitar
batas antara esofagus dan gaster. Kebanyakan dari kelenjar kardiaka
(Muttaqin & Kumala, 2011).
B) Patofisiologis
Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan
rasa nyeri yang dialihkan ke epigastirum bagian atas. Reflek-reflek pada
mukosa lambung menyebabkan kalenjer saliva mengeluarkan saliva dalam
jumlah besar dan sering menelan saliva menyebabkan banyak udara yang
berkumpul di lambung. Penggunaan aspirin, alkohol, memakan makanan
yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah yang besar dapat
mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang dapat
menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan
komplikasi yaitu ukak lambung (Guyton dalam Priyanto, 2011)
Hormone gastrin
Peningkatan asam lambung
stimulus sel parietal
Iritasi mukosa lambung
Atrofi gaster/mukosa
menipis kurang informasi nyeri akut aktivitas lambung
meningkat
Kehilangan fungsi
kelenjar fundus kurang pengetahuan kontraksi otot
lambung
Penurunan absorbsi
vitamin B12 ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh masukkan cairan
inadekuat/kehilangan cairan
Anemia pernisiosa
D) Jenis-jenis Gastritis
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
2. Gastritis Kronik
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127),
gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.
E) Penyebab Gastritis
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui
alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata,
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).
2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu
sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada
orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
seperti halnya makanan pedas Mengkonsumsi makanan pedas secara
berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan
usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut
membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).
Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok.
Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti
buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang
banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak
dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang
labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya
kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung
tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke
dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di
ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).
4. Stres
a. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,misalnya
pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung
yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi
sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif
dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah
raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).
b. Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks
empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus
serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung (Anonim, 2010).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau
cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan
yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan
tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Okatviani. 2011).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Okatviani. 2011).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan
lainnya (Okatviani. 2011).
H) Manifestasi Klinis
a) Nyeri perut (abdominal discomfort),
b) Rasa perih di ulu hati,
c) Mual, kadang-kadang sampai muntah,
d) Nafsu makan berkurang,
e) Rasa lekas kenyang,
f) Perut kembung,
g) Rasa panas di dada dan perut,
h) Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
I) Patofisiologis
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
J) Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di
dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar
oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam
dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan
terjadinya muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan.
Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih
dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling
dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi.
L) Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi
terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik
sebagai kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan
besar didasari kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan
alarm adalah:
1. Disfagia,
2. Penurunan Berat Badan (weight loss),
3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia
defisiensi besi,atau fecal occult blood),
4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).
Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk
menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD
(gastroesophageal reflux disease), atau keganasan.
M) Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Jenis pekerjaan :
6. Suku/bangsa :
7. Agama :
1. B1(breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi,disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan,tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda :
a. Hipotensi (termasuk postural)
b. Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
c. Nadi perifer lemah
d. Pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
e. Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
f. Kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas Ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar (Khanza,
2018).
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya
karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang
berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster,
5. Makanan / cairan
Gejala :
a. anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
b. masalah menelan : cegukan
c. nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala:
8. Keamanan
Gejala: alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda: peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis hipertensi portal).
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena
(misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah
kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal)
(Khanza, 2018).
3. Intervensi Keperawatan
BAB III
PENUTUP
.1 Step 7: Kesimpulan
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
semuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung.
Faktor penyebab dari gastritis yaitu: iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Kadar keasaman juga bisa menjadi
pemicu asam lambung naik sehingga bisa mengiritasi dinding lambung. Gastritis terjadi
akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan rasa nyeri yang dialihkan
ke epigastirum bagian atas. Gastritis memilik jenis yaitu: gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung
menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien yang mengalami diagnosa maag
yaitu riwayat sakit/kesehatannya seperti keluhan nyeri ulu hati, perjalanan penyakitnya,
awal dari gejala yang dirasakan klien. Diagnosa yang bisa muncul seperti Nyeri
berhubungan dengan iritasi gastrium. Intervensi yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat salah satunya yaitu Observasi tingkat nyeri klien secara konferhensif baik
meliputi frekuensi, lokasi, intensitas, reaksi.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi sakit maag yaitu: konsumsi
makanan dalam porsi kecil, sehingga beban kerja lambung tidak terlalu berat. Makan
secara perlahan dan kunyahlah makanan hingga halus sebelum menelannya. Hindari
makanan yang mengandung kadar asam tinggi, seperti jeruk dan tomat.
Arcole, Margatan, Kiat Menanggulangi Impotensi dan Ejakulasi Dini, Solo : Aneka,
1996.
Arif, dkk. 2014. Buku Panduan Praktek Laboratorium Keterampilan Dasar Dalam
Keperawatan 2 (KDDK 2). Yogyakarta. Deepublish
http://www.eramuslim.com/konsultasi/thibbun-nabawi/kenali-penyakit-
maaggastritis.htm#.UwtSGeOSzKk
Budhi, Dwi dan Bhekita Suryani. 2012. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakart Timur:
Penerbit Padi.
Gunawan, M. Ricko. 2014. Hubungan pola makan dengan Sindroma Dyspepsia pada
remaja putri. Jurnal Kesehatan vol. 2. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/
article/download/211/150&ved=2ahUKEwjTs66sxo_xAhX0meYKHUXKAAQ
QFjAPegQIBRAC&usg=AOvVaw1J64cGLhiqP1ZS5rXfSk_9. Diakses pada 12
Juni 2021.
Lindseth, N.G (2005) Apendistis. In Gangguan Usus Halus, Price, S.A and Wilson, L.M
(eds) patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6,jakarta:EGC.
Maternity, Dainty, Dkk. 2018. Asuhan kebidanan Neonatys, Bayi, baluta, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: ANDI
http://www.eramuslim.com/konsultasi/thibbun-nabawi/kenali-
penyakitmaaggastritis.htm#.UwtSGeOSzKk. Di akses pada 12 Juni 2021.
Suyono, Slamet. (2001). Buku ajar penyakit dalam II FKUI. Jakarta : Balai Pustaka.