Anda di halaman 1dari 43

MODUL I

BLOK SISTEM GASTROINTESTINAL

DISUSUN OLEH:

KETUA : Cici Anggraeini (51119003)


SCRIBER : Devy Rahmadhani (51119004)
MEMBER : Arie yudha kuncoro (51118001)
Cindy Nanda Rumaya (51119007)
Fuji Tri Purnama (51119009)
Fitri Nur Indriani (51119008)
Plasidia C (51119001)
Muhaimin Fikri (51119013)
Rahul (51119006)
Siti Madina (51118003)
Tesa Hermadianti Putri (51119012)
Yasinta Novita (51119010)
Zamzam As (51119002)

DOSEN TUTOR : Ns. Lisastri Syahrias S.Kep., M.Kes


DOSEN PAKAR : Ns. Herliana Bakri N S.Kep., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

2021

Modul I Blok Gastrointestinal |1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan blok
Sistem Gatrointestinal tutorial modul I ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya.
Di dalam pengerjaan makalah ini melibatkan banyak pihak yang sangat membantu
dalam banyak hal. Oleh sebab itu, kami penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada:
1. Ns. Lisastri Syahrias S.Kep., M.Kes Selaku dosen tutor Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan arahan
akademik kepada kami.
2. Ns. Herliana Bakri N S.Kep., M.Kes selaku dosen pakar Fakultas Kedokteran
Universitas Batam Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan
bimbingan akademik kepada kami.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan semuanya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kasus pembelajaran modul I pada blok sistem
Gastrointestinal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Atas
perhatiannya penulis mengucpakan terimakasih.

Batam, 13 Juni 2021

Modul I Blok Gastrointestinal |2


Daftar isi

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
.1 Latar Belakang.........................................................................................1
.2 Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
.1 Skenario....................................................................................................3
.2 Step 1: Identifikasi Masalah.....................................................................3
.3 Step 2: Menetapkan Masalah...................................................................4
.4 Step 3: Analisis Masalah..........................................................................4
.5 Step 4: Skema...........................................................................................6
.6 Step 5: Menetapkan Tujuan Pembelajaran/LO........................................7
2.7 Step 6: Mengumpulkan Sumber Informasi...............................................7
2.7.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal..................7
2.7.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Maag...................................18

BAB III PENUTUP.......................................................................................40


.1 Kesimpulan...............................................................................................40

Daftar Pustaka...............................................................................................41

Modul I Blok Gastrointestinal |3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:
asinan, cuka, sambal, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan
jumlah penderita gastritis. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara
umum dikenal dengan istilah sakit: maag: atau sakit ulu hati meningkat sangat pesat dan
banyak dikeluhkan masyarakat. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup
yang bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh. Pengetahuan yang salah tentang
makanan yang menaikan asam lambing daoat mengakibatkan terjadinya komplikasi
perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena
gangguan absorbs vitamin B12.

Gastritis merupakan peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor
iritasi dan infeksi. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronik, difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksi, perasaan penuh diperut
(tengah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. Gastritis sering dianggap
penyakit ringan, namun dapat merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko
untuk terkena kaner lambung sehingga menyebabkan kematian.

Tingkat kesadaran masyarakat masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga


kesehatan lambung, padahal gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa. Gastritis merupakan sakit yang
bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu
oleh pola makan yang kurang sesuai.

Modul I Blok Gastrointestinal |4


1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui akan pentngnya menjaga pola makanan dikehidupan
yang sekarang (modern).
2. Untuk mengetahui sebarapa pengaruhnya pola makan dengan gastritis
3. Untuk mengetahui tentang penyakit gastritis
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teoritis penyakit gastritis

Modul I Blok Gastrointestinal |5


BAB II
PEMBAHASAN

.1 Skenario
DERITA SI HASAN
Hasan mahasiswa FK UI tahun pertama. Saat ini dia kos di depok, karena orang tuanya
tinggal di kampung. Selama jadi anak kos, pola makan Hasan jadi tidak teratur,
sekarang dia sering mengeluh nyeri pada ulu hati kadang disertai mual dan muntah.
Hasan pernah mengalami konstipasi karena kurang mengkonsumsi makanan berserat,
tapi pernah juga Hasan mengalami diare, namun untunglah tidak sampai harus dirawat
di RS. Suatu sore, sesudah mengikuti kegiatan skills lab. Hasan pulang bersama
temannya melewati sebuah rumah makan. Bau ikan yang sedang digoreng sangat
menggoda Hasan, sehingga terbit air liurnya. Perut Hasan mengeluarkan bunyi hunger
pang karena dia memang belum makan dari tadi pagi. Hasan mengajak temannya
mampir untuk membeli makanan. Dia memesan nasi dengan ikan goreng ditambah
dengan jus jeruk dingin. Temannya mengingatkan agar tidak minum jus jeruk karena
Hasan menderita sakit maag, kata teman Hasan. Bagaimana anda menjelaskan apa yang
dialami oleh Hasan?

.2 Step 1: Identifikasi Masalah


1. Diare adalah buang air besar yang encer lebih sering terjadi dari biasanya (Saputra,
2014).
2. Skill lab adalah strategi pembelajaran yang berfungsi untuk mempersiapkan
keterampilan klinis, berkomunikasi, pemeriksaan fisik, ataupun tindakan medik dan
prosedur invasif bagi mahasiswa fakultas kedokteran umum/kedokteran gigi selama
jenjang pendidikan sarjana dan sebelum memasuki pendidikan profesi (Arif, 2014).
3. Maag adalah, tukak Lambung (Budhi, 2011).
4. Konstipasi adalah tidak buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau kesulitan
buang air besar (Saputra, 2014).
5. Ulu hati atau epigastrium adalah bagian dari dinding perut di atas pusar (bagian
tengah perut atas) (Maternity, 2018).
6. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Modul I Blok Gastrointestinal |6


7. Makanan berserat adalah makanan yang mengandung serat (khusus dari tanaman
yang menstimulasi gerakan pencernaan untuk mengeluarkan sisa makanan, terdapat
dalam beberapa jenis buah dan sayuran, misalnya kol, selada hijau, padi-padian)
(Setiawan, 2020).
8. Bunyi hunger pang, adalah keadaan ketika lapar, ada zat di otak yang mengaktifkan
keinginan untuk makan. Zat mirip hormone tersebut kemudian mengirim sinyal ke
usus dan lambung. Efeknya, otot dalam sistem pencernaan berkontraksi dan
menyebabkan perut bunyi (Setiawan, 2020).

.3 Step 2: Menentukan Masalah


1. Apa yang menghubungkan pola makan Hasan tidak teratur dengan seringnya dia
mengeluh nyeri pada ulu hati dan kadang disertai mual dan muntah?
2. Apa pengaruh kurangnya mengkonsumsi makanan berserat terhadap tubuh?
3. Apa hubungannya meminum jus jeruk dengan sakit maag?
4. Mengapa penderita maag saat kambuh merasa sesak di ulu hati, padahal yang sakit
adalah lambung?
5. Apakah ada hubungannya sakit yang dialami Hasan sekarang dengan sakitnya
dahulu?

.4 Step 3: Analisis Masalah


1. Pola makan yang tidak teratur dapat membuat lambung lebih sensitif, dan asam
lambung akan meningkat. Produksi asam lambung yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung. Kondisi ini menimbulkan
rasa nyeri pada ulu hati, yang merupakan salah satu gejala sakit maag yang diderita
Hasan.

2. Jika kekurangan asupan serat, gerakan peristaltik pada saluran pencernaan menjadi


lebih lambat. Akibatnya, makanan akan melewati saluran pencernaan dengan lambat.
Gerakan peristaltik saluran cerna yang melambat ini akan menyebabkan banyak gas
“terperangkap” di saluran pencernaan. Masalah lain yang timbul:
a) Sembelit. Gejala sembelit ditandai dengan tinja keras, kering, dan sulit buang air
besar.

Modul I Blok Gastrointestinal |7


b) Gula Darah Tidak Stabil dan Komplikasi Jangka Panjang Pada Pengidap
Diabetes. Dampak kurang serat pada pengidap diabetes dapat menyebabkan si
pengidap untuk mengendalikan gula darah.
c) Kenaikan Berat Badan. Kandungan serat dapat membantu untuk memenuhi rasa
kenyang, sehingga jika mengonsumsi makanan yang rendah serat maka akan
mengonsumsi makanan melebihi yang dibutuhkan oleh tubuh.
d) Mudah Lelah. Dampak kurang serat pada tubuh dapat membuat kamu menjadi
lebih mudah lelah dan juga mual. Konsumsilah makanan yang tinggi protein
dengan mengimbangi konsumsi serat yang cukup.
3. Beberapa jenis jeruk, misalnya jeruk bali, atau jeruk jenis lainnya merupakan buah
klasik yang bisa memicu terjadinya maag. Buah ini mempunyai kadar keasaman
4. yang sangat tinggi sehingga bisa mengiritasi dinding lambung. Karenanya, kadar
asam yang tinggi pada jeruk bisa menyebabkan timbulnya gejala maag, seperti nyeri
atau rasa terbakar di ulu hati, mual, dan perut kembung, terutama bila dikonsumsi
dalam keadaan perut kosong.

5. Alasannya adalah karena otot kerongkongan lemah, akhirnya menyebabkan makanan


dan asam di dalam perut naik dan masuk ke dalam esofagus. Kondisi ini disebut
refluks asam lambung. Ketika asam lambung masuk ke esofagus, ada kemungkinan
cairan tersebut juga masuk ke dalam paru-paru.

6. Ada karena pada kasus klien H ini pola makan dan asupan nutrisi klien H tidak
teratur, sehingga menyebabkan masalah pada pencernaannya meliputi sakit pada ulu
hati, mual muntah, terutama klien H menderita maag.

Modul I Blok Gastrointestinal |8


.5 Step 4: Skema

Pola makan tidak teratur

Sering mengeluh nyeri


Mengeluarkan bunyi Kurang
pada ulu hati kadang
hunger pang. mengkonsumsi
disertai mual dan
makanan berserat.
muntah.

Konstipasi.
Terasa Anatomi
nyeri Fisiologi

Gangguan pada
Lambung.

Maag Dispepsia

Modul I Blok Gastrointestinal |9


.6 Step 5: Menentukan Tujuan Pembelajaran/LO
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi dan fisiologi Sistem
Gastrointestinal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan secara teoritis maag

.7 Step 6: Mengumpulkan Berbagai Sumber Informasi


.7.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Gastrointestinal
A) Anatomi dan Fisiologi sistem Gastrointestinal
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Fisiologi sistem pencernaan atau
sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi
zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Anatomi dan fisiologi sistem pencernaan yaitu :

Gambar Anatomi Sistem Pencernaan

Modul I Blok Gastrointestinal | 10


Gambar Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi
depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis (Sodikin, 2012).

2. Tenggorokan (Faring)

Modul I Blok Gastrointestinal | 11


Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
keatas bagian depan berhubungan 12 dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung,
bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut
nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak
dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring (Sodikin, 2012).

3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah
(campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri
dari otot halus).

4. Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga
bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. 13 Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting :
a) Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

Modul I Blok Gastrointestinal | 12


b) Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein

5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam),
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)


Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)

Modul I Blok Gastrointestinal | 13


Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan 15 (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus
kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam empedu (Muttaqin & Kumala, 2011).

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus 16 besar terdiri
dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri),
kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang
terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare (Muttaqin & Kumala, 2011).

7. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

8. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.

Modul I Blok Gastrointestinal | 14


Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen)
(Sodikin, 2012).

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda- bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum (Sodikin, 2012).

9. Rektum dan Anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan
anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang
dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi
utama anus (Muttaqin & Kumala, 2011).

10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon

Modul I Blok Gastrointestinal | 15


penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri
dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim
pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan
asam lambung (Sodikin, 2012).

11. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis
protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke
dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh 19 darah yang kecil-kecil
(kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung
dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses
tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat
gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

12. Kandung empedu

Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan
sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan.
Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7- 10 cm dan
berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan

Modul I Blok Gastrointestinal | 16


hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2
fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta
bererperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol (Muttaqin & Kumala, 2011).

B) Anatomi gaster
Gaster merupakan bagian dari traktus gastrointestinal pertama yang berada di
intra abdominal, terletak di antara esophagus dan duodenum.9 Terletak pada
daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri, berbentuk melengkung
seperti huruf “J” dengan mempunyai paries anterior (superior) dan paries
posterior (inferior). Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga
peritoneum dan ditutupi oleh omentum (Sodikin, 2012).

Gambar Pembagian daerah anatomi gaster

Gaster terbagi atas 5 daerah secara anatomik (gambar 1.), yaitu : pars cardiaca,
bagian gaster yang berhubungan dengan esofagus dimana didalamnya terdapat
ostium cardiacum. Fundus gaster, bagian yang berbentuk seperti kubah yang
berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi
pada bagian gastroesofageal junction.

Modul I Blok Gastrointestinal | 17


Korpus gaster, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus
sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf
„J‟. Pars pilori, terdiri dari dua bangunan yaitu anthrum pyloricum dan pylorus.
Didalam antrum pyloricum terdapat canalis pyloricus dan didalam pylorus
terdapat ostium pyloricum yang dikelilingi M. sphincter pyloricus. Dari luar M.
sphincter pylorus ini ditandai adanya V. prepylorica (Mayo)

1. Histologi gaster
Gaster terdiri dari beberapa lapisan, yaitu tunika mukosa (epitel, lamina
propia, muskularis mukosa), submukosa, tunika muskularis, dan tunika
serosa.12 Mukosa gaster dilapisi oleh epitel kolumner simpleks non goblet,
12 peralihan jenis sel yang sangat nyata terdapat pada celah
gastroesofageal, yaitu dari epitel skuamous simpleks menjadi epitel
kolumner simpleks.

Gambar Gastroesofageal junction

Mukosa gaster yang kosong mengadakan lipatan-lipatan yang memanjang,


atau rugae, dan akan menjadi rata jika gaster dalam keadaan penuh
sehingga permukaan relatif licin. Namun, bila diamati lebih dekat tampak
alur pola sempit saling berhubungan yang membatasi daerah-daerah
cembung berdiameter 2-4mm. Bila daerah ini diamati dengan pembesaran,
masing-masing ditandai dengan banyak sekali foveola gastrika dangkal.
Pada gambaran histologik, foveola itu tampak sebagai invaginasi tubuler

Modul I Blok Gastrointestinal | 18


epitel permukaan, yang merupakan tempat muara dari kelenjar gaster yang
tubular panjang yang menempati sebagian besar dari mukosa. Mukosa
gaster biasanya ditutupi oleh lapis mukus pelumas yang melindungi epitel
terhadap abrasi oleh makanan.

Lamina propia terdiri atas anyaman longgar serta retikuler dan kolagen dan
sedikit sekali elastin. Selain fibroblast, anyaman fibrosa ini mengandung
limfosit, eosinophil, sel mast dan beberapa sel plasma. Disini terdapat
banyak kelenjar. Umumnya terdapat kumpulan kecil-kecil jaringan limfoid.
Submukosa adalah lapis jaringan ikat padat yang cukup tebal dengan berkas
serat kolagen kasar dengan banyak serat elastin. Terdapat banyak sel-sel
limfosit, eosinophil, sel mast dan sel plasma. Sedikit sel adiposa terdapat
disini. Pada lapis ini pula terdapat banyak arteriol, sebuah pleksus venosus
dan jaringan limfe. Tidak dijumpai adanya kelenjar.

Gambar Gaster dan lapisan ototnya

Otot dinding lambung dikatakan terdiri dari tiga lapis otot yaitu obliq,
sirkuler, longitudinal, namun lapis-lapis ini saling menyatu pada bidang
temunya dan tidak jelas batas-batasnya. Kontraksi muskularis diatur dengan
amat tepat oleh pleksus saraf otonom di antara lapis-lapis ini. Tunika

Modul I Blok Gastrointestinal | 19


serosa merupakan lapisan yang melapisi gaster (Muttaqin & Kumala,
2011).

Gambar Gaster bagian fundus dan korpus potongan transversal

Kelenjar gaster dibagi menjadi tiga zona, yaitu kelenjar kardiaka, kelenjar
oksintik, dan kelenjar pilorus. Kelenjar kardiaka berbentuk tubular panjang
yang muncul dari foveola dangkal dalam zona sempit (1-3cm) di sekitar
batas antara esofagus dan gaster. Kebanyakan dari kelenjar kardiaka
(Muttaqin & Kumala, 2011).

Menghasilkan gastrin, sebuah hormon polipeptida yang merangsang


aktivitas sekresi kelenjar dalam korpus, dan mempengaruhi motilitas gaster.
Kelenjar oksintik merupakan kelenjar fundus dan korpus yang
menghasilkan sebagian besar getah gaster. Satu sampai tujuh kelenjar
muncul dari satu foveola. Kelenjar oksintik meluas ke bawah. Menempati
sebagian besar ketebalan mukosa. Kelenjar oksintik memilik tiga tipe utama
sel, yaitu sel zimogenik (chief cell), sel parietal, dan sel mukus (neck cell).
Sel zimogenik mensekresikan pepsinogen yang akan diubah menjadi pepsin
pada keadaan asam. Sel parietal mensekresikan asam hidroklorida (HCl)
dan faktor intrinsik. Sedangkan sel mukus berfungsi untuk mensekresi
mukus (Muttaqin & Kumala, 2011).

Modul I Blok Gastrointestinal | 20


.7.2 Asuhan Keperawatan Secara Teoritis Maag
A) Pengertian Maag (Gastritis)
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri
yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu
Helicobacter pylori. Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan
pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga
menyebabkan gastritis.

Dari definisi-defeinisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu


peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh
faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan, misalnya telat
makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan yang terlalu banyak
bumbu dan pedas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis
(Sulistyoningsih, 2011)

B) Patofisiologis
Gastritis terjadi akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan
rasa nyeri yang dialihkan ke epigastirum bagian atas. Reflek-reflek pada
mukosa lambung menyebabkan kalenjer saliva mengeluarkan saliva dalam
jumlah besar dan sering menelan saliva menyebabkan banyak udara yang
berkumpul di lambung. Penggunaan aspirin, alkohol, memakan makanan
yang berbumbu secara berlebihan atau dalam jumlah yang besar dapat
mengurangi daya tahan mukosa, ditambah dengan keadaan stres yang dapat
menyebabkan sekresi asam lambung berlebihan dan ini akan menimbulkan
komplikasi yaitu ukak lambung (Guyton dalam Priyanto, 2011)

Proses terjadinya gastritis atau mag yaitu awalnya karena obat-obatan,


alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas yang dapat merusak mukosa

Modul I Blok Gastrointestinal | 21


lambung menggangu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi
kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan
peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi
tersebut adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan
tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan iritasi yang terus
menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan. Masuknya
zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung (Priyanto, 2011)

Modul I Blok Gastrointestinal | 22


C) Pathway
Helicobacter pylori zat-zat korosif stress

Infeksi mukosalambung gangguan difus barrier mukosa stimulus nervus vagus

Reflex enteric dinding lambung

Hormone gastrin
Peningkatan asam lambung
stimulus sel parietal
Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung (gastritis)

Hiperemis ansietas nyeri epigastrum hipotalamus

Atrofi gaster/mukosa
menipis kurang informasi nyeri akut aktivitas lambung
meningkat

Kehilangan fungsi
kelenjar fundus kurang pengetahuan kontraksi otot
lambung

Factor intrinsic masukkan nutrisi inadekuat anoreksia, mual, muntah

Penurunan absorbsi
vitamin B12 ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh masukkan cairan
inadekuat/kehilangan cairan

Anemia pernisiosa

Penurunan volume darah merah kehilangan volume cairan

Penurunan suplai O2 ke jaringan kelemahan fisik intoleransi aktivitas

Modul I Blok Gastrointestinal | 23


(Novianita, 2019).

D) Jenis-jenis Gastritis
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.

Gastritis akut adalah inflamasi mukosa lambung akibat diit sembrono.


Sedangkan menurut Silvia.A. Price dan M. Wilson (1995) Gastritis
superfisial akut merupakan penyakit yang biasa ditemukan biasanya jinak
dan dapat sembuh sendiri merupakan respon mukosa lambung terhadap
berbagai iritan lokal.

2. Gastritis Kronik
Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Menurut Hirlan dalam Suyono (2001: 127),
gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.

Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005: 422), gastritis adalah


suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.

E) Penyebab Gastritis
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif
dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui
alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan
dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata,
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Okviani, 2011).

Modul I Blok Gastrointestinal | 24


Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga
tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung
terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat
mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar
epigastrium (Baliwati, 2004).

2. Jenis Makanan
Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan,
dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu
sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan bergantung pada
orangnya, makanan tertentu dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
seperti halnya makanan pedas Mengkonsumsi makanan pedas secara
berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan
usus untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan
nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut
membuat penderita makin berkurang nafsu makannya. Bila kebiasaan
mengkonsumsi makanan pedas lebih dari satu kali dalam seminggu
selama minimal 6 bulan dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan
iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Okviani, 2011).

Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok.
Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti
buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang
banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak
dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang
labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya
kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung
tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke
dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di
ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).

Modul I Blok Gastrointestinal | 25


3. Porsi Makan
Porsi atau jumlah merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
yang dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang harus makan
makanan dalam jumlah benar sebagai bahan bakar untuk semua
kebutuhan tubuh. Jika konsumsi makanan berlebihan, kelebihannya akan
disimpan di dalam tubuh dan menyebabkan obesitas (kegemukan). Selain
itu, Makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung,
yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun.
Kondisi seperti ini dapat menimbulkan peradangan atau luka pada
lambung (Baliwati, 2004).

4. Stres
a. Stress Psikis
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress,misalnya
pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung
yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
dibiarkan, lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi
sebagian orang, keadaan stres umumnya tidak dapat dihindari. Oleh
karena itu, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara efektif
dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi, istirahat cukup, olah
raga teratur dan relaksasi yang cukup (Friscaan, 2010).

b. Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar, refluks
empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga ulkus
serta pendarahan pada lambung. Perawatan terhadap kanker seperti
kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding
lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan
ulkus peptik. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan
yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung (Anonim, 2010).

Modul I Blok Gastrointestinal | 26


5. Dampak Pola Makan yang Buruk bagi Tubuh
1. Makan tidak teratur
Karena berbagai alasan, makan tidak teratur sering dilakukan. Padahal,
pola makan tidak teratur bisa mengacaukan metabolisme tubuh. Orang
yang makan tidak teratur cenderung mengalami kenaikan berat badan
lebih cepat dan lebih banyak dibanding orang yang makan teratur.
2. Makan larut malam
Tidak ada larangan bagi Anda untuk makan pada jam malam. Namun,
ada efek samping berupa konsumsi kalori berlebihan. Hati-hati, ngemil
dan konsumsi makanan padat sebelum tidur bisa menaikkan berat badan
Anda. Saat Anda makan sebelum tidur, tubuh akan melepaskam insulin
dalam jumlah besar. Insulin inilah yang akan menyimpan makanan yang
Anda konsumsi menjadi lemak.
3. Melewatkan jam makan
Melewati jam makan karena takut gemuk atau tidak sempat bisa
menyebabkan Anda mengalami penurunan gula darah. Banyak orang
kemudian melakukan kompensasi dengan makan lebih banyak pada jam
berikutnya, yang justru akan meningkatkan berat badan.

4. Hubungan Pola Makan Buruk dengan Penyakit Gastritis


Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan
makanan yang dikonsumsi setiap hari(Margatan, 1995). Pola makan terdiri
dari frekuensi makan, waktu makan dan jenis makanan. Pola makan yang
baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan
juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis.
Menurut Yayuk Farida Baliwati (2004), terjadinya gastritis dapat
disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan tidak teratur, yaitu
frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga lambung menjadi
sensitif bila asam lambung meningkat (Gunawan, 2014).

Modul I Blok Gastrointestinal | 27


5. Pola Makan Remaja
Berdasarkan hasil penelitian Frank Gc yang dikutip oleh Moehyi (1992),
mengatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan anak dengan
ukuran tubuhnya. Makan siang dan makan malam remaja menyediakan
60% dari intake kalori, sementara makanan jajanan menyediakan kalori
25%. Anak obes ternyata akan sedikit makan pada waktu pagi dan lebih
banyak makan pada waktu siang dibandingkan dengan anak kurus pada
umur yang sama. Anak sekolah terutama pada masa remaja tergolong pada
masa pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental serta peka
terhadap rangsangan dari luar. Konsumsi makanan merupakan salah satu
factor penting yang turut menentukan potensi pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Jumlah atau porsi makanan sesuai dengan anjuran
makanan bagi remaja menurut Sediaoetama (2004) yang disajikan pada
tabel berikut :

Makan pagi Makan siang Makan malam


06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.0 IB

a. Nasi 1 porsi 100 gr


a. Nasi 1 porsi 100 a. Nasi 2 porsi 200 beras
gr beras gr beras b. Daging 1 porsi 50 gr
b. Telur 1 butir 50 b. Daging 1 porsi 50 gr c. Tahu 1 porsi 100 gr
gr c. Tempe 1 porsi 50 gr d. Sayur 1 porsi 100 gr
c. Susu sapi 200 gr d. Sayur 1 porsi 100 gr e. Buah 1 porsi 100 gr
e. Buah 1 porsi 75 gr f. Susu skim 1 porsi 20
gr
Tabel Jumlah porsi makanan yang dianjurkan pada usia remaja

Modul I Blok Gastrointestinal | 28


F) Definisi Dispepsia
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinisyang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalamikekambuhan.
Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia
terbagi dua, yaitu :
1) Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnyatukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,
radang empedu, dan lain-lain.
2) Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau
gangguan struktur organberdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
dan endoskopi (teropong saluranpencernaan) (Okatviani. 2011).

Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri
atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau
cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola makan
yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-obatan
tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Okatviani. 2011).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Okatviani. 2011).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa
penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan
lainnya (Okatviani. 2011).

Modul I Blok Gastrointestinal | 29


G) Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar asam lambung
lansia biasanya mengalami penuruna hingga 85%.
Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu :
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum,
gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.

Gambar Infeksi bakteri H. Pylori

b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis


antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,
pankreatitis, kolesistitis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung
koroner (Okatviani. 2011).

Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu :


a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual, cepat
kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip
ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.

Modul I Blok Gastrointestinal | 30


Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-kasus
dengan kelainan organik (Panchmatia, 2010).

H) Manifestasi Klinis
a) Nyeri perut (abdominal discomfort),
b) Rasa perih di ulu hati,
c) Mual, kadang-kadang sampai muntah,
d) Nafsu makan berkurang,
e) Rasa lekas kenyang,
f) Perut kembung,
g) Rasa panas di dada dan perut,
h) Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

I) Patofisiologis
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.

J) Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka di
dinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung terpapar
oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan semakin dalam
dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang ditandai dengan
terjadinya muntah darah, di mana merupakan pertanda yang timbul belakangan.
Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam terlebih
dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling
dikuatirkan adalah terjadinya kanker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi.

Modul I Blok Gastrointestinal | 31


K) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang harus bias menyingkirkan kelainan serius, terutama kanker
lambung, sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagian pasien memiliki
resiko kanker yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi.
a. Tes Darah
Hitung darah lengkap dan LED normal membantu menyingkirkan kelainan serius.
Hasil tes serologi positif untuk Helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum
namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan.
b. Endoskopi (esofago-gastro-duodenoskopi)
Endoskopi adalah tes definitive untuk esofagitis, penyakit epitellium Barret, dan
ulkus peptikum. Biopsi antrum untuk tes ureumse untuk H.pylori.

Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk menyingkirkan kausa


organic pada pasien dispepsia. Namun, pemeriksaan H. pylori merupakan
pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus dispepsia baru. Pemeriksaan
endoskopi diindikasikan terutama pada pasien dengan keluhan yang muncul
pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat
badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungkin terdapat
penyakit struktural.

Pemeriksaan endoskopi adalah aman pada usia lanjut dengan kemungkinan


komplikasi serupa dengan pasien muda. Menurut Tytgat GNJ, endoskopi
direkomendasikan sebagai investigasi pertama pada evaluasi penderita dispepsia
dan sangat penting untuk dapat mengklasifikasikan keadaan pasien apakah
dispepsia organik atau fungsional. Dengan endoskopi dapat dilakukan biopsy
mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukosa lambung .
c. DPL : Anemia mengarahkan keganasan
d. EGD : Tumor, PUD, penilaian esofagitis
e. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah
lengkap, laju endap darah, amylase, lipase, profil kimia, dan pemeriksaan ovum
dan parasit pada tinja. Jika terdapat emesis atau pengeluaran darah lewat saluran

Modul I Blok Gastrointestinal | 32


cerna maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan barium pada saluran cerna
bgian atas.

L) Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dyspepsia yang belum diinvestigasi
terutama hasrus ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan organik
sebagai kausa dispepsia. Pasien dispepsia dengan alarm symptoms kemungkinan
besar didasari kelainan organik. Menurut Wibawa (2006), yang termasuk keluhan
alarm adalah:
1. Disfagia,
2. Penurunan Berat Badan (weight loss),
3. Bukti perdarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematochezia, anemia
defisiensi besi,atau fecal occult blood),
4. Tanda obstruksi saluran cerna atas (muntah, cepat penuh).
Pasien dengan alarm symptoms perlu dilakukan endoskopi segera untuk
menyingkirkan penyakit tukak peptic dengan komplikasinya, GERD
(gastroesophageal reflux disease), atau keganasan.

M) Pencegahan
Pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.

N) Asuhan Keperawatan Teoritis Maag


1. Pengkajian
(a) Anamnese meliputi :

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis kelamin :

4. Jenis pekerjaan :

Modul I Blok Gastrointestinal | 33


5. Alamat :

6. Suku/bangsa :

7. Agama :

8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan


rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis,
maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan
memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini (Khanza, 2018).

9. Riwayat sakit dan kesehatan

a) Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan


perut sebelah kanan bawah.
b) Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalanan
penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien,
keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap,
faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit
yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat (Khanza,
2018).

(b) Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)


Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.

1. B1(breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi,disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan,tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguria, gangguan keseimbangan cairan.

Modul I Blok Gastrointestinal | 34


5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan (Khanza, 2018).

(c) Fokus Pengkajian


1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons
terhadap aktivitas)

2. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda :
a. Hipotensi (termasuk postural)
b. Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
c. Nadi perifer lemah
d. Pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
e. Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
f. Kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)

3. Integritas Ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar (Khanza,
2018).

4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya
karena perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang
berhubungan dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster,

Modul I Blok Gastrointestinal | 35


gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda :
a. Nyeri tekan abdomen, distensi
b. Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan,
hipoaktif setelah perdarahan.
c. Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan
atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
d. Haluaran urine : menurun, pekat (Khanza, 2018).

5. Makanan / cairan
Gejala :
a. anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
b. masalah menelan : cegukan
c. nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda: muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah,


dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis).
6. Neurosensi
Gejala: rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
Tanda: tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan
koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).

7. Nyeri / kenyamanan
Gejala:

Modul I Blok Gastrointestinal | 36


a. Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,
perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
b. Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang
dengan antasida (ulkus gaster).
c. Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke
punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal).
d. Tidak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
e. Faktor pencetus: makanan, rokok, alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,


pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

8. Keamanan
Gejala: alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda: peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis hipertensi portal).

9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala: adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang
mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena
(misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah
kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis,
gangguan makan (Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal)
(Khanza, 2018).

Modul I Blok Gastrointestinal | 37


2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri berhubungan dengan iritasi gastrium
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri berhubungan NOC: NIC:
dengan iritasi Setelaah dilakukan 1. Observasi tingkat
gastrium tindakan keperawatan nyeri klien secara
selama 3x24 jam konferhensif baik
kebutuhan nutrisi klien meliputi frekuensi,
dapat terpenuhi dengan lokasi, intensitas,
kriteria hasil: reaksi.
1. Klien mengatakan 2. Observasi tanda-
rasa nyeri tanda vital
berkurang atau 3. Ajarkan teknik
hilang relaksasi nafas
2. Tekanan darah dalam
90/60-140/90 4. Edukasi keluarga
mmHg untuk terlibat dalam
3. Nadi 60- asuhan keperawatan
100x/menit 5. Jelaskan sebab -
4. . Respirasi 16- sebab nyeri kepada
24x/menit klien
5. Nyeri ringan 2- 3 6. Kolaborasi
6. Wajah klien pemberian analgesik
tidak menyeringai
2. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Setelaah dilakukan 1. Awasi masukan dan
kebutuhan tindakan keperawatan haluaran, karakter

Modul I Blok Gastrointestinal | 38


berhubungan dengan selama 3x24 jam dan frekuensi
intake yang tidak kebutuhan nutrisi klien muntah.
adekuat dapat terpenuhi dengan 2. Kaji tandatanda
kriteria hasil: vital.
1. Tidak ada 3. .Ukur berat badan
penurunan berat tiap hari.
badan 4. Kolaborasi
2. Tidak ada mual pemberian
muntah antiemetik pada
keadaan akut.
3. Ketidakseimbanga Setelaah dilakukan 1. Kaji nafsu
n nutrisi kurang tindakan keperawatan makan.klien.
dari kebutuhan selama 3x24 jam 2. Kaji hal-hal yang
berhubungan kebutuhan nutrisi klien menyebabka n klien
dengan intake yang dapat terpenuhi dengan malas makan
tidak adekuat kriteria hasil: 3. Anjurkan klien
untuk makan porsi
1. Nafsu makan baik sedikit tapi sering.
2. Porsi makan 4. Anjurkan dan
dihabiskan ajarkan melakukan
3. Berat badan kebersihan mulut
normal, sesuai sebelum makan.
dengan tinggi 5. Kolaborasi dengan
badan. tim gizi dalam
pemberian TKTP.

BAB III
PENUTUP
.1 Step 7: Kesimpulan

Modul I Blok Gastrointestinal | 39


Kehidupan manusia yang mengarah kepada zaman modern ditandai gaya hidup yang
tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam
lambung, seperti: asinan, cuka, sambal, asam serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol, dapat meningkatkan jumlah penderita gastritis (maag). Pada skenario diatas
mahasiswa Hasan mengalami pola makan yang tidak teratur yang menyebabkan ia sering
mengeluh nyeri hati, mual dan muntah. Hasan juga memiliki riwayat penyakit gastritis
(maag).

Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
semuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung.

Faktor penyebab dari gastritis yaitu: iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola
makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, makan
makanan yang terlalu banyak bumbu dan pedas. Kadar keasaman juga bisa menjadi
pemicu asam lambung naik sehingga bisa mengiritasi dinding lambung. Gastritis terjadi
akibat peradangan pada mukosa lambung yang menimbulkan rasa nyeri yang dialihkan
ke epigastirum bagian atas. Gastritis memilik jenis yaitu: gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung
menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.

Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk pasien yang mengalami diagnosa maag
yaitu riwayat sakit/kesehatannya seperti keluhan nyeri ulu hati, perjalanan penyakitnya,
awal dari gejala yang dirasakan klien. Diagnosa yang bisa muncul seperti Nyeri
berhubungan dengan iritasi gastrium. Intervensi yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat salah satunya yaitu Observasi tingkat nyeri klien secara konferhensif baik
meliputi frekuensi, lokasi, intensitas, reaksi.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi sakit maag yaitu: konsumsi
makanan dalam porsi kecil, sehingga beban kerja lambung tidak terlalu berat. Makan
secara perlahan dan kunyahlah makanan hingga halus sebelum menelannya. Hindari
makanan yang mengandung kadar asam tinggi, seperti jeruk dan tomat.

Modul I Blok Gastrointestinal | 40


Daftar Pustaka
Achmad Djaeni Sediaoetama.2004. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi.edisi
kelima. Jakarta:Dian Rakyat.

Arcole, Margatan, Kiat Menanggulangi Impotensi dan Ejakulasi Dini, Solo : Aneka,
1996.

Arif, dkk. 2014. Buku Panduan Praktek Laboratorium Keterampilan Dasar Dalam
Keperawatan 2 (KDDK 2). Yogyakarta. Deepublish

Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit


Swadaya.

http://www.eramuslim.com/konsultasi/thibbun-nabawi/kenali-penyakit-
maaggastritis.htm#.UwtSGeOSzKk

Budhi, Dwi dan Bhekita Suryani. 2012. Kamus Lengkap Kedokteran. Jakart Timur:
Penerbit Padi.

Gunawan, M. Ricko. 2014. Hubungan pola makan dengan Sindroma Dyspepsia pada
remaja putri. Jurnal Kesehatan vol. 2. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/
article/download/211/150&ved=2ahUKEwjTs66sxo_xAhX0meYKHUXKAAQ
QFjAPegQIBRAC&usg=AOvVaw1J64cGLhiqP1ZS5rXfSk_9. Diakses pada 12
Juni 2021.

Khanza, Ninandita, dkk. 2018. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gastritis.


https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://stikesmukla.ac.id/downloads/makalah/ASU
HAN%2520KEPERAWATAN%2520PASIEN%2520dengan
%2520GASTRITIS.pdf&ved=2ahUKEwjIvcyusvrwAhVXeH0KHTcdD8EQFjA
AegQIBBAC&usg=AOvVaw1SgET95KOJovta-cghN3od. Diakses 3 Juni 2021

Lindseth, N.G (2005) Apendistis. In Gangguan Usus Halus, Price, S.A and Wilson, L.M
(eds) patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6,jakarta:EGC.

Maternity, Dainty, Dkk. 2018. Asuhan kebidanan Neonatys, Bayi, baluta, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: ANDI

Modul I Blok Gastrointestinal | 41


Muttaqinn, A., & Kumala, S. 2011. Gangguan Gastrointestinal aplikasi asuhan
keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Moehyi, S. 1992. Makanan Intitusi dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta.

Novianita, 2019. Konsep Penyakit Gastritis.


http://eprints.umpo.ac.id/5029/3/BAB%20II.pdf. Diakses 12 Juni 2021

Okatviani. 2011. Gangguan system Pencernaan. Jakarta: Penerbit Swadaya.

http://www.eramuslim.com/konsultasi/thibbun-nabawi/kenali-
penyakitmaaggastritis.htm#.UwtSGeOSzKk. Di akses pada 12 Juni 2021.

Priyanto, 2011. “BAB II Tinjauan Teori Gastritis”. Malang:


http://eprints.umm.ac.id/43070/3/jiptummpp-gdl-kathinades-51039-3-babii.pdf
(diakses pada tanggal 8 Juni 2021)
Puteri, Hasanah. 2017. Karya Ilmish tentang Maag.
https://www.academia.edu/8967887/Karya_Ilmiah_tentang_Maag. Di akses
pada 12 Juni 2021.

Saputra, Lyndon. 2014. Kamus Berwarna Kedokteran. Padang: Binarupa Aksara


Publishing.

Setiawan, Ebta. 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/. Diakss 18


April 2021

Sodikin. 2012. Keperawatan Anak: Gangguan pencernaan. Jakarta: EGC.

Suyono, Slamet. (2001). Buku ajar penyakit dalam II FKUI. Jakarta : Balai Pustaka.

Modul I Blok Gastrointestinal | 42


Daftar nama yang mengerjakan revisi
1. Cici Anggraeini (51119003)
2. Cindy Nanda Rumaya (51119007)
3. Devy Rahmadhani (51119004)
4. Fitri Nur Indriani (51119008)
5. Fuji Tri Purnama (51119009)
6. Plasidia C (51119001)
7. Tesa Hermadianti Putri (51119012)
8. Yasinta Novita (51119010)
9. Zamzam As (51119002)
10. Siti Madina (51118003)

Daftar nama yang tidak mengerjakan revisi


1. Muhaimin Fikri (51119013)
2. Rahul (51119006)
3. Arie yudha kuncoro (51118001)

Modul I Blok Gastrointestinal | 43

Anda mungkin juga menyukai