TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Organisasi
inggris bersumber pada perkataan latin organization yang berasal dari kata kerja
secara harfiah organisasi itu berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama
“Organizations are social entities that, are goal- directed, are designed as
deliberately structured and coordinated activity systems, and are linked to the
1
Onong Uchjana Effendy. 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal:114
2
Richard L. Daft, Organization Theory and Design (South-Western: Cengage Learning, 2010).
Hal :11.
pencapaian tujuan, dengan struktur yang dirancang secara sengaja dan
berubah-ubah3.
tujuan yang sama, dengan tugas pokok, fungsi, peran, dan tanggung jawab yang
jelas, yang mematuhi segala aturan dan mengikuti tata cara dan prosedur yang
tujuan organisasi.4
fungsinya. Hal ini akan terlaksana, apabila unsur-unsur kesatuan dapat bekerja,
3
Ashar Sunyoto Munandar. 2006. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia. Hal: 247
4
Mahmudin Yasin. 2012. Membangun Organisasi Berbudaya, Bandung: Mizan Media Utama.
Hal: 7.
baik sebagai bagian tersendiri, maupun dalam hubungan dengan unsur-unsur yang
5
lain atau dalam kesatuan fungsi.
yang bersangkutan.
terdiri dari perilaku yang khusus dan tindakan yang sesuai dengan harapan
5
Samsul Munir Amin. 2013. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. Hal: 132.
menjadikan kebutuhan intrinsik ini mendapat kekuatan motif untuk mencapai
Tujuan merupakan satu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang
akan dicapai. Setiap tujuan disebut sasaran atau target. Setiap organisasi pasti
memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang dapat bersifat kuantitatif maupun
tujuan yang bersifat kualitatif dapat disebutkan sebagai efektivitas dan efisiensi
Tujuan dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka
yang akan atau ingin dilakukan dalam proses berjalannya organisasi tersebut.
Tujuan dari sebuah organisasi sangat mempengaruhi kinerja dari organisasi itu
sendiri ataupun dalam pengembangan sebuah organisasi. Para ahli dalam bidang
1. Tujuan atau Misi umum : Pernyataan luas, atau tujuan dalam skala
6
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Yogyakarta: Penerbit Erlangga.
Hal: 4.
tersebut, biasanya tidak berubah dari tahun ke tahun dan sering menjadi
itu ingin di capai. Merupakan bagian dari tujuan dan misi dari sebuah
organisasi, tujuan seperti ini bisa seperti ini bisa berubah dari tahun ke
3. Tujuan merupakan deskripsi dari apa yang harus dilakukan berasal dari
tujuan, spesifik yang jelas. laporan tugas terukur untuk mencapai tujuan
Pemilihan tujuan dari setiap organisasi sangat penting, karena dengan hal
tersebut, bisa menjadi semangat kerja, dan rasa bertanggung jawab, komitmen dan
motivasi dari setiap anggota dalam sebuah kelompok. Untuk itu tujuan dalam
sebuah organisasi menjadi sangat penting dan harus disosialisasikan pada setiap
fungsi penting yang bervariasi menurut waktu dan keadaan. Berbagai fungsi
Dalam hal ini, fungsi tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan
lingkungan di sekitarnya.
3. Standar Pelaksanaan
Apabila tujuan dinyatakan secara jelas dan dipahami, hal ini akan
4. Sumber Motivasi
memberikan insentif bagi para anggota. Hal ini tampak paling jelas
a. pencapaian tujuan,
lain-lain.
yang matang serta konsep yang jelas tentang tujuan organisasi. Tujuan dari
organisasi yang mempunyai kapasitas dan komitmen yang kuat untuk menetapkan
7
dan mencapai tujuan organisasi.
Dalam hal pencapaian tujuan, suatu organisasi yang berhasil dapat diukur
dengan melihat sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang
7
Ambarwati, Arie. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang: MNC Publishing. Hal: 6-8.
pendek dan jangka panjang yang didekati berdasarkan nilai - nilai bersaing dan
2.1.3. Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ergon” berarti kerja dan
“nomos” berarti hukum alam, dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek
1996).
tersebut menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan antara yang
satu dengan yang lainnya yang dikenal dengan istilah worksystem (Bridger, 2003).
lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan untuk mengurangi tingkat
kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan produktifitas dan efisiensi dalam suatu
proses produksi. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas kerja secara keseluruhan
8
Ambarwati, Arie. 2018. Perilaku dan Teori Organisasi. Malang : Media Nusa Creative
Publishing. Hal : 51-53
menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004). Secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi adalah:
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
tinggi.
menekan angka absensi karyawan, menekan biaya tidak terduga, menekan angka
menjadi tiga tahapan generasi yang berbeda yaitu; (1) Ergonomi berkaitan dengan
makro muncul didorong oleh kegagalan beberapa proses transfer teknologi pada
1991).
diperkenalkan oleh Hal W. Hendrick pada tahun 1980. Cabang ergonomi ini
sistematis untuk analisis, desain, dan evaluasi sistem kerja juga telah muncul dari
pendekatan sistem sosioteknik top-down untuk desain sistem kerja, dan membawa
adalah untuk mengoptimalkan desain sistem kerja dalam hal karakteristik sistem
hanya perlu dilakukan dan dianalisis secara mikro saja, tetapi perlu untuk
perusahaan) yang dikenal dengan ergonomi makro. Ergonomi makro lebih kepada
kerja. Dengan konsep yang ada maka ergonomi makro ini merupakan bidang yang
dapat tercapai jika didalam organisasi itu sendiri terdapat sistem yang baik. Untuk
itu ergonomi makro akan bermanfaat dan dapat berpengaruh terhadap tingkat
pekerjaan dari perspektif sistem dan organisasi, bukan dari tingkat tugas dan sub-
9
Hendrik, Hal W. 2002. Macroergonomics Theory, Methods, And Applications. London: Mahwah.
Hal : 16-17
kehidupan kerja yang tinggi dan memberikan organisasi aspek tradisional kinerja-
faktor dalam sistem kerja dan organisasi kerja. Terjadinya perubahan pada salah
satu elemen sistem kerja akan memengaruhi elemen-elemen yang lain, sehingga
jika semua elemen yang ada tidak dirancang secara sistem, maka akan terjadi
ketidaksesuaian.
produktivitas, efisiensi, dan kualitas. Tujuan yang ingin dicapai oleh ergonomi
tersebut ke level yang lebih bawahnya (mikro) sehingga tercipta sistem kerja yang
harmonis.11
10
Pulat, Babur Mustafa dan David C. Alexander. 1991. Industrial Ergonomics. New York :
Industrial Engineering and Management Press. Hal:275
11
Iridiastadi, Hardianto dan Yassierli. 2016. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya. Hal: 234
Ergonomi makro memiliki beberapa kajian, diantaranya dimensi struktural
sistem kerja dan sistem sosioteknik. Pembahasan untuk kedua kajian tersebut
orang atau lebih yang menjalankan fungsi pada suatu basis yang relatif
Makroergonomi terkait erat (Ingelgård & Norrgren, 2001). Menurut Wu, Chang,
dan Lin (2008), desain struktur sistem kerja dan proses terkait melibatkan
pertimbangan lima faktor sosioteknik utama dari suatu sistem yang berinteraksi
elemen subsistem dalam sistem kerja yang sepenuhnya harmonis sehingga biaya
akibat ketidaksesuaian sistem dapat dikurangi atau dihindari. Semua elemen dari
suatu sistem berinteraksi dan setiap perubahan pada satu subsistem akan
Harvey, 2011).
karyawan, serta kualitas kehidupan kerja dalam suatu sistem kerja. Namun, untuk
digunakan sebagai titik acuan untuk melakukan tinjauan literatur, karena model
et al., 2006; Carayon et al., 2014). Faktor-faktor tersebut meliputi Person, Kondisi
Organisasi, Alat dan Teknologi, Tugas, dan Lingkungan. Dalam tinjauan literatur
ini, seseorang adalah karyawan yang melakukan tugas yang berbeda melalui alat
dan teknologi.
Sistem kerja adalah gabungan dari subsistem yang terdiri dari manusia,
alat, energi, bahan dan informasi yang dikelola dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan berupa produktivitas dan efisiensi yang tinggi (Sutalaksana, 1979). Sistem
kerja harus dirancang sesuai kebutuan dan keterbatasan manusia yang mengacu
pada prinsip fitting the task to the man serta melibatan aspek budaya organisasi
dan teknologi yang digunakan agar dapat terhindar dari dampak negatif seperti
Tayyari and Smith (1997) langkah untuk merancang sebuah sistem kerja adalah;
(1) Menentukan tujuan, yakni output yang hendak dicapai harus terdefinisi; (2)
Menentukan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output yang baik; (3)
(4) Alokasi fungsi, yakni semua tugas dan fungsi harus teridentifikasi untuk
struktur dan proses sistem). Desain pekerjaan mencakup modul kerja, tugas,
dari mesin atau alat. Lingkungan terdiri dari berbagai parameter fisik, seperti
psikososial faktor politik, budaya, dan ekonomi. Desain organisasi dari sistem
12
Hendrik, Hal W. 2002. MACROERGONOMICS THEORY, METHODS, AND APPLICATIONS.
London : Mahwah. Hal : 16-17
kerja terdiri dari struktur organisasi dan proses dimana sistem kerja melakukan
Berikut ini merupakan subsitem yang terdapat dalam sistem kerja menurut
Hendrik (2002) :
1. Desain Pekerjaan
sosial.
psikososial.
4. Lingkungan Eksternal
faktor politik, budaya, dan ekonomi (misalnya, sumber daya bahan dan
Desain organisasi dari sistem kerja terdiri dari struktur organisasi dan
Ketika salah satu struktur atau proses sistem kerja tidak kompatibel
Dengan demikian, kita dapat mengharapkan beberapa kombinasi berikut ini relatif
kurang: (1) produktivitas, (2) kualitas, (3) kecelakaan dan cedera waktu yang
hilang dan kepatuhan terhadap standar dan prosedur keselamatan, dan (4)
motivasi dan aspek terkait dari kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja yang
lanjut, kerugian ini mungkin lebih besar daripada jumlah sederhana dari bagian-
bagiannya.
berupa sistem kerja yang sepenuhnya selaras. Ketika ini terjadi, fungsi sinergis
dapat terjadi, dan langkah-langkah efektivitas organisasi akan jauh lebih besar
kerangka kerja untuk merancang dan memahami organisasi, dan telah diterapkan
dalam praktik sebagai kerangka kerja untuk perubahan organisasi. Dalam definisi
menghasilkan produk atau layanan yang dihargai oleh subsistem lingkungan (di
mana pelanggan merupakan bagiannya). )" (Shani, Grant, Krishman & Thompson,
1992, hlm. 92). Kerangka kerja ini membagi organisasi menjadi tiga subsistem
yang saling bergantung: sosial, teknis, dan lingkungan. Masing-masing harus
elemen manusia dalam organisasi yang mampu berinovasi dan beradaptasi dengan
Pada tingkat makro, subsistem sosial mewakili budaya organisasi dan desain
yang diperlukan untuk memperoleh input, mengubah input menjadi output, dan
Hendrick, 1991).
organisasi, subsistem teknis akan memiliki efek langsung atau tidak langsung
yang berbeda tergantung pada tingkat analisis dalam organisasi. Pada tingkat
diri, dan kontrak psikologis. Pada tingkat unit fungsional atau departemen,
subsistem teknis mempengaruhi struktur peran, tata letak fisik, pola interaksi, dan
organisasi, dan daya saing secara keseluruhan. Oleh karena itu, pada setiap tingkat
analisis subsistem teknis memiliki tipe interaksi yang berbeda dengan subsistem
sosial. Subsistem teknis dipengaruhi oleh subsistem lingkungan pada tingkat
subsistem sosial organisasi melalui seleksi staf (Pasmore, 1988). Memindai dan
berdampak pada arah strategis perusahaan. Manajer tingkat yang lebih rendah
subsistem teknis dan oleh adaptasi terhadap perubahan dalam subsistem sosial.
psikososial
3. Subsistem Lingkungan, berlangsungnya organisasi tergantung pada
kemampuan adaptasi dengan lingkungan eksternal. Jenis-jenis
Menurut Hendrick dan Kleiner dalam Iridiastadi & Yassierli (2017), ada
beberapa metode yang biasa digunakan dalam penelitian ergonomi makro, yaitu:
pekerja.
3. Metode Wawancara
opininya.
keseluruhan.
5. Ergonomi Partisipasi
Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Permasalahan yang diajukan dalam tesis
dilakukan pada Kantor Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Adapun hasil
pelaksanaan tugas dan pekerjaan dengan hasil yang dicapai dan kesesuaian antara
kebijakan dengan pelaksanakan tugas dan pekerjaan pada umumnya sudah sesuai
akan tugas dan fungsinya berperan besar dalam pelaksanaan tugas masing-masing
bidang.
Pendekatan Makro Ergonomi pada Stasiun Kereta Api XYS, Jurnal Teknik
pada Stasiun kereta api dan perbaikan budaya atau kebiasaan penumpang.
usulan perbaikan kondisi fasilitas ruang tunggu secara khusus pada Stasiun kereta
api XYZ yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh pihak manajemen
Pendidikan dalam EDUTE 2015 membahas tentang pendidikan adalah salah satu
pendidikan masih belum mendapat perhatian yang cukup oleh ergonomi, seperti
Tinjauan literatur ekstensif yang disediakan oleh Smith di bidang ini telah secara
mikroergonomis". Ini adalah masalah yang berkaitan dengan fisik lingkungan dan
Karakteristik Organisasi Sistem Kerja Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
sistem kerja pada beberapa UMKM dan menyatakan hasil dari penelitian ini yaitu
pada organisasi sistem kerja UMKM relatif sederhana, dimensi sentralisasi pada
organisasi sistem kerja cukup tinggi, pengambilan keputusan terpusat pada
pemilik.
Pembahasan dalam penelitian ini yaitu mengenai struktur sistem kerja tetapi tidak
menganalis proses sistem kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mengevaluasi karakteristik Ergonomi Makro pada tempat penitipan anak yang ada
di Kota Yogyakarta.
menunjukkan hubungan logis antara faktor atau variabel yang telah diidentifikasi
konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini :
Macro Ergonomics
Organisasi
Menurut Rivai dan Jauvani (2009:127), job design adalah proses penentuan
Organisasi
untuk menentukan hasil yang telah tercapai dalam beberapa kegiatan yang
pegawai harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan
kerja. Hal ini karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri
sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan
Organisasi
aspek struktural dan kultural yang dilakukan oleh para manajer sehingga
organisasi secara khusus berarti desain struktur sistem kerja organisasi dan
proses terkait untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila desain organisasi
terlaksana dengan baik maka sudah pasti tercapailah tujuan suatu organisasi.
Definisi operasional variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel