Bab 1 Dan 2 TAFSIR
Bab 1 Dan 2 TAFSIR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu negara tentu saja membutuhkan suatu penerimaan
pendapatan ke dalam kasnya. Hal ini untuk kesejahteraan negara itu sendiri.
Selama ini yang kita kenal sumber penerimaan negara diantaranya adalah
pajak. Di Negara-negara kaum kapitalis pendapatan dibebankan pada
rakyatnya, yang terkadang sering mencekik warganya. Bahkan Negara jika
tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka mereka melakukan pinjaman
dari luar negeri.
Dalam dunia Islam, Negara memiliki sumber-sumber pendapatannya
tidak dibebankan pada masyarakat sepenuhnya. Negara mengandalkan
sumber daya alam dan potensi lainnya untuk mendapatkan pemasukan.
Disinilah kita akan membahas dari mana saja sumber-sumber pendapatan
Negara itu.
Keuangan publik Islam masa awal telah membedakan sumber-sumber
pendapatan dan keuangan negara (al-mawarid al-maliyyah li al-dawlah).
Berdasarkan perolehannya, sumber-sumber pendapatan negara tersebut
menurut Wahhab Khalaf dapat dikategorikan menjadi dua, yakni yang
bersifat rutin (dawriyyah) dan pendapatan insidental (ghayr dawriyyah).
Pendapatan rutin negara terdiri dari zakat. Dan pendapatan Insidental salah
satunya dapat bersumber dari Ghanimah.
Ghanimah merupakan pendapatan negara yang didapat dari
kemenangan perang. Penggunaan uang yang berasal dari ghanimah ini, ada
ketentuannya dalam Al-Qur'an. Distribusi ghanimah empat perlimanya
diberikan kepada para prajurit yang bertempur (mujahidin), sementara
seperlimanya adalah khums. jadi, Khums adalah satu seperlima bagian dari
pendapatan (ghanimah) akibat dari ekspedisi militer yang dibenarkan oleh
1
syariah, dan kemudian pos penerimaan ini dapat digunakan negara untuk
program pembangunannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pajak/fa’i ?
2. Bagaimana tafsir Al-Quran surat Al-hasyr ayat 7 mengenai pajak/fa’i?
3. Apa pengertian ghanimah?
4. Bagaimana tafsir Al-Quran surat Al- Anfal ayat 41 mengenai ghanimah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pajak/fa’i
2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir Al-Quran surat Al-hasyr ayat 7
mengenai pajak/fa’i
3. Untuk mengetahui pengertian ghanimah
4. Untuk mengetahui bagaimana tafsir Al-Quran surat Al- Anfal ayat 41
mengenai ghanimah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fa’i/Pajak
Kata Fai diambil dari lafal Faa-a yang berarti ”ketika kembali”.
Kemudian berlaku dalam hal harta yang kembali dari orang-orang kafir
kepada kaum muslimin. Sedangkan menurut syara, adalah harta yang berasal
dari orang-orang kafir tanpa melalui pertempuran dan menghalau kuda atau
unta, sebagaimana harta pajak sepersepuluh harta dagangan karena ditinggal
lari oleh pemiliknya. Harta yang didapat dari orang yang tidak beragama
islam dengan jalan damai (tidak berperang), pajak, harta orang murtad,
hadiah.
3
2. Makna Global Ayat
4
(2) Satu bagian untuk kerabat yaitu : Bani Hasyim dan Bani Muthalib,
sebab mereka terlarang menerima zakat sehingga Allah
memberikan hak kepada mereka pada harta Fa’i
(3) Satu bagian untuk anak yatim
(4) Satu bagian untuk orang-orang miskin
(5) Satu bagian lainnya untuk Ibnu Sabil
Adapun setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, dalam satu qaul
(pendapatnya) harta fa’i diberikan kepada orang-orang yang berjihad lagi
menjalani peperangan dbarisan depan, sebab merekalah yang berdiri di
tempat Rasul. Namun, dalam qaul lainnya, harta itu dialokasikan untuk
kepentingan kaum muslimin, yaitu untuk menutupi celah dibagian depan,
menggali sungai, membangun jembatan, dan melakukan hal-hal yang
penting. Ini untuk 4/5 harta fa’i. Adapun bagian yang diperuntukan bagi
beliau dari 1/5 harta fa’i dan ghanimah (harta rampasan perang melalui
peperangan), setelah beliau wafat, harta ini diperuntukan bagi kepentingan
kaum muslimin, dan dalam hal ini tidak ada beda pendapat.
-
“supaya harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang
yang kaya saja diantara kamu”.
Maknanya, Allah mendahulukan hal ini pada harta fa’i agar harta
fa’i ini tidak dibagi oleh para pemimpin, orang-orang kaya, hanya
dikalangan mereka saja tanpa menyertakan orang-orang fakir dan lemah.
Abu Amru bin Al’ala berkata, ad-daulah adalah kemenangan
dalam peperangan, dan yang lainnya, bentuk dalam kalimat tersebut adalah
mashdar. Sedangkan ad-duulah adalah nama bagi seuatu yang diputarkan,
yaitu harta. Begitu juga menurut pendapat Abu Ubaidah, sama seperti
diatas, hanya bedanya, kata ad-duulah adalah perbuatan (yang diputarkan).
Menurut Ash-Shabuni bahwa ulama tafsir berkata, bahwa Nabi
SAW membagikan harta benda rampasan (dari Bani Nadzhir) kepada
kaum Muhajirin, sebab saat itu mereka miskin. Sementara kaum Anshar,
beliau tidak memberi apapun karena mereka kaya. Padahal saat itu
5
sebagian orang Anshar menklaim “kita mempunyai dua bagian harta fa’i
ini” lalu turun firman Allah “apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.
C. Pengertian Ghanimah
6
Yang menjadi sasarannya adalah orang kafir yang bukan dalam wilayah yang
sama (kafir dzimmi), dan harta yang diambil bisa dari harta yang bergerak
atau harta yang tidak bergerak, seperti: perhiasan, senjata, unta, tanah, dll.
Untuk porsinya 1/5 untuk Allah dan Rasulnya, kerabat Rasul, anak yatim, dan
fakir miskin, dan ibn sabil, dan 4/5 untuk para balatentara yang ikut perang.
Kemudian sisanya disimpan di Baitul Mal untuk didistribusikan kemudian.
7
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mut'im bin Jubair dari Bani
Naufal, dia berkata: "Saya dengan Usman bin Affan dari kabilah Bani
Abdisysyam bersama-sama datang kepada Rasulullah saw., lalu kami
bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, engkau telah memberi
ganimah kepada kabilah Bani Muttalib dan membiarkan kami tidak dapat
bagian, padahal kami dengan mereka sederajat?" Rasulullah saw.
menjawab: "Sesungguhnya kabilah Bani Muttalib dan Bani Hasyim
merupakan satu kesatuan." Jawaban Rasulullah ini adalah sebagai sindiran
kepada Bani Syam dan Bani Naufal, bahwa mereka tidak dapat
dipersamakan dengan Bani Muttalib dan Bani Hasyim yang selalu
berjuang mendampingi Rasulullah saw. dan tidak pernah memusuhinya.
Mujahid, seorang ahli tafsir, mengatakan bahwa Allah mengetahui di
antara kabilah Bani Hasyim dan Bani Muttalib banyak yang miskin.
Karena itu mereka diberi bagian dari ganimah, sebab mereka tidak boleh
menerima zakat.
Hari perang Badar ini diberi nama "Hari Furqan" (hari bertemu dua
pasukan), yaitu pasukan Nabi Muhammad saw. bertemu dengan pasukan
Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal dan kawan-kawannya. Hari Furqan
itu ialah hari yang memisahkan antara keimanan dan kekafiran, dan perang
Badar itu adalah kemenangan yang pertama bagi kaum Muslimin terhadap
kaum musyrikin walaupun jumlah mereka tiga kali lipat banyaknya dari
kaum Muslimin. Allah swt. Maha Kuasa atas segala sesuatu, Kuasa
memberi kemenangan kepada kaum Muslimin sesuai dengan janjinya.
8
3. Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Anfaal ayat 41 tentang Ghanimah
Firman Allah:
“Dan anak-anak yatim.”
Yaitu, anak-anak yatim dari kaum muslimin. Para ulama masih
berbeda pendapat, apakah yatim tersebut dikhususkan bagi yang fakir
miskin, ataukah anak yatim secara umum yang mencakup kaya dan
miskin? (Mengenai hal ini) terdapat dua pendapat. Orang-orang miskin
adalah, yang mempunyai kebutuhan dan tidak memiliki sesuatu yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pakaian dan tempat tinggal mereka.
“Jika kalian beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami
turunkan kepada hamba Kami.”
9
mengenai utusan `Abdul Qais, bahwa Rasulullah mengatakan kepada
mereka: “Aku memerintahkan kepada kalian empat perkara dan melarang
kalian dari empat perkara. Aku perintahkan kepada kalian untuk beriman
kepada Allah.” Kemudian beliau saw. bersabda: “Tahukah kalian apakah
yang dimaksud dengan iman kepada Allah itu? Yaitu kesaksian bahwa
tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) melainkan hanya Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah mendirikan shalat, membayar zakat dan
melaksanakan pembagian seperlima dari ghanimah.”
Mengenai firman-Nya
10
Allah swt. mengingatkan akan nikmat dan kebaikan-Nya yang
dikaruniakan kepada makhluk-Nya, di mana Allah telah memisahkan
antara yang haq dan yang bathil pada perang Badar. Diberi nama al-
Furqan, karena Allah Ta’ala pada saat itu meninggikan kalimat iman di
atas kalimat kebathilan. Dan itu merupakan pertempuran yang pertama
kali disaksikan oleh Rasulullah. Para sahabat beliau pada saat itu
berjumlah tiga ratus dan belasan orang, sedangkan orang-orang musyrik
berkisar antara seribu dan Sembilan ratus orang. Dan Allah swt.
menjadikan orang-orang musyrik itu kalah, dari mereka terbunuh tujuh
puluh orang lebih dan sebanyak itu pula yang ditawan.
11
BAB III
KESIMPULAN
Pajak/Fa’i menurut syara adalah harta yang berasal dari orang-orang kafir
tanpa melalui pertempuran dan menghalau kuda atau unta, sebagaimana harta
pajak sepersepuluh harta dagangan karena ditinggal lari oleh pemiliknya.
Dalam QS. Al-Hasyr ayat 7, pokok pembicaraannya seputar hukum fa’i,
cara distribusi harta yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi dalam Al-Quran
dianjurkan supaya diikuti pula oleh yang mengimani Al-Quran, sekaligus
mengingatkan umat dan masyarakat supaya menjauhi aktivitas ekonomi dan
keuangan yang dilarang oleh Rasulullah.
12
13