Ada juga, para opsir di daerah koloninya di Afrika Selatan yang biasa
memainkan permainan tenis meja sebagai hiburan saat waktu senggang
mereka. Meja yang dipakai adalah meja tanpa memiliki ukuran tertentu
dengan sebuah net atau jaring pada bagian tengah-tengahnya, yang dipasang
sejajar dengan ujung meja yang dipakai.
Jaring yang dipakai terbuat dari tali sepatu boat atau atau seperti perban
pembungkus yang diikat ujungnya pada dua buah kursi yang ditempatkan di
kedua sisi bagian tengah meja tersebut. Sementara itu alat pemukul yang
digunakan adalah sebilah kayu yang telah dipotong menurut bentuk sehingga
menyerupai raket yang digunakan seperti saat ini.
Pada saat itu pemukulnya diberi nama Vellum racket, yaitu alat pemukul pada
permainan tenis meja yang mirip alat pemukul pada permainan tenis. Serta
bola yang dipakai adalah bola yang dipakai pada permainan tenis, yakni pukul
memukul secara langsung.
Di akhir tahun 1880, bola karet yang dilapisi dengan kulit yang dirajut diganti
bola celluloid. Pada tahun 1990, permainan tenis meja disempurnakan oleh
beberapa negara Eropa bagian barat. Pada tahun 1903, dibuat suatu
ketetapan atau peringatan kepada para pemain tenis meja atas penggunaan
busana malam bagi pria dan wanita dalam latihannya.
Selain itu, juga diberikan penjelasan dan petunjuk mengenai teknis terperinci
mengenai karet bintik, pegang penhold, dan taktik permainan. kemudian
olahraga permainan ini semakin populer pada tahun 1905, E. C. Goode dari
London mengenalkan raket kepada khalayak dengan permukaan berupa karet.
Atas prakarsa Dr. George Lehmen dari Jerman pada tanggal 15 januari 1926,
terbentu sebuah organisasi Internasional Table Tenis Federation yang
kemudian disingkat ITTF, Hown Ivor Montagu dari Inggris yang menjadi
presiden pertamanya. Negara-negara yang menjadi anggotanya saat itu
adalah:
1. Inggris
2. Polandia
3. Jerman
4. Swedia
5. Perancis
6. Cekoslowakia
7. india, dan
8. Jepang.
1. Denmark
2. Cekoslowakia
3. Austria
4. Inggris
5. Hungaria
6. Jerman
7. Swedia
8. Wales
9. India
Pada tahun 1946, pertama kali diadakan pertemuan umum (general meeting)
selama berlangsungnya kejuaraan dunia ke – 14 di Paris. Pada tahun 1967,
presiden ITTF, Hon Ivor Montagu mengundurkan diri dari presiden ITTF dan
digantikan oleh H. Roy Evans dari Wales. Tahun 1976 bulan Maret, ITTF
mengangkat sekjen profesional yang tidak dipilih oleh general meeting yang
berkantor di St. Leonards On Sea di Inggris.
Secara resmi cabang olahraga tenis meja mulai dipertandingkan pada olimipic
game ke – 24 tahun 1988 Seoul. Akibat pengakuan tersebut, ITTF diharuskan
untuk menambahkan dalam peraturannya yang menyangkut status amatir dan
profesional , yaitu pasal 26 dari Olimpic Charter, yang mana pada peraturan
sebelumnya tidak ada.
Olahraga tenis meja di Indonesia baru dikenal secara umum pada tahun 1930.
Pada waktu itu, permainan tenis meja hanya dilakukan di balai-balai
pertemuan orang Belanda sebagai suatu hiburan rekreasi. Pribumi yang boleh
ikut permainan itu hanya golongan-golongan tertentu, seperti anggota
keluarga pamong dari balai pertemuan tersebut.
Pada tahun 1939, sebelum pecah perang dunia ke-II, tokoh-tokoh tenis meja
mendirikan Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia (PPPSI). Kemudian di
kongresnya yang diadakan di Surakarta tahun 1958, PPPSI mengalami
perubahan nama menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).
PTMSI pada tahun 1960 bergabung menjadi anggota federasi tenis meja Asia,
TTFA (Table Tenis Federation of Asia). Setelah itu tenis meja Indonesia
mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak berdirinya hingga
sekarang. Hal itu dilihat dari munculnya perkumpulan-perkumpulan tenis
meja, serta banyaknya pertandingan tenis meja yang diperlombakan di arena
olahraga tingkat nasional seperti PON, POMDA, dan Porda.
Setelah terdaftar sebagai anggota ITTF pada tahun 1961, Indonesia selalu
diundang pada kejuaraan-kejuaraan resmi tingkat dunia. Selain itu, yang perlu
diketahui dalam perkembangan permainan tenis meja nasional adalah
berdirinya Silatama (Sirkuit Laga Tenis Meja Utama) yang pertama kali digelar
pada awal tahun 1983, hal ini kemudian digelar setiap tiga bulan sekali, serta
Silataruna setiap 6 bulan sekali sejak 1986.
Berikut ini kita akan membahas peraturan permainan tenis meja secara
lengkap.
Meja
Pada meja tempat bermain tenis meja, permukaan berbentuk segi
empat dengan ukuran panjang 2, 74 m dan lebar 1,525 m, tinggi 76 cm di
atas lantai dan harus datar.
Permukaan meja tidak termasuk sisi permukaan meja.
Permukaan meja boleh dibuat dari bahan apa saja, tetapi harus
menghasilkan pantulan sekitar 23 cm dari bola yang dijatuhkan dari
ketinggian 30 cm.
Meja tenis seluruh permukaannya harus berwarna pudar atau gelap dan
garis putih dengan lebar dua cm pada sisi panjang meja 2, 74 m dan tiap
lebar meja 1,525 m.
Permukaan meja dibagi dalam dua bagian yang sama secara vertikal
oleh net paralel dengan garis akhir dan harus melewati lebar permukaan
masing-masing bagian meja.
Untuk permainan ganda, semua bagian meja harus dibagi menjadi 2
bagian yang sama dengan garis tengah berwarna putih selebar 3 mm,
paralel dengan garis lurus sepanjang kedua bagian meja, garis tengah
tersebut harus dianggap menjadi dua bagian kiri dan kanan.
Net
Perangkat net harus terdiri dari net, perpanjangannya dan kedua tiang
penyangga termasuk kedua penjepit yang dilekatkan ke meja.
Net harus terpasang dengan bantuan tali yang melekat pada kedua
ujung tiang setinggi 15,25 cm, batas perpanjangan kedua tiang di setiap sisi
akhir lebar meja adalah 15,25 cm.
Ketinggian sisi atas net secara keseluruhan harus 15,25 cm di atas
permukaan meja.
Dasar net sepanjang lebar meja harus rapat dengan permukaan meja
dan perpanjangan ujung net harus serapat mungkin dengan tiang
penyangganya.
Bola
Bola harus bulat dengan diameter 40 melimeter.
Berat bola harus 2,7 gram.
Bola harus terbuat dari bahan celulos (celluloid) atau sejenis bahan
plastik berwarna putih atau orange, serta tidak mengkilap.
Raket/Bet
Ukuran, berat dan bentuk tidak ditentukan, tetapi daun raket harus datar
dan kaku.
Ketebalan daun raket minimal 85% terbuat dari kayu, dapat dilapisi
dengan bahan perekat yang berserat seperti fiber karbon atau fiber
glass atau bahan kertas yang dipadatkan, bahan tersebut tidak lebih dari
7,5% dari total ketebalan 0,35 mm, yang merupakan bagian yang lebih
sedikit/tipis.
Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi oleh
karet datar maupun bintik, bila menggunakan karet bintik yang menonjol
keluar (karet pletok) maka ketebalan karet termasuk lapisan lem perekat
tidak lebih dari 2 mm, atau jika dilapisi karet lunak (sandwich rubber) atau
spons dengan karet bintik di dalamnya maka ketebalannya tidak lebih dari 4
mm termasuk lem perekat.
– Karet bintik biasa adalah lapisan tunggal yang bukan karet cellular,
sintetik atau karet alam, dengan bintik yang menyebar di permukaan karet
secara merata dengan kepadatan tidak kurang dari 10 per cm² dan tidak
lebih dari 30 per cm².
– Karet lunak (sandwich rubber) adalah lapisan dari karet cellular yang
ditutupi dengan lapisan luar karet bintik biasa. Ketebalan dari akret bintik
tidak lebih tidak kurang dari 2 mm.
Karet penutup daun raket tidak melebihi daun raket itu sendiri, kecuali
pada bagian yang terdekat dari kayu yang dipegang dan yang ditutupi oleh
jari-jari dapat ditutupi olah bahan lain atau tidak ditutupi.
Daun raket, lapisan yang menutupi baik karet atau lemnya harus merata
(tidak bersambung) dan juga ketebalannya.
Permukaan raket yang tidak ditutupi raket pada sisi, harus diwarnai pada
sisi yang tidak ditutupi oleh karet dengan warna pudar, merah atau hitam
(tidak sama dengan warna sebelahnya).
Karet raket yang digunakan harus tanpa perlakuan bahan kimia, berupa
karakteristik karet secara fisik, atau hal lainnya
– Apabila terjadi sedikit penyimpangan atau kekurangan pada warna dan
kesinambungan permukaan akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh
kejadian yang tidak disengaja dapat diijinkan sepanjang tidak merubah
karakteristik dari permukaan raket.
– Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya
selama permainan berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan
raketnya pada lawannya dan pada wasit dan harus mengijinkan wasit dan
lawannya untuk memeriksa atau mencobanya.
Ada berbagai teknik dasar dalam permainan tenis meja yang harus diketahui
dan dikuasai seorang pemain, yaitu;
Bagian depan gagang bed dipegang melingkar oleh ibu jari dan jari
tangan lainnya, jari telunjuk terpisah menahan di belakang bet.
Posisi bet berdiri mengarah ke depan dan ke belakang pemain.
Posisi Tubuh
Hal yang penting dalam teknik permainan tenis meja untuk mengembangkan
permainan adalah penempatan posisi tubuh pada berbagai bentuk pukulan.
Cara menempatkan posisi tubuh adalah sebagai berikut.
Pukulan
Jenis pukulan dalam permainan tenis meja yang akan dibahas yaitu
pukulan forehend dan pukulan backhand.
a. Pukulan Forehand, cara melakukannya yang benar adalah sebagai berikut.
Berdiri di belakang meja menghadap ke arah permainan
Salah satu kaki ditempatkan di depan dan lainnya di belakang
Salah satu tangan memegang bed di samping badan dengan lengan
bawah membentuk sudut 90°
Pukulan dilakukan dengan menggerakkan bet dari belakang ke depan
Bed harus mengenai bola pada saat bola mencapai titik tertinggi.
b. Pukulan Backhand, cara melakukannya adalah sebagai berikut.
Berdiri di belakang meja menghadap ke arah permainan
Salah satu kaki ditempatkan di depan dan kaki lainnya di belakang
Salah satu tangan memegang bed di depan badan dengan lengan atas
membentuk sudut kecil dengan tubuh
pukulan dilakukan dari arah belakang ke arah samping depan
Bed harus mengenai bola saat mencapai titik tinggi.
Kunci Keberhasilan Mendapat Juara pada
Permaianan Tenis Meja
Kunci untuk mendapatkan juara dalam permainan/pertandingan tenis meja
adalah reaksi yang cepat, dan pengendalian gerakan kaki (footwork), serta
tubuh yang baik. Semua itu dapat diperoleh dengan hasil latihan yang rutin
dan sungguh-sungguh.
Peregangan
Peregangan perlu dilakukan sebelum bermain tenis meja. Tujuan peregangan
adalah untuk mengurangi kemungkinan cedera pada otot dan persendian,
untuk menunjang pergerakan tubuh, dan memperbaiki postur tubuh.
Peregangan dilakukan selama 15 – 20 menit.
Latihan Fisik
Tujuan latihan fisik adalah keluesan tubuh, kecepatan gerak dan releks,
koordinasi dan kekuatan otot, serta stamina yang tinggi. Latihan dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
Latihan Kecepatan
Latihan kecepatan bertujuan untuk mempercepat reaksi atau refleks, pikiran
dan koordinasi tubuh saat bergerak, serta meningkatkan kemampuan
membaca gerakan lawan. Berikut ini adalah latihan yang dapat dilakukan:
Latihan Kelenturan
tujuan latihan ini adalah untuk menjaga kelenturan persendian agar mudah
ketika melakukan gerakan memutar, membungkuk, dan mengayun saat
bertanding. latihan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Untuk kelenturan tangan
– Pergelamngan tangan, jari-jari tangan, dan siku dibengkokkan dan
digoyangkan
– Lengan diayun dan diputar ke depan dan ke belakang
2. Untuk kelenturan bahu, leher, dan kepala
– Bahu diputar ke depan dan ke belakang
– Leher digerakkan ke kiri dan ke kanan
– Leher digerakkan ke atas dan ke bawah
3. Untuk kelenturan badan
– Badan dibungkukkan sampai tangan dapat menyentuh ujung kaki.
4. Untuk kelenturan kaki
– kaki melompat dengan posisi mengangkang
– Lutut dan pergelangan kaki digerakkan memutar
5. Latihan tenis meja tentunya.