Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk
Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk
Pendidikan Agama Kristen Dalam Masyarakat Majemuk
Talizaro Tafona’o
Penerbit:
illumiNation Publishing
Perum Permata Land, No. 1 Pojok Tiyasan Rt 02 Rw 01
Condongcatur 55283, Sleman, Yogyakarta-Indonesia; Telp. 0274-
4533025
Hp. 081338956657; 081325768388; 081804070911
e-mail: illumination.publish@gmail.com
2
ISBN: 978-602-19080-5-1
KATALOG DALAM TERBITAN (KDT)
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Jl. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430 Indonesia
Tlp. (021)92920979; Fax (021) 3927919; 31908479
E-mail:isbn.indonesia@gmail.com-http://www.pnri.go.id
Penerbit:
illumiNation Publishing
Perum Permata Land, No. 1 Pojok Tiyasan Rt 02 Rw 01
Condongcatur 55283, Sleman, Yogyakarta-Indonesia
Telp. 0274-4533025
Hp. 081338956657; 081325768388; 081804070911
e-mail: illumination.publish@gmail.com
Kata Pengantar :
PAK dalam Masyarakat Multikultural: MembawaTeori ke
Praksis, Elia Tambunan ................................................................ 5
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 14
B. Pengertian Masyarakat Majemuk ....................................... 32
C. Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk......................................... 35
D. Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk......................................... 37
PENGANTAR
EliaTambunan1
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Studi Islam, sudah selesai teori dan sedang riset
lapangan untuk kepentingan Disertasi.
6
International Theory 1760-2010, (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2012); Ella
Shohat, Robert Stam, Unthinking Eurocentrism: Multiculturalism and the Media (London:
Routledge, 2014).
3Bhikhu C. Parekh, Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political
Francis meneliti Indonesia selama 30 tahun dengan pendekatan historis. Denys Lombard,
Nusa Jawa: Batas-batas Pembaratan 1 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996) hlm 11-
18; Nusa Jawa: Jaringan Asia 2 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996); Nusa Jawa:
Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris 3(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996).
7
Volpi(ed.), Political Islam: A Critical Reader (New York: Routledge, 2011), hlm. 3.
6Saint Thomas Aquinas, Aquinas: Summa Theologiae, Questions on God edited by
Brian Leftow, Brian Davies (Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2006).
9
7http://elia-
tambunan.blogspot.com/search/label/Sosiologi%20Pelayanan%20Gereja.
8http://www.jungleschool.org/.
10
Americans from TheCivil War to World War II (London: Icon Books LTD, 2012).
11Elia Tambunan, Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Multikultural:
Sumber Bacaan:
Aquinas, Saint Thomas, Aquinas: Summa Theologiae,
Questions on God edited by Brian Leftow, Brian
Davies, Cambridge, UK: Cambridge University Press,
2006.
Blackmon, Douglas A., Slavery by Another Name: The Re-
enslavement of Black Americans from TheCivil War to
World War II, London: Icon Books LTD, 2012.
Hobson, John M., The Eurocentric Conception of World
Politics: Western International Theory 1760-2010,
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2012.
Lombard, Denys, Nusa Jawa: Batas-batas Pembaratan 1,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
_______, Nusa Jawa: Jaringan Asia 2, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1996.
_______, Nusa Jawa: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris 3,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.
MacArthur, John, A Faith to Grow On, Nashville, TN: Thomas
Nelson Incorporated, 2004.
Parekh, Bhikhu C.,Rethinking Multiculturalism: Cultural
Diversity and Political Theory, London: Macmillan
Press Ltd, 2000.
Shohat, Ella, Robert Stam, Unthinking Eurocentrism:
Multiculturalism and the Media, London: Routledge,
2014.
Tambunan, Elia, Pendidikan Agama Kristen dalam
Masyarakat Multikultural: Rekonstruksi Teori ke
Sosio-Praksis, Yogyakarta: illumiNation Publishing,
2011.
_______, http://elia-
tambunan.blogspot.com/search/label/Sosiologi%20
Pe layanan%20Gereja.
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia secara demografis maupun
sosiologis merupakan wujud dari bangsa yang majemuk.
Ciri yang menandai sifat kemajemukan ini adalah adanya
keragaman budaya yang terlihat dari perbedaan bahasa,
suku bangsa, budaya, ras dan agama serta kebiasaan-
kebiasaan kultural lainnya. M. Amin Abdullah menjelaskan
bahwa bangsa Indonesia memiliki sebuah keberagaman,
baik dilihat dari suku, ras, agama maupun budaya.12
Sebenarnya, kalau kita memperhatikan, mengamati dan
mempelajarinya dengan seksama bahwa Indonesia adalah
negara kepulauan.
Luas wilayah kelautan di Negara Kesatuan Indonesia
melebihi dari daratan, hal ini yang mendorong Pusat
Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan
Pembinaan Hukum Nasional-Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia untuk menyelenggarakan kegiatan Focus
Group Discussion (FGD) Tim Analisis dan Evaluasi Hukum
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Selasa (27/10).13 Indonesia juga merupakan salah satu
negara multikultural terbesar di dunia.
14 Ibid, Http://Bphn.Go.Id/News/2015102805455371/Indonesia-Merupakan-
Negara-Kepulauan-Yang-Terbesar-Di-Dunia
15 Badan Pusat Statistik, penduduk Indonesia menurut Propinsi tahun 2010 dalam
Sumber: https://www.bagi-in.com/jumlah-penduduk-
di-indonesia.
Namun jika kita penasaran berapa jumlah penduduk
Indonesia tahun 2017, kita sudah bisa menghitung dengan
melihat laju pertumbuhan setiap tahunnya, tetapi kita
harus mengacu pada data yang dikeluarkan oleh Bank
Dunia, yaitu laju pertumbuhan penduduk Indonesia
sebesar 1,2% tahun maka jumlah penduduk tahun 2017
adalah 256.603.197 juta jiwa.17 Data ini masih dalam
perkiraan/ masih belum valid, hanya sekedar hitung-hitung
kasar.
Hasil perhitungan tersebut di atas, kita sudah bisa
memperkirakan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun
2030, bisa mencapai 300 juta jiwa!.
Kita perlu ketahui bersama bahw bangsa lain mengakui
Indonesia memiliki keragaman dari sisi kebudayaan dan
tak terkecuali agama asli nusantara. Namun lebih dari itu,
Indonesia juga dianggap sebagai negara yang paling subur
dalam perkembangan agama lintas benua. Sebab, Indonesia
ini merupakan negara multirelijius, karena penduduknya
menganut beragam agama, yakni Islam, Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam
aliran kepercayaan lainnya.18 Sejalan dengan itu, Pulau
Jawa pernah disebut sebagai “Le carrefour javanis” atau
“Perempatan Jawa” oleh Sejarawan asal Perancis, Denys
17 Ibid, https://www.bagi-in.com/jumlah-penduduk-di-indonesia, diunduh pada
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif cet. ke-1 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), hlm. 309
17
Jakarta, Indonesia: Badan Pusat Statistik. 15 May 2010. Islam 207176162 (87,18%),
Kristen 16528513 (6,96), Katolik 6907873 (2,91), Hindu 4012116 (1,69), Buddha
1703254 (0,72), Kong Hu Cu 117091 (0,05), lainnya 299617 (0,13), tidak terjawab
139582 (0,06), tidak ditanyakan 757118 (0,32), total 237641326
18
23 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 125-
126
21
24 Muhammad Akbar_http://muhammadakbar2.blogspot.co.id/2015/11/realita-
25 Desy suliyastini_http://desysuliyastini.blogspot.co.id/2012/04/contoh-
26 Riri Nurmasithoh_http://rinesaa.blogspot.co.id/2012/06/masalah-
32 Ibid. M. Rasjidi
33Paul F. Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 2008),
hlm. 7.
32
adalah-masyarakat-majemuk.html.
33
35 Tafsiran Furnivall oleh Nasikun dalam Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, (Jakarta:
37 http://www.kamubisa-io.com/2015/11/pengertian-masyarakat-multikultural-
40 Ibid, http://www.kamubisa-io.com/2015/11/pengertian-masyarakat-
BAB II
41 Khoe Yao Tung, Menuju Sekolah Kristen Impian Masa Kini, Yogyakarta: Andi
A. Definisi Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan
sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak.43
Secara teoritis, para ahli berpendapat pertama; bagi
manusia pada umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25
tahun sebelum kelahiran. Pendapat itu dapat didefini sikan
bahwa sebel um menikah, ada kewajiban bagi siapapun
untuk mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum
2. Menurut Undang-Undang
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang. Sedangkan
menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3. Menurut Bahasa
Pertama, Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari
dari kata “Pedagogi”, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan
43
formal dan non formal. Pendidikan secara formal biasanya diterima melalui sekolah.
Pendidikan formal melalui sekolah adalah pendidikan yang terstruktur atau metodologis
ataupun sistematis sedangkan non formal adalah pendidikan yang diterima selama hidup.
48
B. Agama
Secara bahasa agama berasal dari bahasa sansekerta,
yaitu dari a berarti tidak, dan gama berarti kacau. Jadi
agama berarti tidak kacau atau tertatur. Dengan demikian
agama adalah aturan yang mengatur manusia agar
kehidupanya menjadi tertaur dan tidak kacau.
Sementara dalam bahasa Inggris, agama disebut
religion; dalam bahasa Belanda disebut religie berasal dari
bahasa latin relegere berarti mengikat, mengatur, atau
menggabungkan. Jadi religion atau religie dapat diartikan
sebagai aturan hidup yang mengikat manusia dan
menghubungkan manusia dengan Tuhan. Agama adalah
sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.48
Sedangkan menurut Syamsul Arifin bahwa gama adalah
keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; akidah, din(ul);
ajaran atau kepercayaan yang mempercayai satu atau
beberapa kekuatan ghaib yang mengatur dalam menguasai
alam, manusia dan jalan hidupnya.49
Berdasarkan definisi di atas maka Harun Nasution
merangkum lima poin penting tentang pengertian agama
sebagai berikut:
Pertama, pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan apa yang dia percayai, kedua, pengakuan
terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia,
48 The Everything World's Religions Book: Explore the Beliefs, Traditions and
2003, hal. 13
51 Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hlm. 34.
52 Thomas F. O`Dea, The Sociology of Relegion, Terjemahan Tim Penerjemah
55Van den End, Sejarah Gereja Indonesia 1500-1860, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
hal. 15
57
58 Louis Berkhof & Cornelius Van Til, Dasar Pendidikan Kristen, Surabaya:
1985), hal. 19
58
60 Menurut Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar, "Bidat ditinjau dari sudut historis
adalah persekutuan Kristen (yang kecil) yang dengan sengaja memisahkan diri dari
gereja besar dan ajarannya menekankan iman Kristen secara berat sebelah, sehingga
teologinya dan praktik kesalehannya pada umumnya membengkokkan kebenaran Injil."
Bid'at/bid'ah adalah sesuatu yang ditambahkan kepada apa yang tidak terdapat di dalam
ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan. Bida'ah adalah ajaran yang menyalahi
ajaran yang benar. Bidat menurut Yunani kuno memunyai pengertian "memilih",
"perbedaan pendapat". Di kalangan para filsuf, kata ini memunyai pengertian "aliran",
"golongan". Dalam Kisah Para Rasul 5:17 dan 15:5, kata ini diterjemahkan dengan istilah
"mazhab" atau "golongan".
61 Loc.cit, E.G.Homrighausen, hal. 19
62Ibid, E.G.Homrighausen, hal. 12
59
dan PAK, Pelayan Gereja, Guru Agama dan keluarga Kristen, (Yogyakarta : Andi Offset ),
Hal. 4
64Groome, Thomas H. Christian Religious Education-Pendidikan Agama Kristen.
66 Andar, Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), h.
131
65
71 http://eiren3s.blogspot.com/2013/10/pendidikan-agama-kristen-sebagai-
BAB III
PERGUMULAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DI INDONESIA
Sumber:https://www.google.com/search?client=firefox-
b&biw=1024&bih=488&tbm=isch&sa=1&ei=eM4TWp3dBcvovgS By Taufikurrahman Ruki (mantan
t5J_QDg&q=sekuler&oq=sekuler&gs_l=psy
Ketua KPK).
82
Gandum Mas, 2010), 476-478; Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, jilid 1, Terj.
Rahmiati Tanudjaja (Malang: SAAT Malang, 2003), 432- 433.
84
Kristen” dalam Weinata Sairin (Penyunting), Identitas dan Ciri Khas Pendidikan Kristen di
Indonesia antara Konseptual dan Operasional, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal. 88.
78 Khoe Yao Tung, Terpanggil Menjadi Pendidik Kristen Yang Berhati Gembala
Mempersiapkan Sekolah dan Pendidik Kristen Menghadapi Tantangan Global pada Masa
Kini, (Yogyakarta: Andi Offset, 2017, hal. 2
85
79Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK, (Bandung: Jurnal Info Media 2009), hlm 63.
80Daniel S. Schipani, Dalam Buku “Memetakan Pendidikan Kristiani, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016, hal. 27
87
Introduction To Christian Education For A New Generation, (Malang: Gandum Mas, 2012,
hal. 56-60
88
3. Berkesinambungan
Gereja perlu mengadakan PAK mulai dari kategori
anak-anak sampai dengan dewasa dan lanjut usia. Selain itu
pada pendidikan formal di sekolah PAK juga menjadi salah
satu bidang studi wajib yang diajarkan. Seluruh warga
jemaat adalah sasaran kegiatan PAK di gereja, atau sekolah
90
85 N.K Atmadja Hadinoto. Dialog dan Edukasi. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2011,
hal. 170-171
86 Op.cit, I. H. Enklaar dan E.G. Homrighausen, hal. 158-159
87 Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan pikiran dan praktek PAK. (Jakarta: BPK
Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012) h. 1-2.
96
89 H. Isjoni, Dilema Guru Ketika Pengabdian Menuai Kritikan (Bandung: Sinar Baru
4. Suatu kontradiksi
Peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa
setiap siswa berhak mendapatkan pendidikan sesuai
99
2. Kemandirian Iman
Dalam konteks kemajemukan masyarakat dalam
berbagai bentuk kehidupan, PAK harus diarahkan kepada
104
3. Keterbukaan
PAK haruslah mampu membawa peserta didik pada
keterbukaan. Maksudnya sikap iman bukanlah tertutup,
melainkan adanya keterbukaan kepada orang lain, istilah
lain adalah tidak membatasi dirinya kepada siapapun.
Iman orang Kristen seharusnya siap
untuk dilihat dan diselidiki. Iman Kristen justru hidup jika
diaplikasikan dalam perbuatan-perbuatan. Keterbukaan
akan menghindarkan diri dari menjelek-jelekkan agama
105
93Ibid. Nuhamara
94Rida Gultom, Pendidikan Agama Kristen Kepada Anak-anak, (Medan: Cv. Mitra
tt),hlm, 15.
107
3. Pembentukan Nilai-Nilai
Segala sesuatu yang diterima pada masa kanak-kanak
akan menentukan gaya hidupnya kelak di kemudian hari.
Kehidupan masa kanak-kanak dapat menjadi model
kehidupan masa depannya. Masa awal kehidupan anak
adalah masa yang sangat penting; oleh sebab itu, harus
ditetapkan suatu dasar yang kuat dan baik. Jadi, ada
beberapa hal yang harus di tanamkan oleh orang tua
kepada anak sebagai berikut:
Pertama, Masa Penentuan Dasar. Pembentukan dasar
bagi seorang anak telah dimulai sejak dini. Pembentukan
108
BAB IV
HETEROGENITAS DAN PERMASALAHANNYA
C. Agama-agama di Indonesia
Pluralisme adalah suatu realitas, disatu sisi ini potensi
tetapi dipihak lain sangat rentan. Maka perlu
dikembangkan lewat jalur pendidikan, yakni sikap hidup
toleransi; saling menghargai saling menghormati keyakinan
orang lain; tidak saling menjelekan; saling mengalah.
Prinsip-prinsip ini haruslah terus dikembangkan lewat
jalur pendidikan, termasuk lewat PAK disekolah:
1. Pluralisme masyarakat Indonesia
Indonesia adalah sebuah negeri pemeluk islam
terbesar di dunia. Masyarakatnya dikenal agamis dan
religius, termasuk juga gereja-gerejanya. Secara geografis,
Indonesia adalah negeri yang paling terpecah-pecah di
kolong langit ini, yaitu dengan kurang lebih 13.667 pulau,
250 bahasa, kira-kira 30 kelompok etnis, beragam bahasa,
budaya, dan agama. Namun meskipun beragam, Indonesia
adalah satu dan memegang teguh falsafah, yaitu Bhinike
Tunggal Ika; keanekaragama bisa menjadi kekuatan tapi
bisa juga menjadi ancaman dan sumber mala petaka;
kesatuan dan persatuan harus terus diperjuangkan.
2. Kemajemukan aliran keagamaan.
Indonesia kaya akan aliran keagamaan mulai dari yang
diakui oleh pemerintah maupun sempalan-sempalan
keagamaan. Supaya semua dapat rukun bersama dalam
125
3. Senstivisme keagamaan
Berbagai kejadian yang terjadi baik di lingkungan
intern umat beragama maupun antar umat beragama
sensitivisme keagamaan telah sering menimbulkan konflik,
baik di tingkat lokal maupun tingkat regional. Di negara ini
orang paling mudah tersinggung jika sudah menyangkut
masalah-masalah keagamaan. Oleh karena itu, di Indonesia
dilarang:
a. Dilarang menjelekkan, menghina atau melecehkan
agama orang lain.
b. Dilarang memaksakan agama kepada orang yang sudah
beragama
c. Tidak boleh terlibat dan ikut ibadah agama lain
d. Perpindahan agama sering mendapat tekanan
Dalam konteks inilah PAK harus mampu membentuk
pribadi yang mengasihi Tuhan. Mengasihi sesama
melampaui batas-batas agama, ras, dan golongan serta
dapat. Mengaplikasikan imannya di tengah masyarakat
yang heterogenitas.
126
4. Egoisme keagamaan
Kecenderunga pola keagamaan di Indonesia adalah
tingginya egoisme keagamaan. Penerapannya adalah
bahwa agama sendirilah yang paling benar, sedangkan
agama lain tidak mengandung kebenaran alias sesat. Agama
lain harus dikalahkan dan agama sendiri harus menjadi
pemenang. Pola ini telah mempengaruhi pengajaran dan
bimbingan agama baik secara formal dalam dunia
pendidikan, maupun secara non formal pengajaran agama
di keluarga dan di masyarakat.
Masalah ini tidak hanya terjadi dilingkungan antar
umat beragama di Indonesia, tetapi juga terdapat
dilingkungan intern umat. Misalnya dilingkungan umat
Kristen ada 320 macam Sinode di Indonesia dan terdiri
dalam 15 kelompok aliran dogma dan ajaran. Masing-
masing aliran akan menilai aliran lain sebagai golongan
yang salah dan aliran sendiri yang paling benar. Oleh
karena itu ada usaha baik secara terang-terangan maupun
terselubung untuk “memenangkan” orang lain untuk masuk
kelompok sendiri.
Tidak jarang terjadi adanya usaha-usaha yang kurang
sehat demi memenangkan kelompok sendiri dan
mengalahkan yang lain. Akibatnya kesatuan dan
kebersamaan sulit tercapai. Hingga saat ini, kesatuan yang
baru dapat dicapai adalah sebatas kesatuan iman di dalam
Yesus Kristus, belum pada kesatuan aksi dan kesaksian
ditengah-tengah masyarakat dan bangsa.
Egoisme keagamaan telah banyak menimblkan
masalah ditengah-tengah masyarakat kita, baik
127
BAB V
KONTEKS PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
Multicultural Education: Issues and Perspektif, ed. James A. Branks and Cherry A. Mcgee
Banks, New York: John Willey & Sons, Inc.,2001, p. 25
133
2. Penginjil
Penginjilan adalah merupakan perintah Kristus kepada
semua orang percaya. Mat 28:19-20. Penginjilan adalah
merupakan amant kepada gereja dan kepada orang-orang
yang percaya dan berlangsung secara terus-menurus.
Penginjilan itu harus pergi untuk menjadikan orang-orang
lain menjadi murid Kristus, mengajar mereka untuk
menjadi murid-murid Kristus. Ia sebagai alat pengajaran di
dalam jemaat haruslah memiliki visi penginjilan dan
menjadikan semua orang beriman menjadi penginjilan.
Penginjilan erat sekali kaitannya dengan pertumbuhan
gereja. Dan, tugas penginjilan adalah tugas setiap orang
139
BAB VI
STRATEGI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
a. Dunia komunikasi
Semua sudah dapat dijangkau lewat komunikasi.
Seorang anak yang mengurung diri di kamar dan tidak mau
bergaul dengan teman-temannya malah memiliki teman
yang jauh lebih banyak lewat internet maupun komunikasi
seluler.
b. Nilai-nilai moral dan etika
Pergaulan bebas telah menjadi sesuatu yang amat
memprihatinkan dalam kehidupan remaja saat ini dimana
nilai-nilai kesucian dan kekudusan bukan lagi merupakan
hal yang prinsip
c. Sadisme dan kekerasan
Kasih semakin puda, nilai-nilai kasih sayang di antara
sesama menjadi barang langka yang sulit ditemukan
dimana-mana. Oleh karena itulah, strategi PAK di sekolah
harus mengandung beberapa prinsip berikut ini. Dalam
pelaksanaan PAK penting diperhatikan pendekatan-
pendekatan, karena pendekatan itu mempunyai prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan tujuan, isi, peranan, dan
konteks pendidikan itu sendiri.
Jika demikian adanya tantangan perubahan nilai yang
kita hadapi hari ini, maka apa dan bagaimana isi pengajaran
Kristen yang cocok untuk itu? Hal ini akan dibahas
selanjutnya.
142
BAB VII
ARAH PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
BAB VIII
ORIENTASI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
97James Riley Estep, The Heritage of Christian Education (New York: College Press,
BAB IX
TRANSFORMASI PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK
A. Peran Gereja
1. Tugas utama gereja adalah pendidikan
2. Pendidikan merupakan usaha sungguh-sungguh.
3. Pendidikan merupakan usaha terus-menerus
4. Gereja membentuk team pelaksana pendidikan warga
jemaat
5. Gereja sebagai lembaga pembentukan mutu dan
kualitas spiritualitas
6. Menampakkan cinta bangsa dan tanah air
7. Indonesia adalah ladang pertam yang Tuhan
percayakan kepada gereja
8. Melaksanakan pendidikan yang relevan dan
kontekstual
9. Keseimbangan vertikal dan horizontal
10. Pemberitaan kabar keselamatan yang holistic
D. Intergasi Kurikulum
1. Kurikulum PAK di gereja maupun di sekolah harus di
kaji ulang agar relevan dengan kebutuhan
2. Kurikulum PAK harus diintegrasikan dengan berbagai
bidang kehidupan.
163
E. Kesimpulan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah adalah sebuah
alat strategis dalam pembentukan iman dalam arti yang
sesungguhnya terutama di dalam menghadapi
heterogenitas masyarakat Indonesia. Pendidikan Agama
Kristen harus dikelola secara sungguh-sungguh. Peserta
didik yang telah mengikuti pelajaran agama Kristen mulai
dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi diharapkan hal
itu menjadi bekal utama dalam hidupnya.
Faktor yang amat penting dalam mencapai
keberhasilan PAK di sekolah ialah guru PAK. Oleh karena
itu, seseorang guru PAK dalam memenuhi panggilannya
harus memperlengkapai diri agar menjadi alat yang
berguna di tangan Tuhan. Guru bertanggung jawab kepada
Tuhan, kepada sekolah, kepada gereja, dan kepada
masyarakat.
Dalam konteks pembicaraan agama dalam masyarakat
majemuk di Indonesia hari ini, maka pendidikan agama
dari wilayah agama Kristen haruslah dapat membawa
peserta didik mengenal Tuhan Yesus secara personal
secara benar dan berdasarkan pilihannya sendiri bukan
lagi atas tekanan orang lain, apalagi hanya berdasarkan
garis keturunan semata-mata. Pengenalan itu lewat
diharapkan akan membuat mereka menjadi pribadi yang
terbuka terhadap banyak yang belum ia ketahui
sebelumnya, apalagi terkait dengan masalah agama orang
lain terutama terhadap umatnya sehingga mereka mampu
hidup di tengah-tengah kemajemukan masyarakat, baik
agama, suku ras, maupun golongan yang manapun.
164
DAFTAR PUSTAKA