Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

RUMAH SAKIT MASMITRA

Jl. Kelurahan Jati Makmur No. 40 Pondok Gede-Bekasi,


Jawa Barat 17413. Tlp (021)84971766

30 MEI 2016 – 25 JUNI 2016

Disusun dalam rangka melengkapi persyaratan mengikuti

Ujian Sekolah dan Ujian Nasional

Oleh :

Afdar NIS 14006

Irvan Fadilah NIS 14091

Mutya ‘Azimatul Hasanah NIS 14121

Styani Deka Lestari NIS 14176

Widiya Febriyanti NIS 14191

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMASI IKIFA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga laporan ini dapat disusun.

Laporan ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Nasional dan merupakan

salah satu kewajiban yang harus dipenuhi setelah melaksanakan Praktik Kerja

Lapangan (PKL).

Tujuan utama dari kerja lapangan ini adalah untuk memantapkan teori dan

praktek yang telah dipelajari di sekolah dan dapat diselesaikan dengan serta

diaplikasikan di lapangan. Selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan,

pengalaman yang kami peroleh sangat bermanfaat karena banyak memberikan

gambaran tentang tugas-tugas kami, setelah menyelesaikan pendidikan di SMK

Farmasi IKIFA, terutama gambaran tentang tugas kami sebagai tenaga teknis

kefarmasian di Instalasi Farmasi rumah sakit. Meskipun demikian kami sangat

sadar bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak laporan ini tidak dapat

tersusun . Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rahmat Widiyanto, S.Si.,Apt. Selaku Kepala Sekolah SMK Farmasi

IKIFA.

2. Ibu Yudha Sukowati, S.Si.,Apt. Selaku Koordinator PKL SMK Farmasi IKIFA.

3. Ibu Herty Nur Tanty, S.Si.,Apt. Selaku Pembimbing PKL SMK Farmasi

IKIFA.

i
4. Ibu Dr. Mira Puspitasari, MARS. Selaku Direktur utama Rumah Sakit

MasMitra.

5. Ibu Atikah Gobel,S.Farm,Apt. Selaku Apoteker Penanggung Jawab Instalasi

Farmasi Rumah Sakit MasMitra.

6. Seluruh staf Instalasi Farmasi Rumah Sakit MasMitra yang telah membantu

kami dalam melaksanakan kegiatan PKL.

7. Seluruh guru SMK Farmasi IKIFA yang telah membimbing kami selama masa

sekolah.

8. Serta keluarga yang senantiasa mendoakan serta memberikan kasih sayang,

semangat dan dukungan baik moral maupun material kepada kami sehingga

dapat menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan

dalam penulisan laporan ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang kami

peroleh selama menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan

manfaat bagi teman-teman dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, September 2016

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Instalasi Farmasi Rumah Sakit ialah tempat pelayanan

kesehatan kepada masyarakat ataupun pasien yang tujuannya

melayani secara optimal, yang bertanggung jawab terhadap

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Apoteker yang mengelola

Instalasi tersebut. Peran Instalasi Farmasi ini sangat penting bagi

rumah sakit, karena pasien ataupun masyarakat dari luar mencari

obat yang diperlukan. Dimaksudkan untuk pencegahan ataupun

pengobatan dari penyakit yang diderita.

Salah satu sarana pelayanan keseh atan ialah Rumah Sakit.

Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan untuk kepentingan

masyarakat serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan

penelitian.

Oleh karena itu, dalam rangka ikut merealisasikan

Program Sekolah, maka siswa-siswi kelas XI diwajibkan untuk

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit

yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan

Calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dapat mengetahui dan

1
memahami peran dan tanggung jawab sebagai Tenaga Teknis

Kefarmasian (TTK).

Selain itu juga siswa-siswi dapat menambah pengetahuan

serta meningkatkan keterampilan, tidak hanya belajar teori yang

diajarkan di Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi IKIFA.

1.2 TUJUAN UMUM

Tujuan diadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diselenggarakan oleh

SMK Farmasi IKIFA yang bekerja sama dengan Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Masmitra adalah untuk:

1. Memahami fungsi dan peranan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

2. Mendapatkan pengetahuan bagi calon Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK),

terutama dalam pelayanan kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) yang mencakup penerimaan resep, penginputan resep, peracikan

obat serta pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien.

1.3 TUJUAN KHUSUS

Tujuan utama dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan penulis untuk menulis laporan secara

baik.

2
2. Siswa dapat memahami dan mengerti prosedur yang harus di

tempuh dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

3. Siswa dapat mengenali lingkungan kerja dan dapat mempraktikan semua

ilmu yang diterima dari sekolah dan dapat menimba ilmu

sebanyak-banyaknya dari tempat siswa melakukan Praktik Kerja

Lapangan (PKL).

4. Siswa dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh

pembimbing Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Siswa dapat mengetahui dan memahami ilmu yang telah didapat selama

sekolah.

1.3 WAKTU dan TEMPAT

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 30

Mei – 25 Juni 2016, di Rumah Sakit Masmitra, Bekasi-Jawa Barat. Bagian

Instalasi Farmasi selama waktu praktek kerja kurang lebih 24 hari, dimana

setiap harinya dibagi menjadi 2 shift, yaitu :

- Shift Pagi : Pukul 07:00 s/d 14:00 WIB

- Shift Siang : Pukul 14:00 s/d 21:00 WIB

3
BAB II

DESKRIPSI PERUSAHAAN / INSTALASI

II.1. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN / INSTANSI

A. Sejarah singkat Rumah Sakit Umum MasMitra

Rumah Sakit Umum MasMitra berdiri sejak April 2006. Didirikan

oleh Ir. H. Kamidi yang dibantu oleh Ir. Koestyono dalam segi arsitektur.

Christine Sri Yudari,MBa. Membantu menyiapkan bisnis lain dalam

konsep strategi manajemen operasional Rumah Sakit Umum MasMitra.

Dr. Robert Moeljinto, SpOg, MM. sebagai fasilisator koordinir

persiapan peralatan medis dan nonmedis yang diperlukan untuk persiapan

penyelenggaraan awal mula berdirinya Rumah Sakit Umum MasMitra.

Awalnya Rumah Sakit Umum MasMitra ini bernama “Graha Kasih

Ibu dan Balita” nama itu hanya berjalan sampai tahun 2007 berganti nama

menjadi “Rumah Sakit Ibu dan Anak MasMitra”. Pada tahun 2009 sudah

mulai banyak pasien dan akhirnya “Rumah Sakit Ibu dan Anak MasMitra”

berganti nama menjadi “Rumah Sakit Umum MasMitra” yang terletak di

Kelurahan Jatimakmur – Pondok Gede, Bekasi.

Rumah Sakit Umum MasMitra Jatimakmur merupakan rumah sakit

swasta yang dibangun dibawah naungan PT. Dharmakarya Indoperkasa.

Bangunan Rumah Sakit Umum MasMitra Jatimakmur sempat dijadikan

tempat diperuntukkannya jasa pembekalan dan pendidikan otomotif.

4
BAB IV

PENUTUP

IV.1. KESIMPULAN

Setelah kami melaksanakan kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit MasMitra, kami mendapatkan banyak

pengalaman dibidang kefarmasian yang belum pernah kami dapatkan

sebelumnya terutama pengalaman pembuatan sediaan-sediaan farmasi

yang sering digunakan untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap, yaitu

seperti meracik, mengambil obat-obat sesuai resep, menulis etiket, copy

resep, dan mengisi rincian transaksi penjualan rawat inap serta pengalaman

dalam hal menyusun obat dan meletakkan obat sesuai dengan alphabet

serta bentuk sediaan seperti halnya lemari untuk menyimpan sirup, tablet,

vial, ampul, salep, cairan obat dan larutan pekat atau obat bius. Adapun

lemari untuk penyimpanan alkes dan sediaan khusus, seperti suppositoria

dan vaksin yang harus diletakkan didalam lemari pendingin.

IV.2. SARAN-SARAN

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk memberikan beberapa saran

kepada pihak sekolah yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan guna kemajuan dimasa datang.

23
1. Sekolah hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan siswa

sebelum praktik di dunia kerja.

2. Adanya kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja

sehingga terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan disekolah dan

proses pembimbingan ditempat praktik.

3. Pihak sekolah agar dapat memantau kegiatan siswa yang sedang

melaksanakan Praktik Kerja Lapangan secara intensif sehingga

segala kesulitan yang timbul dapat diselesaikan bersama.

24
Klasifikasi Sistolik Diastolik

(mmHg) (mmHg)

Normotensi <140 <90

Hipertensi Ringan 140-180 90-105

Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95

Hipertensi sedang dan >180 >105

berat

Hipertensi Sistolik >140 <90

terisolasi

Hipertensi sistolik 140-160 <90

perbatasan

Sedangkan berdasarkan The Seven Report Of the Joint National

Committee Preventation, Detection, Evaluationand Treatmentof High Bload

Pressure, 2003. Klasifikasi hipertensi yaitu: Untuk pasien dewasa (umur ≥ 18

tahun) berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih kunjungan

klinis.Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada

tekanan darah sistolik <120 mmHg dengan tekanan darah diastolik <80 mmHg.

Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi

pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi

54
atau TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita

TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit

muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita

baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu

orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC

di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini dan

mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

B. TUJUAN

1. Mengetahui obat-obat TBC yang tersedia di instalasi Farmasi Rumah Sakit


Masmitra.

2. Mengetahui fungsi obat-obatan TBC.

3. Memahami Penggunaan obat TBC beserta interaksinya pada lambung.

69
i. mengendurkan otot dan penyembuhan batuk

j. menghilangkan gatal pada kerongkongan

k. uap yang dihasilkan tidak berbau dan mudah untuk pengobatan.

2. Kekurangan

a. Dosis yang kurang tepat karena kurang tepatnya dalam menggunakan alat

ataupun tekniknya.

b. Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak

baik pada sistem sekunder penyerapan dari obat tersebut. Hipokalemia dan

atrial atau ventricular disritmia dapat ditemui pada pasien dengan kelebihan

dosis.

c. Alat aerosol atau adapter yang digunakan dan teknik penggunaan dapat

mempengaruhi penampilan karakter dari ventilator terhadap sensitifitas

system alarm

d. Penambahan gas pada ventilator dari nebulizer juga dapat menyebabkan kipas

ventilator tidak berjalan selama proses nebulasi.

H. TUJUAN, INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI TERAPI NEBULIZER

1. Tujuan pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak,mengencerkan

dahak (meningkatkan produksi sekret) dan dapat mengurangi atau

menghilangkan bronkospasma.

100
0
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Paul Eclrich pada tahun 1910, sampai

saat ini masih menjadi obat pilihan dalam penanganan kasus-kasus penyakit

infeksi. Antibiotik ditemukan sekitar delapan dekade lalu dan sejak itu telah

terjadi revolusi dalam manajemen, pengobatan dan hasil penyakit menular. Oleh

karena itu, obat antibiotik adalah salah satu yang paling sering diresepkan, dijual

dan digunakan di seluruh dunia. Penggunaan antibiotik, yang sesuai atau tidak

sesuai, telah dijelaskan sebagai pendorong utama bagi munculnya, peningkatan

dan penyebaran resistan antibiotik. Menurut International Journal of Infection

Control, (2013) dalam banyak negara berkembang, antibiotik tersedia tanpa resep

sehingga individu menggunakan antibiotik dengan sewenang-wenang. Antibiotik

digunakan dengan dosis yang tidak tepat, tidak tepat indikasi, cara pemberian

dengan interval waktu yang tidak tepat, dan lama pemakaian yang tidak tepat. The

Center for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat menyebutkan

terdapat 50 juta resep antibiotik yang tidak diperlukan (unnescecery prescribing)

dari 150 juta resep setiap tahun. Munculnya resistensi antibiotik telah menjadi

masalah global kesehatan masyarakat dalam beberapa dekade terakhir. Studi di

Eropa menunjukkan bahwa resisten terhadap antibiotik meningkat dengan

115
peningkatan konsumsinya, yang dapat didorong oleh penggunaan antibiotik

yang tidak rasional dan pendidikan yang tidak memadai. Orang yang

terinfeksi dengan organisme resisten antibiotik lebih sering masuk rumah

sakit dan membutuhkan pengobatan dengan obat lini kedua atau ketiga yang

mungkin kurang efektif, lebih toksik dan biayanya tinggi. Masyarakat

memainkan peranan penting dalam penyebaran resistensi bakteri terhadap

antibiotik. Sebagai upaya untuk mengurangi resistensi antibiotik adalah

dengan mendidik masyarakat tentang penggunaan antibiotik.

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit

penyakit, khususnya kuman.Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang

besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula. Kuman cenderung

bersarang di organ tertentu di tubuh yang di tumpanginya. Ada yang suka di

otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorokan dan

lainnya. Diorgan-organ tempat bersarangnya kuman tertentu menimbulkan

infeksi.

Pemilihan antibiotik untuk mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri

perlu mempertimbangkan beberapa hal termasuk antibiotik yang mempunyai

spektrum luas bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu

bakteri gram positif dan gram negative , sedangkan spectrum sempit bersifat

aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri positif atau

gram negatif saja.

116
B. TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami tentang golongan obat antibiotika yang

terdapat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Masmitra.

2. Mengetahui tentang golongan spektrum luas dan sprektum sempit.

3. Megetahui fungsi obat-obat antibiotika.

117
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Antibiotika berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan,

bios = hidup adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama

fungi/jamur dan bakteri tanah yang dapat menghambat pertumbuhan atau

membasmi mikroba jenis lain, sedang toksisitasnya terhadap manusia

relatif kecil.

B. SEJARAH
Ilmuan ahli mikrobiologi dari inggris penemuan antibiotik dimulai

ketika Fleming melakukan penelitian pada bakteri Stephylococcus dan saat

meninggalkan laboratoriumnya Fleming lupa membersihkan cawan petri

yang mengandung bakteri tersebut. sehingga terkontaminasi oleh

jamur Penicillium Chrysogenum. Saat kembali untuk melanjutkan

penelitian Flaming melihat perkembangan bakteri menjadi terhambat

akibat kontaminasi jamur itu. Penelitian terus dilanjutkan untuk

mengetahui senyawa yang terkandung pada jamur Penicillium

Chrysogenum sehingga lahirlah antibiotik pertama yang disebut Penicillin.

Ternyata setelah itu perjalanan Flaming tidak mulus. Flaming mengalami

118
kendala terhadap cara budidaya dan osolasi jamur tersebut. Sampai

akhirnya Penelitiannya dihentikan.

Penelitian tentang penicillin kemudian dilanjutkan oleh Howard

Florey dan Ernest Boris Chain dengan biaya dari pemerintah Amerika dan

Inggris. Mereka berhasil memurnikan penicillin sehingga mampu

digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Selain itu Fleming juga

menemukan bahwa penggunaan antibiotik dengan dosis yang terlalu

rendah dan durasi penggunaan terlalu singkat bisa menyebabkan resistensi

bakteri terhadap obat tersebut sehingga bakteri menjadi lebih kuat dan

dapat menyebabkan tidak efektifnya kerja antibiotik. Karena jasanya yang

besar atas penemuannya tersebut, Alexander Fleming mendapatkan

penghargaan Nobel Prize in Medicine pada tahun 1945 bersama Florey

dan Chain. Antibiotik-antibiotik jenis baru kemudian ditemukan setelah

penemuan penicillin.

C. PENGGOLONGAN ANTIBIOTIK

Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

A. Bakterisid :

Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk

dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis

besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dan lain-lain.

Bakteriostatik :

Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat

119
pertumbuhan kuman (tidak membunuhnya), sehingga pembasmian kuman

sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini

adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim,

linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya

terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien

dengan kondisi yang sangat lemah atau pada kasus-kasus dengan depresi

imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus

bakterisid.

Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

A. Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu

bakteri gram positif dan gram negatif. Contoh antibiotik dalam kelompok

ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin,

dan rifampisin.

B. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis

mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negatif saja. Contohnya

eritromisin, klindamisin, kanamisin,hanya bekerja terhadap mikroba gram-

positif. Sedangkan streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman

gram-negatif.

120
Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

A. Golongan Pensilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum Chrysognum. Aktif terutama pada

bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan

untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan

tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis

kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan

Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan terhadap b-laktamase :

penambahan senyawa untuk memblokir dan menginaktivasi b-laktamase.

Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam.

Efek samping: reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian, gangguan

lambung dan usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi

nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil dan menyusui.

B. Golongan Cephalosporin

Dihasilkan oleh jamur Cephalo sporium acremonium. Spektrum kerjanya

luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini berkaitan

dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran

pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit

tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang,

dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).

121
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Cefradin,

Cefaklor, Cefadroksil, Cefaleksin.

Penggolongan Cefalosporin berdasarkan aktivitas dan resistensinya

terhadap b-laktamase:

 Generasi I :
Aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b-

laktamase. Misalnya: Cefazolin, Cefradin, Cefaleksin, Cefadroksil.

Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran

pernafasan yang tidak serius.

 Generasi II :

Aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap b-laktamase.

Misalnya: Cefaklor, Cefuroksim

 Generasi III :

Aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan

bacteroides. Misalnya Cefoperazone, Cefotaksim, Ceftizoksim, Cefotiam,

Cefiksim.

 Generasi IV :

Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya Cefpirome dan Cefepim

C. Golongan Lincosamida

Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat

golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien

yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati

122
dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama

terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propioni

bacteracnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.

Contoh obatnya, yaitu: Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin

(linkomisin).

D. GolonganTetracycline

Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens dan Streptomyces rimosus. Obat

golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti

yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera,

demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan

amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk

mengobati beberapa jenis jerawat.

Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin,

doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik, pada

pemberian empat kali dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakteri

lemah. Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman

Spektrum kerjanya luas kecuali Psudomonas dan Proteus. Juga aktif

terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae,

beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru,

saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan

efek sampingnya selama kehamilan dan pada anak kecil.

123
E. Golongan Kloramfenikol

Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter dan S.aureus berdasarkan

perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S.

pneumoniae, N.meningitides dan H.influenza. Obat golongan ini

digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila

diobati dengan antibiotik  yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral,

sejak tahun 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia

aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonellatyphi)

dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai

salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol,

Turunannya yaitu tiamfenikol.

F. Golongan Makrolida

Bersifat bakteriostatik mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel

pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.

Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.

Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti

infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah

seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan

efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu

sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap

penisilin. Contoh obatnya: eritromisin, klaritromisin, roxitromisin,

azitromisin, diritromisin dan spiramisin.

124
G. Golongan Kuinolon

Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat

enzim DNA girase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan

untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah

serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi

tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitisun complicated akut,

prostatesbacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam

tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax.

Penggolongan :

a. Generasi I : Asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK

tanpa komplikasi

b. Generasi II: Senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,

norfloksasin, pefloksasin, ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan

dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting :

misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin. Spektrum

kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

 Aminoglikosida

Dihasilkan oleh fungi Streptomyces dan micromonospora. Mekanisme

kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan

diri pada ribosom dalam sel.

Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin

125
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin dan kanamisin injeksi pada TBC

juga pada endocarditis, gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin

pada infeksi dengan pseudomonas, gentamisin, tobramisin, neomisin juga

sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata atau telinga.

Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta

nefrotoksik.

 Monobaktam

Dihasilkan oleh Chromo bacterium violaceum. Bersifat bakterisid, dengan

mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya. Bekerja khusus pada

kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten

terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

 Sulfonamide

Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan

negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam

folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA

dan RNA bakteri. Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,

sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama), Kotrimoksazol

(sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1), Sulfadoksin +

pirimetamin.

Penggunaan:

Infeksi saluran kemih : Kotrimoksazol.

Infeksi mata : Sulfasetamid.

Radang usus : Sulfasalazin.

126
Malaria tropikana : Fansidar.

Mencegah infeksi pada luka bakar :Silversulfadiazine.

Tifus : Cotrimoxasol.

Radang paru-paru pada pasien AIDS : Cotrimoxazol.

Sebaiknya tidak digunakan pada : Icterus, kehamilan terutama pada

trisemester akhir Hiperbilirubinemia.

H. Rifampisin dan Asam fusidat

a) Rifampisin

Berkhasiat bakteriostatik terhadap Micobacterium Tuberculosis dan Lepra.

Penderita dengan pengobatan menggunakan rifampisin perlu diberitahu

bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak,

keringat, dan merah permen. Akibat induksi enzim, Rifampisin dapat

mengurangi efektifitas estrogen (pil KB), fenitoin.

b) Asam Fusidat

Merupakan satu-satunya antibiotik dengan rumus steroid. Aktivitasnya

mirip penisilin tetapi lebih sempit, terbatas pada kuman gram positif.

Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini

dikombinasikan dengan Eritromisin atau Penisilin.

I. Vankomisin

Dihasikan oleh Streptomyces orientalis. Bersifat bakterisid terhadap

kuman gram positif aerob dan anaerob. Merupakan antibiotik terakhir jika

obat-obat lain tidak ampuh lagi.

127
TUGAS KHUSUS

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MASMITRA


Jl. Kelurahan Jati Makmur No. 40 Pondok Gede-Bekasi
PERIODE MEI 2016

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIK


BERDASARKAN GOLONGAN & CONTOH OBAT
ANTIDIABETIK ORAL DAN INSULIN DI INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT MASMITRA

DISUSUN OLEH :

WIDIYA FEBRIYANTI NIS 14191

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMASI

INSTITUT KEJURUAN DAN ILMU KEFARMASIAN

2016

150
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar

glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,

diabetus mellitus dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, misalnya

terjadi penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain.

Menurut data stastistik tahun 1995 dari World Health Organization terdapat

135 juta penderita diabetes mellitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumlah diabetes

mellitus diperkirakan akan melonjak lagi mencapai sekitar 230 juta. Angka

mengejutkan dilansir oleh beberapa Perhimpunan Diabetes Internasional

memprediksi jumlah penderita diabetes mellitus lebih dari 220 juta penderita di

tahun 2010 dan lebih dari 300 juta di tahun 2025.

Dari data World Health Organization di tahun 2002 diperkirakan terdapat

lebih dari 20 juta penderita diabetes mellitus di tahun 2025. Tahun 2030 angkanya

bisa melejit mencapai 21 juta penderita. Saat ini penyakit diabetes mellitus banyak

dijumpai penduduk Indonesia. Bahkan World Health Organization menyebutkan,

jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki ranking empat setelah

India, China, dan Amerika Serikat.

151
Kontra Indikasi:

Tidak dianjurkan untuk anak-anak. Obat ini pernah diberikan pada ibu

hamil tanpa timbulnya masalah khusus, tetapi umumnya kehamilan dianggap

sebagai kontra indikasi. Metformin dapat masuk kedalam air susu ibu dalam

jumlah kecil, sehingga sebaiknya dihindarkan pada wanita menyusui.

Dosis dan Cara pemberian:

Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis 500mg saat makan

malam atau sesudah makan. Metformin dengan pemberian 2-3 kali sehari dapat

mengurangi efek samping gastrointestinal dan memberi kontrol glikemik.

Penggunaan metformin maksimal 3g per hari.

Efek Samping:

 Gangguan pengecapan, napsu makan menurun, mual dan muntah.

1.3 Golongan Analog Meglitinid

Bekerja dengan cara mengikat reseptor sulfonilurea dan menutup ATP-

sensitive potassium chanel. Metabolisme utamanya dihepar dan metabolitnya

tidak aktif, pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hepar harus berhati-

hati. Yang termasuk dalam golongan ini adalah: Repaglinid.

Efek samping:

Efek samping meskipun sama seperti sulfonilurea, efek samping

hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek

rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi yang

161
penyerapan karbohidrat. Terapi obat golongan ini terutama ditujukan untuk

membantu penanganan pasien diabetes mellitus tipe II.

Farmakologi:

Alphaglukosidase Inhibitor sangat bermanfaat bagi pasien diabetes

mellitus yang cenderung meningkat kadar gula darahnya segera setelah makan

(hiperglikemia postprandial), pasien diabetes mellitus yang diterapi dengan

insulin, umumnya akan menurun penggunaan insulinnya jika sudah dikombinasi

dengan inhibitor alphaglukosidase. Obat-obat inhibitor Alphaglukosidase dapat

diberikan sebagai obat tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat

diabetes lainnya, seperti Obat Hipoglikemik Oral golongan sulfonilurea,

metformin, atau insulin.

Farmakokinetik:

Mekanisme aksi dari alphaglukosidase inhibitor hanya terbatas dalam

saluran cerna beberapa metabolit akarbosa diabsorpsi secara sistemik dan

dieksresikan melalui renal. Sedangkan sebagian besar miglitol tidak mengalami

metabolisme.

Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap akarbosa, obstruksi usus, radang, penyakit usus

kronis lainnya atau penyakit lain yang akan bertambah parah jika terjadi

pembentukan gas berlebihan disaluran pencernaan.

163
Cara pemberian:

Dosis awal yang biasa digunakan 25mg 1 kali sehari dapat ditingkatkan

secara bertahap menjadi 50mg 3 kali sehari. Dianjurkan untuk mengkonsumsinya

bersama segelas penuh air, pada suap pertama sarapan.

Efek samping:

Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang

kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak

mengeluarkan gas, bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal

pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang. Bila diminum bersama

dengan suntikan insulin atau tablet sulfonilurea, kadang bisa menyebabkan

hipoglikemia. Apabila efek samping ini terjadi, maka dianjurkan suntik glukosa

atau minum susu, karena makanan gula atau buah manis akan dihambat

penyerapannya oleh akarbosa.

2. Insulin

Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam

pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pankreas akan

langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan

didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang

sudah sangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel.

Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat

masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan meningkat, dan sebaliknya

164
Kontra-indikasi:

Diabetes juveil, non insulin dependent diabetes mellitus berat atau

tidak stabil. Ketoasidosis, pembedahan, infeksi berat, trauma,

gangguan fungsi hati, ginjal atau tiroid.

Bentuk sediaan:

Tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruhbaya 250 mg per hari,

usia lebih tua 100-125 mg per hari.

Dosis:

Aturan pakai 3 x sehari bersama makanan.

Efek samping:

Ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare,

anoreksia.

Resiko khusus:

Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.

1) Glipizid

Indikasi:

NIDDM (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus)

Kontra-indikasi:

Diabetes mellitus ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenil

diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, hati yang berat.

Bentuk sediaan:

Tablet 5 mg.

167
Dosis:

Dosis awal 15-30 mg 1x per hari sebelum makan pagi, dosis ditambah

2,5mg - 5 mg tergantung kadar gula darah.

Efek samping:

Hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, urtikaria, pruritus, eksema,

porfiria, fotosensitifitas.

Resiko khusus:

Penderita hati, ginjal dan wanita hamil.

2) Glimepirid

Indikasi:

Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus)

Kontra-indikasi:

Diabetes Mellitus tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma

diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.

Bentuk sediaan:

Kaplet 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg.

Dosis:

Dosis 1 mg 1x per hari dosis dinaikkan selama 12 minggu.

Efek samping:

Hipoglikemik, gangguan visual sementara, kerusakan hati,

trombopenia, leukopenia.

Resiko khusus:

Hipersensitif dan gangguan fungsi hati.

168
Kontra indikasi:

Kerusakan fungsi ginjal yang serius, riwayat penyakit yang

berhubugan dengan asidosis laktat, hipersensitifitas, gagal jantung dan

infrak miokard.

Bentuk sediaan:

Tablet 500mg dan 850mg.

Dosis:

Biasanya diberikan dengan dosis 500mg 2 kali sehari dengan makanan

untuk mengurangi efek samping gastointestinal. Dosis maksimal

850mg 3 kali sehari.

Efek samping:

Gangguan gastointestinal dan asadosislaknat.

Perhatian:

Metformin tidak dianjurkan untuk anak-anak, ibu hamil, dan wanita

menyusui.

D.1.c Penghambat Alphaglukosidase


1) Akarbosa

Indikasi:

Sebagai terapi tambahan pada obat antidiabetik oral sulfonilurea atau

biguanid yang tidak dapat dikendalikan dengan diet atau obat-obatan

tersebut. Sangat bermanfaat bagi pasien diabetes mellitus yang

meningkat.

170
Kontra indikasi :

Hipersensitif terhadap akarbosa.

Bentuk sediaan:

Tablet 25mg, 50mg, 100mg.

Dosis:

Obat ini umumnya diberikan dengan dosis awal 50mg, dan dapat

dinaikan tergantung anjuran dari dokter.

Efek samping :

Yang sering terjadi gangguan lambung, lebih banyak gas, lebih sering

flatus, dan kadang-kadang diare, yang akan berkurang setelah

pengobatan lebih lama. Bila dimunum bersamaan golongan

sulfonilurea dapat terjadi hipoglikemia.

2) Miglitol

Miglitol memiliki indikasi, kontra indikasi, meknisme kerja, dan

efek samping seperti akarbosa.

Bentuk sediaan:

Tablet 50mg, dan 100mg.

Dosis:

Dosis awal 50mg, dan dinaikan secara bertahap sampai 100mg.

171
Farmakokinetik:

Resobsinya dalam saluran cerna lebih baik dari pada akarbosa,

sehingga efek sampingnya pada gangguan lambung dan usus jauh

lebih sedikit.

D.1.d Analog Meglitinid

1) Repaglinid

Indikasi:

Untuk mengobati diabetes mellitus tipe II.

Kontra-indikasi :

Hipersensitif.

Bentuk sediaan:

Tablet 0,5mg, 1mg, 2mg.

Dosis:

Pasien yang belum menggunakan hipoglisemik oral atau kurang dari

8%: 0,5mg diminum sambil makan. Untuk pasien yang pernah

menggunakan hipoglisemik oral atau sama dengan 8%: 1mg - 2mg

diminum dengan makanan. Semua dosis sebaiknya digunakan dalam

waktu 15 menit sebelum makan atau maksimal 30 menit sebelum

makan. Jika, tidak makan jangan gunakan repaglinide.

Efek samping:

Gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah dan

tenggorokan.

172
D.1.e Thiazolidindion

1) Rosiglitazone

Indikasi :

Untuk mengobati diabetes mellitus tipe II.

Kontra-indikasi:

Gagal jantung.

Dosis:

Dosis awal 4mg melalui mulut, 1 kali sehari atau dibagi menjadi

dosis 2 kali sehari. Boleh ditingkatkan dosis menjadi 8mg melalui

mulut 1 kali sehari, atau dibagi menjadi dosis 2 kali sehari setelah 8

-12 minggu dari masa terapi, berdasarkan pada reaksi pengguna.

Dosis maksimum 8mg/hari.

Efek samping:

Edema, infeksi bidang pernapasan bagian atas, sakit kepala, diare,

anemia.

Perhatian:

Harus dihindari dari pasien dengan penyakit liver aktif dan atau

gagal jantung kelas III-IV.

2) Pioglitazone

Indikasi:

Diabetes mellitus tipe II (digunakan sebagai monoterapi atau


kombinasi dengan metformin atau sulfonilurea atau keduanya, atau
kombinasi dengan insulin)

173
Kontra-indikasi:

Gangguan hati, riwayat gagal jantung, kehamilan, dan menyusi.

Bentuk sediaan :

Tablet 15mg, 30mg, 45mg.

Dosis:

Dosis awal 15mg-30mg sekali sehari, dapat dinaikkan sampai 45mg

sekali sehari disesuaikan dengan respon. Sebaiknya diminum saat

makan malam atau sesudah makan.

Efek samping:

Gangguan saluran cerna, kenaikkan berat badan, edema, anemia,

sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, nyeri sendi.

Perhatian:

Perlu monitor fungsi hati, dan evaluasi penyakit kardivaskular

berkaitan dengan penggunaan kombinasi dengan insulin.

Terapi Kombinasi Antidiabetik Oral

Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat anti

diabetik oral atau dengan insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan

sulfonilurea dengan biguanida. Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang

sekresi pankreas yang memberikan kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja

efektif. Kedua golongan obat antidiabetik oral ini memiliki efek terhadap

sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai efek saling

menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini

174
dapat digunakan bersama produk insulin shorter-acting. Obat ini juga dapat

digunakan bersama obat diabetes lain, seperti Metformin dan Exenatide.

Cara Pemakaian:

Insulin Detemir biasanya disuntikkan pada saat makan malam atau sebelum

tidur. Jika diberikan dosis dua kali sehari, suntikkan sesuai arahan dokter,

biasanya dosis pertama pada pagi hari dan dosis kedua pada saat makan malam,

sebelum tidur, atau 12 jam setelah dosis pagi.

Dosis:

Dosis awal pada pasien dengan diabetes tipe 2 yang tidak cukup hanya dengan

menggunakan obat antidiabetik, diminum: 10 Unit (atau 0,1 - 0,2 Unit/kg) sekali

sehari pada malam hari atau dibagi menjadi dua kali sehari.

Efek samping:

Penebalan kulit di area penyuntikkan Insulin Detemir, berat badan naik, sakit

kepala ringan, nyeri punggung, sakit perut, gejala flu, seperti hidung tersumbat,

bersin-bersin, sakit tenggorokan.

D.2.2 Insulin Aspart

Insulin aspart umumnya digunakan bersamaan dengan pola diet yang tepat

dan program latihan fisik untuk mengontrol kadar gula darah bagi pasien diabetes.

Cara pemakian:

Obat ini mungkin dapat disuntikkan di area perut, paha, bokong, maupun di

belakang lengan atas. Jangan suntikkan di kulit yang kemerahan, bengkak, atau

gatal. Jangan suntikan obat ini dalam keadaan dingin karena akan terasa sakit

biasanya dapat dilakukan sekitar 5 sampai 10 menit sebelum makan.

178
Dosis:

Obat ini merupakan insulin dengan efek kerja cepat dan dapat bekerja secara cepat

maka itu harus diberikan segera sebelum anda makan. 50 hingga 70% kebutuhan

insulin harian harus dipenuhi dengan obat ini, sedangkan 30% kebutuhan bisa

ditambah insulin dengan efek kerja lambat.

Efek Samping:

Bengkak di tangan atau kaki, kalium rendah (kebingungan, denyut jantung tidak

stabil, rasa haus yang ekstrem, sering buang air kecil, rasa tidak nyaman pada

kaki, kelemahan otot atau merasa lemas).

D.2.3 Insulin Glargine

Insulin glargine umumnya digunakan dengan pola diet yang tepat dan

program latihan fisik untuk mengontrol kadar gula darah. Obat ini diperuntukan

bagi pasien diabetes tipe 1 dan pasien diabetes tipe 2. Obat ini merupakan obat

buatan manusia yang bentuknya mirip dengan insulin manusia. Obat ini bekerja

lebih cepat dan tidak bertahan lama seperti insulin biasa.

Cara Pemakaian:

Gunakan obat ini secara rutin untuk mendapatkan manfaatnya yang optimal. Anda

dapat menyuntikkan obat ini sekali saja dalam sehari dan bisa dilakukan kapan

saja (misalnya sebelum sarapan atau sebelum tidur). Perlu diingat, anda harus

menyuntikkan obat ini di waktu yang sama setiap hari.

179
Dosis:

Dosis awal monoterapi: injeksi subkutan 0,5 – 1,5 unit/kg/hari. Dosis perawatan,

monoterapi: Jumlah kebutuhan insulin setiap hari dapat bertambah hingga

2,5unit/kg atau lebih tinggi pada pasien obesitas dan resistensi insulin.

Efek Samping:

Efek samping meliputi rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, atau gatal-gatal

setelah penyuntikan. Efek samping ini mungkin hilang setelah beberapa hari atau

minggu.

180
2.) Glamarol (Glimepiride)

Indikasi:

Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus).

Kontra-indikasi:

Diabetes Mellitus tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma

diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.

Bentuk sediaan:

Kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg.

Dosis:

Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.

Efek samping:

Hipoglikemik, gangguan visual sementara, kerusakan hati, trombopenia,

leukopenia.

Resiko khusus:

Hipersensitif dan gangguan fungsi hati.

3.) Glucodex (Gliclazide)

Indikasi:

Kegunaan gliclazide adalah untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2 pada

orang dewasa jika diet, latihan fisik dan penurunan berat badan saja tidak

cukup mampu mengontrol kadar gula darah seperti yang diinginkan.

182
Kontra-indikasi:

 Jangan menggunakan gliclazide jika anda memiliki riwayat

hipersensitif (alergi) terhadap gliclazide atau obat-obat yang

termasuk golongan sulfonilurea dan sulfonamide lainnya.

 Orang-orang dengan defisiensi enzim yang melindungi sel darah

merah, sebaiknya tidak menggunakan obat ini, karena bisa

menyebabkan terjadinya hemolisis akut.

 Jika anda menderita gangguan ginjal, hati, kelenjar adrenal atau

kelenjar pituitari hati-hati menggunakan obat golongan

sulfonilurea.

Dosis dewasa:

Awalnya, 40-80 mg setiap hari secara bertahap meningkat menjadi 320 mg

setiap hari bila perlu. Dosis > 160 mg per hari mungkin diberikan dalam

dua dosis terpisah. Untuk modified release tab: dosis awal 30 mg sekali

per hari, mungkin meningkat sampai 120 mg per hari.

Dosis anak-anak:

Belum ada ketentuan dosis obat ini untuk anak-anak. Obat ini bisa saja

berbahaya bagi anak-anak. Penting untuk memahami keamanan obat

sebelum digunakan.  Konsultasikan pada dokter atau apoteker untuk

informasi lebih lanjut.

183
Bentuk sediaan:

Gliclazide tersedia dalam bentuk kapsul, Oral: 400 mg, 700 mg

Efek samping:

Efek samping yang umum terjadi kadar gula darah yang rendah

(hypoglycemia).

Resiko Khusus:

Kelainan hati dan kelainan kulit.

4.) Glurenorm (Gliquidone 30mg)

Indikasi:

Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus)

Kontra-indikasi:

Pasien gagal fungsi hati dan ginjal: Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1.

Pasien dengan keadaan dimana kontrol gula darah harus dilakukan dengan

insulin, seperti pasien dalam infeksi berat, diabetic ketoacidosis, pasien

dengan koma diabetikum, yaitu penurunan kesadaran akibat kadar gula

darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah; Pasien Ibu hamil dan

menyusui.

184
Dosis:

Dosis awal dapat digunakan 15mg atau ½ tablet Glurenorm 30mg sekali

sehari, digunakan 30menit - 1 jam sebelum makan dan tidak disarankan

untuk digunakan pada pasien yang diharuskan puasa. Dosis dapat

ditingkatkan disesuaikan dengan kadar gula darah pasien sampai

maksimum 120mg sehari, penyesuaian dosis ini disarankan

dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. 

Efek samping:

Sakit kepala, gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, mual, muntah

atau sakit perut, tingkat glukosa rendah pada darah (hypoglycemia),

kenaikan berat badan, gangguan darah, ruam kulit.

5.) Glibenclamide 5mg

Indikasi:

NIDDM (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus).

Kontra-indikasi:

Ketoasidosis, infeksi berat, stress, trauma, gangguan ginjal, hati atau

tiroid berat, porifia akut.

Bentuk sediaan:

Tablet 5 mg.

Dosis :

Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5 mg.

185
Efek samping:

Ikterus kolestasis, alergi dermatologi dan reaksi hematol, sakit kepala

pusing, parestesia.

Resiko khusus:

Usia lanjut dan hipoglikemia.

6.) Glimepiride 1mg, 2mg, 3mg

Indikasi:

Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus).

Kontra-indikasi:

Diabetes Mellitus tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma

diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil, laktasi.

Bentuk sediaan:

Kaplet 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg.

Dosis:

Dosis 1 mg 1 x/hari dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.

Efek samping:

Hipoglikemik, gangguan visual sementara, kerusakan hati, trombopenia,

leukopenia.

Resiko khusus:

Hipersensitif dan gangguan fungsi hati.

186
A.2 Golongan Biguanid:

1.) Metformin HCL 500mg (Eraphage 500mg capsul)

Indikasi:

Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin-dependent-diabetes-mellitus).

Kontra-indikasi:

Pasien dengan koma diabetikum, yaitu penurunan kesadaran akibat

kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah; Pasien ibuhamil

dan menyusui.

Dosis dewasa:

Dosis awal: 500 mg oral dua kali sehari atau 850 mg oral sekali sehari.

Titrasi dosis: Kenaikan 500 mg mingguan atau 850 mg setiap 2 minggu

sesuai toleransi. Dosis perawatan: 2000 mg per hari. Dosis maksimum:

2550 mg per hari. Dosis awal: 500mg - 1000 mg oral sekali sehari.

Titrais dosis: Kenaikan 500 mg per minggu sesuai toleransi. Dosis

perawatan: 2000 mg per hari. Dosis maksimum: 2500mg per hari.

Dosis anak-anak:

(10 tahun atau lebih) Dosis awal: 500 mg oral dua kali sehari.

Titrasidosis: Kenaikan 500 mg mingguan sesuai toleransi. Dosis

perawatan: 2000 mg per hari. Dosis maksimum: 2000 mg per hari.

Bentuk sediaan:

Kapsul Oral: 500 mg, 1000 mg.

187
Efek samping:

Gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau

tenggorokan.

Resiko Khusus:

Obat ini dapat menimbulkan lactic acidosis (penumpukan asam laktik

dalam tubuh, yang bisa berakibat fatal). Lactic acidosis dapat terjadi

perlahan-lahan dan memburuk seiring dengan waktu.

A.3 Golongan Penghambat Alphaglukosidase

Jenis Akarbosa:

1) Eclid

Indikasi:

Terapi kombinasi dengan diet untuk diabetes mellitus.

Konta-indikasi:

Gangguan intestinal kronik yang berhubungan dengan gangguan

pencernaan dan absorpsi, kembug. Gangguan ginjal berat, hamil dan

menyusui.

Bentuk sediaan:

Tablet 50 mg x 10 x 5.

Dosis:

Untuk pemakaian awal 50 mg. Maksimal 100-200 mg 3 kali/hari.

Tingkatkan dosis pada interval 4-8 minggu atau lebih. Dosis

disesuaikan menurut respon pengguna.

188
Efek samping:

Kembung dan bising usus meningkat. Kadang-kadang diare dan nyeri

perut serta abdomen yang tidak spesifik.

Perhatian:

Monitor fungsi hati selama 6-12 bulan pertama terapi.

B. SEDIAN INSULIN

1.) LANTUS® dengan nama generik (insulin glargine).

LANTUS® (PT Sanofi-Aventis) bisa menjadi pilihan karena insulin

glargine telah diuji dan dinyatakan efektif dan aman untuk diberikan

kepada kasus-kasus diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 oleh ’the

European Agency for the Evaluation of Medical Products’

Indikasi:

Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.

Kontra-indikasi:

Bagi pasien yang hipersensitif terhadap insulin glargine.

Efek samping:

Yang mungkin terjadi yaitu nyeri pada sisi injeksi dan hipoglikemia.

Pemberian Obat:

Sebelum sarapan atau sebelum tidur. Perlu diingat, Anda harus

menyuntikkan obat ini di waktu yang sama setiap hari.

189
Keuntungannya:

Memberikan kenyamanan untuk pasien dengan satu kali suntikan per

hari dan pasien dapat dengan mudah dan aman mentitrasi LANTUS®.

Bentuk sediaan:

(1) Cartridges: 3 ml untuk digunakan OptiPen Pro (300 IU insulin

glargine), box cartridges 5 x 3 ml, (2) Vials: 10 ml vials (1000 IU

insulin glargine), (3) Pre-filled pens: 3 ml Optiset pre-filled, disposable

pen (pen sekali pakai) dengan nama OptiSet®, optiset 5×3 ml,

incremental dose = 2 IU, max dose/inj = 40 IU.

Dosis:

Pasien tipe 2 yang telah diobati dengan obat hiperglikemia oral,

memulai dengan insulin glargine dengan dosis 10 IU sekali sehari.

Dosis selanjutnya diatur menurut kebutuhan pasien,dengan dosis total

harian berkisar dari 2-100 IU.

2.) Levemir® dengan nama generik (insulin detemir).

Produsen:

Novo Nordisk

Indikasi:

Pengobatan diabetes mellitus.

Kontra Indikasi:

Hipersensitivitas.

190
Dosis:

Dosis sub kutan bersifat individual (1 x/hari, dalam kombinasi dengan

obat antidiabetes oral).

Efek Samping:

Hipoglikemia, reaksi pada tempat injeksi.

Pemberian Obat:

Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.Untuk pasien yang diterapi

dengan rejimen 1 x/hari, berikan bersama dengan makan malam atau

menjelang tidur. Untuk pasien yang memerlukan pemberian dosis 2 x/hari,

dosis malam dapat diberikan bersama makan malam atau menjelang tidur

atau 12 jam sesudah pemberian dosis pagi.

Bentuk Sediaan:

Levemir FlexPen 100 IU/mL.

3.) Novomix® dengan nama generik (Insulin aspart 30%, protaminated

insulin aspart 70%)

Produsen:

Novo Nordisk

Indikasi:

Untuk pengobatan diabetes mellitus.

Kontra Indikasi:

Hipersensitivitas, Hipoglikemia.

191
Dosis:

Dosis sub kutan bersifat individual. Dosis lazim: 0.5 - 1 untuk/kg berat

badan/hari.

Efek samping :

Hipoglikemia.

Pemberian obat:

Sebaiknya diberikan bersama makanan, diberikan sesaat sebelum atau

sesudah makan.

Bentuk Sediaan:

NovoMix 30 FlexPen.

4.) Novorapid® dengan nama generik (Insulin aspart)

Produsen:

Novo Nordisk.

Indikasi:

Pengobatan Diabetes mellitus

Kontra Indikasi:

Hipoglikemia.

Dosis:

0.5-1 untuk/kg berat badan/hari.

Efek Samping:

Hipoglikemia.

192
Pemberian Obat:

Sebelum atau sesudah makan.

Bentuk Sediaan:

NovoRapid FlexPen 100 untuk/mL 3 mL x 5 × 1’s , NovoRapid powd for

injeksi 100 IU/mL 10 mL x 1’s.

193
BAB IV

KESIMPULAN

1. Diabetes mellitus terjadi karena gangguan metabolisme kronis yang

ditandai dengan meningkatnya atau tingginya kadar glukosa darah. Terapi

diabetes mellitus bertujuan untuk mencegah akibat defisiensi insulin yang

akan segera timbul, yang meliputi hiperglikemia simptomatik (yaitu :

polyuria, polydipsia dan penurunan berat badan).

2. Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang memburuk, maka

penggantian insulin total menjadi suatu kebutuhan.

3. Obat-obat antidiabetik oral yang digunakan di IFRS Masmitra beserta

golongannya, antara lain:

Golongan Sulfonilurea: Amadiab 1, 2 (Glimepiride 1mg, 2mg),

Glamarol 1, 2 (Glimepiride 1mg, 2mg),

Glucodex (Gliclazide), Glurenorm

(Gliquidone 30mg), Glibenclamide 5mg,

Glimepiride 1mg, 2mg, dan 3mg.

Golongan Biguanid: Eraphage (Metformin HCL 500mg) ,

Metformin HCL 500mg.

Golongan Penghambat Alphaglukosidase: Eclid 50mg, 100mg

(akarbosa)

194
4. Aturan pakai Antidiabetik Oral berdasarkan golongannya:

a) Golongan Sulfonilurea

Glibenclamide: Dapat diminum bersama makanan kecuali glipizid,

tolbutamid, gliburid, glipizid lebih efektif diminum 30 menit sebelum

makan.

b) Golongan Biguanid

Metformin Hcl: Pemberian metformin dapat dimulai dengan dosis

500mg saat makan malam atau sesudah makan.

c) Golongan Analog Meglitinid

Repaglinid: Sebaiknya diminum dalam waktu 15 menit sebelum

makan atau maksimal 30 menit sebelum makan. Jika tidak makan

jangan gunakan repaglinid.

d) Golongan Thiazolidindion

Pioglitazone: Sebaiknya diminum saat makan malam atau sesudah

makan.

e) Golongan Penghambat Alphaglukosidase

Eclid: Dianjurkan untuk mengkonsumsinya bersama segelas penuh air,

pada suap pertama sarapan.

5. Lama kerja Insulin berdasarkan sediaannya:

Kerja Lama : LANTUS® (Insulin Glargine) dan Levemir® (Insulin

Detemir)

Kerja Singkat: NovoMix® (Biphasic insulin aspart) dan Novorapid®

(Insulin aspart)

195
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, DepKes


RI.

Anonim. 2010. Gula Darah.http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_darah#Mekanisme
_pengaturan _gula_darah.Wikipedia Indonesia.

Anonim, 2007. Diabetes Mellitus, http://wapedia.mobi/id/Diabetes_mellitus.


Diakses pada 21 Desember 2007.

Bigworld027. 2009. Pankreas sebagai Pengatur Kadar Gula  Darah. http://bigw
orld027.wordpress.com/2009/02/18/pankreas-sebagai-pengatur-kadar-gula-
darah/.WordPress.

Ganiswarna, Sulistia G, dkk. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian


Farmokologi FK UI. Jakarta.

Godam64. 2006. Informasi Diabetes Mellitus/ Kencing Manis/ Penyakit Gula


Darah,Pengertian,Definisi,Pencegahan,Perawatan,Petunjuk,dll. http://orga
nisasi.org/informasi_diabetes_mellitus_kencing_manis_penyakit_gula_dara
h_pengertian_definisi_pencegahan_perawatan_petunjuk_dll. Komunitas dan 
Perpustakaan Online Indonesia.

http://nissa-uchil.blogspot.co.id/2014/03/farmakologi-obat-anti-diabetik.html

http://www.kerjanya.net/faq/8935-glurenorm-30-mg.html

https://hellosehat.com/drug/gliquidone/

196

Anda mungkin juga menyukai