Anda di halaman 1dari 5

Contoh Soal

1. Jelaskan kasus terkait thalidomide yang menyebabkan cacat pada bayi yang
dilahirkan.

 Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, penggunaan Thalidomide pada wanita hamil di
46 negara mengakibatkan “bencana medis buatan manusia terbesar yang pernah ada”,
mengakibatkan lebih dari 10.000 anak yang lahir dengan berbagai kelainan bentuk
parah, seperti Phocomelia, seperti serta ribuan keguguran.
 Thalidomide diperkenalkan pada tahun 1956 dan dipasarkan secara agresif oleh
perusahaan farmasi Jerman Chemie Grünenthal dengan nama
dagang Contergan sebagai obat untuk kecemasan , kesulitan tidur , "ketegangan",
dan mual di pagi hari. Ini diperkenalkan sebagai obat penenang dan obat untuk mual di
pagi hari tanpa diuji pada wanita hamil. Meskipun awalnya dianggap aman selama
kehamilan, kekhawatiran tentang cacat lahir dicatat pada tahun 1961, dan obat tersebut
dihapus dari pasar di Eropa tahun itu. 
 Jumlah total orang yang terpengaruh oleh penggunaan thalidomide selama kehamilan
ibu diperkirakan lebih dari 10.000, di antaranya sekitar 40 persen meninggal pada atau
tidak lama setelah melahirkan.
 Mereka yang selamat memiliki kelainan anggota tubuh, mata, saluran kemih, dan
jantung. Cacat lahir thalidomide menyebabkan perkembangan regulasi dan
pemantauan obat yang lebih besar di banyak negara.
 Tingkat keparahan dan lokasi kelainan tergantung pada berapa hari ibu hamil sebelum
memulai pengobatan; Thalidomid yang diminum pada hari ke-20 kehamilan
menyebabkan kerusakan otak pusat, hari ke-21 akan merusak mata, hari ke-22 telinga
dan wajah, hari ke-24 kerusakan lengan, dan tungkai akan terjadi jika diminum hingga
hari ke-28. Thalidomid tidak merusak janin jika diminum setelah usia gestasi 42 hari. 
 Di Inggris, obat tersebut mendapat lisensi pada tahun 1958 dan ditarik pada tahun 1961.
Dari sekitar 2.000 bayi yang lahir dengan cacat, sekitar setengahnya meninggal dalam
beberapa bulan dan 466 bertahan hingga setidaknya tahun 2010.

2. Jelaskan terkait pengobatan pasien covid dengan plasma darah konvalesen.


(mekanisme) skema.
 Plasma dari pasien yang telah sembuh COVID-19 diduga memiliki efek terapeutik
karena memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.
 Shen, dkk memberikan terapi plasma konvalesen kepada 5 pasien (karakteristik pasien
umur 36 - 73 th, qRT-PCR (+), Pneumonia berat , PAO2/FIO2 < 300 mmHg,
menggunakan ventilasi mekanis) sebanyak 400 mL yang mengandung titer antibodi
lebih dari 1:1000, setelah 3 hari dilakukan transfusi pasien mengalami penurunan suhu
tubuh hingga kembali normal, peningkatan Pao2/Fio2, ARDS mengalami penyembuhan,
titer antibodi meningkat dan viral load menjadi negatif dalam 12 hari paska transfusi.
 Pada kasus COVID-19 terganggu oleh karena virus melekat pada porfirin. Ion FE
dilepaskan dari heme mengambang bebas melalui darah. ion FE jenis ini
sangat reaktif dan menyebabkan kerusakan oksidatif., sehingga transfusi plsma darah
dibutuhkan agar mengganti kerusakan plasma karena Covid-19 dianggap sebagai
redikal bebas didalam darah dan beredar dalam tubuh yang dapat
menyebabkan terjadinya hipoksemia.
 Donor plasma harus sudah bebas gejala selama 14 hari, negatif pada tes deteksi
SARS-CoV-2, dan tidak ada kontraindikasi donor darah.

3. Jelaskan terkait pengobatan dengan stem cel. (Mekanisme) sertakan skema

 Stem cell adalah sel yang belum berdiferensiasi, sehingga ia mempunyai kemampuan
untuk menjadi berbagai jenis tipe sel yang baru. Stem cell memiliki peran yang besar
dalam menggantikan sel yang mengalami luka ataupun kerusakan. Mereka membelah
dan berkembang menjadi jenis sel yang lain seperti stem cell yang menggatikan sel
darah merah yang hanya berumur sekitar empat bulan. Stem cell juga dapat
menggantikan sel-sel kulit kita yang terkelupas dan menggantikannya dengan sel-sel
kulit yang baru. Saat kita terjatuh dan terluka maka stem cell akan bertugas
memperbaiki sel-sel yang rusak supaya luka kita tertutup. Sel ini juga dapat
berdiferensiasi menjadi sel kulit, jantung, otak,ginjal dan seterusnya.
 Stem cell  dapat mengobati berbagai penyakit yang susah untuk diobati, misalnya
pengobatan pada penyakit Parkinson dimana penderita mengalami kerusakan pada
neuron dopaminergik sehingga muncul berbagai gejala-gejala penyakit Parkinson. Stem
cell dapat ditransplantasikan ke dalam otak penderita penyakit Parkinson agar dapat
membentuk neuron-neuron (sel saraf) yang baru.
 Transplantasi stem cell tali pusat, yaitu pengobatan menggunakan stem cell yang
diambil dari darah tali pusat. Pada tali pusat terdapat sel punca hematopoietik
(HSCs/Hemaptopoetic Stem Cell) yang merupakan sel-sel induk yang dapat
menghasilkan sel-sel darah lainnya. HSCs ini secara khusus dapat ditemukan pada cord
blood atau darah yang tertinggal di plasenta dan di tali pusat setelah kelahiran.
 Keuntungan penggunaan stem cell (khususnya HSCs) dari tali pusat adalah HSCs pada
cord blood atau darah tali pusat lebih mudah diambil dibandingkan dengan proses
pengambilan HSCs dari sumsum tulang (perlu diketahui, HSCs merupakan sel yang
sangat langka dan sebelumnya hanya bisa diperoleh dari sumsum tulang). Kemudian
Haematopoietic stem cell atau HSCs yang diambil dari cord blood bisa berdiferensiasi
menjadi semua jenis sel darah seperti sel darah merah (eritosit) dan sel darah putih
(leukosit) yang bertanggung jawab untuk mempertahankan produksi darah sepanjang
hidup kita. HSCs ini sudah banyak digunakan pada transplantasi sumsum tulang untuk
mengobati penyakit darah seperti leukimia. Beberapa peneliti bahkan melaporkan
bahwa cord blood atau darah tali pusat mengandung jenis stem cell lain yang dapat
berdiferensiasi menjadi sel selain sel darah seperti sel saraf. Penemuan ini sangatlah
kontroversial di kalangan peneliti dan tidak begitu diterima.  Selain itu, dibandingkan
dengan HSCs dari sumsum tulang transplantsi HSCs dari cord blood lebih aman karena
resiko ketidakcocokan sistem imun antara pasien dan pendonor (sistem imun pasien
menganggap stem cell dari pendonor sebagai "musuh"sehingga sistem imun tubuh
mencoba memusnahkannya). Keuntungan yang terakhir adalah stem cell dari tali pusat
dapat disimpan dengan cara dibekukan sampai dibutuhkan dan transplantasi stem cell
dari tali pusat lebih mudah dilakukan dibandingan dengan transplantasi sumsum tulang
yang mempunyai resiko penolakan karena ketidakcocokan sistem imun. 
 Kekurangannya, jumlah HSCs dari cord blood lebih sedikit jika dibandingkan dengan
HSCs pada sumsum tulang. Sehingga membuat pengobatan pasien dewasa
menggunakan cord blood lebih susah karena pasien dewasa membutuhkan lebih
banyak HSCs daripada anak-anak dan apabila HSCs terlalu sedikit, maka kemungkinan
besar pengobatan bisa gagal serta menghambat pembentukan sel darah baru. Hal inilah
yang membuat para peneliti memfokuskan penelitiannya untuk meningkatkan HSCs
yang dapat diambil dari satu tali pusat. Salah satu penelitiannya adalah dengan
menumbuhkan sel tali pusat di laboratorium (ex vivo ekspansion). Salah satu fokus
penelitian selanjutnya adalah para peneliti mencoba untuk mengaplikasikan stem cell
yang didapat dari tali pusat yang digunakan untuk mengobati penyakit lain selain
penyakit darah.  Saat ini  sudah dicoba pada binatang penggunaan HSCs yang diambil
dari cord blood dapat memperbaiki jaringan selain darah di penyakit-penyakit seperti
serangan jantung sampai stroke.
 Penerapannya pada manusia sudah berhasil dibuktikan, seperti pada kasus yang
dialami oleh Peyton, ia menderita stroke yang parah dan telah diketahui bahwa tidak
semua orang dapat selamat dari penyakit stroke terutama pasa saat kanak - kanak.
Namun Peyton dapat sembuh dari penyakit stroke itu berkat penginjeksian cord blood.
 Cord blood diambil untuk mengobati penyakit seperti penyakit darah (leukimia,
talasemia, dan lainnya), stroke, cedera otak, kanker dan seterusnya .
 Hal itu dikarenakan pengambilan cord blood aman bagi ibu dan anak.
 Cord blood diambil dari tali pusat yang biasanya langsung dibuang.
 Stem cell dari tali pusat juga memiliki sifat imunosupresive (menekan imun) sehingga
stem cell dari tali pusat lebih aman dan resiko penolakan imunnya lebih sedikit, bahkan
stem cell dari tali pusat bisa digunakan dalam transplantasi xenogenik dan alogenik.
 Cord blood termasuk ke dalam jenis stem cell yang pluripoten sehingga bisa
berkembang menjadi hampir semua jenis sel dan bebas dari masalah etik, tidak seperti
stem cell embrionik yang sarat akan masalah etik yang diakibatkan oleh pengambilan
stem cell embrionik dari embrio manusia sehingga secara tidak langsung peneliti harus
"membunuh" embrio tersebut yang mungkin masih memiliki kemampuan untuk hidup
untuk mengambil stem cellnya.

Anda mungkin juga menyukai