0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan4 halaman
Diskusi kelompok apoteker membahas kasus pasien hepatitis di RS Sehat Sejahtera. Mereka menilai terapi obat yang diberikan, termasuk lamivudin, interferon alfa 2B, tomit, SNMC, dan biocurliv. Kelompok ini sepakat bahwa terapi tersebut sesuai dengan indikasinya, meskipun ada usulan untuk mengganti lamivudin dengan entecavir yang lebih efektif. Dosis beberapa obat juga perlu disesuaikan.
Diskusi kelompok apoteker membahas kasus pasien hepatitis di RS Sehat Sejahtera. Mereka menilai terapi obat yang diberikan, termasuk lamivudin, interferon alfa 2B, tomit, SNMC, dan biocurliv. Kelompok ini sepakat bahwa terapi tersebut sesuai dengan indikasinya, meskipun ada usulan untuk mengganti lamivudin dengan entecavir yang lebih efektif. Dosis beberapa obat juga perlu disesuaikan.
Diskusi kelompok apoteker membahas kasus pasien hepatitis di RS Sehat Sejahtera. Mereka menilai terapi obat yang diberikan, termasuk lamivudin, interferon alfa 2B, tomit, SNMC, dan biocurliv. Kelompok ini sepakat bahwa terapi tersebut sesuai dengan indikasinya, meskipun ada usulan untuk mengganti lamivudin dengan entecavir yang lebih efektif. Dosis beberapa obat juga perlu disesuaikan.
M : Selamat pagi teman-teman sejawat apoteker, bersyukur kita dapat berkumpul
disini dan mengadakan rapat mengenai diskusi kasus yang ada di rumah sakit Sehat Sejahtera, rapat kita hari ini beranggotakan 6 orang apoteker yang menjalankan program pelayanan informasi obat yang ada di RS Sehat sejahtera, sebelumnya perkenalkan saya Apt Yoca S.Farm dan juga hadir disini ketua divisi pelayanan obat ada Apt. Ryan S.Farm , dan sekretaris ada Apt. Mensi S.Farm, dan bendahara ada Apt. Tika S.Farm juga ada anggota lain yaitu Apt. Devin S.Farm, Apt. Teffy S.Farm dan ada Apt. Novy S.Farm. Untuk memulai rapat ini saya persilahkan Apt Mensy untuk memimpin kita dalam doa sekaligus akan memaparkan kasus yang akan kita bahas bersama. Apt Mensi : Memimpin doa dan membahas kasus M : Baik. Terimakasih Apt Mensi S.Farm. Selanjutnya saya buka sesi diskusi mengenai assessment terapi obat yang diberikan dokter apakah sudah tepat dan aman? Apt Tika : Baik perkenalkan saya apoteker Tika. Pertama saya ingin membahas kebutuhan terapi tambahan obat yang akan diberikan kepada pasien berupa obat lamivudin itu sudah sesuai dengan indikasi ( lamivudine atau terapi interferon alfa 2B merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan Hepatitis B Kronis ) dan cukup aman digunakan untuk profilaksis Hepatitis B. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zappulo et al, 2018, dan juga Wongprasit et al, 2010 menemukan bahwa penyakit hepatitis B dapat diberi monoterapi lamivudin atau juga dapat dikombinasikan dengan obat lain. Namun tetap harus diperhatikan interaksi yang mungkin terjadi. saya juga sudah mengecek lamivudin aman untuk digunakan bersama dengan obat yang disebutkan tadi. M : Terimakasih Apt Tika untuk pemaparan informasinya, apakah ada tanggapan lain dari apoteker? Apt Teffy: Perkenalkan saya Apt Teffy. Saya setuju dengan Apt Tika terkait pemberian lamivudin, disini saya juga akan menyampaikan tanggapan lain, yang saya temukan pada penelitian yang dilakukan oleh Yang, Chun., et al, 2016 menunjukan bahwa entecavir lebih efektif daripada lamivudine dalam mencegah reaktivasi HBV dan hepatitis terkait HBV pada pasien dengan infeksi HBV kronis. sehingga cocok dengan kondisi pasien yang mengalami kekambuhan HBV. Dosis yang digunakan untuk lamivudine adalah 100 mg/hari, sedangkan jika dimungkinkan untuk diberikan entecavir dosisnya adalah 0.5 mg/hari. M : Baik terimakasih Apt Lionel untuk tambahan informasinya, kita akan tetap melanjutkan diskusi, mengenai terapi lain yang diberikan apakah sudah tepat? Apt Devin : Perkenalkan saya Apt devin. Disini saya akan memberikan informasi mengenai obat interferon alfa 2B nya juga sudah sesuai, dimana jika dana-nya mencukupi diberikan interferon alfa 2B, karena menurut penelitian Bazinet et al, 2017 dijelaskan bahwa terapi monoterapi dengan interferon alfa-2a dapat digunakan untuk mengobati sakit hepatitis, kemudian dapat juga dilakukan, kombinasi dengan perwakilan 2139 dan interferon pegilasi ALFA-2A yang setelah dilakukan penelitian hasilnya aman karena memiliki reliabilitas yang mirip dengan monoterapi interferon alfa 2B. M : Baik terima kasih Apt devin untuk informasinya, apakah ada tanggapan atau masukkan lain dari rekan apoteker? Apt Novy : Baik, perkenalkan saya Apt Novy. Disini saya akan memberi informasi tambahan yang mendukung pendapat dari Apoteker Lionel, bahwa saya menemukan terdapat obat yang lebih efektif daripada lamivudine, yaitu menggunakan entecavir hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Shi et al, 2017 dimana tingkat serum HBV DNA secara signifikan lebih rendah pada kelompok ETV 1,91 ± 0,45 log10 IU / ml) dibandingkan dengan Lamivudine (2.08±0.75 log10 IU/ml) , adefovir dipivoxil (2.26±0.73 log10 IU/ml), telbivudine (2.09±0.62 log10 IU/ml). adapun mekanisme obat ETV bekerja sebagai analog nukleosida yang selektif terhadap virus hepatitis B dan menghambat sintesa dan replikasi DNA virus hepatitis B, akan tetapi memang harganya lebih mahal dari pada lamivudin, mungkin dapat dipertimbangkan jika pasien dapat membelinya. M : Terimakasih rekan-rekan yang sudah berdiskusi mengenai asesmen terapi, sebelum kita menuju pada kesimpulan mari sama-sama kita cermati terapi yang diberikan sebelumnya pada saat pasien masuk ke RS Hari pertama. Apt Ryan : Perkenalkan saya Apt Ryan. Baik saya akan menjelaskan mengenai terapi yang sudah diberikan sebelumnya yaitu Novalgin inj 3x sehari, Ranitidin inj 1 amp per 12 jam, Tomit inj 1 amp tiap 8 jam dan SNMC 1 amp tiap 12 jam. lalu hari berikutnya terapi ditambah Biocurliv 3x sehari. Untuk penggunaan novalgin inj saya sarankan dihentikan kalau pasien sudah merasa lebih baik dan tidak merasakan nyeri pada perut, karena salah satu efek samping yang umum ditimbulkan oleh novalgin ini yaitu hipotensi yang mendadak pada penggunaan injeksi, pirosis, mual, epigastrik, nyeri, pusing, dan vertigo ringan, mengacu dari jurnal sistematik review oleh Gaertherner et al. 2017, saya memberi masukkan untuk menghentikan pemberian obat Ranitidin sebagai pertimbangannya untuk mengatasi mual dan muntah yang dialami pasien. Dan terkait penggunaan obat Tomit dapat terus dilanjutkan karena aman bagi pasien yang hepatitis karena obat Tomit yang mengandung metoclopramide ini memiliki insidensi yang kecil terhadap kerusakan hati. Saya juga menemukan penelitian oleh Robiyanto dkk, 2019 untuk obat SNMC dan biocurliv berfungsi untuk mencegah perburukan fungsi liver agar tidak terjadi keparahan. SNMC dan biocurliv merupakan hepatoproktetor. Sehingga obat ini tetap diberikan pada pasien yang kadar SGOT dan SGPT tinggi. M : Terima kasih Apt Ryan atas informasinya, apakah ada tanggapan lain dari rekan apoteker? Apt Mensi : Perkenalkan saya Apt Mensi, Saya setuju dengan penyampaian Apt Ryan, saya akan melanjutkan penjelasan yang mendukung informasi apt ryan. Menurut penelitian Rechtman, M.M et al, 2010 kombinasi lamivudin dengan kurkumin menghasilkan peningkatan penekanan ekspresi HBV hingga 75% dibandingkan dengan Lamivudine atau kurkumin menghasilkan penekanan yang signifikan dari transkripsi HBV yaitu masing-masing 35% dan 62%. Hasil ini menunjukkan bahwa kurkumin dapat bekerja secara sinergis dengan analogi nukleotida / nukleosida antiHBV saat ini, dan bahwa kombinasi ini dapat menghasilkan penekanan HBV yang lebih baik. Memanfaatkan ketergantungan HBV pada koaktivatornya PGC-1alfa, penelitian ini menunjukkan bahwa penghambatan PGC-1alfa oleh pengobatan kurkumin menghasilkan penekanan yang signifikan dari ekspresi gen HBV. Dan juga menghentikan pemberian Ranitidin, karena menurut jurnal Gulati et al 2018 dan menurut NCBI, 2018 dalam metabolit ranitidin dapat menyebabkan kerusakan oksidatif di hati atau memicu reaksi alergi imun. Pada penelitian lain disebutkan bahwa kerusakan hati yang mungkin dapat ditimbulkan oleh ranitidin dapat sembuh de ngan cepat jika pengobatan dihentikan. M : Terimakasih rekan apoteker mungkin masih ada yang akan menyampaikan pendapatnya? Apt Teffy : Mau menambahkan untuk pengaturan dosis obat. untuk biocurliv dosisnya sudah betul yaitu diminum 3x sehari, karena obat ini merupakan suplemen kesehatan hati sehingga sudah tepat dosisnya dan sudah sesuai penggunaanya, untuk obat injeksi SNMC juga dosisnya sudah betul yaitu 1 amp/12 jam dan untuk dosis Tomit (metoclopramide hidroklorida) yang diberikan injeksi 1 ampul tiap 8 jam tidak tepat karena berdasarkan BPOM dosis untuk dewasa 10 mg/2,5 mL larutan rektal 3 kali sehari. M : Baik saya kira waktu kita sudah cukup untuk berdiskusi mengenai assessment terapi dari kasus Hepatitis yang kita temui di RS Sehat Sejahtera, Jadi berdasarkan diskusi kita hari ini, pada kasus ini kita setuju pada penetapan terapi obat Lamivudin, Interferon alfa 2B, Tomit, SNMC dan Biocurliv ya, karena indikasi yang diberikan oleh Biovurliv SNMC kurang lebih sama sebagai suplemen maka apakah kita sepakat untuk menggunakan satu jenis obat saja? juga untuk obat Novalgin dan Ranitidin dihentikan pemberiannya, khu sun novalgin dapat dihentikan jika mual muntah yang dialami pasien sudah membaik. Apt Mensi : Ya untuk SNMC kita sepakat untuk menghentikan pemberiannya saja. M : Baik terimakasih rekan sejawat semua, saya kira kita sudah tiba di penghujung diskusi kita hari ini, untuk menutup rapat kita hari ini, saya minta kesediaan apt Juan untuk menutup dalam doa.