Anda di halaman 1dari 4

Nama anggota kelompok (Kelompok C.2.

1):

Oktaviana Felixsita Koka Uran (168114165)

Teofilus Hawan (178114010)

Devin Wijaya Herianto (178114034)

Yoca Sinlae (178114105)

Engelbertus Ryan Ndelo (178114116)

Atika Suri Usemanu (178114122)

Emerensiana Warni (178114136)

KASUS 4

Link Video Youtube:

https://www.youtube.com/watch?v=flzEvD-XJNA

Skenario:

M : Moderator

M : Selamat pagi teman-teman sejawat apoteker, bersyukur kita dapat berkumpul


disini dan mengadakan rapat mengenai diskusi kasus yang ada di rumah sakit
Sehat Sejahtera, rapat kita hari ini beranggotakan 6 orang apoteker yang
menjalankan program pelayanan informasi obat yang ada di RS Sehat
sejahtera, sebelumnya perkenalkan saya Apt Yoca S.Farm dan juga hadir
disini ketua divisi pelayanan obat ada Apt. Ryan S.Farm , dan sekretaris ada
Apt. Mensi S.Farm, dan bendahara ada Apt. Tika S.Farm juga ada anggota
lain yaitu Apt. Devin S.Farm, Apt. Teffy S.Farm dan ada Apt. Novy S.Farm.
Untuk memulai rapat ini saya persilahkan Apt Mensy untuk memimpin kita
dalam doa sekaligus akan memaparkan kasus yang akan kita bahas bersama.
Apt Mensi : Memimpin doa dan membahas kasus
M : Baik. Terimakasih Apt Mensi S.Farm. Selanjutnya saya buka sesi diskusi
mengenai assessment terapi obat yang diberikan dokter apakah sudah tepat
dan aman?
Apt Tika : Baik perkenalkan saya apoteker Tika. Pertama saya ingin membahas
kebutuhan terapi tambahan obat yang akan diberikan kepada pasien berupa
obat lamivudin itu sudah sesuai dengan indikasi ( lamivudine atau terapi
interferon alfa 2B merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan
Hepatitis B Kronis ) dan cukup aman digunakan untuk profilaksis Hepatitis
B. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zappulo et al, 2018, dan juga
Wongprasit et al, 2010 menemukan bahwa penyakit hepatitis B dapat diberi
monoterapi lamivudin atau juga dapat dikombinasikan dengan obat lain.
Namun tetap harus diperhatikan interaksi yang mungkin terjadi. saya juga
sudah mengecek lamivudin aman untuk digunakan bersama dengan obat
yang disebutkan tadi.
M : Terimakasih Apt Tika untuk pemaparan informasinya, apakah ada tanggapan
lain dari apoteker?
Apt Teffy: Perkenalkan saya Apt Teffy. Saya setuju dengan Apt Tika terkait pemberian
lamivudin, disini saya juga akan menyampaikan tanggapan lain, yang saya
temukan pada penelitian yang dilakukan oleh Yang, Chun., et al, 2016
menunjukan bahwa entecavir lebih efektif daripada lamivudine dalam
mencegah reaktivasi HBV dan hepatitis terkait HBV pada pasien dengan
infeksi HBV kronis. sehingga cocok dengan kondisi pasien yang mengalami
kekambuhan HBV. Dosis yang digunakan untuk lamivudine adalah 100
mg/hari, sedangkan jika dimungkinkan untuk diberikan entecavir dosisnya
adalah 0.5 mg/hari.
M : Baik terimakasih Apt Lionel untuk tambahan informasinya, kita akan tetap
melanjutkan diskusi, mengenai terapi lain yang diberikan apakah sudah
tepat?
Apt Devin : Perkenalkan saya Apt devin. Disini saya akan memberikan informasi mengenai
obat interferon alfa 2B nya juga sudah sesuai, dimana jika dana-nya
mencukupi diberikan interferon alfa 2B, karena menurut penelitian Bazinet
et al, 2017 dijelaskan bahwa terapi monoterapi dengan interferon alfa-2a
dapat digunakan untuk mengobati sakit hepatitis, kemudian dapat juga
dilakukan, kombinasi dengan perwakilan 2139 dan interferon pegilasi
ALFA-2A yang setelah dilakukan penelitian hasilnya aman karena memiliki
reliabilitas yang mirip dengan monoterapi interferon alfa 2B.
M : Baik terima kasih Apt devin untuk informasinya, apakah ada tanggapan atau
masukkan lain dari rekan apoteker?
Apt Novy : Baik, perkenalkan saya Apt Novy. Disini saya akan memberi informasi
tambahan yang mendukung pendapat dari Apoteker Lionel, bahwa saya
menemukan terdapat obat yang lebih efektif daripada lamivudine, yaitu
menggunakan entecavir hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan Shi et al, 2017 dimana tingkat serum HBV DNA secara signifikan
lebih rendah pada kelompok ETV 1,91 ± 0,45 log10 IU / ml) dibandingkan
dengan Lamivudine (2.08±0.75 log10 IU/ml) , adefovir dipivoxil
(2.26±0.73 log10 IU/ml), telbivudine (2.09±0.62 log10 IU/ml). adapun
mekanisme obat ETV bekerja sebagai analog nukleosida yang selektif
terhadap virus hepatitis B dan menghambat sintesa dan replikasi DNA virus
hepatitis B, akan tetapi memang harganya lebih mahal dari pada lamivudin,
mungkin dapat dipertimbangkan jika pasien dapat membelinya.
M : Terimakasih rekan-rekan yang sudah berdiskusi mengenai asesmen terapi,
sebelum kita menuju pada kesimpulan mari sama-sama kita cermati terapi
yang diberikan sebelumnya pada saat pasien masuk ke RS Hari pertama.
Apt Ryan : Perkenalkan saya Apt Ryan. Baik saya akan menjelaskan mengenai terapi
yang sudah diberikan sebelumnya yaitu Novalgin inj 3x sehari, Ranitidin inj
1 amp per 12 jam, Tomit inj 1 amp tiap 8 jam dan SNMC 1 amp tiap 12 jam.
lalu hari berikutnya terapi ditambah Biocurliv 3x sehari.
Untuk penggunaan novalgin inj saya sarankan dihentikan kalau pasien sudah
merasa lebih baik dan tidak merasakan nyeri pada perut, karena salah satu
efek samping yang umum ditimbulkan oleh novalgin ini yaitu hipotensi yang
mendadak pada penggunaan injeksi, pirosis, mual, epigastrik, nyeri, pusing,
dan vertigo ringan, mengacu dari jurnal sistematik review oleh Gaertherner
et al. 2017, saya memberi masukkan untuk menghentikan pemberian obat
Ranitidin sebagai pertimbangannya untuk mengatasi mual dan muntah yang
dialami pasien. Dan terkait penggunaan obat Tomit dapat terus dilanjutkan
karena aman bagi pasien yang hepatitis karena obat Tomit yang mengandung
metoclopramide ini memiliki insidensi yang kecil terhadap kerusakan hati.
Saya juga menemukan penelitian oleh Robiyanto dkk, 2019 untuk obat
SNMC dan biocurliv berfungsi untuk mencegah perburukan fungsi liver agar
tidak terjadi keparahan. SNMC dan biocurliv merupakan hepatoproktetor.
Sehingga obat ini tetap diberikan pada pasien yang kadar SGOT dan SGPT
tinggi.
M : Terima kasih Apt Ryan atas informasinya, apakah ada tanggapan lain dari
rekan apoteker?
Apt Mensi : Perkenalkan saya Apt Mensi, Saya setuju dengan penyampaian Apt Ryan,
saya akan melanjutkan penjelasan yang mendukung informasi apt ryan.
Menurut penelitian Rechtman, M.M et al, 2010 kombinasi lamivudin
dengan kurkumin menghasilkan peningkatan penekanan ekspresi HBV
hingga 75% dibandingkan dengan Lamivudine atau kurkumin menghasilkan
penekanan yang signifikan dari transkripsi HBV yaitu masing-masing 35%
dan 62%. Hasil ini menunjukkan bahwa kurkumin dapat bekerja secara
sinergis dengan analogi nukleotida / nukleosida antiHBV saat ini, dan bahwa
kombinasi ini dapat menghasilkan penekanan HBV yang lebih baik.
Memanfaatkan ketergantungan HBV pada koaktivatornya PGC-1alfa,
penelitian ini menunjukkan bahwa penghambatan PGC-1alfa oleh
pengobatan kurkumin menghasilkan penekanan yang signifikan dari ekspresi
gen HBV.
Dan juga menghentikan pemberian Ranitidin, karena menurut jurnal Gulati
et al 2018 dan menurut NCBI, 2018 dalam metabolit ranitidin dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif di hati atau memicu reaksi alergi imun.
Pada penelitian lain disebutkan bahwa kerusakan hati yang mungkin dapat
ditimbulkan oleh ranitidin dapat sembuh de ngan cepat jika pengobatan
dihentikan.
M : Terimakasih rekan apoteker mungkin masih ada yang akan menyampaikan
pendapatnya?
Apt Teffy : Mau menambahkan untuk pengaturan dosis obat. untuk biocurliv dosisnya
sudah betul yaitu diminum 3x sehari, karena obat ini merupakan suplemen
kesehatan hati sehingga sudah tepat dosisnya dan sudah sesuai
penggunaanya, untuk obat injeksi SNMC juga dosisnya sudah betul yaitu 1
amp/12 jam dan untuk dosis Tomit (metoclopramide hidroklorida) yang
diberikan injeksi 1 ampul tiap 8 jam tidak tepat karena berdasarkan BPOM
dosis untuk dewasa 10 mg/2,5 mL larutan rektal 3 kali sehari.
M : Baik saya kira waktu kita sudah cukup untuk berdiskusi mengenai
assessment terapi dari kasus Hepatitis yang kita temui di RS Sehat Sejahtera,
Jadi berdasarkan diskusi kita hari ini, pada kasus ini kita setuju pada
penetapan terapi obat Lamivudin, Interferon alfa 2B, Tomit, SNMC dan
Biocurliv ya, karena indikasi yang diberikan oleh Biovurliv SNMC kurang
lebih sama sebagai suplemen maka apakah kita sepakat untuk menggunakan
satu jenis obat saja? juga untuk obat Novalgin dan Ranitidin dihentikan
pemberiannya, khu sun novalgin dapat dihentikan jika mual muntah yang
dialami pasien sudah membaik.
Apt Mensi : Ya untuk SNMC kita sepakat untuk menghentikan pemberiannya saja.
M : Baik terimakasih rekan sejawat semua, saya kira kita sudah tiba di
penghujung diskusi kita hari ini, untuk menutup rapat kita hari ini, saya minta
kesediaan apt Juan untuk menutup dalam doa.

Anda mungkin juga menyukai