Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Erma Esti Mukholifah

Nim : 30901800059
Kelas : A
RESUME MASALAH KESEHATAN PADA POPULASI RESIKO TINGGI
a. Definisi Keperawatan kesehatan komunitas
Berbagai definisi mengenai keperawatan kesehatan komunitas telah
dikeluarkan oleh organisasi-organisasi professional. Pada tahun 2004, American
Nurses Association (ANA) mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas
sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari
populasi dengan mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai
dengan keperawatan kesehatan masyarakat. Praktik tersebut dilakukan secara
komprehensif,umum (tidak terbatas pada kelompok tertentu), berkelanjutan, dan
tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodic. Definisi keperawatan
kesehatan komunitas, menurut American Public Health Association (1996), yaitu
sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan professional yang
bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkemas) merupakan
pelayanan penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila di suatu daerah terdapat
masalah kesehatan yang spesifik seperti endemis malaria, Demam Berdarah dan
penyakit lainnya yang membutuhkan intervensi keperawatan kesehatan
masyarakat, maka Perkemas menjadi upaya kesehatan pengembangan.
Sumber lain mengatakan bahwa keperawatan kesehatan masyarakat
(perkesmas) adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan positif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu. Pelayanan tersebut ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga dapat mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006).
Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas yang sudah
ada sejak konsep puskesmas diperkenalkan. Perkesmas sering disebut dengan
Public Health Nursing (PHN) namun saat ini lebih tepat disebut dengan
Community Health Nursing (CHN). Perubahan istilah Public menjadi Community,
terjadi di banyak Negara karena istilah public
sering kali dihubungkan dengan bantuan dana atau subsidi pemerintah
(government subsidy atau public funding). Sementara, perkesmas dapat
dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh masyarakat atau
swasta, khususnya pada sasaran individu (UKP) sebagai contoh adalah perawatan
kesehatan individu di rumah (home health nursing) (Depkes, 2006).
b. Konsep rentan
Kerentanan adalah keadaan atau sikap (perilaku) manusia atau masyarakat
yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari
potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan
menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan ini mecakup :
1. Kerentanan fisik : kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam
menghadapi ancaman bahaya tertentu
2. Kerentanan ekonomi : kemampuan ekonomi individu dalam pengalokasian
sumber daya untuk pencegahan dan mitidasi serta penanggulangan
bencana. Pada umumnya masyarakat miskin lebih rentan terhadapa
bencana karena tidak memiliki kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan pencegahan.
3. Kerentanan social : kodisi social masyarakat dilihat dari aspekpendidikan,
pengetahuan tentang ancaman dan resiko bencana, dan tingkat kesehatan
yang rendah yang berpotensi
meningkatkan kerentanan.
4. Kerentanan lingkungan : keadaan lingkungan disekitar tempat tinggal.

Kelompok-kelompok rentan meliputi:


 Anak-anak
 Perempuan
 IDPs (Internally Displace Persons) dan pengungsi
 Kelompok Minoritas

Anak-anak masuk ke dalam kategori rentan karena:


 Fisik yang masih lemah
 Psikis yang masih labil
 Pengetahuan yang masih terbatas
 Pengalaman hidup yang kurang

Faktor yang mempengaruhi kelompok rentan :


 Budaya,
 ekonomi,
 pendidikan,
 lingkungan,
 usia

Dampak kelompok rentan :


 menurunnya status kesehatan,
 membuat stress,
 keluarga tersebut menjadi putus asa,
 bertambahnya penyakit kronis,
 kurangnya komunikasi social dengan lingkungan,

Faktor penyebab :
 perceraian,
 keterbatasan mental,
 lingkungan kumuh,
 kebutuhan makan tidak terpenuhi,
 penghasilan tidak tetap,
 tidak mengerti kesehatan,
 usia,
 penyalahgunaan obat,
 kehamilan

Tidak hanya individu namun keluarga juga dapat menjadi kelompk


rentan. Vulnerable Family Keluarga yang berkemungkinan besar
mengembangkan masalah kesehatan sebagai hasil dari paparan resiko atau
memiliki outcome yang buruk dari masalah kesehatan tersebut daripada
populasi lainnya. Vulnerable group sering mengalami

akumulasi faktor resiko yang membuat mereka lebih sensitif pada efek yang
merugikan dari faktor resiko individual yang dimana individu lain mungkin
dapat teratasi.

Prioritas vulnerable family :


 Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan:
 Ibu hamil tertentu yang belum ANC
 Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun
 Balita tertentu
 Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program
 Penyakit endemis
 Penyakit kronis tidak menular
 Kecacatan tertentu (mental ataupun fisik)

Selain itu kelompok lain yang dikategorikan kelompok rentan


antara lain:
 Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah
keperawatan
 Terikat dalam institusi, misal :
- Panti
- Rutan/lapas
- Pondok pesantren
- Lokalisasi/WTS
 Tidak terikat dalam institusi, misal :
- Karang wredha
- Karang balita
- KPKIA
- Kelompok pekerja informal
- Perkumpulan penyandang penyakit tertentu (jantung,
asma, DM, dll)
- Kelompok remaja

Penanggulangan kelompok rentan :


 Pembinaan ( konseling, kemitraan )
 Promosi kesehatan
 Dapus :
 Efendi, ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
RESUME MASALAH NUTRISI DAN PENGABAIAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namunpenanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi meskipun sering berkaitan
dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa
peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti
dalam keadaan krisis ( bencana, kekeringan, perang, kekaucauan sosial,
krisis ekonomi ). Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan
ditingkat rumah tangga, yaitu kemamapuan rumah tangga atau keluarga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Dengan dukungan Uni Eropa, UNICEF akan bekerja sama dengan
pemerintah dan mitra lainnya di Indonesia untuk berusaha menolong
sekitar 3,8 juta anak dan 800 ribu ibu hamil menyelesaikan persoalan
tersebut (UNICEF, 2011).
Data dari MDGS 2015, didapatkan data perkiraan jumlah balita yang
mengalami gizi kurang atau gizi buruk sebanyak 30 % anak Indonesian
mengalami gangguan dalam pemenuhan gizi.

B. Tinjauan Teori
1. Pengertian

Gizi kurang merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang


disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-
hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013).

2. Eitiologi
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng
mendorong terjadinya ganggan gizi pada anak balita antara lain sebagai
berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
c. Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
f. Social ekonomi
g. Penyakit infeksi
h. Angka gizi yang tidak seimbang
i. Kekurangan energy protein dan kalori
3. Manisfestasi klinis
Tanda-tanda gizi kurang secara garis besar dapat dibedakan
menjadi marasmus, kwasikor, marasmus kwasiokor.
1) Marasmus.
Merupakan penyakit yang di sebabkan karena defisiensi
kalori( energi ) yang berlangsung lama.

Tanda dan gejalanya:


- Anak sangat kurus ( terlihat kulit dan tulang ).
- Berat badan mencapai sekitar 60 % dari berat badan ideal
menurut umur.
- Kulit muka berkerut seperti orang tua.
- Kulit daerah pantat berlipat.
- Anak apatis dan pasif.
2) Kwasiokor.
Merupakan penyakit defisiensi protein yang berlangsung
cukup lama.
Tanda dan gejalanya:
- Anak apatis.
- Rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, dan
rambut mudah dicabut.
- Jika lipatan kulit di tarik masih terasa ada jaringan lemak
sedikit.
- Muka sembab.
3) Marasmus kwasiokor.
Merupakan penyakit defisiensi energi dan protein yang
berlangsung lama.
Tanda dan gejala gabungan antara marasmus dan
kwasiokor. ( Sodikin, 2013 ).
4. Pada anak-anak gizi buruk dalam menghambat pertumbuhan, rentan
terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan rendahnya
kecerdasan. Tahap proses terjadinya gizi kurang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan manusia. Faktor lingkungan mencakup sosial
ekonomi, budaya, ketersediaan pangan dalam keluarga dan
sebagainya. Faktor manusia mencakup keadaan infeksi yang di
deritanya. Kurangnya asupan zat gizi karena faktor lingkungan
maupun manusia yang berlangsung terus menerus, maka simpanan
zat gizi dalam tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan
akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini Pemeriksaan
penunjang.
a. Pemeriksaan darah.
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globolin, protein
total, elektrolit serum, biakan darah.
b. Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap, dan kulture urine.
c. Uji faal hati.
d. EKG.
e. Sinar X foto paru.
a. orang sudah dikatakan mlnutrisi walaupun baru hanya ditandani
dengan penurunan be Diagnosa keperawatan.
Pada pasien dengan gangguan gizi kurang akan muncul berbagai
macam diagnosa keperawatan, diantara diagnosa tersebut yaitu:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan nafsu makan yang menurun, gangguan pada
saluran cerna.
2) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
penurunan kemampuan proses penyerapan,berkembang
biaknya flora usus yang menimbulkan diare.
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tubuh
kekurangan zat gizi ( kalori dan protein ).
4) Resiko infeksi yang berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh (khususnya kekebalan seluler).
5) Keterlambatan tumbuh kembang yang berhubungan dengan
kurangnya zat gizi (kalori dan protein).
(Carpenito,2004).

Anda mungkin juga menyukai