“Studi Kasus Atas Penjualan Dan Perdagangan Fiktif Oleh Direktur Utama
PT Dirgantara Indonesia”
Untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Pemerintah
Disusun oleh :
Kelas :
5B AKUNTANSI
Paper Ini memaparkan kasus tentang tindak korupsi atau rasuah yang dilakukan
oleh pegawai pemerintahan di salah satu perusahaan milik Negara (BUMN) yaitu
PT Dirgantara Indonesia. KPK mencurigai terjadinya tindak rasuah yang
dilakukan oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, dan dalam penyelidikan
terbukti bahwa Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia melakukan tindakan
penjualan dan perdagangan fiktif yang mengakibatkan terjadinya kerugian pada
keuangan negara senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS atau jika
ditotalkan yaitu sebesar Rp 330 Miliar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal
tersebut diatur Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Sedangkan, perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Dari definisi keduanya,
memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka diperlukan pengelolaan yang baik dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Oleh karena itu, betapa pentingnya posisi pejabat perbendaharaan negara dan
jajarannya agar bertindak secara profesional, transparan dan bertanggungjawab
serta menerapkan asas asas umum pengelolaan keuangan negara lainnya. Karena
jika kesalahan dilakukan dari kedudukan tertinggi maka dampaknya akan meluas.
B. TUJUAN
Mengungkap tata Pengelolaan Keuangan & Pembendaharaan Negara yang
kurang baik dengan tindak korupsi/rasuah sehingga tidak terwujudnya
pengelolaan tata pemerintah yang baik (Good Governance) pada
Kementrian/Lembaga yang merugikan keuangan negara.
II. PEMBAHASAN
1. DEFINISI KORUPSI
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan
rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
Direktur Utama Budi Santoso dan Asisten Dirut Bidang Bisnis Pemerintah,
Irzal Rinaldi Zailani telah ditetapkan dan ditangkap dalam perkara dugaan
korupsi di PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tahun 2007-2017. Peristiwa tindakan
rasuah terjadi pada awal 2008. Dimana tersangka Budi Santoso dan Irzal Rinaldi
Zailani bersama beberapa pihak melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan di
bidang bisnis di PT DI dengan cara kontrak kemitraan. Beberapa pihak yang
dimaksud diantaranya Budi Wuraskito selaku Direktur Aircraft Integration,
Budiman Saleh selaku Direktur Aerostructure, Arie Wibowo selaku Kepala Divisi
Pemasaran dan Penjualan.
5. AKIBAT
Penjualan dan pengadaan fiktif yang dilakukan oleh Eks Direktur Utama PT DI
Budi Santoso dan eks Asisten Direktur Utama Bidang Bisnis Pemerintah PT DI
Irzal Rinaldi Zain mengakibatkan terjadinya kerugian pada keuangan negara
senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS. Atas perbuatannya, Akibatnya,
Budi dan Irzal disangkakan melanggar Pasal 2 atau Pasal 3 UU 31/1999 Tentang
Pemberantasan Tipikor sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang
perubahan atas UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tipikor Juncto Pasal 55 Ayat
1 ke-1 KUHP.
Dari salah satu contoh tindak korupsi diatas ini mengakibatkan terjadinya
kerugian pada keuangan negara senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS.
Ini merupakan salah satu tindakan tata pengelolaan keuangan yang buruk karena
tidak diselenggarakan secara profesional dan bertanggung jawab yang sesuai
dengan ketentuan pasal 23 UUD 1945 sehingga tidak terwujudnya Good
Governance dalam penyelenggaraan negara. Tentu saja hal ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan finansial negara dan terhambatnya pertumbuhan
ekonomi nasional.
IV. DAFTAR PUSTAKA
https://bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-9.pdf
https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/17Tahun2003UU.HTM
https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2016/09/uu-no-1-tahun-2004-tentang-
perbendahaaraan-negara.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
https://www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/11085451/kasus-korupsi-pt-di-eks-
pejabat-kemensetneg-dipanggil-kpk
https://nkriku.com/ini-kronologi-kasus-dugaan-korupsi-di-pt-dirgantara-indonesia