Anda di halaman 1dari 10

AKUNTANSI PEMERINTAH

“Studi Kasus Atas Penjualan Dan Perdagangan Fiktif Oleh Direktur Utama
PT Dirgantara Indonesia”
Untuk Memenuhi Tugas Akuntansi Pemerintah

Disusun oleh :

Dwi Nurul Annisah 022118002


Siti Nurmalasari 022118083
Altryana Novisa Ramdania 022118272
Deny Heriansyah Hermawan 022118275
Siti Lathifah 022118276

Kelas :
5B AKUNTANSI

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Pakuan
2020-2021
ABSTRAK

Paper Ini memaparkan kasus tentang tindak korupsi atau rasuah yang dilakukan
oleh pegawai pemerintahan di salah satu perusahaan milik Negara (BUMN) yaitu
PT Dirgantara Indonesia. KPK mencurigai terjadinya tindak rasuah yang
dilakukan oleh Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia, dan dalam penyelidikan
terbukti bahwa Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia melakukan tindakan
penjualan dan perdagangan fiktif yang mengakibatkan terjadinya kerugian pada
keuangan negara senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS atau jika
ditotalkan yaitu sebesar Rp 330 Miliar.
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan
mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal
tersebut diatur Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Sedangkan, perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang
dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Dari definisi keduanya,
memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka diperlukan pengelolaan yang baik dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Seperti yang dijelaskan pada UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 17 TAHUN 2003, dalam rangka mendukung terwujudnya Good
Governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai
dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar.

Upaya pemerintah dalam mengeluarkan dan memberlakukan setiap peraturan


yang ada tentunya menjadi upaya untuk mendorong terwujudnya tata cara
pengelolaan keuangan dan perbendaharaan yang bersih dari tindak Kejahatan
Kerah Putih (White Collar Crime). Kehadiran undang-undang yang terkait
diharapkan dapat memberikan garis yang jelas dan tegas kepada pemerintah
dalam mengatur keuangan dan aset negara.
Tetapi pada kenyataannya masih saja terdapat penyimpangan yang terjadi
dalam pengelolaan keuangan dan perbendaharaan negara. Oleh sebab itu,
perkembangan pengelolaan keuangan negara jangan sampai ditujukan untuk
kepentingan, kemanfaatan, dan keinginan jangka pendek dan keuntungan pihak
elit tertentu dalam negara dan masyarakat. Hukum keuangan negara yang
mewujudkan dirinya sebagai landasan konsep bagi prospek negara Indonesia.
Maka perpaduan antara kemajemukan dan kesatuan bangsa harus menjadi ciri
logis yang mengatur keuangan negara, sehingga tercipta pengelolaan keuangan
dan perbendaharaan negara yang baik dan mampu mendukung kegiatan negara
Indonesia.

Seperti yang tercantum dalam Pasal 4 Bab II UU RI No 1 th 2004 terkait


pejabat perbendaharaan negara, dijelaskan bahwa Menteri/pimpinan lembaga
selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya, memiliki wewenang salah satunya adalah mengawasi pelaksanaan
anggaran. Dalam kegiatan mengawasi pelaksanaan anggaran tersebut, tentunya
perlu didasari dengan peraturan sebagaimana mestinya. Agar tidak terdapat unsur
diskriminatif, serta terhindar dari dokumen transaksi fiktif.

Oleh karena itu, betapa pentingnya posisi pejabat perbendaharaan negara dan
jajarannya agar bertindak secara profesional, transparan dan bertanggungjawab
serta menerapkan asas asas umum pengelolaan keuangan negara lainnya. Karena
jika kesalahan dilakukan dari kedudukan tertinggi maka dampaknya akan meluas.

B. TUJUAN
Mengungkap tata Pengelolaan Keuangan & Pembendaharaan Negara yang
kurang baik dengan tindak korupsi/rasuah sehingga tidak terwujudnya
pengelolaan tata pemerintah yang baik (Good Governance) pada
Kementrian/Lembaga yang merugikan keuangan negara.
II. PEMBAHASAN

1. DEFINISI KORUPSI

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain
yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.

Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan


dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU
No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana
korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan
yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis
tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan
rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.

2. KASUS KORUPSI PENGELOLAAN UANG

Kasus Penjualan dan Pemasaran Fiktif PT Dirgantara Indonesia

PT Dirgantara Indonesia adalah Industri Pesawat Terbang yang pertama dan


satu-satuya di Indonesia dan di wilayah asia tenggara. Perusahaan ini dimiliki
oleh pemerintah Indonesia. Didirikan pada 26 April 1976.

Direktur Utama Budi Santoso dan Asisten Dirut Bidang Bisnis Pemerintah,
Irzal Rinaldi Zailani telah ditetapkan dan ditangkap dalam perkara dugaan
korupsi di PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tahun 2007-2017. Peristiwa tindakan
rasuah terjadi pada awal 2008. Dimana tersangka Budi Santoso dan Irzal Rinaldi
Zailani bersama beberapa pihak melakukan kegiatan pemasaran dan penjualan di
bidang bisnis di PT DI dengan cara kontrak kemitraan. Beberapa pihak yang
dimaksud diantaranya Budi Wuraskito selaku Direktur Aircraft Integration,
Budiman Saleh selaku Direktur Aerostructure, Arie Wibowo selaku Kepala Divisi
Pemasaran dan Penjualan.

KPK curiga atas kontrak kemitraan tersebut,seharusnya seluruh mitra


melakukan pekerjaan tetapi tidak pernah melakukan pelaksanaan maupun
pekerjaan berdasarkan kewajiban yang tertera dalam surat perjanjian kerjasama.
Sehingga KPK menyimpulkan bahwa telah terjadi pekerjaan fiktif.
3. SEBAB TERJADINYA KASUS TERSEBUT
Kasus ini terjadi karena adanya penjualan dan pengadaan fiktif yang
dilakukan oleh Eks Direktur Utama PT DI Budi Santoso dan eks Asisten Direktur
Utama Bidang Bisnis Pemerintah PT DI Irzal Rinaldi Zain. Seluruh mitra yang
seharusnya melakukan pengerjaan, tetapi tidak pernah melaksanakan pekerjaan
berdasarkan kewajiban yang tertera di dalam surat perjanjian. Itulah mengapa
KPK menyimpulkan terjadinya pengerjaan fiktif. Tindakan dari Budi Dan Irzal ini
tentunya tidak sesuai dengan asas pengelolaan keuangan negara, yaitu asas
profesionalitas dan keterbukaan yang mengharuskan untuk memberikan informasi
pengelolaan keuangan yang benar dan jujur.

4. MODUS OPERASI KORUPSI ANGGARAN


Budi Santoso dibantu oleh para pihak bekerjasama dengan agen atau mitra
untuk memenuhi beberapa kebutuhan terkait operasi perusahaan. Dan proses
mendapatkan dana itu dilakukan dengan cara pemasaran dan penjualan secara
fiktif.

Para tersangka dan beberapa pihak lainnya melakukan rapat membahas


mengenai kebutuhan dana PT DI untuk mendapatkan pekerjaan di Kementerian
lainnya, termasuk biaya entertainment dan uang rapat-rapat yang nilainya tidak
dapat dipertanggungjawabkan melalui bagian keuangan.

Selanjutnya, Budi Santoso mengarahkan agar tetap membuat kontrak


kerjasama mitra sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut.
Namun, sebelum dilaksanakan, tersangka Budi Santoso meminta agar melaporkan
terlebih dahulu rencana tersebut kepada pemegang saham yaitu Kementerian
BUMN.

Setelah beberapa kali dilakukan pertemuan, disepakati kelanjutan program


kerjasama mitra. Prosesnya dilakukan dengan cara penunjukan langsung dan
dalam penyusunan anggaran pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
PT DI, pembiayaan kerjasama tersebut dititipkan dalam "sandi-sandi anggaran"
pada kegiatan penjualan dan pemasaran.
Kemudian, tersangka Budi Santoso memerintahkan tersangka Irzal Rinaldi
Zailani dan Arie Wibowo untuk menyiapkan administrasi dan koordinasi proses
kerjasama mitra. Tersangka Irzal menghubungi Didi Laksamana untuk
menyiapkan perusahaan yang akan dijadikan mitra.

Selanjutnya pada Juni 2008-2018, dibuat kontrak kemitraan antara PT DI yang


ditandatangani oleh Direktur Aircraft Integration, Budi Wuraskito dengan
Direktur PT Angkasa Mitra Karya, PT Bumiloka Tegar Perkasa, PT Abadi
Sentosa Perkasa, PT Niaga Putra Bangsa dan PT Selaras Bangun Usaha.

5. AKIBAT
Penjualan dan pengadaan fiktif yang dilakukan oleh Eks Direktur Utama PT DI
Budi Santoso dan eks Asisten Direktur Utama Bidang Bisnis Pemerintah PT DI
Irzal Rinaldi Zain mengakibatkan terjadinya kerugian pada keuangan negara
senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS. Atas perbuatannya, Akibatnya,
Budi dan Irzal disangkakan melanggar Pasal 2 atau Pasal 3 UU 31/1999 Tentang
Pemberantasan Tipikor sebagaimana telah diubah dengan UU 20/2001 tentang
perubahan atas UU 31/1999 tentang Pemberantasan Tipikor Juncto Pasal 55 Ayat
1 ke-1 KUHP.

6. SOLUSI ATAS PERMASALAHAN


Untuk mencegah terjadinya penjualan ataupun pengadaan fiktif seperti ini lagi,
sebaiknya dilakukan pengawasan ketat dalam pelaksanaan pekerjaan berdasarkan
kewajiban yang telah tertera dalam surat perjanjian. Selain itu pengecekan setiap
hasil kerja dari seluruh mitra pun wajib dilakukan.

Selanjutnya yaitu melakukan perbaikan system. Sistem yang baik bisa


meminimalisir terjadinya tindak pidana korupsi. Maka itu perlu dilakukan
perbaikan sistem misalnya seperti mendorong transparansi penyelenggaraan
Negara seperti KPK menerima pelaporan LHKPN, memberikan rekomendasi
kepada kementrian dan lembaga terkait untuk melakukan perbaikan system, serta
memodernisasi pelayanan public dengan online dan system pengawasan yang
terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
III. KESIMPULAN

Korupsi adalah suatu tindakan memperkaya diri dengan cara merugikan


Negara. suatu sistem pemerintahan yang kurang baik dimanfaatkan oleh beberapa
pelaku yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindak korupsi komitmen
tinggi harus dibangun dari diri sendiri. Anggaran harus diorientasikan untuk
kemaslahatan masyarakat maka harus di kelola dengan sebaik mungkin.

Dari salah satu contoh tindak korupsi diatas ini mengakibatkan terjadinya
kerugian pada keuangan negara senilai Rp 205,3 miliar dan 8,65 juta dollar AS.
Ini merupakan salah satu tindakan tata pengelolaan keuangan yang buruk karena
tidak diselenggarakan secara profesional dan bertanggung jawab yang sesuai
dengan ketentuan pasal 23 UUD 1945 sehingga tidak terwujudnya Good
Governance dalam penyelenggaraan negara. Tentu saja hal ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan finansial negara dan terhambatnya pertumbuhan
ekonomi nasional.
IV. DAFTAR PUSTAKA

https://bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-9.pdf

https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2003/17Tahun2003UU.HTM

https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2016/09/uu-no-1-tahun-2004-tentang-
perbendahaaraan-negara.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

https://www.kppu.go.id/docs/Artikel/Seminar%20PBJ.pdf

https://nasional.kompas.com/read/2020/08/05/11085451/kasus-korupsi-pt-di-eks-
pejabat-kemensetneg-dipanggil-kpk

https://nkriku.com/ini-kronologi-kasus-dugaan-korupsi-di-pt-dirgantara-indonesia

Anda mungkin juga menyukai