Anda di halaman 1dari 8

LAMPIRAN I

CONTOH DRAFT PERMOHONAN PKPU

Our Ref.: {*}

Jakarta, {*}

Kepada Yth,
KETUA PENGADILAN NIAGA
PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT
Jl. Bungur Besar Raya No. 24, 26, 28
Kemayoran, Jakarta Pusat

Perihal : PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN


UTANG TERHADAP PT. {*}

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

PT. {*}, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara
Republik Indonesia, beralamat di {*}, untuk selanjutnya disebut sebagai
“PEMOHON PKPU”.

Dan

{* S.H}, {* S.H}, {* S.H}, para Advokat pada Kantor Hukum {*}, beralamat di {*},
Indonesia, selaku Advokat/ Kuasa Hukum dari PEMOHON PKPU berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal {*} (Lampiran - 1).

Dengan ini mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang


(“PKPU”) terhadap:

PT. {*}, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara
Republik Indonesia, diketahui beralamat di {*}, untuk selanjutnya disebut sebagai
“TERMOHON PKPU”.

Adapun yang menjadi dasar dan alasan diajukannya Permohonan a quo adalah
sebagai berikut:

A. KEDUDUKAN PEMOHON PKPU SEBAGAI KREDITOR DARI TERMOHON


PKPU
1. Bahwa sejak {*} Termohon PKPU telah melakukan pembelian-pembelian
produk berupa {nama produk} dari Pemohon PKPU, yang mana Pemohon
PKPU telah mengirimkan seluruh {nama produk} yang dipesan oleh Termohon
PKPU kepada Termohon PKPU.

2. Bahwa pada awalnya Termohon PKPU selalu melakukan pembayaran atas


pembelian-pembelian {nama produk} dari Pemohon PKPU yang dilakukan oleh
Termohon PKPU, namun terhitung sejak bulan {*} tahun {*} s.d {*}, Termohon
PKPU tidak lagi membayar lunas tagihan Pemohon PKPU. Pembayaran cicilan
utang Termohon PKPU yang terakhir kali diterima oleh Pemohon PKPU adalah
sebesar Rp. {*} (terbilang…) pada bulan {*} tahun {*}.

3. Bahwa Termohon PKPU masih memiliki kewajiban utang kepada Pemohon


PKPU, yaitu dengan tidak dilunasinya kewajiban pembayaran dengan rincian
sebagai berikut:
Per Tanggal : {*}
NO. INVOICE JUMLAH (RUPIAH) TANGGAL FAKTUR
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
{*} {*} {*}
TOTAL {*}

4. Bahwa Termohon PKPU telah mengakui memiliki utang terhadap Pemohon


PKPU sebagaimana tercantum dalam surat elektronik (e-mail) yang dikirimkan
oleh Termohon PKPU kepada Pemohon PKPU dalam e-mail tertanggal {*} dan
surat Termohon PKPU tertanggal {*}, yang pada pokoknya Termohon PKPU
belum bisa melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal jatuh tempo.
5. Bahwa dikarenakan Termohon PKPU tidak kunjung melunasi seluruh
kewajiban utangnya kepada Pemohon PKPU, maka Pemohon PKPU telah
mengirimkan somasi kepada Termohon PKPU melalui kuasa hukum Pemohon
PKPU sebagaimana dimaksud dalam Surat Somasi / Teguran No. {*}
tertanggal {*} (“Somasi”) dan Surat Somasi / Teguran Terakhir No. {*}
tertanggal {*} (“Somasi Terakhir”) agar Termohon PKPU segera melunasi
seluruh kewajiban utangnya yang belum dibayarkan kepada Pemohon PKPU,
namun Termohon PKPU tidak kunjung menanggapi Somasi dan Somasi
Terakhir, bahkan Termohon PKPU juga tidak menunjukkan itikad baiknya
untuk segera melunasi seluruh kewajiban utangnya terhadap Pemohon PKPU
dengan tidak menghadiri undangan pertemuan sebagaimana disampaikan
dalam Somasi.

B. TERMOHON PKPU MEMILIKI UTANG KEPADA PEMOHON PKPU YANG


TELAH JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH

6. Bahwa pengertian utang terdapat dalam Pasal 1 ayat (6) UU No. 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan & PKPU (“UU Kepailitan & PKPU”) yang mengatur:

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam


jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing,
baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau
kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang
wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”

7. Bahwa sebagaimana diatur di dalam Pasal 222 ayat (3) Undang-Undang


Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (“UU Kepailtan & PKPU”) yang mengatur:
“Kreditor yang memperkirakan bahwa Debitor tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban pembayaran
utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
Kreditornya.”

Maka syarat-syarat Permohonan a quo dapat dikabulkan oleh Yang Mulia


Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
memeriksa dan mengadili Permohonan a quo harus memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
7.1. TERMOHON PKPU diperkirakan tidak dapat menyelesaikan
pembayaran utang-utangnya kepada PEMOHON PKPU.

Bahwa atas kewajiban / utang Termohon PKPU terhadap Pemohon


PKPU sebagaimana telah diakui oleh Termohon PKPU, Termohon
PKPU telah lalai melaksanakan kewajibannya terhadap Pemohon
PKPU. Adapun nilai kewajiban utang Termohon PKPU terhadap
Pemohon PKPU yang belum dibayarkan sampai dengan Permohonan
a quo diajukan adalah senilai {*} {terbilang…}. Adapun isi e-mail dari
Termohon PKPU kepada Pemohon PKPU tertanggal {*} dan surat
Termohon PKPU tertanggal {*} yang menyatakan tidak dapat membayar
utangnya kepada Pemohon PKPU sesuai dengan tanggal jatuh tempo
sangat beralasan diperkirakan bahwa Termohon PKPU tidak dapat
menyelesaikan pembayaran utang-utangnya terhadap Pemohon
PKPU.

7.2. Utang Debitor (Termohon PKPU) terhadap Kreditor (Pemohon


PKPU) telah jatuh waktu.

Bahwa sebagaimana telah diakui sendiri oleh Termohon PKPU di dalam


e-mail dari Termohon PKPU kepada Pemohon PKPU tertanggal {*} dan
surat Termohon PKPU tertanggal {*} yang menyatakan tidak dapat
membayar sesuai tanggal jatuh tempo dan akan mulai mengangsur
pembayaran utang sejak {*} (yang juga belum dilunasi), maka Termohon
PKPU mengakui memiliki kewajiban untuk membayarkan sisa
hutangnya yang telah melewati tanggal jatuh tempo. Selain itu, di
dalam Somasi Pemohon PKPU telah memberikan batas waktu paling
lambat tanggal {*} untuk membayarkan utang Termohon PKPU kepada
Pemohon PKPU yang tidak dilaksanakan oleh Termohon PKPU, yang
mana selanjutnya bahkan Pemohon PKPU masih memberikan
kesempatan terakhir kepada Termohon PKPU di dalam Somasi Terakhir
untuk membayar utang-utangnya terhadap Pemohon PKPU paling
lambat tanggal {*}, yang juga tidak dilaksanakan oleh Termohon
PKPU. Oleh karenanya, secara sederhana dapat dibuktikan bahwa
utang Termohon PKPU kepada Pemohon PKPU telah jatuh waktu.

7.3. Utang Debitor (Termohon PKPU) terhadap Kreditor (Pemohon


PKPU) dapat ditagih.

Bahwa hingga telah terlampauinya jangka waktu, maka terbukti


Termohon PKPU belum melaksanakan kewajibannya kepada Pemohon
PKPU untuk membayar utangnya senilai {*} (terbilang…) belum
termasuk bunga dan denda yang dapat dikenakan.
Bahwa dengan jatuh temponya utang Termohon PKPU kepada
Pemohon PKPU, maka utang tersebut telah dapat ditagih kepada
Termohon PKPU.

C. TERMOHON PKPU MEMILIKI UTANG TERHADAP KREDITOR LAIN YANG


SEDERHANA, TELAH JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH

8. Bahwa selain kepada Pemohon PKPU, Termohon PKPU juga masih memiliki
kewajiban-kewajiban yang belum dibayarkan terhadap Kreditor lain yaitu PT.
{*} (“Kreditor Lain”) sebagaimana tertuang dalam Surat Pernyataan
Pengakuan Hutang Termohon PKPU tertanggal {*} (“Pernyataan Pengakuan
Hutang”). Bahwa Termohon PKPU telah menjanjikan kepada Kreditor Lain
akan melaksanakan kewajibannya yang belum dibayarkan terhadap Kreditor
Lain sebesar {*} (terbilang …).

9. Bahwa terhadap utang Termohon PKPU kepada Kreditor Lain tersebut,


ternyata Termohon PKPU baru membayar sebesar Rp. {*} (terbilang…),
sehingga masih menyisakan utang Termohon PKPU kepada Kreditor Lain
yang belum dibayarkan sebesar Rp. {*} ((terbilang…) belum termasuk bunga
dan denda yang dapat dikenakan.

10. Bahwa berdasarkan bukti–bukti tersebut diatas, maka telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bahwa Termohon PKPU memiliki lebih dari 1 (satu)
Kreditor yang mana utangnya telah lewat masa jatuh tempo serta dapat
ditagih.

11. Bahwa berdasarkan dalil-dalil sebagaimana telah diuraikan di atas, maka


terbukti secara sederhana bahwa:

a. Termohon PKPU memiliki dua atau lebih dari satu Kreditor;


b. Termohon PKPU belum membayar sedikitnya satu utang yang telah
jatuh waktu;
c. Termohon PKPU diperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar
utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih tersebut.

12. Oleh karena itu, Permohonan a quo telah memenuhi syarat dan ketentuan
sebagaimana diatur dalam Pasal 222 ayat (1) dan (3) UU Kepailitan & PKPU
yang mengatur ketentuan sebagai berikut:

(1) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang diajukan oleh Debitor yang


mempunyai lebih dari 1 (satu) Kreditor atau oleh Kreditor.
(3) Kreditor yang memperkirakan Debitor tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dapat memohon agar kepada Debitor diberi penundaan kewajiban
pembayaran utang, untuk memungkinkan Debitor mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh
utang kepada Kreditornya.

13. Bahwa oleh karena syarat-syarat untuk diberikannya PKPU kepada Termohon
PKPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 ayat (1) dan (3) UU Kepailitan
& PKPU telah terpenuhi, MAKA PERMOHONAN PKPU INI HARUS
DIKABULKAN DAN TERMOHON PKPU HARUS DINYATAKAN DALAM
KEADAAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
SEMENTARA.

D. PERMOHONAN PENUNJUKAN HAKIM PENGAWAS DAN PENGURUS

14. Bahwa oleh karena Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lambat 20
(dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan, harus
mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dan
harus menunjuk seorang Hakim Pengawas dari Hakim-Hakim Niaga di
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat serta mengangkat 1
(satu) atau lebih pengurus yang bersama dengan Debitor mengurus harta
Debitor sebagaimana diatur dalam Pasal 225 ayat (3) UU Kepailitan & PKPU
sebagai berikut:

“Dalam hal permohonan diajukan oleh Kreditor, Pengadilan dalam waktu


paling lambat 20 (dua puluh) hari sejak tanggal didaftarkannya surat
permohonan, harus mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang
sementara dan harus menunjuk seorang Hakim Pengawas dari hakim
pengadilan serta mengangkat 1 (satu) atau lebih pengurus yang bersama
Debitor mengurus harta Debitor.”

16. Bahwa sehubungan dengan Permohonan a quo, Pemohon PKPU juga


memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo untuk mengangkat Pengurus yang akan mengurus harta
Termohon PKPU bersama dengan Termohon PKPU di dalam proses PKPU
dari Termohon PKPU dan/atau mengurus harta pailit Termohon PKPU apabila
Termohon PKPU dinyatakan berada dalam keadaan pailit. Adapun Pengurus
yang Pemohon PKPU ajukan untuk kepentingan proses PKPU dari Termohon
PKPU adalah sebagai berikut:
a. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*};

b. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*}; dan

c. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*};

Selaku TIM PENGURUS dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU) Termohon PKPU.

17. Bahwa sehubungan dengan usulan pengangkatan TIM PENGURUS tersebut,


maka Sdr, {*}, Sdr. {*} dan Sdr. {*} masing-masing telah membuat Surat
Pernyataan yang isinya menyatakan bersedia untuk diangkat selaku
PENGURUS dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Termohon PKPU, dan juga menyatakan tidak mempunyai benturan
kepentingan (conflict of interest) baik dengan Pemohon PKPU maupun dengan
Termohon PKPU serta tidak sedang menangani perkara kepailitan dan/atau
penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari 3 (tiga) perkara, tidak
sedang menjalani sanksi berat yang dijatuhkan oleh Organisasi Profesi Kurator
dan Pengurus serta bersedia mengundurkan diri apabila dikemudian hari
terbukti pernyataannya tersebut tidak benar.

Berdasarkan hal-hal yang telah PEMOHON PKPU uraikan di dalam


Permohonan a quo, maka dengan ini PEMOHON PKPU mohon kepada Yang
Mulia Majelis Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
untuk menjatuhkan Putusan dengan amar sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan Permohonan PKPU yang diajukan oleh Pemohon


PKPU untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Termohon PKPU (PT. {*}) dalam keadaan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang Sementara selama 45 (empat puluh lima) hari terhitung
sejak Putusan a quo diucapkan;

3. Menunjuk Hakim dari Hakim-Hakim di Pengadilan Niaga Pada Pengadilan


Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas untuk mengawasi proses
PKPU dari Termohon PKPU;

4. Menunjuk dan mengangkat :


a. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*};

b. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*}; dan

c. Sdr. {*} Kurator dan Pengurus yang terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Bukti Pendaftaran
Kurator dan Pengurus No. {*}, beralamat di {*};

Selaku TIM PENGURUS dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU) Termohon PKPU.

5. Menetapkan sidang yang merupakan rapat permusyawaratan Hakim untuk


mendengar laporan Hakim Pengawas tentang perkembangan yang dicapai
selama proses PKPU sementara paling lambat pada hari ke-45 (empat puluh
lima) terhitung sejak Putusan PKPU Sementara a quo diucapkan.

6. Memerintahkan Pengurus untuk memanggil Termohon PKPU dan kreditor


yang dikenal dengan surat tercatat atau melalui kurir untuk menghadap dalam
sidang tersebut pada butir 5.

7. Membebankan biaya perkara yang timbul dalam perkara a quo kepada


Termohon PKPU.

Hormat kami,
Pemohon PKPU
PT. {*}

{*}
Direktur Utama

Hormat kami,
Kuasa Hukum Pemohon PKPU
Kantor Hukum {*}

{* S.H} {* S.H} {* S.H

Anda mungkin juga menyukai