Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT

Pasien rujukan dari RS Hermina depok datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS. (13/07/21)
Awalnya sejak awal Juni pasien sering mengeluh nyeri kepala kepada ibunya. Semakin hari nyeri kepala semakin
bertambah, dan disertai dengan mual dan muntah-muntah pasien sudah dibawa ke klinik hanya dikasih pereda nyeri,
obat mual dan lambung. Pada awal juli pasien mengeluh pandangannya kabur dan berbayang (double) dengan nyeri
kepala yang masih belum berkurang. Akhirnya pada tanggal 12/07 pasien dibawa ke RS vitalaya, disana pasien
kejang 1x kaku, kelojotan mata mendelik keatas. Lalu dirujuk ke RS Hermina depok. Semenjak kejang pasien
cenderung tidur dan tidak dapat menjawab pertanyaan. Lalu pasien di CT Scan dan diketahui ada SOL IK. Keluhan
bicara pelo trauma kepala, kelemahan sisi tubuh disangkal. Keluhan demam, batuk, pilek, sesak nafas, nyeri
tenggorokan, anosmia, ageusia, diare dan kontak pasien covid disangkal.

Pasien terpasang nasal canul 3lpm, terpasang NGT no 14 sejak tgl 13/7/2021, terpasang IVFD NACL 3%
450cc/24jam, terpasang NACL 0,9% 35cc/jam. terpasang foley kateter no 14 urine kemerahan (sudah lapor dr.
chairi, advice loading rl 300cc/jam sudah di loading di igd)

18/7  melaporkan kondisi An. Fahira Qaulan ke dr.chairy, Sp.A


TD 143/102 Hr 98 RR 17 suhu 37.1 saturasi 100% dengan nasal 2 lpm

Balans/6 jam : negatif 201.75ml


Diuresis/6 jam: 2.6 cc/kgbb/jam
IVFD dgn NaCl 0.9% 15 ml/jam, NaCl 3% 450 cc/24jam
diit 6x 250
tadi jam 09.00 ada residu kecoklatan 150cc, diit tidak diberikan
, jam 12.00 tidak ada residu, diit masuk tolered

19/7  bedah saraf


S: pasien selesai MRI hari ini
O: : MRI: massa regio parietal sinistra, menyangat dengan kontras tampak intraaxial dan menempel pada falx
A:
Malignant neoplasm, brain, unspecified [C71.9][primary]
P: rencana operasi hari Jumat 23 Juli 2021
toleransi anestesi
mohon optimalisasi kondisi pre operasi oleh TS ICU
sedia PRC 1000 cc FFP 500 cc
operasi dengan resiko berat, resiko terburuk DOT, keluarga telah paham dan setuju operasi dengan resiko tersebut

3/8  anak
S: O: : BB 37 kg
t 37.4 C
CNS: sedasi dgn propofol 40 mg/jam, miloz 2 mg/jam, pupil isokor 4/4, RC +/+, luka operasi baik, EVD undulasi (-),
produk tidak bertambah
CVS: TD 112/75 (86) mmHg, HR 100 x/menit, akral hangat, CRT<2", tanpa penopang, D 1.35 cc/kg/jam
Resp: RR 12 x/menit, SpO2 100%, WOB normal, dgn V SIMV RR 12, VT 330 ml, PEEP 5, FiO2 50%
GIT: supel, residu kuning kehijauan diet tolerate 6 x 200 cc (baru mulai lagi)

4/8  anak
S: post ekstubasi2 jam yang lalu, tidak sesak, batuk2 sudah membaik
O: : BB 37 kg
t 37 C
CNS: GCS E3M5V4, pupil isokor 4/4, RC +/+, luka operasi baik, EVD undulasi (-), produk tidak bertambah
CVS: TD 99/71 mmHg, HR 80 x/menit, akral hangat, CRT<2", tanpa penopang
Resp: RR 16 x/menit, SpO2 100%, WOB normal, stridor (-), ronki -/- dgn NK 3 lpm
GIT: supel, residu (-), diet tolerate 6 x 250 cc

kultur darah belum jadi


A:
meningioma[primary]
P: pindah ruangan
diet 6 x 250

kultur belum jadi


A:
P: norepinephrine turun 0.05 mcg/kg/menit
FiO2 turun 40%

5/8 psikolog
S: Pasien perempuan usia 13 tahun
keluhan : emosi tidak stabil, cenderung tidur, komunikasi lebih banyak dengan ibu, komunikasi dengan dokter dan
perawat tidak mau bicara

Alloanamnesa dengan ibu, pemeriksaan dengan pasien terbatas karena pasien sedang tidur.
Menurut ibu, saat ini emosi pasien cenderung kurang stabil. Ia mudah menangis karena rindu keluarganya di rumah,
menangis karena memikirkan ayahnya yang sempat sakit di rumah, memikirkan adik-adiknya yang harus ditinggalkan
oleh ibu di rumah karena ibu merawat dirinya di rs, ataupun karena ia merasa tidak enak karena telah merepotkan
ibunya. Selain itu, pasien pun mudah marah, misalnya ketika ia dipangggil berulang kali oleh ibu saat sedang tidur
(karena sepanjang hari tidur) lalu ia menjawab dengan nada ketus. Pasien cenderung dapat mengungkapkan pikiran
dan perasaannya kepada ibu. Namun, ia cenderung menjawab seadanya kepada dokter dan perawat. Menurut ibu,
hal tersebut terjadi karena setiap kali dokter dan perawat datang, pasien sedang tertidur.
Pasien perempuan usia 13 tahun
keluhan : emosi tidak stabil, cenderung tidur, komunikasi lebih banyak dengan ibu, komunikasi dengan dokter dan
perawat tidak mau bicara

Alloanamnesa dengan ibu, pemeriksaan dengan pasien terbatas karena pasien sedang tidur.
Menurut ibu, saat ini emosi pasien cenderung kurang stabil. Ia mudah menangis karena rindu keluarganya di rumah,
menangis karena memikirkan ayahnya yang sempat sakit di rumah, memikirkan adik-adiknya yang harus ditinggalkan
oleh ibu di rumah karena ibu merawat dirinya di rs, ataupun karena ia merasa tidak enak karena telah merepotkan
ibunya. Selain itu, pasien pun mudah marah, misalnya ketika ia dipangggil berulang kali oleh ibu saat sedang tidur
(karena sepanjang hari tidur) lalu ia menjawab dengan nada ketus. Pasien cenderung dapat mengungkapkan pikiran
dan perasaannya kepada ibu. Namun, ia cenderung menjawab seadanya kepada dokter dan perawat. Menurut ibu
hal tersebut dilakukan karen a
(Diubah pada: 15:05:58 / 10 August 2021)
O: : Kognitif
verbal : reseptif cukup baik, ekspresif : artikulasi kurang baik, suara lemah. intraverbal : beberapa jawaban tidak
sesuai (misalnya ketika ditanya anak ke berapa, usia saat ini).
orientasi tempat : -

sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatif

30/8  anak
S: demam jarang, KU membaik(mobilisasi, nafsu makan)
O: : BB 37 kg
t 38.3 C
CNS: GCS E4M5V5, pupil isokor 4/4, RC +/+, luka operasi baik
CVS: TD 100/80 mmHg, HR 106 x/menit, akral hangat, CRT<2"
Resp: RR 18 x/menit, SpO2 100%, WOB normal, stridor (-), ronki -/-
GIT: supel, residu (-), diet lunak
A:
Bacterial meningitis, unspecified [G00.9][primary]
Benign neoplasm, cerebral meninges [D32.0][secondary]
Elevation of levels of transaminase and lactic acid dehydrogenase [LDH] [R74.0][secondary]
P: waspada interaksi meropenem >< VPA , jika meropenem >14 hari pertimbangkan untuk mengganti VPA
omeprazole stop
cetirizin 1 x 10 mg
cek SGOT/SGPT rabu

Gizi awal
15/7  A: Skor strong kids 3, IMT/U -1.64SD
Tidak ada alergi makanan, terpasang NGT, tidak ada residu, estimasi asupan RS 14% kebutuhan
Riwayat SOL IK
Kebutuhan energi 2100kkal, protein 58gr, lemak 58gr, KH 336gr
Berat Badan: 37.5
Tinggi Badan: 155

 I: Tujuan: Memenuhi kebutuhan gizi pasien >80% secara bertahap


Diberikan Diet Makanan Cair (pediasure) 6x200ml, rute NGT
ME: Asupan enteral evaluasi setiap 3 hari

29/7  S: A: belum dapat dikaji


O: : A: asupan enteral 21,4% kebutuhan, muntah 2kali, residu NGT 150 ml dalam 24 jam,
Heart Rate: 128
Temperatur: 36
Respiration Rate: 34
Berat Badan:
Tekanan Darah: 124/69
Tinggi Badan:
A:

D: asupan enteral tidak adekuat berkaitan dengan kondisi klinis ditandai asupan enteral 21,4% kebutuhan [primary]
P: I: tujuan : optimalkan asupan enteral > 80% kebutuhan bertahap 3hari
DIberikan diet cair 6x100ml rute NGt naik bertahap
ME: asupan enteral evaluasi 3hari

5/8  S: A:belum dapat dikaji secara verbal


O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
: A: albumin 3.6 mg/dl, Hb 7.9 g/dl
asupan 24 jam 1200 kkal (57%)
diet per NGT tolerated tidak ada residu
Temperatur: 38
Heart Rate: 94
Respiration Rate: 18
Tekanan Darah: 95/55
A:

D:asupan energi inadekuat berkaitan dengan kondisi klinis ditandai dengan asupan <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan per NGT bertahap sesuai kondisi pasien mencapai minim 80%

diberikan makanan cair 6x250 rute NGT

ME:asupan makan per 3 hari


10/8  S: ASSESMEN GIZI ULANG
A:sulit dikaji secara verbal
O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
: A: Na 131 mmol/l
terdapat balutan luka dikepala, terpasang NGT
pasien tidak mau makan sumsum oral, keluarga memberikan regal sachet dikonsumsi 2.5 keping
dicoba minum namun beberapa kali terbatuk
asupan RS dengan 6x250cc/300 kkal --> 1800 kkal (85.7% dari total kebutuhan per hari)
Temperatur: 36.5
Tekanan Darah: 95/60
Respiration Rate: 17
Heart Rate: 102
A:

D:asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi klinis ditandai dengan asupan oral <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal mencapai 80%

diberikan makanan cair 6x250cc/300kkal dengan snack 2xpuding

edukasi keluarga terkait pemberian makan oral dari keluarga yang aman untuk pasien

ME:Asupan makan per 3 hari

16/8 S: ASESMEN ULANG


A:sudah mau makan oral bentuk pisang dan biskuit
O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
: A: terdapat balutan luka dikepala, BAB keras, terpasang NGT
pasien sudah mau makan pisang dan biskuit yang diberikan keluarga, snack puding dari RS juga dihabiskan, masih
tersedak saat minum,
asupan RS dengan 6x250cc/300 kkal --> 1800 kkal (85.7% dari total kebutuhan per hari)
Temperatur: 37.2
Heart Rate: 108
Respiration Rate: 20
Tekanan Darah: 110/60
A:

D:asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi klinis ditandai dengan asupan oral <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal mencapai 80% disesuaikan dengan toleransi makan pasien

diberikan makanan cair 6x250cc/300kkal dengan ekstra jus pepaya 2x

makan malam hari ini dicoba makan oral berupa bubur lauk cincang

ME:Asupan makan 3 hari

19/8  S: MONITORING DAN REASESMEN


O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
: A:Na 132 mmol/l, Hb 9.4 g/dl
pasien tidak ada kesulitan menelan makanan lunak, nafsu makan membaik, minum air masih batuk-batuk
asupan per oral dengan diet lunak --> makan bubur lebih banyak dikonsumsi lauk pauk
asupan per NGT --> 3x250cc/300 kkal (09-15-22)
asupan 24 jam 71% dari total kebutuhan per hari
Temperatur: 36.9
Heart Rate: 122
Respiration Rate: 17
Tekanan Darah: 100/60
A:

D:asupan oral inadekuat berkaitan dengan kesulitan menelan ditandai dengan asupan <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal 80%

diberikan kombinasi diet lunak dan makanan cair dengan 3xmakan utama bentuk lunak rute oral, dan
3x250cc/300kkal pediasure rute NGT

ME:asupan makan per 3 hari

23/8  : MONITORING DAN REASESMEN


O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
Temperatur: 37.4
Heart Rate: 100
Respiration Rate: 17
Tekanan Darah: 100/80
: A: BAB sudah tidak keras, pasien tidak ada kesulitan menelan makanan lunak, nafsu makan membaik, minum air
masih batuk-batuk, pasien belum mau mencoba peningkatan tekstur makanan
asupan per oral dengan diet lunak --> makan bubur lebih banyak dikonsumsi lauk pauk
asupan per NGT --> 3x250cc/300 kkal (09-15-22)
asupan 24 jam 71% dari total kebutuhan per hari
keluarga memberikan buah-buahan dan snack dari luar RS untuk support makan pasien
A:

D:asupan oral inadekuat berkaitan dengan daya terima pasien ditandai dengan asupan <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal 80%

diberikan kombinasi diet lunak dan makanan cair dengan 3xmakan utama bentuk lunak rute oral, dan
3x250cc/300kkal pediasure rute NGT

ME:asupan makan per 3 hari


Penunjang

26/8 S: MONITORING DAN REASESMEN


O: Berat Badan:
Tinggi Badan:
Temperatur: 37.4
Heart Rate: 98
Respiration Rate: 17
Tekanan Darah: 90/60
: A: SGOT 82 u/l, SGPT 137 u/l
pasien tidak ada kesulitan menelan makanan lunak, nafsu makan membaik, minum air tidak ada batuk, NGT sudah
dilepas
asupan per oral dengan diet lunak --> sisa 1/4 porsi
asupan per oral dengan enteral --> 2x250cc/300 kkal (09-15) untuk jam 22 tidak diberikan karena sering kembung
asupan tambahan dari keluarga --> buah apel 1.5 porsi
asupan 24 jam 71% dari total kebutuhan per hari
A:

D:asupan oral inadekuat berkaitan dengan kesulitan menelan ditandai dengan asupan <80%[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal 80%

diberikan kombinasi diet lunak dan makanan cair dengan 3xmakan utama bentuk lunak dan 2x250cc/300kkal
pediasure rute oral

ME:asupan makan per 3 hari

1/9
S: monitoring dan reassesment
O: : A:sgot 77 u/l, sgpt 142 u/l
pasien tidak ada kesulitan menelan makanan lunak, nafsu makan membaik, minum air tidak ada batuk, BAB tidak
ada masalah
asupan per oral dengan diet lunak --> dengan tim habis
asupan per oral dengan enteral --> 2x250cc/300 kkal (09-15)
asupan tambahan dari keluarga --> buah apel/pear 1.5 porsi
asupan 24 jam 88% dari total kebutuhan per hari
Temperatur: 38.4
Heart Rate: 114
Respiration Rate: 17
Tekanan Darah: 90/60
A:
D:perubahan nilai lab terkait gizi berkaitan dengan efek samping obat ditandai dengan sgot 77 u/l, sgpt 142
u/l[primary]
P: I:tujuan:mengoptimalkan asupan makan minimal 80% dan tidak memperberat kerja fugnsi hati

diberikan kombinasi diet lunak dan makanan cair dengan 3xmakan utama bentuk lunak dan 2x250cc/300kkal
pediasure rute oral

ME:asupan makan per 7 hari

BB 38.5 kg  di poli

Biokimia

CRP

procalcitonin
CaseReport

Latar Belakang

Bakterial meningitis merupakan salah satu infeksi bakteri pada sisten saraf pusat yang disebabkan
beberapa jenis bakteri tergantung dari kelompok umurnya. Pada pasien neonatus dan balita infeksi
bakteri penyebab meningitis pada umumnya Escherichia coli, GBS, E. coli, Streptococcus pneumoniae,
Listeria monocytogenes. Sementara itu pada anak 3bulan -10 tahun umumnya bakteri S. pneumoniae,
Neisseria meningitidis, Haemophilus dan kelompok remaja sampai 19 tahun N. meningitidis, S.
pneumoniae. Meningitis terjadi ketika bakteri pathogen melalu perluasan ke sinusitis atau mastoiditis
pada ruang subarachnoid. Adanya bakteri pada ruang subarachnoid memicu respon imun yang
menyebabkan adanya perlawanan dengan respon inflamasi dan terjadi pelepasan sitokin dan kemokin.
Inflamasi yang tidak teratasi dapat menyebabkan penurunan perfusi otak, edema otak, meningkatak
tekanan intracranial, gangguan metabolic dan vaskulitas yang dipicu dari gangguan sraf dan iskemia.
Komplikasi dari meningitis terdapat dua yakni jangka pendek berupa kondisi klinis berupa kejang, efusi
subdural, penurunan neurologis fokal dan jangka Panjang berupa penurunan fungsi pendengaran,
gangguan kognitif, hidrosefalus, gangguan belajar dan epilesi (zainel, 2021).

Diagnose dilakukan dengan melihat nilai C-reactive protein (CRP) dan prokalsitonin dalam tubuh.
Prokalsitonin sendiri digunakan untuk mengetahui respon dari pemberian antibiotik. Pengobatan
meningitis umumnya mendapat terapi antibiotic rata-rata 14 hari namun bisa sampai 21 hari tergantung
usia dan jenis bakteri yang menginfeksi. Penggunaan antibiotic dalam jangka waktu panjang umumnya
digunakan pada meningitis dengan komplikasi seperti empiema subdural, ventrikulitis, abses otak, dan
trombosis (Alamarat,2020).

Intra-cranial space occupying lesion merupakan neoplasma yang bersifat jinak atau ganas maupun
primer atau sekunder. Hal ini juga bisa dipicu oleh massa inflamasi atau parasit yang terletak di dalam
rongga tengkorak, hematoma, dan malformasi vaskular (Butt, 2005).

SOL IK diklasifikasikan menjadi neoplastic dan non neoplastic yang umumnya disebabkan abses serebral
karena pyogenic, toxoplasma, tuberculoma, cysticercosis, echinococosis, schistosomiasis. Selain itu bisa
disebabkan dari trauma kepala sehingga adanya subdural haematoma, extdural haematoma, vascular-
intracerebral haematoma dan Inflammatory. Sementara itu, neoplastic umumnya diseabaikan
astrocytoma, meningioma, schwanoma, pituitary adenoma meskipun metastase otak dan tulang
belakang bukanmenjadi pemicu utama adanya tumor. Gejala yang ditimbulkan dari adanya lesi ini
tergantung pada lokasi massa pada jaringan otak. Umumnya terjadi peningkatan tekanan intracranial
sehingga menyebabkan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran, papilloedema, muntah, bradikardia,
hipertensi arteri, dilatasi pupil, lesi saraf kranial ke-6 (unilateral atau bilateral), hemiparesis, respons
plantar ekstensor bilateral (datta, 2019).

Tujuan
Tujuan dari studi kasus ini untuk penerapan proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan bacterial
mengingitis dan space occupiying lesion intracranial pada pasien anak sebagai intervensi medis.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan yakni dengan pendekatan obervasional dengan desain studi
kasus metode kohort prosepektif.

Gambaran Kasus

Pasien anak F umur 13 tahun rujuk dari RS H dengan penurunan kesadaran 3 hari SMRS. Pasien sering
mengeluhkan nyeri kepala sejak awal Juni dan memberat disertai mual muntah dan dibawa ke klinik
setempat diberikan obat mual dan lambung. Pasien mengeluhkan gangguan penglihatan berupa
penglihatan kabur dan berbabayang pada awal juli dan nyeri kepala belum perbaikan. Pasien masuk RS
setempat dengan kejang 1x dan sejak itu cenderung tidur dan sulit diajak komunikasi. Dari hasil CT scan
di RS setempat didapati adanya SOL IK. Pasien masuk RS PON dilakukan MRI terdapat massa regio
parietal sinistra, menyangat dengan kontras tampak intraaxial dan menempel pada falx dengan diagnose
Meningioma aplastik dan dilakukan kraniektomi. Diagnosa medis pasien meningioma plastic, bacterial
meningitis.

Hasil

A:

Antropomestri: Berat badan 37.5kg, Tb 155 cm, IMT/U -1.64SD, skor strong kids 3

Biokimia:

Fisik klinis:

Diet:

Personal:

D:

1. Asupan oral inadekuat berkaitan dengan kondisi klinis ditandai dengan penurunan kesadaran,
cenderung tidur

I: tujuan:

Diberikan diet cair bertahap berupa formula komersil pediasure mulai 6x200 rute NGT

ME: asupan enteral dievaluasi setiap 3 hari

OBAT
Meropenem 3x1,5 g (H14/14)
Keppra 2x250 mg PO (H1)
Asam valproat 2x8 cc -> Rabu mulai 2x6 cc selama 2 hari, 2x4 cc 2 hari berikutnya, 2x2cc 2 hari berikutnya, lalu stop
Lainnya sesuai TS neuropediatri
a. Biokimia

Tanggal monitoring Kesimpulan


5 Agustus 2021 albumin 3.6 mg/dl, Hb 7.9 g/dl
10 Agustus 2021 Na 131 mmol/l
16 Agsutus 2021 8.8 g/dl
23 Agustus 2021 Na 133, sgot 62, sgpt 147
26 agustus 2021  SGOT 82 u/l, SGPT 137 u/l
1 september 2021 sgot 77 u/l, sgpt 142 u/l

CRP 29/7 335


1 agustus 135.5
12 agustus 25.5
Procalcitonin 10 29/7
b. Fisik klinis

Tanggal monitoring Fisik Klinis (TTV, GCS)


5 Agustus 2021 BAB terakhir tanggal 1/8/21 Temperatur: 38
post transfusi PRC 1 (180cc) Heart Rate: 94
selesai jam 21.00 Respiration Rate: 18
sedang jalan PRC ke 2 mulai jam Tekanan Darah: 95/55
7.15 E3M6V3
10 Agustus 2021 Cenderung mengantuk Temperature 36.5
balutan luka siang ini masih ada Tekanan Darah: 95/60
rembesan sedikit Respiration Rate: 17
bab terakhir 6/8 Heart Rate: 102
E3M6V5
16 Agsutus 2021 terdapat balutan luka dikepala, Temperatur: 37.2
BAB keras Heart Rate: 108
Respiration Rate: 20
Tekanan Darah: 110/60
KU: sedang, Kes: CM, tetapi
cenderung banyak memejamkan
mata dan tidur, GCS E3M6V5,
pupil 4 mm/4 mm, RCL +/+,
balutan luka tidak ada rembesan
O2 room air, saturasi O2 96%,
IVFD dengan Nacl 0,9% 10
ml/jam,
Terpasang NGT (Tgl 10/08/21),
6x250 ml, tolerit tidak ada residu
mix per oral
BAK Spontan di diapers
Re-hecting sudah dilakukan (tgl
10/8/2021), GV terakhir (tgl
14/08/21)
BAB terakhir (tgl 11/08/21)
19 Agutus 2021 Na 132 mmol/l, Hb 9.4 g/dl KU: sedang, Kes: CM, tetapi
pasien tidak ada kesulitan cenderung banyak memejamkan
menelan makanan lunak, nafsu mata dan tidur
makan membaik, minum air GCS E3-4M6V5,(mata tidak bisa
masih batuk-batuk melihat )
Balutan luka tidak ada rembesan
BAB KERAS Terpasang IVFD (15/7/2021)
dengan Nacl 0,9% 10 ml/jam
Terpasang NGT (Tgl 17/08/21),
6x250 ml, tolerit tidak ada residu
mix per oral
BAK Spontan di diapers
BAB terakhir 18/8/2021
Dari dr.Krisna : Saat ini
pemeriksaan tidak ada fokus
infeksi di THTKL
Tekanan Darah: 100/60
Heart Rate: 122
Respiration Rate: 17
Temperatur: 36.9
23 Agustus 2021 BAB sudah tidak keras, pasien KU: sedang, Kes: CM, GCS
tidak ada kesulitan menelan E4M6V5, (mata tidak bisa
makanan lunak, nafsu makan melihat)
membaik, minum air masih Terpasang IVFD (20/7/2021)
batuk-batuk, pasien belum mau dengan Nacl 0,9% 10 ml/jam
mencoba peningkatan tekstur Terpasang NGT (Tgl 17/08/21),
makanan makan peroral, snack susu
Luka operasi sudah aff hacting
dan aff stapler --> rawat terbuka
BAK Spontan di diapers
BAB terakhir 22/8/2021
Heart Rate: 100
Temperatur: 37.4
Respiration Rate: 17
Berat Badan:
Tekanan Darah: 100/80
26 agustus 2021 pasien tidak ada kesulitan Kes: CM, GCS E4M6V5, (mata
menelan makanan lunak, nafsu tidak bisa melihat)
makan membaik, minum air Terpasang IVFD (22/7/2021)
tidak ada batuk, NGT sudah dengan Nacl 0,9% 10 ml/jam
dilepas Intake peroral (pastikan asupan
kalori dan cairan (masuk 2000
ml )
Luka operasi sudah aff hacting
dan aff stapler --> rawat terbuka
 BAB terakhir 25/8/2021
1 september 2021 pasien tidak ada kesulitan KU: sedang, Kes: CM, GCS
menelan makanan lunak, nafsu E4M6V5, (mata tidak bisa
makan membaik, minum air melihat)
tidak ada batuk, BAB tidak ada Resiko jatuh anak: sedang
masalah Terpasang IVFD (22/7/2021)
dengan Nacl 0,9% 10 ml/jam
dengan infus pump
Intake peroral (pastikan asupan
kalori dan cairan masuk 2000
ml )
Luka operasi rawat terbuka
BAK Spontan, BAB sedikit (tgl
31/8/2021)
Tampak kemerahan di area yang
gatal-gatal berkurang
- Advice dr. Chairy : waspada
interaksi meropenem >< VPA ,
jika meropenem >14 hari
pertimbangkan untuk mengganti
VPA
- advice dr. Arie : asam valproat
boleh ditaper off, ganti
levetiracetam mulai 2x250 mg.
asam valproat 2x6 cc 2 hari, 2x4
cc 2 hari, 2x2cc 2 hari, lalu stop
Heart Rate: 114
Respiration Rate: 17
Tekanan Darah: 90/60
Temperatur: 38.4

c. Asupan makan

Tanggal Asupan enteral Asupan Asupan luar Total asupan


monitoring makanan padat RS
Monitoring 1 6x200cc/200kkal - - 57%
(NGT)
Monitoring 2 6x250cc/300kkal Biscuit 3 keping
(NGT)
Monitoring 3 6x250cc/300kkal Snack pudding
pediasure. Ekstra Biscuit 2 keping
jus papaya 2x
(NGT)

Monitoring 4 3x250cc/300 kkal Bubur lauk Apel fuji 1 71%


(per NGT) cincang, biscuit buah dan
regal 3 keping
Monitoring 5 2x250cc/300 oral Bubur lauk Apel fuji 1.5 71% (lepas NGT)
cincang, biscuit porsi dan
regal 3 keping biscuit regal 3
keping
Monitoring 6 2x250cc/300 oral Nasi tim Apel fuji 1.5 88%
porsi dan
biscuit regal 3
keping

Enteral () oral Total asupan


E (kkal) P(gr) L(gr) Kh(gr)
Monitoring 1 1200 kkal - 1200 36.5 57.4 125.2
(57%)
Monitoring 2 1800 kkal 175 kkal 1975 65.8 86 233.8
(85.6%)
Monitoring 3 1900 kkal 186.3 2086.3 67.8 89 253.2
(90.7%)
Monitoring 4 900 kkal 922.3 1822.3 72.4 71.5 215
(79.2%)
Monitoring 5 600 kkal 1380 1980 68.8 67.7 269.6
kkal (86%)
Monitoring 6 600 kkal 1610 2210 79.3 69.7 305.6
kkal (96%)

Pembahasan

Daftar pustaka

Abdulwahed Zainel 1 , Hana Mitchell 1,2 and Manish Sadarangani. 2021.Bacterial Meningitis in Children:
Neurological Complications, Associated Risk Factors, and Prevention. Microorganisms 2021, 9, 535.
Published 5 march 2021. Avalaible on file:///C:/Users/ASUS/Downloads/microorganisms-09-00535-
v2.pdf

Alamarat Z dan Hasbun R. 2020. Management of Acute Bacterial Meningitis in Children. Infection and
Drug Resistance 2020:13 4077–4089. Avalaible on https://www.dovepress.com/getfile.php?fileID=63617

M. EJAZ BUTT, SAEED A. KHAN, NASEER A. CHAUDRHY AND G. R. QURESHI, 2005. INTRA-CRANIAL SPACE
OCCUPYING LESIONS A MORPHOLOGICAL ANALYSIS. Biomedica Vol. 21 (Jan. – Jun., 2005). Avalaible on
http://www.thebiomedicapk.com/articles/31.pdf

DATTA PK1, SUTRADHAR SR2, KHAN NA3, HOSSAIN MZ4 , SUMON SM5, HASAN I6, DATTA R7,ANWAR
AT8, ISLAM R9, ELAHI ME10. 2019. CLINICAL PATTERN OF INTRA-CRANIAL SPACE OCCUPYING LESION IN
TERTIARY LEVEL HOSPITAL. J Dhaka Med Coll. Vol. 28, No. 1. April, 2019. Avalaible on
https://doi.org/10.3329/jdmc.v28i1.45751

Bakteri patogen yang menyebabkan meningitis menunjukkan kemampuan polisakarida kapsular


antiphagocytic yang memungkinkan kelangsungan hidup dalam darah. Oleh karena itu, perubahan
dalam usus melibatkan penyebaran bakteri secara hematogen, memulai meningitis melalui adhesi
mukosa organisme dan invasi sistemik berikutnya (Seib et al., 2009; Harvey et al., 2011; Dando et al.,
2014). Sistem kekebalan usus bertugas untuk mempertahankan homeostasis dalam mikrobioma usus
melalui proses meminimalkan kontak langsung antara bakteri usus dan permukaan sel epitel
(stratifikasi), dan membatasi bakteri penetran ke situs usus dan membatasi paparan mereka ke
kompartemen kekebalan sistemik. kompartementalisasi) (Hooper et al., 2012; Macpherson dan
McCoy, 2013). Permukaan mukosa merupakan antarmuka utama dan merupakan titik masuk
sebagian besar patogen infeksius, dan bersentuhan dengan antigen yang berpotensi merugikan
(Janeway et al.,

Pengkajian gizi awal dilakukan di ruang intensive, berat badan pasien 37.5 kg, tinggi badan Tb
155 cm, IMT/U -1.64SD, skor strong kids 3. Nilai biokimia ditemukan abnormal pada elektrolit
dalam darah 132 mmol/l. Penilaian fisik klinis didapati GCS E2M5V1, pasien tampak gelisah,
terpasang NGT dan oksigen nasal kanul 3 lpm. Pemberian awal diet MRS yakni 6x200cc/200
kkal rute NGT. Asupan diberikan bertahap disesuaikan dengan kondisi klinis pasien.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan gizi menggunakan factor stress 1.7 dan factor aktivitas 1.1
didapati energi 2300 kkal, protein 86 gram, lemak 63 gram karbohidrat 345 gram. Selama
diperawatan intesif, pasien mengalami penurunan toleransi dan belum dapat dioptimalkan
sampai 80%, analisis asupan rata-rata yakni 52%. Pasien mendapatkan terapi antibiotic yakni
meropenem selama 14 hari via intravena. Masalah gizi yang terjadi yakni asupan enteral
inadekuat berkaitan dengan toleransi pasien ditandai dengan asupan <80%. Setelah perawatan
dari ruang intesif dipindahkan ke kamar rawat inap dengan pemberian diet 6x200 dengan produk
komersial. Monitoring dilakukan selama 3 hari sekali terkait asupan makan, hasil biokimia dan
fisik klinis terkait kesadaran umum, tanda vital.

Kondisi kesadaran umum pasien yang masih belum stabil ditinjau dari hasil GCS E3M6V3
dengan kondisi cenderung tidur dan penglihatan berkurang dan hasil biokimia yang didapati
masih anemia sehingga optimalisasi asupan makan dilakukan secara per NGT. Kondisi anemia
ini dapat disebabkan karena asupan makanan inadekuat dan kondisi hiperkatabolik.
Asupan diupayakan mencapai 80% secara bertahap dan dilakuakn juga upaya untuk
memberikan makanan rute oral secara bertahap. Pasien mengalami kesulitan menelan air yang
lebih sering terbatuk-batuk karena penggunaan NGT yang lama. Gangguan menelan yang
dialami pasien berkaitan dengan kondisi neurologis dan muskular dari adanya pembedahan di
otak. Kondisi gangguan penceranan yakni BAB cenderung keras dan diberikan intervensi gizi
tambahan dengan tinggi serat melalui NGT dengan ekstra jus papaya dan makanan pemberian
rute oral dilakukan dengan pemberian snack pudding dan biscuit dari keluarga. Pemberian ekstra
jus papaya merupakan salah satu intervensi untuk membantu memperbaiki kondisi gangguan
pencernaan yakni kosntipasi yang terjadi akibat ketidakseimbangan microbiota usus. Hubungan
antara keseimbangan mikorbiota usus dengan sistem saraf pusat telah banyak diteliti yang
banyak dikenal dengan “gut-brain axis” dimana terjadi interaksi dua arah antara sistem
pencernaan dan sistem saraf pusat.
Dalam kasus ini, kondisi stress kronis, otak dapat mengaktifkan hormone kortisol yang dapat
berpengaruh pada kondisi psikologis. Sehingga dapat terjadi kondisi depresi pada pasien salah
satu gejala yang muncul penurunan nafsu makan.
Intervensi asupan makan dilakukan dengan bertahap dari asupan enteral penuh rute NGT,
dikombinasikan dengan asupan makan lunak rute oral dan asupan enteral rute NGT hingga
diakhir intervensi diberikan asupan rute oral seluruhnya. Selain itu nafsu makan pasien juga
sangat meningkat dan sudah mau lebih banyak asupan per oral. Perbaikan asupan makan terjadi
karena inflamasi meningitis berhasil ditekan. Perbaikan status gizi dan kondisi hiperkatabolik
dapat dilkaukan lebih maksimal dengan asupan makanan tinggi protein.

Anda mungkin juga menyukai