Anda di halaman 1dari 56

PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI DARI

DAUN CENGKEH (CARYOPHILLI FOLIUM) SEBAGAI OBAT


TRADISIONAL DALAM BENTUK SEDIAAN BALSEM

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

MARIA DOLFIANA NGEPI

NIM 06039

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

Agustus 2009
PEMANFAATAN MINYAK ATSIRI DARI

DAUN CENGKEH (CARYOPHILLI FOLIUM) SEBAGAI OBAT

TRADISONAL DALAM BENTUK SEDIAAN BALSEM

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan kepada

Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program D III

Bidang Farmasi

OLEH

MARIA DOLFIANA NGEPI

NIM 06039

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

Agustus 2009
Karya Tuis Ilmiah

Oleh MARIA DOLFIANA NGEPI ini

telah diperiksa dan disetujui untuk di ujikan

pada tanggal tujuh Agustus 2009

Pembimbing,

Drs. Bilal Subchan.As.,Apt


Karya Tuis Ilmiah

Oleh MARIA DOLFIANA NGEPI ini

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal tujuh Agustus 2009

Dewan Penguji

Drs. Bilal Subchan. As.,Apt. Penguji I

Dra.Wigang Solandjari. Penguji II

Fransiko. S.Si.,Apt. Penguji III

Mengetahui Mengesahkan,

Pembantu Direktur Bidang Akademik Direktur Akademi Farmasi

Akademi Farmasi

Endang Susilowati, S.Si.,Apt. Kartini., A.Md. ST.


Firman – Mu Pelita Bagi Kaki Ku
dan Terang Bagi Jalan Ku…
Karena Perintah itu Pelita, dan Ajaran itu Cahaya,
dan Teguran yang Mendidik itu
Jalan Kehidupan…

Aku ingin mengucapkan terimakasih kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Serta Embu Mamo atas segala berkat,
Rahmat, bimbingan dan karunia_Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Kedua orang tua tercinta : Dede Martinus Tuku dan Mama Magdalena Mesu
atas segala do’a, pengorbanan, dukungan, cinta, dan kepercayaannya.

Baba (Alm) dan ine, atas do’a nya.


Baba Du’a Antonius Gudu di Marauke Papua, Om paulus Miki Saka Sekeluarga,
ka’e Ngole sekeluarga, bibi Yuli sekeluarga, Om Sius sekeluarga, Ma’ Dina dan Om Stef,
Kakek dan Nenek di Jakarta, Om Robertus Ghele sekeluarga, ka’e Alfons dan K’ Gema,
Om Herys Sekeluarga, Dede Simon Sewa dan Eba Angga, Om Yan sekeluarga, Babo
Pius dan nenek, Mami Kristin K’e Rolus sekeliarga, K’e Rikus Sekeluarga, serta seluruh
keluarga besar ku yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu terimakasih atas seluruh
dukungan moril maupun materilnya.

Kakakku : Silvester, adik-adikku : Berry dan Angela. Sepupu-sepupuku : Hesty,


K’Iren, Vincen, Hermin, K’e Metty, Etho, Noldy, Emmy, Jefry dan yang lainnya.

Special thx for my heart : AMAQ atas kasih sayang, dorongan, perhatian,
kesabaran, pengertian, pengorbanannya, pokoknya semuanya dech!!! Makacih ya @M@...

Nak AKFAR PI_M angkatan ’06 : Mallyn, Nophe, Epha, Lenggor (Ros), k’valen,
Sr. Suzana Arni, Ita, Mey, Oneng (Lutfi) and friends, Yasinta (Thank’s ya untuk uji
indeks biasnya) dan yang lainnya… n my friend Eric@ M

Nak AndyCom : Ineee (Dian), N@2, Yung, Rifa, Okta, K’serly, Dj, K’ Linda,
Bertin, Tika, Mba, Ely, dan K’Eka…

Staf perpustakaan, Staf TU, staf laboratorium : Ca’Yan, Ca’Ry, Mas Imam dan
MAs Wahyu, yang telah membantu memperlancar proses penyelesaian KTI ini baik dari
literatur, maupun prakteknya.
Serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
ABSTRAK

Ngepi, Maria Dolfiana 2009. Pemanfaatan Minyak Atsiri Dari Daun Cengkeh
(Caryophilli Folium) Sebagai Obat Tradisional Dalam Bentuk Sediaan
Balsem. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang,
pembimbing Drs. Bilal Subchan As., Apt.

Kata kunci : Pemanfaatan, Daun cengkeh, Obat tradisional, Balsem

Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tidak hanya digunakan


sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, namun
bermanfaat juga sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang
ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal sebagai bahan yang efektif untuk
obat dan digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia, selain sebagai
obat tradisional. Cengkeh adalah salah satu hasil tanaman rempah di Indonesia.
Tanaman cengkeh banyak dibudidayakan untuk diambil bunga dan minyaknya.
Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah
daunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun
cengkeh supaya memiliki nilai komersil.
Daun cengkeh (Caryophili Folium) mengandung Minyak atsiri, tanin
galat, kalsium oksalat, dan berkhasiat sebagai analgesik, karminatif, dan stimulan.
Penelitian dilakukan di laboratorium farmasetika Akademi Farmasi Putera
Indonesia Malang, pada bulan April sampai Juni 2009. Penelitian terhadap
pemanfaatan daun cengkeh (Caryophili Folium) dilakukan dengan pengambilan
minyak atsiri daun cengkeh menggunakan metode destilasi uap air. Minyak
tersebut akan digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan balsem
dengan penambahan jumlah minyak yang berbeda pada ketiga formula balsem.
Adapun evaluasi yang dilakaukan terhadap sediaan balsem diantaranya uji
organoleptis, uji homogenitas dan uji volunter.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemanfatan daun cengkeh sebagai
obat tadisional dalam bentuk sediaan balsem menghasilkan balsem dengan mutu
fisik yang baik. Hal ini ditunjukan dengan beberapa pengujian yang dilakukan
terhadap balsem cengkeh tersebut yakni uji organoleptis dan uji homogenitas. Dan
pada uji volunter menunjukan bahwa responden sangat menyukai sediaan balsem
formula III dengan persentase sebesar 84,75% hal ini dikarenakan penambahan
jumlah minyak pada formula III lebih banyak dibanding formula I, dan II
Berdasarkan hasil penelitian disarankan adanya penelitian lebih lanjut,
perlu melakukan penelitian tentang efektifitas daun cengkeh sebagai analgesik,
stimulan, dan karminatif, perlu melakukan penelitian tentang dosis penggunaan
minyak atsiri daun cengkeh dalam sediaan topikal.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ilmiah
yang berjudul “Pemanfaatan Minyak Atsiri Dari Daun Cengkeh (Caryophilli
Folium) Sebagai Obat Tradisonal Dalam Bentuk Sediaan Balsem” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk
menyelasaikan program Diploma III di Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang.
Sehubungan dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis
mengucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yaitu :
1. Ibu Kartini, A.Md. ST., selaku Direktur Akademi Farmasi Putra Indonesia
Malang.
2. Bapak Drs. Bilal Subchan. As.,Apt., selaku Dosen Pembimbing.
3. Ibu Dra. Wigang Solandjari, selaku dosen penguji ahli.
4. Bapak Fransiko. S.Si.,Apt., selaku dosen penguji nasional.
5. Bapak dan ibu Dosen Akademi Farmasi serta semua staf.
6. Kedua orang tua, kakak dan adikku yang memberikan doa dan motivasi.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang langsung maupun tak
langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada
penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih
mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat
diharapkan.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Malang, Agustus 2009

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ........ .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... ......... iii

BAFTAR TABEL .................................................................................. ......... v

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ......... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... ......... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ ......... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 4

1.5 Asumsi Penelitian .......................................................................... 4

1.6 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian ...................... ......... 5

1.7 Definisi Istilah ...................................................................... ......... 5

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Tinjauan Tentang Cengkeh .................................................. ......... 7

2.2 Tinjauan Tentang Minyak Daun Cengkeh ........................... ......... 9

2.3 Tinjauan Tentang Destilasi ............................................................ 11

2.4 Tinjauan Tentang Balsem Atau Salep................................... ......... 12

2.5 Formula Umum Balsem ....................................................... ......... 14

2.6 Metode Pembuatan Balsem Atau Salep ............................... ......... 16

2.7 Evaluasi Sediaan Balsem...................................................... ......... 17

2.8 Kerangka Teori .............................................................................. 17

iii
2.9 Hipotesis ........................................................................................ 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian........................................................ ......... 20

3.2 Populasi dan Sampel ....................................................... ......... 21

3.3 Definisi Operasional Variabel .......................................... ......... 21

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 22

3.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 22

3.6 Pengumpulan Data ............................................................. ......... 23

3.7 Evaluasi Sediaan Balsem ................................................... ......... 25

3.8 Analisa Data ....................................................................... ......... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian................................................................. ........ 28

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................... ......... 37

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................... 40

6.2 Saran ......................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ......... 41

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional .................................................... 21

Tabel 3.2 Tabel Formula Sediaan Balsem.............................................. 24

Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Bahan ....................................................... 24

Tabel 4.1 Tabel Komposisi Formula Balsem ......................................... 28

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Balsem Cengkeh ................. 29

Tabel 4.3 Hasil Uji Homegenitas Balsem Minyak Atsiri Daun Cengkeh 29

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Volunter Formula I ........................................ 29

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Volunter Formula II........................................ 32

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Volunter Formula III....................................... 34

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Berat Jenis Minyak......................................... ......... 42

Lampiran 2. Gambar Daun Cengkeh................................................................ 43

Lampiran 3. Gambar Evaporator ..................................................................... 44

Lampiran 4. Gambar Sediaan Balsem ............................................................. 45

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tidak hanya digunakan

sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, namun

bermanfaat juga sebagai bahan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang

ada, terutama yang tumbuh di Indonesia dikenal sebagai bahan yang efektif untuk

obat dan digunakan sebagai bahan baku industri obat di Indonesia, selain sebagai

obat tradisional.

Cengkeh adalah salah satu hasil tanaman rempah di Indonesia. Tanaman

tropis yang berasal dari Maluku ini sudah banyak dibudidayakan untuk diambil

bunga dan minyaknya. Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara

optimal adalah daunnya. Sifat kimiawi dan efek farmakologis dari cengkeh adalah

hangat, rasanya tajam, aromatik, berkhasiat sebagai perangsang (stimulan),

anestetik lokal, mengatasi sakit gigi dan obat batuk, sakit kepala, sinusitis, mual

dan muntah, masuk angin, terlambat haid, rematik, campak. Kandungan kimia

pada cengkeh adalah minyak atsiri, tanin galat, karbohidrat, kalsium oksalat,

fosfor, zat besi, vitamin B1, lemak, protein, dan eugenol.

(http://www.petaniindonesia.com/)

Sehubungan dengan hal di atas, untuk mengoptimalkan pemanfaatan daun

cengkeh yang sebelumnya dibuang oleh masyarakat, supaya memiliki nilai

komersil, daun cengkeh tersebut diolah dengan metode destilasi uap air dan

diambil minyak atsirinya. Minyak atsiri yang diperoleh akan dibuat dalam bentuk

1
2

sediaan balsem, yang pada dasarnya merupakan suatu sediaan salep. Berdasarkan

Farmakope Indonesia salep, unguenta adalah sediaan setengah padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau

terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.(1979:33).

Dalam hal ini minyak daun cengkeh dibuat suatu sedian topikal yang

dioleskan pada kulit yaitu balsem. Bentuk sediaan balsem atau salep lebih dipilih

karena penggunaannya sangat mudah. Untuk mengetahui formulasi yang baik

dalam pembuatan balsem minyak daun cengkeh, bahan aktif harus larut dalam

basis salep sehingga dapat diketahui sediaan balsem minyak daun cengkeh

tersebut dapat menghasilkan mutu fisik yang baik.

Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah

pemanfaatan daun cengkeh yang diolah dengan metode destilasi uap air dan

kemudian dibuat dalam bentuk sediaan balsem dapat menghasilkan mutu fisik

baslem yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan berdasarkan evaluasi-

evaluasi terhadap balsem yaitu organoleptis (bentuk, warna dan bau), dan uji

homogenitas. Selain melakukan evaluasi-evaluasi tersebut juga dilakukan uji

volunter, uji volunter ini dilakukan untuk mengetahui pendapat masyarakat

mengenai mutu fisik dari sediaan balsem minyak daun cengkeh yang sudah

dibuat.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah terdiri dari pernyataan

penelitian dan pertanyaan penelitian.


3

1.2.1Pernyataan Penelitian

Pernyataan dari penelitian ini adalah kandungan minyak atsiri dalam daun

cengkeh yang diperoleh dengan metode destilasi, dapat dibuat dalam bentuk

sediaan balsem.

1.2.2Pertanyaan penelitian

.a Bagaimanakah pembuatan sediaan balsem minyak daun cengkeh sebagai obat

tradisional?

.b Bagaimanakah mutu fisik sediaan balsem dari minyak atsiri daun cengkeh?

.c Apakah sediaan balsem yang dibuat dari minyak atsiri daun cengkeh dalam

beberapa formula disukai oleh responden?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ada dua yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.

1.3.1Tujuan Umum

Untuk memanfaatkan dan mengolah daun cengkeh dengan metode

destilasi untuk diambil minyak atsirinya yang berfungsi sebagai analgesik dan

dibuat dalam bentuk sediaan balsem.

1.3.2Tujuan Khusus

.a Mengetahui pembuatan sediaan balsem minyak daun cengkeh sebagai obat

tradisional

.b Untuk mengetahui balsem dari minyak atsiri daun cengkeh dapat

menghasilkan mutu fisik balsem yang baik.


4

.c Untuk mengetahui apakah sediaan balsem dari minyak atsiri daun cengkeh

disukai atau tidak disukai oleh responden dan formula balsem manakah yang

disukai oleh responden.

1.4 Kegunaan

Kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahan alam yaitu minyak

atsiri daun cengkeh yang berkhasiat sebagai obat agar dapat dimanfaatkan

untuk pengobatan.

1.4.2 Menginformasikan kepada masyarakat tentang bahan alam yaitu daun

cengkeh yang mengandung minyak atsiri dapat diolah dan dibuat dalam

bentuk sediaan balsem

1.4.3Menginformasikan atau memberitahukan tentang cara pembuatan dan

formulasi yang baik untuk sediaan balsem ekstrak daun cengkeh.

1.5 Asumsi Penelitian

1.5.1 Pengambilan minyak daun cengkeh dengan metode destilasi uap air dapat

menghasilkan minyak daun cengkeh yang memenuhi standart.

1.5.2 Minyak daun cengkeh yang dihasilkan dari metode destilasi uap air dapat

dibuat dalam bentuk sediaan balsem dengan mutu fisik yang baik.
5

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengetahui mutu fisik sediaan

balsem minyak daun cengkeh yang meliputi uji organoleptis (bentuk, warna dan

bau), uji homogenitas, dan uji volunter.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah balsem yang dibuat tidak diuji

khasiat kepada konsumen.

1.7 Definisi Istilah

1.7.1 Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar.

1.7.2 Mutu fisik adalah penilaian suatu sediaan yang meliputi uji

organoleptis yang mencakup bentuk, warna, bau, dan homogenitas.

1.7.3 Formula adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan

balsem

1.7.4 Balsem gosok merupakan suatu sediaan salep, yang digunakan sebagai

obat gosok, bentuknya lembek, mudah dioleskan, dan mengandung bahan

aktif, digunakan sebagai obat luar yang berfungsi untuk melindungi kulit

atau melemaskan kulit dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri

1.7.5 Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari

bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman.


6

1.7.6Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini

disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena

pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka.

1.7.7Destilasi atau penyulingan merupakan suatu proses pemisahan komponen-

komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih

berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Cengkeh (syzigium aromaticum)

Tinjauan tentang cengkeh yang akan dipaparkan dibawah ini diantaranya

adalah morfologi tanaman, nama lokal, komposisi, dan manfaat.

2.1.1 Morfologi Tanaman

Sinonim : Eugenia Aromatica

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliopsida

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium aromaticum

Suku : Mirtaceae

(http://www.plantamor.com/)

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang pohon

besar dan berkayu keras cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan ratusan

tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.

Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian

ujung dan pengkalnya menyudut rata-rata mempunyai ukuran lebar.

Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan
7
8

tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih mudah bunga cengkeh berwarna

keungu-unguan kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah

lagi menjadi merah muda apa bila sudah tua. Sedangkan bunga cengkeh kering

akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak

atsiri.

Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun tumbuhan

cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapatkan sinar

matahari langsung.

Di Indonesia cengkeh cocok ditanam di daerah dataran rendah dekat pantai

maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.

(Yuniarti, 1997:64)

2.1.2Nama Lokal Tanaman

Clove (inggris), cengkih (indonesia, jawa, sunda), worga Lawang (bali),

cangkih (lampung), sake (Nias), bungeu lawang (gayo), cengkeh (bugis), linke

(Flores), Canke ( ujung pandang), gomode (halmahera, tidore). (Indonesia,

1989:121)

2.1.31Kandungan Tanaman

Bunga cengkeh (Syzygium Aromaticum) selain mengandung minyak atsiri

juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam alenolat, asam

galotanat, fenilin, karysfilin, resin dan gom. Daun cengkeh (Caryophili Folium)

mengandung Minyak atsiri, tanin galat, kalsium oksalat. (Indonesia, 1989:121)

2.1.4Manfaat Tanaman
9

Berdasarkan Materia Medica Indonesia daun cengkeh digunakan sebagai

analgesik, karminatif, dan stimulan. (1989:123). Sebagai obat tradisional cengkeh

memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, bau mulut, sinusitis, mual, dan muntah,

masuk angin, sakit kepala, batuk, terlambat haid, rematik, dan campak. Cengkeh

juga digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat demam dan sebagi penolak

nyamuk.

Minyak cengkeh banyak dimanfaatkan oleh dokter gigi sebagai penghilang

rasa sakit. Selain itu tanaman ini juga dimanfaatkan dalam industri farmasi,

penyedap masakan dan wewangian. Salah satu manfaat cengkeh yang lain adalah

untuk memberikan aroma dan menambah rasa yang khas dalam rokok, khususnya

pada rokok kretek.

2.2 Tinjauan Tentang Minyak Daun Cengkeh

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak

ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena

pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Secara kimia

minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai

macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan

fenil propana.

Adapun sifat-sifat minyak atsiri diantaranya sebagai berikut

1. Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa.

2. Memiliki bau khas. Umumnya bau ini mewaklili bau tanaman asalnya.

3. mempunyai rasa getir, kadang-kadang berasa tajam, menggigit, memberi

kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa dikulit, tergantung

dari jenis komponen penyusunnya.


10

4. Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain) mudah menguap

pada suhu kamar sehingga bila diteteskan pada selembar kertas maka ketika

dibiarkan menguap, tidak meniggalkan bekas noda pada benda yang ditempel.

5. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh oksigen

udara, sinar matahari (terutama gelombang ultra violet), dan panas karena

terdiri dari berbagai komponen penyusun.

6. Indeks bias umumnya tinggi

7. Pada umumnya tidak bercampur dengan air, tetapi cukup dapat larut hingga

dapat memberikan bau kepada air walaupun kelarutannnya sangat kecil.

8. Sangat mudah larut dalam pelarut organik.

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak daun cengkeh

mengandung dua komponen utama, yaitu eugenol 80-85% dan karyiofilen sekitar

10-15%. Disamping dua komponen tersebut terdapat komponen lain yang

kuantitasnya relatif kecil.

Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991

Minyak Daun Cengkeh Karakteristik


Berat jenis pada 150 C 1,03 – 1,06
Putaran optik (ad) - 1 35
o

Indeks Refraksi pd 20oC (nd20) 1,52 - 1,54


Kadar eugenol (%) 78 - 93 %
Minyak pelikan Negatif
Minyak lemak Negatif
Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam dua volume
2.3 Tinjauan Tentang Destilasi

Pengambilan minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan metode

destilasi uap air.

Destilasi atau penyulingan merupakan suatu proses pemisahan komponen-

komponen suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan
11

perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut. Pada dasarnya

terdapat dua jenis penyuligan,

1. Penyulingan suatu campuran yang berujud cairan yang tidak saling

bercampur, hingga membentuk dua fasa atau dua lapisan. Keadaan ini terjadi

pada pemisahan minyak atsiri dengan uap air. Penyulingan dengan uap air

sering disebut juga hidrodestilasi. Pengertian umum ini memberikan gambaran

bahwa penyulingan dapat dilakukan dengan cara mendidihkan baha tanaman

atau minyak atsiri dengan air. Pada proses ini akan dihasilkan uap air yang

dibutuhkan oleh alat penyuling.

2. penyulingan suatu cairan yang tercampur sempurna hingga hanya membentuk

satu fasa. Pada keadaan ini pemisahan minyak atsiri menjadi beberapa

komponennya, sering disebut fraksinasi., tanpa menggunakan uap air.

Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut uap

menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah

menguap. Dalam pengrtian industri minyak atsiri dibedakan atas tiga macam

penyulingan, yaitu penyulingan air, penyulingan uap dan air, penyulingan uap

langsung.

1. Penyulingan Air

Penyulingan dengan cara ini maka, terjadi kontak langsung antara

simplisia dengan air mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling

kasar atau digerus halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui

pendingin, sulingan berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan

cara ini cocok untuk simlisia yang tidak rusak dengan pemanasan.

2. Penyulingan Dengan Uap Air


12

Penyulingan dengan cara ini memakai alat semacam dandang. Simplisia

diletakan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air dilapisan bawah.

Uap dialirkan melalui pendingin dan suling ditampung, minyak yang diperoleh

belum murni. Cara ini baik untuk simplisia yang basah atau kering yang rusak

pada pemanasan.

3. Penyulingan Dengan Uap

Penyulingan cara ini tidak memerlukan air, uap air panas yang biasanya

bertekanan lebih dari 1 atmosfir dialirkan melalui pipa uap. Peralatan yang

digunakan sama dengan peyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan

untuk memeriksa suhu dan tekanan. (indonesia, 1995: 111)

2.4 Tinjauan Tentang Balsem atau Salep

2.4.1Pengertian

Salep, unguenta adalah gel dengan perubahan bentuk plastis, yang

digunakan pada kulit sehat, sakit atau terluka atau pada selaput mukosa (mata,

hidung). (Voight,1995:311).

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obat harus terdispersi homogen dalam dasar salep yang

cocok. (FI ED III 1979:33)

Salep adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar yang

dimaksudkan untuk pemakain pada mata dibuat khusus dan disebut salep mata.

(Ansel, 1989:502).

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas maka dapat diperoleh

kesimpulan bahwa salep merupakan suatu sediaan setengah padat yang mudah
13

dioleskan, digunakan untuk pemakaian luar pada kulit sehat, sakit, atau pada

selaput mukosa.

2.4.2Kualitas balsem atau salep yang baik.

Menurut Anief, suatu sediaan salep harus memenuhi kualitas dasar seperti;

a. Stabil

Salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati. Oleh karena itu

bebas inkompabilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam

kamar.

b. Lunak

Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi, dan ekskoriasi dan

dibuat sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh produk

harus lunak dan homogen.

c. Mudah digunakan

Kebanyakan keadaan salep adalah mudah digunakan, kecuali sediaan salep

yang dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer.

d. Dasar salep yang cocok

Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pembuatan salep adalah seleksi

dasar salep yang cocok.

e. Terdistribusi merata

Pengobatan dengan salep yang padat atau cair harus terdistribusi merata

melalui dasar salep. (1997:30)


14

2.4.3Aturan umum pembuatan balsem atau salep

Aturan-aturan umum pembuatan salep berdasarkan farmakope:

a. Zat-zat yang larut dalam basis salep dilarutkan didalamnya dan jika perlu

dengan pemanasan rendah.

b. Zat-zat yang larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu menyerap air

tesebut, dilarutkan dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan basis

salep yang lain.

c. Zat-zat yang tidak cukup larut dalam basis salep dan air, lebih dulu diserbuk

dan diayak dengan ayakan no.100. pada pembuatan salep ini, zat padat

dicampur dengan setengah atau bobot sama dengan basis salep, yang jika

perlu telah dicairkan, ditambahkan sedikit demi sedikit.

d. Jika salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk

sampai dingin.

2.5 Formula Umum Balsem

Suatu sediaan balsem atau salep terdiri dari bahan berkhasiat dan basis

salep Fungsi dari bahan-bahan tersebut adalah sebagi berikut:

2.5.1Bahan berkhasiat

Bahan berkhsiat balsem atau salep yang digunakan adalah bahan yang

dapat memberikan efek yang diharapkan meliputi antiinflamasi, analgesik,

antipruritik, antifungi, dan antibakteri.

Bahan berkhasiat yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak daun

cengkeh yang memiliki efek sesuai dengan bahan aktif yang diharapkan dalam

suatu sediaan balsem.


15

2.5.2Basis salep

Pada pembuatan sediaan salep, bahan aktif harus larut dalam basis salep.

Basis salep yang ideal adalah:

a. Stabil

b. Bereaksi netral

c. Tidak mengiritasi

d. Tidak merusak atau menghambat aksi terapi dari bahan aktif yang

dikandungnya.

e. Mudah dibuat

f. Efisien untuk kulit kering, berminyak atau basah.

g. Bebas dari bau yang tidak enak

Basis balsem yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Vaselin album

Pemerian putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan

lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0o.

Kelaruran tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas, dan

dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzena, dalam karbon disulfida,

dalam kloroform, larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar minyak lemak

dan minyak atsiri. (Indonesia, 1995: 822)

2. Parafinum Solidum

Pemerian padat sering menunjukkan susunan hablur agak licin tidak

berwarna atau putih, tidak mempunyai rasa.

Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) p; larut

dalam kloroform p. Khasiat dan penggunaan zat tambahan. (Indonesia, 1979:475)


16

2.6 Metode Pembuatan salep

Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode

umum yakni pencampuran dan peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu

terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya.

2.6.1Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-

sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada skala kecil

pencampuran komponen-komponen dari salep dapat dilakukan dalam mortir dan

stamper atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas yang besar

atau porselen) untuk menggerus bahan bersama-sama.

2.6.2Peleburan

Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep

dicampur dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang

konstan sampi mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya

ditambahkan pada pencampuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan

diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap yang ditambahkan terakhir

bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian

atau penguapan dari komponen.

2.7 Evaluasi Sediaan Balsem atau Salep

2.7.1Uji organoleptik

Dalam uji organoleptik ini dilihat sifat-sifat fisik sediaan balsem dari

ekstrak daun cengkeh yang meliputi bentuk, warna, dan bau.

2.7.2 Uji homogenitas

Homogenitas sediaan balsem ditunjukkan dengan ketercampuran antara


17

bahan aktif dengan basis salep secara merata.

2.7.3Uji volunter

Uji volunter ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat secara langsung

sifat-sifat fisik balsem ekstrak daun cengkeh misalnya bentuk, bau dan warna,

sehingga volunter dapat memberikan komentar tentang balsem yang telah

dihasilkan, penilain dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing

jawaban.

2.8 Kerangka Teori

Pertolongan pertama sering kali mampu menyelamatkan kita dari

penderitaan yang lebih parah, atau paling tidak mengurangi rasa sakit. Untuk

menanggulangi masalah kesehatan yang sering terjadi dimasyarakat seperti masuk

angin, nyeri perut, sakit kepala, rematik dan lain-lain, pada umumnya pertolongan

pertama yang dilakukan adalah dengan cara memberikan balsem gosok ataupun

obat gosok lainya pada bagian yang sakit.

Balsem gosok merupakan suatu sediaan salep yang digunakan sebagai

obat gosok, bentuknya lembek, mudah dioleskan, dan mengandung bahan aktif

digunakan sebagai obat luar yang berfungsi untuk melindungi kulit atau

melemaskan kulit dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri.

Cengkeh merupakan suatu jenis tumbuhan yang tentunya telah dikenali

oleh masyrakat pada umumnya. Sejauh ini cengkeh dibudidaya untuk diambil

bunga dan minyaknya. Daun cengkeh yang juga memiliki khasiat dalam

pengobatan belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu penelitian ini

dilakukan untuk memanfaatkan daun cengkeh, sehingga memiliki nilai komersil.


18

Daun cengkeh kering yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan

rendemen hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah daun cengkeh kering

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minyak atsiri dalam penelitian ini.

Jumlah perencanaan penimbangan daun cengkeh kering sebanyak 5 kg sehingga

menghasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 89,28 ml. Daun cengkeh kering

yang telah dilakukan rendemen akan diolah dengan metode destilasi untuk

diambil minyaknya. Destilasi merupakan suatu proses pemisahan komponen-

komponen suatu campuran yang tediri dari dua cairan atau lebih berdasarkan

perbedaan tekanan uap mereka atau berdasarkan titik didih komponen-komponen

senyawa tersebut.

Daun cengkeh tersebut didestilasi dengan menggunakan metode destilasi

uap dan air, karena dengan metode tersebut akan diperoleh minyak atsiri dalam

jumlah yang lebih banyak dan kualitas minyak atsiri yang cukup baik. Untuk

mengetahui kualitas minyak tersebut maka dilakukan pengujian terhadap minyak

hasil destilasi, dan dibandingkan dengan SNI minyak daun cengkeh. Pengujiannya

meliputi uji organoleptis, uji berat jenis minyak dan uji indeks bias. Uji berat jenis

dilakukan dengan alat piknometer dan indeks bias dilakukan dengan alat

refrakometer Abbe.

Minyak daun cengkeh mengandung eugenol sebagai analgesik yang telah

diuji mutunya akan dibuat dalam bentuk sediaan balsem yang terdiri dari tiga

formula, hal ini bertujuan untuk mengetahui formula sediaan balsem mana yang

lebih disukai oleh responden. Balsem tersebut dibuat dengan metode peleburan

dan pengadukan. Peleburan dilakukan diatas penangas air, agar basis balsem

tersebut mencair dan pengadukan dilakukan pada saat penambaham bahan aktif
19

yakni minyak daun cengkeh, agar balsem tersebut tercampur secara homogen.

Sediaan balsem yang dihasilkan kemudian dilakukan uji organoleptis (bentuk,

warna, dan bau), uji homogenitas dan uji volunter. Uji organoleptis dilakukan

untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari balsem daun cengkeh. Bentuk dari balsem

yang baik jika balsem tersebut berbentuk lunak dan homogen serta mudah

digunakan dan tidak berubah warna serta bau tidak tengik. Uji homogenitas untuk

mengetahui bahan aktif dan basis balsem tercampur secara homogen. Selain

pengujian organoleptis dilakukan pula uji volunter terhadap sediaan balsem

sehingga dapat diketahui apakah balsem daun cengkeh yang dihasilkan layak

digunakan dan diterima oleh responden.

Hipotesis

Ada perbedaan penerimaan sediaan balsem pada ketiga formula dengan

penambahan jumlah minyak daun cengkeh yang berbeda.


20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaan

penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah

dalam pelaksanaan penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat yang meliputi organoleptis dan homogenitas dari

sediaan balsem yang dihasilkan. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini

yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.1.1Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah menentukan obyek penelitian,

metode penelitian yang akan digunakan, menentukan bahan dan alat-alat yang

akan digunakan selama proses penelitian.

3.1.2Tahap Pelaksanaan

Tahap ini meliputi proses destilasi yang dilakukan untuk memperoleh

minyak daun cengkeh yang kemudian diolah menjadi sediaan balsem dengan

penambahan bahan lain seperti yang akan dijelaskan pada proses pembuatan

sediaan balsem. Dan kemudian balsem tersebut di uji. Pengujiannya meliputi uji

organoneptis (bentuk, bau, dan warna), uji homogenitas dan uji volunter. Dari

tahap pelaksanaan ini akan diperoleh data-data dari pengujian balsem tersebut.

20
21

3.1.3 Tahap Akhir

Tahap akhir dari penelitian ini adalah menganalisa data yang diperoleh dan

menyimpulkannya.

3.21 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah daun cengkeh yang dibuang oleh

petani cengkeh di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT. Dan sampel

dalam penelitian ini adalah daun cengkeh kering yang diperoleh dari petani

cengkeh di Kecamatan Kelimutu, Desa Koanara, Kabupaten Ende, NTT yang

diolah dengan metode destilasi dan dibuat dalam bentuk sediaan balsem.

3.3 Definisi operasional

Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah balsem minyak daun cengkeh dan variabel

teikatnya adalah uji organolepik balsem minyak daun cengkeh yang terdiri dari

bentuk, bau, warna dan homogentitas dan uji sensori.

Devinisi dan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut

Variabel Definisi Hasil ukur Alat ukur


Organoleptik Hal yang menunjukan fisik Sediaan balsem yang Visual
balsem yaitu bentuk , bau, baik harus homogen
dan warna. dan terdispersi pada
basis salep, tidak
berubah warna, dan
bau tidak tengik.
Homogenitas Hal yang menunjukan Hasil ukur sediaan Objek
homogenitas suatu sediaan balsem yang baik galss
balsem yang dihasilkan jika bahan aktif dan
22

basis salep atau


balsem tercampur
secara homogen
Uji volunter Hal yang menunjukan minat Sangat menyukai Angket
dari responden terhadap jika nilai rata-rata
balsem yang dihasilkan, 76,0 ≤ x ≤ 100,
mencakup sifat-sifat fisik menyukai jika nilai
balsem yakni bentuk, warna, rata-rata 51,0 ≤x≤
dan bau. 75,0, tidak menyukai
jika nilai 26,0 ≤x≤
50,0, sangat tidak
menyukai jika nilai 0
≤x ≤ 25,0.

3.4 Lokasi dan waktu penelitian

3.4.1Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Farmasetika Akademi

Farmasi Putra Indonesia Malang.

3.4.2Waktu

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April – Juni tahun 2009.

3.5 Instrumen Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.5.1 Alat

1. seperangkat alat destilasi

2. piknometer

3. termometer
23

4. timbangan dan anak timbangan

5. mortir dan stamper

6. cawan penguap

7. beker glass

8. gelas ukur

9. batang pengaduk

10. spatel

11. aluminium foil

12. kertas saring

13. sudip dan tissue

3.5.2Bahan

.1 Daun cengkeh

.2 Vaselin album

.3 Paraffin solidum

.4 Aquadestilata

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1Formulasi

Dalam penelitian ini formulasinya dibuat balsem dengan bobot 60 g

dengan resep dari formula standar. (FMS, 1971: 101)

Balsam putih

(salep putih tjap matjan)

(Tiger-Balm putih)
24

R/ Ol. Crayophily 4

Paraf. Sol. 25

Vas. Alb ad 100

mf. ung.

S. ue

Tabel 3.2 Formula Sediaan Balsem

Formula
No Bahan
I II III
1 Ekstrak daun cengkeh 4g 6g 8g

2 Paraffin solidum 25 g 25 g 25 g

4 Vaselin alb ad 60 g 60 g 60 g

5.2 Perhitungan Bahan

Tabel 3.3 Tabel Perhitungan Bahan

Formula
No Bahan
I II III
1 Ekstrak daun 4 6 8
Χ 60 = 2,4 g Χ 60 = 3,6 g Χ 60 = 4,8 g
100 100 100
cengkeh
25 25 25
2 Χ 60 = 15 g Χ 60 = 15 g Χ 60 = 15 g
100 100 100
3 Paraffin sol
ad 60 g ad 60 g ad 60 g
Vaselin alb

3.6.3Pengambilan Minyak Atsiri Daun Cengkeh

.1 Ditimbang daun cengkeh kering dimasukkan kedalam dandang pengukus

(diletakan diatas bagian yang berlubang).


25

.2 Air dilapisan bawah (secukupnya supaya simplisia tidak tercelup).

.3 Uap air dialirkan melalui pipa bengkok dan diteruskan sampai pendingin.

.4 Hasil suling ditampung.

.5 Proses dilakukan selama ± 6 jam (sampai tidak keluar lagi minyaknya)

.6 Minyak hasil sulingan dipisahkan dari fase air.

.7 Uji organoleptis, uji berat jenis, dan uji indeksbias terhadap minyak daun

cengkeh.

3.6.41 Pembuatan Balsem

1. Menyetarakan timbangan

2. Ditimbang vaselin album dimasukkan dalam cawan penguap.

3. ditimbang paraffin sol masukkan dalam cawan (nomor 2), dileburkan diatas

penangas air aduk ad homogen.

4. Ditimbang minyak daun cengkeh masukkan ke no. 3 aduk ad homogen.

Dibiarkan hingga dingin lalu masukkan dalam wadah.

3.7 Evaluasi Sediaan Balsem

Evaluasi sediaan balsem dengan bahan aktif ekstrak daun cengkeh ini

terdiri dari uji organoletik, uji homogenitas dan uji volunter.

3.7.1Uji organoleptik

Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik sediaan

balsem dari ekstrak daun cengkeh yang meliputi bentuk, warna, dan bau.

3.7.2Uji Homogenitas
26

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

ketercampuran antara bahan aktif dan basis salep secara merata.

3.7.3Uji volunter

Uji volunter ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan

responden mengenai sediaan yang dihasilkan oleh peneliti. Penilaian diberikan

dengan skor angka.

Apabila jawaban A maka jawaban dikali 4, apabila menjawab B maka

jawaban dikali 3, apabila menjawab C maka jawaban dikali 2, dan apabila

menjawab D maka jawaban dikali 1.

Untuk menentukkan apakah baslem ekstrak daun cengkeh diterima

volunter maka dapat dihitung dengan rumus:

Sp
N= Χ 100 %
Sn

Keterangan

N : nilai yang dicari

Sp : total skor yang didapat (jumlah skor seluruh volunter)

Sn : total skor tertinggi (skor tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah volunter)

Prosentase yang diperoleh tersebut selanjutnya dikelompokan berdasarkan

kriteria dibawah ini :

1. Sangat menyukai jika nilai rata-rata 76,0 ≤ x ≤ 100

2. Menyukai jika nilai rata-rata 51,0 ≤ x ≤ 75,0

3. Tidak menyukai jika nilai rata-rata 26,0 ≤ x ≤ 50,0

4. Sangat tidak menyukai jika nilai rata-rata 0 ≤ x ≤ 25,0


27

3.8 Analisa Data

Data yang diperoleh selama melakukan penelitian kemudian

dikelompokan berdasarkan variabel yang diteliti uji organoleptik, uji homogenitas

dan uji volunter. Pada uji organoleptik dan homogenitas dilakukan oleh peneliti

sendiri, dan uji volunter dilakukan dengan penyebaran angket dalam bentuk

pertanyaan kepada responden, tentang sediaan balsem yang dihasilkan dari

penelitian tersebut.

Pada uji volunter setelah data terkumpul dapat dilakukan analisa data

yakni pengecekan terhadap jawaban dari responden, menganalisa data yang

diperoleh, lalu mengambil kesimpulan berdasarkan jawaban angket dari

responden.
28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada literatur minyak daun cengkeh memiliki karakteristik warna kuning

pucat, aroma khas cengkeh dengan berat jenis antara 1,031 - 1,06 dan indeks bias

antara 1,52 – 1,54. Pada penelitian ini minyak atsiri daun cengkeh yang diperoleh

dari hasil destilasi, berupa minyak yang berwarna kuning pucat dan aroma khas

cengkeh. Daun cengkeh kering sebanyak 2,5 kg setelah didestilasi diperoleh

sebanyak 15ml minyak atsiri. Minyak atsiri daun cengkeh tersebut memiliki berat

jenis 1, 031g/ml dan indeks biasnya 1,533.

4.1.1 Pembuatan Balsem

Minyak atsiri daun cengkeh yang telah diuji dan telah memenuhi standart,

digunakan sebagai bahan aktif pada pembuatan balsem dengan penambahan

minyak yang berbeda (formula I, II, III).

Tabel 4.1 Komposisi Bahan Formula Balsem

Formula
No Bahan
I II III
1 Minyak daun cengkeh 2,4g 3,6 g 4,8 g

2 Paraffin sol 15 g 15 g 15 g

3 Vaselin alb ad 60 g ad 60 g ad 60 g

28
29

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Balsem Cengkeh

Formula Warna Tekstur Bau/Aroma

I Putih Setengah padat Cengkeh, kurang tajam

II Putih Setengah padat Cengkeh, kurang tajam

III Putih, Setengah padat Cengkeh, Tajam

kekuningan

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Balsem Minyak Atsiri Daun Cengkeh

Formula Homogenitas
I Homogen
II Homogen
III Homogen

4.1.2 Pengujian Balsem Minyak Atsiri Daun Cengkeh Pada Responden

Balsem yang telah dibuat dalam tiga formulasi tersebut diujikan kepada

sejumlah responden. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada formula

mana yang lebih disukai oleh responden.

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Volunter Formula I

No Formula I
Σ
B A W P K
Soal
1. 3 2 4 1 3 13
2. 3 2 2 1 1 9
3. 3 1 2 1 2 9
30

Lanjutan

4. 4 2 4 2 4 16
5. 3 1 3 2 2 12
6. 3 1 3 1 4 12
7. 3 2 3 1 3 12
8. 3 2 3 1 3 12
9. 3 1 3 1 4 12
10. 3 1 3 1 4 12
11. 3 1 3 1 3 11
12. 3 1 3 1 3 12
13. 3 1 3 1 3 11
14. 3 1 3 1 4 12
15. 3 2 2 1 3 11
16. 3 1 3 1 4 12
17. 11
3 2 2 1 3
18. 3 1 2 1 3 10
19. 3 2 2 1 3 11
20. 3 1 3 1 4 12
Total (Σ) 232

Sp 232

Sn 400

Keterangan tabel

B : bentuk atau tekstur balsem

A : aroma balsem

W : warna balsem

P : rasa panas balsem

K : kemasan balsem

Perhitungan porsentase penerimaan untuk formula I

Sp
N= Χ 100 %
Sn

Keterangan

N : nilai yang dicari


31

Sp : jumlah nilai yang peroleh

Sn : nilai tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah volunter

232
N= Χ 100 %
400
= 58%

Kriteria :

5. Sangat menyukai jika nilai rata-rata 75,0 ≤ x ≤ 100,0

6. Menyukai jika nilai rata-rata 50,0≤ x ≤ 75,0

7. Tidak menyukai jika nilai rata-rata 25,0 ≤ x ≤ 50,0

8. Sangat tidak menyukai jika nilai rata-rata 0 ≤ x ≤ 25,0

Beradasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil penerimaan volunter

mendapatkan persentase 58% sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

menyukai sediaan balsem formula I dengan penambahan jumlah minyak daun

cengeh sebanyak 2,4g. Hal ini dikarenakan kemasan, warna, dan tekstur atau

bentuk sediaan balsem formula I yang baik dan sesuai dengan minat responden.

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Volunter Formula II

No Formula II
Σ
B A W P K
Soal
1. 3 3 3 3 3 15
2. 3 2 3 3 3 14
3. 3 2 3 2 1 11
4. 1 3 3 1 1 9
5. 3 4 3 3 3 16
6. 3 3 3 3 3 15
7. 3 2 3 3 3 14
8. 3 4 4 3 3 17
9. 3 2 3 2 3 14
10. 3 3 4 2 3 15
11. 3 3 .3 3 3 15
12. 3 2 2 2 3 12
13. 3 2 3 2 3 13
14. 3 3 3 3 3 15
32

15. 3 2 3 2 3 13
16. 3 2 3 2 3 13
13
17. 3 2 3 3 3
18. 3 2 3 2 3 13
19. 3 2 3 2 3 13
20. 3 3 4 2 3 15
275
Total (Σ)
Sp 275

Sn 400

Keterangan tabel

B : bentuk atau tekstur balsem

A : aroma balsem

W : warna balsem

P : rasa panas balsem

K : kemasan balsem

Perhitungan porsentase penerimaan untuk formula II

Sp
N= Χ 100 %
Sn

Keterangan

N : nilai yang dicari

Sp : jumlah nilai yang peroleh

Sn : nilai tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah volunter

275
N= Χ 100 %
400
= 68,75 %

Kriteria :

1. Sangat menyukai jika nilai rata-rata 75,0 ≤ x ≤ 100,0


33

2. Menyukai jika nilai rata-rata 50,0≤ x ≤ 75,0

3. Tidak menyukai jika nilai rata-rata 25,0 ≤ x ≤ 50,0

4. Sangat tidak menyukai jika nilai rata-rata 0 ≤ x ≤ 25,0

Beradasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil penerimaan volunter

mendapatkan persentase 68,25% sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

menyukai sediaan balsem formula II dengan penambahan jumlah minyak daun

cengeh sebanyak 3,6g. Hal ini dikarenakan kemasan, warna, dan tekstur atau

bentuk sediaan balsem formula II yang baik dan sesuai dengan minat responden.

Tabel 4.6 Hasil Jawaban Responden Formula III

No Formula III
Σ
B A W P K
Soal
1. 4 3 3 4 2 16
2. 3 3 3 4 3 16
3. 4 4 4 4 3 19
4. 3 4 4 3 3 17
5. 3 4 3 3 3 16
6. 4 4 4 4 2 18
7. 3 4 4 4 3 18
8. 4 4 3 4 3 18
9. 4 3 4 4 2 17
10. 3 4 4 4 3 18
11. 3 3 3 4 3 16
12. 4 4 4 4 2 18
13. 3 3 3 4 3 16
14. 3 4 3 4 3 17
15. 3 3 3 4 3 16
34

Lanjutan

16. 4 3 4 4 3 18
17. 16
3 3 3 4 3
18. 3 4 4 3 3 17
19. 3 3 3 4 2 15
20. 3 4 4 4 2 17
Total (Σ) 339

Sp 339

Sn 400

Keterangan tabel

B : bentuk atau tekstur balsem

A : aroma balsem

W : warna balsem

P : rasa panas balsem

K : kemasan balsem

Perhitungan porsentase penerimaan untuk formula III

Sp
N= Χ 100 %
Sn

Keterangan

N : nilai yang dicari

Sp : jumlah nilai yang peroleh

Sn : nilai tertinggi x jumlah pertanyaan x jumlah volunter

339
N= Χ 100 %
400
= 84.75%

Kriteria :

1. Sangat menyukai jika nilai rata-rata 75,0 ≤ x ≤ 100,0


35

2. Menyukai jika nilai rata-rata 50,0 ≤ x ≤ 75,0

3. Tidak menyukai jika nilai rata-rata 25,0 ≤ x ≤ 50,0

4. Sangat tidak menyukai jika nilai rata-rata 0 ≤ x ≤ 25,0

Beradasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa hasil penerimaan volunter

mendapatkan persentase 84,75% sehingga dapat disimpulkan bahwa responden

sangat menyukai sediaan balsem formula III dengan penambahan jumlah minyak

daun cengeh sebanyak 4,8g. Hal ini dikarenakan dari segi tekstur atau bentuk,

aroma, warna, dan rasa panas, sediaan balsem formula III yang sangat baik dan

sesuai dengan minat responden.


36

BAB V
PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan proses destilasi terhadap daun cengkeh

dengan menggunakan metode destilasi uap air. Penelitian ini bertujuan untuk

memanfaatkan daun cengkeh kering yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Pemilihan metode destilasi uap air karena dengan metode ini simplisia hanya

berhubungan dengan uap air sehingga minyak yang dihasilkan berwarna jernih

hanya bercampur dengan fase air. Dan keuntungan dari metode penyulingan ini

yang paling berarti adalah minyak yang dihasilkan tidak mudah menguap,

dikarenakan pembawanya berupa air yang tidak mudah menguap pada suhu

kamar.

Proses destilasi dilakukan selama kurang lebih 6 jam, hal ini bertujuan

untuk memperoleh hasil destilasi yang maksimal. Hasil destilasi yang masih

tercampur dengan pembawa berupa air lalu dipisahkan dengan PE secara berulang

sehingga diperoleh minyak atsiri tanpa campuran air. Penggunaan PE untuk

memisahkan minyak dari air karena minyak atsiri tersebut larut dalam PE. Hasil

pemisahan dengan PE tersebut di evaporasi untuk memisahkan minyak dengan

PE. Proses pemisahan minyak dengan petroleum eter dilakukan pada suhu 400C –

600C sesuai dengan titik didih PE, sehingga pada saat proses pemisahan dapat

dipastikan bahwa yang menguap adalah petroleum eter karena titik didih minyak

atsiri itu sendiri lebih lebih tinggi dari petroleum eter dan pemisahan ini dilakukan

dengan menggunakan alat “Vacum Rotary Evaporator”.

Minyak atsiri daun cengkeh yang diperoleh lalu di uji organoleptis, berat

jenis dan indeks biasnya hal ini dilakukan untuk menentukan mutu dan kemurnian

36
37

dari minyak yang diperoleh dari proses destilasi, dan akan dibandingkan dengan

SNI minyak daun cengkeh. Hasil uji organoleptis, minyak tersebut berwarna

kuning dengan aroma khas cengkeh, berat jenis 1,031 g/ml dan indeks biasnya

adalah 1,533. Hal ini menunjukan bahwa minyak hasil destilasi tersebut

memenuhi standart SNI. Minyak yang telah diuji mutunya akan digunakan

sebagai bahan aktif dalam pembuatan balsem dengan penambahan jumlah minyak

yang berbeda pada formula I, II, dan III. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pada

formula mana yang lebih disukai oleh responden yang dilakukan dengan uji

volunter, melalui penyebaran angket berupa pertanyaan mengenai sediaan balsem

tersebut.

Pembuatan balsem dilakukan dengan cara meleburkan basis balsem yakni

vaselin album dan parrafin sollidum hingga lebur kemudian diaduk hingga dingin,

penambahan minyak atsiri kedalam basis balsem tersebut dilakukan terakhir hal

ini bertujuan agar minyak atsiri tersebut tidak menguap pada proses

pembuatannya. Sediaan balsem cengkeh kemudian dilakukan uji organoleptis dan

homogenitas dengan hasil pengujiannya sebagai berikut,

Hasil uji organoleptis

Formula Warna Tekstur Bau/Aroma

I Putih Setengah padat Cengkeh, kurang tajam

II Putih Setengah padat Cengkeh, kurang tajam

III Putih, Setengah padat Cengkeh, Tajam

kekuningan
38

Hasil uji homogenitas

Formula Homogenitas
I Homogen
II Homogen
III Homogen

Dari hasil uji homogenitas menujukan bahwa ketiga formula sediaan balsem

tersebut homogen karena tidak terdapat serbuk-serbuk kasar atau kotoran dan juga

bahan aktif yakni minyak daun cengkeh tersebut tersebar secara merata dalam

basis balsem.

Setelah diuji organoleptis dan homogenitasnya balsem cengkeh tersebut

diujikan kepada responden untuk mengetahui formula mana yang lebih disukai

dan diterima oleh responden. Persentase jawaban responden terhadap balsem

cengkeh formula I, II, dan III adalah (58%), (68,75%), dan (84,75%). Perbedaan

porsentase hasil uji volunter tersebut menunjukan bahwa formula III lebih disukai

oleh responden hal ini dikarenakan pada formula ini penambahan minyak atsiri

cengkeh lebih banyak yaitu 4,8g dibanding pada formula I dan II, yakni 2,4g dan

3,6g sehingga balsem formula III juga lebih terasa panas dan aroma yang lebih

tajam, dibanding formula I, dan II.


39

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Berdasarkan hasil penelitian proses pembutan balsem dapat dilakukan

dengan metode peleburan dan pengadukan.

6.1.2 Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sediaaan balsem yang

dibuat dalam penelitian tersebut menghasilkan mutu fisik balsem yang

baik.

6.1.3 Penambahan jumlah minyak cengkeh pada formula III sediaan balsem

tersebut sebanyak 4,8g lebih diminati oleh responden karena lebih terasa

panas dan memiliki aroma yang lebih tajam.

6.2 Saran

6.2.1 Perlu melakukan penelitian tentang efektifitas daun cengkeh sebagai

analgesik, stimulan, dan karminatif.

6.2.2 Perlu melakukan penelitian tentang dosis penggunaan minyak atsiri daun

cengkeh dalam sediaan topikal.

6.2.3 Perlu dilakukan penelitian tentang penetapan kadar zat aktif yang terdapat

dalam daun cengkeh.

39
40

Daftar Pustaka

Ansel, C Howard. 1989. pengantar Bentuk Sediaan Farmas Edisi IV. Jakarta :

Universitas Indonesia Press.

Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Perss.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

Nazir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Yunarti, Titian. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta :

Medpress (Anggota IKAPI)

Indonesia. 1989. Materia Medica Iindonesia Jilid V. Jakarta : Departemen

Kesehatan Indonesia.

Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan

Indonesia.

Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Indonesia.

http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid= (diakses tanggal 3-3-2009)

http://www.petaniindonesia.com/2008/12/28

Indonesia, 1982. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Guenther, Ernest. 2006. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia

Press.

40
41

Lampiran 1

Perhitungan Berat Jenis Minyak

Berat pikno kosong =12,5710 g (a,c)


Pikno + air = 22,7905 g (b)
Berat pikno + zat = 23,0442 g (d)
ρ air pada ToC =250 = 0,99603 0

Massa air = (b - a)
= 22,7905 – 12,5710
= 10,2195

Massa zat = (d - c)
= 23,0442 – 12,5710
= 10,4732

Bj zat (minyak atsiri daun cengkeh)

massa zat
Bj = × ρ air pada t o C
massa air
10,4732
= × 0,99603
10,2195
= 1,020 g
ml
42
43

Lampiran 3

Gambar Evaporator

Gambar Minyak Atsiri Daun Cengkeh Hasil Destilasi


44

Anda mungkin juga menyukai