Anda di halaman 1dari 11

Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.

php/jipi

Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016, 202 - 212

Penerapan Project Based Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan


Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender
Jaka Afriana 1 *, Anna Permanasari 2, Any Fitriani 3
123
Program Studi Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Jalan Dr.
Setiabudhi No. 229 Bandung 40154, Indonesia
* Korespondensi Penulis. Email: jakafisika04@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh gender siswa terhadap literasi sains melalui
pembelajaranproject based learning (PjBL) yang diintegrasikan dengan science, technology,
engineering, dan mathematics (STEM) pada tema pencemaran udara. Metode penelitian yang
digunakan adalah pre-eksperimen dengan desain The static Group Pretest-Posttest Designyang
dilaksanakan di kelas VII SMP Islam Terpadu di kabupaten Sukabumi sebanyak 57 siswa yang terdiri
dari kelas laki-laki (29 orang) dan kelas perempuan (28 orang). Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes awal dan tes akhir untuk literasi sains dan angket siswa terhadap PjBL STEM.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh peningkatan literasi sains siswa kelompok laki-laki dan
kelompok perempuan sama-sama mengalami peningkatan dengan rerata N_Gainyaitu 0,36 dan
0,31pada kategori sedang untuk aspek pengetahuan dan kompetensi. Hasil uji-t menunjukkan bahwa
peningkatan literasi sainskelas laki-laki dan kelas perempuan berbeda tidak signifikan.Pada aspek
sikap sains, kelas perempuan berbeda signifikan dari kelas laki-laki.Tanggapan siswa secara
keseluruhan menunjukkan hampir seluruh siswa menyatakan senang dengan pembelajaran PjBL
STEM dan memperoleh pengalaman yang sangat berkesan mengikuti tahapan pembelajaran sehingga
menimbulkan motivasi dan minat dalam belajar.
Kata Kunci: project based learning, STEM, literasi sains,gender

Implementation Project-Based Learning Integrated STEM to Improve Scientific


Literacy Based on Gender
Abstract
This study aims to investigate the influence of gender on the students' science literacy through
project based learning (PjBL) integrated science, technology, engineering, and mathematics (STEM)
approach forstudents junior high school. The theme used in this project was air pollution. The method
used was pre-experimental design the static group pretest-posttest design and was implemented in
grade VII of the Integrated Islamic school at Sukabumi. The subjects were 57 students divided into
two, malegroup (N = 29) and female group (N = 28). The data collection was done by pretest and
posttest for scientific literacy and students' responses to the PjBL STEM. Based on the result it were
obtained that an average N_Gain of male group was 0.36 and was 0.31 for female group with medium
category on knowledge and competence. T-test results showed that increasing scientific literacy male
group and female of different classes do not signifikan. Attitude aspect of science, female group differ
significantly from male group. The student responses showed almost all of the students agreed to the
implementation of the PjBL STEM and gain great new experiences that stages of learning that lead to
be interested and motivated in learning.
Keywords: project-based learning, STEM, scientific literacy, gender

How to Cite: Afriana, J., Permanasari, A., & Fitriani, A. (2016). Penerapan project based learning terintegrasi
STEM untuk meningkatkan literasi sains siswa ditinjau dari gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 202-
212. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i2.8561

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jipi.v2i2.8561

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 203
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

sehingga PjBL diharapkan dapat membangun


PENDAHULUAN
literasi sains siswa.
Literasi sains dianggap sebagai hasil bel- Selain PjBL, pembelajaran saat ini perlu
ajar kunci dalam pendidikan untuk usia 15 tahun mengikuti perkembangan zaman di era global-
bagi semua peserta didik, terlepas dari apakah isasi salah satunya dengan mengintegrasikan
peserta didik berminat untuk meneruskan Science, Technology, Engineering, dan Mathe-
pelajaran sains itu ataukah tidak setelah itu matics (STEM). Keterkaitan antara sains dan
(Toharudin et al., 2011, p.12). Berdasarkan teknologi maupun ilmu lain tidak dapat dipisah-
capaian literasi sains pada PISA tahun 2012 kan dalam pembelajaran sains. STEM merupa-
yang diikuti oleh 65 negara, Indonesia menem- kan displin ilmu yang berkaitan erat satu sama
pati urutan kedua dari bawah. Skor rata-rata lain.Sains memerlukan matematika sebagai alat
siswa Indonesia pada literasi sains 382 di bawah dalam mengolah data, sedangkan teknologi dan
skor rata-rata PISA, yaitu 501 (OECD, 2014, teknikmerupakan aplikasi dari sains. Pendekatan
p.5). Rendahnya kemampuan literasi sains siswa STEM dalam pembelajaran diharapkan dapat
merupakan suatu alasan yang melandasi peme- menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi
rintah melakukan revisi kurikulum 2006 ke 2013 siswa melalui integrasi pengetahuan, konsep,
(Odja & Payu, 2014, p. 41). Oleh karena itu, dan keterampilan secara sistematis. Beberapa
diperlukan pembelajaran sains yang dapat manfaat dari pendekatan STEM membuat siswa
menumbuhkan literasi sains siswa. mampu memecahkan masalah menjadi lebih
Pembelajaran sains pada kurikulum 2013 baik, inovator, inventors, mandiri, pemikir logis,
telah memberikan acuan dalam pemilihan model dan literasi teknologi (Morrison dalam
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Stohlmann, Moore, & Roehrig, 2012, p. 29).
saintifik. Model pembelajaran yang dimaksud Cara yang lebih komprehensif untuk
meliputi: Project Based Learning (PjBL), Prob- menanamkan keempat disiplin ke satu sama lain
lem Based Learning (PBL), atau Discovery dengan mengajarkannya sebagai subjek yang
Learning. Pemilihan model pembelajaran dise- terintegrasi. Misalnya, ada konten teknologi,
rahkan kepada guru dengan menyesuaikan de- teknik, dan matematika dalam sains, sehingga
ngan karakteristik materi ajar. Pembelajaran ber- guru sains akan mengintegrasikan T, E, dan M
basis proyek merupakan model pembelajaran ke dalam S (Dugger, 2010, p. 5; Firman, 2015,
yang berpusat pada siswa dan memberikan p.5). Sains dan matematika dipandang tepat
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. untuk menjadi kendaraan membawa pendidikan
Pengalaman belajar siswa maupun perolehan STEM, sebab kedua mata pelajaran ini merupa-
konsep dibangun berdasarkan produk yang diha- kan mata pelajaran pokok dalam pendidikan
silkan dalam proses pembelajaran berbasis dasar dan menengah, dan menjadi landasan bagi
proyek. peserta didik untuk memasuki karir dalam
Penerapan PjBL dalam pembelajaran disiplin-disiplin STEM yang dipandang funda-
sains dari hasil penelitian dapat meningkatkan mental bagi inovasi teknologi dan produktivitas
hasil belajar kognitif (Baran & Maskan, 2010, ekonomi (Firman, 2015, p.6).
p.252), membentuk sikap dan prilaku peduli Pembelajaran STEM perlu menekankan
terhadap lingkungan (Kılınç, 2010, p. 504; beberapa aspek dalam proses pembelajaran
Tseng, Chang, Lou, & Chen, 2013, p. 87), (NRC, 2011, pp.3-5) diantaranya: (1) mengaju-
keterampilan proses sains (Özer & Özkan, 2012, kan pertanyaan (science) dan mendefinisikan
p.133), dan pembelajaran yang efektif (Cook, masalah (engineering); (2) mengembangkan dan
Buck, & Park Rogers, 2012, p. 26; menggunakan model; (3) merencanakan dan
Movahedzadeh, Patwell, Rieker, & Gonzalez, melakukan investigasi; (4) menganalisis dan me-
2012, p. 7) (Movahedzadeh et al., 2012, p. 7). nafsirkan data (mathematics); (5) menggunakan
Pembelajaran berbasis proyek lebih sesuai matematika; teknologi informasi dan komputer;
dalam pembelajaran interdisipliner karena dan berpikir komputasi; (6) membangun
secara alami melibatkan banyak keterampilan eksplanasi (science) dan merancang solusi (engi-
akademik yang berbeda, seperti membaca, neering); (7) terlibat dalam argumen berdasar-
menulis, dan mate-matika serta sesuai dalam kan bukti; (8) memperoleh, mengevaluasi, dan
membangun pema-haman konseptual melalui mengkomunikasikan informasi.
asimilasi mata pelajaran yang berbeda (Capraro, Penelitian tentang integrasi STEM dalam
Capraro, Morgan, & Slough, 2013, p. 52), PjBL terhadap literasi sains masih jarang dilaku-
kan. Hasil penelitian Tseng et al., (2013, p. 87)

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 204
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

mengungkapkan bahwa PjBL terintegrasi STEM bersih, dan keamanan pangan (Reeve, 2015,
dapat meningkatkan minat belajar siswa, pem- p.12).
belajaran menjadi lebih bermakna, membantu Tema pencemaran udara merupakan salah
siswa dalam memecahkan masalah dalam satu materi yang diakomodasi dalam pembel-
kehidupan nyata, dan menunjang karir masa ajaran sains di SMP pada kompetensi dasar 3.9
depan. Selain itu, STEM dalam PjBL memberi- mendeskripsikan pencemaran dan dampaknya
kan tantangan dan memotivasi siswa karena bagi makhluk hidup, dan 3.10 mendeskripsikan
melatih siswa berpikir kritis, analisis dan me- tentang penyebab terjadinya pemanasan global
ningkatkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan dampaknya bagi ekosistem. Pencemaran
(Capraro et al., 2013, p. 2). Melalui pembelajar- udara menjadi masalah di dunia nyata yang
an STEM, siswa memiliki literasi sains dan memerlukan pemecahan masalah dalam pembel-
teknologi yang nampak dari membaca, menulis, ajaran sains. Pencemaran udara berasal dari
mengamati, serta melakukan sains sehingga da- aktivitas manusia serta peristiwa alam. Industri,
pat dijadikan bekal untuk hidup bermasyarakat konstruksi, pembangkit listrik, transportasi, dan
dan memecahkan permasalahan yang dihadapi pertanian adalah beberapa contoh kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan manusia yang dapat mencemari udara (Glencoe,
bidang ilmu STEM (Mayasari et al., 2014, 2005; Raven et al., 2013). Akibat yang ditimbul-
p.376). kan oleh pencemaran udara menurut Kemdikbud
Hasil penelitian lain terkait dengan literasi (2013, pp.235-236) antara lain: terganggunya
sains maupun bidang STEM dengan mengana- kesehatan manusia, rusaknya bangunan, ter-
lisis adanya perbedaan gender. Laporan PISA ganggunya pertumbuhan tananam, dan adanya
2012 mengemukakan bahwa laki-laki unggul peristiwa efek rumah kaca (green house effect).
dibandingkan perempuan dalam kinerja mate- Efek rumah kaca memberikan kontribusi terbe-
matika. Perempuan merasa kurang termotivasi sar dalam pencemaran udara. Peristiwa efek
untuk belajar matematika dan kurang yakin pada rumah kaca disebabkan oleh aktivitas manusia
kemampuannya dibandingkan dengan laki-laki. sendiri termasuk pembakaran bahan bakar fosil
Hal ini yang menjadi tantangan berat untuk dan penggundulan hutan yang menghasilkan
mencapai kesetaraan gender pada bidang peker- meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di
jaan STEM di masa depan (OECD, 2014, p.9). atmosfer. Gas rumah kaca memerangkap energi
Untuk bidang teknologi dan engineering, panas sehingga suhu bumi meningkat dengan
(Hango, 2013, p. 7) menyebutkan bahwa bidang cepat. Ilmuwan memprediksi bahwa ekosistem
STEM didominasi oleh laki-laki. Perempuan kompleks yang telah dikembangkan dan diversi-
kebanyakan memilih bidang biologi atau sains, fikasi selama puluhan juta tahun tidak dapat
sehingga lebih sedikit memilih bidang engineer- dipertahankan (Hewitt et al., 2013, p.764).
ing, ilmu komputer, dan matematika. Jika laki- Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
laki lebih banyak memilih dalam bidang STEM, lingkungan hidup perlu ditanamkan kepada
itu bukan karena laki-laki memiliki skor PISA siswa sejak dini sebagai langkah preventif dalam
lebih baik daripada perempuan. Bahkan, ketika menghadapi isu-isu lingkungan yang terjadi.
diukur kemampuan matematika digabungkan Berdasarkan permasalahan tersebut sangat
dengan variabel lain, perbedaan gender tetap menarik diteliti pembelajaran yang dapat mem-
signifikan. bantu siswa dalam meningkatkan literasi sains
National Research Council (2011, p.17) berdasarkan gender siswa. Masalah penelitian
menyatakan bahwa dalam pembelajaran STEM ini adalah (1) Apakah perbedaan gender siswa
siswa memiliki kesempatan untuk belajar sains, berpengaruh terhadap literasi sains siswa pada
matematika, dan teknik dengan mengatasi masa- tema pencemaran udara?; (2) Bagaimanakah
lah yang memiliki aplikasi di dunia nyata. tanggap-an siswa terhadap pembelajaran PjBL
Dalam kelas STEM, siswa dituntut memecahkan STEM. Adapun pembelajaran PjBL STEM dila-
masalah dunia nyata dan terlibat dalam ill- kukan dalam lima tahap (Laboy-Rush, 2010),
defined tasks menjadi well-defined outcome yaitu tahap reflection, tahap research, tahap
melalui kerja sama dalam kelompok (Han, disco-very, tahap application, dan tahap
Capraro, & Capraro, 2015, p. 1093). Pendidikan communication.
STEM menjadi prioritas utama dalam memecah-
METODE
kan isu-isu global dan masalah yang dihadapi
dunia saat ini misalnya: pemanasan global, Penelitian ini akan dilaksanakan dengan
pencemaran udara dan air, air minum yang metode penelitian pre-eksperimental

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 205
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

(Sukmadinata, 2010, p.208; Sugiyono, 2013, pengetahuan, dan sikap sains, serta kompetensi
p.109) dengan penerapan pembelajaran PjBL sains dalam situasi nyata yang dihadapi siswa.
STEM pada kedua kelas. Waktu penelitian dari Sedangkan angket tanggapan siswa berupa
November 2015 hingga Maret 2016 bertempat pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek
di SMP Islam Terpadu (IT) Adzkia Sukabumi, tanggapan yang dapat diberikan dalam bentuk
Jawa Barat. skala rating atau daftar cek. Adapun teknik
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas pengumpulan data berupa tes tertulis dan angket.
VII semester 2 pada SMP IT Adzkia Sukabumi Butir soal dikonsultasikan dan divalidasi
pada tahun ajaran 2015/2016 yang akan meng- oleh dosen ahli (judgement expert) dan diuji
ikuti pelajaran sains pada tema pencemaran coba. Soal bentuk pilihan ganda berjumlah 25
udara.Pengelompokkan kelas di SMP IT Adzkia soal untuk aspek pengetahuan, dan aspek kom-
berdasarkan jenis kelamin (gender), dimana ke- petensi pada konteks pencemaran udara. Se-
las laki-laki dan kelas perempuan dibuat terpi- dangkan untuk aspek sikap sains menggunakan
sah. Pemilihan kelas laki-laki(VII D) dan kelas skala Likert berjumlah 15 pernyataan. Hasil uji
perempuan(VII B) berdasarkan saran dari guru coba soal pilihan ganda dengan koefisien kore-
bidang studi dan perizinan dari pihak manage- lasi (rxy) sebesar 0,58 dan koefisien reliabilitas
men sekolah yang bersangkutan mengacu pada 0,73 (kategori tinggi). Adapun hasil uji coba
kemampuan yang dimiliki siswa. yang diberi sikap sains dengan reliabilitas Cronbach's Alpha
perlakuan pembelajaran PjBL STEM. 0,619 (kategori tinggi).
Penelitian ini dilaksanakan dengan ran- Peningkatan literasi sains siswa setelah
cangan The Static Group Pretest-Posttest pembelajaran PjBL STEM diperoleh dengan
Design (Sukmadinata, 2010, p.209; Fraenkelet menghitung nilai rata-rata gain yang dinor-
al., 2011, p.270). Static Group dalam penelitian malisasi (N_Gain). Hal ini dimaksudkan untuk
ini diasumsikan kelas yang mempunyai kemam- menghindari kesalahan dalam menginterpretasi-
puan setara dan diajar oleh guru yang sama. kan perolehan gain masing-masing mahasiswa/
Treatment dilakukan dengan memberikan pem- siswa (Gunawan & Liliasari, 2013, p. 190).
belajaran project based learning (PjBL) Rumus (Hake, 1998, p. 66) yang digunakan
terintegrasi science, technology, engineering, yaitu:
dan mathematics (STEM).
% ( S f )  % ( Si )
Prosedur penelitian meliputi tahap peren- g
canaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. 100  % ( S f )
Tahap perencanaan yaitu pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar dengan  g  adalah nilai gain ternormal-
Kerja Siswa (LKS) PjBL STEM, soal literasi isasi, S f adalah rerata nilai postest, dan S i ada-
sains tema pencemaran udara dan studi literatur lah rerata nilai pretest. Menurut (Hake, 1998, p.
gender siswa dalam pembelajaran sains. Tahap 66), interpretasi nilai rata-rata gain yang
pelaksanaan dengan memberikan perlakuan dinormalisasi adalah (<g>) < 0,3 dengan kate-
pembelajaran PjBL STEM. Sedangkan tahap gori rendah; 0,3 ≤ (<g>) < 0,7 kategori sedang;
akhir dengan melakukan analisis data, pemba- dan (<g>) ≥ 0,7 dengan kategori tinggi.
hasan dan menarik kesimpulan penelitian. Setelah nilai rata-rata gain yang dinor-
Data dalam penelitian ini berupa data tes malisasi untuk kedua kelompok diperoleh, maka
literasi sains dan data tanggapan siswa terhadap selanjutnya dibandingkan untuk melihat perbe-
pembelajaran PjBL STEM. Instrumen penelitian daan peningkatan literasi sains siswa untuk ke-
berupa tes tertulis literasi sains memuat aspek dua kelas. Jika nilai rata-rata gain yang dinor-
pengetahuan dan kompetensi, lembar angket malisasi dari suatu kelas lebih tinggi dari rata-
skala sikap sains, dan lembar tanggapan siswa rata gain yang dinormalisasi dari kelas lainnya,
terhadap PjBL STEM. maka dikatakan bahwa terdapat pengaruh
Instrumen yang digunakan adalah soal perbedaan gender siswa dalam capaian literasi
literasi menurut framework PISA 2012 yang sains. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t
dikaitkan dengan aspek STEM dan angket skala satu sisi untuk sisi atas. Pada uji-t ini ini
sikap untuk mengetahui tanggapan siswa . Tes menggunakan software SPSS 17 dengan uji-t
literasi sains tidak hanya mengukur tingkat dua sampel independen. Tujuan uji-t dua varia-
pemahaman siswa terhadap pengetahuan sains, bel adalah untuk membandingkan (membeda-
tetapi juga pemahaman terhadap aspek kompe- kan) apakah kedua variabel tersebut sama atau
tensi sains, kemampuan untuk mengaplikasikan

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 206
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan Tabel 2. Rekapitulasi Literasi Sains Siswa
generalisasi signifikansi hasil penelitian yang Aspek Sikap Sains
berupa perbandingan dua rata-rata sampel
Kelas Pretest Posttest N_Gain Kategori
(Riduwan & Sunarto, 2013, p. 126). Laki-laki 70.34 80.40 0.33 Sedang
Perempuan 70.89* 82.32* 0.40* Sedang
*capaian nilai tertinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 2 terdapat perbedaan
capaian sikap sains siswa pada kelas laki-laki
Peningkatan Literasi Sains Siswa dan kelas perempuan. Capaian tertinggi pada
Soal pretest diberikan sebelum kelas laki- pretest, posttest dan N_Gain diperoleh kelas
laki dan perempuan mendapatkan perlakuan perempuan, sedangkan terendah pada kelas laki-
pembelajaran untuk mengetahui kemampuan laki. Peningkatan kelas laki-laki maupun perem-
awal siswa. Selanjutnya, setelah perlakuan pem- puan pada kategori sedang. Jadi, peningkatan
belajaran siswa pada kedua diberikan tes literasi sikap sains siswa kelas perempuan lebih baik
sains kembali untuk kedua kalinya. Peningkatan dari kelas laki-laki.
literasi sains siswa pada tema pencemaran udara Adapun peningkatan nilai rata-rata pretest
dihitung menggunakan rumus gain yang dan posttest pada masing-masing kelas diwakili
dinormalisasi (N_Gain) berdasarkan perolehan oleh perolehan rata-rata gain yang dinormalisasi
data pretest dan posttest. (N_Gain) kelompok laki-laki dan kelompok
Perbandingan nilai rata-rata pretest dan perempuan disajikan pada Gambar 1.
posttest literasi sains siswa aspek pengetahuan 0,50
dan kompetensi tema pencemaran udara pada 0,40
Rata-rata N_Gain

0,40 0,36
0,31 0,33
kelas laki-laki dan kelas perempuan disajikan
0,30
pada Tabel 1.
0,20
Tabel 1. Rekapitulasi Literasi Sains Aspek
0,10
Pengetahuan dan Kompetensi
0,00
Kelas Laki-laki Kelas Perempuan Pengetahuan dan Sikap Sains
Pretest Posttest Pretest Posttest Kompetensi
Nilai Min 12 44 20 52*
Nilai Maks 64 80* 68 80* Kelas Laki-laki Kelas Perempuan
Rata-rata 45.79 65.52* 49.00 64.57
*capaian nilai tertinggi Gambar1. Grafik Rata-rata N_Gain Literasi
Berdasarkan Tabel 1 terdapat perbedaan Sains Aspek Pengetahuan, Kompetensi dan
nilai rata-rata literasi sains siswa antara kelas Sikap Sains.
laki-lakidan kelas perempuan. Capaian rata-rata
nilai tertinggi aspek pengetahuan dan kompe- Perbandingan antara kelas laki-laki0,36
tensi pretest pada kelas laki-laki sebesar 45,79 (kategori sedang) dankelas perempuan yaitu
dari nilai ideal 100, sedangkan nilai rata-rata sebesar 0,31 (kategori sedang). Sedangkan pada
pretest kelas perempuan yaitu 49,00. Nilai rata- aspek sikap sains, kelas perempuan memperoleh
rata posttest kelas laki-laki juga memiliki nilai capaian lebih tinggi dari kelas laki-laki. Tetapi,
lebih besar dibandingkan dengan kelas perem- perbedaan ini terlebih dahulu harus diuji hipo-
puan dengan nilai masing-masing kelas laki-laki tesis penelitian untuk menentukan signifikansi
dan kelas perempuan yaitu 65,52 dan 64,57. peningkatan. Apakah perbedaan peningkatan
Aspek sikap sains juga diperoleh skor yang terjadi pada kedua aspek literasi sains
yang berbeda untuk setiap kelas laki-laki dan bermakna atau tidak.
perempuan baik untuk sikap sains sebelum Pengujian hipotesis penelitian untuk
diberi perlakuan pembelajaran maupun setelah mengetahui peningkatan literasi sains setelah
pembelajaran. Peningkatan sikap sains siswa mendapatkan pembelajaran PjBL STEM meng-
diperoleh dari gain yang dinormalisasi gunakan uji perbedaan rata-rata N_Gain untuk
(N_Gain). Perbedaan capaian sikap sains siswa membandingkan dua sampel independen. Berda-
kelas laki-laki dan kelas perempuan disajikan sarkan uji prasyarat,data N_Gain literasi sains
pada Tabel 2. berdistribusi normal dan bervariansi homogen
dengan rekomendasi uji statistik parametrik
menggunakan uji t. Adapun hasil uji t N_Gain

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 207
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

literasi sains disajikan pada Tabel 3. Uji hipo- da Gambar 2. Dari Gambar 2 diperoleh deskripsi
tesis peningkatan literasi sains siswa sebagai bahwa nilai N_Gain untuk aspek pengetahuan
berikut. kelas laki-laki lebih baik dari kelas perempuan.
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan Sedangkan pada aspek kompetensi, kelas laki-
literasi sains antara siswa laki-laki dengan laki lebih unggul dari kelas perempuan hanya
siswa perempuan pada indikator mengidentifikasi isu ilmiah
H1: Terdapat perbedaan peningkatan literasi Sedangkan indikator menggunakan bukti ilmiah
sains antara siswa laki-laki dengan siswa dan menjelaskan fenomena ilmiah kelas
perempuan perempuan lebih unggul.
Tolak H0 jika p-value/2, (sig.)< α = 0,05 dan 50
43
terima H0 jika p-value/2, (sig.) ≥ α = 0,05

Persentase Rata-rata N_Gain


40
40 36 3735 3536
Tabel 3. Hasil Uji-t N_Gain Literasi Sains Siswa 30 31
30
Nilai Sig. 21
N_Gain α Interpretasi 20
(2-tailed)
Pengetahuan Tidak berbeda 10
0,262
dan Kompetensi signifikan
0,05 0
Berbeda
Sikap sains 0,024 PU ERK MII MBI MFI
signifikan
Berdasarkan Tabel 3 mendeskripsikan Aspek Pengetahuan Aspek Kompetensi

bahwa nilai signifikansi yang diperoleh dari data Kelas Laki-laki Kelas Perempuan
N_Gain literasi sains siswa kelas laki-laki dan
kelas perempuan aspek pengetahuan dan kom- Keterangan: PU: Polusi Udara; ERK: Efek Rumah
petensi sains lebih besar (sig.= p-value/2 = Kaca; MII: Mengidentifikasi Isu Ilmiah;MBI:
0,262/2 = 0,131) dari α (sig. 0,131 ˃ (α) 0,05), Menggunakan Bukti Ilmiah dan MFI: Menjelaskan
Fenomena Ilmiah.
maka Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak
terdapat perbedaan signifikan peningkatan lite- Gambar 2. Grafik Persentase Rata-Rata N_Gain
rasi sains siswa aspek pengetahuan dan kom- Tiap Indikator Literasi Sains
petensi. Sedangkan N_Gain sikap sains siswa
Hasil temuan ini ekuivalen dengan capai-
dengan nilai sig.= p-value/2 = 0,024/2 = 0,012.
an prestasi siswa Indonesia pada PISA 2006.
Sig. 0,012 < (α) 0,05, maka H1 diterima, berarti
Tjalla (2010, p.13) menyatakan bahwa kemam-
terdapat perbedaan signifikan antara kelas laki-
puan literasi sains rata-rata siswa Indonesia laki-
laki dan kelas perempuan. Dengan demikian da-
laki (skor 399) lebih tinggi daripada kemampuan
pat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
literasi sains rata-rata siswa Indonesia perem-
yang signifikan peningkatan literasi sains siswa
puan (skor 387). Siswa yang memperoleh skor
aspek pengetahuan dan kompetensi antara kelas
tes sains tinggi cenderung mempunyai sikap
laki-laki dan kelas perempuan dengan penerapan
yang lebih positif terhadap sains (Ekohariadi &
PjBL STEM. Sedangkan peningkatanskor sikap
Salim, 2010, p. 42).
sains berbeda signifikan antara kelas laki-laki
Namun capaian aspek kompetensi pada
dan kelas perempuan.
indikator menjelaskan fenomena ilmiah (MFI)
Deskripsi Peningkatan pada Tiap Aspek kelas perempuan lebih tinggi dari kelas laki-laki.
Literasi Sains Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pe-
Soal literasi sains yang dikembangkan rempuan lebih banyak meluangkan waktu untuk
pada aspek pengetahuan yaitu: Polusi Udara belajar sains dan menyenangi belajar sains. Se-
(PU) dan Efek Rumah Kaca (ERK). Sedangkan hingga capaian eksplanasi ilmiah atau menjelas-
aspek kompetensi yaitu: Mengidentifikasi Isu kan fenomena ilmiah lebih baik. Seperti yang
Ilmiah (MII), Menjelaskan Fenomena Ilmiah diungkapkan oleh (Evans, 2012), hasil survei
(MFI), Menggunakan Bukti Ilmiah (MBI). General Certificate of Secondary Education
Secara keseluruhan tema pencemaran udara (GCSE) menunjukkan bahwa pelajaran kimia
merupakan aspek konteks sains. dan biologi lebih baik untuk anak perempuan,
Deskripsi peningkatan pada tiap indikator dan pelajaran fisika sama untuk keduanya,
aspek literasi sains siswa yang diwakili oleh sedangkan laki-laki lebih unggul di matematika.
rata-rataN_Gain masing-masing indikator untuk Tema pencemaran udara yang diajarkan lebih
kelas laki-laki dan kelas perempuandisajikan pa- cenderung ke biologi, meskipun pada materi
efek rumah kaca termasuk dalam bidang kajian

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 208
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

fisika. Jadi dapat dikatakan bahwa tema pence- adalah pekerjaan yang diinginkan siswa, kegiat-
maran udara cenderung lebih disenangi an belajar mengajar di kelas, dan banyaknya
perempuan. waktu yang digunakan untuk belajar sains.
Bila dianalisis dari aspek sikap sains, Untuk mengetahui perbedaan gender
peningkatan tiap indikator sikap sains siswa terhadap peningkatan soal literasi sains yang
dideskripsikan dalam bentuk persentaseN_Gain bermuatan aspek STEM, perlu dilakukan
masing-masing indikator untuk kelas laki-laki analisis temuan pada data N_Gainkelas laki-laki
dan kelas perempuan ditunjukkan oleh Gambar dan kelas perempuan. Keterpaduan aspek STEM
3. dalam soal meliputi aspek sains (S), sains–
teknologi (S–T), sains– matematika (S–M), dan
Ketertarikan terhadap isu 28 sains–teknologi–engineering(S–T–E).
sains 30
Peningkatan aspek STEM tiap indikator soal
25 disajikan pada Gambar 4.
Mendukung inkuiri sains 33
60

Persentase Rata-rata N_Gain


50
Tanggung jawab terhadap 42 50 44
sumber daya lingkungan 45 41
40
32
0 10 20 30 40 50 27 28 27
30
Persentase Rata-rata N_Gain 17
20
10
Kelas laki-laki Kelas Perempuan
0
S S-T S-M S -T- E
Gambar 3. Grafik Persentase Rata-Rata N_Gain Aspek STEM
Tiap Indikator Sikap Sains Siswa
Kelas Laki-laki Kelas Perempuan
Berdasarkan Gambar 3 mendeskripsikan
peningkatan sikap sains siswa setelah mendapat- Keterangan: S: sains; S-T: sains–teknologi; S-M:
kan pembelajaran sains tema pencemaran udara. sains–matematika; dan S-T-E: sains–teknologi–
Perbedaan gender berdampak pada peningkatan engineering.
skor sikap sains siswa. Secara keseluruhan, Gambar 4. Grafik Persentase Rata-RataN_Gain
peningkatan sikap sains kelas perempuan lebih Tiap Indikator Aspek STEM
baik dari kelas laki-laki.
Siswa perempuan lebih tertarik terhadap Berdasarkan Gambar 4 mendeskripsikan
isu sains, mendukung inkuiri sains, dan tang- peningkatan aspek STEM yang dipadukan da-
gung jawab terhadap sumber daya lingkungan. lam soal literasi sains siswa. Capaian tertinggi
Hasil ini didukung dengan meningkatnya pada kelompok laki-laki pada indikator sains-
capaian indiktor sains (S) pada aspek STEM. matematika (S-M) sebesar 50% dan terendah
Kelas perempuan lebih unggul 7 point pada pada indikator sains yaitu sebesar 27%. Sedang-
persentase rata-rata N_Gain dari kelas laki-laki. kan untuk kelompok perempuan, capaian paling
Salah satu faktor meningkatnya aspek sikap tinggi sebesar 44% pada indikator sains dan
sains kelas perempuan lebih baik daripada kelas paling rendah pada indikator sains-teknologi-
laki-laki adalah perbedaan gender. Hasil ini engineering (S-T-E) yaitu sebesar 17%. Secara
didukung oleh (Larson, Stephen, Bonitz, & Wu, keseluruhan, kelompok laki-laki lebih unggul
2014, p. 89) bahwa gender memoderasi hubung- pada indikator S-T, S-M, dan S-T-E, sedangkan
an ketertarikan dengan prestasi belajar. Siswa kelompok perempuan lebih unggul pada
laki-laki yang lebih tertarik pada fisika dan indikator sains (S).
kimia mencapai skor prestasi yang lebih tinggi, Kedua kelompok kelas diajar dengan
namun tingkat ketertarikan siswa perempuan PjBL STEM dimana teknologi, engineering, dan
tidak berkorelasi dengan prestasi belajar. Karena matematika dipadukan untuk membelajarkan
perempuan lebih senang belajar biologi atau sains. Capaian peningkatan aspek STEM sangat
sains terkait pilihan pekerjaan di masa depan berpengaruh terhadap sikap sains siswa. Kelas
(Hango, 2013, p. 7). Hal ini sejalan dengan apa laki-laki lebih unggul pada indikator sains-tek-
yang diungkapkan (Ekohariadi & Salim, 2010, nologi (S-T), sains-matematika (S-M), dan
p. 42), tinggi ren-dahnya sikap siswa terhadap sains-teknologi-engineering (S-T-E). Sedangkan
sains dipengaruhi secara positif diantaranya kelas perempuan unggul untuk indikator sains
saja.

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 209
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil dari pentingnya menjaga lingkungan; merasa
PISA 2012 mengemukakan bahwa laki-laki ung- senang dalam berkelompok; serta mempunyai
gul dibandingkan perempuan dalam kinerja ma- keinginan untuk menggunakan kembali model
tematika. Perempuan merasa kurang termotivasi pembelajaran tersebut. Pemberian angket ten-
untuk belajar matematika dan kurang yakin pada tang penerapan PjBL STEM bertujuan untuk
kemampuannya dibandingkan dengan laki-laki. mengumpulkan data tanggapan siswa terhadap
Hal ini yang menjadi tantangan berat untuk model pembelajaran tersebut, sehingga diper-
mencapai kesetaraan gender pada bidang peker- oleh kecenderungan atau arah sikap siswa sete-
jaan STEM di masa depan (OECD, 2014, p.9). lah pembelajaran selesai dilaksanakan pada
Untuk bidang teknologi dan engineering, kelas eksperimen. Skala sikap yang digunakan
Hango, (2013, p. 7) menyebutkan bahwa bidang terdiri atas 10 butir pernyataan positif.
STEM didominasi oleh laki-laki. Perempuan Persentase rata-rata tanggapan siswa pada
kebanyak-an memilih bidang biologi atau sains, tiap indikator pernyataannya. Rincian persentase
sehingga lebih sedikit memilih bidang tanggapan siswa tersebut yaitu sebesar 72,50%
engineering, ilmu komputer, dan matematika. siswa laki-laki dan 79,31% siswa perempuan
Jika laki-laki lebih banyak memilih dalam merasa senang, dan termotivasi belajar pada
bidang STEM, itu bukan karena laki-laki tema pencemaran udara dengan PjBL STEM;
memiliki skor PISA lebih baik daripada sebesar 77,71% siswa laki-laki dan 81,68% sis-
perempuan. Bahkan, ketika diukur kemampuan wa perempuan berpendapat bahwa penerapan
matematika digabungkan dengan variabel lain, PjBL STEM dapat membantu memahami tema
perbedaan gender tetap signifikan. pencemaran udara, membentuk sikap kreatif,
(Kulturel-Konak, D’Allegro, & dan semakin menyadari pentingnya menjaga
Dickinson, 2011, pp. 15–16) menyimpulkan lingkungan; sebesar 75,42% siswa laki-laki dan
perempuan cenderung lebih suka pengalaman 81,03% siswa perempuan merasa senang dengan
belajar hands-on, membuat penilaian intuitif kegiatan dalam kelompoknya, serta 77,50% sis-
berdasarkan perasaan, selalu berorientasi, dan wa laki-laki dan 81,03 siswa perempuan mem-
merasa nyaman dengan ambiguitas. Sedangkan punyai keinginan untuk mengikuti kembali
laki-laki cenderung melakukan analisis dalam pembelajaran PjBL STEM pada tema lain. Se-
pembelajaran, berpikir logis dan rasional, dan hingga rata-rata skor tanggapan siswa terhadap
menikmati bekerja dengan simbol seperti struk- penerapan PjBL STEM secara keseluruhan
tur. Bidang STEM mencerminkan pendekatan adalah sebesar 75,78% untuk siswa laki-laki dan
analitis sehingga cenderung lebih sesuai bagi 80,77% untuk siswa perempuan. Dengan demi-
laki-laki. kian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
Bagaimanapun, anak laki-laki dan anak siswa laki-laki maupun perempuan memberikan
perempuan tampaknya memiliki kemampuan respon positif dan senang terhadap penerapan
kognitif yang hampir sama. Pada aspirasi karir, PjBL STEM pada tema pencemaran udara sela-
anak perempuan lebih cenderung memilih karir ma kegiatan penelitian.Agar lebih memperjelas
yang tidak akan mengganggu perannya di masa kecenderungan sikap siswa laki-laki dan siswa
depan sebagai pasangan atau orang tua. Se- perempuanterhadap PjBL STEM diilustrasikan
mentara anak laki-laki memiliki harapan jangka pada Gambar 5.
panjang yang lebih tinggi untuk diri mereka Perempuan
sendiri (Ormrod, dalam Arends, 2012, p. 77). Laki-laki
Tanggapan Siswa Terhadap PjBL STEM
0 50 100
Untuk mengetahui tanggapan siswa terha-
dap penerapan pembelajaran PjBL STEM pada Negatif Positif
tema pencemaran udara digunakan angket skala
sikap. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Gambar 5. Persentase Sikap Siswa Terhadap
diberikan setelah tahapan PjBL STEM selesai PjBL STEM
seluruhnya. Distribusi pernyataan angket tang-
gapan siswa terhadap pembelajaran tema pence- Berdasarkan hasil pengolahan angket
maran udara terbagi ke dalam empat indikator secara keseluruhan menunjukkan bahwa hampir
yaitu senang dan memberi motivasi lebih de- seluruh siswa menyatakan setuju terhadap pene-
ngan penerapan model; membantu memahami, rapan PjBL STEM dalam pembelajaran tema
membentuk sikap kreatif, dan semakin menya- pencemaran udara. Hal ini sejalan dengan

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 210
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

penelitian Baran & Maskan (2010, p.252) yang jenis kelamin (kelas homogen gender), sedang-
bertujuan untuk mengetahui pengaruh PjBL kan sekolah umum mencampurkan jenis kelamin
terhadap hasil belajar elektrostatis mahasiswa dalam satu kelas (kelas heterogen gender).
calon guru fisika, ditemukan bahwa mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
lebih aktif bila diajar menggunakanPjBL dan
memilikiwaktu pembelajaran yang lebih menye- Arends, R. (2012). Learning to teach (9th
nangkan. Penelitian lain juga berpendapat sama, Editio). New York: The McGraw-Hill
bahwa PjBL merupakan pembelajaran yang Companies, Inc.
menarik dan menyenangkan (Yalçin, Turgut, & Capraro, R. M., Capraro, M. M., Morgan, J. R.,
Büyükkasap, 2009, p. 101; Kemdikbud, 2014, & Slough, S. W. (2013). STEM Project-
p.33). Dengan demiki-an, melalui penerapan Based Learning: An Integrated Science,
PjBL STEM diharapkan siswa mendapatkan Technology, Engineering, and
pengalaman baru sehingga menimbulkan Mathematics (STEM) Approach. STEM
motivasi dan minat dalam mempelajari tema Project-Based Learning an Integrated
pencemaran udara Science, Technology, Engineering, and
SIMPULAN DAN SARAN Mathematics (STEM) Approach.
http://doi.org/10.1007/978-94-6209-143-6
Simpulan
Baran, M. & Maskan, A. (2010). The Effect of
Literasi sains siswa kelas laki-laki dan ke- project-based learning on pre-service
las perempuan sama-sama mengalami pening- physics teachers’ electrostatic
katan dengan rerata N_Gain berturut-turut 0,36 achievements. Cypriot Journal of
dan 0,31 (dalam kategori sedang) untuk aspek Educational Sciences, 5, 243-257.
pengetahuan, dan kompetensi. Peningkatanaspek Cook, K., Buck, G., & Park Rogers, M. (2012).
sikap sains padakelas perempuan lebih tinggi Preparing biology teachers to teach
dibandingkan dengan kelas laki-laki. evolution in a project-based approach.
Siswa baik laki-laki maupun perempuan Science Educator, 21(2), 18–30. Retrieved
menunjukkan respon positif dan senang terhadap from https://eric.ed.gov/?id=EJ997503
penerapan PjBL STEM dalam pembelajaran
Dugger, W. E. (2010). Evolution of STEM in
pencemaran udara. Menurut siswa, pembelajar-
the United States. 6Th Biennial
an menarik dan memotivasi; dapat membantu
International Conference on Technology
memahami materi ajar, membentuk sikap krea-
Education Research, (March), 1–8.
tif, dan siswa semakin menyadari pentingnya
http://doi.org/10.1.1.476.5804
menjaga lingkungan. Siswa merasa senang be-
kerja dalam kelompok sehingga mereka ber- Ekohariadi, & Salim, A. (2010). Perkembangan
keinginan pembelajaran PjBL STEM dapat kemampuan sains siswa indonesia usia 15
diterapkan kembali pada materi lain. tahun berdasarkan data studi PISA.
Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Saran Penelitian dan Pengembangan
Pembelajaran di sekolah hendaknya Kementerian Pendidikan Nasional.
melatih kemandirian belajar siswa dengan Evans, L. (2012). GCSE results 2012: exam
menggunakan model pembelajaran yang berpu- breakdown by subject, gender and area.
sat pada siswa (student center), seperti PjBL Retrieved February 4, 2017, from
STEM. Namun, guru juga harus melakukan https://www.theguardian.com/news/databl
perbaikan penilaian hasil belajar, salah satunya og/2012/aug/23/gcse-results-2012-exam-
dengan mengembangkan soal literasi sains dan breakdown
siswa harus dibiasakan dengan soal-soal yang Gunawan, G., & Liliasari, L. (2013). Model
memiliki framework seperti pada soal PISA. virtual laboratory fisika modern untuk
Penerapkan PjBL STEM untuk mening- meningkatkan disposisi berpikir kritis
katkan literasi sains dapat dilanjutkan pada calon guru. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
materi sains yang mempunyai karakteristik XXXI(2), 185–199.
STEM. Penelitian tentang gender agar memban- http://doi.org/10.21831/CP.V5I2.1556
dingkan dua tipe sekolah yang berbeda, missal-
Firman, H. (2015). Pendidikan sains berbasis
nya sekolah khusus dengan sekolah umum.
STEM: Konsep, pengembangan, dan
Sekolah khusus memisahkan kelas berdasarkan
peranan riset pascasarjana. Disampaikan

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 211
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

pada Seminar Nasional Pendidikan IPA in Education Research (CIER), 4(3), 9–18.
dan PLKH Universitas Pakuan, Agustus http://doi.org/10.19030/cier.v4i3.4116
2015. Bandung: Universitas Pendidikan Laboy-Rush, D. (2010). Integrated STEM
Indonesia education through project-based learning.
Fraenkel, J.R., Wallen, N.E., & Hyun, H.N. www.learning.com/stem/whitepaper/integ
(2011).How to design and evaluate rated-STEM-through-Project-based-
research in education (eighth ed.). New Learning.
York: Mc. Graw Hill. Larson, L. M., Stephen, A., Bonitz, V. S., &
Glencoe. (2005). The Air around you. US: Wu, T.-F. (2014). Predicting science
McGraw-Hill Inc achievement in India: Role of gender,
Hake, R. R. (1998). Interactive-engagement selfefficacy, interests, and effort. Journal
versus traditional methods: A six- of Career Assessment, 22(1), 1–25.
thousand-student survey of mechanics test http://doi.org/doi:10.1177/1069072713487
data for introductory physics courses. 975
American Journal of Physics, 66(1), 64– Mayasari, T., Kadorahman, A., & Rusdiana, D.
74. http://doi.org/10.1119/1.18809 (2014). Pengaruh pembelajaran
Han, S., Capraro, R., & Capraro, M. M. (2015). terintegrasi science, technology,
How science, technology, engineering, and engineering, and mathemathics (STEM)
mathematics (STEM) project-based pada hasil belajar peserta didik: Studi
learning (PBL) affects high, middle, and meta analisis, Prosiding Semnas Pensa VI
low achievers differently: The Impact of “Peran Literasi Sains” (p.371-377).
student factors on achievement. Surabaya: UNESA
International Journal of Science and Movahedzadeh, F., Patwell, R., Rieker, J. E., &
Mathematics Education, 13(5), 1089– Gonzalez, T. (2012). Project-based
1113. http://doi.org/10.1007/s10763-014- learning to promote effective learning in
9526-0 biotechnology courses. Education
Hango, D. (2013). Gender differences in Research International, 2012, 1–8.
science, technology, engineering, http://doi.org/10.1155/2012/536024
mathematics and computer science National Research Council. (2011). A
(STEM) programs at university Insights on Framework for K-12 Science Education:
Canadian Society. In Insights on Canadian Practices, Crosscutting Concepts, and
Society (pp. 1–11). Statistics Canada. Core Ideas. Washington DC: The
Hewitt, et al. (2013). Conceptual integrated National Academies Press
science (second ed). USA: Pearson Odja, A. H., & Payu, C. S. (2014). Analisis
Education kemampuan awal literasi sains siswa pada
Kemdikbud. (2013). Ilmu pengetahuan alam konsep IPA. In Prosiding Seminar
untuk SMP/MTs kelas VII: Buku Guru. Nasional Kimia (pp. 40–47). Surabaya:
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Kebudayaan Surabaya.
Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru OECD. (2014). PISA 2012 results in focus:
implementasi kurikulum 2013 tahun What 15-year-olds know and what they
ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA can do with what they know. OECD
SMP/MTs. Jakarta: Kementerian Publishing
Pendidikan dan Kebudayaan Özer, D. Z. dan Özkan, M. (2012). The Effect of
Kılınç, A. (2010). Can project-based learning the project based learning on the science
close the gap ? Turkish student teachers process skills of the prospective teachers
and proenvironmental behaviours. of science. Journal of Turkish Science
October, 5(4), 495–509. Education, 9 (3), 131-136.
Kulturel-Konak, S., D’Allegro, M. Lou, & Raven, P.H., Hassenzahl, D.M., & Berg, L.R.
Dickinson, S. (2011). Review of gender (2013). Environment: international
differences in learning styles: Suggestions student version (eight ed). Singapura:
for STEM education. Contemporary Issues John Wiley & Son

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016 - 212
Jaka Afriana, Anna Permanasari, Any Fitriani

Riduwan & Sunarto. (2013). Pengantar Internasional. [Online]. Diakses dari


statistika untuk penelitian: Pendidikan, http://pustaka.ut.ac.id/pdfartikel/TIG601.p
social, komunikasi, ekonomi, dan bisnis df
(cetakan keenam). Bandung: Alfabeta Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A.
Reeve, E.M. (2015). STEM thinking!. (2011). Membangun literasi sains peserta
Technology and Engineering didik (cetakan pertama). Bandung:
Teacher(ITEEA), 74 (4), 8-16. HumanioraTseng, K.-H., Chang, C.-C.,
Stohlmann, M., Moore, T. J., & Roehrig, G. H. Lou, S.-J., & Chen, W.-P. (2013).
(2012). Considerations for teaching Attitudes towards science, technology,
integrated STEM education. Journal of engineering and mathematics (STEM) in a
Pre-College Engineering Education project-based learning (PjBL)
Research Journal of Pre-College environment. International Journal of
Engineering Education ResearchJ-PEER) Technology and Design Education, 23(1),
Journal of Pre-College Engineering 87–102. http://doi.org/10.1007/s10798-
Education Research, 2(2), 1–28. 011-9160-x
http://doi.org/10.5703/1288284314653 Yalçin, S. A., Turgut, Ü., & Büyükkasap, E.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan (2009). The effect of project based
(pendekatan kuantitatif, kulaitatif, dan R learning on science undergraduates’
& D). Bandung : Alfabeta learning of electricity, attitude towards
physics and scientific process skills.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode penelitian
International Online Journal of
pendidikan. Bandung: Remaja Educational Sciences, 1(1), 81–105.
Rosdakarya Retrieved from
Tjalla, A. (2010). Potret Mutu Pendidikan http://www.iojes.net//userfiles/Article/IOJ
Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi ES_134.pdf

Copyright © 2016, Jurnal Inovasi Pendidikan IPA


Print ISSN: 2406-9205, Online ISSN: 2477-4820

Anda mungkin juga menyukai