Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RINDAYANI STEPHANIE GURINDA

NIM : 711331120004
PRODI : SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
MK : TEKNOLOGI PANGAN
DOSEN : ANA B. MONTOLS.Pd,M.Si
TUGAS !
1.Jelaskan apa saja manfaat penggunaan BTP dan apa resiko yang dapat ditimbulkan akibat
penggunaan BTP yang tidak sesuai aturan ?
2.-Apa saja jenis bahan tambahan yang dilarang, yang sering digunakan oleh produsen dalam
pengolahan makanan/minuman ?
-Apa resiko penggunaan bahan tambahan tersebut terhadap kesehatan ?
*1. Manfaat BTP
Seperti tujuan dibuatnya BTP, pada dasarnya untuk bisa memberikan kontribusi positif pada
perkembangan industry pangan. Karena sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi di
dunia pangan, penggunaan BTP bisa menjadi salah satu pilihan bagi industri pangan dalam
pengembangan produknya. Penggunaan BTP di dalam produksi pangan antara lain ditujukan
untuk :
(1) mengawetkan makanan,
(2) membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak di mulut,
(3) memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera,
(4) meningkatkan kualitas pangan dan
(5) menghemat biaya.

Sesuai dengan fungsi penggunaan, BTP dapat digolongkan sbb :

A . Pewarna

Memberi kesan menarik bagi konsumen, menyeragamkan warna makanan, menstabilkan warna,
menutupi perubahan warna selama proses pengolahan, mengatasi perubahan warna selama
proses penyimpanan.

B . Pemanis buatan

Membuat rasa lebih manis, mempertajam penerimaan terhadap rasa manis, harganya lebih
murah. Untuk sakarin dan siklamat : 

C . Pengawet
mengawetkan makanan yang mudah rusak, menghambat atau memeperlambat proses fermentasi.
Contoh bahan dan penggunaan :

D . Antioksidan

E . Anti kempal

F . Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa

G . Pengatur keasaman

H . Pemutih dan pematang

I . Pengeras

J . Sekuestran

K . Enzym

L . Penambah gizi

M . Humektan

Resiko penggunaan BTP


Saat ini disayangkan, banyak produsen yang masih keliru dalam penggunaan BTP, bisa karena
alasan ketidaktahuan, tetapi banyak pula karena unsur kesengajaan, dengan alasan lebih mudah,
lebih murah, dan lainnya. Pembelajaran tentang BTP secara benar sangat diperlukan, baik untuk
produsen maupun konsumen. BTP bukan sesuatu yang menakutkan, jika setiap produsen
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Konsumen pun tidak perlu semakin resah dengan banyaknya pemberitaan yang tidak benar
tentang BTP. BTP dapat menimbulkan resiko yang tidak baik bagi kesehatan masyarakat jika
produsen (1) menggunakan BTP yang tidak diijinkan, yang dilarang atau BTP yang bukan untuk
pangan (non food grade) dan (2) menggunakan BTP dengan dosis/takaran yang tidak tepat,
misalnya melebihi dari batas maksimum yang ditetapkan oleh instansi berwenang, dalam hal ini
BPOM. Penekanan yang tegas kepada produsen sangat diperlukan, bahwa setiap produk yang
diperkenalkan kepada konsumen harus disertai informasi yang benar, jelas dan jujur. Sehingga
konsumen tidak sampai memiliki gambaran yang keliru atas produk yang mereka konsumsi.
Informasi yang benar dan jujur harus dicantumkan secara jelas dalam setiap kemasannya,
sehingga konsumen dapat menentukan pilihan makanan yang tepat sebelum membeli dan/atau
mengkonsumsinya. Keterlibatan media, selain keterlibatan produsen dan konsumen, tentu sangat
diperlukan. Media harus mampu menyajikan pemberitaan yang seimbang, sehingga konsumen
mendapat kejelasan dan produsen pun tidak dirugikan. Pada akhirnya, keterlibatan konsumen,
produsen, media dan lainnya, tidak akan berarti tanpa keterlibatan dan kebijakan dari
pemerintah. Pemerintah yang berada diantara kepentingan konsumen dan produsen, harus bisa
melindungi hak konsumen dan juga memberikan jaminan keamanan bagi produsen yang baik
produsen yang tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Sebaliknya pemerintah harus bisa
pula melakukan tindakan yang tegas kepada produsen yang melanggar, sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan. Selain produsen dalam negeri, aturan tegas penggunaan BTP juga harus
diterapkan pada importer, memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan di Indonesia.  Karena tentu aturan BTP untuk setiap negara beragam, seperti saat
kita akan ekspor, maka kita pun harus mengikuti aturan BTP di negara yang menjadi tujuan.
Jalinan kerjasama yang baik, antara semua pihak, diharapkan dapat mendorong industri pangan
di Indonesia untuk semakin berkembang menghasilkan produk yang berkualitas baik, konsumen
terlindungi dan makin loyal pada produk negerinya, serta tentunya pendapatan pemerintah pun
bisa meningkat.
BTP sudah diatur dalam dalam UU No. 18 Tahun 2012 pasal 75 (1) dan Permenkes No. 033
Tahun 2012 Pasal 5 (2) bahwa dalam penggunaan BTP harus disesuaikan dengan jenis pangan
yang akan diproduksi dan tidak boleh melebihi ambang batas yang dianjurkan. Penggunaan BTP
secara berlebihan maka dapat menyebabkan dampak bagi kesehatan. Dampak BTP dalam jangka
pendek akan timbul sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, diare dan demam, sedangkan dalam
jangka panjang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti iritasi lambung, tumor, gangguan
sistem saraf, kanker, dan gangguan pada hati.

2.Asam borat (boraks) biasa digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel,
anti jamur kayu, pembasmi kecoa, antiseptik, obat untuk kulit dalam bentuk salep, pembuatan
deterjen, sabun, cat, desinfektan, pestisida, keramik, dan industri tekstil. Penyalahgunaan boraks
pada makanan biasanya diperuntukkan sebagai pengeras, pengenyal, dan pengawet. Beberapa
contoh makanan yang mengandung boraks antara lain bakso, mi basah, kerupuk, dan pangsit.
Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan senyawa ini dapat menyebabkan efek negatif
pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Ginjal merupakan organ yang paling besar mengalami
kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Selain itu dapat menimbulakan gejala-gejala yang
tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman (malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas
(epigastrik), pendarahan saluran pencernaan (gastroenteritis) disertai muntah darah, diare, lemah,
mengantuk, demam, dan rasa sakit kepala. Pemakaian boraks dalam jangka panjang akan
menyebabkan kulit kering, bercak-bercak merah pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan.
Boraks juga bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), dapat mengganggu sistem reproduksi,
menyebabkan gangguan hormonal dan bila terakumulasi dapat menyebabkan gangguan sistem
kekebalan tubuh.

Dietilpirokarbonat dapat digunakan sebagai pengawet namun dapat menyebabkan kanker.

Dulsin adalah pemanis buatan dengan daya manis 250 kali dari daya manis sukrosa. Hasil
percobaan pada hewan menunjukkan bahwa dulsin dapat menyebabkan kanker.

Formalin merupakan larutan tak berwarna dan berbau tajam. Formalin digunakan sebagai
pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai dan pakaian, pembasmi
serangga, bahan pembuatan pupuk dan parfum, pengawet produk kosmetika, dan pengawet
mayat. Beberapa contoh produk pangan yang sering mengandung formalin antara lain ikan segar,
ayam potong, mi basah dan tahu. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat :
a. Akut : efek pada kesehatan manusia langsung terlihat seperti iritasi, alergi, kemerahan,
mata berair, mual, muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing
b. Kronik : efek pada kesehatan manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang
lama dan berulang seperti iritasi, mata berair, gangguan pencernaan, hati, ginjal,
pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dan manusia diduga
bersifat karsinogenik.

Kalium bromat penggunaannya dalam makanan dan minuman dapat membahayakan kesehatan
karena bersifat karsinogenik.

Auramine, berdasarkan kajian epidemiologi pada manusia menunjukkan bahwa zat warna
auramine dapat meningkatkan resiko kanker kandung kemih dan prostat.

Zat warna Butter Yellow bersifat karsinogenik pada tikus, menghasilkan tumor hati, sedangkan
pada anjing menyebabkan tumor kandung kemih.

Black 7984 merupakan zat warna coklat sampai hitam, dapat menyebabkan reaksi alergi dan
intoleransi terutama pada orang yang intoleran terhadap aspirin selain itu dapat memperburuk
gejala asma.

Zat warna Chrysoidine diduga bersifat karsinogen terhadap manusia dan bersifat toksik
terhadap saluran cerna dan hati.

Zat warna Citrus Red No 2 mempunyai sifat karsinogenik pada mencit dan tikus. Setelah
pemberian secara oral, senyawa ini menghasilkan hiperplasia dan tumor kandung kemih.
Pemberian secara subkutan menghasilkan adenokarsinomas (tumor jinak berasal dari kelenjar)
dan lymphosarcomas (tumor limfa) pada mencit betina. Kemungkinan sebagai penyebab kanker
pada manusia.

Zat warna Chocolate Brown FB Tidak ditemukan adanya intoksikasi (keracunan) dan
pengaruh terhadap tingkat kematian, berat badan, berat organ dan indikasi tumor pada pemberian
dosis sampai 2000 mg setiap hari pada tikus dan mencit. Namun ditemukan deposit pigmen pada
beberapa organ tubuh pada pemberian dosis diatas 3000 mg/kg berat badan.

Zat warna CI Basic Red 9 digunakan sebagai pewarna serat tekstil, persiapan pigmen untuk
tinta cetak. Merupakan bahankarsinogenik karena teridentifikasi menyebabkan kanker kandung
kemih.

Zat warna Metanil Yellow biasa digunakan pada industri tekstil, cat, kertas dan kulit binatang,
indikator reaksi netralisasi (asam-basa). Metanil yellow dapat menyebabkan mual, muntah, sakit
perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah. Jangka panjang dapat menyebabkan
kanker kandung kemih.

Zat warna Oil Orange SS berbahaya bila tertelan atau diabsorbsi kulit. Bersifat karsinogen
terhadap hewan. Diduga bersifat karsinogen pada manusia.
Zat warna Orange G berbahaya bila tertelan, terhisap atau diabsorbsi melalui kulit.
Kemungkinan menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan saluran cerna. Bersifat tumorigen dan
mutagen.

Zat warna Ponceau SX dapat menyebabkan kerusakan pada sistem urin.

Zat warna Rhodamin B bersifat karsinogenik. Digunakan sebagai zat warna untuk kertas,
tekstil (sutra, wool, kapas), sabun, kayu, plastik dan kulit, sebagai reagensia di laboratorium
untuk pengujian antimoni, kobal, niobium, emas, mangan, air raksa, tantalum dan tungsten, dan
digunakan untuk pewarna biologik. Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-
kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran
pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati tikus terjadi akibat
makanan yang mengandung rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan rhodamin B dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.

Magenta I, Magenta II, Magenta III, Ponceau 3R, Sudan I serta Benzyl violet 6B
merupakan zat warna yang memiliki sifat karsinogenik, penyebab kanker pada manusia.
Sumber :
https://www.bakrie.ac.id/berita-itp/artikel-pangan/915-bahan-tambahan-pangan-antara-manfaat-
dan-akibat
https://dinkes.slemankab.go.id/bahan-tambahan-pangan.html
https://standarpangan.pom.go.id/berita/bahan-tambahan-yang-dilarang-digunakan-dalam-produk-
pangan
http://repository.unimus.ac.id/2479/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai