Anda di halaman 1dari 8

Perjalanan Jauh yang Begitu Berarti

Suara azan subuh yang terdengar dari sela-sela jendela kamarku membuat ku bergegas
untuk bangun dan melakukan sholat subuh, selepas itu aku pun kembali ke kamar mandi untuk
membersihkan badan ku setelah itu aku pun langsung mengenakan seragam kebanggaan sekolah ku,
selanjutnya aku membantu ibu ku yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga kecil
kami itu, tepat pukul 06:14 pagi aku langsung mengambil tas ku dan berpamitan dengan ibu ku
dengan hati yang gembira aku langsung naik ke mobil untuk di antarkan oleh ayah ku.

Di sepanjang perjalanan menuju sekolah aku memandangi keindahan alam semesta yang
terhalang oleh hitamnya kaca jendela mobilku, sesampainya di sekolah aku langsung berpamitan
oleh ayah ku untuk pergi melakukan kunjungan ke Pekanbaru, Hildegard yang sudah menungguku
dari pagi tadi langsung ku hampiri untuk dan mengajaknya ke rumah Elisa untuk menunggu ke
datangan bus yang akan kami tumpangin nantinya, setelah kami sampai di rumah Elisa ternyata
sudah ada Yohana di rumah Elisa yang sudah datang dari tadi, kami melakukan pembicaraan yang
sangat lucu hingga kami tidak sadar bahwa bus yang akan kami tumpangi itu sudah datang.

Sesampainya kami di depan bus kami sibuk memilih bus mana yang akan kami naiki dan
pada akhirnya bus yang kami naiki adalah bus yang berwarna kuning dan di dalam bus tersebut
terlihat rapi dan bersih, namun ada kejadian yang membuat kami lebih lambat untuk berangkat yaitu
Armanda belum juga sampai ke bus mungkin yang lebih tepatnya kami menunggunya mandi, buk
Surikin dan Buk Anis sangat panik sebab kami sudah janji akan tiba di Bank Indonesia Pekanbaru
pukul 09:00 pagi, akhirnya bus kami jalan menuju Pekan baru.

Awalnya mata yang mulai ngantuk ini mengajakku untuk tidur, namun entah mengapa ketika
saya mendengarkan lagu yang di putarkan oleh teman saya yang ada di depan membuat ku ingin
berdiri ke belakang supir bus, setelah melakukan perjalanan panjang yang menemput waktu hingga
1 setengah jam kami pun tiba di Pekanbaru, namun entah mengapa aku heran melihat teman-teman
ku yang baru saja tertidur pulas, padahal tempat yang akan kami kunjungi itu sudah dekat lagi.

Bus kami yang terparkir di sebelah gedung BI tersebut pun menandakan bahwa kami telah
sampai kepada tujuan pertama perjalanan kami, setelah itu kami berjalan menuju pintu masuk
gedung BI dengan rombongan yang lumayan banyak setelah itu kami di kumpulkan di lobby untuk
mendengarkan pengarahan dari salah satu karyawan di BI tersebut, setelah itu kami langsung
memasuki aula di salah satu ruangan di BI, aku yang selalu bersemangat langsung berlari menuju lift
dan memencet tombol yang ada di dinding, lift yang mebawaku dan 4 orang teman ku ke lantai 3,
dengan hati yang masih sangat semangat membuat ku duduk depan pemberi materi.

Kak Bryan adalah salah satu anggota karyawan BI yang dulunya kuliah di IPB (Institut
Pertanian Bogor) menceritakan awalnya dia mengapa bisa masuk di tempatnya ia bekerja sekarang,
dulunya dia adalah salah satu mahasiswa IPB dengan jurusan fakultas ekonomi dan manajemen, di
bilang “sebenarnya saya itu paling males kalau yang namanya ngafal-ngafal tahun, tanggal, nama
pahlawan” jadi intinya apa pun yang kalian inginkan tetaplah bersemangat jangan pernah bilang
bahwasannya “aku anak ips, jadi masa depanku ga jelas” jangan pernah bilang gitu katanya, setelah
3 jam kami mendengarkan penjelasan tentang bank kini saatnya kami berpindah ke tujuan yang
kedua, sebelum kami meninggalkan tempat itu kami melakukan foto bersama dan menyalam Kk
Bryan.
Selepas kami selesai acara tersebut Tio mengajakku untu ke kamar mandi BI sebab aku dan
Tio penasaran dan aku ingin merapikan jilbab ku yang sedari tadi sudah terlihat acak-acakkan,
setelah itu kami turun menggunakan tangga aku dan tio langsung bergegas ke lantai dasar untuk
menyusul Tia, Ayu, dan Dian setelah itu kami berjalan menuju perpustakaan yang berada tepat di
sebelah gedung BI, sebelumnya aku tadinya ingin kembali ke bus untuk mengambil baju ganti sebab
setelah kunjungan ke perpustakaan kami akan ke mall ska namun yang buk Linda bilang jangan dulu
ganti baju nanti aja sekitar jam 2an, lalu kami kembali di berikan pengarahan oleh pak Soeman HS
mengenai sejarah perpustakaan ini, dulunya perpustakaan tersebut bekas gedung DPRD namun
karna gedung DPRD di pindahkan ke tempat lain jadi gedung ini di pakai untuk perpustakaan, setelah
itu kami di beritahu jumlah buku di setiap lantai dan jenis-jenisnya, selanjutnya kami di perintahkan
untuk foto bersama dengan pak Soeman.

Aku, Tio, Suang, Dian, Ayu, dan Tia langsung menuju ke lantai 5 sebab kami ingin melihat
pemandangan dari atas yang mungkin begitu indah, namun sebelum itu aku langsung berlari menuju
lantai 3 karena aku ingin mencari sebuah buku yang bertema Psikologi sama seperti jurusan yang
akan aku ambil nantinya jika aku jadi masuk perguruan tinggi. Setelah puas melihat pemandangan
dari atas gedung selanjutnya kami menuju ruang diskusi yang terlihat unik bagi kami dengan meja
bulat di tambah kursi yang bisa di putar-putar, setelah puas bercerita di ruang diskusi kami menuju
ke tempat buku yang di mana buku tersebut adalah surga bagi para pencinta novel, aku dan Tio
langsung melihat novel-novel yang di tumpukkan di satu-satu rak buku, aku bilang ke Tio “ Tio nanti
kalau aku punya rumah sendiri aku bakalan buat satu ruangan yang dimana isinya itu buku tentang
pelajaran kuliah ku, cerita hidup ku, dan satu lagi novel-novel yang udah tersimpan lama di lemari
belajarku” terus kata Tio “iyaa kan iya”, selanjutnya kami kembali ke lantai dasar untuk berkumpul
kembali dan menuju ke tujuan akhir kami.

Di perjalanan menuju ke mall ska aku dan Haga sibuk mengunyah snack yang telah di berikan
oleh BI tadi menurutku itu adalah snack yang paling enak apa lagi snack roti coklatnyaa duh bikin aku
jadi ga mau berhenti mengunyak semua roti yang rasa coklat, saatnya yang aku tunggu yaitu mall ska
sesampainya aku di mall ska aku langsung bergegas mengambil tas bawaan ku di bagasi atas bus, aku
memanggil Dian “DIAN ! nanti ganti bajunya abis kita sholat di masjid seberang sana yaa” kata Dian
“Ha? Ooiyaa-iyaa” aku sama Dian langsung menyebrang namun tiba-tiba buk Anis memanggil aku
“KANIA MAU KEMANA KALIAN?” (dengan wajah panik di campur kesal) aku menjawab “mau ke
masjid buk, abis tuh balek ke bus bentar narok tas bawaan” kata buk Anis “udah jangan kemana-
mana di mall aja ganti bajunya, jangan mencar-mencar karna ga ada yang ngawasi kalian” aku
langsung membatalkan rencana ku untuk mengganti baju di masjid tersebut, setelah mengganti baju
dan selesai sholat aku pun membuka ponsel ku yang sedari tadi ku matikan ternyata ada pesan
masuk dari Dinda “Kania nanti jadi kan ke gramedianya ?” aku langsung membalsa pesannya “ooiyaa
jadi kok ” aku dan Tio kemudian berjalan menuju lantai 2 menggunakan eskalator aku dan Tio
menelusuri setiap toko yang ada di mall tersebut dan kemudian kami berhenti pas di depan toko
buku gramedia aku langsung masuk untuk mencari apa yang sudah ku incar dari tadi malam, tidak
terasa pukul sudah menunjukkan jam 14:23 siang aku lupa bahwa aku belum makan, aku langsung
bergegas mencari tempat makan namun yang aku temukan hanyalah tempat makan “AW” tanpa
berpikir panjang aku langsung memesan apa yang harus aku pesan.

Kemudian setelah membeli makanan siang ku aku bertemu lagi dengan Tio ternyata dia
menunggu ku sedari tadi, Dian mengajak ku untuk membeli minuman yang berada tepat di sebelah
gramedia, lalu setelah memesan minuman itu tio mengajak ku untuk menemui kakaknya yang
sedang memesan makanan khas Jepang, lalu tidak lama rupanya minuman yang kami pesan sudah
siap, selanjutnya aku dan dian kembali untuk ke kamar mandi sebenarnya kami hanya numpang
ngaca di kamar mandi dan berfoto di depan kaca tersebut, lalu kami kembali berkumpul di lobby
untuk kembali ke bus yang akan mengantarkan kami kembali ke sekolah, ternyata di luar sana
sedang ramai dengan suara motor yang begitu berisik ternyata itu adalah aksi anak UNRI.

Sesampainya kami di sekitar bus aku langsung masuk ke bus ternyata belum ada siapa-siapa
di dalam bus aku turun kembali untuk menyusul Tio yang sedang makan siang bersama teman
sekelas ku, tanpa dia sadari rupanya buk Anis sudah sedari tadi menunggunya dia langsung bergegas
menyelesaikan makan siang itu.

Aku yang sudah lelah kesana kemari di mall tadi langsung duduk dan mangambil jajanan
yang ku bawa dari rumah tadi, aku lupa kalau tadi aku sudah membeli makan siang yang harus ku
makan namun entah mengapa perut ini tidak lagi meminta makanan hanya saja perut ini sudah
tenang sebab sudah ku isi dengan snack yang ku dapatkan tadi dari BI, tiba-tiba saja mood ku hilang
dan aku mulai lelah untuk tidak mengganggu siapa pun aku pun hanya duduk terdiam di kursi bus
tersebut sambil mendengarkan lagu kesukaan ku melalui ponselku entah apa yang terjadi tiba-tiba
saja bahu ku terasa berat rupanya sedari tadi aku tertidur pulas dan Haga yang berada di samping ku
itu bersender di bahu ku itu, sebenarnya aku segan untuk membangunkannya tapi bahu ku sudah
terasa pegal dan seperti mati rasa dengan terpaksa aku membangunkannya “Haga-haga bangun
dulu, bahuku sakit kali nihh” kata Haga “Ha? Apa kan? Ohiya maaf yaa” aku menjawabnya “owhh iya
ga papa” tanpa kusadari kami sudah tiba di depan sekolah, namun entah mengapa orang yang
kutunggu-tunggu itu tidaklah datang aku berulang kali menghubunginya dan pada akhirnya datang
lah seorang laki-laki yang menjemputku menggunakan motor merah, yang ternyata itu ayah ku.
BAHAGIA

Pagi itu tepat pukul 16:26 aku yang sedang memandangi langit yang mulai terang, aku pun
perlahan menutup mata ku sambil mendengarkan lagu ke sukaanku dan mengikuti alunan musik
tersebut aku pun terlelap kembali setelah melakukan sholat subuh. Di kala aku tertidur, tiba-tiba saja
ponsel ku yang terletak pas di samping ku baru saja bergetar aku pun yang tertidur pulas terbangun
seketika lalu mengambil ponsel ku yang baru saja bergetar rupanya ada yang menelfon ku barusan,
kakak kelas ku dulunya di SMA dia bilang “Asalamualaikum Kania, kakak ada kabar baik nih hari ini
ada talk show lho di UNRI yang mengisi itu Gita Gutawa dan Atta Halilintar loh bukannya kamu
fansnya si Atta yaa?” aku langsung menjawabnya “Iya kakak? Seriusann? Yaudah kalau gitu aku siap-
siap dulu yaa nanti kalau apa jemput aku yaa” kak itu menjawabnya “Iya dek beneran ngapain juga
aku bohong” aku langsung menjawabnya “Iya kakak aku siap-siap dulu yaa”.

Setelah menerima telefon tadi aku langsung bergegas untuk mengenakan baju terbaikku dan
langsung mengambil kunci mobil yang berda di meja makan, tidak ragu lagi aku pun langsung
mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan sedang setelah 1 jam perjalanan tanpa macet aku
langsung menuju ke UNRI ternyata sudah ramai sedari tadi, aku langsung menghubungi kak med
“kak aku udah di UNRI nih kania kemana nih?” kak med langsung menjawab “nanti kamu masuk aja
ke tenda yang warna merah yaa, kakak nunggu kamu di situ” aku langsung bergegas lari ke salah
satu tenda yang berwarna merah, di situ aku langsung menemui kak Medila yang sedari tadi telah
menunggu aku rupanya Atta belum datang “katanya sih nanti jam 2 an” kata kak Medila aku masih
duduk dengan santai dan tiba lah saatnya aku bertemu dengannya.

Ketika penipuan bahwa Atta ga bisa datang sedang berlangsung aku sibuk menjawab kata-
kata yang di sampaikan oleh host yang ada di depan dan tiba laa saatnya aku bertemu dengan Atta
yang asli “ATTA ATTA ATTA” bibirku yang sibuk memanggil namanya pun langsung mendapat respon
dari sebelah sebangku ku “kamu diem napa sih, bising amat” kata kak med gitu sambil menarik jilbab
ku “apasih kak biarin aja napa, lagi seneng nih” aku menjawab perkataannya tadi kak med yang
mulai tidak perduli dengan apa yang ku lakukan kala itu dia pun mulai memainkan ponselnya dan
membiarkan aku berekspresi di sampingnya.

Waktu berlalu begitu cepat dan pada akhirnya tibalah saatnya, namun kurasa harapan yang
begitu besar dari dalam diriku itu membuat aku menjadi down harapan yang telah ku harapkan sejak
SMP dulu, namun ketika aku sedang sibuk dengan mendengarkan konser dari nya tiba-tiba saja
seseorang menarik tangan ku dengan kuat dan menarikku ke suatu ruangan, “kak mau ngapain di
sini keni masih mau nengok dia konser...” kak med “kamu mau foto sama Atta kan?” aku yang tidak
menyangka bahwa hal ini akan terjadi aku langsung memeluknya dan mengucapkan “terima kasih
kak, mungkin hanya kak yang tau hari ini bahwa aku bahagianya luar biasa ” kak med “iya kania
sekarang udah senengkan?” aku menjawab “iya udah kak banget malah”.

Setelah menunggu lama orang yang sangat ku idolakan itu pun datang dengan kondisi yang
mungkin bisa di bilang seperti orang mau pingsan, aku yang melihatnya seperti itu sepontan
langsung berdiri seperti ingin menyusulnya tapi kak med langsung menarik tangan ku dan
membisikkanku “jangan kania” aku langsung menoleh ke dia dengan mengkodenya “kenapa?”
katanya “udah duduk aja tenang di sini” aku yang langsung merespon omongan dia langsung
menuruti perkataannya.

Akhirnya penantian yang cukup berarti itu tiba aku bisa berfoto dengan sang idola.
Terbit yang Tak Kunjung Datang

Pagi itu tepat pukul 05:13 aku yang sedang sibuk merapikan tempat tidur ku, namun tiba-
tiba saja aku mendengar ketukan pintu yang berada tepat di belakangku aku yang merasa heran
langsung membuka pintu tersebut rupanya ibu yang ingin membangunkan aku, dengan wajah
tersenyum lebar aku langsung mengucapkan “selamat pagi bunda.. lia udah bangun kok dari tadi”
bunda yang merasa heran langsung menjawab kata-kata dari ku “iya pagi anak bunda, lah tumben
udah bangun biasa masih molor jam segini” aku menjawab “iya nih bun tadi kebagun abis tuh ga bisa
tidur lagi” bunda “yaudah kalau gitu langsung mandi yaa” aku menjawab “iya bun langsung mandi
kok” aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan seluruh tubuh ku.

Aku yang sudah siap mandi langsung menuju ke ruang makan untuk sarapan, bunda yang
sudah menungguku sedari tadi langsung mengomel karna aku lama sekali mandinya, setalah aku
selesai sarapan pagi aku langsung bergegas menuju mobil sebab aku sudah terlambat 3 mnt yg lalu,
setibanya aku di depan gerbang aku langsung berpamitan oleh ayah ku dan langsung berlali menuju
kelas, aku baru ingat bahwa hari ini ada jam literasi di kelas ku aku merasa legah sekali setelah
mengingat itu aku yang tadinya beralari langsung menghentikan larian tersebut.

Sesampainya aku di kelas aku langsung bergegas membuka buku literasi ku ternyata ada
selembar kertas kecil yang tersisipkan di buku tebal itu dengan tulisan “JANGAN LUPA SENYUM,
KARENA SENYUM ITU IBADAH” aku yang melihat kertas tersebut langsung tersenyum dan
menghayal seketika namun sebangku ku yang heran melihatku sedari tadi langsung menyengol
tangan ku “eh” sepontan aku terkejut di pun bertanya kepada ku “kenapa?” aku “ha engga kenapa-
napa kok” katanya “kalau kau ga kenapa-napa kenapa senyum-senyum kayak orang gila?” aku
menjawab pertanyaannya yang menurutku membuat mood ku menjadi hancur “udah ah aku mau
ngeringkas buku” dia mungkin yang pura-pura ga tau langsung menutup telinganya.

Setelah melakukan KBM kami para murid biasanya ada jedanya atau sering di sebut istirahat
aku yang masih penasaran dengan kertas yang ada di buku tadi langsung menuju ke perpustakaan,
sesampainya di sana aku langsung mencari judul buku yang sama seperti ku. Ternyata ada buku yang
sama seperti punya ku langsung saja ku lihat dan ku buka lembarnya satu persatu, namun tiba-tiba
ada seseorang yang mendekati ku dan mengatakan “aku boleh minjam buku yang kamu pegang?”
aku yang terheran langsung memberikan buku tersebut. Dalam hatiku “apakah dia yang menaruk
kertas itu?” aku yang tidak peduli akan semuanya langsung bertanya pada dia “kamu ada engga
narok kertas di buku ini?” dia yang sedang membaca buku tersebut langsung heran dan menjawab
“ha? Kok kamu tau kalau aku narok kertas di buku itu ?” aku “ini buku aku Kania Kusuma, aku tadi
dapet kertas kecil ini dari buku aku, jadi kamu yang narok?” dia menjawab “iyaa”.

Setelah kejadian tersebut aku tak sama sekali mendapatkan penjelasaan dari sebuah kertas
yang bertulisan “JANGAN LUPA SENYUM, KARENA SENYUM ITU IBADAH”.
Dari Lantai 2 Itu ...

Ketika aku masih kecil, keluargaku pindah ke sebuah rumah tua berlantai dua yang memiliki
banyak kamar dan pintu-pintunya berderit keras. Kedua orangtuaku bekerja, sehingga aku sering di
rumah sendirian sepulang sekolah.

Pada suatu sore aku pulang dan mendapati rumah masih gelap. Aku memanggil mamaku
"Mama?" dan mendengar suara merdunya menjawab "Yaaa?" dari lantai dua. Aku panggil mama
sekali lagi sambil menaiki tangga menuju lantai dua, hendak mencari di mana mamaku berada. Sekali
lagi mama menjawab "Yaaa?" dengan suara yang lembut.

Karena belum terlalu lama pindah ke rumah itu, aku belum terlalu hapal dengan denahnya.
Tetapi aku yakin suara mama berasal dari salah satu kamar kosong yang terletak di ujung lorong. Aku
sempat merasa merinding, tapi kupikir itu hal yang wajar. Dan begitu aku bertemu mama nanti pasti
perasaan itu akan hilang! Jadi aku segera menuju kamar di ujung lorong dan menggapai kenop
pintunya.

Ketika baru akan memutar kenop pintu kamar itu, aku mendengar pintu depan rumah
terbuka. Suara mamaku yang melengking ceria terdengar memanggil dari bawah "Nak, kamu sudah
pulang duluan?"

Spontan aku terperajat! Melompat mundur dari pintu kamar kosong di depanku dan berlari
kabur ingin menyambut mamaku yang ada di bawah! Namun selagi menengok ke belakang untuk
terakhir kalinya, aku melihat pintunya terbuka sedikit dengan bunyi derit nyaring. Dan seseorang...
tidak! Sesuatu, memandangiku dari celah pintu tersebut.
Kamu Yang Tak Tergantikan

“Persahabatan bukan hanya hanyalah kata,


yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis bersama dengan tinta kasih sayang,
dan suatu sementara akan dihapus bersama dengan tetesan darah dan barangkali nyawa”..

“Key… sini dech cepetan, saya ada sesuatu buat kamu”, panggil Nayra suatu sore.
“Iya, sebentar, sabar dikit kenapa sich?, kamu kan tau saya gak sanggup melihat”, jawab seorang
gadis yang dipanggil Key dari balik pintu.

Keynaya Wulandari, begitulah nama gadis tadi, walaupun lahir bersama dengan keterbatasan fisik,
dia tidak pernah mengeluh, semangatnya menekuni bahtera motto hidup tak pernah padam. Lahir
bersama dengan kondisi buta, tidak membuatnya berkecil hati, secara fisik matanya tidak sanggup
melihat warna-warni dunia, tapi mata hatinya sanggup melihat jauh ke dalam kehidupan seseorang.
Mempunyai hoby melukis sejak kecil, bersama dengan keterbatasannya, Key selalu mengasah
bakatnya. Tak pernah sedikitpun dia menyerah.

Duduk di bangku kelas XII di sebuah Sekolah Luar Biasa di kotanya, Keynaya tidak pernah absen capai
peringkat dikelas, apalagi guru-gurunya termotivasi bersama dengan pembawaan pantang menyerah
Key.

Sejak baru berusia 3 tahun, Keynaya sudah bersahabat bersama dengan anak tetangganya yang
bernama Nayra Amrita, Nayra anak seorang direktur bank swasta di kota mereka. Nayra cantik,
pinter dan secara fisik Nayra nampak sempurna.

***
Seperti sore ini, Nayra sudah nangkring di tempat tinggal Key. Dia berbincang-bincang bersama
dengan Key, sambil menemani sahabatnya itu melukis.
“Key, lukisan kamu bagus banget, nanti kamu ngadain pameran tunggal ya, biar seluruh orang tau
bakat kamu”, kata Nayra terhubung pembicaraan.

“Hah”, Key mendesah pelan selanjutnya terasa bicara, “Seandainya saya sanggup Nay, pasti sudah
saya lakukan, tapi apa daya, saya ini gak sempurna, jika saya mendapat donor kornea, dan saya
sanggup melihat, barangkali saya puas dan akan mengadakan pameran lukisan-lukisanku ini” ucap
Keynaya bersama dengan kepedihan.

“Suatu hari nanti Tuhan akan memberi tambahan anugrahnya kepadamu, sahabat, pasti akan ada
yang mendonorkan korneanya untuk seorang anak sebaik kamu,” timpal Nayra akhirnya.
Berbeda secara fisik, tidak pernah jadi kendala di dalam hubungan persahabatan antara Nayra dan
Keynaya, kemana pun Nayra pergi, dia selalu mengajak Key, jikalau sekolah tentunya, sebab sekolah
mereka berdua kan berbeda.

Sedang asik-asiknya dua kawan akrab ini bersenda gurau, tiba-tiba saja Nayra mengeluh,
“aduuh, kepala ku”
“Kamu kenapa Nay, sakit??” bertanya Keynaya.
“Oh, ngga saya gak apa-apa Key, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Nayra sambil tersenyum.
“Minum obat ya Nay, saya gak senang kamu kenapa-napa, nada berkata Key terdengar begitu
khawatir.
“aku ijin pulang pernah ya Key, senang minum obat” ujar Nayra sambil berpamitan pulang.

Di kamarnya yang terkesan terlalu elegan, nuansa coklat mendominasi di tiap-tiap sudut ruangan,
Nayra terduduk lemas di atas ranjangnya,

“Ya Tuhan, berapa lama kembali usiaku di dunia ini?? Berapa lama kembali malaikatmu akan
menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Nayra.
Di vonis menderita leukimia sejak 7 bulan selanjutnya dan tidak akan berumur lama kembali
sungguh

Anda mungkin juga menyukai