Anda di halaman 1dari 52

MATA KULIAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN WAHAM KEBESARAN”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Problem Based Learning

Dosen Pengampu :

Rr Dian Tristiana, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh:
Kelompok 8 Kelas A1 2019
Mina Imroatus Sholihah 131911133001
Intan Sulistyorini 131911133002
Citra Hadiah Ning Alsi 131911133003
Irena Nazwa Humairoh 131911133004
Devi Putri Widyastutik 131911133150
Khoirunnisa Suhandarini 131911133151
Wanda Marita Cantika Samosir 131911133153

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
KASUS

Tn B (40 tahun) merupakan seorang karyawan pabrik yang memiliki riwayat gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi selama 10 tahun. Hari ini merupakan hari ke 7 klien
MRS di RSJ Sehat bahagia, saat dikaji klien mengaku bahwa kondisinya saat ini dipicu oleh
perkelahian fisik dengan teman-teman sekerjanya yang ia yakini mengganggunya. Polisi setempat
dipanggil dan mereka membawa klien yang ditemani istrinya ke rumah sakit jiwa untuk dievaluasi.
Berdasarkan laporan klien sendiri dan informasi dari istrinya, mulai tahun 2010 (ketika dia
berusia 30 tahun) klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang telah: a)
mengubah pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun; b) berkomunikasi dengan mata-mata
Australia ketika ia berusia 17 tahun; c) menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan
militer Amerika; dan d) (baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab saudi. Badan
Intelijen di Australia dan Badan Intelijen Pusat AS diam-diam melindunginya dan telah melakukan
pembayaran bulanan ke rekeningnya di Bank Indonesia, yang sekarang berjumlah lebih dari 1 triliun
rupiah. Kementerian Pertahanan Australia telah menghubunginya dalam banyak kesempatan dengan
tujuan memperoleh intelijen militernya yang canggih, tetapi ia menolak memberikan informasi ini
sehingga mereka menganiaya dia dan keluarganya dengan berbagai cara: permohonannya untuk
membangun rumah pada tahun 2012 ditolak oleh otoritas setempat; pemerintah telah menyulitkannya,
istri dan putranya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik; dan rekan kerjanya menghambat
kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Selama bertahun-tahun ia sering
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Dia melaporkan bahwa dia telah bekerja secara normal
di tempat kerjanya saat ini selama beberapa bulan, meskipun dia baru-baru ini mengajukan beberapa
keluhan kepada atasannya tentang perlakuan tidak adil.
Tidak ada riwayat perawatan psikiatrik sebelumnya dan tidak ada riwayat gangguan jiwa
dalam keluarga. Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium rutin normal. Pada pemeriksaan status mental
pasien sadar, sepenuhnya berorientasi pada waktu dan tempat, mampu berkomunikasi secara normal,
dan IQ/kecerdasan normal. Tidak ada halusinasi atau distorsi persepsi yang jelas. Suasana hatinya stabil
tetapi reaksi emosinya agak tidak sesuai dengan isi pidatonya dan lingkungan sekitarnya. Pemikirannya
sedikit tidak teratur tetapi dia sepenuhnya koheren. Dia memiliki delusi yang isinya muluk dan riwayat
penganiayaan yang sering terjadi akibat merasa dianggap bodoh oleh orang lain. Klien didiagnosa
F20.0
Istri klien berusia 38 tahun yang merupakan buruh cuci baju dengan tingkat pendidikan SD.
Istri pasien adalah pencuci piring berusia 48 tahun dengan pendidikan sekolah dasar. Dia percaya
bahwa suaminya adalah pria bangsawan dengan bakat luar biasa yang telah berpartisipasi dalam
perencanaan militer untuk perang di Arab Saudi. Dia berpikiran bahwa keluarganya diperlakukan tidak
adil, jadi dia bertindak hati-hati dan berusaha menghindari bersosialisasi dengan orang lain. Dia
percaya bahwa karena kegiatan suaminya, Polisi Surabaya dan aparat keamanan nasional mengawasi
dan mengikutinya, dan ada polisi yang menyamar di sekitar tempat kerjanya. Dia tidak percaya bahwa
suaminya menderita penyakit mental.
Putra Tn B adalah pekerja pabrik berusia 20 tahun dengan pendidikan SMP yang datang ke
rumah sakit dua hari setelah ayahnya dirawat. Dia belum menikah dan masih tinggal bersama orang
tuanya. Dia melaporkan bahwa sejak kecil dan seterusnya dia tahu tentang prestasi luar biasa ayahnya
dan menyatakan bahwa semua yang dikatakan ayahnya adalah benar. Dia melaporkan beberapa episode
di mana dia merasa diikuti dan dilindungi oleh orang-orang misterius dalam perjalanan pulang dari
sekolah. Ketika di sekolah menengah, ia pernah mendapati bahwa seseorang telah menggunakan
namanya untuk berpura-pura sebagai orang penting, tetapi orang itu berhenti setelah diperingatkan.
Putranya terlibat aktif dalam petisi ayahnya pada 2012 untuk membangun rumah dan menganggap
haknya dan keluarganya telah dilanggar, jadi dia membuat petisi tentang hal ini kepada kantor berita di
jakarta. Dia sangat percaya bahwa ayahnya diperlakukan tidak adil di tempat kerja dan bahwa ada
masalah dengan makanan ayahnya di tempat kerja. Dia berpikir bahwa perkelahian di tempat kerja
dapat dimengerti karena rekan kerja telah membuat masalah.
JAWABAN
1. Mohon garis bawahi kata-kata penting pada kasus di atas
a. Delusi
b. Halusinasi
c. Perilaku kekerasan
d. Riwayat perawatan psikiatrik
e. Diagnose F.20.0
f. Distorsi persepsi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat gangguan jiwa
i. Tes laboratorium
j. Pemeriksaan status mental
k. Berorientasi pada waktu dan tempat
l. Suasana hatinya
m. Reaksi emosinya
n. Pemikirannya sedikit tidak teratur
o. Koheren
p. Delusi yang isinya muluk
q. Episode

2. Beri penjelasan makna kata-kata penting tersebut dan beri referensi


a. Delusi
Delusi atau waham menurut Bell (2019) merupakan suatu keyakinan yang sangat
mustahil dan dipegang teguh walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun
semua orang tidak percaya dengan keyakinannya. Waham sendiri terbagi menjadi lima
macam, yaitu waham kebesaran, waham curiga, waham keagamaan, waham somatik, dan
waham nihilistik. Gangguan proses pikir waham ini adalah gejala positif dari skizofrenia
dan biasanya orang yang memiliki gejala tersebut akan melakukan hal-hal yang sesuai
dengan jenis wahamnya, yaitu dengan memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri
maupun orang lain, merasa memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan
yang luar biasa jauh diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit
yang sangat parah atau dapat menular ke rang lain, serta menganggap dirinya sudah
meninggal. Gangguan proses pikir waham ditandai oleh adanya setidaknya selama satu
bulan mengalami waham dan tidak adanya gejala lain yang biasanya termasuk waham itu
sendiri. Waham juga dikategorikan menjadi dua yaitu waham non bizarre dan waham
bizarre. Waham non bizarre merupakan kepercayaan yang bisa dibayangkan dengan benar
atau nyata, misalnya pasangan hidup yang berselingkuh dan merasa dimata-matai oleh
lembaga pemerintah. Sedangkan waham bizarre tidak memiliki dasar yang memungkinkan
dalam kehidupan nyata, seperti mengganti semua organ tubuh seseorang tanpa melakukan
operasi (Statistical, 2019).
Berdasarkan pengertian tersebut perbedaan waham dan halusinasi yaitu, waham
merupakan suatu keyakinan yang mustahil dan dipegang teguh (Bell, 2019), sedangkan
halusinasi adalah gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang
membuat klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (Hernandi, 2020).
Menurut Abraham Maslow dalam teorinya tentang kebutuhan dasar manusia, bahwa
kebutuhan dasar manusia tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan.
Kebutuhan dasar tersebut adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan
keamanan (safety needs), kebutuhan rasa cinta, dimiliki dan memiliki (belonging and love
needs), kebutuhan harga diri (self esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs). Individu harus memenuhi kebutuhan terbawah dalam hierarki tersebut
sebelum berupaya memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi (Maslow, 1970).
Berdasarkan kasus tersebut klien memiliki gangguan keamanan (safety needs) dan harga diri
(self esteem needs) yang dibuktikan dengan riwayat penganiayaan yang sering terjadi akibat
merasa dianggap bodoh oleh orang lain.
Dokter akan menentukan diagnosis pasien berdasarkan diagnostic and statistical
manual of mental disorders (DSM-5). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
membantu diagnosis, yaitu pemeriksaan neurologis yang teliti, jika ditemukan defisit
neurologis merupakan indikasi MRI. EEG, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin,
pemeriksaan serum organik dan asam amino juga diperlukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding (Sadock&Sadock, 2010).
Menurut Yusuf (2015) proses terjadinya waham adalah sebagai berikut:
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang dengan
status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan tidak
berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tida ksesuai
dengan kenyataan.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang salah
pada pasien akan meningkat. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang
lain.
Berdasarkan kasus tersebut klien berada pada fase waham dukungan lingkungan
(Environment support) hal tersebut dibuktikan isterinya percaya bahwa suaminya adalah
pria bangsawan dengan bakat luar biasa yang telah berpartisipasi dalam perencanaan militer
untuk perang di Arab Saudi serta anaknya percaya bahwa yang dikatakan ayahnya adalah
benar.
b. Halusinasi
Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan jumlah
stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan pengurangan,
berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap stimulus (Pardede, Keliat, &
Yulia, 2015).
Menurut (Kusumawati & Hartono, 2010) jenis-jenis halusinasi sebagai berikut :
1. Halusinasi pendengaran atau audiotory
Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, di mana
terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang
memerintah klien melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan atau visual
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambaran atau banyangan yang
rumit dan kompleks. Bayangan itu bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu atau olfaktori
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, parfum atau bau yang
lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia.
4. Halusinasi pengecapan atau gustatory
Merasa pengecap seperti darah, urine, feses atau yang lainya.
5. Halusinasi perabaan atau taktil
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas.
6. Halusinasi cenesthetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urin.
7. Halusinasi kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Pada kasus tersebut klien memiliki riwayat gangguan jiwa halusinasi selama 10 tahun.
Namun,setelah dilakukan pemeriksaan status mental klien tidak ada halusinasi yang jelas.
Berdasarkan pemeriksaan status mental klien cenderung mengalami gangguan waham
kebesaran dengan delusinya yang muluk. Klien memiliki keyakinan yang mustahil dan
dipegang teguh serta tidak mengalami distorsi persepsi yang jelas.
c. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut
biasanya muncul akibat adanya stresor. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat dkk, 2012). Terapi yang diberikan
untuk mengatasi pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan biasanya terapi
generalis keperawatan jiwa tetapi masih belum sempurna dalam menangani pasien maka
perlulah terapi spesialis keperawatan untuk mempercepat kesembuhan pasien seperti
Behaviour Therapy yang dapat mengubah perilaku maladaptive ke adaptif (Pardede,
Siregar, & Hulu, 2020).
d. Riwayat Perawatan Psikiatrik
Pelayanan spesialisasi yang biasanya melakukan konsultasi ke psikiatri dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu medis, bedah, perawatan intensif, obstetri dan
ginekologi, dan lainnya (Alhuthail, 2009). Dalam pelaksanaannya, penanganan yang sering
diberikan dari psikiatri berupa pemberian obat psikotropika. Pada penelitian yang dilakukan
di Italia, sekitar 65% dari pasien yang diberikan obat setelah dilakukan konsultasi ke
psikiatri adalah dengan pemberian obat psikotropika. Beberapa ada yang
mengkombinasikan dengan obat lain seperti benzodiazepine dan antidepresan. Pemberian
dukungan psikologis atau supportif juga sering diberikan sebesar 75% dari pasien yang
dikonsulkan. Dukungan psikologis yang diberikan lebih banyak kepada pasien saja,
sedangkan untuk staf sekitar 16,4% dan untuk keluarga sebesar 15,1%(Gala, et al., 1999).
Berdasarkan kasus tersebut klien tidak pernah mendapatkan riwayat perawatan psikiatrik.
e. Diagnosa F.20.0
F20.0 merupakan diagnosis skizofrenia paranoid. Skizofrenia paranoid didominasi oleh
delusi yang relatif stabil, seringkali delusi paranoid, biasanya disertai halusinasi, terutama
pada variasi pendengaran, dan gangguan persepsi (WHO, 2014).
Skizofrenia Paranoid merupakan salah satu tipe dari enam jenis skizofrenia dalam
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) diberi kode diagnosis
F20.0. Skizofrenia paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat
melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), berbicara,
emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting atau isi pikiran
yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud
buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara
mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif
dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam
berbicara atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya.
Dokter akan menentukan diagnosis pasien berdasarkan diagnostic and statistical manual
of mental disorders (DSM-5). Peeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
diagnosis, yaitu pemeriksaan neurologis yang teliti, jika ditemukan defisit neurologis
merupakan indikasi MRI. EEG, pemeriksaan darah, pemeriksaan urin, pemeriksaan serum
organik dan asam amino juga diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding
(Sadock&Sadock, 2010).
Gangguan skizofrenia paranoid (F20.0) ditegakkan apabila memenuhi kriteria umum
skizofrenia dan didapatkan gejala tambahan seperti:
• Halusinasi dan atau waham harus menonjol
• Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing)
• Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atu lain-lain
perasaan tubuh
• Halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
• Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “passivity” (delusion of passivity),
dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas
• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Perjalanan klinis gangguan skizofrenia berlangsung secara perlahan- lahan meliputi
beberapa fase, dimulai dengan keadaan prodromal (awal sakit), fase aktif, dan keadaan
residual (Saddock & Benjamin, 2010)
a. Fase prodromal
Fase prodromal adalah tanda dan gejala awal suatu penyakit. Pemahaman pada
fase prodromal menjadi sangat penting untuk deteksi dini, karena dapat memberi
kesempatan atau peluang yang lebih besar untuk mencegah berlarutnya gangguan,
disabilitas dan memberi kemungkinan kesembuhan yang lebih besar jika diberi terapi
yang tepat. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia berupa cemas, depresi, keluhan
somatik, perubahan perilaku dan timbulnya minat baru yang tidak lazim.
b. Fase aktif
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis
yakni kekacauan alam pikir, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien terhadap realita
mulai terganggu dan pemahaman dirinya buruk atau bahkan tidak ada. Diagnosis pada
pasien gangguan skizofrenia dapat ditegakkan pada fase aktif, biasanya terdapat waham,
halusinasi, hendaya penilaian realita, serta gangguan alam pikiran, perasaan dan
perilaku.
c. Fase Residual
Pada fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis
skizofrenia, hanya tersisa beberapa gejala sisa, misalnya berupa penarikan diri, hendaya
fungsi peran, perilaku aneh, hendaya perawatan diri, afek tumpul afek datar, merasa
mampu meramal atau peristiwa yang belum terjadi, ide atau gagasan yang aneh, tidak
masuk akal.
Pada kasus tersebut klien memiliki riwayat gangguan jiwa dengan masalah
perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi selama 10 tahun dan pemikiran sedikit
tidak teratur. Waham atau delusi pada klien lebih menonjol hal tersebut dibuktikan klien
meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional dengan delusi yang
isinya muluk. Dengan adanya keyakinan yang sangat mustahil dan dipegang teguh
walaupun tidak memiliki bukti-bukti yang jelas, dan walaupun semua orang tidak
percaya dengan keyakinannya (Bell, 2019) serta telah memenuhi kriteria umum
menunjukkan bahwa klien menderita gangguan skizofrenia paranoid (F20.0) dan berada
pada fase aktif.
f. Distorsi Persepsi
Distorsi persepsi merupakan kekeliruan persepsi yang dilakukan terhadap
orang lain sebab persepsi memiliki kelemahan karena terkadang kurang akurat
dan sangat subjektif oleh karena manusia membentuk persepsi secara selektif
yang dipengaruhi oleh kebutuhan, keinginan, pendirian, dan faktor-faktor psikologis
lainnya. Persepsi dalam arti sempit yakni bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu sedangkan dalam arti luas persepsi berkaitan dengan bagaimana seseorang
memandang dan mengartikan sesuatu stimulus yang ditangkap melalui alat indra (Rustan,
2017).
Menurut (Rustan, 2017) Distorsi persepsi adalah kekeliruan persepsi atau penarikan
kesimpulan prematur terhadap orang lain akibat dari beberapa faktor antara lain: pertama,
The idols of the cafe, kekeliruan yang disebabkan oleh pemikiran sempit, melalui
pembentukan persepsi namun tidak diserta dengan pemikiran terbuka (open minded) untuk
melihat hubungan kausalitas dari fakta yang ditemui. Perilaku dan pesan-pesan komunikasi
seseorang dipersepsikan berdasarkan pemikiran intersubjektifitas kita tanpa
mengembangkan kepekaan atau melakukan proses atribusi yakni upaya menjelaskan sebab-
sebab dibalik perilaku komunikasi tersebut.
Kedua, The idols of the tribe, yakni kesesatan persepsi akibat individu kurang peka
terhadap perbedaan antar budaya melalui sikap etnosentris dan stereotype. Persepsi
etnosentris merupakan kecenderungan menghakimi nilai, adat istiadat dan perilaku atau
aspek-aspek budaya lainnya menggunakan nilai, adat, dan perilaku serta aspek budaya
kelompok kita sendiri sebagai standar penilaian. Etnosentrisme menjadi penghambat dalam
persepsi antar budaya, sebab akan menjebak pada penilaian baik buruk sebuah budaya
dengan menggunakan standar budaya yang kita miliki. Stereotype yakni persepsi terhadap
orang lain berdasarkan prasangka subjektif dan tidak tepat sebab menciptakan pengharapan
mengenai bagaimana seseorang seharusnya berperilaku berdasarkan apa yang terbentuk
dalam pikiran dan informasi yang dipercayai sebagai suatu kebenaran.
Ketiga, The idols of the forum yakni kesalahan persepsi karena kurangnya penguasaan
bahasa yang mengurangi kemampuan dalam memilih kata-kata. Perbedaan bahasa dan
makna konotasi pada kata-kata yang sama.
Keempat, The idols of the market yakni kekeliruan pada diri seseorang karena
terlalu imitative dalam mengidentifikasi dirinya keadat, kebiasaan, dan norma-norma sosial.
Berdasarkan kasus yang telah disajikan, didapatkan bahwa klien tidak mengalami
distorsi persepsi yang jelas atau halusinasi. Distorsi persepsi ini biasanya lebih sering terjadi
pada klien dengan halusinasi.
g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari pengkajian sebelum dokter maupun perawat
menentukan diagnosa medis atau diagnosa keperawatan. Pemeriksan fisik merupakan
pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh
dengan empat metode yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan
fisik head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat
dijadikan dasar bagi perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang selanjutnya
sebagai dasar asuhan keperawatan.
Secara fisik, waham dapat terjadi pada individu dengan status sosial dan ekonomi
terbatas. Klien merasa menderita. Klien bisa saja melakukan kompensasi yang salah karena
adanya kesenjangan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan waham yaitu dengan mengukur
dan mengobservasi tanda-tanda vital (Kementrian Kesehatan RI, 2015):
1. Tekanan darah (TD)
2. Nadi
3. Suhu
4. Pernafasan
5. Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan (BMI), kalau perlu kaji fungsi organ
kalau ada keluhan.
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada fisik klien yang menderita waham menurut
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015) antara lain:
1. Kebersihan kurang
2. Wajah pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
h. Riwayat Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa merupakan masalah klinis dan sosial yang harus segera diatasi karena
merupakan salah satu bentuk penyimpangan perilaku. Gangguan atau masalah kesehatan
jiwa yang berupa proses pikir maupun gangguan persepsi sensori yang sering terjadi adalah
halusinasi. Masalah gangguan jiwa semakin meningkat, ini dipengaruhi oleh pola perilaku
atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan distress, disfungsi, dan
menurunkan kualitas kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan
sebagai akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016). Berdasarkan kasus tersebut klien memiliki riwayat gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi selama 10 tahun.
i. Tes laboratorium
Menurut KEMENKES RI No HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Jiwa pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada diagnosis
Skizofrenia salah satunya adalah pemeriksaan laboratorium, darah tepi lengkap, fungsi liver,
profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu. (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
Pada penderita skizofrenia paranoid (F20.0) hasil laboratorium darah lengkap
didapatkan adanya peningkatan pada SGOT dan SGPT.
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya
ditemukan pada organ hati (liver), jantung, ginjal, hingga otak. Sementara itu, Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) adalah enzim yang paling banyak dijumpai dalam
liver. Pada kasus tersebut hasil tes laboratorium klien normal.
j. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang menggambarkan
tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat
wawancara, yang meliputi penampilan, pembicaraan, tindakan, persepsi dan pikiran selama
wawancara (Fanani, M., Nugroho, I., Setyaningrum, R. H., Septiawan, D., & Machmuroh,
2017).

Pemeriksaan Status Mental Hal yang Harus Dikerjakan


I. Deskripsi Umum

A. Penampilan (istilah yang biasa digunakan:


tampak sehat, sakit, agak sakit, kelihatan Mengamati bentuk tubuh, postur, ketenangan,
tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak- pakaian, dandanan, rambut, dan kuku, tanda
anak, kacau dsb.) kecemasan

B. Perilaku dan aktivitas psikomotor


(termasuk di sini adalah manerisme, tiks, Mengamati dan/atau memeriksa cara berjalan,
gerakan stereotipik, hiperaktivitas, agitasi, gerakan dan aktivitas pasien saat wawancara.
retardasi, fleksibilitas, rigiditas dll.)

C. Sikap terhadap pemeriksa (bekerja sama, Mengamati dan merasakan sikap dan jawaban
bersahabat, menggoda, apatis, pasien saat wawancara psikiatrik
bermusuhan, merendahkan, dll.)

II. Mood dan Afek

A. Mood (adalah emosi yang meresap dan Menanyakan tentang suasana perasaan pasien.

terusmenerus mewarnai persepsi “Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini ?”

seseorang terhadap dunia. Digambarkan (pertanyaan terbuka)

dengan depresi, kecewa, mudah marah, “Apakah anda merasa sedih ?” (pertanyaan

cemas, euforik, meluap-luap, ketakutan tertutup)

dsb.)
B. Afek (adalah respon emosional pasien Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan

yang tampak, digambarkan sebagai nada suara, gerakan tangan, dan pergerakan

meningkat, normal, menyempit, tumpul tubuh.

dan datar)

C. Keserasian (serasi afek atau tidak


serasiafek)
Mengamati keserasian respon emosional
(afek) terhadap masalah subjektif yang
didiskusikan pasien.
III. Pembicaraan Mengamati selama proses wawancara

(digambarkan dalam kecepatan produksi Logorrhea : bicara yang banyak sekali,


bicara, dan kualitasnya, seperti banyak bicara, bertalian dan logis
tertekan, lambat, gagap, disprosodi, spontan, Flight of idea : pembicaraan dengan katakata
keras, monoton, mutisme, dsb.) yang cepat dan terdapat loncatan dari satu ide
ke ide yang lain, ide-ide cenderung meloncat/
sulit dihubungkan.
Asosiasi longgar : pergeseran
gagasangagasan dari satu subjek ke subjek
lain yang tidak berhubungan, jika berat,
pembicaraan menjadi kacau atau
membingungkan
(inkoheren)
IV. Gangguan Persepsi Menanyakan tentang gangguan persepsi yang

(halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi) pernah atau sedang dirasakan oleh pasien.
“Apakah anda pernah mendengar suara atau
bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh
orang lain?
“Apakah anda dapat atau pernah melihat
sesuatu yang tampaknya tidak dilihat orang
lain?
V. Pikiran Menanyakan sesuatu permasalahan untuk
A.Proses atau bentuk pikiran (termasuk menilai bentuk dan isi pikiran pasien.
disini realistik, nonrealistik, autistik, Waham kejar : “Apakah anda merasa
irasional, dll.) orangorang memata-matai anda?”
B.Isi pikiran (termasuk waham,preokupasi, Waham cemburu : “Apakah anda takut
obsesi, fobia, dsb.) pasangan anda tidak jujur? bukti apa yang
anda miliki?”
Waham bersalah : “Apakah anda merasa
bahwa anda telah melakukan kesalahan yang
berat?” Apakah anda merasa pantas mendapat
hukuman?”
“Apakah anda merasa pikiran anda disiarkan
sehingga orang lain dapat mendengarnya?”
(waham siar pikir).
“Apakah anda merasa pikiran atau kepala
anda telah dimasuki oleh kekuatan atau
sumber lain di luar?” (waham sisip pikir)
“Apakah anda merasa bahwa pikiran anda
telah diambil oleh kekuatan atau orang lain?”
(waham penarikan pikiran)
VI.Sensorium dan kognitif
A. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran Pengamatan dan pemeriksaan secara objektif
(sadar, pengaburan, somnolen, stupor, (kuantitatif dengan glasgow coma scale)
koma, letargi, keadaan fugue/ fugue state)
B. Orientasi (terhadap waktu, tempat, orang Menanyakan tentang waktu, tempat, orang
dan situasi) dan situasi. “Sekarang hari apa? tanggal,
siang/malam? jam berapa sekarang? Di mana
kita saat ini?kerjanya apa?”
“Siapa yang mengantar/ menunggui anda?
anda kenal mereka ?”
“Bagaimana suasana saat ini? ramai?”

Menilai daya ingat dengan menanyakan data


C. Daya ingat (daya ingat jauh/ remote
masa anak-anak, peristiwa penting yang
memory, daya ingat masa lalu yang belum
terjadi pada masa muda.
lama/ recent past memory, daya ingat
Peristiwa beberapa bulan yang lalu,
yang baru saja/ recent memory serta
Peristiwa beberapa hari yang lalu, apa yang
penyimpanan dan daya ingat segera/
dilakukan kemarin, apa yang dimakan untuk
immediate retention and recall memory)
sarapan, makan siang dsb.

Meminta pasien untuk mengulangi enam


D. Konsentrasi dan perhatian
angka maju kemudian mundur.
Mengulang tiga kata, segera dan tiga sampai
lima menit kemudian.
Pasien diminta mengurangi 7 secara berurutan
dari angka 100. Pasien diminta mengeja
mundur suatu kata sederhana.

E. Kapasitas membaca dan menulis Pasien diminta membaca dan mengikuti apa
yang diperintahkan serta menulis kalimat
sederhana tapi lengkap.

Pasien diminta mencontoh suatu gambar,


F. Kemampuan visuospasial
seperti jam atau segilima.

G. Pikiran abstrak
Menanyakan arti peribahasa sederhana,
persamaan dan perbedaan benda.

H. Sumber informasi dan kecerdasan (dengan


Pasien diminta menghitung uang kembalian
memperhitungkan tingkat pendidikan dan
setelah dibelanjakan, jarak antar kota.
status sosial ekonomi pasien)
VII. Pengendalian impuls Menanyakan tentang riwayat pasien sekarang
(Impuls seksual, agresif, atau lainnya) dan mengamati perilaku pasien selama
wawancara.
VIII. Pertimbangan dan tilikan Menanyakan kemampuan pasien dalam
Derajat tilikan (kesadaran dan pengertian aspek pertimbangan sosial, misalnya saat
pasien bahwa mereka sakit) : terjadi kebakaran (pertimbangan).
1. Penyangkalan penyakit sama sekali
Menanyakan kesadaran dan pengertian
2. Agak menyadari tetapi sekaligus
pasien tentang penyakitnya (tilikan)
menyangkal
“Tahukah anda kenapa dibawa / datang ke
3. Menyadari tetapi melemparkan kesalahan
sini ?”
pada orang lain
“Apakah anda membutuhkan pengobatan /
4. Menyadari bahwa penyakitnya
disebabkan oleh sesuatu yang tidak perawatan ?”
diketahui pada diri pasien “Apakah perawatan anda di Rumah Sakit ini
5. Tilikan intelektual : menerima bahwa merupakan kesalahan ?”
pasien sakit dan disebabkan oleh
perasaan irasional atau gangguan tertentu
pada diri pasien sendiri tanpa
menerapkan pengetahuan tersebut untuk
pengalaman masa depan
6. Tilikan emosional sesungguhnya :
kesadaran emosional tentang motif dan
perasaan dalam diri pasien dan orang
yang penting dalam kehidupannya, yang
dapat

IX. Reliabilitas Menilai kebenaran atau kejujuran pasien


dalam melaporkan suatu situasi atau
masalahnya
X. Global Assessment of Functioning (GAF) Skala GAF mempunyai range dari 0-
Scale 100,yang setiap kelompok range tertentu
yang menunjukkan gejala atau apa yang
terjadi pada individu atau kelompok

100 – 91 : Berfungsi secara optimal pada


bidang yang luas, masalah hidup dapat
diatasi sendiri dengan baik karena kualitas
dirinya positif. Tidak ada symptom

90 – 81 : (Ada sedikit simptom, mis :


sedikit cemas menjelang ujian), berfungsi
secara baik dalam semua bidang kehidupan,
berminat & terlibat dalam berbagai
aktivitas, efektif secara sosial, umumnya
merasa puas terhadap hidupnya, masalah
tidak lebih dari permasalahan biasa dalam
kehidupan sehari- hari (misal : adu
argumentasi dengan anggota keluarga).

80 – 71 : (Bila ada simptom merupakan


reaksi yang biasa timbul karena stresor
psikososial, misal : sulit konsentrasi setelah
adu argumentasi dalam keluarga), ada
sedikit gangguan dalam kehidupan sosial,
pekerjaan atau sekolah (misal : kadang
terlambat mengumpulkan tugas sekolah)

70 – 61 : (Beberapa simptom ringan &


menetap, misal : sedih dan insomnia ringan)
ATAU sedikit kesulitan dalam kehidupan
sosial, pekerjaan atau sekolah (misal :
kadang berbohong, mencuri di rumah)
tetapi fungsi secara umum cukup baik,
mempunyai hubungan interpersonal yang
cukup berarti.

60 – 51 : (Beberapa simptom pada taraf


sedang, efek datar dan bicara ngelantur,
kadang-kadang serangan panik); ATAU
gangguan fungsi pada taraf sedang dalam
kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah
(misal : tidak punya teman, kehilangan
pekerjaan).
50 – 41 : (Simptom yang serius, misal
keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif
cukup kuat, sering mengutil) ATAU
gangguan yang cukup serius pada fungsi
kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, misal
: tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).

40 – 31 : (Beberapa disabilitas dalam


hubungan dengan realita & komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa
fungsi;misal : bicara tidak logis, tidak bisa
dimengerti/ tidak relevan, menyendiri,
menolak keluarga, tidak mampu bekerja)

30 – 21 : Disabilitas berat dalam


komunikasi & daya nilai, tidak mampu
berfungsi hampir semua bidang

20 – 11 : Bahaya mencederai diri sendiri/


mengancam dan menyakiti orang lain
10 – 1 : secara persisten dan lebih serius
membahayakan dirinya dan orang lain
(misal tindakan kekerasan berulang-ulang)

0 : Inadequate information.

k. Berorientasi pada waktu dan tempat


Orientasi realita (Warsono, 2018)
1. Waktu : dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun.
2. Tempat : dapat menyebutkan saat ini berada di rumahnya.
3. Orang : dapat menyebutkan identitas diri.
4. Situasi : dapat menyebutkan situasi bahwa rumah aman.

Berdasarkan hasil pemeriksaan status mental klien berorientasi pada waktu dan tempat
artinya klien memiliki tingkat kesadaran yang baik karena dapat menyebutkan hari,
tanggal, bulan, serta tempat.

l. Suasana hati
Suasana hati (mood) memiliki hubungan dengan pengambilan informasi yaitu individu
yang memiliki suasana hati yang positif akan mengambil informasi positif dari memori dan
akan mengarahkan pada evaluasi yang positif, dan begitu pula sebaliknya, individu dengan
suasana hati yang negatif akan mengarahkan pada evaluasi yang negatif pula (Clore et al.
1994 dalam Chung et al. 2008, Isen et al. 1985 dalam Rokhmania, 2008, dan Forgas dan
Bower, 1987 dalam Chung et al. 2008). Teori pengelolaan suasana hati (mood) menyatakan
bahwa individu dengan suasana hati yang positif akan tertarik dalam mengelola suasana hati
yang positif, sedangkan individu dengan suasana hati yang negatif tertarik untuk
memperbaiki suasana hatinya (Chung et al. 2008). Pada penderita waham akan mudah
mengalami perubahan suasana perasaan yang bermakna berupa depresi atau elasi (manik,
hipomanik), dan biasanya disertai perubahan pada seluruh tingkat aktivitasnya.
m. Reaksi Emosi
Emosi seseorang menurut Mappiare (1982) mengatakan bahwa emosi sudah ada dan
berkembang semenjak ia bergaul dengan lingkungan. Timbulnya emosi merupakan produk
pengamatan dari pengalaman individu secara unik dengan benda-benda fisik lingkungannya,
dan orang lain dalam keluarga, serta pergaulan sosial yang lebih luas. Sebagai produk dari
lingkungan yang juga berkembang, maka emosi juga turut berkembang.
Penelitian berpendapat bahwa seseorang yang mengalami gangguan proses pikir waham
adalah orang yang memiliki masalah pada kejiwaannya dan faktor yang paling kuat dalam
terjadinya masalah gangguan proses pikir waham adalah masalah emosi (Abi Prakasa,
2020).
n. Pemikiran tidak teratur
Pemikiran tidak teratur (formal thought disorder) biasanya disimpulkan dari
pembicaraan seseorang. seseorang dapat beralih dari satu topik ke topik lainnya (diluar jalur
pembicaraan atau asosiasi longgar). Jawaban atas pertanyaan mungkin terkait namun
berputar-putar atau sama sekali tidak terkait (tangensial). Jarang, ucapan mungkin sangat
tidak terorganisir sehingga hampir tidak bisa dipahami dan menyerupai afasia sensorik
dalam disorganisasi linguistiknya (inkoherensi atau "word salad") (Wahyuni, S. A., (2018).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat meningkatkan fungsi
perilaku, pasien perlu dikembalikan pada realita bahwa hal-hal yang dikemukakan tidak
berdasarkan fakta dan belum dapat diterima orang lain dengan tidak mendukung ataupun
membantah waham (Keliat, Hamid, Putri Daulima, 2019; Patton, 2006). Tidak jarang dalam
proses ini pasien mendapatkan konfrontasi dari lingkungan terkait pemikiran dan
keyakinannya yang tidak realistis. Pada kasus tersebut klien mengalami pemikirannya
sedikit tidak teratur menunjukkan pembicaran klien dapat beralih dari satu tempat ke tempat
yang lainnya.
o. Koheren
Pada kasus waham diatas proses pikir klien tidak memiliki gangguan. Proses pikir (arus
pikir) inkoheren dimana klien mengalami gangguan pada pikirannya sehingga berdampak
pada pola komunikasi/pembicaraan yang buruk dan kacau. Menurut Kaplan dan Sadock
(2010), klien skizofrenia hebefrenik biasanya mengalami gangguan proses pikir (arus pikir)
yang menyangkut bagaimana suatu ide dan bahasa dirumuskan. Pola komunikasi yang
inkoherensi dapat menimbulkan masalah sosial yang dapat memperburuk/memperparah
kondisi klien skizofrenia hebefrenik jika gangguan pola komunikasi tersebut tidak diketahui
dan dipahami oleh orang di sekitar klien (Kaplan dan Sadock, 2010).
p. Delusi isinya muluk
Delusi paranoid biasanya bersifat penganiayaan atau muluk/besar-besaran, tapi khayalan
lainnya bisa terjadi. Sering kali, halusinasi yang dialami individu berkaitan dengan sifat
delusinya. Seiring dengan ciri-ciri ini, individu mungkin memiliki rasa curiga dan mungkin
tampak tegang, dijaga, dan dilindungi pada titik ketidakjelasan atau bahkan mutisme (sifat
bisu) (Rahayu, A., 2018).
Delusi muluk juga dikenal sebagai delusi keagungan merupakan keyakinan diri yang
terlalu dilebih-lebihkan kepentingan, kekuasaan, kekayaan, atau misi pribadi dalam hidup.
Kesalahpahaman bahwa diri sendiri lebih penting daripada yang sebenarnya, sering kali
dimanifestasikan dalam keyakinan bahwa seseorang itu terkenal. Juga dikenal sebagai delusi
ekspansif, delusi muluk, gagasan muluk, megalomania. (Corsini, 2016).
Delusi muluk sering kali memiliki fungsi yang sangat positif bagi orang tersebut dengan
mempertahankan atau meningkatkannya harga diri. Akibatnya, penting untuk
mempertimbangkan apa konsekuensi dari menghilangkan delusi muluk-muluk pada harga
diri ketika mencoba mengubah khayalan muluk dalam terapi. Dalam banyak contoh
kemegahan, lebih cocok untuk menggunakan pecahan daripada modifikasi total, yang
memungkinkan unsur-unsur khayalan yang menjadi pusat harga diri dipertahankan. Pada
kasus, Tn. B yang percaya bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional
memperoleh rasa harga diri dan tujuan yang besar dari keyakinan ini, sehingga sampai rasa
harga diri ini dapat diberikan dari tempat lain, sebaiknya jangan mencoba modifikasi.
(Corsini, 2016).
Secara khusus, delusi muluk sering ditemukan di skizofrenia paranoid, di mana
seseorang memiliki perasaan yang sangat berlebihan tentang signifikansi, kepribadian,
pengetahuan, atau otoritasnya. Hal ini berkaitan dengan Tn. B yang didiagnosa F20.0.
Skizofrenia yang terjadi pada seseorang dapat memunculkan salah satu atau beberapa
dari gejala yang mungkin muncul pada penderita salah satunya adalah delusi atau waham.
Waham kebesaran merupakan keyakinan individu bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. (Tumanggor,
2021).
q. Episode
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama,
dan sebagai konsekuensinya, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/73/2015).
a. Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, kalau dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif atau iritabel. Pasien memiki secara menetap tiga atau lebih gejala
berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel), yaitu
1. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
2. Berkurangnya kebutuhan tidur
3. Pembicaraan yang cepat dan banyak
4. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
5. Perhatian mudah teralih
6. Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
7. Meningkatnya aktivitas bertujuan ( sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
8. Tindakan-tindakan sembrono (mengebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang)

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderitaan, gambaran psikotik,


hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan.

b. Gangguan Depresi Mayor


Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom/tanda, yaitu
1. Mood depresif atau hilang minat atau rasa senang
2. Menurun/meningkatnya berat badan atau nafsu makan
3. Sulit/banyak tidur
4. Agitasi atau retardasi psikomotor
5. Kelelahan/berkurangnya tenaga
6. Menurunnya harga diri
7. Ide-ide rasa bersalah, tagu-ragi dan menurunnya konsentrasi
8. Pesimis
9. Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan/tanpa rencana) atau tindakan
bunuh diri

Gejala – gejala di atas menyebabkan penderitaan atau mengganggu fungsi personal,


sosial atau pekerjaan.
c. Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi
secara bersamaan. Kadang – kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan
untuk melindungi pasien dan orang lain, dapat disertai gambaran psikotik dan
mengganggu fungsi personal, sosial dan pekerjaan.
d. Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,
ekpansif atau iritabel yang ringan, paling sedikit tiga gejala (empat gejala apabila mood
iritabel), yaitu
1. Grandiositas atau ,meningkatnya percaya diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur
3. Meningkatnya pembicaraan
4. Lompat gagasan atau pikiran berlomba
5. Perhatian mudah teralih
6. Meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor
7. Pikiran menjadi lebih tajam
8. Daya nilai kurang

Tidak ada gambaran psikotik, tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu
fungsi personal dan sosial, pekerjaan. Seringkali dilupakan pasien, tetapi dikenali oleh
keluarga (RSI Sultan Agung Semarang, 2019).

3. Buatlah web of caution dari kasus di atas (tambahkan pula sesuai dengan konsep teori)
beri referensi

Data Subjektif:
Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional. Kementerian
Pertahanan Australia telah menghubunginya dalam banyak kesempatan dengan tujuan
memperoleh intelijen militernya yang canggih, tetapi ia menolak memberikan informasi ini
sehingga mereka menganiaya dia dan keluarganya dengan berbagai cara: permohonannya untuk
membangun rumah pada tahun 2012 ditolak oleh otoritas setempat; pemerintah telah
menyulitkannya, istri dan putranya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik; dan rekan kerjanya
menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Klien melaporkan
bahwa dia telah bekerja secara normal di tempat kerjanya saat ini selama beberapa bulan,
meskipun dia baru-baru ini mengajukan beberapa keluhan kepada atasannya tentang perlakuan
tidak adil.
Istri pasien percaya bahwa suaminya adalah pria bangsawan dengan bakat luar biasa
yang telah berpartisipasi dalam perencanaan militer untuk perang di Arab Saudi. Dia berpikiran
bahwa keluarganya diperlakukan tidak adil, jadi dia bertindak hati-hati dan berusaha
menghindari bersosialisasi dengan orang lain. Dia percaya bahwa karena kegiatan suaminya,
Polisi Surabaya dan aparat keamanan nasional mengawasi dan mengikutinya, dan ada polisi
yang menyamar di sekitar tempat kerjanya. Dia tidak percaya bahwa suaminya menderita
penyakit mental. Putra dari pasien juga meyakini bahwa perkataan ayahnya dalah benar,
percaya bahwa ayahnya diperlakukan tidak adil di tempat kerja dan bahwa ada masalah dengan
makanan ayahnya di tempat kerja

Data Objektif:
Riwayat gangguan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi
selama 10 tahun, tidak ada perawatan psikiatrik sebelumnya, isi pembicaraan klien tidak sesuai
dengan kenyataan, status mental pasien sadar, berorientasi pada waktu dan tempat pemeriksaan
fisik dan tes laboratorium normal, suasana hati pasien stabil tetapi reaksi emosinya tidak sesuai
dengan isi pidatonya dan lingkungan sekitar, pemikiran sedikit tidak teratur tetapi dia
sepenuhnya koheren, delusi pikiran yang muluk, rendah diri karena merasa dianggap bodoh
oleh orang lain, kecurigaan terhadap orang lain, menghindari bersosialisasi orang lain,
perkelahian fisik dengan orang lain, Tindakan yang menyombongkan diri, sukar berinteraksi
dengan orang lain.
WOC WAHAM

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan


Menurut (Depkes RI, lingkungan
2000) Waham adalah suatu keyakinan
EFEK
klien yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tetapi dipertahankan dan Kerusakan komunikasi verbal
tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari
pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol (Direja, 2011). Perubahan isi pikir CORE
Waham PROBLEM

Tanda dan Gejala


Gg. Konsep diri: Harga diri rendah
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif CAUSA
(perubahan daya ingat) Cara berfikir
magis dan primitif, perhatian, isi Isolasi sosial: Menarik diri
pikir, bentuk, dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme,
sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi Depersonalisasi Gangguan Proses Fikir
dan halusinasi.
3. Fungsi emosi Afek tumpul kurang
respons emosional, afek datar, afek
tidak sesuai, reaksi berlebihan,
ambivalen.
4. Fungsi motorik. Imfulsif gerakan
tiba-tiba dan spontan, manerisme,
stereotipik gerakan yang diulang-
ulang, tidak bertujuan, tidak
dipengaruhi stimulus yang jelas,
katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian. Isolasi
sosial, menarik diri, dan harga diri
rendah.
6. Dalam tatanan keperawatan jiwa
respons neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir:
waham dan PSP: halusinasi.
4. Dari kasus diatas buatlah proses keperawatan mulai dari pengkajian-diagnosa-rencana
intervensi-implementasi

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT: Melati TANGGAL DIRAWAT: 28 Maret 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. B (L/P) Tanggal Pengkajian : 5 April 2021
Umur : 40 Tahun RM No. : 567xxx
Informan : Istri Tn. B

II. ALASAN MASUK


Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Sehat Bahagia di antar oleh polisi setempat dan istrinya, alasan
masuk karena gangguan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi.
Kondisinya saat ini dipicu oleh perkelahian fisik dengan teman-teman sekerjanya yang ia yakini
mengganggunya
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? V Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil
kurang berhasil tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


V
Aniaya fisik
30/40
Aniaya seksual
30

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : 1. Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang
telah :
a. mengubah pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun,
b. berkomunikasi dengan mata-mata Australia ketika 17 tahun,
c. menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan
militer Amerika, dan
d. (baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab Saudi.

3. Klien memiliki riwayat perkelahian fisik dengan teman-teman sekerjanya


yang ia yakni mengganggunya.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronik

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya V Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran

Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Rekan kerja klien menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Klien juga
merasa diperlakukan tidak adil.

Masalah Keperawatan: Harga diri rendah kronik

IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 78 BPM
S : 360C P : 20x/mnt
2. Ukur : TB : 175 cm BB : 65 kg

3. Keluhan fisik : Ya V Tidak

Jelaskan : Pemeriksaan fisik normal


Masalah keperawatan : -

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram
Jelaskan : Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga, Tn. B tinggal
bersama istri dan putranya
Masalah Keperawatan :- _

2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal
internasional. Klien tidak memiliki cacat tubuh.
b. Identitas : Klien adalah seorang pria berusia 40 tahun yang sudah memiliki
istri dan seorang putra berusia 20 tahun
c. Peran : Klien adalah seorang ayah yang bekerja sebagai karyawan pabrik
d. Ideal diri :-
e. Harga diri : Merasa diperlakukan tidak adil di tempat kerja
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran dan Harga diri rendah kronis

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : -
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : -

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : -

Masalah keperawatan : -

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :

b. Kegiatan ibadah :

Masalah Keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan Cara berpakaian tidak
pakaian tidak sesuai seperti biasanya

Jelaskan : Klien berpenampilan secara normal


Masalah Keperawatan : -

2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai


pembicaraan

Jelaskan : Klien mampu berkomunikasi secara normal

Masalah Keperawatan : -

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : Aktivitas motorik klien normal

Masalah Keperawatan : -

4. Alam perasaaan
Sedih Ketakuta Putus Khawatir Gembira berlebihan
n asa

Jelaskan : Suasana hati klien stabil

Masalah Keperawatan : -

5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
V
Jelaskan : Reaksi emosi agak tidak sesuai dengan isi pidato dan lingkungan sekitarnya

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronis

6. lnteraksi selama wawancara


Bermusuha Tidak kooperatif Mudah tersinggung
n

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Pemikirannya sedikit tidak teratur

Masalah Keperawatan : Waham kebesaran

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis


V

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga


V
nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang telah: a) mengubah
pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun; b) berkomunikasi dengan mata-mata Australia ketika ia
berusia 17 tahun; c) menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan militer Amerika; d)
(baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab Saudi.

Masalah Keperawatan : Waham Kebesaran

10. Tingkat kesadaran


bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu orang
m Tempat

Jelaskan : Pada pemeriksaan status mental pasien sadar, sepenuhnya berorientasi pada

waktu dan tempat.

Masalah Keperawatan : -

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : Dia memiliki delusi yang isinya muluk dan riwayat penganiayaan yang

sering terjadi akibat merasa dianggap bodoh oleh orang lain

Masalah Keperawatan : Waham kebesaran dan harga diri rendah kronis

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


mudah beralih tidak mampu Tidak mampu berhitung sederhana
konsentrasi
Jelaskan : IQ/kecerdasan klien normal

Masalah Keperawatan : -

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : IQ/kecerdasan klien normal

Masalah Keperawatan : -

14. Daya tilik diri


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Tidak ada halusinasi atau distorsi persepsi yang jelas

Masalah Keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………
Tidur malam lama : …………………s/d…………………………

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantual total

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya tidak

Mencuci pakaian Ya tidak

9. Kegiatan di luar rumah


Belanja Ya tidak

Transportasi Ya tidak

Lain-lain Ya tidak

Jelaskan :

Masalah Keperawatan :

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih


Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya lainnya :

Masalah Keperawatan :

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

Masalah dengan pendidikan, spesifik

V Masalah dengan pekerjaan, spesifik: Klien merasa mendapat perlakuan tidak adil, rekan kerjanya
menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya.

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik

Masalah lainnya, spesifik

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronik

X. Pengetahuan Kurang Tentang:


V Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya :

Masalah Keperawatan : Waham kebesaran


Analisa Data

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : F20.0 (skizofrenia hebefrenik)

Terapi Medik :
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan

1. Data Subjektif: Faktor psikodinamik Waham


- Mengungkapkan isi waham
yaitu klien meyakini bahwa dia
adalah agen rahasia terkenal
internasional

Data Objektif:
- Isi pikir tidak sesuai realistis
- Bicara berlebihan
2. Data Subjektif: Kurangnya pengakuan dari Harga diri rendah
- Klien merasa mendapatkan orang lain kronis
perlakuan tidak adil di tempat
kerjanya
- Klien merasa dianggap bodoh
oleh orang lain

Data Objektif
-

Diagnosa Keperawatan:
1. Waham
2. Harga diri rendah kronis

Perawat

( Mina )
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. B DX Medis : F20.0 (skizofrenia
hebefrenik)
RM No. : 567xxx Ruangan : Melati

Tgl No. Dx Perencanaan


Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
05/04/ D. 0105 Waham (D. TUM: Manajemen Waham Observasi
Klien secara Setelah 1 kali interaksi (1.09295) - Mengetahui waham
2021 0105) b.d faktor
bertahap mampu status orientasi Observasi: yang
psikodinamik - Monitor waham yang isinya membahayakan diri
berhubungan membaik, dengan
d.d membahayakan diri sendiri, sendiri, orang lain
dengan realita kriteria hasil:
Data Subjektif: orang lain dan lingkungan dan lingkungan.
- Mengungkapk atau kenyataan Status Orientasi (L. Terapeutik Terapeutik
an isi waham 09090) - Hindari memperkuat - Membantu klien
TUK: gagasan waham dalam mengurangi
yaitu klien - Lakukan intervensi gagasan waham
Klien dapat 1. Verbalisasi waham
meyakini pengontrolan perilaku - Membantu dalam
berpikir/berperil menurun
bahwa dia waham pengontrolan
adalah agen aku sesuai 2. Perilaku waham Edukasi perilaku waham
rahasia dengan realita menurun - Anjurkan mengungkapkan pada klien
dan memvalidasi waham Edukasi
terkenal 3. Perilaku sesuai (uji realitas) dengan orang - Membantu untuk
internasional realita membaik yang dipercaya (pemberi memvalidasi waham
asuhan/keluarga) dengan orang yang
Data Objektif: 4. Isi pikiran sesuai - Jelaskan tentang waham dipercaya klien
- Isi pikir tidak realita serta penyakit terkait (mis. - Mengetahui
Delirium, skizofenia, atau mengenai waham
sesuai realistis 5. Pembicaraan depresi), cara mengatasi dan serta penyakit
- Bicara membaik obat yang diberikan terkait, cara
berlebihan Kolaborasi mengatasi dan obat
- Kolaborasi pemberian obat, yang diberikan.
sesuai indikasi Kolaborasi
- Pemberian obat
dapat membantu
mempercepat
pengobatan pasien
05/04/ D. 0086 Harga diri TUM: Setelah 1 kali Promosi harga diri Observasi
2021 rendah kronis (D. Klien mampu interaksi harga diri (1.09308) - Mengetahui
0086) b.d berhubungan klien meningkat, Observasi verbalisasi yang
kurangnya dengan orang dengan kriteria hasil: - Monitor verbalisasi merendahkan
pengakuan dari lain tanpa Harga diri (L. yang merendahkan diri diri klien
orang lain d.d merasa rendah 09069) - Monitor tingkat harga - Mengetahui
Data Subjektif: diri 1. Penilaian diri diri setiap waktu, tingkat harga diri
- Klien merasa positif meningkat sesuai kebutuhan klien
mendapatkan TUK: 2. Penerimaan Terapeutik Terapeutik
perlakuan tidak Klien dapat penilaian positif - Motivasi terlibat - Motivasi positif
adil di tempat mengidentifika terhadap diri verbalisasi positif untuk diri sendiri
kerjanya si aspek positif sendiri untuk diri sendiri dapat
- Klien merasa dan meningkat - Diskusikan pernyataan meningkatkan
dianggap bodoh kemampuan tentang penilaian diri harga diri klien
oleh orang lain yang dimiliki - Diskusikan - Mengetahui
kepercayaan terhadap penilaian klien
Data Objektif penilaian diri tehadap diri
- Edukasi - Mengetahui
- Jelaskan kepada kepercayaan
keluarga pentingnya terhadap
dukungan dalam penilaian diri
perkembangan konsep klien
positif diri pasien Edukasi
- Anjurkan cara - Dukungan
mengatasi bullying keluarga sangat
- Latih berpikir positif berpengaruh
dalam
mempercepat
proses
penyembuhan
- Membantu untuk
mengatasi
bullying yang
dialami klien
secara mandiri
- Berpikir positif
dapat
meningkatkan
harga diri
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. B RM No.: 567xxx

DIAGNOSIS WAKTU TINDAKAN KEPERAWATAN Paraf

Waham (D. 0105) b.d Mina


08.00 - Monitor waham yang isinya membahayakan diri
faktor psikodinamik d.d
sendiri, orang lain dan lingkungan
Data Subjektif:
- Mengungkapkan isi
08.30 - Hindari memperkuat gagasan waham
waham yaitu klien
meyakini bahwa dia 09.00 - Lakukan intervensi pengontrolan perilaku
adalah agen rahasia
09.40 - Anjurkan mengungkapkan dan mevalidasi waham
terkenal internasional
(uji realitas) dengan orang yang dipercaya
(pemberi asuhan/keperawatan)
Data Objektif:
- Isi pikir tidak sesuai 10.10 - Jelaskan tentang waham serta penyakit terkait
realistis (mis.Delirium, skizofernia, atau depresi), cara
Bicara berlebihan mengatasi dan obat yang diberikan
10.45 - Kolaborasi pemberian obat
Harga diri rendah 08.00 - Monitor verbalisasi yang merendahkan diri Mina
kronis (D. 0086) b.d
kurangnya pengakuan dari 08.30 - Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai
orang lain d.d kebutuhan
Data Subjektif:
- Klien merasa 09.00 - Motivasi terlibat verbalisasi positif untuk diri
mendapatkan sendiri
perlakuan tidak adil di
tempat kerjanya 09.30 - Diskusikan pernyataan tentang penilaian diri
- Klien merasa dianggap
bodoh oleh orang lain 10.00 - Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian
diri
Data Objektif
- 10.30 - Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan konsep positif
diri pasien

11.00 - Anjurkan cara mengatasi bullying

11.30 - Latih berpikir positif


5. Buatlah kesimpulan berdasar kasus di atas dan penyelesaian yang telah dikerjakan
a. Kesimpulan:

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pemberian asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses
pikir: waham kebesaran.

1. Tn. B (40 tahun) mengalami mengalami Skizofrenia paranoid (F.20.0) yang


ditandai dengan adanya delusi (waham) dan halusinasi. Adapun kriteria
diagnosik lainnya adalah kekacauan ucapan, tingkah laku dan gejala-gejala
negatif namun tidak dominan.
2. Skizofrenia paranoid adalah penyakit skizofrenia yang ditandai dengan adanya
satu atau lebih waham dengan halusinasi auditorik yang sering muncul.
3. Delusi atau waham adalah kepercayaan yang salah, berdasarkan simpulan yang
salah tentang kenyataan eksternal, yang dipegang teguh meskipun apa yang
diyakini semua orang merupakan bukti-bukti yang jelas dan tak terbantahkan.
4. Berdasarkan pathway atau WOC, sebagai diagnosis utama, yakni Perubahan isi
pikir Waham. Tanda dan gejala waham antara lain gangguan fungsi kognitif,
fungsi persepsi depersonalisasi dan halusinasi , fungsi emosi, fungsi motorik,
dan fungsi sosial kesepian.
5. Dari hasil pengkajian didapatkan data objektif berupa Isi pikir tidak sesuai
realistis, Bicara berlebihan. Sementara data subjektif berupa Mengungkapkan
isi waham yaitu klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal
internasional, Klien merasa mendapatkan perlakuan tidak adil di tempat
kerjanya, Klien merasa dianggap bodoh oleh orang lain.
6. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada Tn. B adalah Waham (D. 0105);
Harga diri rendah kronis (D.0086)
7. Intervensi keperawatan yang dilakukan, yaitu Manajemen Waham (1.09295)
dan Promosi Harga Diri (I.09308).
8. Prognosis skizofrenia paranoid lebih baik dibandingkan tipe-tipe yang lain
karena mempunyai respon yang baik dalam pengobatan.

b. Saran:
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien,
perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya
untuk membina hubungan saling percaya antara Perawat dengan klien dan
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Klien berperan serta secara aktif untuk mendapatkan dorongan dari Perawat
dan keluarga, mampu melaksanakan tugas yang diberikan agar dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada
pemulihan klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena
itu peran sangat penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari
kambuhnya kembali gangguan jiwa pada klien.
4. Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa menciptakan
lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Prakasa, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses Pikir Waham
Dengan Menggunakan Algoritma C4.5 Di RS Atma Husada Mahakam Samarinda.
Borneo Student Researt, 2(1), 1–8.
Ah. Yusuf, dkk.(2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Alhuthail, Y. R. (2009). Timing of Referral to Consultation-liaison Psychiatry. International
Journal of Health Sciences, vol.3 No.2.
Arjunanto, Z. I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA
PARANOID DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI “HALUSINASI
PENDENAGRAN” DI RUANG 23 E RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR
MALANG (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Bagus Hernandi, (2020) PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GODEAN 1. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553
Chung, Janne, Jeffrey Cohen, Gary S. Monroe. (2008). ‘The Effect of Moods on Auditors’
Inventory Valuation Decision’, http://ssrn.com/abstract=1088421
Corsini, R. J. (2016).The dictionary of psychology.Psychology Press.
Fanani, M., Nugroho, I., Setyaningrum, R. H., Septiawan, D., & Machmuroh. (2018). Buku
Pedoman KETERAMPILAN DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK PEMERIKSAAN
PPSIKIATRI. Solo:UNS
Gala, C., Rigatelli, M., Bartolini, C. D., Rupolo, G., Gabrielli, F., & Grassi, L. (1999). A
Multicenter Investigation of Consultation Liaison Psychiatry in Italy. General Hospital
Psychiatry, 310-317
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision
(ICD-10)-2014-WHO Version for ;2014
Jones, Rhonda M., and Rospond, Raylene M. 2009. Patient assessment in pharmacy practice
2. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins terjemahan penilaian nyeri alih bahasa.
D.Lyrawati 2009.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Diunduh pada
https://ml.scribd.com/doc/193913026.
Kementrian Kesehatan RI. (2015).Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional PelayananKedokteran Jiwa.
2015, 1–239.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika, 59-75.
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Maslim Rusdi. (2002). Buku Saku Diagnosis Gangguannya Jiwa. Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atmajaya
Maslow, A. 2004. Psikologi Sains. Terjemahan dari Psychology Science. Jakarta: Taraju.
Nailah Al-Firdausi, F., & Reliani, S. K. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
Tn. N DENGAN WAHAM KEBESARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT JIWA
MENUR (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
PANGANDAHENG, N. D. (2018). PENGALAMAN KELUARGA MERAWAT KLIEN
DENGAN GANGGUAN JIWA (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy Terhadap
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia
Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
10.7454/jki.v18i3.419
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Queen, E., Ifeanyi, O.E. and Chinedum, O.K. 2014.The Effect of Storage on Full Blood Count
in Different Anticoagulant. IOSR-JDMS 13(9): 128-131. e-ISSN:2279-0853, p-ISSN :
2279-0861. Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta :
Alfamedia dan Kanal Medika
Rahayu A. (2018). Skripsi STUDI PENGGUNAAN RISPERIDON PADA PASIEN
SKIZOFRENIA. UMM. http://eprints.umm.ac.id/41857/3/BAB%20II.pdf
RSI Sultan Agung Semarang. (2019). Panduan Praktik Klinis (Ppk) PsikiatriRsIslamSultan
Agung Semarang. diakses pada
http://61.8.75.226/itblog/attachments/article/1399/PPK%20PSIKIATRI%202019.pdf
Rustan, A. S. (2017). Memperbaiki Distorsi Persepsi Interpersonal. KOMUNIDA: Media
Komunikasi dan Dakwah, 7(1), 1-9.
Sadock, B.J & Sadock, V. A (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta:
EGC.
Statistical, T. I., & Problems, R. H. (2019). LESSON Delusional Disorder : Grandiose Type.
Sulthon, M. (2018). PROSES PIKIR (ARUS PIKIR) PADA KLIEN SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK DI RUANG GELATIK DAN KENARI RUMAH SAKIT JIWA
MENUR SURABAYA. Vol. XI.
Stuart, G. W, Keliat, B. A, & Pasaribu, J (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier
Tumanggor, J. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa PadaTn, Y Dengan Masalah Gangguan
Proses Pikir: Waham Kebesaran.
Vita Camellia. Waham Secara Klinik. DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id
Wahyuni, S. A., (2018). BUNUH DIRI PADA SKIZOFRENIA. FK Universitas Udayana.
Warsono. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN SALAH
SATU ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI HALUSINASI DI WILAYAH
KERJAPUSKESMAS WIROBRAJANKOTA YOGYAKARTA. Poltekkes
Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2146/1/HALAMAN.pdf
Yaqin, Moh. Ainul. (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium di RS.Muji Rahayu Surabaya. Jurnal Sains Vol.
5 No.10 (2015). ISSN 2087-0725
LAMPIRAN
Hasil Diskusi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Masalah Keperawatan
Waham Kebesaran

1. Bagaimana cara yang dapat dilakukan perawat dalam menghentikan pikiran pasien
yang terpusat terus menerus terhadap wahamnya? Mungkin seperti strategi khusus di
dalam mengadakan pertemuan dengan pasien. Mohon penjelasannya. (Putri M.
131911133147/Kelompok 7)
Jawaban
Untuk dapat menghentikan atau mengurangi pikiran pasien yang terpusat pada waham
nya kita dapat menjelaskan kepada pasien cara mengendalikan waham dengan orientasi
realita seperti panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan klien,
selain itu kita juga dapat mendiskusikan dan melatih kemampuan positif yang dimiliki
oleh klien seperti mungkin klien suka menggambar, menulis cerita, menyanyi, melukis
dan lain sebagainya. nah kita dapat membantu klien untuk mengembangkan
kemampuan positif tersebut, sehingga pikiran klien tidak lagi hanya berfokus pada
waham nya.

Referensi : Prastika, Y., Mundakir, S. K., & Reliani, S. K. (2014). ASUHAN


KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN WAHAM KEBESARAN DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DI RUANG FLAMBOYAN RS JIWA MENUR
SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).

2. Pada ppt dijelaskan bahwa proses keperawatan intervensi yang diberikan pada
penderita waham salah satunya yaitu kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Lantas
obat apa yang diberikan tersebut? Lalu apakah ada obat tertentu yang termasuk
kontraindikasi untuk penderita waham? Jika ada tolong sebutkan (Neli W.
131911133081/Kelompok 6)
Jawaban
Di dalam kasus masalah yang dialami klien yaitu waham dengan perilaku kekerasan,
delusi dan halusinasi. Menurut sumber yang saya baca, obat yang sesuai dengan
indikasi tersebut adalah obat antipsikotik seperti haloperidol atau clorpromazin
maupun obat sedatif misalnya valium atau lorazepam.
Sedangkan obat yang termasuk kontraindikasi untuk penderita waham kami belum
menemukan obat yang dikontraindikasikan.
Referensi: Kementrian Kesehatan RI. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Jiwa. 2015, 1–239.

3. Berdasarkan studi kasus yang dipaparkan, apakah sang istri dan anaknya memiliki
risiko gangguan kesehatan jiwa pula mengingat mereka meyakini dan membenarkan
apa yang dikatakan sang suami? Jika iya, apakah ada intervensi khusus untuk
pencegahan yang diberikan perawat kepada anggota keluarga pasien tersebut? (Silvy
O. 131911133163/Kelompok 1)
Jawaban
Iya mereka berisiko, dimana orang yang tinggal dan hidup dengan penderita waham
setiap hari juga berinteraksi sehingga meningkatkan risiko terkena gangguan waham.
Namun, pada kasus tersebut istri dan anak dapat mengkontrol pikiran mereka (tidak
berlarut-larut terpikir atas cerita dari suaminya), mereka masih di tahap percaya namun
tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa yang signifikan seperti ayah/suaminya.
Lalu, intervensi khusus yang diberikan perawat terhadap anggota keluarga penderita
waham yaitu dengan memberikan edukasi dengan sabar karena menyadarkan kembali
pikiran yang terpengaruh oleh orang lain membutuhkam waktu yang cukup lama. Pada
awalnyai istri dan anaknya akan percaya atas apa yang dialami dan diceritakan oleh
suaminya. Ketika dibawah ke RS dan suaminya di diagnosis gangguan waham,
perawat dapat memberikan edukasi dan penyadaran kepada istri dan anak tersebut.
Pada awal pemberian edukasi, mereka pasti masih belum percaya dengan yang
dikatakan perawat namun perawat harus tetap sabar memberikan edukasi dan
penyadaran bahwa yang dialami suaminya itu delusi/khayalannya saja dengan perawat
menunjukkan perilaku-perilaku pasien yang tidak normal kepada si istri dan anak,
mereka akan mengamati dan sadar dengan sendirinya bahwa si suami tersebut
mengalami gangguan sehingga istri dan anak tersebut tidak berlarut-larut percaya serta
terhindar dari gangguan waham.

Referensi : Sulistiyowati, O., dkk. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kristal Batu Saluran Kemihdi Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo
Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai