Dosen Pengampu :
Oleh:
Kelompok 8 Kelas A1 2019
Mina Imroatus Sholihah 131911133001
Intan Sulistyorini 131911133002
Citra Hadiah Ning Alsi 131911133003
Irena Nazwa Humairoh 131911133004
Devi Putri Widyastutik 131911133150
Khoirunnisa Suhandarini 131911133151
Wanda Marita Cantika Samosir 131911133153
Tn B (40 tahun) merupakan seorang karyawan pabrik yang memiliki riwayat gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi selama 10 tahun. Hari ini merupakan hari ke 7 klien
MRS di RSJ Sehat bahagia, saat dikaji klien mengaku bahwa kondisinya saat ini dipicu oleh
perkelahian fisik dengan teman-teman sekerjanya yang ia yakini mengganggunya. Polisi setempat
dipanggil dan mereka membawa klien yang ditemani istrinya ke rumah sakit jiwa untuk dievaluasi.
Berdasarkan laporan klien sendiri dan informasi dari istrinya, mulai tahun 2010 (ketika dia
berusia 30 tahun) klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang telah: a)
mengubah pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun; b) berkomunikasi dengan mata-mata
Australia ketika ia berusia 17 tahun; c) menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan
militer Amerika; dan d) (baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab saudi. Badan
Intelijen di Australia dan Badan Intelijen Pusat AS diam-diam melindunginya dan telah melakukan
pembayaran bulanan ke rekeningnya di Bank Indonesia, yang sekarang berjumlah lebih dari 1 triliun
rupiah. Kementerian Pertahanan Australia telah menghubunginya dalam banyak kesempatan dengan
tujuan memperoleh intelijen militernya yang canggih, tetapi ia menolak memberikan informasi ini
sehingga mereka menganiaya dia dan keluarganya dengan berbagai cara: permohonannya untuk
membangun rumah pada tahun 2012 ditolak oleh otoritas setempat; pemerintah telah menyulitkannya,
istri dan putranya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik; dan rekan kerjanya menghambat
kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Selama bertahun-tahun ia sering
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Dia melaporkan bahwa dia telah bekerja secara normal
di tempat kerjanya saat ini selama beberapa bulan, meskipun dia baru-baru ini mengajukan beberapa
keluhan kepada atasannya tentang perlakuan tidak adil.
Tidak ada riwayat perawatan psikiatrik sebelumnya dan tidak ada riwayat gangguan jiwa
dalam keluarga. Pemeriksaan fisik dan tes laboratorium rutin normal. Pada pemeriksaan status mental
pasien sadar, sepenuhnya berorientasi pada waktu dan tempat, mampu berkomunikasi secara normal,
dan IQ/kecerdasan normal. Tidak ada halusinasi atau distorsi persepsi yang jelas. Suasana hatinya stabil
tetapi reaksi emosinya agak tidak sesuai dengan isi pidatonya dan lingkungan sekitarnya. Pemikirannya
sedikit tidak teratur tetapi dia sepenuhnya koheren. Dia memiliki delusi yang isinya muluk dan riwayat
penganiayaan yang sering terjadi akibat merasa dianggap bodoh oleh orang lain. Klien didiagnosa
F20.0
Istri klien berusia 38 tahun yang merupakan buruh cuci baju dengan tingkat pendidikan SD.
Istri pasien adalah pencuci piring berusia 48 tahun dengan pendidikan sekolah dasar. Dia percaya
bahwa suaminya adalah pria bangsawan dengan bakat luar biasa yang telah berpartisipasi dalam
perencanaan militer untuk perang di Arab Saudi. Dia berpikiran bahwa keluarganya diperlakukan tidak
adil, jadi dia bertindak hati-hati dan berusaha menghindari bersosialisasi dengan orang lain. Dia
percaya bahwa karena kegiatan suaminya, Polisi Surabaya dan aparat keamanan nasional mengawasi
dan mengikutinya, dan ada polisi yang menyamar di sekitar tempat kerjanya. Dia tidak percaya bahwa
suaminya menderita penyakit mental.
Putra Tn B adalah pekerja pabrik berusia 20 tahun dengan pendidikan SMP yang datang ke
rumah sakit dua hari setelah ayahnya dirawat. Dia belum menikah dan masih tinggal bersama orang
tuanya. Dia melaporkan bahwa sejak kecil dan seterusnya dia tahu tentang prestasi luar biasa ayahnya
dan menyatakan bahwa semua yang dikatakan ayahnya adalah benar. Dia melaporkan beberapa episode
di mana dia merasa diikuti dan dilindungi oleh orang-orang misterius dalam perjalanan pulang dari
sekolah. Ketika di sekolah menengah, ia pernah mendapati bahwa seseorang telah menggunakan
namanya untuk berpura-pura sebagai orang penting, tetapi orang itu berhenti setelah diperingatkan.
Putranya terlibat aktif dalam petisi ayahnya pada 2012 untuk membangun rumah dan menganggap
haknya dan keluarganya telah dilanggar, jadi dia membuat petisi tentang hal ini kepada kantor berita di
jakarta. Dia sangat percaya bahwa ayahnya diperlakukan tidak adil di tempat kerja dan bahwa ada
masalah dengan makanan ayahnya di tempat kerja. Dia berpikir bahwa perkelahian di tempat kerja
dapat dimengerti karena rekan kerja telah membuat masalah.
JAWABAN
1. Mohon garis bawahi kata-kata penting pada kasus di atas
a. Delusi
b. Halusinasi
c. Perilaku kekerasan
d. Riwayat perawatan psikiatrik
e. Diagnose F.20.0
f. Distorsi persepsi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat gangguan jiwa
i. Tes laboratorium
j. Pemeriksaan status mental
k. Berorientasi pada waktu dan tempat
l. Suasana hatinya
m. Reaksi emosinya
n. Pemikirannya sedikit tidak teratur
o. Koheren
p. Delusi yang isinya muluk
q. Episode
Pemeriksaan fisik merupakan bagian dari pengkajian sebelum dokter maupun perawat
menentukan diagnosa medis atau diagnosa keperawatan. Pemeriksan fisik merupakan
pemeriksaan tubuh untuk menemukan kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh
dengan empat metode yaitu melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan
mendengarkan atau auskultasi (Raylene M Rospond, 2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan
fisik head to toe perlu dilakukan dengan benar karena hasil pemeriksaan fisik dapat
dijadikan dasar bagi perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang selanjutnya
sebagai dasar asuhan keperawatan.
Secara fisik, waham dapat terjadi pada individu dengan status sosial dan ekonomi
terbatas. Klien merasa menderita. Klien bisa saja melakukan kompensasi yang salah karena
adanya kesenjangan antara kenyataan dengan apa yang diharapkan.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan waham yaitu dengan mengukur
dan mengobservasi tanda-tanda vital (Kementrian Kesehatan RI, 2015):
1. Tekanan darah (TD)
2. Nadi
3. Suhu
4. Pernafasan
5. Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan (BMI), kalau perlu kaji fungsi organ
kalau ada keluhan.
Manifestasi klinis yang dapat muncul pada fisik klien yang menderita waham menurut
(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015) antara lain:
1. Kebersihan kurang
2. Wajah pucat
3. Sering menguap
4. Berat badan menurun
5. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur
h. Riwayat Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa merupakan masalah klinis dan sosial yang harus segera diatasi karena
merupakan salah satu bentuk penyimpangan perilaku. Gangguan atau masalah kesehatan
jiwa yang berupa proses pikir maupun gangguan persepsi sensori yang sering terjadi adalah
halusinasi. Masalah gangguan jiwa semakin meningkat, ini dipengaruhi oleh pola perilaku
atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan distress, disfungsi, dan
menurunkan kualitas kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan
sebagai akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, Keliat &
Pasaribu, 2016). Berdasarkan kasus tersebut klien memiliki riwayat gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi selama 10 tahun.
i. Tes laboratorium
Menurut KEMENKES RI No HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Jiwa pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada diagnosis
Skizofrenia salah satunya adalah pemeriksaan laboratorium, darah tepi lengkap, fungsi liver,
profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu. (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
Pada penderita skizofrenia paranoid (F20.0) hasil laboratorium darah lengkap
didapatkan adanya peningkatan pada SGOT dan SGPT.
Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) adalah enzim yang biasanya
ditemukan pada organ hati (liver), jantung, ginjal, hingga otak. Sementara itu, Serum
Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) adalah enzim yang paling banyak dijumpai dalam
liver. Pada kasus tersebut hasil tes laboratorium klien normal.
j. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang menggambarkan
tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat
wawancara, yang meliputi penampilan, pembicaraan, tindakan, persepsi dan pikiran selama
wawancara (Fanani, M., Nugroho, I., Setyaningrum, R. H., Septiawan, D., & Machmuroh,
2017).
C. Sikap terhadap pemeriksa (bekerja sama, Mengamati dan merasakan sikap dan jawaban
bersahabat, menggoda, apatis, pasien saat wawancara psikiatrik
bermusuhan, merendahkan, dll.)
A. Mood (adalah emosi yang meresap dan Menanyakan tentang suasana perasaan pasien.
dengan depresi, kecewa, mudah marah, “Apakah anda merasa sedih ?” (pertanyaan
dsb.)
B. Afek (adalah respon emosional pasien Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan
yang tampak, digambarkan sebagai nada suara, gerakan tangan, dan pergerakan
dan datar)
(halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi) pernah atau sedang dirasakan oleh pasien.
“Apakah anda pernah mendengar suara atau
bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh
orang lain?
“Apakah anda dapat atau pernah melihat
sesuatu yang tampaknya tidak dilihat orang
lain?
V. Pikiran Menanyakan sesuatu permasalahan untuk
A.Proses atau bentuk pikiran (termasuk menilai bentuk dan isi pikiran pasien.
disini realistik, nonrealistik, autistik, Waham kejar : “Apakah anda merasa
irasional, dll.) orangorang memata-matai anda?”
B.Isi pikiran (termasuk waham,preokupasi, Waham cemburu : “Apakah anda takut
obsesi, fobia, dsb.) pasangan anda tidak jujur? bukti apa yang
anda miliki?”
Waham bersalah : “Apakah anda merasa
bahwa anda telah melakukan kesalahan yang
berat?” Apakah anda merasa pantas mendapat
hukuman?”
“Apakah anda merasa pikiran anda disiarkan
sehingga orang lain dapat mendengarnya?”
(waham siar pikir).
“Apakah anda merasa pikiran atau kepala
anda telah dimasuki oleh kekuatan atau
sumber lain di luar?” (waham sisip pikir)
“Apakah anda merasa bahwa pikiran anda
telah diambil oleh kekuatan atau orang lain?”
(waham penarikan pikiran)
VI.Sensorium dan kognitif
A. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran Pengamatan dan pemeriksaan secara objektif
(sadar, pengaburan, somnolen, stupor, (kuantitatif dengan glasgow coma scale)
koma, letargi, keadaan fugue/ fugue state)
B. Orientasi (terhadap waktu, tempat, orang Menanyakan tentang waktu, tempat, orang
dan situasi) dan situasi. “Sekarang hari apa? tanggal,
siang/malam? jam berapa sekarang? Di mana
kita saat ini?kerjanya apa?”
“Siapa yang mengantar/ menunggui anda?
anda kenal mereka ?”
“Bagaimana suasana saat ini? ramai?”
E. Kapasitas membaca dan menulis Pasien diminta membaca dan mengikuti apa
yang diperintahkan serta menulis kalimat
sederhana tapi lengkap.
G. Pikiran abstrak
Menanyakan arti peribahasa sederhana,
persamaan dan perbedaan benda.
0 : Inadequate information.
Berdasarkan hasil pemeriksaan status mental klien berorientasi pada waktu dan tempat
artinya klien memiliki tingkat kesadaran yang baik karena dapat menyebutkan hari,
tanggal, bulan, serta tempat.
l. Suasana hati
Suasana hati (mood) memiliki hubungan dengan pengambilan informasi yaitu individu
yang memiliki suasana hati yang positif akan mengambil informasi positif dari memori dan
akan mengarahkan pada evaluasi yang positif, dan begitu pula sebaliknya, individu dengan
suasana hati yang negatif akan mengarahkan pada evaluasi yang negatif pula (Clore et al.
1994 dalam Chung et al. 2008, Isen et al. 1985 dalam Rokhmania, 2008, dan Forgas dan
Bower, 1987 dalam Chung et al. 2008). Teori pengelolaan suasana hati (mood) menyatakan
bahwa individu dengan suasana hati yang positif akan tertarik dalam mengelola suasana hati
yang positif, sedangkan individu dengan suasana hati yang negatif tertarik untuk
memperbaiki suasana hatinya (Chung et al. 2008). Pada penderita waham akan mudah
mengalami perubahan suasana perasaan yang bermakna berupa depresi atau elasi (manik,
hipomanik), dan biasanya disertai perubahan pada seluruh tingkat aktivitasnya.
m. Reaksi Emosi
Emosi seseorang menurut Mappiare (1982) mengatakan bahwa emosi sudah ada dan
berkembang semenjak ia bergaul dengan lingkungan. Timbulnya emosi merupakan produk
pengamatan dari pengalaman individu secara unik dengan benda-benda fisik lingkungannya,
dan orang lain dalam keluarga, serta pergaulan sosial yang lebih luas. Sebagai produk dari
lingkungan yang juga berkembang, maka emosi juga turut berkembang.
Penelitian berpendapat bahwa seseorang yang mengalami gangguan proses pikir waham
adalah orang yang memiliki masalah pada kejiwaannya dan faktor yang paling kuat dalam
terjadinya masalah gangguan proses pikir waham adalah masalah emosi (Abi Prakasa,
2020).
n. Pemikiran tidak teratur
Pemikiran tidak teratur (formal thought disorder) biasanya disimpulkan dari
pembicaraan seseorang. seseorang dapat beralih dari satu topik ke topik lainnya (diluar jalur
pembicaraan atau asosiasi longgar). Jawaban atas pertanyaan mungkin terkait namun
berputar-putar atau sama sekali tidak terkait (tangensial). Jarang, ucapan mungkin sangat
tidak terorganisir sehingga hampir tidak bisa dipahami dan menyerupai afasia sensorik
dalam disorganisasi linguistiknya (inkoherensi atau "word salad") (Wahyuni, S. A., (2018).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat meningkatkan fungsi
perilaku, pasien perlu dikembalikan pada realita bahwa hal-hal yang dikemukakan tidak
berdasarkan fakta dan belum dapat diterima orang lain dengan tidak mendukung ataupun
membantah waham (Keliat, Hamid, Putri Daulima, 2019; Patton, 2006). Tidak jarang dalam
proses ini pasien mendapatkan konfrontasi dari lingkungan terkait pemikiran dan
keyakinannya yang tidak realistis. Pada kasus tersebut klien mengalami pemikirannya
sedikit tidak teratur menunjukkan pembicaran klien dapat beralih dari satu tempat ke tempat
yang lainnya.
o. Koheren
Pada kasus waham diatas proses pikir klien tidak memiliki gangguan. Proses pikir (arus
pikir) inkoheren dimana klien mengalami gangguan pada pikirannya sehingga berdampak
pada pola komunikasi/pembicaraan yang buruk dan kacau. Menurut Kaplan dan Sadock
(2010), klien skizofrenia hebefrenik biasanya mengalami gangguan proses pikir (arus pikir)
yang menyangkut bagaimana suatu ide dan bahasa dirumuskan. Pola komunikasi yang
inkoherensi dapat menimbulkan masalah sosial yang dapat memperburuk/memperparah
kondisi klien skizofrenia hebefrenik jika gangguan pola komunikasi tersebut tidak diketahui
dan dipahami oleh orang di sekitar klien (Kaplan dan Sadock, 2010).
p. Delusi isinya muluk
Delusi paranoid biasanya bersifat penganiayaan atau muluk/besar-besaran, tapi khayalan
lainnya bisa terjadi. Sering kali, halusinasi yang dialami individu berkaitan dengan sifat
delusinya. Seiring dengan ciri-ciri ini, individu mungkin memiliki rasa curiga dan mungkin
tampak tegang, dijaga, dan dilindungi pada titik ketidakjelasan atau bahkan mutisme (sifat
bisu) (Rahayu, A., 2018).
Delusi muluk juga dikenal sebagai delusi keagungan merupakan keyakinan diri yang
terlalu dilebih-lebihkan kepentingan, kekuasaan, kekayaan, atau misi pribadi dalam hidup.
Kesalahpahaman bahwa diri sendiri lebih penting daripada yang sebenarnya, sering kali
dimanifestasikan dalam keyakinan bahwa seseorang itu terkenal. Juga dikenal sebagai delusi
ekspansif, delusi muluk, gagasan muluk, megalomania. (Corsini, 2016).
Delusi muluk sering kali memiliki fungsi yang sangat positif bagi orang tersebut dengan
mempertahankan atau meningkatkannya harga diri. Akibatnya, penting untuk
mempertimbangkan apa konsekuensi dari menghilangkan delusi muluk-muluk pada harga
diri ketika mencoba mengubah khayalan muluk dalam terapi. Dalam banyak contoh
kemegahan, lebih cocok untuk menggunakan pecahan daripada modifikasi total, yang
memungkinkan unsur-unsur khayalan yang menjadi pusat harga diri dipertahankan. Pada
kasus, Tn. B yang percaya bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional
memperoleh rasa harga diri dan tujuan yang besar dari keyakinan ini, sehingga sampai rasa
harga diri ini dapat diberikan dari tempat lain, sebaiknya jangan mencoba modifikasi.
(Corsini, 2016).
Secara khusus, delusi muluk sering ditemukan di skizofrenia paranoid, di mana
seseorang memiliki perasaan yang sangat berlebihan tentang signifikansi, kepribadian,
pengetahuan, atau otoritasnya. Hal ini berkaitan dengan Tn. B yang didiagnosa F20.0.
Skizofrenia yang terjadi pada seseorang dapat memunculkan salah satu atau beberapa
dari gejala yang mungkin muncul pada penderita salah satunya adalah delusi atau waham.
Waham kebesaran merupakan keyakinan individu bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. (Tumanggor,
2021).
q. Episode
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama,
dan sebagai konsekuensinya, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/Menkes/73/2015).
a. Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, kalau dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif atau iritabel. Pasien memiki secara menetap tiga atau lebih gejala
berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel), yaitu
1. Grandiositas atau percaya diri berlebihan
2. Berkurangnya kebutuhan tidur
3. Pembicaraan yang cepat dan banyak
4. Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
5. Perhatian mudah teralih
6. Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
7. Meningkatnya aktivitas bertujuan ( sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
8. Tindakan-tindakan sembrono (mengebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang
matang)
Tidak ada gambaran psikotik, tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu
fungsi personal dan sosial, pekerjaan. Seringkali dilupakan pasien, tetapi dikenali oleh
keluarga (RSI Sultan Agung Semarang, 2019).
3. Buatlah web of caution dari kasus di atas (tambahkan pula sesuai dengan konsep teori)
beri referensi
Data Subjektif:
Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional. Kementerian
Pertahanan Australia telah menghubunginya dalam banyak kesempatan dengan tujuan
memperoleh intelijen militernya yang canggih, tetapi ia menolak memberikan informasi ini
sehingga mereka menganiaya dia dan keluarganya dengan berbagai cara: permohonannya untuk
membangun rumah pada tahun 2012 ditolak oleh otoritas setempat; pemerintah telah
menyulitkannya, istri dan putranya untuk mendapatkan pekerjaan yang baik; dan rekan kerjanya
menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Klien melaporkan
bahwa dia telah bekerja secara normal di tempat kerjanya saat ini selama beberapa bulan,
meskipun dia baru-baru ini mengajukan beberapa keluhan kepada atasannya tentang perlakuan
tidak adil.
Istri pasien percaya bahwa suaminya adalah pria bangsawan dengan bakat luar biasa
yang telah berpartisipasi dalam perencanaan militer untuk perang di Arab Saudi. Dia berpikiran
bahwa keluarganya diperlakukan tidak adil, jadi dia bertindak hati-hati dan berusaha
menghindari bersosialisasi dengan orang lain. Dia percaya bahwa karena kegiatan suaminya,
Polisi Surabaya dan aparat keamanan nasional mengawasi dan mengikutinya, dan ada polisi
yang menyamar di sekitar tempat kerjanya. Dia tidak percaya bahwa suaminya menderita
penyakit mental. Putra dari pasien juga meyakini bahwa perkataan ayahnya dalah benar,
percaya bahwa ayahnya diperlakukan tidak adil di tempat kerja dan bahwa ada masalah dengan
makanan ayahnya di tempat kerja
Data Objektif:
Riwayat gangguan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan, delusi dan halusinasi
selama 10 tahun, tidak ada perawatan psikiatrik sebelumnya, isi pembicaraan klien tidak sesuai
dengan kenyataan, status mental pasien sadar, berorientasi pada waktu dan tempat pemeriksaan
fisik dan tes laboratorium normal, suasana hati pasien stabil tetapi reaksi emosinya tidak sesuai
dengan isi pidatonya dan lingkungan sekitar, pemikiran sedikit tidak teratur tetapi dia
sepenuhnya koheren, delusi pikiran yang muluk, rendah diri karena merasa dianggap bodoh
oleh orang lain, kecurigaan terhadap orang lain, menghindari bersosialisasi orang lain,
perkelahian fisik dengan orang lain, Tindakan yang menyombongkan diri, sukar berinteraksi
dengan orang lain.
WOC WAHAM
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. B (L/P) Tanggal Pengkajian : 5 April 2021
Umur : 40 Tahun RM No. : 567xxx
Informan : Istri Tn. B
Penolakan
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : 1. Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang
telah :
a. mengubah pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun,
b. berkomunikasi dengan mata-mata Australia ketika 17 tahun,
c. menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan
militer Amerika, dan
d. (baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab Saudi.
Masalah Keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Rekan kerja klien menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya. Klien juga
merasa diperlakukan tidak adil.
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N : 78 BPM
S : 360C P : 20x/mnt
2. Ukur : TB : 175 cm BB : 65 kg
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga, Tn. B tinggal
bersama istri dan putranya
Masalah Keperawatan :- _
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal
internasional. Klien tidak memiliki cacat tubuh.
b. Identitas : Klien adalah seorang pria berusia 40 tahun yang sudah memiliki
istri dan seorang putra berusia 20 tahun
c. Peran : Klien adalah seorang ayah yang bekerja sebagai karyawan pabrik
d. Ideal diri :-
e. Harga diri : Merasa diperlakukan tidak adil di tempat kerja
Masalah Keperawatan : Waham kebesaran dan Harga diri rendah kronis
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : -
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : -
Masalah keperawatan : -
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
b. Kegiatan ibadah :
Masalah Keperawatan
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan Cara berpakaian tidak
pakaian tidak sesuai seperti biasanya
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Masalah Keperawatan : -
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakuta Putus Khawatir Gembira berlebihan
n asa
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
V
Jelaskan : Reaksi emosi agak tidak sesuai dengan isi pidato dan lingkungan sekitarnya
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
9. Isi Pikir
Waham
Jelaskan : Klien meyakini bahwa dia adalah agen rahasia terkenal internasional yang telah: a) mengubah
pemikiran militer global ketika dia berusia 8 tahun; b) berkomunikasi dengan mata-mata Australia ketika ia
berusia 17 tahun; c) menggunakan kekuatan mentalnya untuk mengarahkan pasukan militer Amerika; d)
(baru-baru ini) sendirian mengoordinasi pembebasan di Arab Saudi.
Disorientasi
waktu orang
m Tempat
Jelaskan : Pada pemeriksaan status mental pasien sadar, sepenuhnya berorientasi pada
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
Jelaskan : Dia memiliki delusi yang isinya muluk dan riwayat penganiayaan yang
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan : -
Masalah Keperawatan : -
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Adaptif Maladaptif
Lainnya lainnya :
Masalah Keperawatan :
V Masalah dengan pekerjaan, spesifik: Klien merasa mendapat perlakuan tidak adil, rekan kerjanya
menghambat kegiatannya di tempat kerja dan bahkan meracuni makanannya.
Koping obat-obatan
Lainnya :
Terapi Medik :
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Data Objektif:
- Isi pikir tidak sesuai realistis
- Bicara berlebihan
2. Data Subjektif: Kurangnya pengakuan dari Harga diri rendah
- Klien merasa mendapatkan orang lain kronis
perlakuan tidak adil di tempat
kerjanya
- Klien merasa dianggap bodoh
oleh orang lain
Data Objektif
-
Diagnosa Keperawatan:
1. Waham
2. Harga diri rendah kronis
Perawat
( Mina )
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. B DX Medis : F20.0 (skizofrenia
hebefrenik)
RM No. : 567xxx Ruangan : Melati
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pemberian asuhan
keperawatan pada klien skizofrenia dengan masalah keperawatan perubahan proses
pikir: waham kebesaran.
b. Saran:
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien,
perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya
untuk membina hubungan saling percaya antara Perawat dengan klien dan
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Klien berperan serta secara aktif untuk mendapatkan dorongan dari Perawat
dan keluarga, mampu melaksanakan tugas yang diberikan agar dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Keluarga merupakan salah satu elemen yang sangat berpengaruh pada
pemulihan klien dirumah setelah diijinkan pulang dari rumah sakit oleh karena
itu peran sangat penting dalam perawatan klien dirumah untuk menghindari
kambuhnya kembali gangguan jiwa pada klien.
4. Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas dan senatiasa menciptakan
lingkungan yang terapeutik guna mempercepat penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Prakasa, M. (2020). Analisis Rekam Medis Pasien Gangguan Proses Pikir Waham
Dengan Menggunakan Algoritma C4.5 Di RS Atma Husada Mahakam Samarinda.
Borneo Student Researt, 2(1), 1–8.
Ah. Yusuf, dkk.(2014). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Alhuthail, Y. R. (2009). Timing of Referral to Consultation-liaison Psychiatry. International
Journal of Health Sciences, vol.3 No.2.
Arjunanto, Z. I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN SKIZOFRENIA
PARANOID DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI “HALUSINASI
PENDENAGRAN” DI RUANG 23 E RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR
MALANG (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Bagus Hernandi, (2020) PENERAPAN AKTIVITAS TERJADWAL PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN HALUSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GODEAN 1. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Bell, V., Raihani, N., & Wilkinson, S. (2019). De-Rationalising Delusions. 1–34.
https://doi.org/10.1177/2167702620951553
Chung, Janne, Jeffrey Cohen, Gary S. Monroe. (2008). ‘The Effect of Moods on Auditors’
Inventory Valuation Decision’, http://ssrn.com/abstract=1088421
Corsini, R. J. (2016).The dictionary of psychology.Psychology Press.
Fanani, M., Nugroho, I., Setyaningrum, R. H., Septiawan, D., & Machmuroh. (2018). Buku
Pedoman KETERAMPILAN DIAGNOSTIK DAN TERAPEUTIK PEMERIKSAAN
PPSIKIATRI. Solo:UNS
Gala, C., Rigatelli, M., Bartolini, C. D., Rupolo, G., Gabrielli, F., & Grassi, L. (1999). A
Multicenter Investigation of Consultation Liaison Psychiatry in Italy. General Hospital
Psychiatry, 310-317
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems 10th Revision
(ICD-10)-2014-WHO Version for ;2014
Jones, Rhonda M., and Rospond, Raylene M. 2009. Patient assessment in pharmacy practice
2. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins terjemahan penilaian nyeri alih bahasa.
D.Lyrawati 2009.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Diunduh pada
https://ml.scribd.com/doc/193913026.
Kementrian Kesehatan RI. (2015).Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional PelayananKedokteran Jiwa.
2015, 1–239.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika, 59-75.
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Maslim Rusdi. (2002). Buku Saku Diagnosis Gangguannya Jiwa. Bag. Ilmu Kedokteran Jiwa
FK-Unika Atmajaya
Maslow, A. 2004. Psikologi Sains. Terjemahan dari Psychology Science. Jakarta: Taraju.
Nailah Al-Firdausi, F., & Reliani, S. K. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA
Tn. N DENGAN WAHAM KEBESARAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
SKIZOFRENIA PARANOID DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT JIWA
MENUR (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
PANGANDAHENG, N. D. (2018). PENGALAMAN KELUARGA MERAWAT KLIEN
DENGAN GANGGUAN JIWA (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy Terhadap
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia
Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(3), 157-166.
10.7454/jki.v18i3.419
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Queen, E., Ifeanyi, O.E. and Chinedum, O.K. 2014.The Effect of Storage on Full Blood Count
in Different Anticoagulant. IOSR-JDMS 13(9): 128-131. e-ISSN:2279-0853, p-ISSN :
2279-0861. Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta :
Alfamedia dan Kanal Medika
Rahayu A. (2018). Skripsi STUDI PENGGUNAAN RISPERIDON PADA PASIEN
SKIZOFRENIA. UMM. http://eprints.umm.ac.id/41857/3/BAB%20II.pdf
RSI Sultan Agung Semarang. (2019). Panduan Praktik Klinis (Ppk) PsikiatriRsIslamSultan
Agung Semarang. diakses pada
http://61.8.75.226/itblog/attachments/article/1399/PPK%20PSIKIATRI%202019.pdf
Rustan, A. S. (2017). Memperbaiki Distorsi Persepsi Interpersonal. KOMUNIDA: Media
Komunikasi dan Dakwah, 7(1), 1-9.
Sadock, B.J & Sadock, V. A (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta:
EGC.
Statistical, T. I., & Problems, R. H. (2019). LESSON Delusional Disorder : Grandiose Type.
Sulthon, M. (2018). PROSES PIKIR (ARUS PIKIR) PADA KLIEN SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK DI RUANG GELATIK DAN KENARI RUMAH SAKIT JIWA
MENUR SURABAYA. Vol. XI.
Stuart, G. W, Keliat, B. A, & Pasaribu, J (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Edisi Indonesia. Singapore: Elsevier
Tumanggor, J. A. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa PadaTn, Y Dengan Masalah Gangguan
Proses Pikir: Waham Kebesaran.
Vita Camellia. Waham Secara Klinik. DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RSUP. H. ADAM MALIK
MEDAN. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id
Wahyuni, S. A., (2018). BUNUH DIRI PADA SKIZOFRENIA. FK Universitas Udayana.
Warsono. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. S DENGAN SALAH
SATU ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI HALUSINASI DI WILAYAH
KERJAPUSKESMAS WIROBRAJANKOTA YOGYAKARTA. Poltekkes
Yogyakarta. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2146/1/HALAMAN.pdf
Yaqin, Moh. Ainul. (2015). Analisis Tahap Pemeriksaan Pra Analitik sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Hasil Laboratorium di RS.Muji Rahayu Surabaya. Jurnal Sains Vol.
5 No.10 (2015). ISSN 2087-0725
LAMPIRAN
Hasil Diskusi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Masalah Keperawatan
Waham Kebesaran
1. Bagaimana cara yang dapat dilakukan perawat dalam menghentikan pikiran pasien
yang terpusat terus menerus terhadap wahamnya? Mungkin seperti strategi khusus di
dalam mengadakan pertemuan dengan pasien. Mohon penjelasannya. (Putri M.
131911133147/Kelompok 7)
Jawaban
Untuk dapat menghentikan atau mengurangi pikiran pasien yang terpusat pada waham
nya kita dapat menjelaskan kepada pasien cara mengendalikan waham dengan orientasi
realita seperti panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan klien,
selain itu kita juga dapat mendiskusikan dan melatih kemampuan positif yang dimiliki
oleh klien seperti mungkin klien suka menggambar, menulis cerita, menyanyi, melukis
dan lain sebagainya. nah kita dapat membantu klien untuk mengembangkan
kemampuan positif tersebut, sehingga pikiran klien tidak lagi hanya berfokus pada
waham nya.
2. Pada ppt dijelaskan bahwa proses keperawatan intervensi yang diberikan pada
penderita waham salah satunya yaitu kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Lantas
obat apa yang diberikan tersebut? Lalu apakah ada obat tertentu yang termasuk
kontraindikasi untuk penderita waham? Jika ada tolong sebutkan (Neli W.
131911133081/Kelompok 6)
Jawaban
Di dalam kasus masalah yang dialami klien yaitu waham dengan perilaku kekerasan,
delusi dan halusinasi. Menurut sumber yang saya baca, obat yang sesuai dengan
indikasi tersebut adalah obat antipsikotik seperti haloperidol atau clorpromazin
maupun obat sedatif misalnya valium atau lorazepam.
Sedangkan obat yang termasuk kontraindikasi untuk penderita waham kami belum
menemukan obat yang dikontraindikasikan.
Referensi: Kementrian Kesehatan RI. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Jiwa. 2015, 1–239.
3. Berdasarkan studi kasus yang dipaparkan, apakah sang istri dan anaknya memiliki
risiko gangguan kesehatan jiwa pula mengingat mereka meyakini dan membenarkan
apa yang dikatakan sang suami? Jika iya, apakah ada intervensi khusus untuk
pencegahan yang diberikan perawat kepada anggota keluarga pasien tersebut? (Silvy
O. 131911133163/Kelompok 1)
Jawaban
Iya mereka berisiko, dimana orang yang tinggal dan hidup dengan penderita waham
setiap hari juga berinteraksi sehingga meningkatkan risiko terkena gangguan waham.
Namun, pada kasus tersebut istri dan anak dapat mengkontrol pikiran mereka (tidak
berlarut-larut terpikir atas cerita dari suaminya), mereka masih di tahap percaya namun
tidak menunjukkan gejala gangguan jiwa yang signifikan seperti ayah/suaminya.
Lalu, intervensi khusus yang diberikan perawat terhadap anggota keluarga penderita
waham yaitu dengan memberikan edukasi dengan sabar karena menyadarkan kembali
pikiran yang terpengaruh oleh orang lain membutuhkam waktu yang cukup lama. Pada
awalnyai istri dan anaknya akan percaya atas apa yang dialami dan diceritakan oleh
suaminya. Ketika dibawah ke RS dan suaminya di diagnosis gangguan waham,
perawat dapat memberikan edukasi dan penyadaran kepada istri dan anak tersebut.
Pada awal pemberian edukasi, mereka pasti masih belum percaya dengan yang
dikatakan perawat namun perawat harus tetap sabar memberikan edukasi dan
penyadaran bahwa yang dialami suaminya itu delusi/khayalannya saja dengan perawat
menunjukkan perilaku-perilaku pasien yang tidak normal kepada si istri dan anak,
mereka akan mengamati dan sadar dengan sendirinya bahwa si suami tersebut
mengalami gangguan sehingga istri dan anak tersebut tidak berlarut-larut percaya serta
terhindar dari gangguan waham.
Referensi : Sulistiyowati, O., dkk. (2013). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kristal Batu Saluran Kemihdi Desa Mrisi Kecamatan Tanggungharjo
Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.