Anda di halaman 1dari 137

SKRIPSI

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS


GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI
TAHUN 2021

OLEH :
SITI NUR HASANAH
2017.02.041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021
SKRIPSI
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS
GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI
TAHUN 2021

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Banyuwangi

Oleh :
SITI NUR HASANAH
2017.02.041

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2021

ii
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya tulis ilmiah saya sendiri, dan saya tidak melakukan
kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS


GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI TAHUN 2021

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Banyuwangi, juli 2021


Yang membuat pernyataan

SITI NUR HASANAH


2017.02.041

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :


HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS
GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI TAHUN 2021

SITI NUR HASANAH


2017.02.041

Skripsi telah disetujui


Pada tanggal, 2021

Oleh:
Pembimbing I

Fany Anitarini, M.Kep.,Ns


NIK : 06.068.0911

Pembimbing II

Novita Surya P., S.Kep.,Ns,M.Kep


NIK : 06.095.0815

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Ns. Shilihin, M.Kep

iv
Nik : 06.005.0906

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Skripsi dengan judul :

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS


GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI TAHUN 2021

Diajukan oleh :

SITI NUR HASANAH


2017.02.041
Telah diuji dihadapan tim penguji skripsi pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Pada tanggal, 2021

TIM PENGUJI
Penguji I Ns. Sholihin, M.Kep

Penguji II Anang Satrianto,S.Kep.,Ns

Penguji III Fany Anitarini,M.Kep.,Ns

Mengetahui,
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi

DR. H. Soekardjo
NUPN : 9907159603

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan hidayat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian yang berjudul
“HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS
GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID 19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI TAHUN 2021”, sebagai
salah syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program
studi S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi.
Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada :

1. DR. H. Soekardjo selaku Ketua STIKES Banyuwangi terimakasih telah


berjuang membangun kampus ini. Memberikan wadah kepada kami yang
untuk menuntut ilmu di tempat ini.
2. Ns. Sholihin M.Kep selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES
Banyuwangi.
3. Fany Anitarini,M.Kep.,Ns dan Novita Surya P.,S.Kep.,Ns.M.Kep selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
4. Orang tua yang mendukung baik berupa doa-doa yang selalu
mengangkasa, materi yang selalu di curahkan hingga kalimat-kalimat yang
membangun untuk menyelesaikan skripsi ini
5. Teman-teman seperjuangan S1 2017 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Terimakasi sudah saling mensuport dalam keseharian.

Banyuwangi, juli 2021

SITI NUR HASANAH


2017.02.041

vi
ABSTRAK
HUBUNGAN PARTISIPASI IBU KE POSYANDU DENGAN STATUS
GIZI BALITAUSIA 1-5 TAHUN DI ERA PANDEMI COVID-19
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERTOSARI
TAHUN 2021
Oleh : Siti Nur Hasanah
Pada usia balita pertumbuhan seorang anak sangat pesat sehingga
memerlukan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Status gizi bisa
terpantau apabila ibu dapat ikut berpartisipasi ke posyandu secara aktif. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan partisipasi ibu ke posyandu
dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di era pandemic covid-19 wilayah kerja
puskesmas kertosari tahun 2021.
Metode penelitian yang digunakan adalah crossectional dengan
pendekatan retrospektif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
sebanyak 43 responden. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi untuk
partisipasi ibu dan Z-Score untuk status gizi. Uji statistik menggunakan rank
spearman dengan perangkat lunak SPSS (statistic Programme for Social Scient)
versi 16 windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu berpartisipasi ke
posyandu di Puskesmas Kertosari pada kategori sedang sebanyak 37 responden
atau (86,0 %) dan status gizi pada anak lebih dari 50 % berada pada kategori Berat
Badan Normal sebanyak 24 responden atau (55,8 %). Setelah dilakukan uji
korelasi rank spearman data menggunakan perangkat lunak SPSS (statistic
program for social scient) versi 16 windows 10 dengan α = 0,1 hasil yang didapat
yaitu dari hasil penelitian Ho lebih kecil dari pada Ha dimana 0,1 < 0,724 yang
berarti tidak ada hubungan yang signifikan. Partisipasi ibu ke posyandu tergolong
kategori sedang dibuktikan status gizi pada balita tergolong dalam status gizi
normal. Hal ini dikarenakan dimasa pandemic tidak hanya mengikuti posyandu
ibu memperhatikan tumbuh kembang balita melalui social media seperti
mengikuti parenting secara online dan ibu juga selalu menjaga asupan nutrisi pada
balita.

Kata Kunci : Partisipasi Ibu, Status Gizi.

vii
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF MATERNAL PARTICIPATION TO POSYANDU
WITH STATUSNUTRITION OF TODDLERS 1-5 YEARS OLD
IN THE ERA OF THE COVID-19 PANDEMIC KERTOSARI
HEALTH CENTER WORK AREA YEAR 2021
Oleh : Siti Nur Hasanah

At the age of toddlers the growth of a child is so rapid that it requires


nutritional intake that suits his needs. Nutritional status can be monitored if the
mother can participate in posyandu actively. The purpose of this study is to find
out the relationship of maternal participation to posyandu with the nutritional
status of toddlers aged 1-5 years in the pandemic era covid-19 working area of
kertosari health center in 2021.

The research method used is crossectional with a retrospective approach.


The study used purposive sampling techniques for 43 respondents. The
instruments used are observation sheets for maternal participation and Z-Scores
for nutritional status. Test the statistics using rank spearman with SPSS (statistic
Programme for Social Scient) software version 16 windows.

The results of this study showed that most mothers participated in


posyandu in Kertosari Health Center in the moderate category as many as 37
respondents or (86.0%) and nutritional status in children more than 50% was in
the Normal Weight category as many as 24 respondents or (55.8%). After a test of
rank spearman data correlation using SPSS (statistic program for social scient)
software version 16 windows 10 with α = 0.1 results obtained from ho research
results are smaller than Ha where 0.1 < 0.724 which means there is no significant
relationship. The participation of mothers to posyandu is classified as a category
of being proven nutritional status in toddlers classified as normal nutritional
status. This is because in the pandemic period not only follow the mother's
posyandu pay attention to the growth and development of toddlers through social
media such as following parenting online and mothers also always maintain
nutritional intake in toddlers.

Kata Kunci : Partisipasi Ibu, Status Gizi.

viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

yang bertandatangan dibawah ini:


NAMA : Siti Nur Hasanah
NIM : 2017.02.041
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil penelitian saya dengan judul:
Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status gizi Balita
Usia 1-5 Tahun Di Era Pandemi Covid-19 Wilayah Kerja
Puskesmas Kerosari Tahun 2021

Bersedia untuk dimuat dalam majalah atau jurnal ilmiah atas nama pembimbing
dengan tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Banyuwangi,
Yang membuat Pernyataan,

Siti Nur Hasanah


2017.02.041

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI...................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................. vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xiii
DAFTAR SIMBOL.................................................................................... xv
DAFTAR TABEL...................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................. 6
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................. 6
1.4.2.1 Bagi Institusi...................................................... 6
1.4.2.2 Bagi Profesi Keperawatan.................................. 6
1.4.2.3 Bagi Tempat Penelitian...................................... 6
1.4.2.4 Bagi Peneliti Lain............................................... 7
Bab 2 Tinjauan Pustaka............................................................................ 8
2.1 Balita........................................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Balita............................................................. 9
2.1.2 Karakteristik Balita ........................................................ 9
s2.1.3 Kebutuhan Gizi Balita................................................... 10

x
2.2 Konsep Status Gizi................................................................... 11
2.2.1 Pengertian Status Gizi..................................................... 11
2.2.2 Macam - Macam Status Gizi .......................................... 11
2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi.......... 12
2.2.4 Dampak Status Gizi........................................................ 15
2.2.5 Metode Pengukran Status Gizi........................................ 16
2.3 Konsep Partisipasi..................................................................... 24
2.3.1 Pengertian Partisipasi...................................................... 24
2.3.2 Manfaat Partisipasi.......................................................... 25
2.3.3 Cara Mengukur Partisipasi.............................................. 25
2.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi........... 25
2.3.5 Aspek Partisipasi............................................................. 30
2.4 Program Posyandu................................................................... 31
2.4.1 Pengertian Program Posyandu........................................ 31
2.4.2 Tujuan Posyandu............................................................. 31
2.4.3 Manfaat Posyandu........................................................... 32
2.4.4 Kegiatan Posyandu.......................................................... 33
2.4.5 Penyelenggaraan Posyandu Dan Dana Posyandu........... 34
2.4.6 Kader Posyandu.............................................................. 35
2.4.7 Kendala – Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu......... 35
2.4.8 Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu Dimasa Pandemi 36
2.5 Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi
Balita Kurang.......................................................................... 37
2.6 Analisa Sintesis........................................................................ 40
Bab 3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis............................................ 49
3.1 Kerangka Konseptual................................................................ 49
3.2 Hipotesis Penelitian............................................................... 50
Bab 4 Metodelogi Penelitian...................................................................... 51
4.1 Jenis Dan Desain Penelitian...................................................... 52
4.2 Populasi, Sample, Dan Sampling.............................................. 52
4.2.1 Populasi.......................................................................... 52
4.2.2 Sampel............................................................................ 52

xi
4.2.2.1 Karakteria Inklusi............................................... 53
4.2.2.2 Karakteria Ekslusi.............................................. 53
4.3 Kerangka Kerja......................................................................... 54
4.4 Identifikasi Variabel Penelitian................................................. 55
4.4.1 Variabel Independen (Bebas)......................................... 55
4.4.2 Variabel Dependen (Terikat).......................................... 55
4.5 Definisi Operasional................................................................. 55
4.6 Pengumpulan Data Dan Analisa Data....................................... 57
4.6.1 Instrumen........................................................................ 57
4.6.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................... 57
4.6.3 Prosedur.......................................................................... 57
4.6.4 Cara Analisa Data.......................................................... 58
4.7 Masalah Etika............................................................................ 61
4.7.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)........................ 62
4.7.2 Anonimity (Tanpa Nama).............................................. 62
4.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)........................................ 62
4.7.4 Veracity (Kejujuran)...................................................... 62
4.7.5 Non Maleficencen (Tidak Merugikan, Do Not Harm)... 63
4.7.6 Respect For Person (Menghormati Harkat Dan Martabat
Manusia)......................................................................... 63
4.7.7 Justice (Keadilan Bagi Seluruh Subjek Peneliti)........... 63
4.7.8 Beneficence (Memaksimalkan Manfaat Dan Meminimalkan
Resiko)........................................................................... 63
4.7.9 Keterbatasan Penelitian................................................... 64
Bab 5 Hasil Dan Pembahasan .................................................................. 65
5.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 65
5.1.1 Data Demografi ............................................................ 65
5.1.2 Karakteristik Umum Responden .................................. 67
5.1.3 Karakteristik Khusus Responden ................................ 68
5.1.4 Tabulasi Silang Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status
Gizi ............................................................................... 69
5.1.5 Hasil Analisa Data ........................................................ 70

xii
5.2 Pembahasan ........................................................................... 71
5.2.1 Partisipasi Ibu Ke Posyandu Di Era Pandemi Covid-19 Di
Puskesmas Kertosari Tahun 2021 ................................ 71
5.2.2 Status Gizi Balita Di Era Pandemi Covid-19 Di
Puskesmas Kertosari Tahun 2021 ................................ 73
5.2.3 Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi
Balita Usia 1-5 Tahun Di Era Pandemi Covid-19 Di
Puskesmas Kertosari Tahun 2021 ................................ 75
Bab 6 Penutup ........................................................................................... 79
6.1 kesimpulan ................................................................................ 79
6.2 Saran .......................................................................................... 80
6.2.1 Bagi Institusi..................................................................... 80
6.2.2 Bagi Profesi Keperawatan................................................ 80
6.2.3 Bagi Tempat Penelitian.................................................... 80
6.2.4 Bagi Peneliti Lain............................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR SINGKATAN

1. SARS-CoV-2 : Syndrome Coronavirus 2

2. WHO : World Health Organication

3. Covid-19 : Coronavirus 19

4. KIA : Kartu Identitas Anak

5. KMS : Kartu Menuju Sehat

6. NCHS : Organization Nasional Center for Health Statistics

7. PCM : Protein Calori Malnutrition

8. BB/U : Berat Badan menurut Umur

9. TB/U : Tinggi Badan menurut Umur

10. BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan

11. IMT/U : Indeks Massa Tubuh menurut Umur

12. SD : Standart Deviasi

13. UKBM : Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

14. PSBB : Pembatasan Sosial Bersekala Besar

15. AKI : Angka Kematian Ibu

16. AKB : Angka Kematian Bayi

17. NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

18. KB : Keluarga Berencana

19. TT : Tetanus Toksoid

20. ASI : Air Susu Ibu

21. PMT : Pemberian Makanan Tambahan

22. ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas

23. PADU : Pengembangan Anak Dini Usia

xiv
24. BKB : Bina Keluarga Balita

25. JPKM : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

26. UKGMD : Usaha kesehatan Gigi Masyarakat Desa

27. SAMIJAGA : Program Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga

28. PKD : Pos Kesehatan Desa

29. RT : Rukun Tetangga

30. RW : Rukun Warga

31. PKK : Pemuda Karang Taruna

32. KIE : Komunikasi Informasi Edukasi

33. SPSS : Statistical Product and Service Solutions

xv
DAFTAR SIMBOL

1. % : Persen

2. > : Lebih Dari

3. < : Kurang Dari

4. + : Tambah

5. - : Kurang

6. = : Sama Dengan

7. ≥ : Lebih Dari Sama Dengan

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indek

Tabel 2.2 Status Gizi Berdasarkan indeks Antropometri Yang Disajikan

Dalam Bentuk Persen Terhadap Median

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri Yang Disajikan

Dalam Persentil

Tabel 2.6 Analisa Sintesis

Tabel 5.1 Distribusi Responden Beerdasarkan Usia

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Table 5.4 Distribusi Responden Berasarkan Pendapatan

Tabel 5.5 Distribusi Karakteristik Khusus Responden Berdasarkan Variable

Partisipasi Ibu Ke Posyandu

Tabel 5.6 distribusi karakteristik khusus responden berdasarkan variable status

gizi

Table 5.7 tabulasi silang : Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan

Status

Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Era Pandemi Covid-19 di Puskesmas

Kertosari Tahun 2021.

Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dengan SPSS Hubungan

Partisipasi

Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Era

Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kertosari Tahun 2021

xvii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Konseptual

Bagan 4.1 Kerangka Kerja

Bagan 4.2 Definisi Oprasional

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matrik Penyusunan Proposal

Lampiran 2 Surat Pengajuan Judul

Lampiran 3 Surat Permohonan Data Awal DINKES

Lampiran 4 Surat Pengantar

Lampiran 5 Surat Balasan Permohonan Data

Lampiran 6 Surat Permohonan Data Awal Puskesmas

Lampiran 7 Surat Balasan Puskesmas

Lampiran 8 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10 Lembar Observasi

Lampiran 11 Tabel Starard BB/U

Lampiran 12 Grafik BB/U

Lampiran 13 Surat Etik

Lampiran 14 Surat Pengantar Dinkes

Lampiran 15 Surat Permohonan Penelitian Puskesmas

Lampiran 16 Surat Balasan Dinkes

Lampiran 17 Surat Balasan Puskesmas

Lampiran 18 Tabulasi Data

Lampiran 19 Hasil uji SPSS

Lampiran 20 Lembar Konsul

Lampiran 21 Dokumentasi

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tengah menghadapi wabah terbesar pada awal tahun 2020,

yang dikenal dengan “Virus Corona”, severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama Corona Virus

Disease (Covid-19) adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke

manusia. Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO

(WHO, 2020). Pada masa pandemic Covid-19 pelayanan posyandu sempat

terhenti dan pelayanan posyandu dilakukan secara mandiri dengan model

pelaksanaannya diserahkan pada masing-masing daerah sesuai dengan

kondisi atau zona Covid-19 masing-masing daerah, oleh karena itu status gizi

balita tidak dapat terpantau(Reni Puspita Sari, 2020) Status gizi balita

merupakan faktor paling penting yang harus diperhatikan karena masa balita

merupakan periode perkembangan golden period. Pada usia balita

pertumbuhan seorang anak sangat pesat sehingga memerlukan asupan gizi

yang sesuai dengan kebutuhannya (Khomsam, 2014). Status gizi baik atau

status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada

tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurng terjadi bila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh

memperoleh zat-zat dalam jumlah berlebih (William, 2012).

1
2

Menurut badan kesehatan dunia World Health Organication (WHO)

pada tahun 2015 memperkirakan terdapat 51 juta balita mengalami masalah

gizi (Ediana et al., 2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan

Indonesia (2018), di Indonesia terdapat 17,7% balita mengalami gizi kurang

dan buruk. Berdasrkan Riskesdas Jawa Timur tahun 2018 menunjukkan

prevalensi gizi kurang sebesar 13,43% dan gizi buruk sebesar 3,35%. Adapun

status gizi di kabupaten Banyuwangi pada tahun 2020 antara lain gizi kurang

6031 balita (6,3%) dan gizi kurus 3077 balita (3,2%). Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kertosari didapatkan status gizi

sangat kurang sebanyak 0,01% balita dan status gizi kurang sebanyak 0,05%

balita.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) di Indonesia

tahun 2013 Partisipasi ibu di posyandu dalam pemantauan pertumbuhan

balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan persentase balita umur 1-5

tahun yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung

meningkat sebanyak 34,3%. Di Jawa Timur sendiri pada tahun 2018 ibu yang

aktif berpartisipasi ke posyandu sebanyak 86,27% dan yang tidak aktif

sebanyak 13,73% .Di banyuwangi kehadiran ibu balita ke posyandu yang

aktif datang pada bulan mei-oktober 2019 adalah 93,9% dan yang tidak aktif

adalah 6,1% sedangkan kunjungan posyandu di Puskesmas Kertosari pada

bulan Agustus 2020 didapatkan 1585 balita memiliki buku KIA, ibu yang

datang untuk melakukan penimbangan ke posyandu sebanyak 0,54%, dan di

posyandu seledri ibu yang berpartisipasi ke posyandu sebanyak 76 responden.


3

Masalah gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan

tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi

yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, ketahanan pangan, pola asuh anak, kesehatan

lingkungan, dan pelayanan kesehatan (lutfiana, 2013). Kekurangan gizi pada

anak dapat menimbulkan beberapa efek negative seperti lambatnya

pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya tingkat

kecerdasan, dan terganggunya mental, selain itu kekurangan gizi yang serius

dapat menyebabkan kematian pada anak (Helmi et al., 2013). Partisipasi ibu

balita berkunjung keposyandu dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pendidikan, pendapatan,

status pekerjaan, pengetahuan, usia ibu, usia anak. Faktor eksternal yaitu

jarak dukungan kader posyandu, dukungan tokoh masyarakat, kondisi PSBB.

Oleh karena itu dampak yang ditimbulkan oleh ibu yang tidak berkunjung ke

posyandu adalah ibu tidak terpantau status gizi pada anaknya, apakah berada

dibawah garis merah buku KIA (gizi buruk) atau serata dengan garis hijau

KIA (gizi baik) (Bazhiko, 2018). Status gizi baik atau status gizi optimal

terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara

efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Status gizi kurng terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-

zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat dalam

jumlah berlebih (William, 2012).


4

Permasalahan tentang gizi akan teratasi apabila ibu memiliki

kesadaran dan kemauan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan posyandu,

yakni dengan membawa anak balitanya untuk melakukan penimbangan

secara teratur setiap bulannya agar kader posyandu dan petugas kesehatan

dapat memantau perkembangan dan status gizi balita tersebut (Asdhany,

2012). Upaya penanggulangan gizi kurang harus mengedepankan upaya

promosi dan pencegahan artinya mengupayakan anak yang sehat agar tetap

sehat. Seandainya saja setiap anak ditimbang di posyandu, berat badannya

diplot didalam KMS maka dengan mudah ibu dan kader dapat mengetahui

gangguan pertumbuhan anak sedini mungin sebeum anak jatuh pada kondisi

gizi kurang atau buruk. Kementrian kesehatan memprioritaskan untuk selalu

meningkatan fungsi dan kinerja posyandu, utamanya untuk meningkatkan

cakupan pemantauan anak(Bazikho, 2018).

Tingkat kehadiran ibu ke posyandu berperan penting terhadap status

gizi anak bayi. Menurut Handayani (2013), penting bagi ibu untuk aktif

berkunjung ke posyandu untuk memantau kesehatan dan gizi anaknya,

sehingga apabila terjadi masalah gizi seperti gizi kurang maka ibu dapat

melakukan pencegahan agar keadaan tersebut tidak semakin buruk (Mauludi,

2018). Langkah puskesmas dalam menanggulangi masalah gizi yaitu dengan

diadakannya penimbangan balita rutin setiap sekali dalam seminggu dan ibu

juga harus tetap mematuhi protocol kesehatan pelayanan posyandu yang

dikeluarkan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk

melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui “Hububungan


5

Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Satus Gizi Balita 1-5 tahun di Era

pandemic Covid-19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021”.

1.2 Rumusan Masalah

“Adakah Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi

Balita Usia 1-5 tahun di Era Pandemic Covid-19 Wilayah Kerja puskesmas

Kertosari Tahun 2021”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Teranalisa Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan

Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun di Era Pandemic Covid-19 Wilayah

Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021

1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Teridentifikasi Partisipasi Ibu ke Posyandu di Era Pandemi

Covid-19 Wilayah Kerja Puekesmas Kertosari tahun 2021

1.3.2.2 Teridentifikasi Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun di Era

pandemi Covid-19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Tahun 2021

1.3.2.3 Teranalisa Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan

Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun di Era Pandemi Covid-19

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021.


6

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat membantu mengetahui Hubungan

Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 tahun

di Era Pandemic Covid-19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun

2021

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai

sumber referensi bagi institusi untuk menambah keilmuan

terkait penelitian tentang Partisipasi Ibu ke posyandu dengan

Status Gizi dan menjadi tambahan koleksi hasil penelitian serta

dapat ditempatkan diperpustakaan institusi sebagai panduan

untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak.

1.4.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan bagi Profesi Keperawatan untuk meningkatkan

promotif bagi ibu-ibu untuk aktif ke posyandu

1.4.2.3 Bagi Tempat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan para tenaga

kesehatan dapat memotivasi ibu yang memiliki balita untuk

datang dan aktif ke posyandu.


7

1.4.2.4 Bagi Peneliti Lain

Diharapkan hasil ini dapat memberikan informasi dan bisa

menjadi referensi bagi peneliti lain dan untuk memberikan

intervensi dalam meningkatkan partisipasi ibu ke posyandu.


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Balita

2.1.1 Pengertian Balita

Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini

ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang

jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita

termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan

gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan

memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan

anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status

gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak

(Ariani, 2017).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima

tahun. Menurut Sediaotomo (2010), balita adalah istilah umum bagi

anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia

batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan

kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan

berbicara dan berjalan sudah bertambah baik, namun kemampuan lain

masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses

tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan pasa masa

itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak

8
9

pada periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan

masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang kembali,

karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (2011) menjelaskan balita merupakan

usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu berbeda-

beda, bisa cepat maupun lambat tergantung dari beberapa faktor, yaitu

nutrisi, lingkungan dan sosial ekonomi keluarga.

2.1.2 Karakteristik Balita

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi

usia di bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5

tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu

tahun sampai tiga tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia

lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra

sekolah (Proverawati & Wati, 2010). Adapun menurut WHO, kelompok

usia balita adalah 0-60 bulan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Menurut

karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu anak usia 1- 3

tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun

merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa

yang disediakan oleh ibunya (Sodiaotomo, 2010). Laju pertumbuhan

masa batita lebih besar dari masa usia pra sekolah sehingga diperlukan

jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan

sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita

masih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam


10

sekali makan (Proverawati & Wati, 2010). Sedangkan pada usia pra

sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih

makanan yang disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan

lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami

beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai

fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak”

terhadap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami

penurunan, ini terjadi akibat dari aktifitas yang mulai banyak maupun

penolakan terhadap makanan.

2.1.3 Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi yang harus dipenuhi pada masa balita di

antaranya adalah energi dan protein. Kebutuhan energi sehari untuk

tahun pertama kurang lebih 100-200 kkal/kg berat badan. Energi dalam

tubuh diperoleh terutama dari zat gizi karbohidrat, lemak dan protein.

Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang

diperlukan sebagai zat pembangun, yaitu untuk pertumbuhan dan

pembentukan protein dalam serum serta mengganti sel-sel yang telah

rusak dan memelihara keseimbangan cairan tubuh.

Lemak merupakan sumber kalori berkonsentrasi tinggi yang

mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut

vitamin A, D, E dan K serta memberikan rasa sedap dalam makanan.

Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah sebanyak 60-70% dari

total energi yang diperoleh dari beras, jagung, singkong dan serat

makanan. Vitamin dan mineral pada masa balita sangat diperlukan


11

untuk mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara

keseluruhan (Dewi, 2013).

2.2 KONSEP STATUS GIZI

2.2.1 Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan utuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Sulistyoningsing,

2016)

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan,

tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan

panjang tungkai (Supariasa, 2012).

2.2.2 Macam - Macam Status Gizi

Menurut (Mufarikhin, 2019) dalam menentukan status gizi harus

ada ukuran baku yang disebut reference. Sering digunakan sebagai

ukuran baku antropometri yaitu WHO-NCHS. Berdasarkan ukuran

baku Harvard, status gizi dibagi menjadi empat, yaitu:

a. Gizi lebih

Gizi lebih atau over weight termasuk kegemukan obesitas.

Merupakan adanya asupan gizi yang terlalu berlebihan sehingga


12

menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang dengan batas normal

berat badan dan usia.

b. Gizi baik

Gizi baik atau weel nourished artinya keadaan gizi sudah

sesuai kriteria dalam pertumbuhan, dimana keseimbangan gizi

dikatakan sempurna terhadap berat badan.

c. Gizi kurang

Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild and

moderate PCM (Protein Calori Malnutrition). Keadaan ini sangat

riskan terhadap segala macam gangguan seperti tumbuh kembang

anak tidak maksimal dan terjadi ketidakseimbangan gizi yang akan

berdampak buruk pada anak.)

d. Gizi buruk

Gizi buruk untuk severe PCM (Protein calori malnutrition),

termasuk marasmus, marasmik dan kwashiorkor. Pada marasmus

terjadi karena anak kekurangan energi yang dominan sehingga

menyebabkan anak kurus kering dan wajah seperti orangtua.

Bentuk ini merupakan kombinasi yang terjadi antara marasmus

dan kwashiorkor, ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein

yang tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status gizi

Status gizi pada balita dipengaruhi oleh beberapa faktor

penyebab diantaranya faktor langsung dan faktor tidak langsung

(Istiono. W, Et, 2011)


13

a. Faktor Langsung

1. Asupan Makanan

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi pada

seseoran. Pada anak yang mendaptkan makanan cukup baik

dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya melemah dan mudah

terserang penyakit sehingga dapat mempengaruhi status gizi

(Waryono, 2012).

2. Penyakit Infeksi

Terdapat pengaruh yang cukup besar dari penyakit infeksi

terhadap keaadan gizi seseorang. Penyakit infeksi tersebut

anatara lain diare dan demam. Penyakit infeksi tersebut dapat

menyebabkan hilangnya nafsu makan, dimana makanan yang

dikonsumsi menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pada status gizi (Waryono, 2012).

b. Faktor Tidak Langsung

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi penerima informasi tentang

gizi, masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih

mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan

makanan sehingga sulit menerima informasi baru dibidang gizi.

Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah

tidakya seseorang menerima pengetahuan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang akan semakin mudah dia menyerap

informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi


14

yang akhirnya dapat merubah perilaku makan ke arah yang lebih

baik dan dapat meningkatkan status gizi balita (Ermawati,2010).

2. Tingkat pendapatan

Pedapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas makanan, karena dengan pendapatan yang memadai

dapat menyedikan ssemua kebutuhan anak balita yang primer

maupun sekunder. Pendapatan yang meningkat akan

mengakibatkan semakin besarnya total pengeluran termasuk

pengeluaran untuk pangan (Paputungan,2012).

3. Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan adalah kemapuan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlh yang

cukup dan ermutu baik (Waryono, 2012).

4. Pola Asuh Anak

Pola pengasuhan anak adalah kemamuan keluarga untuk

menyediakan waktunya, perhatiannya, dan dukungn terhadap

anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik

fisik, mental, dan social (Waryono, 2012).

5. Kesehatan Lingkungan

Tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar

yang terjangkau oleh seluruh keluarga (Waryono, 2012).


15

6. Pelayanan Kesehatan

Berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan atau partisipasi ibu

dalam membawa anaknya ke posyandu untuk mendapat

Pemantauan status gizi atau pertumbuhan (Waryono, 2012).

2.2.4 Dampak Status Gizi

Asupan zat gizi pada anak yang tidak adekuat dapat berakibat pada

terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan apabila

kondisi tersebut tidak ditangani dengan baik maka risiko kesakitan dan

kematian anak akan meningkat.Tidak terpenuhinya zat gizi dalam tubuh

anak dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem

kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan anak lebih rentan terkena

penyakit menular dari lingkungan sekitarnya terutama pada lingkungan

dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa

yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuhnya yang lemah, anak

dengan asupan gizi tidak adekuat seringkali mengalami infeksi saluran

cerna berulang. Infeksi saluran cerna ini yang meningkatkan risiko

kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anak tidak dapat menyerap

nutrisi dengan baik. Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan

infeksi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Majestika

Septikasari, 2018).

Kekurangan salah satu zat gizi juga dapat menyebabkan

kekurangan zat gizi lainnya. sebagai contoh kekurangan zat besi,

magnesium dan zinc dapat menyebabkan anoreksia yang berakibat tidak

terpenuhinya zat gizi yang lain seperti protein. Kekurangan protein


16

dapat mengganggu tumbuh kembang anak sehingga dapat menimbulkan

komplikasi jangka panjang. Tidak terpenuhinya zat gizi juga berdampak

pada perkembangan otak dan kapasitas intelektual di masa kritis

pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabila

asupan zat gizi yang tidak adekuat terus berlanjut dan semakin buruk

maka dapat menyebabkan kematian pada anak. Menurut WHO 54%

kematian pada anak usia dibawah lima tahun pada 2002 disebabkan

oleh gizi buruk (Majestika Septikasari, 2018).

2.2.5 Metode Pengukuran Status Gizi

2.2.5.1 Menurut Supriasa (2014) penilaian status gizi secara

langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu:

1) Pengukuran biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja, hati, dan otot

(Supriasa, 2014).

2) Pengukuran biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan

(Supriasa, 2014).
17

3) Pengukuran klinis

Pengukuran klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini berdasarkan

pada perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidak cukupan zat gizi yang dapat dilihat pada

jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, 8 mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh

seperti kelenjar tiroid (Supriasa, 2014).

4) Pengukuran antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supriasa, 2014).

2.2.5.2 Penilaian status gizi secara tidak langsung

1) Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan

status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan

jenis zat gizi yang dikonsumsi. Data yang dikumpulkan

dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berrbagai zat

gizi pada masyarakat, keluarga dan individu (Proverawati,

A. & Wati, 2010).


18

2) Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan sepertii angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian serta

data-data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Proverawati,

A. & Wati, 2010)

3) faktor ekologi

Malnutrisi adalah masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran ekologi

dipandang sangat penting untuk mempengaruhi malnutrisi bagi

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi (Proverawati, A. & Wati, 2010)

2.2.6 Cara Menghitung Status Gizi

Berdasarkan indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat

badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan

berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) di uraikan tentang berbagai

indeks antropometri (Supriasa, 2014).

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang


19

konsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat

dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka

berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat

karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

mengambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional

status) (Supriasa, 2014).

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi tumbuh

seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak

seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekuangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat

gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif

lama Berdasrkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini

mengambarkan status gizi masa lalu (Supriasa, 2014).

3. Berat Badan Merurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat Badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

dengan pertumbuhan tinngi badan dengan kecepatan tertentu

(Supariasa, 2014).
20

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indek

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

(Z-Score)
Berat Badan Menurut Umur Berat badan sangat < -3 SD

(BB/U) kurang(severely

Anak Usia 0-60 Bulan unferweight)


Berat badan kurang -3 SD sd < -2 SD

(underweight)
Berat badan normal -2 SD sd +1SD
Risiko Berat badan lebih <+1 SD
Panjang Badan atau Sangat Pendek (severely < - 3 SD

Tinggi Badan menurut stunted)


Pendek(stunted) -3 SD sd < -2SD
Umur (PB/U atau TB/U) Normal -2 SD sd +3SD
Tinggi >+3SD
anak usia 0-60 bulan
Berat Badan menurut Gizi buruk (severely < -3 SD

Panjang Badan atau wasted)


Gizi kurang (wasted) -3 SD sd < -2SD
Tinggi Badan Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
Berisiko gizi lebih + 1 SD sd + 2
( BB/PB atau BB/TB)
(possible risk of SD
Anak Usia 0-60 Bulan
overweight)
Gizi lebih (overweight) >+ 2 SD sd + 3

SD
Obesitas (obese) >+ 3 SD
Indeks Mssa Tubuh Gizi buruk (severely < -3 SD

menurut Umur (IMT/U) wasted)


Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <- 2 SD
anak usia 0-60 bulan Gizi baik (normal) -2 SD sd + 2 SD
Berisiko gizi ebih >+ 1 SD sd +2

(possible risk of SD

overweight)
21

Gizi lebih (overweight) >+ 2 SD sd + 3

SD
Obesitas (obese) >+ 3 SD
Indeks Massa Tubuh gizi buruk (severely < -3 SD

menurut Umur (IMT/U) wasted)


Gizi kurang (wasted) -3 SD sd < -2 SD
anak usia 5-18 tahun gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd + 2

SD
Obesitas (obese) > + 2 SD
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020)

2.2.7 Klasifikasi Status Gizi

Menurut Proverawati (2013) klasifikasi status gizi menurut WHO

sebagai berikut :

1. Persen terhada median

Median adalah nilai tengah suatu populasi. Dalam antropometri

median sama dengan persentil 50. Nilai median ini dinyatakan = 100%

(untuk standart).

Rumus : BB balita x 100%

Standart Median BB Gizi Baik

Keterangan :

BB : Berat Badan Saat Ditimbang

Standart median BB gizi baik tabel 2.

Tabel 2.2 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri Yang


Disajikan Dalam Bentuk Persen Terhadap Median
Indeks
BB/U TB/U BB/TB
Status Gizi
>80% >90% >90%
22

Gizi Baik
71% - 80% 81% - 90% 81% - 90%

Gizi Sedang
61% - 70% 71% - 80% 71% - 80%

Gizi Kurang
<60% 70% 70%

Gizi Buruk

2. Persentil

Persentil 50 merupakan median atau nilai tengah dari jumlah populasi

berada diatasnya dan dibawainya. Nasional center for Health Statistic

(NCHS) merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan

kurang serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan baik.

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri Yang


Disajikan Dalam Persentil

Status Gizi Persentil

Gizi lebih (gemuk) >P 97

Gizi baik P 3 – P 97

Gizi kurang <P 3

3. Standart Deviasi Unit (Z-Skor)

World health Organization (WHO) menyarankan cara ini

untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Waterlow juga

merekomendasikan penggunaan Standart Deviasi (SD) untuk

menyatakan hasil pengukuran pertumbuhan.


23

Z-Skor telah membedakan laki-laki dan perempuan, yaitu :

a. 1 SD unit (1 Z-Skor) + 11% dari median BB/U

b. 1 SD unit (1 Z-Skor) + 10 % dari median BB/TB

c. 1 SD unit (1 Z-Skor) + 5% dari median BB/U

Rumus Perhitungan Z-Skor adalah:

Z-Skor = BB obes Median BB bahu

SD BB bahu

Keterangan :

BB obes : berat badan hasil menimbang pada umur

Median BB bahu : BB bahu pada umur

SD BB bahu : standart devisiasi BB bahu

2.3 KONSEP PARTISIPASI

2.3.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi didefenisikan sebagai mengetahui apa yang dibutuhkan,

ikut memikirkan dan merencanakan langkah-langkah yang akan

dikerjakan, ikut berupaya dalam pelaksanaan dan ikut menilai

keberhasilan serta ikut menikmati hasil pembangunan. Pada hakekatnya

partisipasi bertitik pangkal dari sikap dan perilaku (Notoatmodjo,

2012).

Partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu balita adalah

keikutsertaan ibu dalam mengikuti kegiatan di Posyandu yang

membantu ibu untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan pada anak,

selain itu ibu yang mengikuti kegiatan Posyandu akan lebih mengetahui

status gizi anaknya karena dapat melihat dan selalu memantau di buku
24

KMS. Ibu yang mengikuti kegiatan di Posyandu juga bisa memperoleh

penyuluhan kesehatan termasuk penyuluhan mengenai gizi pada balita

(Mubarak dan Chayatin, 2009).

2.3.2 Manfaat Partisipasi

Kehadiran ibu dalam mengunjungi Posyandu dan menimbangkan

balitanya ke Posyandu akan sangat bermanfaat sebagai monitoring

tumbuh kembang dan status gizi balita serta deteksi dini terhadap

kelainan tumbuh kembang dan status kesehatan balita sehingga dapat

menentukan intervensi lebih lanjut. Kesenjangan antara angka

pencapaian partisipasi masyarakat atau ketidakhadiran ibu dalam

melakukan kunjungan bulanan ke Posyandu dengan target pada

Posyandu dimungkinkan oleh beberapa faktor (Notoatmodjo, 2012).

2.3.3 Cara mengukur partisipasi

Menurut Almatsier (2011) partisipasi ibu dikatakan baik apabila

ibu melakukan penimbangan pada anaknya dan mengisi KMSnya:

1. Baik apabila 10-12 kali pertahun

2. Sedang apabila 6-9 kali pertahun

3. Kurang apabila < 6 kali pertahun

4. Sangat kurang apabila tidak pernah melakukan penimbangan

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor partisipasi dipengaruhi oleh beberap faktor anara lain :

1. Faktor Internal

a. Pendidikan
25

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau

perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih

matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat

(Notoatmodjo, 2017). Pendidikan ibu akan ikut ikut

menentukan mudah tidaknya ibu dalam menyerap dan

memahami pengetahuan tentang pentingnya ke posyandu yang

diperolehnya. Rendahnya tingkat pengetahuan dapat

menyebabkan rendahnya pemahaman terhadap apa yang

dibutuhkan pada pengasuhan perkembangan optimal anak

(Puspitasari, 2015).

b. Pendapatan

Pendapatan adalah pendapatan keluarga yang memadai

akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua

dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer

maupun yang skunder.

c. Status Pekerjaan

Status pekerjaan ibu dapat berpengaruh pada peran ibu

yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada

ketidakaktifan ibu kunjungan ke Posyandu, karena mereka

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belumcukup,

yang berdampak pada tidak adanya waktu para ibu balita untuk

aktif pada kunjungan ke Posyandu, serta tidak ada waktu ibu

mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja.


26

Hal ini dapat menyebabkanrendahnya frekuensi ibu yang

memiliki balita untuk kunjungan kePosyandu akan

berkurang(Ni Luh Ayu Padma Dewi, 2018).

d. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan

menimbulkan suatu perilaku di dalam kehidupan sehari-hari.

Tingkat pengetahuan tentang Posyandu pada kader kesehatan

yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap program

Posyandu khususnyaketidakaktifan ibu balita untuk kunjungan

ke Posyandu. Tanpa adanya pengetahuan maka para ibu balita

sulit dalam menanamkan kebiasaan kunjungan ke Posyandu.

Pengetahuan tentang Posyandu akan berdampak pada sikap

terhadap manfaat yang ada dan akan terlihat dari praktek

dalam ketidakaktifan ibu balita terhadap masalah kesehatan

balitanya. Tingkat pengetahuan seseorang banyak

mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin tinggi

tingkat pengetahuan seorang ibu tentang manfaat Posyandu,

maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan

serta dalam program Posyandu. Pengetahuan tentang Posyandu

yang rendah akan menyebabkan rendahnya tingkat kesadaran

ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke Posyandu (Ni

Luh Ayu Padma Dewi, 2018)

e. Usia Ibu
27

Umur ibu merupakan salah satu yang berkaitan dengan pola

pengasuhan anak, dimana ibu yang berumur mudan baru

memiliki anak cenderung memberikan perhatian lebih besar

terhadap anak mereka. Seiring bertambahnya umur dan

bertambahnya jumlah anak maka akan mempengaruhi motivasi

untuk memberikan pelayanan yang baik untuk anak(Chandra &

Humaedi, 2020).

f. Usia Anak

Usia anak yang kurang dari 24 bulan memiliki peluang 4 kali

lebih besar untuk berkunjung ke posyandu dibandingkan pada

anak yang usia lebih dari 24 bulan(Chandra & Humaedi, 2020).

2. Faktor Ekstarnal

a. Jarak

Jarak antara tempat tinggal dengan Posyandu sangat

mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam

kegiatan Posyandu. Ibu balita tidak datang ke Posyandu

disebabkan karena rumah balita tersebut jauh dengan Posyandu

sehingga ibu balita tersebut tidak datang untuk mengikuti

kegiatan Posyandu (Ni Luh Ayu Padma Dewi, 2018)

b. Dukungan Kader Posyandu

Kehadiran kader sangat dibutuhkan dalam Posyanduyang

merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat (UKBM), yaitu suatu upaya yang dilandasi peran-

serta masyarakat, adalah suatu strategi untuk memelihara


28

kelangsungan hidup di samping untuk membina tumbuh

kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental.

Dari berbagai kepustakaan diperoleh informasi bahwa peran-

sertamasyarakat khususnya sebagai kader tidak dapat timbul

begitu saja tetapi harus ada motivasi dari pihak lain yang

sifatnya terusmenerus. Motivasi tersebut dapat berasal dari

lingkungan, yaitu pemerintah atau swasta, dan dapat juga

berasal dari masyarakat sendiri. Motivasi yang berasal dari

pemerintah atau swasta lebih bersifat temporer sedangkan

motivasi yang berasal dari masyarakat, antara lain seperti

sumber daya manusia termasuk tokoh masyarakat atau kepala

desa diharapkan akan menjadi motivator yang sifatnya lebih

berkesinambungan (Ni Luh Ayu Padma Dewi, 2018)

c. Dukungan Tokoh Masyarakat

Tokoh masyarakat adalah orang-orang terkemuka karena

mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu.Kelebihan dalam

memberikan bimbingan, maka menjadikan sikap dan

perbuatannya diterima dan dipatuhi serta ditakuti.Mereka

tempat bertanya dan anggota masyarakat sering meminta

pendapat mengenai urusan-urusan tertentu (Ni Luh Ayu Padma

Dewi, 2018).

d. Kondisi PSBB

Pada masa pandemi dalam rangka untuk menekan dan

mengurangi tingkat penyebaran dari virus Covid-19 pemerintah


29

memberlakukan PSBB yang dinilai efektif memutus mata

rantai virus Covid-19. Dimana PSBB sendiri yaitu dengan

mematuhi protocol kesehatan diantaranya dengan melakukan

physchal distancing dan melakukan aktifitas keseharian pada

umumnya di rumah saja (Chandra & Humaedi, 2020).

2.3.5 Aspek Partisipasi

Menurut Setiadi (2003) ada lima aspek dalam partisipasi sebagai

berikut:

1. Kesadaran dari pihak anggota atau kelompok Kesediaan para

anggota yaitu para ibu dari anak dengan menghadiri pada kegiatan

yang diselenggarakan pihak posyandu.

2. Keterlibatan anggota dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh

organisasi. Organisasi yang dimaksudkan adalah posyandu desa,

dimana anggota yang termasuk didalamnya adalah ibu dari anak

balita di posyandu setempat.

3. Kemauan anggota untuk berinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan-

kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi. Adanya kemauan yang

datang dari diri anggota organisasi, sumbangan pemikiran dari para

ibu dalam keikutsertaan program posyandu dengan mengikuti

kegiatan setiap bulannya secara rutin serta memberikan ide-ide

guna kelancaran dalam mengidentifikasi keluhan pada anak.

4. Kepedulian. Adanya perasaan ikut memiliki dalam organisasi

sehingga menumbuhkan semangat untuk mau ikut berpartisipasi

dalam kegiatan.
30

5. Bentuk partisipasi. Adanya bukti nyata dalam partisipasi baik di

rumah dan dilingkungan masyarakat, dalam pemberian fasilitas,

aktifitas yang dilakukan dirumah, dan keaktifan dalam

mengunjungi kegiatan posyandu. Baik itu melalui kegiatan

parenting maupun program lain terkait dengan posyandu.

2.4 PROGRAM POSYANDU

2.4.1 Pengertian Program Posyandu.

Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan dasar

(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, dan untuk

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) (Azizah, 2019) .

UKBM merupakan wahana pemberdayaan masyarakat yang

dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh

masyarakat dan untuk masyarakat, dengan bimbingan dari petugas

Puskesmas dan lintas sektor terkait Pelayanan Kesehatan Dasar

yaitu pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan AKI dan

AKB yang sekurang – kurangnya mencakup 5 kegiatan yakni

KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan Diare (Azizah,

2019).
31

2.4.2 Tujuan Posyandu

Menurut Proverawati, Sulistorini, dan Pebriyanti (2010), tujuan

penyelenggaraan posyandu antara lain :

1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), angka kematian ibu

(AKI)

2) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera)

3) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan keluarga berencana (KB)

serta kegiatan lainnya yang menunjang unuk tercapainya

masyarakat sehat sejahtera.

4) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga

Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi

Keluarga Sejahtera.

5) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan

keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi

dan balita.

2.4.3 Manfaat posyandu

Menurut Kemenkes RI (2012) manfaat posyandu antara lain :

1) Bagi Masyarakat

a) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.


32

b) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi

kurang atau gizi buruk.

c) Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A.

d) Bayi memperoleh imunisasi lengkap

e) Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet

tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT).

f) Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah

(Fe).

g) Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan

anak

h) Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas

dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.

i) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu,

bayi, dan anak balita.

2.4.4 Kegiatan Posyandu

Kegiatan dalam pelayanan posyandu dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Jenis Pelayanan Minimal pada Anak

Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak,

perhatian harus diberikan khusus terhadap anak yang selama ini

3 kali tidak melakukan penimbangan, pertumbuhan tidak

cukup baik sesuai umurnya dan anak yang pertumbuhannya

berada di bawah garis merah KMS (Erlina Yuni, Natalia.

Sertiana Oktami, 2014).

a. Pemberian makanan pendamping ASI dan Vitamin A.


33

b. Pemberian PMT yang tidak cukup pertumbuhannya

(kurang dari 200 gram/ bulan) dan anak yang berat

badannya berada dibawah garis merah KMS.

c. Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda

– tanda lumpuh layu.

d. Memantau kejadian ISPA dan diare, serta melakukan

rujukan bila perlu.

2. Pelayanan Tambahan yang diberikan

a. Pelayanan bumil dan menyusui.

b. Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang

diintegenerasikan dengan program Bina Keluarga Balita

(BKB) dan kelompok bermain lainnya.

c. Program dana sehat atau JPKM dan sejenisnya, seperti

tabulin, tabunus dan sebagainya.

d. Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.

e. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.

f. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan

h. Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA)

dan perbaikan lingkungan pemukiman.

i. Pemanfaatan pekarangan.

j. Kegiatan ekonomis produktif, seperti usaha simpan pinjam

dan lain-lain.

k. Kegiatan lainnya seperti : TPA, pengajian, taman bermain.


34

2.4.5 Penyelenggaraan Posyandu dan Dana Posyandu

Dalam penyelenggaraan posyandu terdapat beberapa kriteria

sebagai berikut :

1. Waktu penyelenggaraan

Dilaksanakan dalam satu bulan kegiatan, baik pada hari buka

posyandu, maupun di luar hari buka posyandu.

2. Tempat penyelenggaraan

Lokasi yang baik berada di tengah lingkungan masyarakat atau

strategis bisa dijangkau oleh masyarakat, seperti kantor kelurahan,

Pos Kesehatan Desa (PKD), kantor RT/RW.

3. Penyelenggaraan kegiatan

Kegiatan program posyandu dimotori dan diselenggarakan oleh

kader Posyandu. Serta dengan bimbingan teknis dari puskesmas

maupun sektor terkait, minimal jumlah kader setiap posyandu ada 5

orang. Dana pelaksanaan Posyandu Berasal dari swadaya masyarakat

melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil

potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak

mengikat yang dihimpun melalui kegiatan Dana Sehat.

2.4.6 Kader Posyandu

Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif

masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih

oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima program dan


35

mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang

mereka tidak kompeten memberikannya (Ediana et al., 2019).

2.4.7 Kendala – Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu

Sulistyorini,(2010) dalam pelaksanaannya, posyandu banyak

mengalami kendala dan kegagalan walaupun ada juga yang berhasil.

Kegagalan dan kendala tersebut disebabkan antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Kurangnya kader,

2. Banyak terjadi angka putus (drop out) kader,

3. Kepasifan dari pengurus posyandu karena belum adanya

pembentukan pengurus baru dari kegiatan tersebut,

4. Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS),

5. Sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap,

6. Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggaran

rutin,

7. Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (di kantor

kelurahan, polindes, atau gedung PKK), sehingga tidak

memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita,

8. Ketepatan jam buka posyandu,

9. Kebersihan tempat pelaksanaan posyandu,

10. Kurangnya kelengkapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-buku

yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet,

lembar balik, dan modul.


36

2.4.8 Kendala Dalam Pelaksanaan Posyandu Dimasa Pandemi

1. PSBB

2. Pengetahuan orang tua

3. Keterbatasan Tempat

4. Keseterilan Tempat

5. Kurangnya kader

6. Ketetapan jam buka posyandu

2.5 Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi Balita Kurang

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi

badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai

(Supariasa, 2012). Masalah gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan

penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, ketahanan pangan, pola asuh anak,

kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan. (lutfiana, 2013).

Kehadiran balita di Posyandu merupakan hasil dari akumulasi peranserta

ibu, keluarga, kader, dan seluruh komponen masyarakat dalam mendorong,

mengajak, memfasilitasi, dan mendukung balita agar ditimbang di Posyandu

untuk dipantau pertumbuhannya. Dengan demikian cakupan balita ditimbang

merupakan indikator partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu

(Kemenkes,2015). Partisipasi ibu dalam kegiatan Posyandu balita adalah


37

keikutsertaan ibu dalam mengikuti kegiatan di Posyandu yang membantu ibu

untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan pada anak, selain itu ibu yang

mengikuti kegiatan Posyandu akan lebih mengetahui status gizi anaknya

karena dapat melihat dan selalu memantau di buku KMS. (Mubarak dan

Chayatin, 2009). Partisipasi ibu ke posyandu sangat dipengaruhi oleh dua

faktor antara lain faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal yaitu

pendidikan, pendapatan, status pekerjaan, pengetahuan, usia ibu, usia anak.

Faktor eksternal yaitu jarak, dukungan kader posyandu, dukungan tokoh

masyarakat, kondisi PSBB.

Penelitian ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ulvie (2016) yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara mutu posyandu

dengan partisipasi ibu, semakin lengkap fasilitas yang terdapat di Posyandu

semakin tinggi juga tingkat partisipasi ibu dalam memanfaatan Posyandu.

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Lanoh (2015)

yang menunjukkan bahwa 77,4% ibu dengan anak balita yang memanfaatkan

posyandu memiliki balita dengan status gizinya baik. Sehingga dapat

disimpulkan terdapat hubugan antara pemanfaatan posyandu dengan status

gizi balita. Hasil penelitian lain yang mendukung dilakukan oleh Oktarini

(2014). Ibu memiliki balita dengan frekuensi kunjungan ke posyandu ≥ 6 kali

memiliki balita dengan status gizi baik dan menyimpulan bahwa ada

hubungan frekuensi kunjungan ke posyandu dengan status gizi pada balita.

Menurut Yulita (2017), ibu yang aktif kunjungan ke posyandu akan

memudahkan ibu dalam memantau dan menjaga perkembangan anak

termasuk dalam mempertahankan status gizi anak dalam keadaan normal.


38

Sedangkan ibu yang tidak aktif berkunjung ke posyandu akan mengakibatkan

mengakibatkan ibu kurang mendapatkan informasi mengenai pentingnya

status gizi balita, tidak mendapat dukungan dan dorongan dari petugas

kesehatan jik ibu mempunyai permsalahan kesehatan pada balitanya, serta

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yang tidak dapat

terpantau secara optimal. Pentingnya anak di bawa ke posyandu dikarenakan

di posyandu pertumbuhan anak dapat dipantau melalui KMS (kartu menuju

sehat).

Berdasarkan hasil dari beberapa peneliti, peneliti mengasumsikan bahwa

partisipasi ibu yang memiliki balita dalam kegiatan posyandu sangatlah

penting, dikarenakan di posyandu ibu dapat memantau perkembangan dan

kondisi kesehatan balita, mendapatkan penyuluhan kesehatan yang

mempunyai pengaruh sangat besar terhadap status gizi balita sehingga

kunjungan ke posyandu harus dilakukan secara rutin dan teratur.

Memanfaatkan posyandu bukan hanya hanya datang ke posyandu secara rutin

saja akan tetapi juga mendapatkan berbagai pelayanan kesehatan yang

tersedia di posyandu baik bagi ibu atau balita.


39

2.6 Analisa Sintesis

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Hasil Kesimpulan


1. Siska Evi Martina, 2019 Hubungan Partisipasi Ibu Cross Hasil uji statistik dengan Terdapat hubungan

Rumondang Gultom, pada Kegiatan Posyandu Sectional meggunakan uji spearman rank signifikan antara

Theresia Feiga Putri Terhadap Status Gizi Balita di Study diperoleh hasil p value = 0,002 (p < partisipasi ibu dalam m

Siregar Desa Payageli Medan 0,05) yang berarti ada hubungan kegiatan posyandu

partisipasi ibu dalam kegiatan dengan status gizi balita

posyandu dengan status gizi balita. di Desa Payageli.

Penelitian ini

merekomendasikan

masyarakat dan seluruh

ibu yang memiliki anak

balita untuk aktif dalam

kegiatan posyandu

supaya status gizi anak

menjadi lebih baik dan

tidak mengalami gizi

buruk.
2. Reihana, Artha Budi 2012 Faktor-Faktor Yang Simple Hasil analisa bivariat tidak ada Dari penelitian ini dapat
40

Susila Duarsa Berhubungan Dengan random hubungan anatara umur ibu, disimpulkan

Partisipasi Ibu Untuk sampling pekerjaan ibu, jumlah balita, paritas, bahwa keberadaan Posyandu

Menimbang Balita ke pendidikan suami, status imunisasi perlu diper- tahankan

Posyandu dan jarak rumah dengan partisipasi dengan menjaga dan

aktif ibu untuk menimbang Balita ke meningkatkan partisipasi

Posyandu ibu-ibu untuk datang teratur.

Variabel yang merupakan

faktor paling dominan

pengaruhnya terhadap

partisipasi ibu menimbang

balita ke Posyandu adalah

interaksi antara pengetahuan

ibu dengan pendidikan ibu

setelah dikontrol variabel

pendidikan ibu, umur balita,

motivasi dan dukungan

keluarga dengan nilai OR

4,614 yang berarti ibu yang


41

mempunyai interaksi

pengetahuan dan pendidikan

tinggi akan ber- partisipasi

aktif menimbang balita ke

Posyandu 4 kali lebih tinggi

dibanding interaksi

pengetahuan dan pendidikan

ibu yang rendah.

Kerjasama lintas sektoral

melibatkan

masyarakat, pemerintah dan

swasta adalah keniscayaan.

Upaya pengembangan

keman- dirian masyarakat

harus dilakukan secara

berkelanjutan. Pemerintah

dalam hal ini jajaran

kementerian dan dinas


42

kesehatan sebagai sektor

utama harus menyediakan

sarana dan tenaga kesehatan

yang diperlu- kan. Sektor

swasta harus senantiasa

diingat- kan tanggung jawab

sosialnya untuk men-

dukung keberlangsungan

penyelenggaraan Posyandu

ini agar lebih atraktif.

Penelitian lebih lanjut masih

perlu terus dilakukan

khususnya menyangkut

jangkauan Posyandu bagi

kalangan masyarakat urban

atau kalangan lanjut usia.


3. Cahaya Asdhany 2012 Hubungan Tingkat Cross- Berdasarkan table 5, diketahui Semakin tinggi tingkat

partisipasi ibu dalam


Partisipasi Ibu dalam sectional terdapat hubungan tingkat
kegiatan posyandu maka
43

Kegiatan Posyandu partisipasi ibu dalam kegiatan semakin


baik pula status gizi anak
dengan Status Gizi Anak posyandu dengan status gizi
balita berdasarkan BB/U.
Balita anak balita berdasarkan BB/U
Hal ini turut dipengaruhi
(p = 0,030 ; r = 0,651)
oleh TKE dan TKP. Namun,

tidak ditemukan hubungan

tingkat partisipasi ibu dalam

kegiatan posyandu dengan

status gizi anak balita

berdasarkan BB/TB, TB/U,

dan IMT/U, baik sebelum

maupun setelah dikontrol

TKE dan TKP. Sebagian

besar TKE dan TKP anak

balita termasuk kategori

lebih karena penggunaan

AKG individu, pemilihan

metode food recall 24 jam,


44

dan tingginya asupan harian

susu formula dari anak

balita.
4. Sabrina, Eka Andriani, 2018 Hubungan Pengetahuan dan Chi-Square Setelah dilakukan uji chi-square Dari hasil penelitian

Ratih Kurniasari Tingkat Partisipasi Ibu dalam diketahui nilai signifikannya 0.678 diketahui, baik faktor

Kegiatan Posyandu dengan lebih besar dari pada 0.05 maka pengetahuan ibu maupun

Status Gizi Anak Balita di dapat diketahui pada penelitian ini tingkat partisipasi ibu dan

Karawang bahwa tingkat partisipasi ibu dan balita pada kegiatan

balita dalam kegiatan posyandu tidak posyandu tidak berpengaruh

berpengaruh terhadap status gizi secara signifikan terhadap

balita. status gizi balita.


5. Bonaventura Adhi 2011 Hubungan Antara Cross Dari table diatas dilakukan Berdasarakan penelitian

yang dilakukan tentang


Yogiswara Tingkat Partisipasi Ibu di sectional analisa data menggunakan
hubungan antara tingkat
Posyandu dengan Status faisher exact test di peroleh
partisipasi ibu di posyandu
gizi Balita nilai 0,007 sehingga nilai
dengan status gizi balita
p≤0,05. Berdasarkan nilai dengan responden sebanyak

tersebut hipotesis dapat 40 ibu balita. Hasil yang

diterima yang menyatakan Didapatkan pada penelitian


45

bahwa ada hubungan anatara ini adalah ibu dengan

partispasi rutin sebanyak 31


tingkat partisipasi ibu di
ibu (77,5%) dan 9 ibu
posyandu dengan status gizi
(22,5%) dengan partisipasi
balita.
tidak rutin. Status gizi pada

balita didapatkan 29 balita

(72,5%) status gizi baik dan

11 balita (27,5%) status gizi

tidak baik. Pada analisa

bivariat didapatkanhubungan

antara tingkat partisipasi ibu

di posyandu dengan status

gizi balita dengan nilai p =

0,007 pada fisher exact test.

Hal ini berarti ibu yang hadir

di posyandu secara rutin

maka status gizi dari balita

akan baik.
6. Ita Puspitasari 2015 Faktor-faktor yang Survey Berdasarkan analisa bivariate uji Ada pengaruh antara status
46

Mempengaruhi Partisipasi ibu analitik analisis korelasi spearman rank bekerja ibu, tingkat

Balita ke Posyandu dapat disimpulkan bahwa umur ibu, pengetahuan ibu dan

Kencursari I di Dukuh pendidikan ibu, dan jarak ke kebutuhan yang dirasakan

Tegaltandan Desa posyandu menunjukkan Ho diterima ibu balita dalam pelayanan

Banguntapan kabupaten (p>0,05) yang artinya bahwa tidak di posyandu, sedangkan

Bantul ada pengaruh dengan partisipasi ibu umur ibu, pendidikan ibu

balita ke posyandu Kencursari I di dan jarak ke posyandu tidak

Dukuh Tegaltandan Desa ada pengaruh. Dan status

Banguntapan, Kabupaten Bantul bekerja ibu lebih

Tahun 2015. Sedangkan status berpengaruh 7 kali terhadap

bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu partisipasi ibu balita ke

dn kebutuhan yang dirasakan ibu posyandu Kencursari I

balita dalam pelayanan di posyandu

menunjukan Ho ditolak (p<0,05)

yang artinya bahwa ada pengaruh

dengan partisipasi ibu balita ke

posyandu Kencursari I di Dukuh

Tegaltandan, Desa Bnguntapan


47

Kabupaten Baantul Tahun 2015.


BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Dampak Status Gizi
3.1 Kerangka Konseptual 1. Anoreksia
Faktor yang Faktor yang mempengaruhi status gizi 2. Keterlambatan
mempengaruhi partisipasi pertumbuhan
1. Secara lansung 3. Infeksi saluran
1. Faktor Internal a. Asupan makanan cerna
a. Pendidikan b. Penyakit infeksi 4. Penurunan
b. Pendapatan 2. Secara tidak langsung kecerdasan
c. Status a. Tingkat Pendidikan 5. Kematian
pekerjaan b. Tingkat pendapatan
d. Pengetahua c. Ketahanan Pangan
n d. Pola Asuh Anak
e. Usia Ibu e. Kesehatan lingkungan
f. Usia Anak f. Pelayanan Kesehatan Status Gizi
2. Faktor Eksternal 1. Partisipasi Ibu ke Posyandu
a. Jarak
b. Dukugan
kader
posyandu
c. Dukungan Kurang Index Antropometri menurut
tokoh Supriasa, 2014
masyarakat Sangat
1. BB/U
d. Kondisi Kurang
2. TB/U
PSBB
Normal 3. BB/TB
4. IMT/U
5. PB/U
Resiko Berat
Badan lebih

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

: Penghubung

Bagian 3.1 Kerangka konseptual penelitian Hubungan Partisipasi Ibu ke


Posyandu dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun di Era
Pandemi Covid 19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun
2021.

48
49

3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut sugiyono, 2014 hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah pada penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban

yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta yang empiris diperoleh melalui dapat penelitian ini.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ada Hubungan yang signifikan

antara Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun

di Era Pandemi Covid 19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021.


50

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang

telah berperan sebagai pedoman atau penentuan peneliti atau penuntun

peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2016). Jenis rancangan

penelitian yang digunakan adalah korelasional yaitu jenis penelitian yang

mengkaji hubungan antar variable. Penelitian korelasional bertujuan

mengungkapkan hubungan yang korelatif antarvariabel (Nursalam, 2016).

Desain penelitian adalah suatu wahana untuk mencapai tujuan

penelitian yang berperan sebagai rambu–rambu yang akan menuntun peneliti

atau kerangkan acuan bagi pengkajian hubunan antara variabel peneliti

(Sastroasmoro & Ismael, 2008). Desain penelitian memberikan prosdur

untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun dan

menyelesaikan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan rancangan penelitian crossectional pendekatan retrospektif.

Crossectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam, 2016). Pendekatan retrospoktif adalah faktor resiko

diukur dengan melihat kejadian masa lampau untuk mengetahui ada tidaknya

faktor resiko yang dialami (Saryono,2010).

51
51

4.2 Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan objek

penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah Seluruh Balita 1-5 Tahun yang datang ke

Posyandu seledri di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2020

yaitu 76 balita.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui purposive sampling

(Nursalam, 2016). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh Balita usia 1-5 Tahun yang datang ke Posyadu di

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2020. Sampel dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

N
n=
1+ N ¿ ¿

keterangan:

n : besar sampel

N : besar populasi

d : tingkat signifikan (tingkat kesalahan yang dipilihh, d = 0,1)

76
n=
1+76 ¿ ¿
52

4.2.2.1 Karakteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri–ciri yang

perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel(Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian

ini kriteria inklusinya adalah :

1. Ibu balita yang datang ke Posyandu Wilayah kerja


Puskesmas Kertosari
2. Ibu balita yang bersedia menjadi responden di Posyandu
Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

4.2.2.2 Karakteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini

Kriteria ekslusinya adalah :

1. Balita yang usianya lebih dari 5 tahun saat pada

bulan februari 2020 sampai 2021.

2. Balita usia 0 sampai < 1 tahun

3. Balita yang sedang mengalami diare

4. Balita yang sedang sakit typoid

5. Balita yang memiliki riwayat penyakit cacingan.


53

4.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah tahapan atau langkah-langkah dalam

aktivitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan

awal sampai akhir) (Nursalam, 2013).

Populasi
Seluruh Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu Seledri Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Tahun 2020 sebanyak 76 balita

Teknik Sampling: Purposive


sampling

Sample
Seluruh Balita Usia 1-5 Tahun di Posyandu Seledri Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Tahun 2020 adalah 43 balita

Desain penelitian:
correlational

Informed Consent

Pengumpulan Data menggunakan lembar observasi dan Lembar Z-score

Analisa Data :
Rank Spearmant

Hasil Penelitian

Pelaporan Hasil Penelitian

Bagan 4.1 Kerangka Kerja Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan


Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun di Era Pandemi Covid-19
Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021.
54

4.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Dalam

penelitian ini mengunakan 2 variabel yaitu sebagai berikut.

4.4.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2015). Variabel bebas pada

penelitian ini yaitu Partisipasi Ibu ke Posyandu.

4.4.2 Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,

2015). Variabel terikat pada penelitian ini yaitu Status Gizi.

4.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono, 2014).

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti

dan mengoperasikan kontrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain

untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

mengembangkan cara pengukuran kontrak yang lebih baik.


55

Tabel 4.2 Definisi Operasional : Hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan


Status Gizi Balita 1-5 Tahun di Era Pandemi Covid-19 Wilayah Kerja
Puskesmas Kertosari Tahun 2021.
Variabel Definisi Indikator Penelitian Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Partisipasi ibu 1. Berpatisipasi Lembar ordinal 1. Baik: 83-
independen : dalam kegiatan jika rutin
observasi 100%
Partisipasi Posyandu balita mengikuti
Ibu ke adalah kegiatan 2. Sedang : 66-
Posyandu keikutsertaan ibu posyandu
82%
dalam selama 1 tahun
memeriksakan dan tidak ada 3. Kurang: 1-
tumbuh kembang absen lebih dari
65%
anaknya ke 3 kali dalam 1
posyandu dan tahun 4.Sangat kurang:
memantau dalam (Kemenkes
0
KMS. RI,2011)
2. Tidak
berpartisispasi
jika tidak rutin
mengikuti
kegiatan
posyandu lebih
dari 3 kali
dalam setahun
(Kemenkes RI,
2011)

Variabel Status gizi adalah Pengukuran status gizi Z-score Ordinal 1. Sangat
dependen : keseimbangan balita berdasarka Kurang: <
Status Gizi antara asupan indicator BB/U -3SD
makanan dengan
postur dan 2. Kurang:
kekuatan fisik -3SD sd <
anak. -2SD

3. Normal:
-2SD sd
+1SD

4. < -3SD
56

4.6 Pengumpulan data dan Analisa data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013).

4.6.1 Instrumen

Instrumen penelitianya yaitu alat yang digunakan dalam

pengumpulan data sesuai dengan macam dan tujuan penelitian

(Nursalam, 2013). Instrumen yang digunakan adalah Lembar Observasi

pada Partisipasi Ibu dan Z-score pada Status Gizi .

4.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.2.1 Lokasi atau tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan Di Wilayah Puskesmas

Kertosari. Pemilihan tempat didasarkan pada alasan bahwa Di

Puskesmas Kertosari merupakan puskesmas yang memiliki

kasus status gizi kurang paling banyak no 3 di wilayah

banyuwangi pada masa pandemic tahun 2020.

4.6.2.2 Waktu Penelitian

penelitian di Puskesmas Kertosari tepatnya di posyandu

seledri berlangsung pada hari rabu tanggal 16 juni 2021.

4.6.3 Prosedur

Pertama peneliti mengajukan judul ke LPPM dan diberi surat

pengantar untuk melakukan studi awal ke Dinas Kesehatan

Banyuwangi, kemudian peneliti menerima surat pengantar dari Dinkes

dan diserahkan ke Puskesmas untuk meminta data awal. Setelah itu


57

peneliti menyerahkan surat pengantar studi pendahuluan kepada Tata

Usaha Puskesmas Kertosari, kemudian dari pihak Tata Usaha

menyampaikan kepada kepala Puskesmas Kertosari serta menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian. Setelah Kepala Puskesmas

menyetujuinya, peneliti bertemu dengan bagian Konseling untuk

meminta data status gizi dan data kunjungan posyandu, untuk

selanjutnya dibandingkan dengan Buku KMS. Selanjutnya diolah

dengan menggunakan SPSS analisa data Rank Spearmant untuk

menguji ada tidaknya hubungan, dan selanjutnya pelaporan hasil

penelitian.

4.6.4 Cara Analisa Data

Pada tahap ini data diolah dan dianalisis dengan tehnik–tehnik

tertentu. Data kualitatif diolah menggunakan teknik analisis kualitatif,

sedangkan data kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis

kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat dilakukan dengan

tangan atau melalui proses komputerisasi. Dalam pengolahan ini

mencakup tabulasi data dan perhitungan–perhitungan statistik, bila

diperlukan uji statistik (Notoatmodjo, 2010).

4.6.4.1 Analisa Deskriptif

Data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing


58

dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul (Nursalam, 2013).

2) Coding

Coding adalah pemberian kode pada data

dimaksudkan untuk menterjemahkan data ke dalam kode-

kode yang biasanya dalam bentuk angka (Nursalam, 2013).

Setelah semua data disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

(1) Coding Partisipasi Ibu

a. Baik :1

b. Sedang :2

c. Kurang :3

d. Sangat Kurang : 4

(2) Coding Status Gizi

Kurang :1

Sangat Kurang :2

Normal :3

Resiko berat Badan Lebih :4

3) Scoring

Scoring adalah Skor / nilai untuk tiap item pertanyaan

untuk menentukan nilai tertinggi dan terendah (Setiadi,

2007). Pada tahap scoring peneliti memberi nilai pada setiap


59

data sesuai dengan skor yang telah ditentukan berdasarkan

cheklist yang telah diisi oleh responden.

(1) Scoring Partisipasi Ibu

a. Baik : 83-100%

b. Sedang : 66-82%

c. Kurang : 1-65%

d. Sangat Kurang :0

(2) Scoring Status Gizi

a. Sangat Kurang : < -3 SD

b. Kurang : -3 SD sd < 2 SD

c. Normal : -2 SD sd +1 SD

d. Resiko Berat Badan Lebih : <+1SD

4) Tabulating

Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk

tabel yang terdiri dari beberapa baris dan beberapa kolom.

Tabel dapat digunakan untuk memaparkan sekaligus

beberapa variabel hasil observasi, survei atau penelitian

hingga data mudah dibaca dan dimengerti (Nursalam, 2013).

4.6.4.2 Analisa Statistik

Pada penelitian data dianalisis dengan tekhnik tertentu.

Pengolahan data kuantitatif dapat digunakan dengan tangan atau

melalui proses komputerisasi. Pengolahan ini mencakup tabulasi

data dan perhitungan-perhitungan statistik, bila diperlukan uji

statistik (Notoatmodjo, 2010).


60

Data yang telah terkumpul dilakukan analisis atas

hubungan Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi Balita

1-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari Tahun 2021,

menggunakan uji korelasi rank spearman. Alasan peneliti

memakai uji korelasi rank spearman karena skala data dari

kedua variabel merupakan skala data ordinal. Untuk mengetahui

apakah ada hubungan antara Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan

Status Gizi maka dilakukan uji statistik Rank Spearman dengan

SPSS 16 for window dengan α = 0,1 menggunakan kaidah

pengujian sebagai berikut :

Ha diterima : bila nilai ρ < 0,1 artinya ada hubungan

antara Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi Balita

Usia 1-5 Tahun di Era Pandemi Covid-19 Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Tahun 2021.

Ha ditolak : bila nilai 0,724 > 0,1 artinya tidak ada

hubungan antara Partisipasi Ibu ke Posyandu dengan Status Gizi

Balita Usia 1-5 Tahun di Era Pandemi Covid-19 Wilayah Kerja

Puskesmas Kertosari Tahun 2020.

4.7 Masalah Etika

Responden yang memiliki syarat akan dilindungi hak-hak nya untuk

menjamin kerahasiannya. Sebelum proses penelitian dilakukan, responden

terlebih dahulu diberikan penjelasan manfaat dan tujuan penelitian. Setelah

setuju, dipersilahkan menandatangani surat persetujuan untuk menjadi

responden. Masalah etika yang harus dijadikan perhatian. Penelitian ini telah
61

direkomendasikan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) di STIKes

Banyuwangi.

4.7.1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tantang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak bebas untuk

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Nursalam, 2016).

4.7.2 Anonimity (Tanpa Nama)

Subyek tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data cukup menulis nomor atau kode saja untuk

menjamin kerahasiaan identitasnya. Apabila sifat peneliti memang

menuntut untuk mengetahui identitas subjek, ia harus memperoleh

persetujuan terlebih dahulu serta mengambil langkah-langkah dalam

menjaga kerahasiaan dan melindungi jawaban tersebut (Wasis, 2008).

4.7.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari subjek akan dijamin

kerahasian nya oleh peneliti. Pengujian data dari hasil penelitian hanya

akan ditampilkan di akademik.

4.7.4 Veracity (Kejujuran)

Jujur pada saat pengumpulan data, pustaka, metode, prosedur

penelitian, hingga publikasi hasil. Jujur pada kekurangan maupun

kegagalan proses penelitian. Tidak mngakui pekerjaan yang bukan

pekerjaannya.
62

4.7.5 Non Maleficencen (Tidak Merugikan, Do Not Harm)

Suatu prinsip yang mempunyai maksud bahwa setiap tindakan

yang dilakukan seseorang tidak menimbulkan kerugian secara fisik

maupun mental (Abrori et al., 2016).

4.7.6 Respect for Person (Menghormati Harkat dan Martabat Manusia)

Menghormati maupun menghargai orang ada dua hal yang perlu

diperhatikan, yaitu peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam

terhadap kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian dan

melakukan perlindungan kepada responden yang rentan terhadap

bahaya penelitian.

4.7.7 Justice (Keadilan Bagi Seluruh Subjek Peneliti)

Suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang menjunjung

tinggi prinsip moral, legal, dan kemanusiaan. Prinsip keadilan juga

ditetapkan dalam pancasila Negara Indonesia pad sila ke 5 yaitu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Abrori et al., 2016).

4.7.8 Beneficence (Memaksimalkan Manfaat dan Meminimalkan Resiko)

Keharusan secara etik untuk mengusahakan manfaat sebesar-

besarnya serta memperkecil kerugian maupun resiko bagi subjek dan

memperkecil kesalahan penelitian. Dalam hal ini penelitian harus

dilakukan dengan tepat dan akurat, serta responden terjaga kesalamatan

dan kesehatannya.
63

4.7.9 Keterbatasan Penelitian

Peneliti mengalami keterbatasan saat melakukan penelitian

yaitu:

1. Terdapat kendala kesulitan sample penelitian pada posyandu

lembayung, kemudian pindah ke posyandu seledri.

2. Responden keseluruhan tidak bias di cakup oleh peneliti.


64

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Data Demografi

1). Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Kertosari merupakan pengembangan dari

puskesmas pembantu Sobo yang merupakan wilayah kerja

puskesmas sobo, hal-hal yang mendasari terbentuknya Puskesmas

Kertosari adalah jumlah penduduk setiap tahun meningkat,

kunjungan pasien yang terus meningkat. Puskesmas Kertosari

berdiri pada tanggal 16 April 1994 di jl. Ikan hiu 41 Banyuwangi,

wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertosari ada empat wilayah

meliputi : Kertosari, Karangrejo, Kepatihan, dan Panderejo. Kondisi

daerah penelitian letaknya strategis, Puskesmas Kertosari dekat

dengan jalan utama serta jalan yang sudah beraspal sehingga tidak

memiliki hambatan dalam melakukan penelitian dan mudah

dijangkau.

2). Lingkup pelayanan puskesmas kertosari


Puskesmas Kertosari mempunyai lingkup cakupan pelayanan

untuk masyarakat yang sangat luas. Lingkup tersebut mencakup 4

wilayah yaitu :

a Kertosari : lingkungan krajan dan lingkungan kramat

b Karangrejo : kaliasin, karanganom, dan karanganyar

c Kepatihan : lauman, krajan, dan kampong ujung


65

d Panderejo : kemasan, kempon, wirodayan, dan karangbaru

3). Fasilitas pelayanan kesehatan

a). Puskesmas induk : 1 unit

b). Puskesmas pembantu : 1 unit

c). Ps BP : 1 unit

d). Puskesmas keliling : 1 unit

e). BP swasta : 2 unit

f). Praktek dokter swasta : 4 unit

g). Praktek bidan swasta : 3 unit

h). Praktek perawat : 5 unit

4). Data ketenagakerjaan

a). Dokter umum : 1 orang

b). Dokter gigi : 2 orang

c). Perawat : 5 orang

d). Bidan : 11 orang

e). Tenaga kesehatan lingkungan : 1 orang

f). Ahli teknologi laboratoriu medis : 1 orang

g). Tenaga gizi : 1 orang

h). Apoteker : 1 orang

i). Tenaga administrasi : 5 orang

j). Pekarya : 4 orang

5). Sarana prasarana

a). Ruang pelayanan : 8 unit

b). Pelayanan gawat darurat : 1 unit


66

c). Gudang obat : 1 unit

d). Ruang penyimpanan vaksin : 1 unit

e). Ruang kepala puskesmas : 1 unit

f). Ruang tata usaha : 1 unit

g). Aula : 1 unit

h). SPAL : 1 unit

i). Parkiran : 1 unit

5.1.2 Karateristik Umum Responden

Hasil dari data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melakukan

penelitian maka didapatkan karakteristik umum responden berupa usia ibu,

pendidikan, status pekerjaan, dan pendapatan responden yang disajikan pada

table sebagai berikut :

a) Distribusi responden berdasarkan usia


Tabel 5.1 distribusi responden beerdasarkan usia

Variable Frekuensi Persentase


17-25 tahun 14 32,6 %
26-35 tahun 17 39,5 %
36-45 tahun 12 27,9 %
Total 43 100 %

Berdasarkan tabel 5.1 usia ibu di Posyandu Seledri Puskesmas Kertosari


tahun 2021, kurang dari 50% responden berada di rentang usia 26-35 tahun
sebanyak 17 orang dari 43 responden atau (39,5%).
b) Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Tabel 5.2 distribusi responden berdasarkan pendidikan
Variable Frekuensi Persentase
SD 8 18,6 %
SMP 11 25,6 %
SMA 16 37,2 %
8 18,6 %
Perguruan Tinggi
67

Total 43 100 %
Berdasarkan tabel 5.2 pendidikan ibu di Posyandu Seledri Puskesmas
Kertosari tahun 2021, kurang dari 50% responden berpendidikan SMA sebanyak
16 orang dari 43 responden atau (37,2 %).
c) Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan
Tabel 5.3 distribusi responden berdasarkan status pekerjaan

Variable Frekuensi Persentase


Ibu rumah tangga 24 55,8 %
Buruh 12 27,9 %
PNS 3 7,0%
Wiraswasta 4 9,3 %
Total 43 100 %
Berdasarkan table 5.3 status pekerjaan orang tua di Posyandu Seledri
Puskesmas Kertosari tahun 2021, lebih dari 50% orang tua bekerja sebagai Ibu
rumah tangga sebanyak 24 orang dari 43 responden atau (55,8 %).

d) Distribusi responden berasarkan pendapatan


Table 5.4 distribusi responden berasarkan pendapatan

Variabel Frekuensi Persentasi


≤ Rp 1.000.000 8 18,6 %
Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 18 41,9 %
Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 13 30,2 %
Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 4 9,3 %
Total 43 100 %
Berdasarkan table 5.4 pendapatan orang tua di Posyandu Seledri
Puskesmas Kertosari tahun 2021, kurang dari 50 % orang tua dari 43 memiliki
pendapatan berada di rentang Rp 1.000.000 – 2.000.000 sebanyak 18 orang dari
43 responden atau (41,9 %).

5.1.3 Karakteria Khusus Responden

Hasil dari data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melakukan
penelitian maka didapatkan karakteristik khusus responden berupa partisipasi ibu
ke posyandu dan status gizi.

a) Partisipasi Ibu ke Posyandu


68

Tabel 5.5 distribusi karakteristik khusus responden berdasarkan variabel


partisipasi ibu ke posyandu

Variable Frekuensi Persentasi


Baik 2 4,7 %
sedang 37 86,0 %
kurang 4 9,3 %
Total 43 100 %
Berdasarkan table 5.5 sebagian besar ibu berpartisipasi ke posyandu di
Puskesmas Kertosari pada kategori sedang sebanyak 37 dari 43 responden atau
(86,0 %).
b) Status Gizi
Tabel 5.6 distribusi karakteristik khusus responden berdasarkan variable
status gizi
Variabel Frekuensi Persentasi

BB Sangat Kurang 1 2,3 %


BB Kurang 12 27,9 %
BB Normal 24 55,8 %
6 14,0 %
Resiko BB Lebih

Total 43 100 %

Berdasarkan table 5.6 status gizi pada anak lebih dari 50 % berada pada
kategori Berat Badan Normal sebanyak 24 dari 43 responden atau (55,8 %).

5.1.4 Tabulasi Silang Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi


Data yang telah dikumpulkan lalu diolah dan didapatkan hasil sebagai
berikut :
Table 5.7 tabulasi silang : Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan
Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Era Pandemi Covid-19 di
Puskesmas Kertosari Tahun 2021.
Partisipasi Ibu Ke Posyandu
Baik Sedang Kurang
n (%) n (%) n (%) Total
Status BB sangat 1 0 1 1
Gizi kurang (100%) (0%) (50%) (100%)
BB kurang 0 10 2 12
69

(0%) (83,3%) (16,7%) (100%)


BB Normal 1 22 1 24
(4,2%) (91,7%) (4,2%) (100%)
Resiko BB 0 5 1 6
lebih (0%) (83,3%) (16,7%) (100%)
Total 2 37 4 43
(4,7%) (86,0%) (9,3%) (100%)
Berdasarkan tabel diatas distribusi frekuensi partisipasi ibu ke posyandu
dengan status gizi pada balita usia 1-5 tahun di era pademi covid-19 di puskesmas
kertosari tahun 2021 yaitu mayoritas responden memiliki berat badan normal
dengan partisipasi ibu ke posyandu dengan frekuensi sedang sebanyak 22 dari 43
responden (91,7%).

5.1.5 Hasil Analisa Data


Tabel 5.8 Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dengan SPSS Hubungan
Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5
Tahun Di Era Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kertosari Tahun
2021
Correlations

Status gizi Partisipasi Ibu Ke


Posyandu

Status Gizi Correlation Coefficient 1 .055


Sig. (2-tailed)
N
.724
43 43
Partisipasi Ibu Ke Correlation Coefficient .055 1
Sig. (2-tailed)
Posyandu N
.724
43 43

Setelah dilakukan uji korelasi rank spearman data menggunakan perangkat lunak
SPSS (statistic program for social scient) versi 16 windows 10 dengan α = 0,1
hasil yang didapat yaitu dari hasil penelitian Ho lebih kecil dari pada Ha dimana
0,724 < 0,1 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara partisipasi ibu
ke posyandu dengan status gizi, selain itu hasil dari uji keeratan didapatkan hasil
0,055 yang berarti hubungan keeratan antara partisipasi ibu ke posyandu dengan
status gizi balita sangat lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
70

hubungan yang signifikan antara partisipasi ibu ke posyandu dengan status gizi
balita usia 1-5 tahun di era pandemic covid-19 di puskesmas kertosari tahun 2021.
5.2 Pembahasan

5.2.1 Partisipasi Ibu Ke Posyandu Di Era Pandemi Covid-19 Di

Puskesmas Kertosari Tahun 2021

Hasil penelitian yang telah dilakukan menggambarkan distribusi

karakteristik responden berdasarkan partisipasi ibu ke posyandu di era

pandemic covid-19 di puskesmas kertosari tahun 2021. Berdasarkan

tabel 5.5 didapatkan bahwa dari 43 responden sebagian besar responden

berpartisipasi ke posyandu dengan kategori sedang mencapai 37 orang

dari 43 responden atau (86,0 %). Ibu dikatakan berpartisipasi baik

apabila ibu datang ke posyandu sebanyak 10-12 kali dalam satu tahu,

dikatakan sedang apabila ibu datang ke posyandu sebanyak 6-9 kali

dalam satu tahun, dikatakan kurang apabila ibu datang ke posyandu

sebanyak <6 kali dalam satu tahun, dan dikatakan sangat kurang apabila

ibu tidak pernah datang ke posyandu sama sekali selama satu tahun

(Almatsier,2011). Ibu yang mengikuti kegiatan di Posyandu juga bisa

memperoleh penyuluhan kesehatan termasuk penyuluhan mengenai gizi

pada balita (Mubarak dan Chayatin, 2009). Partisipasi ibu dalam

kegiatan Posyandu akan membantu ibu untuk menyelesaikan

permasalahan kesehatan pada anak, selain itu ibu yang mengikuti

kegiatan Posyandu juga akan lebih mengetahui status gizi anaknya

karena dapat melihat dan selalu memantau di buku KMS.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu ke posyandu

salah satunya yaitu usia. Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi


71

responden dari 43 responden kurang dari 50% ibu berusia 26-35 tahun

mencapai 17 dari 43 responden atau (39,5%) responden. Usia ibu

merupakan salah satu yang berkaitan dengan pola asuh anak, dimana

usia merupakan satu hal yang identik dengan pengalaman dan

pengetahuan seseorang. Bahwa pada ibu yang berumur muda dan baru

memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar

terhadap anak mereka, seiring bertambahnya usia, bertambah kesibukan

dan bertambah jumlah anak maka akan mempengaruhi motivasi untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak (Chandra &

Humaedi, 2020). Usia responden termasuk dalam usia produktif dimana

pada masa ini ibu akan lebih memerhatikan asupan gizi yang

dibutuhksn oleh anaknya, karena itu ibu akan lebih aktif untuk

berpartisipasi ke posyandu untuk melihat tumbuh kembang balita, tidak

hanya berkunjung ke posyandu pada jaman yang modern ini ibu akan

lebih mudah mengetahui apa yang baik dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan pada balita melalui social media maupun mengikuti kegiatan

parenting yang dilaksanakan di sosmed tetapi juga tidak menutup

kemungkinan ibu yang usianya lebih dewasa juga dapat memberikan

pelayanan kesehatan yang baik untuk anaknya dimana biasanya ibu

yang lebih dewasa lebih pengalaman bagi ibu yang muda karena ibu

lebih bisa mengatur waktu untuk kesibukannya dan juga untuk

mengurus anaknya.

Selain usia, faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu ke posyandu

adalah status pekerjaan. Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi


72

responden dari 43 responden sebagian besar sebagai ibu rumah tangga

mencapai 24 dari 43 responden atau (55,8 %) responden. Bekerja

adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau

membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya

bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus, termasuk

pekerjaan keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha atau

kegiatan ekonimi. Cenderung memilih bekerja disektor informal dan ini

menjadi hambatan bagi ibu untuk ikut membagi waktu dalam kegiatan

sosial diantaranya posyandu (Anik S, 2013). Berdasarkan dengan

pendapat wawan (2010) bahwa seseorang yang mempunyai pekerjaan

dalam waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran

dalam pelaksanaan posyandu. Pada umumnya orang tua tidak

mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas pekerjaan

orang tua akan semakin sulit datang ke posyandu. Seseorang yang

mempunyai pekerjaan dengan waktu dengan waktu yang cukup padat

akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan posyandu,

berbeda dengan ibu rumah tangga yang menyempatkan waktunya untuk

datang ke posyandu untuk melakukan kegiatan imunisasi, penyuluhan

kesehatan, dan memantau tumbuh kembang putra putrinya.

5.2.2 Status Gizi Balita Di Era Pandemi Covid-19 Di Puskesmas

Kertosari Tahun 2021

Hasil penelitian yang telah dilakukan menggambarkan distribusi

karakteristik responden berdasarkan status gizi balita di era pandemic

covid-19 di puskesmas kertosari tahun 2021. Berdasarkan table 5.6


73

status gizi pada anak sebagian besar berada pada kategori Berat Badan

Normal sebanyak 24 dari 43 responden atau (55,8 %). Status gizi

adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi

badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang

tungkai (Supariasa, 2012). Status gizi balita merupakan faktor paling

penting yang harus diperhatikan oleh orang tua karena pada masa

balita ini lah pertumbuhan pada balita terjadi sangat cepat atau yang

sering kita dengar dengan istilah periode perkembangan golden

period, sehingga pada masa ini orang tua harus memperhatikan asupan

gizi sesuai dengan kebutuhannya agar status gizi pada balita pun

menjadi lebih baik sesuai dengan tumbuh kembangnya.

faktor yang mempengaruhi status gizi balita yaitu pendidikan orang

tua. Berdasarkan tabel 5.2 pendidikan ibu di Posyandu Seledri

Puskesmas Kertosari tahun 2021, kurang dari 50% ibu berpendidikan

SMA sebanyak 16 dari 43 orang atau (37,2 %). Tingkat pendidikan

ikut menentukan mudah tidakya seseorang menerima pengetahuan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah dia

menyerap informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi

gizi yang akhirnya dapat merubah perilaku makan ke arah yang lebih

baik dan dapat meningkatkan status gizi balita (Ermawati,2010).

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seseorang

terutama bagi seorang ibu yang memiliki balita. Pendidikan sangat


74

mempengaruhi penerima informasi tentang gizi, dimana masyarakat

dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-

tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima

informasi baru dibidang gizi, sedangkan pada ibu yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi membuat seseorang dapat menyerap

informasi lebih mudah dan lebih baik dari berbagai sumber. Semakin

tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih mudah untuk menerima

hal-hal baru dan mudah menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru,

oleh karena itu semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula

tingkat pengetahuan ibu mengenai status gizi pada balita.

Selain pendidikan faktor yang mempengaruhi status gizi adalah

pendapatan. Berdasarkan table 5.4 pendapatan orang tua di Posyandu

Seledri Puskesmas Kertosari tahun 2021, kurang dari 50% orang tua

memiliki pendapatan berada di rentang Rp 1.000.000 – 2.000.000

sebanyak 18 dari 43 orang atau (41,9 %). Pedapatan merupakan faktor

yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan, karena dengan

pendapatan yang memadai dapat menyedikan ssemua kebutuhan anak

balita yang primer maupun sekunder. Pendapatan yang meningkat

akan mengakibatkan semakin besarnya total pengeluran termasuk

pengeluaran untuk pangan (Paputungan,2012). Pendapatan keluarga

dapat mempengaruhi status gizi pada balita dimana jika suatu keluarga

memiliki pendapatan yang besar serta cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi anggota keluarganya maka kebutuhan pada balita juga

akan terpenuhi.
75

5.2.3 Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita

Usia 1-5 Tahun Di Puskesmas Kertosari

Berdasarkan analisa data uji statistic Rank Spearman SPSS 16 for

windows didapatkan nilai hasil significance (2-tailed) P=0,724 α=0,1

P < α (0,724 > 0,1), yang artinya bahwa Ho lebih kecil dari pada Ha

maka tidak ada hubungan yang signifikan antara partisipasi ibu ke

posyandu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di era pandemic

covid-19 di puskesmas kertosari tahun 2021. Keeratan hubungan

korelasi sebesar 0,055 menunjukan korelasi dari 2 variabel sangat

lemah. Serta dari tabulasi silang pada tabel 5.7 didapatkan mayoritas

dari responden memiliki berat badan normal dengan partisipasi ibu ke

posyandu dengan frekuensi sedang sebanyak 22 dari 43 responden atau

(91,7%). Tingkat kehadiran ibu ke posyandu berperan penting terhadap

status gizi anak bayi. Menurut Handayani (2013), penting bagi ibu

untuk aktif berkunjung ke posyandu untuk memantau kesehatan dan

gizi anaknya, sehingga apabila terjadi masalah gizi seperti gizi kurang

maka ibu dapat melakukan pencegahan agar keadaan tersebut tidak

semakin buruk (Mauludi, 2018). Langkah puskesmas dalam

menanggulangi masalah gizi yaitu dengan diadakannya penimbangan

balita rutin setiap sekali dalam seminggu dan ibu juga harus tetap

mematuhi protocol kesehatan pelayanan posyandu yang dikeluarkan

oleh pemerintah.

Cakupan penimbangan balita di posyandu merupakan salah satu

upaya peningkatan gizi balita. Balita yang dilakukan penimbangan


76

secara rutin di posyandu maka pertumbuhannya akan terpantau secara

intensif. Apabila terdapat gangguan pertumbuhan maka dapat segera

dilakukan upaya pemulihan atau pencegahan sehingga tidak menjadi

gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan maka

penanganan kasus gizi kurang atau gizi buruk akan semakin baik

(Kemenkes, 2015). Kegiatan lain yang dilakukan di posyandu adalah

pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang,

penyuluhan, pemberian oralit untuk menanggulangi diare, dan

pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama (Mubarak dan

Chayatin, 2009). Dengan kegiatan tersebut maka akan membantu balita

tetap dalam keadaan sehat sehingga asupan nutrisi meningkat dan balita

akan memiliki status gizi yang baik. Penelitian ini sejalan dengan

Herisman Bazikho (2018) tingkat partisipasi ibu keposyandu dengan

status gizi balita diperoleh nilai p value sebesar 0,058 (<0,05), hal ini

berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat partisipasi ibu

dengan status gizi balita menurut indeks BB/U.

Demikian juga analisa pada hasil penelitian ini dimana ibu yang

rutin mengikuti kegiatan posyandu memungkinkan pertumbuhan dan

kesehatan anaknya terpantau sehingga jika ada gangguan maka cepat

diketahui dan ditindak lanjuti. Dengan mengikuti kegiatan posyandu ibu

juga bisa memperoleh informasi mengenai kesehatan anak khususnya

dalam memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bagi anak. Partisipasi ibu ke

posyandu dimasa pandemi tidak banyak berubah dibandingkan pada

masa sebelum pandemi dimana partisipasi ibu ke posyandu cukup baik,


77

terbukti disaat dilakukan kegiatan posyandu ibu sangat antusias datang

ke posyandu adapula saat kader keliling ke rumah warga satu persatu

untuk melakukan penimbangan berat badan ibu menyambut dengan

baik apabila ibu tidak bertemu dengan kader saat melakukan

penimbangan berat badan keliling maka ibu akan datang ke puskesmas

atau rumah kader untuk melakukan penimbangan berat badan agar

mengetahui status gizi pada balitanya, tidak hanya melakukan

penimbangan berat badan saja status gizi pada balita akan lebih baik

apabila mendapat asupan nutrisi yang tercukupi, nutrisi pada balita

dapat tercukupi jika suatu keluarga memiliki pendapatan yang cukup

pula. Dimana suatu keluarga dikatakan memiliki pendapatan yang besar

serta cukup apabila dapat memenuhi kebutuhan gizi anggota

keluarganya. Dengan terpenuhi kebutuhan keluarga maka kebutuhan

pada balita juga akan terpenuhi.

Pendidikan juga sangat mempengaruhi dalam penerima

informasi tentang gizi selain pendapatan, dimana rata-rata ibu di

posyandu seledri memiliki pendidikan berada pada rentang SMA. Pada

ibu yang pendidikanya rendah akan lebih mempertahankan tradisi-

tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima

informasi baru dibidang gizi, sedangkan pada ibu yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi membuat seseorang dapat menyerap informasi

lebih mudah dan lebih baik dari berbagai sumber. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan lebih mudah untuk menerima hal-hal

baru dan mudah menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru, oleh
78

karena itu semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat

pengetahuan ibu mengenai status gizi pada balita.

Di posyandu seledri dimana tidak hanya pendapatan atau

pendidikan yang cukup usia ibu juga berperan penting dalam memantau

status gizi balita karena ibu di posyandu seledri berada di usia 26-35

tahun, pada usia ini responden termasuk dalam usia produktif dimana

pada masa ini ibu akan lebih memerhatikan asupan gizi yang

dibutuhksn oleh anaknya, karena itu ibu akan lebih aktif untuk

berpartisipasi ke posyandu untuk melihat tumbuh kembang balita, tetapi

juga tidak menutup kemungkinan ibu yang usianya lebih dewasa juga

dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anaknya

dimana biasanya ibu yang lebih dewasa lebih pengalaman bagi ibu yang

muda karena ibu lebih bisa mengatur waktu untuk kesibukannya dan

juga untuk mengurus anaknya. Pada zaman milenial ini didukung oleh

usia ibu yang masih rata-rata muda tidak hanya berkunjung ke

posyandu ibu akan lebih mudah mengetahui apa yang baik dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang atau status gizi pada

balita melalui social media maupun mengikuti kegiatan parenting yang

dilaksanakan di social media. Selain itu, didukung juga oleh status

pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah tangga, dimana ibu akan

memiliki waktu yang cukup banyak sehingga dapat menyempatkan

waktunya untuk datang ke posyandu untuk melakukan kegiatan

imunisasi, penyuluhan kesehatan, dan memantau tumbuh kembang

putra putrinya.
79

BAB 6

PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tentang

Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5

Tahun Di Era Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kertosari Tahun 2021 bahwa:

1. Sebagian besar responden di Posyandu Seledri Puskesmas Kertosari

Tahun 2021 dari 43 responden memiliki tingkat partisipasi ke posyandu

sedang sebanyak 37 dari 43 responden (86%) responden

2. Sebagian besar responden di Posyandu Seledri Puskesmas Kertosari

Tahun 2021 dari 43 responden memiliki status gizi dengan BB Normal

sebanyak 24 dari 43 responden (55,8%) balita.

3. Setelah dilakukan uji korelasi rank spearman data menggunakan

perangkat lunak SPSS (statistic program for social scient) versi 16

windows 10 dengan α = 0,1 hasil yang didapat yaitu hasil penelitian tidak

significant (2-tailed) 0,724>0,1. Maka Ho terima dan Ha ditolak, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Partisipasi

Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita Usia 1-5 Tahun DiEra

Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Kertosari Tahun 2021. Tingkat keeratan

atara dua variabel sebesar 0,055 dengan demikian dapat diartikan bahwa

dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi


80

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai sumber

referensi bagi institusi untuk menambah keilmuan terkait penelitian

tentang Partisipasi Ibu ke posyandu dengan Status Gizi dan menjadi

tambahan koleksi hasil penelitian serta dapat ditempatkan

diperpustakaan institusi sebagai panduan untuk mendapatkan informasi

yang lebih banyak.

6.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi

Profesi Keperawatan untuk meningkatkan promotif bagi ibu-ibu untuk

aktif ke posyandu dan mengajarkan secara mandiri memantau tumbuh

kembang anak.

6.2.3 Bagi Tempat Penelitian

Setelah dilakukan penelitian ini para tenaga kesehatan dapat

memotivasi ibu yang memiliki balita untuk datang dan aktif ke

posyandu, selain itu agar ibu lebih cermat untuk memilih asupan gizi

yang sesuai dengan kebutuhan balita, dan mengajarkan ibu memantau

pertumbuhan serta perkembangan balita secara mandiri.

6.2.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan bisa menjadi

referensi bagi peneliti lain dan untuk memberikan intervensi dalam

meningkatkan partisipasi ibu ke posyandu saat pandemi covid-19 dan

mengganti variable independen penelitian terkait status gizi balita.


81

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia. Jakarta


Abrori, S., U. S., &, & Seravina, U. (2016). ybersex dan prestasi belajar pada
pelajar SMA Negeri 10 Ngabang Kabupaten Landak. Jurnal Vokasi K
Esehatan.
Azizah, Y. N. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Peran Kader Terhadap
Partisipasi Ibu Balita Dalam Kegiatan Posyandu Balita Desa Randualas
Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.
Bazikho, H. (2018). Hubungan Partsipasi Ibu ke Posyandu dan Kelengkapan
Imunisasi dengan Status Gizi Anak Usia 12-59 Bulan di Desa Tanjung Gusti.
Chandra, B. R., & Humaedi, S. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Partisipasi Orang Tua Anak Dengan Stunting Dalam Pelayanan Posyandu
Di Tengah Pandemi Covid19.
Ediana, D., Sari, N., Martya, D., & Kader, P. (2019). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Jorong
Tarantang. 4(1), 220–234.
Erlina Yuni, Natalia. Sertiana Oktami, R. (2014). Panduan Lengkap Posyandu
untuk Bidan dan Kader. Nuha Medika.
Helmi, R., Gizi, J., & Kemenkes, P. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margototo. Iv,
233–242.
Istiono. W, Et, A. (2011). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Keluarga. Jakarta.
lutfiana. (2013). Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu
Dengan Status Gizi Balita. 1–7.
Majestika Septikasari. (2018). Status Gizi Anak Dan Faktor Yang Mempengaruhi
(Shendy Amalia (ed.); 1st ed.). UNY Press.
Mauludi, N. U. R. F. (2018). Hubungan keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu
dengan status gizi bayi 0-12 bulan di desa triwung lor kecamatan
kademangan probolinggo.
Mufarikhin, M. (2019). Tingkat Partisipasi Ibu dalam Program Posyandu dengan
Status Gizi Balita Di Desa Ketileng singolelo Kecamatan Welahan.
Ni Luh Ayu Padma Dewi. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi
Ibu Balita ke Posyandu dan Status Gizi Balita di Desa PED Kecamatan
Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. 5–16.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2017). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Rineka Cipta.
82

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (P. P. Lestari (ed.);


4th ed.). Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
Proverawati, A. & Wati, E. K. (2010). Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan (1st ed.). Nuha Medika.
Puspitasari, I. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Balita
ke posyandu Kencursari I di Dukuh Tegltandan Desa Banguntapan
Kabupaten Bantul.
Reni Puspita Sari, U. U. (2020). Studi analisis tingkat kecemasan dengan
kepatuhan kunjungan posyandu di masa pandemi covid 19 1,2. IV(2), 77–82.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Cetakan Pertama.
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sulistyorini, dkk. (2010). Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan Desa Siaga.
Nuha Medika.
Supriasa, I. M. N. (2014). Penilaian Status Gizi. ECG.
Waryono. (2012). Gizi Reproduksi. Rihanga.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. EGC.
83

Lampiran 1
Matrik Penyusunan Proposal Penelitian
84

Lampiran 2
Surat Pengajuan Judul
85

Lampiran 3
Surat Permohonan Data Awal (DinKes).
86

Lampiran 4
Surat Pengantar
87

Lampiran 5
Surat Balasan Permohonan Data
88

Lampiran 6
Surat Permohonan Data Awal (Puskesmas)
89

Lampiran 7
Surat Balasan Puskesmas
90

Lampiran 8
Lembar Permohonan menjadi Responden
91

LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANG TUA/ WALI

OBJEK PENELITIAN

Kepada Yth, Ibu/ Sdri : .................................................................................

Orang tua/ Wali Ananda : .................................................................................

Alamat : ..................................................................................

Bersama ini saya yang bernama,

Nama : Siti Nur Hasanah

NIM : 201702041

Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Banyuwangi memohon kesediaan


Ibu/Sdri agar dapat mengizinkan ananda yang
bernama ....................................................................., untuk berpartisipasi sebagai
objek dari penelitian saya yang berjudul:

Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita


Usia 1-5 ahun Di Era Pandemi Covid 19 Wilayah Kerja Puskesmas
Kertosari. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan
informasi kepada orangtua mengenai pentingnya partisipasi ibu ke posyandu
dalam pemantauan status gizi balita.. Saya berharap ibu berkenan mengizinkan
anak Ibu untuk saya jadikan subjek penelitian saya. Dalam penelitian ini, saya
akan meminjam buku KMS ibu untuk mendapatkan data partisipasi. Peminjaman
buku KMS ini akan berlangsung sekitar 15 menit. Pemeriksaan ini tidak
menimbulkan efek samping.
92

Jika Ibu berkenan menjadi subjek penelitian saya, maka Ibu akan
mendapat informasi mengenai status gizi balita. Pemeriksaan ini tidak dikenai
biaya apapun.

Apabila ibu bersedia, maka lembaran persetujuan menjadi subjek


penelitian yang terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti.
Surat kesediaan ini tidak bersifat mengikat, Ibu dapat mengundurkan diri dari
penelitian ini selama penelitian berlangsung.

Mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas


kesediaan Ibu/ Sdri dan ananda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya
ucapkan terima kasih.

Banyuwangi,
2021

Peneliti,

Siti Nur Hasanah


93

Lampiran 9

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

( INFORMED CONSENT)

Setelah membaca keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak


saya/ anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul:

Hubungan Partisipasi Ibu Ke Posyandu Dengan Status Gizi Balita


Usia 1-5 ahun Di Era Pandemi Covid 19 Wilayah Kerja Puskesmas Kertosari

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan mengizinkan anak saya dan saya
untuk berpartisipasi dalam penelitian dari Siti Nur Hasanah sebagai mahasiswa S1
Keperawatan STIKES Banyuwangi, dengan catatan apabila suatu ketika merasa
dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Banyuwangi,
2021

Tanda Tangan,

(.................................)

Orang Tua Ananda ................................

Alamat :

No Telp/ Hp :
94

Lampiran 10
Lembar Observasi
95

Lampiran 11
Tabel standrat BB/U
96
97
98
99
100
Lampiran 12
101
102

Lampiran 13
Surat Etik
103

Lampiran 14
Surat Pengantar Dinkes
104

Lampiran 15
Surat Permohonan Penelitian Puskesmas
105

Lampiran 16
Surat Balasan Dinkes
106

Lampiran 17
Surat Balasan Puskesmas
107

Lapiran 18
Tabulasi Data
108

Lampiran 19
Hasil uji SPSS
109
110
111

Lampiran 20
112
113
114
115
116
117
118

Lampiran 21

Anda mungkin juga menyukai