Anda di halaman 1dari 15

Makalah Sistem Sensor

SENSOR KIMIA

Disusun Oleh

RESKY HARSUNI

H021181001

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sensor Kimia” dengan
baik.
Dalam tahap penyusunan makalah materi pembelajaran ini, tidak terlepas
dari berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun, berkat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi penyusunan makalah maupun penggunaan tata bahasa.
Oleh karena itu, kami dengan sangat terbuka menerima saran dan kritik dari para
pembaca agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini serta dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Jika ada kekurangan
kami mohon maaf. Harapan kami semoga makalah yang berisi materi
pembelajaran ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Makassar, September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ...i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
I.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1
I.3 Tujuan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
BAB III KESIMPULAN .............................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kaitannya dengan sistem elektronis, Sensor dan transduser pada
dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah perangkat atau device yang berfungsi
mengubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat
diolah dengan rangkaian listrik atau sistem digital. Sekarang ini, hampir seluruh
peralatan modern memiliki sensor di dalamnya. Terkait dengan perkembangan
teknologi yang begitu luar biasa, pada saat ini, banyak sensor telah dipabrikasi
dengan ukuran sangat kecil hingga orde nanometer sehingga menjadikan sensor
sangat mudah digunakan dan dihemat energinya. Berdasarkan variabel yang
diindranya, sensor dikatagorikan kedalam dua jenis : sensor Fisika dan sensor
Kimia. Sensor Fisika merupakan jenis sensor yang mendeteksi suatu besaran
berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya,
kecepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Sedangkan jenis sensor kimia
merupakan sensor yang mendeteksi jumlah suatu zar kimia dengan jalan
mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik dimana di dalamnya dilibatkan
beberapa reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor
ledakan, serta sensor gas. Makalah ini akan membahas mengenai pengertian
sensor kimia, prinsip kerja dan aplikasi dari sensor kimia [1].
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sensor kimia dan mekanisme sensor kimia?
2. Jelaskan jenis jenis sensor kimia?
3. Bagaimana aplikasi dari sensor kimia?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sensor kimia dan mekanisme sensor kimia.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis sensor kimia.
3. Untuk mengetahui aplikasi sensor kimia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi dan Mekanisme Sensor Kimia


Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumlah suatu zat kimia dengan
cara mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan
beberapa reaksi kimia [2]. Secara umum sensor bisa diartikan sebagai alat atau
piranti yang dapat mentransform (mengubah) suatu energi ke energi yang lain.
Seperti sensor temperatur adalah alat atau piranti yang memiliki respon terhadap
suhu, sehingga mampu mengubah energi panas menjadi satuan temperatur dalam
celcius/kelvin. Salah satu contoh sensor kimia yang kita kenal secara baik adalah
kertas pH atau disebut juga kertas lakmus, yang digunakan untuk menentukan
asam-basa suatu larutan. Kertas lakmus ini memberikan indikasi secara kualitatif
sifat asam-basa suatu larutan berdasarkan perubahan warna yang terjadi pada
kertas lakmus tersebut. Sedangkan alat lain yang lebih tepat dalam pengukuran pH
suatu larutan biasanya kita gunakan pH meter. Alat ini sebenarnya menggunakan
prinsip kerja secara elektrokimia untuk mendeteksi adanya respon elektrik
terhadap pH larutan yang kemudian bisa kita baca secara mudah dengan
pembacaan digital [3].
Dalam metode diatas, sensor pH, baik kertas lakmus, indicator pH atau pH
meter yang berupa elektroda gelas, dapat memberikan respon atau mendeteksi
derajat asam-basa suatu larutan. Respon tersebut baik secara kimiawi maupun
elektrik kemudian diubah menjadi suatu sinyal yang bisa diamati, biasanya oleh
mata kita. Biasanya, bagian alat yang mengkonversi/merubah respon listrik
tersebut disebut transduser atau pengubah sinyal. Secara karikaturis sensor kimia
dapat dianalogikan seperti Gambar II.1 [3].

Gambar II.1 Analogi sebuah sensor kimia [3].

2
Dalam sebuah sensor kimia, semisal indikator pH, elemen sensor yang
mampu memberikan respon terhadap suatu zat yang diukur adalah suatu reagen
kimia. Reagen yang berfungsi sebagai indicator pH misalnya timol biru, metil
merah, fenol merah dan lain sebagainya. Bila kita ingin mengukur derajat pH
suatu larutan secara kuantitatif menggunakan indikator pH, maka perubahan
warna yang terjadi pada indikator pH tersebut, yang berarti perubahan absorbansi,
dapat diamati menggunakan kolorimetri atau spektrofotometri. Demikian pula
halnya dengan pH meter, dimana elektroda yang digunakan untuk mengukur pH
suatu larutan harus pula dihubungkan dengan piranti elektronik sehingga
perubahan tegangan yang terjadi karena perubahan pH bisa dibaca dengan mudah
menggunakan tampilan digital. Sensor kimia biasanya banyak diaplikasikan untuk
mendeteksi entitas kimiawi dengan menggunakan reaksi kimia dari reagen kimia
yang sesuai. Entitas kimiawi yang dideteksi tersebut biasanya disebut analit.
Secara garis besar sensor kimia secara skematis dapat digambarkan seperti
Gambar II.2 [3].

Gambar II.2 Skema sensor kimia [3].


Gambar II.2 diatas mengambarkan secara skematis strutktur sensor kimia. Dari
Gambar II.2 diatas maka dapat didefinisikan bahwa sensor kimia adalah suatu alat
analisa (analytical device) yang berisi reagen kimia (chemical material/reagent)
yang dapat bereaksi dengan analit tertentu dalam larutan atau gas sehingga
menghasilkan perubahan fisika-kimiawi yang dapat dirubah (physicochemical
transducer) menjadi sinyal elektrik proporsional dengan konsentrasi dari analit
tersebut. Secara singkat sensor kimia dapat ditulis secara singkat sebagai berikut:

3
Dari gambaran diatas terlihat bahwa sensor kimia adalah perkawinan antara
dua disiplin ilmu, yaitu kimia yang melibatkan reaksi kimia yang spesifik
terhadap analit tertentu dengan instrumentasi, yang mampu merubah (transdus)
dari perubahan fisika-kimia tersebut menjadi sinyal listrik sehingga mudah dibaca
baik secara analog dengan jarum penunjuk maupun secara digital, dengan digital
display [3].
II.1.1 Metode Immobilisasi
Pada sensor kimia, biasanya reagen yang digunakan diimobilisasi terlebih
dahulu atau dijadikan fasa padat (sering disebut juga reagen kering) sehingga
mudah dikendalikan. Imobilisasi merupakan suatu proses pengikatan molekul
reagen pada bahan pendukung (solid support material), sehingga molekul reagen
dapat tersebar didalam fasa pedukung tersebut secara merata dan homogen.
Secara umum, tidak ada satupun teknik imobilisasi yang dapat digunakan
untuk semua jenis reagen. Pemilihan teknik imobilisasi biasanya didasarkan
kesesuaiannya dengan sifat-sifat reagen. Metode imobilisasi terbagi kepada dua
jenis yaitu secara fisik dan kimia. Metode imobilisasi secara fisik meliputi proses
penyerapan (adsorpsi), pemerangkapan (entrapmen), dan interaksi elektrostatik.
Sedangkan secara kimia meliputi pembentukan ikatan kovalen dan kros-lingking
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar II.3.

Gambar II.3 Metode imobilisasi (a) pemerangkapan/entrapmen; (b)


penyerapan/adsorpsi; (c) interaksi elektrostatik dan (d) ikatan kovalen [3].
Pemerangkapan atau entrapmen adalah teknik imobilisasi reagen dengan
cara memerangkap molekul reagen di dalam ruang antara material pendukung,

4
misalnya polimer, selama proses polimerisasi berlangsung. Contohnya adalah
pemerangkapan molekul reagen di dalam matrik gel poliakrilamida, filem sol-gel
dan sebagianya.
Penyerapan atau adsorpsi adalah teknik imobilisasi yang melibatkan gaya-
gaya Van der waals atau ikatan hidrogen dalam mengikat molekul reagen pada
fasa pendukung. Imobilisasi dengan metode adsoprsi dilakukan dengan cara
menyerap atau mengabsorsi molekul reagen di atas permukaan fasa pendukung.
Sedangkan interaksi elektrostatik atau ionik biasanya digunakan untuk reagen
yang mempunyai muatan negatif dengan fasa pendukung yang memiliki muatan
positif atau sebaliknya. Fasa pendukung yang biasa digunakan dalam teknik
imobilisasi jenis ini ialah resin penukar ion.
Dalam teknik immobilisasi secara ikatan kovalen, biasanya melibatkan
pembentukan ikatan kovalen antara molekul reagen dengan fasa pendukung.
Ikatan antara reagen dengan fasa pendukung dalam teknik ini biasanya lebih kuat
karena merupakan imobilisasi secara kimia dibandingkan dengan teknik
immobilisasi secara fisik. Secara umum dalam proses immobilisasi, fasa
pendukung merupakan satu elemen penting. Karenanya kesesuaian fasa
pendukung dengan reagen memberikan pengaruh yang amat besar dalam proses
amobilisasi. Proses imobilisasi tidak akan berhasil bila fasa pendukung tidak
sesuai atau kompatibel dengan reagen [3].
II.2 Jenis Jenis Sensor Kimia
II.2.1 Sensor pH
Sensor pH adalah sensor yang dapat mengukur derajat keasaman
(pH) pada suatu larutan.Prinsip kerja sensor pH ini terletak pada elektrode
referensi dan elektrode kaca yang memiliki ujung berbentuk bulat (bulb)
yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran ion positif (H+),
pertukaran ion menyebabkan adanya beda potensial antara dua elektrode
sehingga pembacaan potensiometer akan menghasilkan positif atau
negatif.
Modul sensor PH sangat diperlukan pada sensor pH untuk meng-
konversikan nilai keluaran dari sensor (beda potensial antara kedua elektroda)

5
menjadi nilai analog berbentuk sinyal tegangan. Nilai analog tersebut yang akan
diolah oleh mikrokontroler untuk menentukan derajat keasasamaan (pH) suatu
larutan termasuk dalam kondisi normal, asam, atau basa [4].

Gambar II.4 Sensor pH [5].


Pada sebuah sistem pH meter secara keseluruhan, selain itu terdapat
elektroda kaca juga terdapat elektroda referensi. Kedua elektroda tersebut sama-
sama terendam ke dalam media ukur yang sama. Referensi Elektroda digunakan
untuk menciptakan pH yang valid, elektroda referensi harus memiliki nilai
potensial stabil dan tidakdipengaruhi oleh jenis fluida yang diukur [5].
II.2.2 Sensor Oksigen
Pada aplikasi otomotif, oksigen sensor digunakan untuk mengukur
perbandingan Udara dan Bahan bakar (A/F Ratio) pada bagian gas buang dan
untuk mengendalikan kondisi optimal dari A/F Ratio demi sempurnanya gas
buang setelah perlakuan yang dilakukan di catalityc-converter [6].Fungsi sensor
oksigen adalah untuk mendeteksi jumlah oksigen dalam gas buang dan mengirim
sinyal ke unit kontrol mesin atau ECM. Unit kontrol ini akan mengatur campuran
bahan bakar udara ke tingkat yang optimal. Perihal kerusakannya, sensor oksigen
bisa dilihat dari bau asap knalpot yang keluar.
Aplikasi atau penerapan sensor oksigen yang paling umum adalah untuk
mengukur konsentrasi gas buang oksigen untuk mesin pembakaran internal dalam
mobil. Sensor oksigen pada mobil terdiri dari dua bagian, heater atau pemanas dan
bagian sensor itu sendiri. Oleh karena itu, oksigen sensor memiliki empat kabel,
dua kabel untuk heater dan dua kabel lagi untuk sensor.
Fungsi heater pada oksigen sensor adalah sebagai pemanas pada sensor
oksigen. Saat panas yang diberikan heater mengenai secara langsung pada

6
alumina dan zirconia (pada bagian sensor), maka akan bisa mempercepat aktivasi
sensor.Heater atau bagian pemanas pada oksigen sensor dikontrol oleh ECM.
Pada saat volume udara intake rendah (temperatur gas buang rendah), arus listrik
mengalir ke heater untuk memanaskan sensor untuk memfasilitasi akurasi deteksi
konsentrasi oksigen.

Gambar II.5 Sensor Oksigen [6].


Tipe dari sensor ini berbeda tergantung jenis mesin yang digunakan. Sensor
oksigen zirconia (zirconia oxygen) ada yang menggunakan pemanas (heater) yang
memanaskan elemen zirconia. Pemanasan ini dikontrol oleh ECU. Bila volume
udara masuk rendah (yaitu, bila temperatur gas buang rendah, maka arus listrik
mengalir ke pemanas (heater) untuk memanaskan sensor). Okigen sensor yang
digunakan pada Avanza ini adalah oksigen sensor jenis zirconia yang sudah
menggunakan heater. Heater sudah terintegrasi di dalam beberapa tipe sensor
oksigen yang berfungsi untuk membantu sensor okigen segera bekerja pada saat
setelah engine start [6].
II.2.3 Sensor Gas
Sensor gas adalah sensor yang befungsi untuk mengukur senyawa gas
polutan yang ada di udara seperti karbon monoksida, hidrokarbon, nitrooksida,
dan lain-lain. Banyak sekali type sensor gas yang digunakan dan tersedia
dipasaran, seperti sensor gas yaitu type TGS 2600, TGS 2602, TGS 2620. Sensor
MQ 6 adalah sensor gas yang cocok untuk mendeteksi gas LPG (Liquefied
Petroleum Gas), dapat mendeteksi gas LPG dan termasuk gas yang terdiri dari
dalam gas LPG yaitu gas propana dan butana. Sensor ini dapat mendeteksi gas
pada konsentrasi di udara antara 200 sampai 10000 ppm. Sensor ini memiliki
sensitivitas yang tinggi dan waktu respon yang cepat. Output sensor adalah

7
resistansi analog. Sirkuit dari sensor ini sangat sederhana, yang diperlukan sensor
ini adalah memberi tegangan dengan 5 V, menambahkan resistansi beban, dan
menghubungkan output ke ADC [7].
Sensor gas secara umum mendeteksi perubahan kimiawi yang terjadi dalam
ruangan sensor tersebut, sehingga biasanya sensor seperti ini ditempatkan pada
ruangan tertutup. Prinsip kerja sensor gas secara umum adalah terbentuk pada
permukaan luar kristal. Tegangan permukaan yang terbentuk akan menghambat
laju aliran elektron seperti tampak pada ilustrasiGambar II.6 berikut.

Gambar II.6 Ilustrasi Penyerapan sensor gas [7].

Gambar II.7 Sensor Gas MQ-6 [7].


Ada dua jenis sensor gas, yaitu sensor gas portable dan sensor gas yang terpasang.
1. Sensor gas portable : Aplikasi jenis sensor gas portable merupakan alat sensor
yang dapat di gunakan selagi berkeliling, yang biasanya di pasang di saku,
sabuk atau topi pegawai.
2. Sensor gas yang terpasang : Aplikasi jenis sensor gas terpasang biasanya alat
sensor ini di pasang di dekat ruang control, dan biasanya dapat membaca lebih
dari satu jenis gas yang berbahaya.
II.3 Aplikasi Sensor Kimia

8
Pada bagian ini akan gambarkan berbagai area yang cukup potensial untuk
aplikasi sensor kimia untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti bidang kesehatan,
industri dan monitoring lingkungan.
Dalam bidang kesehatan, pengukuran darah, gas-gas dan ion-ion serta
metabolit lainnya adalah sangat penting untuk memperlihatkan kondisi kesehatan
seseorang, khususnya pasien di rumah sakit yang dalam perawatan intensif.
Banyak sensor kimia dapat digunakan untuk menentukan analit dalam sample
klinis seperti urin dan darah, dimana bila menggunakan analisis klasik di
laboratorium hasil bisa dalam beberapa jam atau bahkan hari. Sedangkan bila
digunakan sensor kimia bisa dalam hitungan menit. Sensor kimia juga bisa
digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan dalam pemakaian obat-
obatan, seperti penggunaan parasetamol atau aspirin yang over dosis maupun
untuk monitoring kilinis secara umum.
Dalam industri, sensor kimia sering digunakan dalam proses industri,
misalnya dalam proses fermentasi, yang bisa digunakan dalam tiga cara: (i) secara
off-line di laboratorium; (ii) off-line di lokasi pabrik; (iii) on-line, dalam real-time
secara langsung. Biasanya parameter yang dimonitoring dalam proses fermentasi
tersebut meliputi: pH, CO2 dan O2. Dengan pemonitoran menggunakan sensor
kimia, maka diharapkan kualitas produk dapat ditingkatkan, demikian pula dengan
jumlah produk dan kualitas bahan mentah produk bisa dimonitor dengan lebih
baik. Disamping itu, penerapan sensor kimia juga sangat terbuka lebar dibanyak
bidang industri seperti industri farmasi, makanan dan minimuman secara umum.
Dalam bidang lingkungan, maka aplikasi sensor kimia untuk memonitor
potensial analit sebagai pollutant sangat terbuka lebar, seperti logam berat baik
dalam lingkungan air, udara dan tanah serta lingkungan lainnya. BOD, tingkat
keasaman dan kebasahan, pestisida, buangan industri adalah beberapa contoh
parameter yang memerlukan monitoring secara intensif. Pemonitoran secara
kontinyu dan real-time sangat diperlukan dalam pemonitoran lingkungan
khususnya untuk polutan-polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
dan mahluk hidup lainnya. Disamping itu, bidang-bidang yang potensial
menghasilkan polutan seperti industri pertambangan, industri berat lainnya seperti

9
kertas dan pulp, merupakan area potensial dimana sensor kimia sangat tepat untuk
digunakan dalam pemonitoran polusi yang dihasilkan [3].

10
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Setelah membahas materi sensor kimia pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumalah suatu zat kimia dengan
cara mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan
beberapa reaksi kimia.
2. Jenis-jenis sensor kimia yaitu sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan dan
sensor gas.
3. Sensor kimia dapat diaplikasikan diberbagai bidang diantaranya di bidang
kesehatan, industri, lingkungan dan sebagainya.

III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya ada pada Allah swt. Kritik
dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan penulis agar makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi dan dapat berguna bagi pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. Setiawan. 2009. Buku Ajar Sensor dan Transduser. Universitas Diponegoro:
Semarang.
[2] Ekojono, A. Parastiwi, C. Rahmad dan A. N. Rahmanto. 2016. Pemrogaman
Spreadsheet untuk Pemodelan Kontrol Rangkaian Elektronika. Polinema
Press: Malang.
[3] B. Kuswandi. 2008. Sensor Kimia Teori, Praktek dan Aplikasi. PS Farmasi
Universitas Jember: Jember.
[4] A. W. Ricaksono, E. R. Widasari dan F. Utaminingrum. 2017. “implementasi
Sistem Kontrol dan Monitoring pH pada Tanaman Kentang Aeroponik secara
Wireless”. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.
Vol.1, No.5: 387.
[5] Desmira, D. Aribowo dan R. Pratama. 2018. “Penerapan Sensor pH pada Area
Elektrolizerdi PT. Sulfindo Adiusaha”. Jurnal Prosisko. Vol.5, No.1: 11.
[6] D. S. Putra, D. Fernandez dan G. Giantoro. 2015. “Analisa Pengaruh
Penggunaan Sensor Oksigen Terhadap Emisi Gas Buang CO Dan HC”. Poli
Rekayasa. Vol.10, No.2: 39.
[7] M. F. Putra, A. H. Kridalaksana dan Z. Arifin. 2017. “Rancang Bangun Alat
Pendeteksi Kebocoran gas LPG Dengan Sensor MQ-6 Berbasis
Mikrokontroler Melalui Smarphone Android Sebagai media Informasi”. Jurnal
Informatika Mulawarman. Vol.12, No.1: 2.

12

Anda mungkin juga menyukai