Tugas 4 Makalah Sistem Sensor Resky Harsuni H021181001-Dikonversi
Tugas 4 Makalah Sistem Sensor Resky Harsuni H021181001-Dikonversi
SENSOR KIMIA
Disusun Oleh
RESKY HARSUNI
H021181001
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sensor Kimia” dengan
baik.
Dalam tahap penyusunan makalah materi pembelajaran ini, tidak terlepas
dari berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun, berkat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi. Kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi penyusunan makalah maupun penggunaan tata bahasa.
Oleh karena itu, kami dengan sangat terbuka menerima saran dan kritik dari para
pembaca agar dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini serta dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Jika ada kekurangan
kami mohon maaf. Harapan kami semoga makalah yang berisi materi
pembelajaran ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalam sebuah sensor kimia, semisal indikator pH, elemen sensor yang
mampu memberikan respon terhadap suatu zat yang diukur adalah suatu reagen
kimia. Reagen yang berfungsi sebagai indicator pH misalnya timol biru, metil
merah, fenol merah dan lain sebagainya. Bila kita ingin mengukur derajat pH
suatu larutan secara kuantitatif menggunakan indikator pH, maka perubahan
warna yang terjadi pada indikator pH tersebut, yang berarti perubahan absorbansi,
dapat diamati menggunakan kolorimetri atau spektrofotometri. Demikian pula
halnya dengan pH meter, dimana elektroda yang digunakan untuk mengukur pH
suatu larutan harus pula dihubungkan dengan piranti elektronik sehingga
perubahan tegangan yang terjadi karena perubahan pH bisa dibaca dengan mudah
menggunakan tampilan digital. Sensor kimia biasanya banyak diaplikasikan untuk
mendeteksi entitas kimiawi dengan menggunakan reaksi kimia dari reagen kimia
yang sesuai. Entitas kimiawi yang dideteksi tersebut biasanya disebut analit.
Secara garis besar sensor kimia secara skematis dapat digambarkan seperti
Gambar II.2 [3].
3
Dari gambaran diatas terlihat bahwa sensor kimia adalah perkawinan antara
dua disiplin ilmu, yaitu kimia yang melibatkan reaksi kimia yang spesifik
terhadap analit tertentu dengan instrumentasi, yang mampu merubah (transdus)
dari perubahan fisika-kimia tersebut menjadi sinyal listrik sehingga mudah dibaca
baik secara analog dengan jarum penunjuk maupun secara digital, dengan digital
display [3].
II.1.1 Metode Immobilisasi
Pada sensor kimia, biasanya reagen yang digunakan diimobilisasi terlebih
dahulu atau dijadikan fasa padat (sering disebut juga reagen kering) sehingga
mudah dikendalikan. Imobilisasi merupakan suatu proses pengikatan molekul
reagen pada bahan pendukung (solid support material), sehingga molekul reagen
dapat tersebar didalam fasa pedukung tersebut secara merata dan homogen.
Secara umum, tidak ada satupun teknik imobilisasi yang dapat digunakan
untuk semua jenis reagen. Pemilihan teknik imobilisasi biasanya didasarkan
kesesuaiannya dengan sifat-sifat reagen. Metode imobilisasi terbagi kepada dua
jenis yaitu secara fisik dan kimia. Metode imobilisasi secara fisik meliputi proses
penyerapan (adsorpsi), pemerangkapan (entrapmen), dan interaksi elektrostatik.
Sedangkan secara kimia meliputi pembentukan ikatan kovalen dan kros-lingking
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar II.3.
4
misalnya polimer, selama proses polimerisasi berlangsung. Contohnya adalah
pemerangkapan molekul reagen di dalam matrik gel poliakrilamida, filem sol-gel
dan sebagianya.
Penyerapan atau adsorpsi adalah teknik imobilisasi yang melibatkan gaya-
gaya Van der waals atau ikatan hidrogen dalam mengikat molekul reagen pada
fasa pendukung. Imobilisasi dengan metode adsoprsi dilakukan dengan cara
menyerap atau mengabsorsi molekul reagen di atas permukaan fasa pendukung.
Sedangkan interaksi elektrostatik atau ionik biasanya digunakan untuk reagen
yang mempunyai muatan negatif dengan fasa pendukung yang memiliki muatan
positif atau sebaliknya. Fasa pendukung yang biasa digunakan dalam teknik
imobilisasi jenis ini ialah resin penukar ion.
Dalam teknik immobilisasi secara ikatan kovalen, biasanya melibatkan
pembentukan ikatan kovalen antara molekul reagen dengan fasa pendukung.
Ikatan antara reagen dengan fasa pendukung dalam teknik ini biasanya lebih kuat
karena merupakan imobilisasi secara kimia dibandingkan dengan teknik
immobilisasi secara fisik. Secara umum dalam proses immobilisasi, fasa
pendukung merupakan satu elemen penting. Karenanya kesesuaian fasa
pendukung dengan reagen memberikan pengaruh yang amat besar dalam proses
amobilisasi. Proses imobilisasi tidak akan berhasil bila fasa pendukung tidak
sesuai atau kompatibel dengan reagen [3].
II.2 Jenis Jenis Sensor Kimia
II.2.1 Sensor pH
Sensor pH adalah sensor yang dapat mengukur derajat keasaman
(pH) pada suatu larutan.Prinsip kerja sensor pH ini terletak pada elektrode
referensi dan elektrode kaca yang memiliki ujung berbentuk bulat (bulb)
yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran ion positif (H+),
pertukaran ion menyebabkan adanya beda potensial antara dua elektrode
sehingga pembacaan potensiometer akan menghasilkan positif atau
negatif.
Modul sensor PH sangat diperlukan pada sensor pH untuk meng-
konversikan nilai keluaran dari sensor (beda potensial antara kedua elektroda)
5
menjadi nilai analog berbentuk sinyal tegangan. Nilai analog tersebut yang akan
diolah oleh mikrokontroler untuk menentukan derajat keasasamaan (pH) suatu
larutan termasuk dalam kondisi normal, asam, atau basa [4].
6
alumina dan zirconia (pada bagian sensor), maka akan bisa mempercepat aktivasi
sensor.Heater atau bagian pemanas pada oksigen sensor dikontrol oleh ECM.
Pada saat volume udara intake rendah (temperatur gas buang rendah), arus listrik
mengalir ke heater untuk memanaskan sensor untuk memfasilitasi akurasi deteksi
konsentrasi oksigen.
7
resistansi analog. Sirkuit dari sensor ini sangat sederhana, yang diperlukan sensor
ini adalah memberi tegangan dengan 5 V, menambahkan resistansi beban, dan
menghubungkan output ke ADC [7].
Sensor gas secara umum mendeteksi perubahan kimiawi yang terjadi dalam
ruangan sensor tersebut, sehingga biasanya sensor seperti ini ditempatkan pada
ruangan tertutup. Prinsip kerja sensor gas secara umum adalah terbentuk pada
permukaan luar kristal. Tegangan permukaan yang terbentuk akan menghambat
laju aliran elektron seperti tampak pada ilustrasiGambar II.6 berikut.
8
Pada bagian ini akan gambarkan berbagai area yang cukup potensial untuk
aplikasi sensor kimia untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti bidang kesehatan,
industri dan monitoring lingkungan.
Dalam bidang kesehatan, pengukuran darah, gas-gas dan ion-ion serta
metabolit lainnya adalah sangat penting untuk memperlihatkan kondisi kesehatan
seseorang, khususnya pasien di rumah sakit yang dalam perawatan intensif.
Banyak sensor kimia dapat digunakan untuk menentukan analit dalam sample
klinis seperti urin dan darah, dimana bila menggunakan analisis klasik di
laboratorium hasil bisa dalam beberapa jam atau bahkan hari. Sedangkan bila
digunakan sensor kimia bisa dalam hitungan menit. Sensor kimia juga bisa
digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan dalam pemakaian obat-
obatan, seperti penggunaan parasetamol atau aspirin yang over dosis maupun
untuk monitoring kilinis secara umum.
Dalam industri, sensor kimia sering digunakan dalam proses industri,
misalnya dalam proses fermentasi, yang bisa digunakan dalam tiga cara: (i) secara
off-line di laboratorium; (ii) off-line di lokasi pabrik; (iii) on-line, dalam real-time
secara langsung. Biasanya parameter yang dimonitoring dalam proses fermentasi
tersebut meliputi: pH, CO2 dan O2. Dengan pemonitoran menggunakan sensor
kimia, maka diharapkan kualitas produk dapat ditingkatkan, demikian pula dengan
jumlah produk dan kualitas bahan mentah produk bisa dimonitor dengan lebih
baik. Disamping itu, penerapan sensor kimia juga sangat terbuka lebar dibanyak
bidang industri seperti industri farmasi, makanan dan minimuman secara umum.
Dalam bidang lingkungan, maka aplikasi sensor kimia untuk memonitor
potensial analit sebagai pollutant sangat terbuka lebar, seperti logam berat baik
dalam lingkungan air, udara dan tanah serta lingkungan lainnya. BOD, tingkat
keasaman dan kebasahan, pestisida, buangan industri adalah beberapa contoh
parameter yang memerlukan monitoring secara intensif. Pemonitoran secara
kontinyu dan real-time sangat diperlukan dalam pemonitoran lingkungan
khususnya untuk polutan-polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia
dan mahluk hidup lainnya. Disamping itu, bidang-bidang yang potensial
menghasilkan polutan seperti industri pertambangan, industri berat lainnya seperti
9
kertas dan pulp, merupakan area potensial dimana sensor kimia sangat tepat untuk
digunakan dalam pemonitoran polusi yang dihasilkan [3].
10
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Setelah membahas materi sensor kimia pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sensor kimia adalah sensor yang mendeteksi jumalah suatu zat kimia dengan
cara mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik. Biasanya ini melibatkan
beberapa reaksi kimia.
2. Jenis-jenis sensor kimia yaitu sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan dan
sensor gas.
3. Sensor kimia dapat diaplikasikan diberbagai bidang diantaranya di bidang
kesehatan, industri, lingkungan dan sebagainya.
III.2 Saran
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanya ada pada Allah swt. Kritik
dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan penulis agar makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi dan dapat berguna bagi pembaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
[1] I. Setiawan. 2009. Buku Ajar Sensor dan Transduser. Universitas Diponegoro:
Semarang.
[2] Ekojono, A. Parastiwi, C. Rahmad dan A. N. Rahmanto. 2016. Pemrogaman
Spreadsheet untuk Pemodelan Kontrol Rangkaian Elektronika. Polinema
Press: Malang.
[3] B. Kuswandi. 2008. Sensor Kimia Teori, Praktek dan Aplikasi. PS Farmasi
Universitas Jember: Jember.
[4] A. W. Ricaksono, E. R. Widasari dan F. Utaminingrum. 2017. “implementasi
Sistem Kontrol dan Monitoring pH pada Tanaman Kentang Aeroponik secara
Wireless”. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.
Vol.1, No.5: 387.
[5] Desmira, D. Aribowo dan R. Pratama. 2018. “Penerapan Sensor pH pada Area
Elektrolizerdi PT. Sulfindo Adiusaha”. Jurnal Prosisko. Vol.5, No.1: 11.
[6] D. S. Putra, D. Fernandez dan G. Giantoro. 2015. “Analisa Pengaruh
Penggunaan Sensor Oksigen Terhadap Emisi Gas Buang CO Dan HC”. Poli
Rekayasa. Vol.10, No.2: 39.
[7] M. F. Putra, A. H. Kridalaksana dan Z. Arifin. 2017. “Rancang Bangun Alat
Pendeteksi Kebocoran gas LPG Dengan Sensor MQ-6 Berbasis
Mikrokontroler Melalui Smarphone Android Sebagai media Informasi”. Jurnal
Informatika Mulawarman. Vol.12, No.1: 2.
12