Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.

2, Juli - Desember 2016

ANALISIS LEARNING OBSTACLES DALAM PEMBELAJARAN


PEMECAHAN MASALAH PENJUMLAHAN PECAHAN
PADA SISWA KELAS IV SD

Sukirno
Dini Ramadhani
PGSD Universitas Samudra
Sukirnodina@gmail.com

ABSRAKSI
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui learning obstacles (kesulitan belajar) pada
pembelajaran penjumlahan pecahan. Jenis Penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, angket, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis learning
obtacles pada faktor hambatan ontogeni, yaitu belum adanya koneksi antara kesiapan
mental mereka dengan materi yang mereka pelajari dan sulitnya beberapa orang siswa
untuk berkonsentrasi. Pada faktor hambatan didaktik yaitu guru kurang mampu
mengelola waktu, tidak menyediakan LKS, minimnya ragam masalah, dan tidak
terlaksananya semua langkah yang ada di RPP. Pada hambatan epistimologi yaitu
kesalahan dalam menentukan pecahan yang senilai dengan satu, kesalahan dalam mencari
pecahan senilai, kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa dalam penguasaan prinsip
adalah tidak mengetahui cara menyelesaikan soal dengan benar dan tepat, tidak mampu
memahami masalah yang diberikan, dan tidak menggunakan penyelesaian yang baik.

Kata kunci : learning obstacles, pemecahan masalah, penjumlahan pecahan

PENDAHULUAN mereka sendiri terlebih dahulu. Sehingga


Matematika merupakan pelajaran dengan pemberian masalah dapat
yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk merangsang keingintahuan dan
memecahkan masalah sehari-hari. kreativitas siswa dalam berpikir
Kemampuan pemecahan masalah ini matematis.
ditandai dengan kemampuan siswa dalam Pada observasi yang penulis lakukan
menafsirkan masalah, merencanakan pada salah satu sekolah dasar yang telah
strategi sebagai solusi, implementasi menggunakan Kurikulum 2013 yakni di
strategi dan memeriksa kembali jawaban. kelas IV yang sedang belajar matematika
Pembelajaran pemecahan masalah yang menuntut memecahkan suatu
matematis ini diwujudkan pemerintah masalah. Pembelajaran berlangsung di
dengan pada kurikulum yang baru yaitu kelas dengan dipandu buku siswa dan
kurikulum 2013 yaitu dengan memulai buku guru dengan subtema 3 Ayo Cintai
pembelajaran yang didahului dengan Lingkungan pada Pembelajaran 2. Di
pemberian masalah yang kontekstual dalam buku guru sudah tertera masalah
yang berasal di lingkungan sehari-hari yang harus dipecahkan oleh siswa
siswa. Siswa diberikan kesempatan mengenai penjumlahan pecahan.
menyelesaikan masalah dengan cara

1
77
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

Kenyataan siswa mengalami kesulitan terjadi karena sifat konsep matematika


dalam memahami konsep operasi sendiri.
penjumlah pecahan ini. Pemberian Penjelasan kendala atau obstacles
masalah operasi penjumlahan pecahan ini menurut Cornu tampaknya memberikan
yaitu bagaimana cara menemukan nilai 1 kesan bahwa ada perbedaan yang jelas
yang diperoleh dari menjumlahkan antara berbagai kendala tersebut. Namun
berbagai jenis pecahan. Namun, saat guru demikian pada dasarnya dalam
masih banyak siswa yang binggung untuk pembentukan sebuah pengetahuan terjadi
menentukan pecahan yang dapat sangat kompleks, melalui sistem
memenuhi persyaratan tersebut. interaksi. Salah satu subsistem tersebut
Akhirnya, banyak intervensi guru dalam terdiri dari guru, siswa, dan sistem
membantu siswa dalam menemukannya pengetahuan (Brousseau, 1997). Ketika
dengan memberikan langkah-langkah seorang pelajar menemukan kendala
atau cara mencari pecahan senilai. dalam pengalaman belajarnya, dapat
Sehingga tujuan pemberian masalah dimungkinkan penyebabnya adalah
matematis siswa untuk menemukan sistem interaksi, proses belajar yang
sendiri jawabannya belum bisa terwujud. terjadi, sifat pengajaran dari guru, sifat
Dalam menggunakan metode materi pelajaran, faktor genetik dan
penelitian deskriptif, artikel ini mencoba pengembangan pribadi. Hal ini
untuk mengetahui dan mendeskripsikan menunjukkan bahwa ada tumpang tindih
learning obstacle dalam pembelajaran antara berbagai kendala, karena sifat
pemecahan masalah operasi penjumlahan kompleksnya pembangunan pengetahuan
pecahan pada siswa kelas IV SD. tersebut.
Diungkapkan oleh Brousseau (1997)
PEMBAHASAN bahwa siswa secara alamiah mengalami
Learning Obstacles situasi yang dinamakan hambatan belajar
Dalam proses perkembangan (learning obstacle) dengan faktor
pengetahuan, seorang individu seringkali penyebab: hambatan ontogeni (kesiapan
mengalami kendala, atau hambatan. mental belajar), didaktik (akibat
Cornu (1991) membedakan antara empat pengajaran guru) dan epistimologi
jenis hambatan (obstacles), yaitu : (pengetahuan siswa yang memiliki
hambatan kognitif (cognitive obstacles), konteks aplikasi yang terbatas).
hambatan genetis dan psikologis,
hambatan didaktis dan hambatan Pemecahan Masalah
epistemologi. Holmes (1995:37) menyatakan bahwa
Menurut Cornu, hambatan kognitif pada intinya strategi umum memecahkan
terjadi ketika siswa mengalami kesulitan masalah yang terkenal adalah strategi
dalam proses belajar. Hambatan genetis Polya, yaitu empat langkah rencana
dan psikologis terjadi sebagai akibat dari pemecahan masalah yang berguna baik
perkembangan pribadi siswa. Hambatan untuk problem rutin maupun nonrutin.
didaktis terjadi karena sifat pengajaran Langkah-langkahnya yaitu: 1)
dari guru, dan hambatan epistemologi Memahami Masalah; 2) Membuat
rencana pemecahan masalah; 3)

78
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

Melaksanakan rencana pemecahan harus diperhatikan. Hal tergambar


masalah; dan 4) Melihat (mengecek) ke kegiatan siswa di kelas banyak siswa
belakang. menurut penulis belum siap menerima
pembelajaran di kelas. Hal ini terjadi
Analisis Learning Obstacle pada karena masih banyak siswa yang
Pembelajaran Pemecahan Masalah melakukan berbagai jenis kegiatan diluar
Operasi Penjumlahan Pecahan pembelajaran. Seperti saat diberikan
tugas siswa ada yang berusaha
Diungkapkan oleh Brousseau (1997) mengerjakannya sendiri, namun terdapat
bahwa siswa secara alamiah mengalami beberapa siswa yang melihat pekerjaan
situasi yang dinamakan hambatan belajar temannya. Belum adanya koneksi antara
(learning obstacle) dengan faktor kesiapan mental mereka dengan materi
penyebab: hambatan ontogeni (kesiapan yang mereka pelajari yang menyebabkan
mental belajar), didaktik (akibat hal seperti itu terjadi.
pengajaran guru) dan epistimologi Fakta lain yang dapat diungkapkan
(pengetahuan siswa yang memiliki dari observasi ini yaitu di kelas ini
konteks aplikasi yang terbatas). terdapat salah satu siswa laki-laki yang
1. Hambatan Ontogeni (kesiapan mental mengalami autisme. Siswa ini belum bisa
belajar), berkonsentrasi dengan baik. Pada saat
Kesiapan mental siswa dalam belajar pembelajaran yang berlangsung siswa ini
sangat mempengaruhi dalam terciptanya sering keluar masuk kelas. Saat guru
mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa menyampaikan pembelajaran kurang bisa
adanya kesiapan mental maka memfokuskan perhatiannya terhadap
pembelajaran yang akan diterima siswa guru, dan selama proses pembelajaran
tidak bisa terserap secara maksmimal. terjadi kegaduhan di tempat ia duduk.
Semua materi yang harus dikuasai siswa, 2. Hambatan Didaktik (akibat
selain itu berbagai kegiatan lain yang pengajaran guru)
diselenggarakan di kelas juga akan Guru bisa menjadi salah satu faktor
melatih berbagai macam keterampilan, penyebab munculnya hambatan belajar.
mengerjakan tugas sehingga Misalnya pada awal pembelajaran operasi
memungkinkan siswa memahami dan penjumlahan pecahan guru melakukan
menguasai materi pokok yang telah pembagian kelompok dengan sebuah
diberikan. Agar kegiatan tersebut berjalan game unik. Guru membagikan kartu
lancar maka dibutuhkan kesiapan mental pecahan kepada masing-masing siswa.
belajar yang baik. Siswa yang mendapat pecahan yang
Gambaran pada kesiapan mental senilai akan berada pada satu kelompok.
belajar siswa berdasarkan observasi yang Masing-masing kelompok akan duduk
penulis lakukan terdapat beberapa hal diurut dari pecahan yang terkecil hingga
yang menarik dapat diungkapkan. ke pecahan yang terbesar. Hal ini sangat
Sebelum melakukan aktivitas belajar menarik karena siswa diberi kesempatan
siswa dalam kondisi yang fresh (segar) untuk mengulang materi pembelajaran
untuk belajar. Untuk siap melakukan yang lama dengan menyelesaikan
aktivitas belajar kondisi psikis siswa juga pecahan senilai. Selain itu siswa juga

79
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

melakukan pengurutan pecahan. Namun, Pada saat menyelesaikan masalah ini


setelah observer mengamati terdapat banyak siswa yang bingung untuk
beberapa siswa yang belum bisa mencari menyelesaikannya. Hal ini menurut
teman yang mempunyai pecahan senilai penulis terjadi karena instruksi dari guru
dengannya dalam waktu 2 menit yang yang kurang tepat dan cenderung
diberikan. Sehingga pada akhirnya membingungkan siswa. Siswa tidak
banyak intervensi guru membantu siswa diberikan lembar kegiatan siswa sebagai
untuk duduk pada kelompoknya dengan penuntun dalam pembelajaran operasi
pecahan senilai. Selain itu untuk penjumlahan pecahan ini. Sehingga pada
pembagian kelompok seperti ini cukup akhirnya banyak siswa yang bertanya-
memakan waktu. tanya apa yang harus dilakukan dan
Hambatan belajar lain yang muncul tindakan apa yang diambil dalam
adalah ketika siswa menghadapi menyelesaikan permasalahan ini.
permasalahan yang berkaitan dengan Akibatnya guru pada akhirnya banyak
operasi penjumlahan pecahan. Minimnya memberikan intervensi pada setiap
ragam masalah yang disajikan oleh guru kelompok dalam menyelesaikan tugas
berdampak pada minimnya cara berpikir mereka.
siswa untuk mengatasi persoalan yang Guru berusaha mewujudkan apa
mungkin muncul berkaitan dengan dituntut oleh Kurikulum 2013 sesuai
operasi penjumlahan pecahan. dengan langkah pembelajaran yang telah
Kompetensi yang dingi ddicapai ada di buku guru. Kegiatan pembelajaran
pada materi kali ini adalah siswa mampu ini tertuang dalam rencana pelaksanaan
melakukan operasi penjumlahan pecahan pembelajaran yang telah disusun guru.
dengan menggunakan 4 langkah Guru menjelaskan RPP yang disusun
pemecahan masalah. Namun, guru tidak berdasarkan langkah-langkah
menjelaskan bahwa kita akan pembelajaran yang tertera pada guru.
menyelesaikan masalah ini dengan Namun, jika kita memahami RPP yang
strategi pemecahan masalah. Padahal hal dibuat terdapat beberapa perbedaan yang
tersebut penting agar siswa apabila dilakukan oleh guru. Seperti pada awal
menemukan soal pemecahan masalah pembelajaran matematika dalam
lainnya dapat mengerjakannya dengan pembagian kelompok guru memberikan
benar, sesuai dengan langkah-langkah suatu game pecahan senilai. Langkah ini
yang telah ada. Selain itu, pada saat tidak tertuang dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran berlangsung tidak semua pembelajaran yang telah dibuat.
langkah yang dapat diwujudkan guru Beberapa langkah pembelajaran yang
dalam pembelajaran ini. Hal ini terjadi tertera dalam RPP tidak dilaksanakan
karena keterbatasan waktu, sehingga oleh guru. Guru menjelaskan sedikit
hanya tiga langkah saja yang dapat memodifikasi langkah pembelajaran yang
dilaksanakan yaitu, pahami masalah, ada pada buku siswa dan guru agar siswa
merencakan strategi penyelesaian, dan lebih mudah menerima pembelajaran
melaksanakan rencana. Untuk langkah karena masalah yang diberikan pada buku
keempat yaitu memeriksa kembali siswa tidak mudah dicerna oleh siswa.
jawaban belum bisa terlaksana. Namun, tetap pada pelaksanaannya siswa

80
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

tetap bertanya-tanya saat mengerjakan beberapa hambatan yang dialami oleh


tugas karena tujuan sebenarnya dari siswa yaitu :
menyelesaikan permasalahan matematika a. Hambatan belajar terkait konteks
yang telah diberikan. variasi informasi masalah yang ada
Beberapa langkah penutupan ada pada soal yang akan dipecahkan.
yang tidak terlaksana dan adanya Siswa kurang bisa memahami soal
penambahan kegiatan dari guru dalam yang diberikan oleh guru karena
pembagian kelompok. Untuk permasalahan tidak diberikan secara jelas
pembelajaran pemecahan masalah operasi kepada siswa. Sehingga dalam fase
hitung sendiri juga ada yang belum pemecahan masalah yang pertama yaitu
terlaksana seperti memeriksa kembali memahami masalah siswa tidak dapat
jawaban. Serta membuat kolase pecahan melaksanakannya dengan baik. Banyak
belum sempat teralisasi oleh para siswa. pertanyaan kepada guru bagaimana
Suasana selama pembelajaran langkah yang akan diambil untuk
berlangsung menurut yang diamati tidak menemukan penjumlahan tiga pecahan
terlalu tertib. Saat pembelajaran guru yang nantinya harus menghasilkan nilai
sering menghimbau siswanya untuk tetap satu.
tenang dan mendengarkan guru saat b. Hamabatan belajar terkait prosedur
menjelaskan. Beberapa siswa yang pelaksanaan pemecahan masalah.
berada di belakang kelas tidak terpantau Karena pemahaman masalah yang
oleh guru, karena jarangnya guru tidak dilakukan secara benar, siswa
berkeliling selama pembelajaran banyak tidak tahu rencana apa yang
berlangsung. akan disusun untuk memperoleh
Pembelajaran matematika ini jawaban tersebut.
berlangsung dengan menggunakan c. Hambatan belajar terkait dengan
kurikulum 2013. Menurut pandangan kemampuan siswa dalam melakukan
penulis, proses pembelajaran yang masalah.
dilaksanakan oleh guru lebih Jawaban yang dihasilkan siswa
mengedepankan bagaimana cara bervariasi satu dengan yang lainnya.
pembelajaran yang ada di buku guru dan Dari penjumlahan ketiga pecahan
siswa dapat terlaksana. Sehingga aspek tersebut. Mereka mencari dengan cara
penting seperti penguatan terhadap materi trial and error atau mencoba-coba.
yang diajarkan tidak diberikan kepada Mereke mencoba satupersatu untuk
siswa. menemukan nilai 3 pecahan yang
3. Hambatan Epistimologi nantinya akan menghasilkan enam per
(pengetahuan siswa yang memiliki enam
konteks aplikasi yang terbatas). d. Hambatan belajar terkait dimana akan
Pembelajaran matematika tentang menyelesaikan masalah karena tidak
operasi penjumlahan pecahan dengan diberikan/difasilitasi dengan LKS.
menggunakan pemecahan masalah hanya Untuk melakukan prosedur
bisa dilakukan pada tahap ini karena pemecahan masalah siswa tidak
keterbatasan waktu. Dari kegaitan dibimbing dengan pemberian LKS
pembelajaran yang dilaksanakan terdapat oleh guru. Sehingga, banyak timbul

81
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

pertanyaan-pertanyaan yang pada latihan-latihan yang cocok dengan


seharusnya bisa dikurangi dengan kemajuan belajar mereka. Beberapa siswa
memberikan LKS. Siswa binggung mungkin hanya dapat terlibat dalam
untuk melaksanakan tugas mereka, kegiatan lebih terbuka dan menantang.
sehingga guru meminta siswa untuk Pemilihan dan penetapan kegiatan yang
menuliskan jawaban pada bagian sesuai dengan kemampuan siswa akan
karton yang kosong. Padahal untuk memperkuat dan menopang ketertarikan
melakukan percobaan ini butuh mereka dalam belajar.
tempat yang cukup agar siswa lebih Pada rancangan pelaksanaan
leluasa dalam menuliskan pembelajaran ini, dimungkinkan siswa
penjumlahan dengan cara mencoba- untuk menggambar, memberikan
coba. penjelasan verbal, menulis kalimat
e. Hambatan belajar siswa kurang perkalian, menerapkan algoritma. Guru
dilatihkan dengan teknik mencoba dapat memberikan siswa dengan berbagai
berbagai alterlnatif cara untuk cara dan gaya yang berbeda dari motivasi
memporeleh nilai 1 dari penjumlahan selama kelas.
beberapa pecahan. Dalam berinteraksi dengan seluruh
f. Hambatan terbatasnya waktu kelas, guru dapat menggunakan
pembelajaran. Hal ini berakibat tidak pertanyaan efektif dan inklusif.
bisa memberikan contoh lain kepada Pertanyaan dapat dipasang pada tingkat
siswa tentang penjumlahan ini. selain yang berbeda dan dapat bergerak dari
itu, banyak langkah kegiatan pertanyaan dasar ke yang bersifat tatanan
pembelajaran yang tidak terlaksana. yang lebih tinggi. Pada suatu waktu siswa
Untuk langkah pemecahan masalah mungkin akan diminta untuk menyusun
yang keempat yaitu memeriksa pertanyaan sendiri atau untuk melihat
kembali tidak terlaksana karena apakah mereka bisa membuat dengan
waktu yang terbatas. Selain itu siswa pertanyaan alternatif untuk salah satu
tidak bisa mengungkapkan alasan mereka mungkin telah diminta.
mereka kenapa melakukan Selain mengajar seluruh kelas, guru
penyelesaian masalah dengan langkah dapat mempertimbangkan strategi
yang mereka pilih. pengelompokan yang berbeda, seperti
sebagai kelompok dan pasangan kerja
Lesson Plan Pemecahan Masalah untuk mendorong interaksi siswa,
Penjumlahan Pecahan membantu siswa untuk pemahaman
Di dalam kelas, kebutuhan seluruh verbal matematika dan membantu
siswa, apapun level kemampuan mereka, membangun kepercayaan diri dan
adalah hal yang sama-sama penting. Pada pemahaman matematika siswa. Sebagai
setiap hari mengajar di kelas, guru dapat contoh, dalam rancangan ini siswa
melayani untuk kemampuan siswa yang diminta untuk bekerja berkelompok
berbeda-beda asal saja dengan siswa untuk membuat sebuah pola dengan
diberikan aktivitas yang berbeda-beda balok pecahan yang dapat digunakan
dan tugas dinilai menurut tingkat untuk penjumlahan pecahan, mencari
kesulitan sehingga siswa dapat bekerja solusi dan dan bertukar pertanyaan

82
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

mereka dengan pasangan lain, mereka e. Hambatan belajar siswa kurang


kemudian dapat diminta untuk dilatihkan dengan teknik mencoba
membandingkan jawaban. berbagai alterlnatif cara untuk
memporeleh nilai 1 dari penjumlahan
Kesimpulan beberapa pecahan.Hambatan
Kesimpulan yang dapat diambil dari terbatasnya waktu pembelajaran.
penelitian ini adalah, dalam pembelajaran
matematika untuk pemecahan masalah DAFTAR PUSTAKA
operasi penjumlahan pecahan siswa
mengalami hambatan sebagai berikut Brousseau, G. (1997). Theory of
1. Hambatan Ontogeni (kesiapan mental didactical situations (N. Balacheff, M.
belajar) Cooper, R. Sutherland, V. Warfield
a. Belum adanya koneksi antara Eds & Trans). Dordrecht, Netherland:
kesiapan mental mereka dengan Kluwer Academic
materi yang mereka pelajari yang Cornu, B. (1991). Limit In 30/05/2012.O.
menyebabkan hal seperti itu terjadi. Tall (Ed), Advanced Mathematical
b. Beberapa orang siswa yang belum Thinking (pp. 153-166). Dordrecht :
berkonsentrasi pada pembelajaran. Kluwer Academic Publisher
2. Hambatan Didaktik (akibat Holmes, Emma E.(1995). New Directions
pengajaran guru) in Elementary School Mathematics-
a. Pembagian waktu pembelajaran yang Interactive Teaching and Learning.
kurang New Yersey: A simon and Schuster
b. Tidak menyediakan lembar kegiatan Company.
siswa dalam pembelajaran NCTM. (2000). Principle and Standard
c. Minimnya ragam masalah yang for School Mathematics. Reston,
diberikan oleh guru Virginia: The National Council of
d. Tidak terlaksananya semua langkah Mathematics of Teacher of
yang ada di RPP, bahkan berbeda Mathematics, Inc.
dengan RPP Polya, G. (1985). How To Solve It : A
3. Hambatan Epistimologi New Aspect of Mathematics Method
(pengetahuan siswa yang memiliki (second edition). Princenton, New
konteks aplikasi yang terbatas). Jersey : Pricenton University Press.
a. Hambatan belajar terkait konteks Ruseffendi, E. T., (1991). Pengantar
variasi informasi masalah yang ada Kepada Membantu Guru
pada soal yang akan dipecahkan. Mengembangkan Kompetensinya
b. Hambatan belajar terkait prosedur dalam Pendidikan Matematika untuk
pelaksanaan pemecahan masalah. Meningkatkan CBSA. Bandung.
c. Hambatan belajar terkait dengan
kemampuan siswa dalam melakukan
masalah.
d. Hambatan belajar terkait dimana akan
menyelesaikan masalah karena tidak
diberikan/difasilitasi dengan LKS.

83
Jurnal Seuneubok Lada, Vol. 3, No.2, Juli - Desember 2016

84

Anda mungkin juga menyukai