Anda di halaman 1dari 44

MODUL - 2

PENGENALAN DAN APLIKASI MENU MIKE ZERO


MIKE by DHI

Oleh
HERON SURBAKTI, S.Pi, M.Si.

disampaikan dalam:

PELATIHAN
PENGENALAN DAN APLIKASI PERANGKAT LUNAK DHI MIKE
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Jakarta, 24 ~ 26 Juli 2013
MODUL-2 (Page 2/ 44)

MODUL - 2
PENGENALAN DAN APLIKASI MENU MIKE ZERO

MEMBUAT FILE TIME SERIES (*.dfs0)


File dfs0 pada perangkat lunak MIKE merupakan suatu extension yang
menunjukkan data time series pada suatu titik tertentu. Dapat berupa data pasut, angin,
arus dan lain-lain. Sebagai contoh akan dicoba membuat satu file data angin pada satu
lokasi yang terdiri dari data kecepatan dan arah angin. Contoh format data disajikan
seperti pada Gambar 1 (File contoh data angin dengan nama file Angin.xlsx).

Gambar 1. Format awal data angin dalam Microsoft Excel

 Untuk memulai membuat file Time Series Data maka Pilih File , lalu pilih New->File

atau klik tombol New File pada menu toolbox.


 Setelah muncul kotak dialog, pilih MIKE Zero pada product type kemudian klik dua
kali pada Documents Time Series (.dfs0)
 Sehingga akan muncul kotak dialog New Time Series, lalu pilih Blank Time Series
dan selanjutnya pilih OK (Gambar 2)

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 3/ 44)

Gambar 2. Prosedur Awal Membuat Template Data Time Series

 Setelah memilih OK maka akan muncul kotak dialog yang berisi informasi terkait
data yang akan dibuat. Informasi yang harus diisikan berupa data Waktu, interval
data, Jumlah Time Step serta parameter yang ingin dimasukkan.

Gambar 3. Tampilan File Properties untuk Data Time Series

 Masukkan data pada Start Time 1/1/2013 00:00:00 (data dimulai dari tanggal 1
Januari 2013 Jam 00.
 Isikan 03:00:00 pada Time Step (hour:min:sec) artinya data yang dimiliki memiliki
interval waktu setiap 3 jam.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 4/ 44)

 Isikan nilai 2961 pada No. of Timesteps (Data yang dimiliki selama 1 tahun)
 Pada Name ketikkan speed, pada bagian Type pilih Wind Speed dan pada bagian
Unit pilih m/s sebagai satuannya.
 Selanjutnya pilih Append untuk menambah parameter berikutnya.
 Pada Name ketikkan direction, pada bagian Type pilih Wind Direction dan pada
bagian Unit pilih degree sebagai satuannya.

Gambar 4. Pengisian Informasi File Properties untuk Data Time Series

 Selanjutnya pilih OK
 Maka akan muncul tampilan data time series seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 5.
 Pada Gambar 5 terlihat data dimulai dari tanggal 1 Januari 2013 Jam 00 dengan
interval setiap 3 jam dan jumlah data selama 1 tahun.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 5/ 44)

Gambar 5. Tampilan Data Time Series Berdasarkan Pengisian Informasi File Properties

 Sorot dan copy semua data speed dan arah pada Angin.xlsx. Kemudian gunakan
perintah paste pada Tampilan Data Time Series yang kosong. Maka semua data
akan masuk ke dalam format dfs0.

Gambar 6. Tampilan Data Time Series dalam format dfs0

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 6/ 44)

 Simpan file tersebut dengan cara pilih File, kemudian pilih Save As… sehingga akan
muncul folder lokasi penyimpanan file, simpan dengan nama Data Angin.dfs0.
Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 7.
Perhatikan ekstension file Time Series Data adalah *.dfs0

Gambar 7. Penyimpanan File Time Series Data

 Untuk keluar dari aplikasi ini, pilih File kemudian pilih Exit.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 7/ 44)

VISUALISASI DATA TIME SERIES (PLOT COMPOSER)

 Untuk memulai membuat file Time Series Data maka Pilih File , lalu pilih New->File

atau klik tombol New File pada menu toolbox.


 Setelah muncul kotak dialog, pilih MIKE Zero pada product type kemudian klik dua
kali pada Documents Plot Composer (.plc)

Gambar 8. Prosedur Pemilihan Menu Plot Composer.

 Selanjutnya akan muncul kotak dialog MzPlot. Pilih Plot, kemudian pilih Insert
New Plot Objects.

Gambar 9. Tampilan Kotak Dialog MzPlot

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 8/ 44)

 Maka akan muncul kotak dialog Insert Plot Object yang berisi tipe-tipe visualisasi
obyek yang dapat ditampilkan. Sebagai contoh pilih Rose Plot (untuk
menggambarkan mawar angin dari data angin yang telah dibuat sebelumnya).

Gambar 10. Tipe-tipe Plot Object Pada MzPlot

 Kemudian pilih OK. Akan muncul kotak dialog Rose Plot Properties, pilih file DFS0
(Data Angin.dfs0) yang telah dibuat sebelumnya dengan menempatkan Magnitude
= speed dan Direction = direction. Untuk lebih jelas lihat Gambar 11.

Gambar 11. Pemilihan File DFS0 untuk Pembuatan Wind Rose

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 9/ 44)

 Setelah selesai maka pilih OK. Maka akan muncul kotak dialog Rose Plot Properties
dengan informasi data yang ada pada file Data Angin.dfs0.

Gambar 12. Rose Plot Properties Setelah Pemilihan File DFS0

 Data yang terdapat pada file Data Angin.dfs0 adalah data setahun. Untuk
menampilkan wind rose satu bulan pada bulan Januari, maka pilih Subseries,
masukan data 1/1/2013 12:00:00 (pada Start Date) dan 2/1/2013 12:00:00 (pada
End Date).

Gambar 13. Pengaturan Wind Rose untuk Bulan Januari

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 10/ 44)

 Untuk mengatur kelas data, pilih Data Classes. Pada Circle Sector Size: pilih 22.5
(tampilan rose adalah setiap 22.5 ) dan pada Number of Delimiters: pilih 9 (ada 9
kelas data yang akan dibuat berdasarkan data kecepatan angin)

Gambar 14. Pengaturan Kelas Data pada Wind Rose

 Pilih Plotting, kemudian aktifkan Lock size of calm. Isi dengan nilai 10 %.
Kemudian pilih OK. Maka akan muncul tampilan mawar angin seperti yang
ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Tampilan Mawar Angin

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 11/ 44)

 Untuk menyimpan gambar mawar angin dalam format gambar, pilih View, lalu
pilih Export Graphics dan pilih Save to Bitmap. Simpan dengan nama dan format
yang diinginkan. Format yang tersedia dalam bentuk png, bmp, jpg dan tif.
 Selanjutnya pilih OK.
 Untuk menyimpan file kerja maka pilih Save As.., lalu simpan dengan nama file
yang diinginkan. Ekstension yang dihasilkan adalah *.plc

Gambar 16. Penyimpanan File Kerja Plot Composer

 Untuk keluar dari aplikasi ini, pilih File kemudian pilih Exit.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 12/ 44)

MEMBUAT FILE GRID BATIMETRI (.BATSF DAN .MDF)

Pada MIKE ZERO terdapat dua modul yang berfungsi untuk membuat grid batimetri.
Dimana keluaran dari masing-masing modul tersebut akan digunakan untuk model yang
berbeda. Pertama adalah ada Bathymetries (.batsf) dimana keluarannya merupakan grid
yang teratur (segi empat) dan digunakan untuk model MIKE 21 sedangkan yang kedua
adalah Mesh Generator (.mdf) dimana keluarannya berupa grid yang tidak teratur
(unstructured mesh) dan akan digunakan untuk MIKE 21 FM (Flexible Mesh).

Bathymetries (.batsf)
File ini diperlukan sebagai dasar untuk menjalankan model hidrodinamika MIKE 21.
File yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah informasi terkait lokasi atau domain
area yang akan dimodelkan. Informasi ini meliputi:
- data Kedalaman (batimetri)
- data Garis Pantai (daratan)
Contoh format data kedalaman dan garis pantai disajikan pada Gambar 18.

Gambar 17. Contoh domain area yang akan dibuat grid batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 13/ 44)

Gambar 18. Contoh Format Data Garis Pantai (kiri) dan Data Kedalaman (kanan)

Setelah data garis pantai dan data kedalaman dipersiapkan maka dilanjutkan
dengan pembuatan grid batimetri. Langkah-langkah untuk membuat file grid batimetri
adalah sebagai berikut

 Klik menu File , lalu pilih New->File atau klik tombol New File pada menu
toolbox.
 Pada Product Types pilih Mike Zero, Lalu pilih Bathymetries (.batsf) pada
tampilan kotak dialog di sebelah kanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 19.

Gambar 19. Menu yang Diperlukan Untuk Pembuatan Grid Batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 14/ 44)

 Maka akan muncul tampilan Define Working Area seperti pada Gambar 20.
Tampilan ini berfungsi untuk membatasi wilayah kerja bukan batasan grid.

Gambar 20. Pemilihan Proyeksi Peta pada Working Area


 Tentukan Type Map Projection yang digunakan. Secara default akan tertulis
LONG/LAT. Untuk memilih type projection yang lain klik panah pada LONG/LAT
maka akan muncul Type Map Projection yang akan digunakan (Gambar 20).
 Jika tidak terdapat tulisan UTM-49, maka pilih Browse dan pilih UTM Projections,
selanjutnya klik UTM-49 lalu klik OK.
 Langkah berikutnya adalah membatasi tampilan koordinat kerja. Gunakan
koordinat pojok kiri bawah peta atau data batimetri dan garis pantai yang kita
miliki. Untuk mengisi nilai Geographical Position of Origin dapat digunakan dalam
3 format data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 21.
 Pada Geographical Position of Origin klik Decimal Deg, kemudian masukkan nilai
Longitude = 110.818527919 dan pada Latitude = -7.9610838377 (nilai ini berasal
dari data daratan yang digunakan)

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 15/ 44)

Gambar 21. Batasan Koordinat dan Luasan Working Area

 Selanjutnya tentukan lebar (Width) dan tinggi (Height) wilayah kerja. Sebagai
contoh masukkan nilai Width = 100000 dan Height = 100000 m.
 Setelah nilai Width dan Height tersebut diisi, klik OK. Maka akan muncul tampilan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22. Gambar 22 menunjukkan batasan
wilayah kerja yang akan dilakukan untuk membuat grid batimetri.

Gambar 22. Tampilan Working Area

 Setelah working area selesai didefinisikan maka dilanjutkan dengan pemanggilan


dan pemilihan data garis pantai dan data batimetri pada working area.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 16/ 44)

 Pilih Work Area, kemudian pilih Background Management…. Maka akan muncul
kotak dialog Background Management seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23. Proses Awal Pemilihan Data Garis Pantai dan Batimetri

 Pada kotak dialog Background Management pilih Import.


 Selanjutnya pilih file garis pantai dan batimetri yang telah dipersiapkan
sebelumnya. File garis pantai dan batimetri dalam extension xyz. File yang akan
digunakan adalah garis pantai (island.xyz, island2.xyz dan jawa.xyz) serta file
batimetri (depth.xyz).
 Sebagai contoh pilih file island.xyz, kemudian klik tanda panah pada Covert from,
lalu pilih LONG/LAT (data pada file menggunakan system koordinat LONG/LAT).
 Selanjutnya pilih Open. Lakukan dengan cara yang sama untuk file lainnya.

Gambar 24. Pemilihan File Garis Pantai dan Batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 17/ 44)

 Setelah file selesai dipilih, maka akan muncul kembali kotak dialog Background
Management . Perbedaan yang terjadi, sekarang pada kotak dialog terlihat file-file
yang akan digunakan untuk membuat grid (Gambar 25).

Gambar 25. Tampilan kotak dialog Background Management Setelah Selesai Pemilihan File

 Selanjutnya pilih Import, sehingga akan muncul tampilan seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 26. Seharusnya akan muncul titik-titik yang berisi data garis pantai
dan batimetri pada lembar work area. Namun kenapa kosong?

Gambar 26. Tampilan Work Area Setelah File Data Selesai Dipilih

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 18/ 44)

 Kondisi ini dapat terjadi jika data yang dipilih tidak termasuk atau berada di luar
wilayah working area. Maka diperlukan mendefinisikan ulang wilayah kerja
(working area).
 Pilih Work Area, kemudian pilih Resize

Gambar 27. Tahapan Mendefinisikan Ulang Work Area

 Maka akan muncul kembali kotak dialog Define Working Area. Sekarang ubah nilai
Width = 1000000 dan Height = 1000000 m (Gambar 28).

Gambar 28. Tampilan Pengaturan Ulang Working Area

 Selanjutnya pilih OK.


 Maka akan muncul tampilan seperti Gambar 29. Pada Gambar 29 terlihat data
garis pantai dan data batimetri telah muncul pada working area.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 19/ 44)

Gambar 29. Tampilan Work Area Setelah dilakukan Resize Working Area

 Dengan cara yang sama sekarang coba Resize Working Area. Sekarang ubah nilai
Width = 800000 dan Height = 500000 m (Gambar 30). Apa yang terjadi? Working
area lebih terfokus pada daerah data garis pantai dan data baimetri. Silahkan
dicoba dengan nilai lainnya untuk lebih memfokuskan working area disekitar data.

Gambar 30. Tampilan Work Area Setelah Dilakukan Resize Dengan Nilai Berbeda

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 20/ 44)

 Tahapan sebelumnya masih terbatas pada pendefinisian data pada wilayah kerja.
Langkah selanjutnya adalah membuat grid batimetri yang akan digunakan untuk
model.
 Pilih Work Area, kemudian pilih Bathymetri Management. Sehingga akan
muncul kotak dialog Bathymetri Management seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 31.

Gambar 31. Tahapan Awal Untuk Membuat Grid Batimetri

 Pada kotak dialog Bathymetri Management, pilih New… maka akan muncul kotak
dialog Define Bathymetri Area. Hampir sama dengan tahapan saat mendefinisikan
working area pada Define Bathymetri Area juga perlu dimasukkan koordinat pojok
kiri bawah sebagai koordinat awal penghitungan jumlah dan jarak grid.

Gambar 32. Kotak Dialog untuk Mendefinisikan Area Batimetri.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 21/ 44)

 Sebagai dasar kita dapat memperbesar (zoom) pada working area untuk melihat
koordinat awal grid yang akan dibuat.
 Pada Geographical Position Origin, pilih Projection.
 Pada Projection isikan nilai 500000 pada Easting dan -750000 pada Northing.
 Pada Grid Spacing masukkan nilai Grid Dimension 60000 untuk X points dan 90000
untuk Y points dengan Grid Spacing bernilai 1 m. Artinya kita akan membuat grid
batimetri dengan jarak 60 km x 90 km, dengan lebar grid 1 m x 1 m sehingga akan
dihasilkan sebanyak 60000 grid sepanjang sumbu X dan 90000 grid sepanjang
sumbu Y. Untuk lebih jelas lihat Gambar 33.

Gambar 33. Pendefinisian Nilai Batasan Grid Batimetri

 Untuk melakukan modifikasi pada Grid Spacing masukkan nilai Grid Dimension 240
untuk X points dan 360 untuk Y points dengan Grid Spacing bernilai 250 m (Gambar
34). Artinya kita akan membuat grid batimetri dengan jarak yang sama dengan
sebelumnya 60 km x 90 km, dengan lebar grid 250 m x 250 m sehingga akan
dihasilkan sebanyak 240 grid sepanjang sumbu X dan 360 grid sepanjang sumbu Y.
 Besarnya lebar grid akan mempengaruhi stabilitas model saat dijalankan
 Sedangkan besarnya jumlah grid akan mempengaruhi lamanya simulasi dijalankan.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 22/ 44)

Gambar 34. Modifikasi Nilai Batasan Grid Batimetri

 Setelah selesai mendefinisikan area grid batimetri, pilih OK.


 Maka akan muncul kotak dialog Bathymetri Management. Untuk melihat hasilnya,
pilih OK sehingga akan muncul area grid batimetri yang telah didefinisikan
(Gambar 35).

Gambar 35. Tampilan Grid Batimetri pada Working Area.

 Tahapan selanjunya adalah memasukkan nilai batimetri pada masing-masing grid.

 Pilih Import From Background pada toolbar seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 36.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 23/ 44)

Gambar 36. Impor Data Background menjadi Data Foreground

 Maka tampilan data point pada working area akan berubah warna. Kemudian klik

satu kali lagi Import From Background pada toolbar seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 37.

Gambar 37. Impor Data Background Untuk Mengisi Nilai Grid Batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 24/ 44)

 Tahapan berikutnya, pilih Work Area, kemudian pilih Bathymetri Management


sehingga akan muncul kotak dialog Bathymetri Management. Pada kotak dialog
tersebut, pilih Interpolate..
 Akan muncul kotak dialog Interpolation Options, kemudian pilih OK, maka proses
interpolasi data akan berlangsung seperti yang ditunjukkan pada Gambar 38.
Setelah selesai pilih OK sehingga tampilan akan kembali ke kotak dialog Bathymetri
Management

Gambar 38. Proses Interpolasi Data Batimetri Menjadi Data Grid

 Selanjutnya pilih Export, dan simpan file grid batimetri (grid.dfs2) pada folder yang
terdapat di komputer.
 File yang dihasilkan dari pembuatan grid batimetri ini akan ber extension *.dfs2

Gambar 39. Tahapan Penyimpanan Hasil Grid Batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 25/ 44)

 Jika suatu saat dibutuhkan untuk mendesain ulang grid batimetri untuk kondisi
yang berbeda maka perlu dilakukan penyimpanan working area yang telah kita
buat.
 Pilih File, kemudian pilih Save As.. dan simpan file tersebut (contoh : domain.batsf)
 Extension yang digunakan untuk penyimpanan adalah *.batsf

Gambar 40. Proses Penyimpanan Working Area Grid Batimetri

 Selanjutnya untuk keluar dari aplikasi ini maka pilih File, Exit.
 Untuk melihat hasil grid batimetri yang telah dibuat, buka file grid.dfs2 maka akan
muncul tampilan data grid seperti yang ditunjukkan pada Gambar 45.

Gambar 41. Hasil Akhir Grid Batimetri

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 26/ 44)

Mesh Generator (.mdf)


File yang dihasilkan dari grid batimetri ini diperlukan sebagai dasar untuk menjalankan
model hidrodinamika MIKE 21 FM. Sama seperti pembuatan grid batimetri sebelumnya
dengan menggunakan Bathymetries (.batsf) file yang harus dipersiapkan terlebih dahulu
adalah informasi terkait lokasi atau domain area yang akan dimodelkan. Informasi ini
meliputi:
- data Kedalaman (batimetri)
- data Garis Pantai (daratan)
Contoh format data kedalaman dan garis pantai disajikan pada Gambar 43

Gambar 42. Contoh Domain Area yang Akan Dibuat Grid Batimetri

Gambar 43. Contoh Format Data Garis Pantai (kiri) dan Data Kedalaman (kanan)

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 27/ 44)

 Untuk memulai membuat grid batimetri dengan Mesh Generator maka Pilih File ,

lalu pilih New->File atau klik tombol New File pada menu toolbox.

Gambar 44. Menu yang Diperlukan Untuk Pembuatan Grid Batimetri dengan Mesh Generator

 Setelah muncul kotak dialog, pilih MIKE Zero pada product type kemudian klik dua
kali pada Documents Mesh Generator (.mdf).
 Maka akan muncul kotak dialog Workspace Projection. Pilih Projection yang akan
digunakan contoh: UTM-49

Gambar 44. Pemilihan Sistem Proyeksi yang Akan Digunakan Pada Bidang Kerja

 Untuk menentukan zona UTM dapat menggunakan formula berikut ini:

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 28/ 44)

( )

dimana  adalah nilai bujur


 Setelah selesai pemilihan system proyeksi yang digunakan, pilih OK maka akan
muncul tampilan lembaran kerja untuk membuat grid seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 45.

Gambar 45. Tampilan Lembaran Kerja Untuk Membuat Grid Batimetri

 Tahapan selanjutnya adalah memilih data garis pantai. Pilih Data, kemudian pilih
Import Boundary.
 Pilih file garis pantai yang akan digunakan dalam extension .xyz (contoh:
daratan.xyz)

Gambar 46. Tahapan Memilih File Garis Pantai.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 29/ 44)

 Setelah selesai memilih file garis pantai maka akan muncul kotak dialog Boundary
Properties.
 Pada Column sequence, tandai X, Y, Connectivity and Z
 Pada Projection, pilih LONG/LAT (pemilihan ini karena data garis pantai yang
dimiliki dalam koordinat system LONG/LAT).
 Kemudian pilih OK.

Gambar 47. Kotak Dialog Boundary Properties

 Selanjutnya akan muncul tampilan seperti Gambar 48 yang menunjukkan proses


importing data telah selesai dilakukan. Selanjutnya pilih OK

Gambar 48. Proses Impor Data Garis Pantai Telah Selesai.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 30/ 44)

 Dalam mendesain grid pada Mesh Generator terdapat istilah yang penting untuk
dipahami, yaitu:
Node : Titik (point) di awal dan akhir suatu garis (arc)
Vertex : internal point sepanjang sebuah garis (arc)
Arc : Garis yang menghubungkan Vertex dan Node
Poligon : Bidang tertutup yang terbentuk dari arc. Poligon secara otomatis
akan terbentuk jika satu atau lebih arc bertemu.
 Untuk melihat banyaknya vertex yang terdapat pada satu garis dapat dilakukan

dengan memilih select an arc dari menu toolbars. Kemudian pilih garis
(arc) pada layar (contoh pilih daerah Madura). Kemudian klik kanan mouse, lalu
pilih Redistribute Vertices (Gambar 49).

Gambar 49. Identifikasi Jumlah Vertices Dalam Satu Garis (Arc)

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 31/ 44)

 Maka akan muncul informasi yang terdapat pada arc tersebut. Dari Gambar 50
terlihat bahwa satu arc yang kita pilih memiliki 5723 vertices. Besarnya jumlah
Vertices juga akan mempengaruhi kerapatan grid yang dibuat, tentunya akan sangat
mempengaruhi lamanya simulasi.

Gambar 50. Informasi yang Terdapat Pada Satu Arc

 Sebagai latihan coba isikan nilai pada Set number of vertices as: 100. Lalu pilih OK
 Apa yang terjadi? Maka satu arc yang kita pilih tersebut akan memiliki 100 vertices
 Untuk membatalkan dan mengembalikan ke data awal, pilih Edit, lalu pilih Undo.

Gambar 51. Pembatalan Proses yang Dilakukan Sebelumnya.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 32/ 44)

 Tahapan berikut adalah memotong arc (garis) agar yang muncul hanya pada
wilayah yang akan dimodelkan.

 Pilih select nodes dari menu toolbar. Kemudian pilih satu titik (vertex) di
sekitar Gresik, lalu klik kanan pada mouse. Selanjutnya pilih Vertices -> Nodes

 Atau dapat juga dilakukan dengan memilih menu Goto dari toolbar sehinga
akan muncul tampilan seperti pada Gambar 52.

Gambar 52. Pencarian Vertices Berdasarkan Koordinat yang Diketahui

 Masukkan nilai 676422.491154602 dan -768641.946379248 pada (x,y). Kemudian


pilih Apply. Maka titik yang dipilih akan berkedip-kedip. Kemudian pada Zoom
Level, naikkan nilainya hingga titik yang dimaksud semakin jelas (Gambar 53).

Gambar 53. Peningkatan Zoom Level untuk Mencari Point Berdasarkan Koordinat

 Selanjutnya klik kanan pada mouse pilih Vertices -> Nodes

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 33/ 44)

Gambar 54. Mengubah Vertices Menjadi Nodes

 Dengan cara yang sama, lakukan untuk point yang lain (702801.35620179, -
804671.830841263), (700451.178361184, -768624.044004292) dan
(703168.033386091, -792317.876292623). Maka akan muncul 2 Nodes tambahan
di daratan Jawa dan 2 Nodes Tambahan di daratan Madura.

 Kemudian pilih select an arc dari menu toolbars. Kemudian pilih garis
(arc) di daratan Jawa pada layar. Kemudian pilih Edit, lalu pilih delete.
 Sehingga daratan di Jawa hanya akan tersisa satu arc terbuka (Gambar 55).

Gambar 55. Proses Pemotongan Arc

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 34/ 44)

 Dengan cara yang sama lakukan pada garis pantai di daratan Madura. Sehingga
akan dihasilkan 2 arc (garis) terbuka seperti yang ditunjukkan pada Gambar 56.

Gambar 56. Hasil Akhir Pemotongan Arc Pada Masing-Masing Garis Pantai

 Selanjutnya kita akan mencoba mengurangi vertices yang terdapat pada satu arc.

Pilih select an arc dari menu toolbars. Kemudian pilih garis (arc) pada
layar (contoh pilih daratan Jawa). Kemudian klik kanan mouse, lalu pilih
Redistribute Vertices. Ganti nilai Set number of vertices as : 200, kemudian pilih
OK. Lakukan dengan cara yang sama untuk garis pantai di Madura.

Gambar 57. Pengurangan Jumlah Vertices Pada Masing-masing Arc

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 35/ 44)

 Langkah selanjutnya adalah membuat polygon. Caranya dengan menghubungkan


kedua arc sehingga terbentuk suatu bidang tertutup.

 Dari menu toolbar pilih Draw arc , klik pada node di garis pantai sebelah kiri
(bagian atas), kemudian tarik garis hingga sampai node di garis pantai sebelah
kanan (bagian atas). Kemudian klik pada node yang disebelah kanan tersebut.
Sehingga akan terbentuk satu arc baru. Dengan cara yang sama lakukan juga untuk
membentuk satu arc baru di bagian bawah. Sehingga akan terbentuk 2 arc baru
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 58.

Gambar 58. Hasil Akhir Pembuatan 2 Arc Baru

 Tahapan selanjutnya adalah membuat vertices disepanjang arc yang baru dibuat.

 Pilih select an arc dari menu toolbars. Kemudian pilih garis (arc) pada
layar (pilih arc di bagian utara). Kemudian klik kanan mouse, lalu pilih
Redistribute Vertices. Ganti nilai Set number of vertices as : 50. Lakukan
dengan cara yang sama untuk arc di bagian selatan dengan mennganti nilai Set
number of vertices as : 30. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 59.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 36/ 44)

Gambar 59. Pembuatan Vertices di Sepanjang Arc di bagian utara (atas) dan bagian selatan (bawah)

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 37/ 44)

 Hasil akhir dari pembuatan vertices disajikan pada Gambar 60.

Gambar 60. Hasil Akhir Pembuatan Vertices Pada Arc.

 Pilih select an arc dari menu toolbars. Kemudian pilih garis (arc) yang
disebelah barat, kemudian klik kanan mouse, lalu pilih properties. Isi Arc
Properties seperti yang disajikan pada Gambar 61. Kemudian pilih OK.

Gambar 61. Pendefinisian Informasi Pada Arc di Sebelah Barat

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 38/ 44)

 Dengan cara yang sama, lakukan untuk arc di bagian utara, bagian timur dan bagian
selatan. Isi Arc Properties seperti yang disajikan pada Gambar 62.

Gambar 62. Pendefinisian Informasi Pada Arc di Sebelah Utara (Gambar Kiri Atas), Timur (Gambar
Kanan Atas) dan Selatan (Gambar Bawah)

 Setelah selesai mendeskripsikan informasi terkait dengan arc, langkah selanjutnya


adalah membuat grid (mesh). Pilih Mesh, kemudian pilih Triangulate.

Gambar 63. Tahapan Membuat Mesh

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 39/ 44)

 Maka akan muncul kotak dialog Triangulation. Pada kotak dialog ini berisi luasan
maksimum grid, sudut serta jumlah nodes maksimum yang akan dibuat. Sebagai
latihan pada Maximum Element area isikan nilai 7100000, kemudian pilih
Triangulate. Maka akan terbentuk grid seperti yang disajikan pada Gambar 64.

Gambar 64. Informasi Triangulation dan Output Grid Yang Dihasilkan.

 Dengan cara yang sama pada Maximum Element area ubah nilai menjadi
710000, kemudian pilih Triangulate. Maka akan terbentuk grid seperti yang
disajikan pada Gambar 65

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 40/ 44)

Gambar 65. Perubahan Informasi Triangulation dan Output Grid Yang Dihasilkan

 Dari kedua kasus diatas terlihat dengan jelas bahwa dengan memperkecil luasan
maksimum mesh maka akan meningkatkan jumlah mesh pada area model.
 Langkah berikutnya adalah memasukkan informasi kedalaman ke masing-masing
mesh.
 Pilih Data, kemudian pilih Import Scatter Data.
 Maka akan muncul kotak dialog Import Scatter Data.
 Pilih Add.., kemudian pilih file yang berisi data batimetri (depth.xyz).
 Pilih Open.
 Pada Map Projection, pilih LONG/LAT, selanjutnya pilih OK.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 41/ 44)

Gambar 65. Tahapan Memanggil Data Batimetri.

 Maka akan muncul kotak dialog Import Scatter Data, lalu pilih Apply. Sehingga
akan muncul tampilan yang berisi titik-titik data batimetri (Gambar 66).

Gambar 66. Tampilan Setelah Data Batimetri selesai di impor

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 42/ 44)

 Tahapan selanjutnya adalah memasukkan nilai data batimetri ke dalam masing-


masing mesh/grid.
 Pilih Mesh, kemudian pilih Interpolate.
 Selanjutnya pada kotak dialog Interpolation, pilih Interpolate. Tunggu hingga
proses interpolasi data batimetri ke mesh selesai dilakukan.

Gambar 67. Tahapan Interpolasi Data Batimetri Menjadi Data Mesh

 Setelah Progress finish, pilih Close. Maka akan muncul tampilan mesh dengan
warna yang menunjukkan nilai kedalaman pada masing-masing mesh.

Gambar 68. Hasil Akhir Data Batimetri Pada Masing-masing Mesh.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 43/ 44)

 Berikutnya, pilih Mesh, kemudian pilih Export Mesh.

Gambar 69. Menu Untuk Melakukan Export Mesh

 Maka akan muncul kotak dialog Export Mesh. Tandai pada Mesh File, kemudian
pada File Name dan simpan file pada folder yang ada (sebagai contoh file
grid.mesh).
 Selanjutnya pilih Save. Satu file dengan nama grid. mesh telah tersimpan.

Gambar 70. Tahapan Export dan Penyimpanan File Mesh

 Untuk keluar dari aplikasi ini maka pilih File, Exit.


 Untuk melihat hasil yang diperoleh buka file grid.mesh sehingga akan muncul
tampilan seperti pada Gambar 72.

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013


MODUL-2 (Page 44/ 44)

Gambar 72. Tampilan File Mesh yang Telah Selesai

 Untuk keluar dari aplikasi ini maka pilih File, Exit.

== SELAMAT MENCOBA ==

Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Perangkat Lunak MIKE, 24 – 26 Juli 2013

Anda mungkin juga menyukai