Anda di halaman 1dari 37

AJIE - Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship

(e-ISSN: 2477- 0574 ; p-ISSN: 2477-3824)


Vol. 02, No. 03, September 2017
PENGENDALIAN KUALITAS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA
(Studi Kasus pada PT Diras Concept Sukoharjo)
Hani Sirine, Elisabeth Penti Kurniawati

Staf Pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga


Email: hani.sirine@staff.uksw.edu

ABSTRACT

Quality control is important thing to be done by a company to minimize the defective product.
Companies can analyze product defects by using six sigma method, by formulating Define, Measure,
Analyze, Improve, Control (DMAIC) that occurred. The purpose of this study was to determine how the
quality control using six sigma method is applied in a manufacturing company. The results showed that
company which became the research object has an average of 0.34% product defects, it means that its
cost of poor quality is less than 1% of sales. This shows that the company has reached six sigma, which
means that the company actually has done a very good quality control. Based on this research,
recommendation that can be given are the company needs to put quality control at every stage of the
production process, train the workforce, conduct the quality contracts with suppliers so that supplied
materials have excellent quality and provide an adequate storage (warehouse) to maintain the material
quality.
Keywords: Quality Control, Six Sigma

ABSTRAK

Pengendalian kualitas merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk
meminimalisasi produk yang cacat. Perusahaan dapat menganalisis cacat produk dengan menggunakan
metode six sigma, dengan merumuskan Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC) yang
terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengendalian kualitas
menggunakan metode six sigma diterapkan pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perusahaan yang menjadi objek penelitian tersebut memiliki rata-rata cacat produk sebesar 0,34%,
artinya biaya kualitasnya kurang dari 1% dari penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah
mencapai six sigma, yang berarti perusahaan tersebut benar-benar telah melakukan kontrol kualitas yang
sangat baik. Berdasarkan penelitian ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah perusahaan perlu
menempatkan kontrol kualitas pada setiap tahap proses produksi, melatih tenaga kerja, melakukan
kontrak kualitas dengan pemasok sehingga bahan yang dipasok memiliki kualitas prima dan memberikan
penyimpanan yang memadai (gudang ) untuk menjaga kualitas bahan.
Kata kunci: Quality Control, Six Sigma

PENDAHULUAN penyimpangan dan hambatan yang


Latar Belakang mengakibatkan produk dianggap cacat. Hal
Proses produksi dikatakan baik apabila ini juga terjadi pada PT. Diras Concept.
proses tersebut menghasilkan produk yang Oleh karena itu pengendalian kualitas
memenuhi standar yang telah ditetapkan. sangatlah perlu dilakukan agar perusahaan
Namun pada kenyataannya dalam proses dapat mengoreksi terjadinya kesalahan atau
produksi masih sering terjadi berbagai penyimpangan dalam produksinya. Setelah

254
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

adanya koreksi ini, diharapkan perusahaan signifikan sehingga perusahaan mampu


mampu meminimalkan kerugian baik yang meningkatkan posisi pasarnya dalam
dilihat dari sisi kuantitas, kualitas, ataupun menghadapi persaingan di bisnis makanan
waktu. Salah satu cara untuk melakukan ataupun konveksi. Berdasarkan uraian di
perbaikan dan peningkatan kualitas dalam atas, maka penelitian ini akan mengkaji
suatu perusahaan adalah dengan metode six bagaimana penerapan metode six sigma
sigma. untuk pengendalian kualitas pada PT. Diras
Metode six sigma merupakan suatu Concept.
metode atau cara untuk mencapai kinerja
operasi hanya 3,4 cacat untuk setiap satu Tujuan Penelitian
juta aktivitas atau peluang. Six sigma secara Adapun tujuan dalam penelitian ini
unik dikendalikan oleh pemahaman yang adalah untuk mengetahui bagaimana
kuat terhadap fakta, data, dan analisis pengendalian kualitas pada PT. Diras
statistik, serta perhatian yang cermat untuk Concept menggunakan metode six sigma.
mengelola, memperbaiki, dan menanamkan
kembali bisnis. Six sigma juga memberi Manfaat Penelitian:
manfaat yang telah teruji yaitu mencakup Adapun manfaat penelitian ini adalah:
pengurangan biaya, peningkatan 1. Bagi perusahaan :
produktivitas, pertumbuhan pangsa pasar, Dapat dijadikan bahan pertimbangan
pengurangan cacat, dan pengembangan dalam pengambilan keputusan
produksi atau jasa (Pande, 2000). mengenai pengendalian kualitas.
Dalam penerapannya, six sigma 2. Bagi peneliti :
memiliki 5 (lima) langkah untuk Untuk memahami proses produksi
memperbaiki kinerja bisnis yaitu define, dan pengendalian kualitas suatu
measure, analyze, improve, dan control perusahaan untuk mengurangi
sehingga masalah atau peluang, proses, dan kecacatan.
persyaratan pelanggan harus diverifikasi dan
diperbaharui dalan tiap-tiap langkahnya. Gambaran Objek Penelitian
Dari adanya six sigma ini diharapkan Tabel 1 berikut ini menunjukkan profil PT.
perusahaan dapat mengurangi kecacatan Diras Concept:
yang dihasilkan dalam jumlah yang

Tabel 1. Profil Perusahaan


Company Name PT. DIRAS CONCEPT

Office Address JL. Taruma Negara Utama 49 Banyuanyar


Solo 57137 Central Java- Indonesia.

Phone : +62.271.7891508
Fax : +62.271.7891507
Email : diras@indo.net.id
Homepage : http://www.dirasfurniture.com
Factoy : Gesingan-Luwang-Sukoharjo, Central Java – Indonesia.
Tel : +62.271.7891508
Fax : +62.271.7891507
Company Status Limited Liability Company

255
Sirine, Kurniawati

Director Syukur Alhayat

Production Capacity 50 x 40’ HC Contener a month and An Turn Over +/- USD 2.500.000 a year

Production Lead Time 1-50 x 40’ HC Contener in 6 weeks and 5 or more than 40’ HC in negotiable

Workforces 750 Employes

Markets All Europe, Midle East, South America, Canada

Product Line Rattan, Cane, Basket, Waterhyacinth, Banana, Seagrass, Wood Furniture
(reproduction, indoor, etc)
Year Established Since 1996

Tipe of Business Producer manufactures and Exporter

TINJAUAN PUSTAKA Six Sigma


Pengendalian Kualitas Six sigma adalah konsep statistik yang
Pengendalian merupakan kegiatan mengukur suatu proses yang berkaitan
yang dilakukan untuk menjamin agar dengan cacat pada level enam (six) sigma
kegiatan produksi dan operasi yang yaitu hanya ada 3,4 cacat dari sejuta
dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah peluang. Six sigma juga merupakan falsafah
direncanakan sehingga apabila terjadi manajemen yang berfokus untuk menghapus
penyimpangan maka penyimpangan tersebut cacat dengan cara menekankan pemahaman ,
dapat dikoreksi dan harapan yang ditentukan pengukuran, dan perbaikan proses (Brue,
bisa tercapai (Buffa, 1999). Kegiatan 2002).
pengendalian dilakukan dengan cara Dalam Six Sigma ada siklus 5 (lima)
memonitor keluaran, membandingkan fase DMAIC (Define, Measure, Analyze,
dengan standard, menafsirkan perbedaan- Improve, Control) yaitu proses peningkatan
perbedaan, dan mengambil tindakan- terus menerus menuju target six sigma.
tindakan untuk menyesuaikan kembali DMAIC dilakukan secara sistematik
proses-proses itu sehingga sesuai dengan berdasarkan pengetahuan dan fakta. DMAIC
standard. Sedangkan kualitas menurut merupakan suatu proses closed–loop yang
Assauri (1999) adalah faktur-faktur yang menghilangkan langkah–langkah proses
terdapat dalam suatu barang atau hasil yang yang tidak produktif, sering berfokus pada
menyebabkan barang atau hasil tersebut pengukuran–pengukuran baru dan
sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau menerapkan teknologi untuk peningkatan
hasil tersebut dibutuhkan. Jadi pengendalian kualitas menuju target six sigma (Gaspersz,
kualitas adalah alat bagi manajemen untuk 2001).
mempertahankan, memperbaiki, dan Pande (2002) menyatakan bahwa six
menjaga kualitas dengan cara mengurangi sigma adalah sebuah metode atau teknik
jumlah produk yang rusak sehingga baru dalam hal pengendalian dan
memberi manfaat dan memuaskan keinginan peningkatan produk di mana sistem ini
pelanggan (Mizuno, 1994) sangat komprehensif dan fleksibel untuk
mencapai, mempertahankan, dan
memaksimalkan kesuksesan suatu usaha, di

256
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

mana metode ini dipengaruhi oleh 1. Menentukan karakteristik kualitas


kebutuhan pelanggan dan penggunaan fakta Critical to Quality (CTQ) yang
serta data dan memperhatikan secara cermat terkait langsung dengan kebutuhan
sistem pengelolaan, perbaikan, dan spesifik dari pelanggan.
penanaman kembali suatu proses. 2. Rencana pengumpulan data pada
tingkat proses. Data
Pengendalian Kualitas Menggunakan yangdikumpulkan dan dibutuhkan
Metode Six Sigma adalah data yang digunakan untuk
Di dalam pengaplikasian pengendalian melakukan pengukuran baseline
kualitas menggunakan metode six sigma, performance dan capability process
ada 5 (lima) tahap yang harus dilalui yaitu pada tingkat proses dan output.
tahap define, measure, analyze, improve, 3. Menghitung kapabilitas proses yaitu
control (Gasperz, 2002) melakukan pengukuran pada data
yang dijadikan sampel sesuai dengan
Tahap Define jenis data untuk kemudian
Penentuan proses apa yang akan dievaluasi dikonversikan dengan nilai
ditentukan pada tahap ini. Pertimbangan sigmanya.
proses yang akan dievaluasi adalah tahapan
proses yang secara signifikan mempengaruhi Tahap Analyze
penciptaan laba bagi perusahaan. Namun Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
pada proses tersebut, banyak ditemukan sebagai berikut :
kegagalan dan kecacatan produk yang akan 1. Mendeteksi variabel utama yang
mempengaruhi pada tahap proses mempengaruhi kecacatan agar dapat
selanjutnya (Pande, Neuman, dan Cavanagh, membantu mempermudah upaya
2002) penurunan tingkat kecacatan
tersebut.
Tahap Measure 2. Konversi biaya kualitas.
Yang dilakukan pada tahap ini adalah 3. Mengkonversikan banyaknya
sebagai berikut : kegagalan ke dalam biaya kegagalan
kualitas (cost of poor quality).

Tabel 2. Cost of Poor Quality (COPQ)


Level Sigma DPMO COPQ
1 sigma 691.462 (sangat tidak kompetitif) Tidak dapat dihitung
2 sigma 308.538 (rata-rata industri Indonesia) Tidak dapat dihitung
3 sigma 66.807 25-40% dari penjualan
4 sigma 6.210 (rata-rata industri USA) 15-25% dari penjualan
5 sigma 233 5-15% dari penjualan
6 sigma 3,4 (industri kelas dunia) < 1% dari penjualan
Sumber : Gaspersz, 2002

Tahap Improve meningkatkan kualitas (berdasarkan target


Melakukan identifikasi dan deskripsi perusahaan) agar lebih baik dan efisien.
tindakan atau kegiatan perbaikan yang Efektivitas dari rencana tindakan dapat
merupakan rekomendasi bagi pemecahan dilihat dari penurunan persentase biaya
masalah pada tahap proses sehingga kegagalan kualitas atau cost of poor quality
diperoleh cara-cara baru untuk (COPQ) terhadap nilai penjualan total

257
Sirine, Kurniawati

sejalan dengan meningkatnya kapabilitas 4. Mempercepat tingkat perbaikan


sigma. Dengan teknologi informasi yang
menentukan kecepatan langkah, harapan
Tahap Control pelanggan terhadap perbaikan semakin
Memantau seluruh perbaikan tindakan atau nyata. Perusahaan yang tercepat
kegiatan agar tetap stabil dan sesuai dengan melakukan perbaikan kemungkinan
batas spesifikasi yang diinginkan oleh besar akan memenangkan persaingan.
pelanggan. Hasil-hasil peningkatan Dengan meminjam alat-alat dan ide-ide
didokumentasikan dan dijadikan standar, dari banyak disiplin ilmu, six sigma
prosedur-prosedur yang dianggap berhasil membantu sebuah perusahaan untuk
disebarluaskan kepada seluruh karyawan. tidak hanya meningkatkan kinerja tetapi
juga meningkatkan perbaikan.
Manfaat Six Sigma 5. Mempromosikan pembelajaran dan
Menurut Pande (2002), ada beberapa “cross-pollination”
manfaat six sigma bagi perusahaan yaitu : Six sigma merupakan sebuah
1. Menghasilkan sukses berkelanjutan pendekatan yang dapat meningkatkan
Cara untuk melanjutkan pertumbuhan dan mempercepat pengembangan dan
dan tetap menguasai pertumbuhan penyebaran ide-ide baru di sebuah
sebuah pasar yang aman adalah dengan organisasi keseluruhan. Orang-orang
terus-menerus berinovasi dan membuat yang terlatih dengan keahlian dalam
kembali organisasi. Six sigma banyak proses serta bagaimana
menciptakan keahlian dan budaya untuk mengelola dan memperbaiki proses
terus-menerus bangkit kembali. dapat dipindah ke divisi lain dengan
2. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap kemampuan untuk menerapkan proses
orang dengan lebih cepat. Ide-ide mereka
Dalam sebuah perusahaan, membuat dapat dibagikan sehingga kinerja lebih
setiap orang bekerja dalam arah yang mudah untuk diperbandingkan.
sama dan berfokus pada tujuan bersama. 6. Melakukan perubahan strategi
Masing-masing fungsi, unit bisnis, dan Memperkenalkan produk baru,
individu mempunyai sasaran dan target meluncurkan kerjasama baru, dan
yang berbeda-beda. Sekalipun memasuki pasar baru merupakan
demikian, ada hal yang dimiliki oleh aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari
semua orang di dalam atau di luar yang biasa dilakukan oleh perusahaan.
perubahan. Six sigma menggunakan hal Dengan lebih memahami proses dan
tersebut untuk menciptakan sebuah prosedur perusahaan akan memberikan
tujuan yang konsisten. kemampuan yang lebih besar untuk
3. Memperkuat nilai pada pelanggan melakukan penyesuaian-penyesuaian
Dengan persaingan yang ketat di setiap kecil ataupun perubahan-perubahan
industri hanya pengiriman produk dan besar yang dituntut oleh sukses bisnis.
jasa yang bermutu atau bebas cacat
tidaklah menjamin sukses. Fokus pada METODE PENELITIAN
pelanggan pada inti six sigma artinya Lokasi Penelitian
mempelajari nilai apa yang berarti bagi PT. Diras Concept, JL. Taruma
para pelanggan dan merencanakan Negara Utama 49A, Banyuanyar Solo
bagaimana mengirimkannya kepada 57137. Pabrik: Gesingan-Luwang,
mereka secara menguntungkan. Sukoharjo.

258
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Jenis Data cacat terhadap jumlah produksi


Jenis data yang dibutuhkan dalam selama bulan Januari sampai
penelitian ini adalah data primer dan data Desember 2012.
sekunder. Yang termasuk dalam data primer
penelitian ini adalah : hasil wawancara Prosentase Produk Cacat 
terhadap manajer serta observasi dan Jumlah Produk Cacat
dokumentasi terhadap proses produksi. Data x100 %
Jumlah Produk
primer diperoleh dari awal Juni - akhir
Agustus 2013. Sedangkan data sekunder
b. Mendefinisikan orang-orang
diperoleh dari company profile perusahaan.
yang terlibat dalam proses
produksi.
Metode Pengumpulan Data
c. Mendefinisikan proses kunci
Ada beberapa metode pengumpulan data
serta tanggapan pelanggan
yang digunakan yaitu sebagai berikut :
terhadap produk yang dihasilkan,
a. Wawancara kepada pemilik
kemudian dibandingkan dengan
perusahaan
standarisasi yang ditetapkan
Metode ini digunakan untuk
perusahaan.
memperoleh data primer yang berupa
2. Measure
data jumlah produk cacat, jenis
a. Menetapkan karakteristik
kecacatan, penyebab cacat produk,
kualitas (CTQ), yaitu karakter
serta untuk memperoleh data tentang
kunci apa saja yang membuat
aliran proses produksi yang berkaitan
suatu produk itu tidak memenuhi
dengan pengendalian kualitas.
harapan pelanggan.
b. Observasi ke lokasi penelitian
b. Melakukan pengukuran baseline
Dalam observasi ini akan diadakan
kinerja dengan langkah-langkah
pengamatan secara langsung terhadap
sebagai berikut :
obyek yang akan diteliti, serta
- Menetapkan periode waktu
memeriksa data dan fakta di lapangan
pengujian.
yaitu bagaimana proses produksi
- Menuliskan jumlah produk
berlangsung dan bagaimana
yang akan diperiksa selama
pengendalian kualitasnya.
periode waktu pengujian
c. Dokumentasi perusahaan berupa data
(diisikan pada kolom B).
jumlah produksi, data jumlah produk
- Menuliskan jumlah produk
cacat, data proses produksi (input-
cacat (diisikan pada kolom
proses-output).
C).
- Menuliskan jumlah CTQ
Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang potensial penyebab produk
digunakan sebagai alat analisis adalah cacat (diisikan pada kolom
DMAIC (Define, Measure, Analyze, D).
Improve, Control) yang dapat dijelaskan - Menghitung dan menuliskan
sebagai berikut : DPMO menggunakan rumus
1. Define : (diisikan pada kolom E)
(C)
a. Mendefinisikan masalah-masalah DPMO   1.000.000
kualitas produk dengan cara (B)  (D)
menghitung prosentase produk

259
Sirine, Kurniawati

- Mengkonversi DPMO cacat ke nilai sigma dan


menjadi nilai sigma dengan DPMO
tabel konversi hasil bebas Bentuk tabel yang digunakan
dalam pengukuran adalah
sebagai berikut :

Tabel 3. Perhitungan Kapabilitas Sigma dan DPMO


Periode Jumlah Produk Jumlah Jumlah CTQ DPMO Sigma
(A) Yang Diperiksa Produk Cacat Potensial (E)
(B) (C) (D)
1
...
N
Total
Keterangan :
DPMO = Defect Per Million Opportunities (kegagalan per sejuta kesempatan)
CTQ = Critical to Quality (karakteristik kualitas kunci)

3. Analyze perhitungan CTQ potensial


a. Melakukan analisis kapabilitas tertinggi adalah sebagai berikut :
proses dengan cara menghitung - Menghitung frekuensi dari
CTQ potensial untuk mengetahui setiap CTQ yang kemudian
CTQ potensial tertinggi yang hasilnya dituliskan dalam
menyebabkan terjadinya produk tabel berikut :
cacat. Langkah-langkah

Tabel 4. Analisis Pareto Jenis CTQ


Jenis CTQ Frekuensi Frekuensi Prosentase dari Prosentase
Kumulatif Total (%) Kumulatif (%)

Total Jumlah - 100% -


Frekuensi

- Menggambarkan hasil perhitungan ke dalam diagram pareto.


b. Mengidentifikasi sumber-sumber Misal : Improve pada faktor Man 
penyebab produk cacat apakah tujuan improve pada faktor
menggunakan diagram Ishikawa Man, alasan kegunaannya, lokasi,
(Fish Bone). sekuens, dan bagaimana caranya.
4. Improve 5. Control
Menetapkan rencana tindakan untuk Merancang hasil-hasil peningkatan
melaksanakan peningkatan kualitas kualitas yang kemudian
six sigma melalui tahapan 5W-1H diintegrasikan ke dalam praktik
(What-tujuan, Why-Alasan bisnis perusahaan sebagai langkah
Kegunaan, Where-Lokasi, When- pengendalian kualitas.
Sekuens, Who-Orang, dan How-
Metode).

260
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

ANALISIS DAN PEMBAHASAN “New Brunei”. Untuk proses produksi


Pengendalian kualitas dalam PT. Diras furniture “Nadir” memiliki tahapan sebagai
Concept dimulai dari setiap tahapan proses berikut:
produksi baik untuk furniture “Nadir” dan

Material Frame Anyaman Finishing Cek Packing Blebet


Final
Gambar 1. Proses Produksi Furniture “Nadir”

Sedangkan tahapan proses produksi furniture “New Brunei” adalah sebagai berikut:
Material Fram Anyama Loading Loading Finishin Cek
e n Pengompora Pengobata g Final
n n

Packin
g
Gambar 2. Proses Produksi Furniture “New Brunei”

Adapun jenis-jenis material yang digunakan untuk furniture “Nadir” adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Jenis-jenis Material Furniture “Nadir”

Material frame (rotan semipoles)


Material anyaman (enceng gondok)
Material anyaman (leles)
kursi "nadir" Material blebet (peel)
Produk "Nadir"

Material frame (rotan semipoles)


Material anyaman (enceng gondok)
Material anyaman (leles)
sofa "nadir" Material blebet (peel)
Material frame (rotan semipoles)
Material anyaman (enceng gondok)
Material anyaman (leles)
meja "nadir" Material blebet (peel)

Sedangkan jenis-jenis material yang digunakan untuk furniture “New Brunei” adalah sebagai
berikut:
Tabel 6. Jenis-jenis Material Furniture “New Brunei”

material untuk frame adalah kayu mahoni


Brunei"
Produk
"New

kursi "brunei" material untuk anyaman adalah leles


material untuk anyaman adalah pelepah pisang

261
Sirine, Kurniawati

material untuk frame adalah kayu mahoni


sofa "brunei" material untuk anyaman adalah leles
material untuk anyaman adalah pelepah pisang
material untuk frame adalah kayu mahoni
meja "brunei" material untuk anyaman adalah leles
material untuk anyaman adalah pelepah pisang
material untuk frame adalah kayu mahoni
corner "brunei" material untuk anyaman adalah leles
material untuk anyaman adalah pelepah pisang
Semua material yang digunakan ini berasal dari Kalimantan dan Sulawesi.

Adapun manajemen dan tenaga kerja yang mengelola perusahaan dapat dilihat pada tabel 7 di
bawah ini.
Tabel 7. Manajemen dan Tenaga Kerja PT. Diras Concept
Manajemen 1. Manajer Export: 2 staff
2. Manajer Marketing: 1 staff
3. Manajer Keuangan: 2 staff
4. Manajer SDM: 1 staff
5. Manajer Produksi: 2 staff

Tenaga Kerja 1. Bahan Baku : 5 orang


2. Anyam: 50 orang
3. Rangka: 10 orang
4. QC: 7 orang
5. Finishing : 12 orang
6. Checking : 6 orang
7. Packing: 4 orang
8. Loading: 4 orang
9. Amplas: 4 orang
10. Blebet: 7 orang

262
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Berikut adalah DMAIC untuk furniture “Nadir”:

Tabel 8. DMAIC Tahap Material Furniture “Nadir”

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
pada proses
penyimpanan
enceng
gondoknya
Material
ada yang tidak
frame
diperhatikan
(rotan
sehingga
semipoles)
batang enceng
masih ada gondoknya
yang tidak tidak mudah masih ada
berisi patah 0.375 150 0.0025 yang busuk
kursi "nadir"

enceng
Material enceng gondoknya Ada QC Material yang
Anyaman gondoknya yang proaktif, ada kontrak
0.42 0.0025
(enceng yang ada di tidak busuk, berjamur kualitas dengan
gondok) dalam ada tidak akan pemasok, menjaga
yang busuk berjamur 168 diobati kelembapan/suhu
Batang gudang penyimpanan
yang tidak material untuk
Material
berisi akan mencegah jamur,
Anyaman 0.06 0.0025
masih ada diganti metode FIFO untuk
(leles)
yang tidak dengan penggunaan material
berserabut berserabut 24 yang berisi (berdasarkan tanggal
Material kuat atau barang datang) dengan
Blebet tidak mudah 0.054 21.6 0.0025 mempertimbangkan
(peel) patah kadaluwarsanya

263
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
pada proses
penyimpanan
enceng
gondoknya
Material
ada yang tidak
frame
diperhatikan enceng
(rotan
sehingga gondoknya
semipoles)
enceng yang
batangnya gondoknya berjamur
ada yang batangnya masih ada akan Ada QC Material yang
sofa "nadir"

patah harus kuat 0.525 210 0.0025 yang busuk diobati proaktif, ada kontrak
Batang kualitas dengan
Material yang tidak pemasok, menjaga
Anyaman berisi akan kelembapan/suhu
(enceng diganti gudang penyimpanan
gondok) tidak dengan material untuk
berjamur berjamur 0.6 240 0.0025 yang berisi mencegah jamur,
Material metode FIFO untuk
Anyaman penggunaan material
(leles) 0.04 16 0.0025 (berdasarkan tanggal
Material barang datang) dengan
Blebet mempertimbangkan
(peel) 0.225 9 0.025 kadaluwarsanya
pada proses enceng Ada QC Material yang
penyimpanan gondoknya proaktif, ada kontrak
meja "nadir"

Material enceng yang kualitas dengan


frame gondoknya berjamur pemasok, menjaga
(rotan batang ada yang tidak akan kelembapan/suhu
semipoles) masih ada batang berisi diperhatikan diobati gudang penyimpanan
yang tidak dan tidak sehingga material untuk
berisi mudah patah 0.5625 225 0.0025 enceng mencegah jamur,

264
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
gondoknya metode FIFO untuk
masih ada penggunaan material
yang busuk (berdasarkan tanggal
barang datang) dengan
mempertimbangkan
kadaluwarsanya
Batang
Material terdapat yang tidak
Anyaman enceng berisi akan
(enceng gondok diganti
gondok) yang enceng tidak dengan
berjamur berjamur 0.36 144 0.0025 yang berisi
Material
Anyaman kuat atau
(leles) tidak patah 0.06 24 0.0025
Material
Blebet
(peel) 0.03 12 0.0025

Dari tabel 8 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan adalah tidak adanya ruangan yang memadai sehingga
0,25% dari total material. Bahan baku berjamur, patah, busuk, kelembapan/suhu penyimpanan terjaga, belum dilakukannya
berserabut, tidak berisi disebabkan tidak adanya QC Material metode FIFO untuk penggunaan material (berdasarkan tanggal
yang proaktif, tidak adanya kontrak kualitas dengan pemasok, barang datang) dengan mempertimbangkan kadaluwarsanya.

265
Sirine, Kurniawati

Tabel 9. DMAIC Tahap Frame Furniture “Nadir”

Define Measure
FRAME Jenis Jml Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml Cacat Jml Frame Jml Frame
Batang
yang
kursi kosong
"nadir" masih ada nantinya
batang yang batang harus akan
Frame tidak berisi berisi 0.35 75 0.004666667 diganti Ada QC Frame yang proaktif
Batang
yang
sofa kosong
"nadir" masih ada nantinya
batang yang batang harus akan
Frame tidak berisi berisi 0.175 35 0.005 diganti
masih ada
meja
batang yang batang harus
"nadir"
Frame tidak berisi berisi 0.35 70 0.005 Ada QC Frame yang proaktif

Rata-rata kecacatan frame dari tabel 9 di atas adalah 0,49% perusahaan perlu menempatkan QC Frame yang proaktif
dari total frame. Penyebabnya adalah batang frame tidak berisi. mengecek kualitas batang frame dari pemasok.
Perusahaan telah melakukan penggantian batang frame yang
kosong. Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka

Tabel 10. DMAIC Tahap Anyaman Furniture “Nadir”

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

266
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman
KURSI , Ada QC Anyaman
perhitungan yang proaktif,
belum menjaga
termasuk 10 kelembapan/suhu
tenaga
pengrajin anyamannya gudang
kerja
luar, setiap segera penyimpanan
kurang
pengrajin dirapikan, anyaman untuk
kursi teliti,
menghasilkan anyaman anyaman mencegah jamur,
"nadir" material
10 kursi ada yang yang masih cek ruang gudang
basah
masih busuk segera secara rutin,
dan
renggang diganti apakah ada
lembab
dan jarak kebocoran yang
anyaman anyaman menyebabkan
masih ada harus rapat material
yang busuk dan rapi 0.072 24 0.003 basah/lembab
SOFA, Ada QC Anyaman
perhitungan yang proaktif,
belum menjaga
termasuk 10 kelembapan/suhu
tenaga
pengrajin gudang
kerja
luar, setiap penyimpanan
kurang
pengrajin anyaman untuk
sofa teliti,
menghasilkan anyaman mencegah jamur,
"nadir" material
5 sofa ada yang cek ruang gudang
basah
masih secara rutin,
dan
renggang apakah ada
lembab
dan jarak kebocoran yang
anyaman anyaman menyebabkan
masih ada harus rapat material
yang busuk dan rapi 0.048 16 0.003 basah/lembab

267
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman
MEJA, Ada QC Anyaman
perhitungan yang proaktif,
belum menjaga
termasuk 10 kelembapan/suhu
tenaga
pengrajin gudang
kerja
luar, setiap penyimpanan
kurang
pengrajin anyaman untuk
meja teliti,
menghasilkan anyaman mencegah jamur,
"nadir" material
15 meja ada yang cek ruang gudang
basah
masih secara rutin,
dan
renggang apakah ada
lembab
dan jarak kebocoran yang
anyaman anyaman menyebabkan
masih ada harus rapat material
yang busuk dan rapi 0.096 32 0.003 basah/lembab

Berdasarkan tabel 10 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan diganti dengan bahan yang baik. Namun untuk pengawasan
adalah 0,3% dari total anyaman. Kecacatan berupa anyaman lebih lanjut, maka perusahaan perlu memberdayakan QC
masih ada yang renggang dan terdapat anyaman yang bahan Anyaman yang proaktif, mengatur kelembapan atau suhu
bakunya membusuk. Penyebabnya adalah material anyaman gudang penyimpanan anyaman untuk mencegah jamur,
masih basah dan lembab dan tenaga kerja kurang teliti. Untuk mengecek ruang gudang secara rutin, apakah ada kebocoran
itu tenaga kerja diminta merapikan ulang anyaman-anyaman yang menyebabkan material basah atau lembab.
yang masih renggang, sedangkan bahan anyaman yang busuk

268
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Tabel 11. DMAIC Tahap Finishing Furniture “Nadir”

Define Measure
FINISHING Jml Analyze Improve Control
Jenis Standarisas
Jml Cacat/
Kecacatan i
Cacat Jml Unit Jml Unit
Ada QC
Pewarnaan
yang
proaktif,
dilakukan ada kontrol
penutupan kualitas cat
meja pewarnaan (karena
"nadir" yang pewarnaan
masih juga
belum rata dipengaruhi
masih ada kualitas cat
yang belum tidak hanya
rata pewarnanaa tenaga kerja kurang tenaga
finishing pewarnaannya n harus rata 0.1155 35 0.0033 teliti kerja)
Ada QC
Pewarnaan
yang
proaktif,
dilakukan ada kontrol
penutupan kualitas cat
kursi pewarnaan (karena
"nadir" yang pewarnaan
masih juga
belum rata dipengaruhi
masih ada kualitas cat
yang belum tidak hanya
rata pewarnanaa tenaga kerja kurang tenaga
finishing pewarnaannya n harus rata 0.1155 35 0.0033 teliti kerja)

269
Sirine, Kurniawati

Define Measure
FINISHING Jml Analyze Improve Control
Jenis Standarisas
Jml Cacat/
Kecacatan i
Cacat Jml Unit Jml Unit
Ada QC
Pewarnaan
yang
proaktif,
dilakukan ada kontrol
penutupan kualitas cat
sofa pewarnaan (karena
"nadir" yang pewarnaan
masih juga
belum rata dipengaruhi
masih ada kualitas cat
yang belum tidak hanya
rata pewarnanaa tenaga kerja kurang tenaga
finishing pewarnaannya n harus rata 0.1155 35 0.0033 teliti kerja)

Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan tahap pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan
finishing adalah 0,33% dari total unit. Kecacatan itu berupa QC Pewarnaan yang proaktif serta kontrol kualitas cat karena
pewarnaan yang belum merata. Hal ini disebabkan oleh tenaga pewarnaan juga dipengaruhi kualitas cat tidak hanya ketelitian
kerja yang kurang teliti. Tindakan koreksi yang dilakukan tenaga kerja.
adalah menutup warna yang belum merata. Namun untuk

Tabel 12. DMAIC Tahap Cek Final Furniture “Nadir”

Define Measure
Jml
CEK FINAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit

270
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

penanganan tenaga tali blebet


kerja tidak hati- yang masih
jika masih ada hati, proses awal terlepas, Ada QC di setiap
meja
anyaman yang anyaman yang sampai akhir akan dilem tahapan proses
"nadir"
agak keluar masih tidak finishing sehingga dan dipaku produksi untuk
maka akan rata akan tali blebet ada yang lagi meminimalkan
dipotong dipotong 0.1155 35 0.0033 terlepas produk cacat
anyaman yang
kursi tali blebet masih tidak
"nadir" masih ada rata akan
yang terlepas dipotong 0.1155 35 0.0033 Ada QC di setiap
anyaman yang tahapan proses
sofa masih tidak produksi untuk
"nadir" rata akan meminimalkan
dipotong 0.1815 35 0.0033 produk cacat

Dari tabel 12 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan adalah blebet yang masih terlepas, akan dilem dan dipaku lagi. Namun
0,33% dari total unit. Bentuk kecacatan adalah terdapat untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu
anyaman yang kurang rapi. Penyebabnya adalah tenaga kerja menempatkan QC di setiap tahapan proses produksi untuk
kurang teliti dalam proses cek final sehingga tali blebet ada meminimalkan produk cacat.
yang terlepas. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah tali

Tabel 13. DMAIC Tahap Packing Furniture “Nadir”

Define Measure
Jml
PACKING Cacat/ Analyze Improve Control
Jenis Kecacatan Standarisasi
Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit

271
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
PACKING Cacat/ Analyze Improve Control
Jenis Kecacatan Standarisasi
Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
pada saat Pemotongan
anyaman
membungkus dilakukan
yang
dengan singleface dengan gunting
terkena
dan memotongnya untuk
pisau,
meja dengan silet mencegah
talinya
"nadir" terkadang ada yang sangat kerusakan
akan
sampai menembus sedikit atau produk pada
diganti
anyaman, sehingga bahkan saat
dengan
anyaman ada yang ikatan talinya jarang pengemasan
yang baru
pecah harus kuat terjadi 60 tenaga kerja kurang teliti (packing)
anyaman
yang
terkena
pisau,
kursi
talinya
"nadir"
akan
diganti
dengan
39 yang baru Pemotongan
anyaman dilakukan
yang dengan gunting
terkena untuk
pisau, mencegah
sofa
talinya kerusakan
"nadir"
akan produk pada
diganti saat
dengan pengemasan
75 yang baru (packing)

Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa kecacatan pada tahap biasanya disebabkan oleh kurang telitinya tenaga kerja yaitu
packing sangat sedikit atau bahkan jarang terjadi. Jikalau ada pada saat membungkus dengan singleface dan memotongnya

272
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

dengan silet terkadang ada yang sampai menembus anyaman, melatih tenaga kerja untuk melakukan pemotongan dengan
sehingga anyaman ada yang pecah. Solusinya adalah anyaman gunting sehingga mencegah kerusakan produk pada saat
yang terkena pisau, talinya akan diganti dengan yang baru. pengemasan (packing).
Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu

Tabel 14. DMAIC Tahap Blebet Furniture “Nadir”

Define Measure
Jml
BLEBET Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
meja blebet kadang pengikatan Ada QC Blebet yang
"nadir" terlepas harus kuat 60 tenaga kerja kurang teliti proaktif, ada standar jarak
kursi blebet kadang pemakuan pemakuan (ukuran
"nadir" terlepas harus teliti 36 tenaga kerja kurang teliti minimal dan
maksimalnya,
pertimbangkan dengan
kekuatannya), ada kontrol
sofa lem harus
kualitas lem (karena
"nadir" kuat
kualitas blebet juga
blebet kadang dipengaruhi kualitas lem
terlepas 60 tenaga kerja kurang teliti tidak hanya tenaga kerja).

Berdasarkan tabel 14 di atas terlihat bahwa tidak terdapat Blebet yang proaktif, menentukan standar jarak pemakuan
kecacatan yang berarti pada tahap blebet. Namun demikian (ukuran minimal dan maksimalnya, dengan
perusahaan tetap harus memperhatikan dengan seksama cara mempertimbangkan kekuatannya), menentukan kontrol
mengikat, memaku, atau mengelem blebet agar tidak lepas. kualitas lem (karena kualitas blebet juga dipengaruhi kualitas
Untuk fungsi pengawasan, perusahaan perlu menempatkan QC lem tidak hanya tenaga kerja).

273
Sirine, Kurniawati

Berikut adalah DMAIC untuk furniture “New Brunei”:

Tabel 15. DMAIC Tahap Material Furniture “New Brunei”

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
menjadi
kayu tidak ada
tanggung
sulur tengah,
material jawab suplier
ukuran kayu
untuk jika rusaknya
harus tepat,
frame parah,jika
sambungan
adalah material tidak parah
kayu harus
kayu kurang maka akan
rapat
mahoni kaki kayu retak bagus didempul
kursi "brunei"

material
untuk tidak
anyaman material digunakan Ada QC Material
adalah tidak mudah mudah lagi yang proaktif, ada
leles lelesnya patah patah 0.16 16 0.01 patah kontrak kualitas
dengan pemasok,
apabila masih
material menjaga
berjamur
untuk maka akan kelembapan/suhu
anyaman gudang
dibersihkan
adalah tidak material penyimpanan
dengan
pelepah berjamur, berjamur, material untuk
cairan obat
pisang busuk di dalam tidak lembab 1.92 192 0.01 lembab mencegah jamur

274
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
menjadi
kayu tidak ada tanggung
material sulur tengah, jawab suplier
untuk ukuran kayu jika rusaknya
frame harus tepat, parah,jika
adalah sambungan material tidak parah
kayu kayu harus kurang maka akan
mahoni kaki kayu retak rapat bagus didempul
sofa "brunei"

material
untuk tidak
anyaman material digunakan Ada QC Material
adalah tidak mudah mudah lagi yang proaktif, ada
leles lelesnya patah patah 0.24 24 0.01 patah kontrak kualitas
dengan pemasok,
apabila masih
material menjaga
berjamur
untuk kelembapan/suhu
maka akan
anyaman gudang
dibersihkan
adalah tidak material penyimpanan
dengan
pelepah berjamur, berjamur, material untuk
cairan obat
pisang busuk di dalam tidak lembab 3.84 384 0.01 lembab mencegah jamur
menjadi Ada QC Material
tanggung
meja "brunei"

kayu tidak ada yang proaktif, ada


material sulur tengah, jawab suplier kontrak kualitas
untuk ukuran kayu jika rusaknya dengan pemasok,
frame harus tepat, parah,jika menjaga
adalah sambungan material tidak parah kelembapan/suhu
kayu kayu harus kurang maka akan gudang
mahoni kaki kayu retak rapat bagus didempul penyimpanan

275
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
material material untuk
untuk tidak mencegah jamur
anyaman material digunakan
adalah tidak mudah mudah lagi
leles lelesnya patah patah 0.40 40 0.01 patah
apabila masih
material
berjamur
untuk
maka akan
anyaman dibersihkan
adalah tidak material
dengan
pelepah berjamur, berjamur, cairan obat
pisang busuk di dalam tidak lembab 2.40 240 0.01 lembab
menjadi
kayu tidak ada tanggung
material sulur tengah, jawab suplier
untuk ukuran kayu jika rusaknya Ada QC Material
corner "brunei"

frame harus tepat, parah,jika yang proaktif, ada


adalah sambungan material tidak parah kontrak kualitas
kayu kayu harus kurang maka akan dengan pemasok,
mahoni kaki kayu retak rapat bagus didempul menjaga
material kelembapan/suhu
untuk gudang
anyaman material tidak penyimpanan
adalah tidak mudah mudah digunakan material untuk
leles lelesnya patah patah 0.36 36 0.01 patah lagi mencegah jamur

276
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
MATERIAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Material Material
apabila masih
material
berjamur
untuk
maka akan
anyaman
dibersihkan
adalah tidak material
dengan
pelepah berjamur, berjamur,
cairan obat
pisang busuk di dalam tidak lembab 4.32 432 0.01 lembab

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan tahap apabila material berjamur akan dibersihkan dengan cairan obat.
material adalah 1% dari total material. Penyebabnya adalah Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu
kaki kayu retak, leles patah, pelepah pisang busuk (berjamur). menempatkan QC Material yang proaktif, memiliki kontrak
Tindakan korektif yang dilakukan perusahaan adalah jika kualitas dengan pemasok, menjaga kelembapan/suhu gudang
kerusakan parah, maka kaki kayu yang rusak akan didempul, penyimpanan material untuk mencegah munculnya jamur.

Tabel 16. DMAIC Tahap Frame Furniture ”New Brunei”

Define Measure
Jml
FRAME Jenis Cacat/ analyze improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Frame Frame
menjadi
kursi ada mata kayu, pemasok tanggung
"brunei" ada kutu kayu, tidak ada kurang jawab suplier
Frame retak kayunya mata kayu 0.35 70 0.005 teliti atau pemasok

menjadi Ada QC Frame


sofa ada mata kayu, pemasok tanggung yang proaktif, ada
"brunei" ada kutu kayu, tidak ada kurang jawab suplier kontrak kualitas
Frame retak kayunya mata kayu 0.35 70 0.005 teliti atau pemasok dengan pemasok

277
Sirine, Kurniawati

menjadi
corner ada mata kayu, pemasok tanggung
"brunei" ada kutu kayu, tidak ada kurang jawab suplier
Frame retak kayunya mata kayu 0.35 70 0.005 teliti atau pemasok

menjadi
meja ada mata kayu, pemasok tanggung
"brunei" ada kutu kayu, tidak ada kurang jawab suplier
Frame retak kayunya mata kayu 0.35 70 0.005 teliti atau pemasok

Berdasarkan tabel 16 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan tenaga kerja kurang teliti. Namun untuk pengawasan lebih
pada tahap frame adalah 0,5% dari total frame. Jenis kecacatan lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC Frame yang
yang terjadi adalah adanya mata kayu, kutu kayu, dan proaktif dan memiliki kontrak kualitas dengan pemasok.
keretakan kayu pada frame. Hal ini disebabkan pemasok dan

Tabel 17. DMAIC Tahap Anyaman Furniture ”New Brunei”

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman
Ada QC Anyaman
jika yang proaktif,
anyaman anyaman menjaga
belum * tenaga masih kelembapan/suhu
termasuk dari kerja longgar gudang
kursi pengrajin luar kurang atau tidak penyimpanan
"brunei" 5-7 pengrajin, teliti, rapat anyaman untuk
setiap kurang langsung mencegah
pengrajin anyaman rapi dibenahi anyaman busuk,
menghasilkan busuk, jarak * atau di cek ruang gudang
2-3 kursi per anyaman anyaman anyaman anyam secara rutin,
orang tidak rapat harus rapat 0.04 16 busuk ulang apakah ada

278
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman
kebocoran yang
menyebabkan
material
basah/lembab

jika
anyaman anyaman
belum * tenaga masih
termasuk dari kerja longgar
meja pengrajin luar kurang atau tidak
"brunei" 5-7 pengrajin, teliti, rapat
setiap kurang langsung
pengrajin anyaman rapi dibenahi Ada QC Anyaman
menghasilkan busuk, jarak * atau di yang proaktif,
4-5 meja per anyaman anyaman anyaman anyam menjaga
orang tidak rapat harus rapat 0.08 32 0.0025 busuk ulang kelembapan/suhu
gudang
jika penyimpanan
anyaman * tenaga anyaman anyaman untuk
kerja masih
belum mencegah
termasuk dari kurang longgar anyaman busuk,
pengrajin luar teliti, atau tidak cek ruang gudang
sofa
kurang rapat
"brunei" 5-7 pengrajin, secara rutin,
setiap rapi langsung apakah ada
* dibenahi
pengrajin anyaman kebocoran yang
menghasilkan busuk, jarak anyaman atau di menyebabkan
1-2 sofa per anyaman anyaman busuk anyam material
orang tidak rapat harus rapat 0.04 16 0.0025 ulang basah/lembab

279
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
ANYAMAN Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Anyaman Anyaman

anyaman jika
belum anyaman
termasuk dari * tenaga masih
pengrajin luar kerja longgar
corner 5-7 pengrajin, kurang atau tidak
"brunei" setiap teliti, rapat
pengrajin kurang langsung
menghasilkan anyaman rapi dibenahi
2-3 corner per busuk, jarak * atau di
orang anyaman anyaman anyaman anyam
tidak rapat harus rapat 0.04 16 0.0025 busuk ulang

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada tahap anyaman adalah 0,25% dari total anyaman. Penyebabnya adalah tenaga
kerja kurang teliti sehingga hasil anyaman tidak rapi. Sedangkan tindakan korektif yang dilakukan adalah jika anyaman masih longgar
atau tidak rapat akan dilakukan penganyaman ulang. Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC
Anyaman yang proaktif, menjaga kelembapan/ suhu gudang penyimpanan anyaman untuk mencegah anyaman busuk, mengecek ruang
gudang secara rutin yang menyebabkan kebocoran sehingga material tidak basah/ lembab.

280
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Tabel 18. DMAIC Tahap Loading Pengomporan Furniture ”New Brunei”

LOADING Define Measure


"PENGOMPORAN" Jml
Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
dikompor dengan
menggunakan alat
terkadang
atau mesin agar
kursi "brunei" masih ada
permukaan
permukaan agar pemasok
menjadi halus dan
yang permukaan kurang
rata
terbakar halus dan rata 0.0375 15 0.0025 teliti
dikompor dengan
menggunakan alat
terkadang atau mesin agar
sofa "brunei" masih ada permukaan
permukaan agar pemasok menjadi halus dan
yang permukaan kurang rata
terbakar halus dan rata 0.0375 15 0.0025 teliti
dikompor dengan
menggunakan alat
terkadang atau mesin agar Ada QC Loading
corner "brunei" masih ada Pengomporan
permukaan
permukaan agar pemasok menjadi halus dan yang proaktif, ada
yang permukaan kurang rata kontrak kualitas
terbakar halus dan rata 0.0375 15 0.0025 teliti dengan pemasok

281
Sirine, Kurniawati

LOADING Define Measure


"PENGOMPORAN" Jml
Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit

dikompor dengan
terkadang agar menggunakan alat
meja "brunei" masih ada permukaan atau mesin agar
permukaan halus dan rata pemasok permukaan
yang kurang menjadi halus dan
terbakar 0.0375 15 0.0025 teliti rata

Dari tabel 18 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan tahap permukaan produk yang terbakar dikompor menggunakan alat
loading pengomporan adalah 0,25% dari total unit. atau mesin sehingga permukaan menjadi halus dan rata.
Penyebabnya adalah masih ada permukaan produk yang Namun untuk pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu
terbakar padahal standarisasi yang ditentukan adalah menempatkan QC Loading Pengomporan yang proaktif dan
permukaan produk harus halus dan rata. Sedangkan tindakan memiliki kontrak kualitas dengan pemasok.
korektif yang dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah

Tabel 19. DMAIC Tahap Loading Pengobatan Furniture ”New Brunei”

LOADING Define Measure


"PENGOBATAN" Jml
Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
agar tidak
* tenaga berjamur Ada QC Pengobatan
kerja dilakukan yang proaktif,
kursi "brunei" agar tidak kurang pengobatan menjaga
berjamur, teliti dengan cairan kelembapan/suhu
terbebas dari * obat anti jamur gudang penyimpanan
hama kutu permukaan dan anti kutu material untuk
kurang rata kayu 0.15 60 0.0025 kurang rata mencegah jamur

282
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

LOADING Define Measure


"PENGOBATAN" Jml
Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
agar tidak
* tenaga berjamur
kerja dilakukan
sofa "brunei" agar tidak kurang pengobatan
berjamur, teliti dengan cairan
terbebas dari * obat anti jamur
hama kutu permukaan dan anti kutu
kurang rata kayu 0.075 30 0.0025 kurang rata
agar tidak
* tenaga berjamur
kerja dilakukan
corner "brunei" agar tidak kurang pengobatan
berjamur, teliti dengan cairan
terbebas dari * obat anti jamur
hama kutu permukaan dan anti kutu
kurang rata kayu 0.1 40 0.0025 kurang rata

* tenaga agar tidak


kerja berjamur
meja "brunei" agar tidak kurang dilakukan
berjamur, teliti pengobatan
terbebas dari * dengan cairan
hama kutu permukaan obat anti jamur
kurang rata kayu 0.15 60 0.0025 kurang rata dan anti kutu

Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada Penyebab kecacatan adalah tenaga kerja kurang teliti dalam
loading pengobatan adalah 0,25% dari total unit. Kecacatan melakukan loading pengobatan. Sedangkan tindakan korektif
yang terjadi adalah loading pengobatan kurang rata, padahal yang dilakukan adalah meratakan loading pengobatan dengan
standarisasinya adalah loading pengobatan harus merata agar cairan anti jamur dan anti kutu sehingga jamur/ kutu yang
produk tidak berjamur dan terbebas dari hama kutu kayu. menempel pada produk tuntas terbasmi. Namun untuk

283
Sirine, Kurniawati

pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan gudang penyimpanan material untuk mencegah adanya jamur.
QC Pengobatan yang proaktif dan menjaga kelembapan/ suhu

Tabel 20. DMAIC Tahap Finishing Furniture ”New Brunei”

Define Measure
Jml
FINISHING Cacat/ Analyze Improve Control
Jenis Kecacatan Standarisasi
Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit

apabila masih ada


* material retak kayu maka kayu
kursi kurang akan diamplas
"brunei" bagus kemudian pewarnaan
ada mata kayu, * yang belum rata akan
ada kutu kayu, tidak ada mata pemasok diulang lagi
retak kayunya, kayu dan kutu kurang
warna tidak rata kayu 0.1 20 0.005 teliti

apabila masih ada


* material retak kayu maka kayu
sofa kurang akan diamplas
"brunei" bagus kemudian pewarnaan Ada QC
ada mata kayu, * yang belum rata akan Finishing yang
ada kutu kayu, tidak ada mata pemasok diulang lagi proaktif, ada
retak kayunya, kayu dan kutu kurang kontrak kualitas
warna tidak rata kayu 0.1 20 0.005 teliti dengan pemasok

284
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
FINISHING Cacat/ Analyze Improve Control
Jenis Kecacatan Standarisasi
Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
* material apabila masih ada
kurang retak kayu maka kayu
corner bagus akan diamplas
"brunei" ada mata kayu, * kemudian pewarnaan
ada kutu kayu, tidak ada mata pemasok yang belum rata akan
retak kayunya, kayu dan kutu kurang diulang lagi
warna tidak rata kayu 0.1 20 0.005 teliti
* material
kurang apabila masih ada
meja bagus retak kayu maka kayu
"brunei" ada mata kayu, * akan diamplas
ada kutu kayu, tidak ada mata pemasok kemudian pewarnaan
retak kayunya, kayu dan kutu kurang yang belum rata akan
warna tidak rata kayu 0.1 20 0.005 teliti diulang lagi

Dari tabel 20 di atas terlihat bahwa rata-rata kecacatan tahap yang dilakukan adalah pengamplasan keretakan kayu, mata
finishing adalah 0,5% dari total unit. Kecacatan yang terjadi kayu, dan kutu kayu, serta untuk pewarnaan yang belum
adalah masih terdapat mata kayu, kutu kayu, retak kayu, serta merata akan diratakan lagi. Namun untuk pengawasan lebih
warna kayu yang tidak merata. Penyebabnya adalah pemasok lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan QC Finishing
dan tenaga kerja kurang teliti. Sedangkan tindakan korektif yang proaktif serta memiliki kontrak kualitas dengan pemasok.

Tabel 21. DMAIC Tahap Cek Final Furniture ”New Brunei”

Define Measure
Jml
CEK FINAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit

285
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
CEK FINAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
* tenaga
retak rambut,
kerja
anyaman
anyaman kurang
pakunya
kursi pakunya harus teliti
terlepas,
"brunei" kuat dan tidak * dilakukan
pelepah
ada retak material pendempulan
pisangnya
rambut pada kurang untuk menutup
kualitas jelek
kayu 0.1 20 0.005 bagus retak rambut
* tenaga
retak rambut,
kerja
anyaman
anyaman kurang
pakunya
sofa pakunya harus teliti
terlepas,
"brunei" kuat dan tidak * dilakukan
pelepah
ada retak material pendempulan
pisangnya
rambut pada kurang untuk menutup
kualitas jelek
kayu 0.1 20 0.005 bagus retak rambut
* tenaga Ada QC di setiap
retak rambut,
kerja tahapan proses
anyaman
anyaman kurang produksi untuk
pakunya
corner pakunya harus teliti meminimalkan
terlepas,
"brunei" kuat dan tidak * dilakukan produk cacat, ada
pelepah
ada retak material pendempulan kontrak kualitas
pisangnya
rambut pada kurang untuk menutup dengan pemasok
kualitas jelek
kayu 0.1 20 0.005 bagus retak rambut material

286
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Define Measure
Jml
CEK FINAL Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
* tenaga
retak rambut, kerja
anyaman anyaman kurang
meja pakunya pakunya harus teliti
"brunei" terlepas, kuat dan tidak * dilakukan
pelepah ada retak material pendempulan
pisangnya rambut pada kurang untuk menutup
kualitas jelek kayu 0.1 20 0.005 bagus retak rambut

Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa rata-rata kecacatan pada adalah melakukan pendempulan untuk menutup retak rambut
tahap cek final adalah 0,5% dari total unit. Kecacatan yang dan anyaman yang terlepas dipaku ulang. Namun untuk
terjadi adalah adanya retak rambut anyaman, terlepasnya paku pengawasan lebih lanjut, maka perusahaan perlu menempatkan
anyaman, kualitas pelepah pisang yang buruk. Sedangkan QC di setiap tahapan proses produksi untuk meminimalkan
penyebab kecacatan adalah tenaga kerja yang kurang teliti dan produk cacat serta memiliki kontrak kualitas dengan pemasok
material yang kurang bagus. Tindakan korektif yang dilakukan material.

Tabel 22. DMAIC Tahap Packing Furniture ”New Brunei”


Define Measure
Jml
PACKING Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
tali rafia
tali rafia harus
kendor, tenaga tali rafia
kursi kuat, harus rapi,
kertas kerja dikencangi
"brunei" kertas singleface
singleface kurang lagi agar
tidak robek
robek 0.075 30 0.0025 teliti lebih kuat Ada QC Packing yang proaktif

287
Sirine, Kurniawati

Define Measure
Jml
PACKING Jenis Cacat/ Analyze Improve Control
Standarisasi
Kecacatan Jml
Jml Cacat Jml Unit Unit
tali rafia
tali rafia harus
kendor, tenaga tali rafia
sofa kuat, harus rapi,
kertas kerja dikencangi
"brunei" kertas singleface
singleface kurang lagi agar
tidak robek
robek 0.09 36 0.0025 teliti lebih kuat
tali rafia tali rafia harus
kendor, kuat, harus rapi, tenaga tali rafia
kertas kertas singleface kerja dikencangi
corner singleface tidak robek kurang lagi agar
"brunei" robek 0.075 30 0.0025 teliti lebih kuat

tali rafia tali rafia harus


meja kendor, kuat, harus rapi, tenaga tali rafia
"brunei" kertas kertas singleface kerja dikencangi
singleface tidak robek kurang lagi agar
robek 0.225 90 0.0025 teliti lebih kuat

288
AJIE – Vol. 02, No. 03, September 2017

Dari tabel 22 di atas terlihat bahwa rata-rata mengganti kertas singleface yang robek.
kecacatan tahap packing adalah 0,25% dari Namun untuk pengawasan lebih lanjut,
total unit. Kecacatan yang terjadi di maka perusahaan perlu menempatkan QC
antaranya tali rafia yang kendor pada waktu Packing yang proaktif.
packing dan kertas singleface yang robek.
Penyebabnya adalah tenaga kerja kurang Untuk mengetahui PT. Diras Concept telah
berhati-hati. Sedangkan tindakan korektif mencapai berapa sigma maka di bawah ini
yang dilakukan adalah tali rafia diikat adalah tabel rata-rata jumlah kecacatan pada
sedemikian rupa sehingga tidak kendor serta furniture “Nadir” dan “New Brunei”:

Tabel 23. Rata-rata Kecacatan Furniture “Nadir”

Tahapan Proses Produksi Rata-rata Kecacatan


1) Material 0,25%
2) Frame 0,49%
3) Anyaman 0,3%
4) Finishing 0,33%
5) Cek Final 0,33%
6) Packing 0%
7) Blebet 0%
Rata-rata Kecacatan Seluruh Tahapan 0,24%

Tabel 24. Rata-rata Kecacatan Furniture “New Brunei”

Tahapan Proses Produksi Rata-rata Kecacatan


1) Material 1%
2) Frame 0,5%
3) Anyaman 0,25%
4) Loading Pengomporan 0,25%
5) Loading Pengobatan 0,25%
6) Finishing 0,5%
7) Cek Final 0,5%
8) Packing 0,25%
Rata-rata Kecacatan Seluruh Tahapan 0,44%

Jika dilakukan rata-rata kecacatan untuk PENUTUP


furniture “Nadir” dan “New Brunei” maka Kesimpulan
dihasilkan sebesar 0,34% dari total unit yang PT. Diras Concept telah melakukan
dihasilkan. Berdasarkan tabel cost of poor pengendalian kualitas menggunakan metode
quality (Gaspersz, 2002), menunjukkan six sigma dengan melakukan analisis
kecacatan tersebut setara dengan kurang dari DMAIC (Define, Measure, Analyze,
1% penjualan. Hal ini berarti, PT. Diras Improve, Control) pada setiap tahapan
Concept telah mencapai 6 sigma. proses produksi furniture ”Nadir” dan ”New

289
Sirine, Kurniawati

Brunei”. Hasil yang diperoleh, perusahaan Hidayat, Anang. 2006. Peta Pengembangan
telah mencapai 6 sigma karena cost of poor Kualitas dan Kinerja Bisnis. Jakarta :
quality nya kurang dari 1% penjualan. PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Saran Montgomery, Douglas C. 1993. Pengantar
Untuk mempertahankan capaian kualitasnya Pengendalian Kualitas Statistik.
(6 sigma), maka PT. Diras Concept perlu Yogyakarta : Gajah Mada University
membenahi aspek pengendalian dengan cara Press.
membuat sistem yang berfungsi untuk Nasfiendry. 2003. Design for Six Sigma
mengawasi tiap-tiap tahapan produksinya. dan Seminar Nasional Teknik
Dalam sistem ini akan ditempatkan alat, Industri. UK Maranatha : Product
teknik, informasi, metode, manusia yang Design & Development.
secara sistematis dan terintegrasi Pande P. S., Robert P. Neuman, Ronald R.
mengendalikan jalannya operasi perusahaan Cavanach. 2002. The Six Sigma Way
(fungsi kontrol perusahaan). Hal yang lebih (Bagaimana GE, Motorola, dan
spesifik dan perlu pembenahan adalah Perusahaan Terkenal Lainnya
peningkatan ketrampilan tenaga kerja Mengasah Kinerja Mereka).
dengan memberi pelatihan atau teguran, Yogyakarta: Andi.
penempatan Quality Control pada tiap
tahapan proses produksi, kontrak mutu
dengan para pemasok untuk menjaga
kualitas material, serta penyediaan gudang
yang representatif untuk penyimpanan bahan
baku.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyani,Dorotea. 2003. Pengendalian
Kualitas Statistik. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Brue, Greg. 2002. Six Sigma for Manager.
Jakarta : Canary.
Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisa
Untuk Pengendalian Kualitas
Statistik. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis
Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent. 2002. Pedoman
Implementasi Program Six Sigma
Terintegrasi dengan ISO 9001 : 2000,
MBANQA & HACCP. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma
for Manufacturing and Service
Industries. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.

290

Anda mungkin juga menyukai