Anda di halaman 1dari 13

AMPHIBIA

Dosen Pembimbing
Dr. Safrida, S.Pd, M. Si.

Disusun Oleh:
Faras Dira Jannati
NPM. 19061030100
Fathiya Safira
NPM. 19061030100
Resti Milasari
NPM. 1906103010065
Zea Wulandari
NPM. 1906103010083

Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Guna Memenuhi Persyaratan Mengikuti Mata Kuliah


Zoologi Vertebrata

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Singkat
1.2 Relevansi
1.3 Petunjuk Belajar
2. INTI
2.1 Capaian Pembelajaran
2.2 Pokok Materi
2.3 Uraian Materi
2.4 Hasil Penelitian Yang Berkaitan Dengan Materi
3. PENUTUP
3.1 Rangkuman
3.2 Tes Formatif/Soal
DAFTAR PUSTAKA

2
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi Singkat
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang
tergolong tinggi. Adapun salah satu faktornya ialah indonesia terletak pada zona dengan
iklim tropis, yang dalam hal ini mendapat cahaya matahari dan hujan disepanjang tahun.
Selain itu kekayaan akan komponen ekosistem mendukung terbentuknya habitat yang
sesuai dengan berbagai jenis spesies salah satu yang termasuk didalamnya ialah amfibi.
Amfibi tergolong kedalam salah satu dari komponen penyusun ekosistem yang memegang
peran yang cukup penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Jika ditinjau dari segi
ekologis, amfibi amfibi berperan sebagai pemangsa pada konsumen primer misalnya
seperti serangga ataupun hewan vertebrata lainnya, serta dapat pula dijadikan bioindikator
bagi kondisi lingkungan. Sedangkan jika ditinjau dari segi eknomis, amfibi dapat
bermanfaat sebagai hewan percobaan, bahan obat-obatan, sumber protein hewani dan
hewan peliharaan.
1.2 Relevansi
1.3 Petunjuk Belajar

3
INTI
2.1 Capaian Pembelajaran
A. Diharapkan mampu memahami ciri dan karakteristik amfibia
B. Diharapkan mampu memahami taksonomi amfibia
C. Diharapkan mampu memahami klasifikasi amfibia
D. Diharapkan mampu memahami identisifikasi amfibia
E. Diharapkan mampu memahami hasil penelitian yang berkaiatan dengan amfibia
2.1 Pokok Materi
A. Ciri dan karakteristik amfibia
B. Taksonomi amfibia
C. Klasifikasi amfibia
D. Identisifikasi amfibia
E. Hasil penelitian yang berkaiatan dengan amfibia
2.3 Uraian Materi
A. Ciri dan Karakteristik Amfibia
Amfibi merupakan vertebrata pertama yang termasuk hewan peralihan dari kehidupan
diair ke kehidupan didarat, hal ini disebabkan tidak dapatnya amfibi dalam beradaptasi
secara sempurna terhadap lingkungan darat, sehingga hewan ini hidup diantara lingkungan
yang cenderung lembab. Amfibi merupakan hewan yang berdarah dingin (ektoterm)
yaitu hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Adapun yang
menjadi habitat utama amfibi sering ditemui pada hutan primer, hutan sekunder, hutan
rawa, sungai besar, sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau. Amfibi banyak
ditemukan pada kawasan hutan yang disebabkan pada kawasan hutan disamping sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan air, amfibi juga membutuhkan kelembaban yang cukup
tinggi untuk melindungi diri dari kekeringan yakni sebagai adaaptasi dalam
mempertahankan kelembaban tubuh.
Amfibi adalah hewan yang bisa hidup di dua tempat, yaitu di darat dan di air. Ciri-ciri
umum amfibi antara lain :
4
1. Berdarah dingin
2. Kulit halus atau kasar serta mengandung banyak kelenjar
3. Beberapa terdapat sisik namun tersembunyi dibalik kulit
4. Tengkorak berartikulasi dengan tulang atlas melalui dua condylus occipitalis
5. Tungkai bila ada bertipe fentadactyla
6. Eritrosit bikonveks, oval, dan bernukleus
7. Jantung terdiri atas dua atrium, satu ventrikel dan satu konus
8. Aarcus artat simetris
9. Pada stadium awal, pernafasan melalui insang
10. Telur terbungkus oleh gelatin
11. Hidup di dua tempat (di darat dan di air)
12. Bernapas dengan insang saat masih hidup di air, setelah hidup di darat bernapas dengan
paru-paru atau kulit
13. Berkembang biak dengan bertelur
Ciri-ciri lain dari amfibi, memiliki dua pasang kaki dilengkapi selaput renang yang
terdapat diantara jari kaki, berfungsi untuk melompat dan berenang. Matanya memiliki
selaput tambahan yang disebut membrana niktitans, berfungsi pada saat menyelam. Pada
saat dewasa, bernafas dengan paru-paru dan kulit. Hidungnya dilengkapi oleh katup yang
berfungsi mencegah air masuk ke rongga mulut saat menyelam. Berkembang biak dengan
bertelur, dan dibuahi oleh jantan di luar tubuh induknya. Sebagian dari amfibi mengalami
metamorfosis. Contoh amfibi adalah kodok, katak dan salamander

B. Taksonomi amfibia
Amfibia adalah jenis hewan yang menghabiskan waktu hidupnya di dua alam, darat
dan air (semiterrestrial), hal ini dikarena proses perkembangbiakan amfibi terjadi di air.
Telur, yang bermetamorfosis menjadi amfibi muda menghabiskan hidupnya di air
sebelum berpindah ke daratan. Siklus hidup tersebut terus berlangsung selama amfibia
hidup. Pada dasrnya proses terbentuknya amfibi dewasa melalui siklus metamorfosis yang
tidak sederhana, karena melibatkan kehidupan di dua alam. Dimulai dari telur, berudu,
amfibi muda, dan amfibi dewasa. Dari proses metamorfosis ini terlahir beberapa jenis
amfibi, ada amfibi yang hanya bisa hidup jika ada perairan dan ada amfibi yang bisa hidup
walaupun tidak ada perairan. Dalam perkembangannya amfibi yang tidak mempunyai
paru-paru sehingga hanya mampu bernafas dengan kulit dan itulah alasanya jika kita
melihat kulit amfibi selalu basah.
Kebalikan dari ikan amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara
proporsional. Tengkorak amfibi modem mempunyai tulang-tulang premaksila, nasal,
frontal, parietal dan skuamosa. Kebanyakan permukaan dorsal dari tubuh Anura tidak
seluruhnya tertutup tulang. Bagian dari kondrokranium masih belum mengeras,
hanya daerah oksipital dan eksoksipitalnya mengeras, dan masing-masing memiliki
kondila bertemu dengan vertebra pertama. Tidak ada langit-langit atau palatum
5
sekunder pada amfibi, akibatnya nares internal lebih maju di dalam langit-langit mulut. Di
bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang disebut parasfenoid. Gigi ada
premaksila, maksila, palatine, vomer, parasfenoid, dan tulang dental. Namun, ada pula
beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang bawah
mereduksi.
Sistem otot pada amfibi, sebenarnya tidak jauh seperti sistem organ yang lain,
sebagian besar merupakan perkembangan dari peralihan keadaan otot ikan dan reptil.
Dimana proses sistem otot pada ikan terpusat pada gerakan sisi pinggir, membuka dan
menutup insang dan gerakan bersama dua sirip yang sederhana. Maka proses
adaptasi di daratan mengubah struktur ini. Selain itu, sistem otot aksial pada amfibi
masih berbentuk metamerik yang mirip dengan ikan, tetapi jelas terlihat perbedaan-
perbedaan-nya. pembatas yang sejajar membagi otot bagian punggung dan otot bagian
bawah. Bagian dari sistem otot bagian punggung (dorsal) dapat mempengaruhi gerakan
kedala, Otot bagian bawah (ventral), merupakan bukti dalam pembagian sistem otot-otot
setiap bagian organ tubuh amfibia.
Bagian-bagian otot yang ada pada amfibi yaitu otot bagian luar, otot bagian dalam
dan otot bagian punggung, otot bagian punggung sangat sedikit dibandingkan dengan
lainnya. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh amfibi merupakan gerakan dari perpaduan
antara otot-otot yang bersinergi. Misalnya gerakan, berenang, meloncat, berjalan,
atau memanjat melibatkan beberapa otot yang bekerjasama dan bersinergi. Beberapa di
antaranya terdapat pada seluruh kakinya yaitu otot dari pangkal paha kebawah dan
beberapa otot dalam.
Untuk mengisi dan memompa darah dari jantung dan memisahkan antara darah yang
mengandung oksigen dan darah yang tidak mengandung oksigen. jantung memiliki
pembatas intersisial, ruang ventrikular, dan ruang konus arteriosus yang terdapat pada dua
pembuluh, Darah dari tubuh masuk ke bagian atrium kanan dari sinus venosus kemudian
masuk ke ruang kanan ventrikel, sehingga dipompa jantung ke paru-paru. Darah
yang banyak mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke ruang jantung (atrium kiri)
lewat pembuluh vena pembalik kemudian menuju sisi ruang kiri ventrikel dan
selanjutnya dipompa menuju ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian pada ordo
urodela (salamander) yang tidak mempunyai paru-paru, di mana terdapat celah intersisial
tidak lengkap dan tidak memiliki pembuluh vena pulmonalis.
Proses pencernaan makanan katak memerlukan ludah, tetapi tidak terlalu memerlukan
sekret di mulut. Alat tubuh yang menghasilkan getah/sekret biasanya banyak di hasilkan
oleh amfibia. Organ tubuh tersebut adalah lidah, yang fungsinya untuk menangkap
makanan. Amfibia selain menghasilkan getah/sekret juga menghasilkan getah
intermaksiari yang terdapat di dinding mulutnya. Pada perkembangannya amfibi
berkembang dengan beradap-tasi pada lingkungannya, sebagian besar amfibi tidak
memiliki lidah yang bisa digerakkan dan ada yang bisa dikeluarkan untuk
menangkap mangsa.

6
Struktur paru-paru pada amfibi masih sederhana, Amfibi yang hidup di air,
permukaan dalam dari paru-paru lembut, tetapi sebagian besar dinding paru-paru
pada katak dan kodok berisi lipatan alveoli sehingga meningkatkan permukaan
pernafasan. Sebagian besar amfibi bernafas melalui kulit, tetapi salamander ketika
dewasa mendapatkan oksigen melalui kulit dan epitelium oral. Oleh sebab itu berarti kulit
harus dijaga kelembabannya. Amfibi darat dalam menjaga kelembaban tubuh ini
dilengkapi dengan sejumlah kelenjar mukus yang didistribusikan di permukaan tubuh.
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya
berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi
menjadi pendek. Banyak amfibi sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam air,
korpuskel renalis berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang
berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefiik amfibi jantan berupa genital
ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Kantung kemih pada amfibi telah berkembang dari bentuk peralihan yang ditemui
pada ikan merupakan hasil perkembangan kandung kemih dari ujung pembuluh
arkinefiik yang letaknya jauh dari pusat sehingga melewati pembuluh ginjal menuju
kloaka, selanjutnya menuju ke kantung atau penampung urin. Berbeda dengan amfibi yang
biasa hidup di daratan air kemih yang terkumpul dipenampung urin akan diserap kembali
guna mengatur dan mengimbangi kelembaban kulit yang kurang, karena kulit membantu
dalam proses pernafasan.

C. Klasifikasi amfibia

D. Identisifikasi amfibia

Amphibi terbagi menjadi tiga ordo yakni ordo apoda, ordo anura dan ordo u
rodela. Ordo anura memiliki jumlah spesiesterbanyak yaitu sebanyak 5.208 spesi
es. (Winata, 2015, p.1).
Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa hampir seluruhhewan dari kelas 
amfibi adalah predator yang memakanberbagai jenis serangga (Irwanto, 2019)
Identifikasi Amphibia di Sumatera telah banyak dilakukanoleh beberapa pe
neliti seperti Mistar pada tahun 2003 mengenaiAmphibia Ekosistem Leuser, Gus
man pada tahun 2003mengenai Morfometri Spesies Katak dari Famili Bufonidae 
danRanidae di Sumatera Barat, Pradana pada tahun 2009 mengenaiJenis-
jenis Amphibia di Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta Kota
Padang, dan peneliti lain (Wanda, 2012, p.99-100).  
Di Propinsi Aceh sebanyak 166 jenis amfibi reptilia, terbagi amfibi 57 jenis,
31 marga, dan 7 famili, dan reptilia 109 jenis, 104 marga, 28 famili (Kamsi,
2018, p.25)
7
Penyebaran populasi hewan amphibi di Asia
Tenggara dipengaruhi oleh tingginya permukaan laut. Berdasarkan sejarahgeolo
gi, perpindahan katak terakhir terjadi pada zaman Pleistosen atau glasial maksim
um (250.000 tahun lalu) danberakhir kira-kira 10.000–17.000 tahun yang lalu (Tj
ong, 2010, p.81)
Amphibi berfungsi sebagai penyimbang ekosistem danbioindikator di lingk
ungan. Namun telah terjadi penurunanpoplasi amphibi didunia maupun di
Indonesia.
Dari hasilidentifikasi menunjukkan  bahwa 1856 spesies amphibiterancam punah
. Sebanyak 9 spesies punah sejak tahun 1980, sementara 113 spesies tidak ditem
ukan lagi akhir-akhir ini dan43% dari semua spesies mengalami penurunan popu
lasi.
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunnya populasi amphibiyaitu pemanf
aatan berlebihan (Kares, 2019, p.135)
Salah satu genus dari kelas amphibi adalah genus Bufo. Hewan pada genus 
ini memiliki tubuh gemuk dan pendek, tekstur kulit kasar yang ditutupi oleh binti
l yang besar dan kecil. Ukuran hewan ini bervariasi,  mulai dari 40
mm sampai 300
mm. hewan pada genus ini bergerak dengan cara berjalan ataumelompat pendek. 
Contohnya Bufo melanostictus yang memiliki karakteristik khusus yaitu memili
ki pematang parietal yang terdapat diatas membran tympanium yang menyatu, ja
riyang pendek, Terdapat bintil hitam yang menutupi tubuh bagiandorsal (Sarwen
da, 2016, p.25)
Rana merupakan genus
yang mudah ditemukan. Rana nicobariensis hidup di
habitat dengan air tergenang sedangkanRana hosii hidup di ungai yang jernih da
n sungai besar(Siahaan, 2019. p.376)

E. Hasil penelitian yang berkaiatan dengan amfibia


Fejervarya cancrivora yang ditemukan pada bulan Agustus sebanyak 223 individu
dan pada bulan September sebanyak 180 individu. Total F. cancrivora yang diperoleh
selama pengambilan periode Agustus dan September 2013 sebanyak 403 individu yang
terdiri dari 258 individu jantan dan 145 individu betina, dengan kepadatan sebesar 1,01
individu/m2. Perkembangan dan kematangan gonad dicirikan.

8
Perkembangan dan kematangan gonad dicirikanoleh penampakan gonad yang
meliputi warna, struktur permukaan, dan volume gonad. Dari hasil pengamatan terhadap
11 individu jantan dan 9 individu betina dewasa, diketahui tingkat kematangan gonad
(TKG) berada pada tahap IV dan V

9
PENUTUP
3.1 Rangkuman
Amfibi merupakan vertebrata pertama yang termasuk hewan peralihan dari
kehidupan diair ke kehidupan didarat, tergolong hewan yang berdarah dingin (ektoterm)
yaitu hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan, endoskeleton
tersusun atas tulang sejati, umumnya berkulit lunak dan lembap, serta banyak mengandung
pembuluh darah, sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai organ respirasi
alternatif selain insang & paru-paru, kulitnya mengandung kelenjar lendir dan racun,
memiliki peredaran darah tertutup.

3.2 Tes Formatif / Soal


1. Bentuk dan alat pernapasan pada hewan sangat beraneka ragam, alat pernapasan yang
digunakan oleh katak dewasa adalah...
A. Insang
B. Paru-paru
C. Pembuluh trakea
D. Permukaan tubuh
2. Sifat yang membedakan amfibi dengan reptil adalah...
A. Kulitnya tidak bersisik
B. Poikilotermis (berdarah dingin)
C. Telurnya berkulit lunak
D. Respirasi dengan paru-paru
3. Stadium gastrula merupakan bagian dari daur hidup amfibi yang berada dalam
perkembangan...
A. Telur
B. Larva
C. Berudu

10
D. Embrio
E. Pradewasa
4. Jantung pada katak hijau (Rana sp) terdiri atas...
A. Satu atrium, satu ventrikel
B. Satu atrium, dua ventrikel
C. Dua atrium, satu ventrikel
D. Dua atrium, dua ventrikel
E. Dua atrium, tiga ventrikel
5. Susunan tubuh dari amfibi telah berkembang dari ikan, keadaan ini dapat dilihat pada
sistem...
A. Persarafan
B. Pencernaan makanan
C. Pernapasannya
D. Peredaran darahnya
E. Perkembangbiakannya
DAFTAR PUSTAKA

Ariza, Y, S., Dewi, B, S., Darmawan, A. 2014. Keanekaragaman Jenis Amfibi (Ordo
Anura) Pada Beberapa Tipe Habitat di Youth Camp Desa Hurun Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Sylva Lestari, 2: 1, 21-30.
Devi, S., Septiadi, L., Erfanda, M. 2019. Struktur Komunitas Ordo Anura di Lokasi Wisata
Bedengan Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Jurnal Riset Biologi
dan Aplikasinya. 1:2, 71-79.
Hendri, W. 2015. Inventarisasi Jenis Katak (Ranidae) Sebagai Komoditi Ekspor di
Sumatera Barat. Jurnal Bioconcetta, 1:2, 74-86.
Huda, S, A. 2017. Jenis Herpetofauna di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
Pengandaran Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Sains, 6:1, 41-46.
Leksono, S, M., Firdaus, N. 2017. Pemanfaatan Keanekaragaman Amfibi (Ordo Anura) di
Kawasan Cagar Alam Rawa Danau Serang Banten Sebagai Material Edu-Ekowisata.
Jurnal Biology Education Conference, 14: 1, 75-78.
Mardinata, R., Winarno, G, D., Nurcahyani, N. 2018. Keanekaragaman Amfibi (Ordo
Anura) di Tipe Habitat Berbeda Resort Balik Bukit Tamannasional Bukit Barisan
Selatan. Jurnal Sylva Lestari, 6: 1, 58-65.
Nopriansyah, R., Kasmiruddin., Suryani, S, D. 2018. Jenis-Jenis Anura yang Terdapat di
Kawasan Desa Padang Tepong Kecamatan Ulumusi Kabupaten Empat Lawang.
Jurnal Pendidikan Biologi, 3: 2, 273-279.
Putra, K., Rizaldi., Tjong, D, H. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga Tipe
Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi Universitas
Andalas, 1: 2, 156-165.

11
Saputra, R., Yanti, A H., Setyawati, T, R. 2016. Inventarisasi Jenis-jenis Amfibi (Ordo
Anura) di Areal Lahan Basah Sekitar Danau Sebedang Kecamatan Sebawi
Kabupaten Sambas. Jurnal Protobiont, 5: 3, 34-40.
Saputra,, D., Setyawati T, R., Yanti, A, H. 2014. Karakteristik Populasi Katak Sawah
(Fejervarya cancrivora) di Persawahan Sungai Raya Kalimantan Barat. Jurnal
Protobiont, 3: 2, 81-86.
Sujadi, I., Markhamah, S., Lestari, P. 2019. Keanekaragaman Katak dan Kodok
(Amphibia: Anura) di Suaka Margasatwa Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal
Biologi Udayana. 23:2, 59-67.
Suryani, S., Nopriansyah, R., Kusmiruddin. 2018. Jenis-jenis Anura yang Terdapat di
Kawasan Desa Padang Tepong Kecamatan Ulumusi Kabupaten Empat Lawang.
Jurnal Biologi. 2:8, 273-279.
Wahyuni, S., Zainal, S., Sabran, M. 2020. Jenis-jenis Amphibia Ordo Anura Pada
Kawasan Lindu Kabupaten Sigi dan Pemanfatannya Sebagai Sumber Belajar
Pengayaan Materi Mata Kuliah Taksonomi Hewan. Jurnal Kreatif Online. 8:3, 1-10.
Wati, M. 2016. Species Dicroglossidae (Amphibia) Pada Zona Pemanfaatan TNKS di
Wilayah Solok Selatan. Jurnal Bio Concetta. 11:2, 1-12.
Winata, E., Purnama, A., Karno, R. 2015. Jenis-jenis Katak (Amphibia: Anura) di Desa
Kepenuhan Hulu Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu Provinsi
Riau. Jurnal Pendidikan Sains. 2:1, 1-5.
Yudha, D., Eprilurahman, R., Ningsih, O. 2015. Keanekaragaman Spesies Amfibi dan
Reptil di Kawasan Suaka Margasatwa Sermodaerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
MIPA. 38:1, 7-12.
Sarwenda, S., Subagio, S., & Imran, A. (2016). 
Struktur Komunitas Amphibi di
Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan dalam Upaya Penyusunan Mo
dul EkologiHewan. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 4(1), 22-27.
Irwanto, R., Lingga, R., Pratama, R., & Ifafah, S. 
A. (2019). Identifikasi Jenis-jenis Herpetofauna di
Taman Wisata Alam Gunung Permisan, Bangka
Selatan, ProvinsiKepulauan Bangka Belitung. PENDIPA Journal of
Science Education, 3(2), 106-113.
Siahaan, K., Dewi, B. S., & Darmawan, A. 
(2019). Keanekaragaman Amfibi Ordo Anura di
Blok Perlindungan dan Blok Pemanfaatan Hutan PendidikanKonservasi Ter
padu, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Jurnal Sylva Lestari, 7(3),
370-378.
Winata , Egi Yudha, dkk. 2015. Jenis-Jenis Katak
(Amphibi: Anura)
di Desa Kepenuhan Hulu KecamatanKepenuhan Hulu abupaten Rokan Hul
u Provinsi Riau. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol 1(1): 1-5.
 
12
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tjong, D. H., Iskandar, D. T., & Gusman, D. 
(2010). Hubungan Filogenetik Spesies Limnonectes(Ranidae: Amphibia) 
Asal Sumatera Barat dan Asal Asia Tenggara Berdasarkan gen 16S
Ribosomal RNA. Makara Journal of Science.
Wanda, I. F., Novarino, W., & Tjong, D. H. 
(2012). Jenis-Jenis Anura (Amphibia) Di Hutan Harapan,
Jambi. Jurnal Biologi Unand, 1(2).
Kamsi, M. (2018). SURVEI AMFIBI REPTILIA 
DI PROVINSI ACEH, PULAU SUMATERA. ProsidingBiotik, 4(1).
Kares, Y., Katili, D. Y., & Langoy, M. L. (2019). 
Keanekaragaman Amphibi Di
Areal Persawahan Kota Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawes
i Utara. Jurnal MIPA, 8(3), 135-137.
 

13

Anda mungkin juga menyukai