Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH COVID – 19 TERHADAP PEMBERIAN LAYANAN BK PADA SISWA

KELAS VII DI MTSN 1 RANTAUPRAPAT

MINIRISET
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu : Dr.Syaukani,M.Ed. Adm

Oleh :

1. Nurul Safrina Dalimunthe


2. Dea Anggreini
3. Dewi Mustika Lubis
4. Fitri Chairani
5. Zaidatul Fadilla Nst.
6. Daranika misyarah
7. Rahmi Ichwani
8. Novriani Zein Nst.
9. M. Farhan Nst.
10. Azhar Sani
11. Bagas Bawazir

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kami nikmat baik
nikmat iman, Islam dan kesehatan sehingga kami dapat menjalankan kegiatan sehari-hari
sebagaimana biasanya dan terima kasih berkat rahmat dan berkahnya kami dapat
menyelesaikan makalah mini riset ini yang berjudulPengaruh Covid – 19 Terhadap
Pemberian Layanan Bk Pada Siswa Kelas Vii Di Mtsn 1 Rantauprapat.
Tak lupa pula sholawat salam kami kepada Nabi Muhammad SAW diberkahilah
keluarga dan para sahabat beliau. Dan semoga syafaatnya yang diharapkan kita dapatkan
diakhirat kelak amin ya Robbala’lamin.
Kami ucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr.Syaukani,M.Ed.
Admselaku dosen pengampu pada bidang mata kuliah Metode penelitian kuantitatif. Yang
telah membimbing kami dalam penyelesaian tugas ini.
Tugas ini telah kami susun semaksimal mungkin.Kekurangan pasti banyak
didalamnya baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya, diharapkan pembaca dapat
memberi kritik dan saran yang membangun. Insha Allah kedepannya akan dapat dikerjakan
lebih baik lagi.
Semoga Tugas ini dapat menambah pengetahuan dan inspirasi terhadap
pembaca.Kami ucapkan terima kasih.

Medan, 8 Februari 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah............................................................................


B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Masalah.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-
19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia.WHO sejak Januari 2020 telah
menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus corona. Corona
semakin meluas di tidak hanya di Wuhan, tetapi menyebar ke provinsi lain di Cina.
Penyebaran virus corona sangat luar biasa, hanya dalam 3 bulan, virus ini telah
merenggut ribuan nyawa, bahkan sekarang tidak hanya di Cina yang memiliki tingkat
wabah tertinggi tetapi telah menyusul negara-negara lain seperti Italia, Iran, dan
Korea Selatan, dan mengikuti negara-negara lain, seperti Indonesia, Inggris, Jepang,
Amerika Serikat, Jerman, dan negara-negara lain.
Di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan status darurat bencana terhitung
mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait pandemic virus corona
dengan jumlah waktu 91 hari. Langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk
menyelesaikan pandemic virus corona, salah satu cara yang di terapkan di indonesia
ialah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) diberlakukan di Indonesia pada tahun 2020 sebagai tanggapan terhadap
penyakit corona virus 2019 (COVID-19) yang telah menjadi pandemi, termasuk di
Indonesia. Pembatasan tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan
persetujuan Kementerian Kesehatan, dan paling sedikit meliputi peliburan sekolah
dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan, khususnya pasal 93 memang sudah mengatur tentang
aturan bagi pelanggar pembatasan sosial berskala besar (PSBB), selain Pasal 218
KUHP. Hal ini kemudian ditindaklanjuti pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).Karenanya, saat Peraturan Pemerintah telah resmi dikeluarkan, maka pihak
kepolisian sebagaimana amanat Presiden secara tegas melakukan tindakan upaya
penegakan hukum bagi pelanggarnya.Artinya, pencegahan wabah pandemi COVID-
19 ini harus dilakukan dengan memberikan sanksi pidana bagi warga masyarakat
yang melakukan pelanggaran. Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) baik anggota pemerintah, pegawai kator atau swasta, guru-guru di liburkan,
dan apabila ketahuan melanggar akan di berikan sangsi atau pun hukuman sesuai
pasal tersebut. Menanggapi peraturan pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) yang terjadi sekarang, langkah yang diambil oleh pemerintah
berdampak pada kegiatan siswa di sekolah.Salah satu instruksi pemerintah tentang di
rumah adalah kegiatan belajar.Belajar tidak boleh berhenti walaupun pemerintah
menginstruksikan 14 hari libur untuk sekolah dan kampus di Indonesia.Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) dipindahkan di rumah, tetapi masih harus dikendalikan oleh
guru atau dosen dan orang tua dengan menggunakan pembelajaran jarak
jauh.Kegiatan pembelajaran siswa diarahkan dalam bentuk pembelajaran secara
daring atau online di rumah. Kegiatan pembelajaran secara daring ini pada dasarnya
sangat beragam, antara lain dapat dilaksanakan melalui google classroom, zoom, tv
edukasi, belajar interaktif di portal rumah belajar, ruang guru dan aplikasi belajar
online lainnya yang telah direkomendasi oleh Kemedikbud maupun melalui media
sosial seperti whatsapp.
Pembelajaran daring yang diinstruksikan oleh pemerintah juga ditetapkan
dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Perbedaan layanan bimbingan
dan konseling dengan materi pelajaran lain adalah, layanan bimbingan dan konseling
tidak memberikan materi-materi ataupun tugas-tugas yang memberatkan siswa.
Layanan bimbingan dan konseling menyajikan layanan dalam pembelajaran daring
melalui format yang bermakna bagi siswa. Sebagai calon konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling yang profesional sudah menjadi tugas kita menyesaikan
permasalahan anak didik, dan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang
membantu anak didik mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki serta melonggarkan
permasalahan yang mereka hadapi sesuai dengan pendapat Nurhayati, & Nurfarida,
layanan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik atau konseli
mencapai tugas perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan
bahagia dalam kehidupannya.1Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan kolaborasi dan
sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru mata
pelajaran, pimpinan sekolah atau madrasah, staf administrasi, orang tua, dan pihak
lain yang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta didik atau
konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.

1 Nurhayati, N., & Nurfarida, S. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling
dalam Implementasi Kurikulum 13. Jurnal Bikotetik, 2 (2), hlm.148
Penerapan layanan bimbingan dan konseling daring melalui internet
memerlukan sejumlah media yang dapat disesuaikan dengan sifat
bimbingan.Ketersediaan peralatan dan penguasaan teknologi sangat diperlukan oleh
semua pihak baik dosen sebagai pembimbing maupun mahasiswa sebagai
terbimbing.Demikian juga ketersediaan biaya kuota jaringan dan alokasi waktu yang
padat merupakan tantangan tersendiri.Guna mewujudkan penerapan layanan
bimbingan dan konseling daring, diperlukan sebuah media yang terstandar dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik hingga ketersediaan teknologi yang dapat
menunjangnya.Diperlukan juga tenaga-tenaga konselor yang terbiasa dengan pola
interaksi dan komunikasi melalui internet.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
1. Pembelajaran daring juga ditetapkan dalam pemberian layanan bimbingan dan
konseling.
2. Dampak PSBB terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM)
3. Pengaruh covid – 19 terhadap pemberian layanan BK di sekolah
4. Layanan bimbingan dan konseling menyajikan layanan dalam pembelajaran
daring melalui format yang bermakna bagi siswa.
C. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
ada pengaruh covid – 19 terhadap pemberian layanan BK pada siswa kelas VII di
MTsN 1 Rantauprapat.
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah “Untuk mengetahui pengaruh covid – 19 terhadap pemberian
layanan BK pada siswa kelas VII di MTsN 1 Rantauprapat.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi:
1. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi tentang
pengaruh covid – 19 terhadap pemberian layanan BK di MTsN 1 Rantauprapat.
2. Bagi siswa, hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa
terkait dengan pelaksanaan layanan BK secara daring.
3. Bagi peneliti lain, sebagai sumber referensi untuk melakukan penelitian sejenis
ataupun pengembangannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata “guide” yang artinya menunjukkan (to direct),
memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer). 2
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.” 3
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan
konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda.Meskipun demikian,
pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Definisi atau pengertian Bimbingan menurut beberapa ahli sebagai
berikut :
a. Menurut Miller, bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu
untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan
untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini
termasuk madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b. Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh Surya, menyatakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki
maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang
memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya
mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul
bebannya sendiri.4

2 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Ciputat Pers, 2002, cet-1, hlm 3.
3 Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
Tabanan, Rinera Cipta, 2000, hlm 19.
4 Tohirin,Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada,2007), hlm.16-17.
c. Donald G.Mortensen dan Alan M. Schmuller menyatakan, “Guidance may
be defined as that part of the total educational program that helps provide
the personal apportunities and specializedstaff services by which each
individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term
of the democratic idea”.5
d. Djumhur dan Moh. Surya berpendpat bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada
individu dalam memecah masalah yang dihadapinya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding),
kemampuan untuk dapat menerima dirinya (self acceptance), kemampuan
untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk
merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik
keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Menurut Winkel dalam Tohirin , istilah “bimbingan” merupakan
terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya
“guide”memiliki beberapa arti :
 menunjukkan jalan (showing the way),
 memimpin (leading),
 memberikan petunjuk (giving instruction),
 mengatur (regulating),
 mengarahkan (governing), dan
 memberi nasihat (giving advice).6
f. Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus –
menerus dalam hal membantu individu dalam perkembangannya untuk
mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang
sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Jadi , bimbingan adalah proses pemberian bantuan oleh seorang konselor
kepada klien untuk membantu klien memahami dirinya dan dunia di sekelilingnya
agar ia dapat menggunakan kemampuan dan bakatnya dengan optimal.
5 Achmad Juntika Nurihsan,Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan (Bandung : PT
Refika Aditama, 2009), hlm.7.
6 Tohirin.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (BerbasisIntegrasi).(Jakarta : PT Grafindo
Persada :2011), hlm.15-16
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam
kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu
nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take
counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti pemberian
nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.7
Dalam bahasa Indonesia, pengertian konseling juga dikenal dengan istilah
penyuluhan.Selain itu counseling dalam bahasa Indonesia juga berarti proses
interaksi. Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan
maupun sebagai teknik.
Definisi Konseling menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a. Prayitno, mengemukakan bahwa: koseling adalah pertemuan empat mata
antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku.8
b. Dewa Ketut Sukardi mengatakan “(counseling is the heart of guidance)
layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan”.
c. Ruth strang mengatakan bahwa : “counseling is a most important tool of
guidance”, jadi konseling merupakan inti dari alat yang paling penting
dalam bimbingan. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling
merupakan suatu kegiatan yang integral.9
d. Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan
antarpribadi d mana orang yang satu membantu yang lainnya untuk
meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.10
e. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian
timbal balik antara dua orang individu di mana seorang konselor
membantu konseli supaya ia lebih baik memahami dirinya dalam

7 Tohirin.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (BerbasisIntegrasi).( Jakarta : PT


Grafindo Persada : 2011), hlm.21 - 22
8 Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
Tabanan, Rinera Cipta, 2000, hlm 21
9 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta, Amzah. 2010. hlm. 10-11
10 Tohirin.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (BerbasisIntegrasi).( Jakarta : PT Grafindo
Persada : 2011), hlm.22
hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan
waktu yang akan datang.
f. Rogers mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan
hubungan langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan
kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
g. Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling merupakan satu
jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling
dapat diartikan sebagai hubungan timbale balik antara dua individu,
dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien)
untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Jadi, konseling adalah timbal balik antara konselor dengan klien yang
dilakukan secara tatap muka ( face to face) yang bersifat rahasia. Dimana konselor
membantu klien dalam menangani masalahnya dengan menggunakan pengetahuan
dan keterampilan konselor untuk membantu individunya ( klien) mengatasi
masalahnya.
3. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata guidance dan
counseling dalam bahasa inggris. Arti dari kedua istilah itu baru dapat ditangkap
dengan tepat, bila ditinjau apa yang dimaksudkan dengan kedua kata asli dalam
bahasa inggris. Dalam kamus bahasa inggris Guidance dikaitkan dengan kata asal
guide, yang diartikan sebagai berikut: menunjukan jalan (showing the way),
memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving
instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan
nasihat (giving advice). Kalau istilah bimbingan dalam bahasa Indonesia diberi
arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan di atas, akan muncul dua
pengertian yang agak mendasar yaitu:
a. Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan
untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil
memberikan nasihat.
b. Mengarahkan, menuntun ke suatu tujuan. Tujuan itu mungkin perlu diketahui
oleh kedua belah pihak.11

11 Dr. Tarmizi,M.Pd. Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islam. ( Perdana Publishing :


Medan) hlm.13
Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan
yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui
pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli
memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau
pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (siswa)
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk
mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri,
mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu
memecahkan sendiri masalan yang dihadapinya.12
Jadi, Bimbingan dan konseling adalah suatu proses yang
berkesinambungan sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanannya.
Yaitu proses pemberian bantuan atau pertolongan oleh konselor kepada klien
melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik guna membantu klien
untuk memecahkan masalahnya agar kembali ke kehidupan efektif sehari –
harinya.

B. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik
individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
atas dasar norma-norma yang berlaku.
Secara garis besar tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi jiwa yang lebih baik. Seperti halnya
tujuan umum dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) tahun 1989 atau (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia
seutuhnya yang cerdas, yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

12 Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Intregrasi. Jakarta:
RajaGrafindo Pers.hlm 21
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha
bimbingan dan konseling di sekolah:
1. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
Dengan mengenal diri sendiri dan lingkungannya, diharapkan siswa dapat
melihat hubungan dan kemungkinan yang tersedia serta memperkirakan apa yang
dapat mereka capai sesuai dengan diri mereka sendiri. Dengan kata lain mereka
mampu untuk mengenal kelebihan dan kekurangan mereka.
2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Maksudnya mereka dapat menerima keterbatasan yang mereka miliki,
dengan mengenal keterbatasan diharapkan mereka mampu menerima apa yang
ada atau apa adanya yang terdapat pada diri mereka secara positif dan dinamis.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
Kenyataan menunjukan bahwa seseorang yang dapat menentukan sendiri
dari suatu hal tanpa dipaksa oleh pihak lain, akan memberikan kepuasan
tersendirimbagi dirinya sendiri.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Sejalan dengan tujuan sebelumnya, bimbingan dan konseling
menginginkan agar pada akhirnya siswa mampu mengarahkan diri mereka sendiri
yang di dasarkan pada keputusan yang mereka ambil sesuai dengan apa yang ada
pada diri mereka.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.
Dengan pengenalan diri dan lingkungan, mengambil keputusan sendiri,
dan dengan mengarahkan diri sendiri, akirnya di harapkan siswa dapat
mewujudkan dirinya sendiri.13
Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling adalah untuk membantu
siswa agar mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek antara
lain: pribadi, sosial, belajar, dan karir. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan
untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan
pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung jawab.Bimbingan belajar
dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan

13 https://nellysside.wordpress.com/2013/09/25/pelayanan-bimbingan-dan-konselingpada satuan-
pendidikan-dasar-dan-menengah-kurikulum-2013-2/http:// agassigudangmahasiswa.
blogspot.co.id/2015/02/pengertian-tujuan-arah pelayanan.html
pendidikan.Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja
yang produktif.14
a) Dalam aspek tugas perkembangan pribadi – sosial layanan Bimbingan dan
Konseling membantu siswa agar :
1) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan
mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
2) Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-
orang yang mereka senangi.
3) Membuat pilihan secara sehat
4) Mampu menghargai orang lain
5) Memiliki rasa tanggung jawab
6) Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi
7) Dapat menyelesaikan konflik
8) Dapat membuat keputusan secara efektif.
b) Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1) Dapat melaksanakan ketrampilan atau belajar secara efektif
2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
3) Mampu belajar secara efektif
4) Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi
evaluasi/ujian.
c) Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1) Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri
pekerjaan di dalam lingkungan kerja
2) Mampu merencanakan masa depan
3) Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
4) Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat
5) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.

14 Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
Tabanan, Rinera Cipta, 2000, hlm 29
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling itu adalah
membantu klien agar dapat mencapai tujuan perkembangan yang meliputi afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
C. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan proses pemberian bantuan
yang diberikan kepada siswa secara terus menerus agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya sesuai
dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Dengan adanya bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan solusi
bagi peserta didik disekolah.Agar peserta didik menjadi lebih baik dari segi
perilakunya.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia dalam upaya membantu siswa agar mencapai
perkembangan yang optimal, sesuai dengan potensinya.Oleh karena itu,
pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah menjadi tanggung jawab bersama
antara personel sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, konselor, dan pengawas.15
2. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
Fungsi layanan bimbingan dan konseling diambil dari buku Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam
jalur Pendidikan Formal yaitu, sebagai berikut:
a) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli
agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan (pendidikan,
pekerjaan, dan norma-norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan
menyesuaikan dirinya dengan secara dinamis dan konstruktif.
b) Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang
seluruh aspek dalam diri konseli.
c) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.

15 Prayitno, 2013, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,  Jakarta: Rineka Cipta, hlm,85
d) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu
konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan cirri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini,
konselor perlu kerja sama dengan pendidikan lainnya di dalam meupun di luar
lembaga pendidikan.
e) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan kepala
sekolah dan staf, konselor dan tutor untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai
memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun
materi, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun, menyusun materi,
memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran
sesuai dengan kemampuoan dan kecepatan konseli.
f) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang muingkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya
sendiri. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasim
informasi, dan bimbingan kelompok.
g) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan,
dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan
perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional,
dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka
kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
h) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek sosial-pribadi,
belajar, dan karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial
teaching.
i) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercapai dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar
dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri.
Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
kreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
j) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya
lebih produktif dari fungsi-fungsi lainnya.
3. Jenis – Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang
baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa
memasuki
lingkungan baru bukannlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah
dan menyenangkan bagi setiap orang.16
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempermudah
penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan
kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua
siswa dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya akan
dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar
anaknya. Dengan demikian dapat dipahami ahwa fungsi utama yang didukung
oleh layanan orientasi ini adalah fungsi pemahaman dan pencegahan.17Materi
kegiatan layanan orientasi menyangkut :
1) Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
2) Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa.
3) Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan  meningkat
kan hubungan sosial siswa.
4) Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya.
5) Peranan pelayanan bimbingan konseling dalam membantu segala jenis
masalah dan kesulitan siswa.
b. Layanan Informasi

16 Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan


Konseling(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),hlm 255-256
17 Dra.Hallen A.,M.Pd,Bimbingan & Konseling,(Jakarta:Quantum Teaching,2005), hlm 76
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan
pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta
didik (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi (seperti
informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar,
anggota keluarga, dan masyarakat.
Materi kegiatan layanan informasi menyangkut:
1) Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta
bentuk-bentuk penyaluran dan pengembangannya.
2) Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
3) Nila-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang
dimasyarakat.
4) Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti, program
khusus, dan program tambahan.
5) Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti
EBTA/EBTANAS.
6) Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.18
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya
penempatan/penyaluran didalam kelas, kelompok belajar, jurusan, atau
program studi, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler) sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.
Layanan penempatan dan penyaluran berkenaan dengan 3 fungsi, yaitu
1) Fungsi pemahaman, terkait dengan dipahaminya potensi dan kondisi
diri.
2) Fungsi pencegahan, karena peserta didik telah memperoleh layanan
penempatan dan penyaluran yang merealisasikan dirinya pada keadaan
dan posisi yang tepat sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kondisi
pribadinya sehingga akan terhindar atau tercegah permasalahan atau
hambatan berkaitan dengan pengembangan diri.

18 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Dan Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta: 2008. Hal: 60-68.
3) Fungsi pengembangan dan pemeliharaan, yaitu terpelihara dan
berkembangnya potensi, bakat, minat dan kondisi pribadi peserta didik
itu sendiri.
Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi:
1) Penempatan kelas siswa, program studi/jurusan dan pilihan
ekstrakulikuler yang dapat menunjang pengembangan sikap,
kebiasaan, kemampuan, bakat dan minat.
2) Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok
belajar, dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
3) Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan
siswa, baik pengajaran, perbaikan maupun program pengayaan dan
seleksi masuk perguruan tinggi melalui jalur PMDK, UMPTN.
d. Layanan Penguasaan Konten
Membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama
kompetensi.Layanan Penguasaan Konten berkaitan dengan fungsi pemahaman
dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi pemahaman menyangkut
berbagai aspek konten, persepsi, afeksi, sikap dan tindakan, dan sebagainya
atau kebiasaan dalam kaitannya dengan kehidupan di sekolah, sebagai peserta
didik tugasnya adalah belajar, di dalam keluarga ia mengembangkan kebiasaan
dalam berhubungan dengan orang lain, saudara, teman sebaya dan di
masyarakat.  Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu menghasilkan
terpelihara dan berkembangnya berbagai potensi dalam perkembangan diri
secara berkelanjutan, mengembangkan kebiasaan yang telah terpelihara dan 
membangun prestasi.
e. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka
pembahasan dan permasalahan pribadi yang dideritanya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami
kondisi dirinya sendiri, lingkungnnya, permasalahan yang dialami,kekuatan
dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan
perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah
yang dialami klien.
Materi kegiatan layanan konseling perorangan meliputi:
1) Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, dan
minat serta penyalurannya.
2) Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
3) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan
menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik dirumah,
sekolah, dan masyarakat.
f. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik
secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu( terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang
kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Materi kegiatan layanan bimbingan kelompok meliputi:
1) Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan upaya memperoleh
penghasilan.
2) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik disekolah dan di
rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.
3) Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
g. Layanan konseling kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta
didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.Dinamika
kelompok adalah suasana yang hidup, yang bergerak, yang berkembang, yang
di tandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Materi kegiatan layanan konseling kelompok, meliputi :
1) Pemahaman kelemahan diri penanggulangannya, pengenalan kekuatan
diri dan pengembangannya.
2) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
menerima/menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan
sosial, baik dirumah, sekolah maupun masyarakat.
3) Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar dan disiplin.19
19 Masturin, 2009, Media BKI Sekolah, kudus; STAIN KUDUS, hlm. 43-51
h. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi adalah layanan konseling  oleh konselor terhadap
pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti  memperoleh wawasan,
pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk  menangani masalah
pihak ketiga”. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan
dalam format tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan  konsulti.
Konsultasi dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih  kalau
konsulti-konsulti itu menghendakinya.
Di lingkungan sekolah atau madrasah yang bisa menjadi konsulti
adalah kepala sekolah, guru dan orangtua.Apabila yang menjadi konsulti
adalah kepala sekolah maka pihak ketiganya bisa jadi guru dan siswa.Jika
konsulti adalah guru maka pihak ketiganya adalah siswa, sedangkan jika
konsultinya orang tua, maka pihak ketiganya adalah anak.Masalah yang
dikonsultasikan mencakup berbagai hal yang dialami pihak ketiga.Dalam
kehidupan sehari-hari baik di sekolah, rumah maupun lingkungan.
Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan
kemampuannya  sendiri dapat menangani kondisi dan atau permasalahan
yang  dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak ketiga mempunyai  hubungan
yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga permasalahan yang dialami oleh
pihak ketiga itu setidaknya  sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti. 
i. Layanan Mediasi
Istilah “mediasi” terkait dengan istilah “media” yang berasal dari kata
“medium” yang berarti perantara. Dalam literatur Islam istilah “mediasi” sama
dengan “wasilah” yang juga berarti perantara. Berdasarkan arti di atas, mediasi
bisa dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengantarai atau menjadi wasilah
atau menghubungkan yang semula terpisah. Juga bermakna menjalin
hubungan antara dua kondisi yang berbeda dan mengadakan kontak sehingga
dua pihak yang semula terpisah menjadi saling terkait.Melalui mediasi atau
wasilah dua pihak yang sebelumnya terpisah menjadi saling terkait, saling
mengurangi atau meniadakan jarak, saling memperkecil perbedaan sehingga
jarak keduanya menjadi lebih dekat. Dengan layanan mediasi konselor
berusaha mengantarai atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga
mereka menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang
merugikan semua pihak.
Tujuan dari layanan mediasi ialah agar tercapainya kondisi hubungan
yang positif dan kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang bertikai
atau bermusuhan.Selain itu agar terjadi perubahan atas kondisi awal yang
negatif menjadi kondisi baru dalam hubungan antara kedua belah pihak yang
bermasalah.
j. Layanan Advokasi
Yaitu layanan yang membantu agar hak-hak keberadaan, kehidupan
dan perkembangan individual yang bersangkutan kembali diperoleh setelah
hak-hak tersebut selama ini dirampas, dihalangi dan dibatasi.Tujuan layanan
advokasi secara umum yaitu mengentaskan klien dari suasana yang buruk di
dirinya, sedangkan tujuan secara khusus yaitu membebaskan klien dari
cengkraman pihak tertentu. Komponen layanan advokasi yaitu :
1. Konselor
2. Korban penyelenggaraan hak
3. Pihak-pihak terkait
D. Pelaksanaan Layanan BK di Sekolah
1. Layanan Orientasi
Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut
a) Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
 Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan,
 Menetapkan peserta layanan,
 Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan,
 Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media,
 Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b) Pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
 Mengorganisasikan kegiatan layanan,
 Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi
format layanan dan penggunaan media.
c) Evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
 Menetapkan materi evaluasi,
 Menetapkan prosedur evaluasi,
 Menyusun instrumen evaluasi,
 Mengaplikasikan instrumen evaluasi,
 Mengolah hasil aplikasi instrumen.
d) Analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
 Menetapkan standar analisis,
 Melakukan analisis,
 Menafsirkan hasil analisis.
e) Tindak lanjut. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah:
 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut,
 Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak
yang terkait,
 Melaksanakan rencana tindak lanjut.
f) Laporan, meliputi:
 Menyusun laporan layanan orientasi,
 Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (kepala sekolah
atau madrasah),
 Mendokumentasikan laporan layanan.
2. Layanan Informasi
Layanan informasi dapat diselenggarakan melalui ceramah, tanya jawab,
dan diskusi yang dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film atau
vidio, kunjungan ke perusahaan-perusahaan. Berbagai nara sumber, baik dari
sekolah sendiri, atau dari sekolah lain, dari lembaga-lembaga pemerintah, maupun
dari berbagai kalangan di masyarakat dapat diundang guna memberikan informasi
kepada peserta didik. Namun perlu diingat bahwa semua kegiatan hendaknya
direncenakan direncanakan secara matang.
Layanan informasi dapat dilaksanakan secara individual, klasikan dan
ataupun diselenggarakan secara umum.Dapat juga diberikan secara lisan ataupun
seperti jurnal dan majalah.
Menurut Prayitno, langkah-langkah pelaksanaan layanan informasi adalah
sebagai berikut: 20
a. Perencanaan adalah tahap awal sebelum pemberian layanan informasi
dimana guru BK menyiapkan berbagai macam hal yang diperlukan pada

20 Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan


Konseling(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),hlm 15
saat memberikan/pelaksanaan layanan informasi, yang dilakukan saat
tahap perencanaan adalah :
 Identifikasi kebutuhan akan informasi bagi subyek (calon) peserta
layanan
 Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan
 Menetapkan subyek sasaran layanan
 Menetapkan nara sumber
 Menyiapkan prosedur, perangkat, dan media layanan
 Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b. Pelaksanaan adalah tahap dimana guru BK memberikan layanan kepada
speserta didik. Pada tahap pelaksanaan yang perlu dilakukan oleh guru BK
adalah :
 Mengorganisasikan kegiatan layanan
 Mengaktifkan peserta layanan
 Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.
c. Evaluasi yang terdiri dari:
 Menetapkan materi evaluasi
 Menetapkan prosedur evaluasi
 Menyusun instrumen evaluasi
 Mengaplikasikan instrumen evaluasi
 Mengolah hasil aplikasi instrumen
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Secara sistematis  layanan penempatan dan penyaluran dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan penempatan subyek ke lingkungan yang baru
harus sepengetahuan dan mendapat persetujuan dari subyek layanan.Akan
lebih baik apabila perencanaannya dilakukan bersama antara konselor dan
subyek.Rencana bersama itu dilakukan baik untuk layanan terhadap seorang
subyek atau klien tertentu maupun terhadap sejumlah subyek (misalnya
sekelompok atau sekelas siswa).Rencana bersama yang telah disusun itu
dilaksanankan dengan partisipasi penuh subyek yang bersangkutan. Pada
tahapan perencanaan, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan antara lain:
1) Identifikasi kondisi yang menunjukkan adanya permasalahan pada diri
subyek (konseli) tertentu. Konselor disini melakukan identifikasi
terhadap kondisi pada diri konseli dengan menggunakan tehnik
testing(tes bakat) dan tehnik nontesting (pengisian angket), selanjutnya
dari kedua teknik tersebut akan di bandingkan.
2) Menetapkan subyek sasaran layanan. Setelah melalui proses
identifikasi, selanjutnya menuju ke penetapan subyek sasaran
pelayanan. Jika di temukan adanya ketidak sesuain pada identifikasi
sebelumya maka konselor akan merinci subyek-subyek yang
mengalami ketidak sesuaian tersebut, yang dikolompokan berdasarkan
kelompok kelas atau jenjang kelas.
3) Menyiapkan prosedur dan langkah-langkah, serta perangkat dan
fasilitas layanan. Setelah mengetahui subyek sasaran pelayanan maka
konselor selanjutnya merencanakan prosedur-prosedur yang harus
dilakukan mulai dari tahapan perencanaan sampai tindak lanjut. Serta
menyediakan berbagai fasilitas-fasilitas yang menunjang pelaksanaan
layanan penempatan dan penyaluran.
4) Menyiapkan kelengkapan administrasi. Untuk menunjukkan bukti atau
dokumentasi bahwa kegiatan layanan penempatan dan penyaluran ini
benar-benar terlaksana kepada subyek sasaran. Misalnya konselor
menyiapkan buku hasil wawancara dan waktu pelaksanaan wawancara 
serta alat untuk dokumentasi wawancara tersebut.
b. Pelaksanaan Layanan
Layanan penempatan dan penyaluran dilakukan sesuai dengan
kebutuhan layanan.Karena pada dasarnya pelaksanaan layanan penempatan
dan penyaluran bersifat luwes dan terbuka, sehingga pelaksanaannya dapat
dilakukan kapanpun sesuai dengan kesepakatan guru pembimbing dan para
pesertanya, artinya layanan penempatan dan penyaluran diselenggaraan tidak
dalam bentuk satuan-satuan paket pertemuan.Namun adakalanya pelaksanaan
layanan penempatan dan penyaluran lebih baik dilakukan pada awal tahun
pelajaran atau awal semester. Pelaksanaan layanan penempatan dan
penyaluran diisi dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan pengkajian terhadap berbagai kondisi yang terkait dengan
permasalahan subyek layanan, sesuai dengan prosedur dan langkah-
langkah yang telah ditetapkan. Setelah melalui tahap perencanaan
diatas konselor mengkaji, memantapkan dan mengesahkan hasil dari
perencanaan di atas.
2) Melaksanakan penempatan dan penyaluran siswa sesuai dengan hasil
identifikasi dan pengkajian terhadap lingkungan/ tempat yang akan
diberikan kepada siswa. Konselor disini mulai melaksanakan
penempatan dan penyaluran terhadap subyek sasaran pada lingkungan
yang sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
c. Evaluasi
Layanan penempatan dan penyaluran diselenggarakan secara bertahap,
artinya tidak selesai dalam satu kali pelaksanaan, atau tidak mengenal sesi-sesi
pelaksanaan yang berdiri sendiri-sendiri.Dengan demikian penilaian segera
yang biasanya dilaksanakan pada setiap sesi layanan konseling, tidak
dilaksanakan pada layanan penempatan dan penyaluran. Penilaian hasil
layanan penempatan dan penyaluran dilakukan setelah beberapa waktu subyek
layanan berada di lingkungan yang baru ( atau lingkungan yang diperbaharui):
1) Penilaian jangka pendek yaitu penilaian yang dilakukan setelah satu
minggu sampai satu bulan.
2) Penilaian jangka panjang yaitu penilaian yang dilakukan setelah lebih
dari satu bulan.
d. Menyusun instrument evaluasi.
Konselor perlu mempersiapkan instrument-instrumen yang terkait
dengan hal-hal yang akan di evaluasi dari proses pelaksanaan layanan
penempatan dan penyaluran.
1) Mengaplikasikan instrument evaluasi. Disini konselor mulai
membagikan instrument evaluasi contohnya angket untuk mengetahui
keterlaksanaan dan pencapaian program layanan penempatan dan
penyaluran.
2) Mengolah hasil aplikasi instrumentasi. Konselor mengolah dan
menganalisa hasil dari aplikasi instrumentasi apakah program-program
yang telah terencana sudah berjalan seluruhnya, dan apakah ada hal-hal
hasil perencanaan dan pelaksanaan yang di pandang lemah, kurang
relevan. Tujuan dari layanan penempatan sudah tercapai sepenuhnya
atau belum.
3) Melakukan tindak lanjut atau follow up. Follow up adalah tindak lanjut
dari hasil temuan dalam proses analisis dan mengolah data hasil
layanan penempatan dan penyaluran. Yaitu dengan memperbaiki
kesalahan-kesalahan atau hal-hal yang di pandang kurang relevan.
Selain itu juga mengembangkan program-program yang dirasa sudah
baik dan sesuai atau menambah beberapa hal yang dapat mendukung
peningkatan dan kualitas layanan penempatan dan penyaluran.
4. Layanan Penguasaan Konten
Berikut tahap pelaksanaan layanan penguasaan konten:
a. Perencanaan
 Menetapkan subjek atau peserta layanan
 Menetapkan dan menyiapkan konten yang akan dipelajari secara
rinci
 Menetapkan proses dan langkah-langkah layanan
 Menetapkan dan menyiapkan fasilitas layanan, termasuk media
dengan perangkat keras dan lemahnya
 Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Pelaksanaan
 Melaksanakan kegiatan layanan melalui pengorganisasian proses
pembelajaran penguasaan konten.
 Mengimplementasikan high-touch dan high-tech dalam proses
pembelajaran
c. Evaluasi
 Menetapkan materi evaluasi
 Menetapkan prosedur evaluasi
 Menyusun instrumen evaluasi
 Mengaplikasikan instrumen evaluasi
 Mengolah hasil aplikasi instrumen
d. Analisis hasil evaluasi
 Menetapkan norma / standar evaluasi
 Melakukan analisis
 Menafsirkan hasil evaluasi
e. Tindak lanjut
 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
 Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada peserta layanan
dan pihak-pihak terkait
 Melaksanakan rencana tindak lanjut
f. Laporan
 Menyusun laporan pelaksanaan layanan PKO
 Menyampaikan laporan pada pihak terkait
 Mendokumentasikan laporan layanan
5. Layanan Konseling Perorangan
Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu:
a. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga
berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap
ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
 Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport).
 Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
 Membuat penaksiran dan perjajagan.
 Menegosiasikan kontrak.
b. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling
selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini
terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
 Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai
perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang
dialaminya.
 Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-
sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
 Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
c. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu :
 Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil
proses konseling.
 Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling
sebelumnya.
 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian
segera).
 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno proses kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas :
a. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan ini merupakan tahap pengenalan, tahap
perlibatan diri atau tahap memasukan diri ke dalam kehidupan suatu
kelompok.Pada tahap ini pemimpin kelompok dan para anggota kelompok
saling memperkenalkan diri. Kemudian pemimpin kelompok memberikan
penjelasan tentang asas kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan
dan kenormatifan akan membantu masing-masing anggota kelompok
untuk mengarahkan peranan diri sendiri terhadap anggota lainnya dan
pencapaian tujuan bersama.
b. Tahap Peralihan
Tahap yang kedua dalam bimbingan kelompok adalah tahap
peralihan.Tahap ini disebut juga sebagai tahap transisi, yaitu masa setelah
pembentukan dan sebelum masa kerja (kegiatan). Pada tahap ini pemimpin
kelompok menjelaskan peranan para anggota kelompok dalam “kelompok
bebas” ataupun “kelompok tugas”, kemudian pemimpin kelompok
menawarkan apakah anggota kelompok sudah siap untuk memulai
kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan pusat dari kegiatan bimbingan
kelompok.Dalam tahap ini suasana interaksi antar anggota kelompok
mulai tumbuh dengan baik. Para anggota bersikap saling menerima satu
sama lain, saling menghormati, saling berusaha untuk mencapai suasana
kebersamaan. Dalam tahap kegiatan para anggota mencoba untuk
membicarakan suatu permasalahan yang nyata dialami oleh mereka.
Pemimpin kelompok bertugas untuk mengamati dan menentukan arah dan
tujuan apa yag diinginkan dari permasalahan yang mereka bicarakan.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok dipusatkan pada
pembahasan dan penjelasan mengenai bagaimana mentransfer apa yang
telah dipelajari anggota dalam kelompok ke dalam kehidupannya di luar
lingkungan kelompok.21
7. Layanan Konseling Kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap
berikut:
a. Tahap awal kelompok
Proses utama selama tahap awal adalah orientasi dan eksplorasi.Langkah-
langkah pada tahap awal kelompok adalah: Menerima secara terbuka dan
mengucapkan terima kasih, Berdoa, Menjelaskan pengertian konseling
kelompok, Menjelaskan tujuan konseling kelompok, Menjelaskan cara
pelaksanaan konseling kelompok, Menjelaskan asas-asas konseling
kelompok dan Melaksanakan perkenalan dilanjutkan rangkaian nama.
b. Tahap Peralihan
Tujuan tahap ini adalah membangun iklim saling percaya yang mendorong
anggota menghadapi rasa takut yang muncul pada tahap awal.Langkah-
langkah pada tahap peralihan: Menjelaskan kembali kegiatan konseling
kelompok, Tanya jawab tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih
lanjut, Mengenali suasana apabila anggota secara keseluruhan atau
sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi
suasana tersebut dan Memberi contoh masalah pribadi yang dikemukakan
dan dibahas dalam kelompok.
c. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini ada proses penggalian permasalahan yang mendalam dan
tindakan yang efektif. Menjelaskan masalah pribadi yang hendak
dikemukakan oleh anggota kelompok. Langkah-langkah pada tahap
kegiatan adalah: Mempersilakan anggota kelompok untuk mengemukakan

21 Prayitno.1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Penerbit: Ghalia
Indonesia.hlm 40
masalah pribadi masingmasing secara bergantian, Memillih/menetapkan
masalah yang akan dibahas terlebih dahulu, Membahas masalah terpilih
secara tuntas, Selingan, Menegaskan komitmen anggota yang masalahnya
telah dibahas apa yang akan dilakukan berkenaan dengan adanya
pembahasan demi terentaskan masalahnya.
d. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini pelaksanaan konseling ditandai dengan anggota kelompok
mulai melakukan perubahan tingkah laku di dalam kelompok. Langkah-
langkah pada tahap pengakhiran adalah: Menjelaskan bahwa kegiatan
konseling kelompok akan diakhiri, Anggota kelompok mengemukakan
kesan dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing, Membahas
kegiatan lanjutan, Pesan serta tanggapan anggota kelompok, Ucapan
terima kasih, Berdoa, Perpisahan, dan Teknik Layanan Konseling
Kelompok.22
8. Layanan Konsultasi
Untuk menjamin kesuksesan layanan konsultasi, maka konselor juga perlu
memperhatikan dan memahami adanya langkah-langkah pelaksanaan layanan
konsultasi. Menurut Prayitno, mengemukakan langkah-langkahnya sebagai
berikut:23
a. Perencanaan. Tahap perencanaan ini meliputi mengidentifikasi konsulti,
mengatur pertemuan, menetapkan fasilitas layanan, menyiapkan
kelengkapan administrasi.
b. Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan dimulai dari menerima seorang konsulti,
menyelenggarakan penstrukturan konsultasi, membahas masalah yang
dibawa konsulti berkenaan dengan pihak ketiga, mendorong dan melatih
konsulti untuk : mampu menangani masalah yang dialami pihak ketiga dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada, membina komitmen konsulti
untuk menangani masalah pihak ketiga dengan bahasa dan cara-cara
konseling, dan melakukan penilaian segera.
c. Evaluasi, yaitu melakukan evaluasi jangka pendek tentang keterlaksanaan
hasil konsultasi.

22 Staff.uny.ac.id/Modul Konseling Kelompok,diakses 06 Maret 2015,pukul 11.00


23 Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),hlm 30-31
d. Analisis Hasil Evaluasi, yaitu menafsirkan hasil evaluasi dalam kaitannya
dengan diri pihak ketiga dan konsultasi sendiri.
e. Tindak Lanjut adalah konsultasi lanjutan dengan konsulti untuk
membicarakan hasil evaluasi serta menentukan arah dan kegiatan lebih
lanjut.
9. Layanan Mediasi
Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi juga
melalui proses atau tahapan-tahapan sebagai berikut
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: mengidentifikasi pihak-
pihak yang akan menjadi peserta layanan, mengatur dengan calon peserta
layanan, menetapkan fasilitas layanan, dan menyiapkan kelengkapan
administrasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang meliputi kegiatan: menerima pihak-pihak yang
berselisih atau bertikai, menyelenggaraan perstrukturan layanan mediasi,
membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta
layanan, menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan,
membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan pihak –
pihak lain, melakukan penilain segera (laiseg).
c. Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi
terhadap hasil-hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi hasil layanan ialah
diperoleh nya pemahaman baru (understanding) klien, berkembangnya
perasaan positif  (comfort), dan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh
klien (action) setelah proses layanan berlangsung.
d. Analisis Hasil Evaluasi
Analisis hasil evaluasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
penafsiran hasil evaluasi dalam kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian
masalah yang dialami oleh pihak-pihak yang telah mengikuti layanan
mediasi.
e. Tindak Lanjut
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan
mediasi lanjutan  untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan
upaya perdamaian diantara pihak-pihak yang berselisih atau bertikai.
f. Laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: membicarakan laporan
yang deperlukan oleh pihatk-pihak peserta layanan mediasi dan
mendokumentasikan laporan.24
10. Layanan Advokasi
Layanan ini cukup kompleks dengan pihak-pihak terkait dan materi
pembahasannya yang bervariasi dan dapat berkembang ke berbagai arah. Oleh
karenanya, pelaksanaan layanan akan lebih memakan pemikiran, upaya dan
kerjasama semua pihak agar tercapai hasil yang optimal.
a. Perencanaan
Layanan advokasi, selain berisi identifikasi klien secara lengkap beserta
masalah dan kondisi awal dirinya, juga secara komprehensif memuat
materi dasar dan pengembangannya dan hubungannya dengan pihak-pihak
terkait.
b. Pengorganisasian Unsur-unsur dan Sarana Layanan
Setelah rencana yang bersifat terbuka dan komprehensif dipersiapkan,
sebelum layanan advokasi secara nyata diwujudkan dilapangan terlebih
dahulu diatur dan diorganisasikan segenap unsur materi dan sarana, pihak-
pihak terkait dan urusan administrasinya, waktu dan tempat, serta aspek
terkait operasional lainnya secara rapi demi kelancaran pelaksanaan
layanan.
c. Pelaksanaan layanan
Rencana dan sarana awalnya yang telah disiapkan itu dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kelancaran dan keberhasilan layanan. Selama
layanan berlangsung pengorganisasian dan pengaturan kembali segala
sesuatunya dapat dilakukan.
d. Penilaian
Penilaian terhadap hasil dan proses layanan dilakukan sesuai dengan
tahap-tahap pelaksanaan. Penilaian ini bersifat progresif tahap demi tahap

24 Prof.Dr. H Prayitno, M.Sc.Ed dan Drs.Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan dan


Konseling(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),hlm 30-31
sampai dengan penilaian akhir. Penilaian diorientasikan pada sampai
berapa jauh hak-hak klien yang ditangani melalui layanan advokasi dapat
dikembalikan secara penuh kepada klien.
e. Tindak Lanjut
Tindak lanjut dilakukan sesuai dengan hasil penilaian secara progresif
pada setiap tahap layanan. Demikian pula laporan yang dibuat, dapat
dibuat berupa laporan per tahap kegiatan dan/ atau laporan lengkap pada
akhir keseluruhan layanan, sesuai dengan keperluannya.Kegiatan layanan
advokasi diakhiri dengan disusunnya LAPELPROG (Laporan Pelaksanaan
Program) yang disampaikan kepada pihak-pihak tertentu sesuai dengan
keperluannya.25
E. Pengaruh Covid – 19 Terhadap Pemberian Layanan BK
Pandemi Covid-19 berdampak besar pada berbagai sektor, salah satunya
pendidikan.Dunia pendidikan juga ikut merasakan dampaknya.Pendidik harus
memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik berada
di rumah.Solusinya, pendidik dituntut mendesain media pembelajaran sebagai inovasi
dengan memanfaatkan media daring (online).
Ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19). Yang mana
langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan pandemic virus
corona, salah satu cara yang di terapkan di indonesia ialah Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB). Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dipindahkan di
rumah, tetapi masih harus dikendalikan oleh guru atau dosen dan orang tua dengan
menggunakan pembelajaran jarak jauh.
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC)
atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Pendidik dapat
melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media
sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media
lainnya sebagai media pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik dapat memastikan peserta didik mengikuti
pembelajaran dalam waktu bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.Pendidik

25 Prayitno, Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling (Padang: FIP-UNP, 2012), hal. 274-289
pun dapat memberi tugas terukur sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan
kepada peserta didik.
Pembelajaran daring yang diinstruksikan oleh pemerintah juga ditetapkan
dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling. Perbedaan layanan bimbingan
dan konseling dengan materi pelajaran lain adalah, layanan bimbingan dan konseling
tidak memberikan materi-materi ataupun tugas-tugas yang memberatkan siswa.
Layanan bimbingan dan konseling menyajikan layanan dalam pembelajaran daring
melalui format yang bermakna bagi siswa. Sebagai calon konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling yang profesional sudah menjadi tugas kita menyelesaikan
permasalahan anak didik, dan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang
membantu anak didik mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki serta melonggarkan
permasalahan yang mereka hadapi sesuai dengan pendapat Nurhayati, & Nurfarida,
layanan bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik atau konseli
mencapai tugas perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan
bahagia dalam kehidupannya.26Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan kolaborasi
dan sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru mata
pelajaran, pimpinan sekolah atau madrasah, staff administrasi, orang tua, dan pihak
lain yang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta didik atau
konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Penerapan layanan bimbingan dan konseling daring melalui internet
memerlukan sejumlah media yang dapat disesuaikan dengan sifat
bimbingan.Ketersediaan peralatan dan penguasaan teknologi sangat diperlukan oleh
semua pihak baik dosen sebagai pembimbing maupun mahasiswa sebagai
terbimbing.Demikian juga ketersediaan biaya kuota jaringan dan alokasi waktu yang
padat merupakan tantangan tersendiri.Guna mewujudkan penerapan layanan
bimbingan dan konseling daring, diperlukan sebuah media yang terstandar dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik hingga ketersediaan teknologi yang dapat
menunjangnya.Diperlukan juga tenaga-tenaga konselor yang terbiasa dengan pola
interaksi dan komunikasi melalui internet.
Berikut beberapa proses pemberian layanan bimbingan dan konseling daring
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan

26 Nurhayati, N., & Nurfarida, S. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling
dalam Implementasi Kurikulum 13. Jurnal Bikotetik, 2 (2), 147-154
Mencakup teknis perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software) yang akan digunakan dalam proses layanan bimbingan dan konseling
daring. Tahap persiapan juga termasuk persiapan konselor dalam hal
keterampilan, kelayakan akademik, penilaian secara etik dan hukum serta tata
kelola.
2. Proses Layanan Bimbingan dan Konseling
Proses layanan bimbingan dan konseling tidak berbeda dengan layanan
secara tatap muka. Terdiri dari pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan
dan penilaian. Perbedaan yang terjadi adalah saat tahap pelaksanaan, konselor dan
konseli harus mampu menjalin hubungan dengan bantuan perangkat lain, sehingga
proses layanan bimbingan dan konseling yang terjadi lebih fleksibel. Pemilihan
teknik atau pendekatan yang akan digunakan disesuaikan dengan permasalahan
yang dihadapi konseli.
3. Pasca Layanan Bimbingan dan Konseling
Tahap terakhir adalah tindak lanjut dari proses layanan bimbingan dan
konseling daring yang telah dilaksanakan. Terdapat tiga kemungkinan yang dapat
terjadi yaitu, (1) layanan bimbingan dan konseling daring akan sukses, ditandai
dengan kondisi konseli yang memenuhi effective daily living, (2) layanan
bimbingan dan konseling akan dilanjutkan pada proses layanan daring berikutnya,
atau (4) konseli akan direferal pada konselor atau ahli lain.27
Jadi dapat disimpulkan bahwa dikarenakan covid – 19 maka pelaksanaan
pemberian layanan bk yang dulu dilakukan secara langsung kini dilakukan secara
daring. Media yang digunakan dalam melaksanakan pelayanan bk bisa menggunakan
zoom atau pun aplikasi whatsapp. Kegiatan layanan bk yang sering dilaksanakan
ketika pandemi adalah layanan orientasi,informasi,dan konseling perorangan/
konseling individu. Disini, guru bk sangat berperan penting , karena banyak siswa
yang kurang memiliki motivasi dalam mengerjakan tugas di saat belajar daring. Oleh
karena itu, guru bk harus memberikan layanan informasi kepada siswa mengenai
motivasi belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Dan juga guru bk bisa
melakukan konseling perorangan/ konseling individu kepada siswa yang dinilai
memiliki masalah.

27 Wibowo, N. C. H., Milenia, F. I., & Azmi, F. H. (2019).Rancang Bangun Bimbingan Konseling
Online. Walisongo Journal of Information Technology, 1(1), 13–24.
Hipotesis

Menurut Sugiyono hipotesis adalah “ jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.”
Berdasarkan pengertian tersebut hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenarannya
harus dibuktikan atau di uji. Hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis nol (Ho) dan
hipotesisi alternatif (Ha). Dalam pengujian hipotesis ini, jika tidak ada pengaruh covid 19
terhadap pemberian layanan Bk pada siswa, maka Ho diterima atau Ha ditolak. Dan
sebaliknya jika Covid 19 berpengaruh terhadap pemberian layanan Bk pada siswa, maka Ho
ditolak dan Ha diterima

Hasil Penelitian

Pendidik dapat memastikan peserta didik mengikuti pembelajaran dalam waktu


bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Pendidik pun dapat memberi tugas terukur
sesuai dengan tujuan materi yang disampaikan kepada peserta didik. Pembelajaran daring
yang diinstruksikan oleh pemerintah juga ditetapkan dalam pemberian layanan bimbingan
dan konseling. Perbedaan layanan bimbingan dan konseling dengan materi pelajaran lain
adalah, layanan bimbingan dan konseling tidak memberikan materi-materi ataupun tugas-
tugas yang memberatkan siswa. Layanan bimbingan dan konseling menyajikan layanan
dalam pembelajaran daring melalui format yang bermakna bagi siswa. Sebagai calon
konselor atau guru Bimbingan dan Konseling yang profesional sudah menjadi tugas kita
menyelesaikan permasalahan anak didik, dan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling
yang membantu anak didik mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki serta melonggarkan
permasalahan yang mereka hadapi sesuai dengan pendapat Nurhayati, & Nurfarida, layanan
bimbingan dan konseling dalam upaya membantu peserta didik atau konseli mencapai tugas
perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam
kehidupannya. Agar tujuan tersebut tercapai diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja
antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah
atau madrasah, staff administrasi, orang tua, dan pihak lain yang dapat membantu kelancaran
proses dan pengembangan peserta didik atau konseli secara utuh dan optimal dalam bidang
pribadi, sosial, belajar, dan karir.28

28Nurhayati, N., & Nurfarida, S. (2018). Optimalisasi Peran dan Fungsi Guru Bimbingan dan
Konseling dalam Implementasi Kurikulum 13. Jurnal Bikotetik, 2 (2), 147-154.
Penerapan layanan bimbingan dan konseling daring melalui internet memerlukan
sejumlah media yang dapat disesuaikan dengan sifat bimbingan. Ketersediaan peralatan dan
penguasaan teknologi sangat diperlukan oleh semua pihak baik dosen sebagai pembimbing
maupun mahasiswa sebagai terbimbing. Demikian juga ketersediaan biaya kuota jaringan dan
alokasi waktu yang padat merupakan tantangan tersendiri. Guna mewujudkan penerapan
layanan bimbingan dan konseling daring, diperlukan sebuah media yang terstandar dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik hingga ketersediaan teknologi yang dapat
menunjangnya. Diperlukan juga tenaga-tenaga konselor yang terbiasa dengan pola interaksi
dan komunikasi melalui internet.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan metode
angket dan dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah :

1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.29
Wawancara juga disebut sebagai interview.Menurut Emzir dikutip
dari Pastiguna menjelaskan bahwa  wawancara merupakan  teknik penelitian dengan
menggunakan komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi melalui
tanya jawab atas peneliti dengan informan. Teknik wawancara umumnya digunakan
pada penelitian kualitatif. Karena dengan metode pengumpulan data ini peneliti dapat
memperoleh informasi yang mendalam. Meskipun begitu teknik
penelitian wawancara juga dapat digunakan pada penelitian
kuantitatif30.Sugiyonomenjelaskan bahwa penelitian ini dapat digunakan (pada
penelitian kuantitatif) jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan masalah yang harus diteliti, dan bila peneliti ingin mengetahui hal-hal

29Lexi J Moloeng, (2006), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.
186
30Emzir, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif. (Jakarta: Rajawali Pers)
dari responden secara lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Dari kedua
penjelasan tersebut maka dapat dijellaskan bahwa teknik pengumpulan data
wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
berkomunikasi secara langsung dengan informan. Teknik ini bertujuan untuk
menemukan permasalah awal (studi pendahuluan) dan juga mengetahui hal-hal secara
lebih mendalam.31

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian Pembelajaran daring yang diinstruksikan oleh
pemerintah juga ditetapkan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Perbedaan layanan bimbingan dan konseling dengan materi pelajaran lain adalah,
layanan bimbingan dan konseling tidak memberikan materi-materi ataupun tugas-
tugas yang memberatkan siswa. Layanan bimbingan dan konseling menyajikan
layanan dalam pembelajaran daring melalui format yang bermakna bagi siswa.
Sebagai calon konselor atau guru Bimbingan dan Konseling yang profesional sudah
menjadi tugas kita menyelesaikan permasalahan anak didik, dan memberikan layanan
Bimbingan dan Konseling yang membantu anak didik mengoptimalkan kemampuan
yang dimiliki serta melonggarkan permasalahan yang mereka hadapi. Agar tujuan
tersebut tercapai diperlukan kolaborasi dan sinergisitas kerja antara konselor atau guru

31Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta).
bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah atau madrasah, staff
administrasi, orang tua, dan pihak lain yang dapat membantu kelancaran proses dan
pengembangan peserta didik atau konseli secara utuh dan optimal dalam bidang
pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Penerapan layanan bimbingan dan konseling daring melalui internet
memerlukan sejumlah media yang dapat disesuaikan dengan sifat bimbingan.
Ketersediaan peralatan dan penguasaan teknologi sangat diperlukan oleh semua pihak
baik dosen sebagai pembimbing maupun mahasiswa sebagai terbimbing.

B. Saran
Pada saat pandemi covid-19 ini Guru diharapkan untuk tetap memberikan
layanan Bimbingan dan konseling kepada murid seperti layanan informasi,Bimbingan
Kelompok, Konseling Kelompok dan bahkan bisa Konseling Individu dengan daring
dengan menggunakan media zoom atau sebagainya karena pada masa covid-19 siswa
membutuhkan layanan BK. Guru bk bisa memanfaatkan media sosial untuk tetap
memberikan layanan sesuai yang dibutuhkan oleh siswa .

Daftar Bacaan

Ketut,DewaSukardi. 2008. PengantarPelaksanaan Program Dan Bimbingan Dan Konseling


Di Sekolah. Jakarta,:RinekaCipta
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali
Pers
Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta, Ciputat Pers., cet-1.
Hallen .2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta:Quantum Teaching
Juntika, Achmad Nurihsan. 2009. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan .Bandung : PT Refika Aditama.
Lexi J Moloeng. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nurhayati, N., & Nurfarida, S. 2018. Optimalisasi Peran dan Fungsi Guru Bimbingan dan
Konseling dalam Implementasi Kurikulum 13. Jurnal Bikotetik, 2 (2)
Masturin. 2009. Media BKI Sekolah. kudus; STAIN KUDUS
Munir, Samsul Amin. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta, Amzah.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. Tabanan, Rinera Cipta.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Penerbit:
Ghalia Indonesia
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta:PT.Rineka
Cipta
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: FIP-UNP.
Prayitno. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,  Jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin. 2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (BerbasisIntegrasi).
Jakarta : PT Grafindo Persada.
Tarmizi. 2018. Profesionalisasi Profesi Konselor Berwawasan Islam. Medan: Perdana
Publishing
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Wibowo, dkk. 2019. Rancang Bangun Bimbingan Konseling Online. Walisongo Journal of
Information Technology, 1(1), 13–24.
https://nellysside.wordpress.com/2013/09/25/pelayanan-bimbingan-dan-konselingpada
satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah-kurikulum-2013-2/
http://agassigudangmahasiswa.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-tujuan-arah pelayanan.html
Staff.uny.ac.id/Modul Konseling Kelompok,diakses , 06 Januari 2021 pukul 11.00

Anda mungkin juga menyukai