Oleh:
1
1
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan pengabdian masyarakat
melalui peningkatan kualitas layanan pendidikan di masa pandemi covid-19 melalui
pendampingan literasi digital pada MI Darussalam Karanglo Jombang. Diharapkan melalui
pendampingan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang gambaran umum
pelaksanaan pembelajaran daring di masa pandemi covid-19 dengan segala peluang dan
tantangannya.
Selama ini pembelajaran daring masih dilaksanakan secara terbatas, normatif dan tanpa
evaluasi. Sementara itu tuntutan kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa harus diberikan secara
tuntas. Akibatnya sebagian anak mengalami kendala karena keterbatasan akses serta guru merasa
kehabisa ide dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam upaya memberikan layanan pembelajaran yang tepat/sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan anak didik maka diperlukan langkah-langkah yang sistematis. Langkah itu diawali
dengan proses analisis SWOT untuk mendeteksi permasalahan dan peluang Madrasah di masa
pandemi. Setelah melalui proses analisa tersebut diperoleh gambaran kemampuan dan kebutuhan
lembaga secara umum. Apabila proses analisa tidak dilakukan maka pengelolaan pembelajaran
yang dilakukan tidak memiliki dasar/pijakan untuk mencapai indikator materi pembelajaran yang
diharapkan. Demikian Anak-anak didik tidak terdeteksi indikatornya dalam menguasai materi
pembelajaran karena desain materi pembelajaran tidak terkontrol dengan baik. Materinya tidak
dapat diterima secara baik sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan belajar anak asuh. Kegagalan
dalam pembelajaran dapat diakibatkan oleh tidak adanya data hasil analisa. Dengan demikian
analisa memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran.
Kami menyadari bahwa pendampingan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi keberlanjutan
kegiatan pendampingan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penelitian ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Diversifikasi kurikulum diartikan sebagai pelayanan yang beragam terhadap setiap siswa.
Sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, diversifikasi pelayanan kurikulum
merupakan tuntutan. Dikatakan demikian, karena penerapan pendekatan ini akan efektif apabila
kurikulum yang disusun bersifat fleksibel dan mampu mengakomodasi keberagaman yang dimiliki
oleh peserta didik serta keberagaman tuntutan dunia kehidupan manusia pada konteksnya masing-
masing. Secara umum keberagaman tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu keberagaman
kecenderungan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dan keberagaman konteks
belajar seperti kondisi lingkungan geografis, sosial-ekonomi dan budaya1. Pandemi covid-19
menjadi konteks saat ini dalam menentukan bentuk materi pelajaran sebagai wujud diversifikasi
kurikulum.
1
Delphie, Bandie. Prof. Dr.MA.SE, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting pendidikan Inklusi,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2006), 45
4
kesopanan dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya, dan (3) memiliki tanggung jawab yang
tinggi dan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan sesuai dengan dasar ilmu
yang diterimanya di sekolah2.
Memenuhi harapan mutu pendidikan yang tinggi tentu diperlukan desentralisasi terhadap
fungsi-fungsi manajemen di sekolah untuk mengoptimalkan kebijakan pada tingkat manajemen
sekolah dalam melaksanakan programnya. Desentralisasi fungsi-fungsi administrasi dan
manajemen ini memberi kewenangan kepada kepala sekolah bersama seluruh personal sekolah
untuk menentukan visi dan misi, menyusun perencanaan sekolah, membagi tugas kepada seluruh
personal, memimpin penyelenggaraan program sekolah, melakukan pengawasan dan perbaikan
sesuai dengan keperluan3. Keterkaitan ini menunjukkan bahwa peranan antara para professional,
orang tua dan masyarakat saling melengkapi memenuhi tuntutan kualitas sekolah.4
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5
menegaskan bahwa: Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Secara implisit Undang-Undang tersebut mengamanatkan bagi
penyelenggara pendidikan untuk mengakomodir sebuah layanan pendidikan dan pembelajaran
menyeluruh bagi semua siswa termasuk dalam kondisi khusus, seperti pada masa pandemi.
Sekolah yang berbasis diversifikasi kurikulum adalah sekolah yang mengijinkan peserta
didik melaksanakan pembelajaran sesuai konteks. Pengertian ini secara umum berarti bahwa
peserta didik mendapatkan pelayanan pendidikan dan tanggung jawab seorang guru kelas. Dalam
pendidikan ini peserta didik dapat menerima instruksi di setting yang berbeda seperti di ruang
virtual jika diperlukan, tetapi kelas secara umum tetap merupakan ruang utama peserta didik untuk
belajar.
Pendidikan bebasis literasi digital pada hakekatnya adalah bagaimana memahami segala
kesulitan pendidikan yang dihadapi oleh peserta didik di masa pandemi covid-19. Pendekatan
pendidikan ini tidak seharusnya melihat hambatan dari sisi anak/peserta didik yang memiliki
kekurangan dalam akses digital, melainkan harus melihat hambatan ini dari sistem pendidikannya
sendiri, kurikulum yang belum sesuai untuk mereka, sarana yang tersedia belum memadai, guru
2
Ibid, 65
3
Suharno. Manajemen Pendidikan (Sebuah Pengantar bagi Para Calon Guru). (Surakarta: Lembaga Pengembangan
Pendidikan UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan, UNS Press. 2008), hlm 69-70.
4
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010),170.
5
yang belum siap melayani mereka dsb. Dengan demikian untuk merubah yang tereksklusifkan
menjadi terinklusi adalah dengan mengidentifikasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi peserta
didik dan mengupayakan sekolah untuk dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi
hambatan-hambatan tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan siswa. Sekolah/ Madrasah sebagai
pelayan pendidikan seharusnya menyediakan dukungan yang diperlukan dan dibutuhkan oleh
anak-anak yang mengalami kendala belajar di masa pandemi covid-19.
B. Tujuan
Berdasarkan kajian empirik tersebut, maka fokus dalam penelitian ini lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas layanan pendidikan melalui pengembangan program literasi digital dalam
bentuk pengembangan kurikulum serta model pembelajaran bagi siswa Madrasah Ibtida’iyah. Dari
program ini diharapkan termilikinya pengetahuan dan pemahaman tentang modifikasi kurikulum
bagi madrasah penyelenggara pembelajaran di masa pandemi covid-19 dan bagi guru di madrasah
mampu mengembangkan model pembelajaran yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata guru
kelas agar dapat mengembangkan ranah pendidikan sebagai sasaran akhir pembelajaran.
1. Letak madrasah yang berada di desa, dimana di sekitar madrasah terdapat 2 Sekolah Dasar
Negeri dan 1 MI Swasta. Mayoritas siswa di MI Darussalam berasal dari keluarga petani yang
kesulitan dalam akses internet.
2. Di setiap kelas ditemukan beberapa siswa yang berkendala dalam melakuka pembelajaran
daring dan memerlukan layanan khusus yang integral dengan kurikulum yang ada.
3. Berdasarkan kesepakatan antara kepala madrasah dan dewan guru mulai tahun pelajaran
2020/2021 melaksanakan pembelajaran daring meskipun belum memiliki strategi pembelajarn
yang tepat dan integral, akhirnya beberapa siswa terancam tidak dapat pelayan pembelajaran
dengan baik.
4. Kemauan keras dan komitmen guru yang kuat untuk belajar dan berkembang menjadi lebih
baik dan komitmen kuat untuk memberi pelayanan yang sama baik bagi siswa.
6
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam memiliki tenaga pendidik sebanyak 16 orang, 65% guru
perempuan dan 35% guru laki-laki dengan kualifikasi pendidikan bervariasi, 85% S1, 15% D2 dan
masih menempuh pendidikan S1. Jumlah siswa di tiga tahun ajaran terakhir cenderung naik,
dimana kelas 1, 2 dan 3 memiliki 2 rombongan6. Bahkan, berdasarkan kesepakatan antara kepala
madrasah dan dewan guru pada tahun pelajaran 2020/2021 melaksanakan pembelajaran secara
daring.7
Ada tiga hal yang teridentifikasi dari madrasah bimbingan yang perlu mendapatkan
perhatian lebih yaitu Pertama: Kurikulum yang diterapkan masih menggunakan kurikulum KTSP
yang mana standar nilai dan standar proses masih dikembangkan secara luring. Sehingga ketika
madrasah melihat bahwa ada beberapa kasus 'istimewa' dalam tiap-tiap kelas dimana terdapat
siswa berkendala dalam daring, guru mengalami kebingungan untuk menentukan dan menerapkan
metode pembelajaran yang tepat agar materi pembelajaran bisa terserap oleh seluruh peserta didik.
Hal ini mengakibatkan peserta didik yang mengalami keterbatan akses internet terabaikan.
Perlakuan ini dikarenakan belum ada standar kriteria ketuntasan minimal yang diberlakukan bagi
anak yang tersebut untuk mengukur ketercapaian pembelajaran. Hal ini mengakibatkan belum
adanya sinergi antara kurikulum, metode pembelajaran dan lingkungan sosial yang mendukung
terwujudnya sekolah yang berbasis literasi digital.
5
Dokumen Instrumen Evaluasi Diri MI Darussalam Karanglo Jombang, Hal. 3
6
Hasil wawancara dengan Miftahul Izzah, Kepala MI MI Darussalam Karanglo, tanggal 21 Agustus 2020
7
Hasil wawancara dengan Miftahul Izzah, Kepala MI Darussalam Karanglo dan pengamatan lapangan, tanggal 23
Agustus 2020.
7
Kedua: Guru di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam memiliki modal besar berupa komitmen
tinggi dan kemauan yang kuat dalam mengikuti berbagai inovasi kurikulum dan metode
pembelajaran yang lebih baik. Hal ini selaras dengan filosofi Total Quality Management dalam
dunia pendidikan yang berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka budaya kerja
yang mantap harus terbina dan berkembang dengan baik dengan diri seluruh karyawan yang
terlibat dalam pendidikan. Motivasi, sikap, kemauan dan dedikasi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan adalah bagian terpenting dari budaya kerja itu8. Semua hal itu dapat dilihat dari
partisipasi aktif dari semua guru dalam memecahkan masalah yang timbul dalam kegiatan belajar
mengajar melalui berbagi pendapat secara informal yang dilakukan disela-sela waktu istirahat dan
dilakukan dua kali seminggu ketika pulang sekolah. Para guru membentuk tim kecil untuk
mengidentifikasi kesulitan dan mencari jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi. Hal ini dilakukan
mengingat hampir tiap kelas memiliki anak yang berkendala akses daring. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemauan kuat dan komitmen yang mereka bangun perlu didasari dengan tehnik assesement
yang tepat agar kualitas layanan pendidikan menyeluruh terwujud.
Ketiga : Siswa-siwi Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda berasal dari latar belakang ekonomi dan
sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar siswa–siswi berasal dari keluarga miskin dari beberapa
desa yang menempuh jarak terjauh sekitar 7 Km dari madrasah. Disiplin belajar siswa–siswi
Madrasah Ibtidaiyah Darussalam secara umum baik, hal ini terlihat dari kedisiplinan mematuhi
peraturan semisal apabila anak mendapat tugas dan nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal
yang ditentukan mereka akan mencari guru untuk mendapatkan tugas tambahan, partisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar dan kemampuan bersosialisasi yang baik walau dengan beberapa teman
yang berbeda latar belakang pekerjaan orang tua.
1. Madrasah mampu memberikan layanan pendidikan bagi semua peserta didik termasuk bagi
siswa yang mengalami keterbatasan akses internet.
8
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 224.
8
BAB II
METODE PENDAMPINGAN
No Langkah-langkah Kegiatan
3. yang dihadapi, Mengkaji literasi digital untuk dijadikan fokus kegiatan PAR
Masalah dan Kebutuhan yang dapat dirumuskan dengan menggunakan
teknis Pohon Masalah dan Pohon Harapan
a. Perencanaan
Pada tahap ini tim pendampingan melakukan sosialisasi program kepada subyek
dampingan untuk mengembangkan model pendampingan yang optimal sesuai dengan
kondisi lapangan madrasah dampingan. Untuk memperoleh informasi yang up to date
mengenai kondisi madrasah yang menjadi dampingan observasi lapangan ke lokasi yang
bersangkutan dilakukan. Informasi mengenai kondisi terakhir madrasah dampingan
diperoleh dua bulan yang lalu. Oleh karena itu kondisi up to date perlu diketahui sebagai
sebuah pra penelitian.
11
b. Pelaksanaan
Langkah kedua ini merupakan realisasi dari kegiatan pendampingan peningkatan Kualitas
Layanan Pendidikan Melalui Pengembangan Program Literasi Digital pada MI MI
Darussalam Karanglo Jombang yang telah direncanakan bersama antar tim pendampingan
dan subyek dampingan. Diantara program yang direncanakan adalah : mengadakan
pelatihan penyelenggaraan sekolah berbasis literasi digital, mengadakan sosialisasi
program literasi digital dengan melibatkan stakeholder madrasah diantaranya : Yayasan,
Guru, Wali murid, Komite dan melibatkan instansi yang terkait dalam penyelenggaraan
pendidikan diantaranya Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Jombang, Kasi Mapenda
Kemenag Kab. Jombang, melaksanakan pendampingan Identifikasi kebutuhan siswa
dalam rangka pendidikan berbasis literasi digital dalam rangka menentukan strategi/model
pembelajaran yang tepat, melaksanakan praktik pendampingan penyusunan KTSP yang
memasukkan unsur literasi digital di madrasah yang dilaksanakan secara periodik.
BAB III
HASIL DAMPAK PERUBAHAN
A. Dampak Perubahan
Masyarakat yang ikut menjadi partisipan dalam kegiatan pengabdian ini memiliki latar
belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian ada yang hanya lulusan SD (Sekolah Dasar).
Ada pula yang hanya lulusan pada tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan bahkan ada
yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai masyarakat putus sekolah. Usia merekapun
menjadi faktor hambatan dalam melakukan pengabdian ini. Hal ini tentu agak menyulitkan
pemateri dalam menyampaikan informasi. Namun dengan pendekatan yang lebih santai dan
langsung praktik, para peserta nampaknya menikmati dalam mengikuti kegiatan tersebut.
Berbagai upaya pemberdayaan dalam kehidupan sosial bermasyarakat memiliki kendala yang
berbeda-beda, namun bisa jadi kita dapatkan kendala yang sama. Setiap upaya pemberdayaan yang
dilakukan akan berjalan dengan baik jika ada kerja-sama yang optimal dari semua pihak yang
terlibat. Banyak faktor yang menyebabkan suatu upaya pemberdayaan dapat berjalan dengan
maksimal atau tidak di antaranya adalah: ketersediaan dana, keterlibatan secara aktif para
partisipan, adanya penggerak yang progresif, dan semua unsur yang dibutuhkan dalam tindakan
pemberdayaan tersebut.
Dari beberapa tindakan partisipatif yang dilaksanakan, ada yang maksimal dan ada yang
kurang maksimal. Salah satunya adalah upaya membangun semangat kebersamaan bagi para
peserta program peningkatan kualitas layanan pendidikan di masa pandemi covid-19 ini. Supaya
kegiatan pemberdayaan ini bisa berjalan perlu adanya pendampingan yang berkelanjutan.
Kemudiam, kegiatan workshop dan pelatihan pemberdayaan keterampilan dirasa kurang
maksimal hasilnya karena target dan tujuan dari kegiatan tersebut adalah memberikan pemahaman
tentang bagaimana memberi ketrampilan kepada wali murid dan guru dalam melaksanakan
pembelajaran berbasis daring. Ternyata dalam program pelatihan keterampilan ini hanya mampu
menampung 20 wali murid saja. Namun harapan kami dengan adanya pembinaan yang diwakili
oleh sementara wali murid yang berjumlah 15 ini akan bertambah banyak sehingga bisa diikuti
oleh masyarakat secara umum.
Upaya pemberdayaan dalam kesadaran pendidikan di MI Karanglo Mojowarno Jombang yang telah
dilakukan sudah berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya kerja-sama yang baik antara tim
14
pengusul kegiatan, yayasan Miftahul Huda, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) LP2M IAIN SMH
Banten dan masyarakat setempat. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti dalam
rangka peningkatan pemberdayaan ke depan, yang sekaligus menajdi rekomendasi dalam kegiatan
pemberdayaan ini. Beberapa rekomendasi dan rencana tindak lanjut tersebut adalah:
Pertama, perlu adanya pendampingan berkelanjutan dalam memotivasi kesadaran agar memiliki
kesadaran pendidikan. Keberlanjutan (sustainablity) pendampingan dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan yayasan Laksita yang notabene berada di lingkungan masyarakat yang menjadi subjek dampingan.
Kedua, perlu dilakukan pembinaan, khususnya anak-anak usia sekolah secara terfokus yang
berbasis pada life skill education. Beberapa pembinaan yang terfokus pada life skill yang telah
dilakikan oleh tim pengusul seperti budidaya bertanam jamur, membuat kerajinan berbahan lidi,
dan membikin bahan kerajinan berbahan kertas koran, masih perlu ditambah dengan pembekalan
ketrampilan lain sesuai dengan potensi masyarakat dampingan.
Ketiga, agar keterampilan yang telah mereka miliki tidak terhenti pada pada proses produksifitas,
diperlukan upaya-upaya untuk membantu mereka dalam meningkatkan produksi kerajinan tangan yang
dihasilkan, yaitu diperlukan strategi bantuan pemasaran terhadap produk-produk yang telah dihasilkan
mereka.
Keempat, kegiatan life skill yang dilakukan ini bisa diikuti oleh masyarakat sekitar. Artinya
perlu adanya program replikasi atau penularan dari program yang sedang diberdayakan pada
masyarakat desa Tegal Jeruk ke desa-desa lain. Sehingga program life skill educatioan seperti ini
banyak diberdayakan diseluruh masyarakat. Oleh karena itu segala bentuk bantuan dan dukungan
dari lembaga pemerintah, swadaya masyarakat, dan pihak-pihak terkait sangat diharapkan demi
tercapainya keberlanjutan (sustainability) program pemberdayaan masyarakt ini.
Dari data yang didapatkan dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan.
Pertama, Pendidikan dapat mengubah kondisi masyarakat menjadi lebih maju baik secara sosial
dan ekonomi. Dengan pendidikan yang tinggi masyarakat akan memiliki wawasan yang luas untuk
mengatur arah masa depan yang lebih baik. Kedua, Kondisi riil MI Karanglo Mojowarno saat ini
masih tertinggal secara pendidikan dan kesejahteraan. Kondisi riil ini diperparah dengan persepsi
sebagian masyarakat yang belum memiliki kesadaran mengenai pentingnya pendidikan bagi anak-
anak. Ketiga, Pemberdayaan program keterampilan bagi masyarakat khususnya pada anak-anak
memiliki prospek yang cukup cerah karena didukung oleh kondisi masyarakat yang terus
mengalami transformasi kearah yang lebih maju. Tinggal bagaimana menyiapkan tenaga di bidang
manajemen yang ahli, dan lebih terampil. Dan keempat, pada saat ini pemberdayaan keterampilan
15
yang dilakukan adalah kegiatan keterampilan membuat bahan dari kertas, kerajinan berbahan lidi,
dan budi daya jamur
B. Diskusi Keilmuan
Tujuan penelitian ini untuk melihat dampak Covid-19 terhadap proses pembelajaran bagi guru
dan peserta didik (siswa). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan tujuan untuk
mempedalam data yang diperoleh, berikut hasil dari wawancara dengan salah satu guru di SD
Negeri Sugihan 03 Bendosari: “Semenjak munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia, bahkan
sudah sampai diwilayah sini (SD Negeri Sugihan 03 Bendosari) banyak dampak yang saya
rasakan ketika proses pembelajaran daring dilakukan, salah satunya adalah pembuatan RPP yang
bersistem daring, saya (guru) dituntut untuk mampu melakukan pembelajaran daring. Persiapan
saya (guru) untuk melakukan pembelajaran daring sangat kurang maksimal.”
Selain itu, damapak yang dirasakan oleh guru di MI Karanglo Mojowarno adanya keterbatasana
fisik yang sulit mengkomunikasikan materi pada siswa. Karena kondisi psikologis dan kognitif
siswa yang berbeda-beda. Hal ini meskipun sudah dengan penggunaan via zoom agar guru dan
murid dapat berinteraksi secara tatap muka.
Meskipun demikian adanya, dapat diambil manfaat fari dampak pandemic ini oleh guru.
Hal ini berdasarkan wawancara bahwa :
“Akan tetapi ada dampak positif yang dapat diambil oleh para guru, dampak positif yang
dimaksud adalah para guru bisa menjadi lebih kreatif dalam penggunaan media pembelajaran
yang berbasis teknologi.”
Penyebaran coronavirus ini pada awalnya sangat berdampak pada dunia ekonomi yang mulai lesu,
tetapi kini dampaknya dirasakan juga oleh dunia pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak
negara termasuk Indonesia dengan meliburkan seluruh aktivitas pendidikan, membuat pemerintah
dan lembaga terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik yang tidak
bisa melaksanakan proses pembelajaran berlangsung disekolah.
Aktivitas yang melibatkan kumpulan orang-orang kini mulai dibatasi termasuk kegiatan
pembelajaran di sekolah-sekolah. Pemerintah sudah mengimbau untuk beraktivitas dirumah, hal
ini untuk menekan angka pasien yang tepapar Covid-19. Menteri Nadiem Anwar Makarim
menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor
36962/MPK.A/HK2020 tetang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease
16
(Covid-19), maka kegiatan belajar dilakukan secara daring (online) atau pembelajaran jarak jauh
dalam rangka pencegahan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19).
Proses pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya
peningkatan pengetahuan dan skill dalam belajar. Selain itu banyak siswa menganggap bahwa
sekolah adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial. Sekolah secara keseluruhan adalah
media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa
kasih sayang di antara mereka. Tetapi sekarang kegiatan di sekolah berhenti dengan tiba-tiba
karena adanya atau munculnya Covid-19.
Kesamaan kondisi Indonesia saat ini dengan negara-negara lain di belahan dunia harus
segera diatasi dengan seksama. Kementrian Pendidikan di bawah kepemimpinan Mentri Nadiem
Makarim, mendengungkan semangat peningkatan produktifitas bagi siswa untuk mengangkat
peluang kerja ketika menjadi lulusan sebuah sekolah. Namun dengan hadirnya wabah Covid -19
yang sangat mendadak, maka dunia pendidikan di Indonesia perlu mengikuti alur yang sekiranya
dapat membantu kondisi sekolah dalam keadaan darurat. Sekolah-sekolah juga perlu memaksakan
diri menggunakan media daring, agar proses pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh ini
dapat berlangsung dengan baik.
Namun penggunaan teknologi bukan berarti tidak ada masalah, banyak kendala-kendala
atau masalah-masalah yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran dengan metode
daring, diantaranya adalah:
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa
Keterbatasan penugasan teknologi informasi yang terjadi yaitu, dilihat dari kondisi guru di
Indonesia tidak seluruhnya mampu memahami penggunaan teknologi (Andriani, 2015). Hal ini
juga dapat dilihat dari guru-guru yang lahir tahun 1980-an. Kendala teknologi informasi
membatasi mereka dalam menggunakan media daring, begitu juga dengan siswa yang kondisinya
mungkin hampir sama dengan para guru-guru yang dimaksud dengan pemahaman penggunaan
teknologi. Senada dengan penelitian Dewi (2020) bahwa beberapa guru senior belum sepenuhnya
mampu menggunakan perangkat atau fasilitas untuk penunjang kegiatan pembelajaran online dan
perlu pendampingan dan pelatihan terlebih dahulu. Jadi, dukungan dan kerjasama orang tua demi
keberhasilan pembelajaran sangat dibutuhkan. Komunikasi guru dan sekolah dengan orang tua
harus terjalin dengan lancar.
17
pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring di rasa sangat kurang efektif bagi guru
terutama untuk anak usia sekolah dasar, karena pembelajaran yang dilakukan secara daring atau
pembelajaran jarak jauh yang dilakukan dirumah tersebut, maka guru juga kurang maksimal dalam
memberikan materi pembelajaran. Sehingga menjadikan materi tidak tuntas dan penggunaan
media pembelajaran dalam pembelajaran daring juga dirasa tidak maksimal. Hal ini
mengakibatkan peserta didik juga merasa sangat jenuh akan pembelajaran daring, mereka juga
akan cepat bosan dengan pemberian tugas setiap harinya.
19
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran online
merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan
melalui online atau dengan mengakses jaringan internet dengan menggunkan media sosial untuk
saling bertukar informasi dan interaksi dengan menggunakan aplikasi whatsApps grup. Proses
pembelajaran dimulai pada pukul 07.00 WIB guru mengirim tugas kepada siswa kemudian
jawaban siswa dikirim melalui chat pribadi kepada guru dan diberi waktu batas pengumpulan
jawaban sampai pukul 12.00 WIB. Dalam sehari terdapat dua pembelajaran salah satu
pembelajarannya ada unsur cinta lingkungan dan ditambah dengan pembelajaran di TVRI.
Kemudahan pembelajaran online antara lain bagi guru hasil belajar siswa dapat diketahui secara
langsung, kegiatan belajar tidak terbatas jarak, waktu dan tempat, dalam proses belajar dapat
didampingi oleh orang tua, siswa dapat mengakses jaringan internet, siswa dapat memanfaatkan
media yang ada dilingkungan sekitanya, memiliki banyak waktu dengan keluarga, dapat bermain
handphone, tidak pelu bangun pagi, dan waktu bermain lebih banyak.
Sedangkan kendala yang dialami guru dan siswa antara lain guru Dalam mengevaluasi
kegiatan belajar guru harus lebih fokus dan teliti, siswa atau orang tuanya tidak memiliki telepon
genggam berbasis android, siswa atau orang tua tidak memiliki paket data internet, sulit memahami
materi yang disampaikan guru lewat media online, kurangnya pemahaman orang tua sehingga
mereka tidak dapat mengajarkan kepada anaknya, jaringan internetnya yang terkadang tidak stabil.
Guru dalam mengevaluasi kegiatan belajar harus lebih fokus dan teliti dan setiap harinya harus
merekap nilai-nili siswa agar tidak terjadi kesalahan. Bagi siswa yang tidak memiliki telpon
genggam berbasis android dan paket data internet siswa dapat bergabung dengan temannya yang
rumahnya paling dekat atau menuliskan tugas yang tertinggal dibuku kemudian dikumpul sebelum
pembagian raport. Bagi siswa yang tidak dapat memahami materi atau soal yang diberikan dapat
bertanya ke orang tuanya. Jika sudah benar-benar tidak bisa guru membantu menjawab pertanyaan
siswa dengan mengirim jawaban cara atau petunjuk penyelesaian soalnya. Jika orang tuanya tidak
dapat mengajarkan anaknya dalam memahami materi atau menyelesaikan soal siswa dapat
bertanya dengan orang disekitarnya atau dengan temannya.
20
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran peneliti terhadap guru dan siswa dalam pembelajaran
online adalah:
1. Bagi guru harus selalu mamantau hasil belajar siswa setiap hari sesuai dengan jadwal
yang sudah diberikan.
2. Pembelajaran yang diberikan oleh guru harus diselingi dengan pembelajaran yang
menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran online.
3. bagi siswa tetap mengikuti pembelajaran dan jadwal yang sudah ditetapkan.
4. Siswa harus lebih aktif dalam pembelajaran miskipun dengan kondisi ditengah pandemi
seperti ini walaupun pembelajarannya menggunakan media online.