Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Magnesium klorida merupakan salah satu nama dari senyawa kimia dengan rumus
MgCl2, dan dalam bentuk hidrat MgCl2.x.H2O. Magnesium klorida adalah salah satu garam
yang mempunyai peranan penting dalam industri kimia. Pemanfaatan lain dari MgCl2 pada
berbagai bidang antara lain:
a. Bahan pembuat keramik, semen, kertas, industri tekstil , fireproofting agent dan
komponen zat penahan panas pada kayu
b. Sebagai koagulan dalam pembuatan tahu dari kedelai di cina dan Jepang
c. Bahan penyimpan hidrogen
d. Sebagai bahan utama dalam memproduksi magnesium oksida , magnesium
karbonat dan zat antifreeze.
e. Sebagai fertilizer untuk pertanian
Tabel 1. Data Impor MgCl2 tahun 2010 – 2016

Dari data diatas dapat diketahui bahwa impor MgCl2 semakin meningkat setiap
tahunnya, Indonesia masih mengimpor untuk memenuhi kebutuhan magnesium klorida di
karenakan tidak adanya pabrik yang memproduki magnesium klorida di dalam negeri.
Untuk mendapatkan konsentrasi larutan MgCl2 yang tinggi maka perlu dilakukan
evaporasi. Evaporasi yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan FFE (Falling Film
Evaporator). FFE suatu jenis alat untuk meningkatkan konsentrasi suatu solusi dengan
mekanisme evaporasi. Alat ini telah lama digunakan misalnya pada produksi pupuk organik,
proses desalinasi, industri kertas, dan bubur kertas, industri bahan pangan dan bahan biologi,
dan lain-lain. peningkatan konsentrasinya dilakukan dengan menguapkan pelarutnya yang
umumnya udara. Proses ini sering digunakan untuk larutan kental, larutan sensitif terhadap
panas, larutan yang mudah terdekomposisi, dan penguapan perbedaan suhu rendah.
I.2 Tujuan Percobaan
- Mengerti dan Memahami proses evaporasi dalam FFE
- Mampu mengoperasikan peralatan FFE dengan benar
- Mampu melakukan perhitungan perpindahan massa dan panas untuk proses
evaporasi pada peralatan FFE
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2. Evaporasi
Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan suatu larutan yang terdiri
atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang nonvolatile (Saleh, 2004).
Pelarut yang digunakan dalam proses evaporasi adalah air. Evaporasi dilakukan dengan
menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang
konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi berbeda dengan destilasi, karena uapnya adalah
komponen tunggal. Evaporasi berbeda pula dengan kristalisasi, karena evaporasi digunakan
untuk memekatkan larutan bukan untuk membuat zat padat atau kristal (MC. Cab,dkk.,1993).
Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik
didih yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya. Pada industri
susu, titik didih normal air (sebagai pelarut susu) 100°C, sedang padatan susu praktis tidak
bisa menguap. Jadi, dengan menguapnya air dan tidak menguapnya padatan, akan diperoleh
larutan yang makin pekat (Saleh, 2004).
II.2 Evaporator
Menurut Gaman (1994), mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan
oleh alat pemindah panas, kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau
larutan sehingga suhu larutan akan naik sampai mencapai titik didih. Uap yang dihasilkan
masih digunakan atau disuplai sehingga terjadi peningkatan tekanan uap. Di dalam
evaporator terdapat 3 bagian,yaitu:
a. Alat pemindah panas
Berfungsi untuk mensuplai panas, baik panas sensibel (untuk menurunkan suhu)
maupun panas laten pada proses evaporasi. Sebagai medium pemanas umumnya
digunakan uap jenuh.
b. Alat pemisah
Berfungsi untuk memisahkan uap dari cairan yang dikentalkan.
c. Alat pendingin
Berfungsi untuk mengkondensasikan uap dan memisahkannya. Alat pendingin ini
bisa ditiadakan bila sistem bekerja pada tekanan atmosfer.
Selama proses evaporasi dapat terjadi perubahan-perubahan pada bahan antara lain
perubahan viskositas, kehilangan aroma, kerusakan komponen gizi, terjadinya pencokelatan
dan lain-lain (Tejasari, 1999). Besarnya suhu dan tekanan evaporator sangat berpengaruh
terhadap proses penguapan cairan. Semakin tinggi maka semakin cepat proses evaporasi,
tetapi dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bahan
(Gaman, 1994).
II.3 Falling Film Evaporator
Menurut Geankoplis (1993) Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter)
yang dilapisi dengan jaket uap (steam jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting.
Larutan masuk dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan
gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yang juga mengalir
menurun. Tipe ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga sering digunakan untuk
industri kimia, makanan, dan fermentasi.
Pada falling film evaporator, umpan mengalir ke bawah sebagai lapisan film pada
bagian tube yang dipanasi dengan media pemanas (steam). Pemisahan uap dan cairan
biasanya pada bagian bawah. Film cairan yang terbentuk tergantung pada gaya gravitasi,
viskositas cairan serta kecepatan alir cairan. Film evaporator dirancang untuk menguapkan
suatu cairan yang mengalir membentuk suatu film tipis di atas permukaan yang dipanasi.
Panas dipindahkan secara konduksi dan konveksi. Falling film evaporator menghasilkan film
yang tipis dan mengalir cepat, sehingga koefisien perpindahan panasnya lebih tinggi.
Kelebihan dari falling film evaporator:
a. Kualitas produk terbaik - karena penguapan lembut, sebagian besar di bawah
vakum, dan tempat tinggal kali sangat pendek di evaporator.
b. Tinggi efisiensi energi - karena beberapa efek pengaturan atau pemanasan dengan
termal atau mekanis recompressor uap, berdasarkan teori perbedaan suhu
terendah.
c. Kontrol proses yang sederhana dan otomatisasi - karena mereka kecil isi cairan
jatuh evaporator film yang bereaksi cepat terhadap perubahan pasokan energi,
vakum, jumlah pakan, konsentrasi, dll Ini merupakan prasyarat penting
untukkonsentrat akhir seragam.
d. Fleksibel operasi - cepat start-up dan peralihan mudah dari operasi untuk
membersihkan, perubahan tidak rumit produk.
Bidang aplikasi falling film evaporator :
a. Rentang kapasitas hingga 150 ton / jam, lantai ruang yang relatif kecil
persyaratan.
b. Sangat cocok untuk produk suhu-sensitif.
c. Untuk cairan yang mengandung sedikit padatan dan memiliki rendah sampai
sedang kecenderungan untuk membentuk incrustations.
Cara kerja evaporator yaitu cairan terkonsentrasi dipasok ke puncak pemanasan
tabung dan didistribusikan sedemikian rupa untuk mengalir dalam dinding tabung sebagai
film tipis. Film cair mulai mendidih karena dengan pemanasan eksternal dari tabung dan
sebagian diuapkan sebagai hasilnya. Aliran ke bawah,disebabkan awalnya oleh gravitasi,
adalah ditingkatkan oleh paralel, aliran ke bawah dari uap yang terbentuk. Cairan Film residu
dan uap dipisahkan di bagian bawah dari calandria dan di tetesan sentrifugal hilir pemisah.
Sangat penting bahwa seluruh permukaan film pemanasan, terutama di daerah yang lebih
rendah, merata dan cukup dibasahi dengan cairan. Di mana hal ini tidak terjadi, bintik-bintik
kering akan menghasilkan. Pada falling film evaporator, umpan mengalir ke bawah sebagai
lapisan film pada bagian tube yang dipanasi dengan media pemanas (steam). Pemisahan uap
dan cairan biasanya pada bagian bawah. Film cairan yang terbentuk tergantung pada gaya
gravitasi, viskositas cairan serta kecepatan alir cairan. Film evaporator dirancang untuk
menguapkan suatu cairan yang mengalir membentuk suatu film tipis di atas permukaan yang
dipanasi. Panas dipindahkan secara konduksi dan konveksi. Falling film evaporator
menghasilkan film yang tipis dan mengalir cepat, sehingga koefisien perpindahan panasnya
lebih tinggi.
BAB III
METODOLOGI
Metodeologi
BAB IV
PROSEDUR PERCOBAAN

SKEMAAA
BAB V
PEMBAHASAN

PEMBAHASAAANNN
BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan FFE
Data Hasil Percobaan :
NEDTA = 0,1 N
Pfeed = 1,37 gr / ml

Penentuan F dari data hasil eksperimen :

F = 140 liter/jam
= 140 liter/jam x 1000 ml/liter
= 140000 ml/jam
F = (140000 ml/jam x 1,37 gr/ml) / 3600 detik
= 53,27777778 gr/detik

Contoh salah satu perhitungan pada waktu 10 menit :

1. Feed
N EDTA x V EDTA

a. mMgCl2 = V Sampel 95
x V Sampel x
2 1000
0,1 N x 21,725 ml
=
( 5 ml
2
x 5 ml
95
1000 )( )
= 0,10319375 g

b. mSampel = Vsampel x ᵨ Sampel


= 5 ml x 1,37 g/ml
= 6,85 g

mMgCL 2
c. XF =
mSampel
0,10319375 g
=
6,85 g
= 0,015064781

2. Produk
N EDTA x V EDTA

a. mMgCl2 = V Sampel 95
x V Sampel x
2 1000
0,1 N x 23,75 ml
=
( 5 ml
2
x 5 ml
95
1000 )( )
= 0,1128125 g

b. mSampel = Vsampel x ᵨ Sampel


= 5 ml x 1,37 g/ml
= 6,85 g

mMgCL 2
d. XF =
mSampel
0,1128125 g
=
6,85 g
= 0,016469
c. Produk = Fproduk x ᵨSampel
= 19,2 ml/s x 1,37 g/ml
= 26,304 g/s

Feed x XF
e. XL teoritis =
Produk
53,2777778 g /s x 0,015064781
=
26,304 g /s
=0,03051316

Neraca Energi untuk kebutuhan Steam

Contoh salah satu perhitungan pada waktu 10 menit :

1. S Percobaan (g/s) = Fkondensat x ᵨKondensat


Sebelumnya kita harus mencari ᵨKondensat terlebih dahulu dengan
menggunakan interpolasi pada suhu 43,7°C yaitu

Interpolasi pada suhu 43,7 °C


T1 40 0.99225
T 43.7 0.9907034 ---> ᵨ
T2 50 0.98807

Sehingga untuk nilai S Percobaan = 3,6 ml/s x 0,9907034 g/ml


= 3,56653224 g/s

2. L = FProduk x ᵨSampel
= 19,2 ml/s x 1,37 g/ml
= 26,304 g/s

3. F = Ffeed
= 53,2777778 g/s

4. hf = Cp x (T2-T1)
Sebelumnya kita harus mencari nilai Cp pada TI-07 terlebih dahulu
dengan menggunakan interpolasi pada suhu 58°C yaitu
Interpolasi pada suhu 58 °C
T1 50 4.183
--->
T 58 4.1862 Cp
T2 60 4.187

Sehingga untuk nilai hf = 4,1862 x(58-0)


= 242,7996 kJ/kg

5. Hv = Menginterpolasi nilai Entalpy di TI-10 pada suhu 48°C

Interpolasi pada suhu 48


°C
T1 45 2583.2
T 48 2588.54 ---> H
T2 50 2592.1
Sehinggan nilai
Hv pada suhu 48°C sebesar 2588,54 kJ/kg
6. hL = Cp x (T2-T1)
Sebelumnya kita harus mencari nilai Cp pada TI-11 terlebih dahulu
dengan menggunakan interpolasi pada suhu 85°C yaitu
Interpolasi pada suhu 85 °C
T1 80 4.199
--->
T 85 4.2035 Cp
T2 90 4.208
Sehingga untuk nilai hL = 4,2035 x (85-0)
= 357,2975

7. Hs = Menginterpolasi nilai Entalpy di TI-04 vapor pada suhu 137,9°C


Interpolasi pada suhu 137.9 °C
T1 135 2727.3
T 137.9 2731.128 ---> H
T2 140 2733.9

Sehinggan nilai Hs pada suhu 137,9°C sebesar 2731,128 kJ/kg


8. hs = Menginterpolasi nilai Entalpy di TI-04 vapor pada suhu 137,9°C
Interpolasi pada suhu 137.9 °C
T
1 135 567.69
T 137.9 580.1252 ---> H
T
2 140 589.13
Sehinggan nilai hs pada suhu 137,9°C sebesar 580,1252 kJ/kg

VHv + LhL−FhF
9. S =
(Hs−hs )
= ¿¿
= 7,7093712

NERACA ENERGI UNTUK ECONOMY STEAM

Contoh salah satu perhitungan pada waktu 10 menit :

1. V = Laju alir distilat x Cp pada TI-12


Interpolasi pada suhu 27 °C
T1 25 0.99708
T 27 0.99652 ---> Cp
T2 30 0.99568
= 7,8 ml/s x 0,99652 g/ml
= 7,772856 g/s
V
2. ES Percobaan =
S Percobaan
7,772856 g /s
=
3,56653224 g /s
= 2,179387561

V
3. ES Teoritis =
S Teoritis
7,772856 g /s
=
7,7093712 g/ s
= 1,008234761

NERACA ENERGI UNTUK KOEFISIEN PERPAN TOTAL PADA


EVAPORATOR A = 0.21 m2

Contoh salah satu perhitungan pada waktu 10 menit :


1. ΔT1 = TI-04°C – TI-07°C
= 137,9 – 58
= 79,9

2. ΔT2 = TI-06°C – TI-11°C


= 118,5 – 85
= 33,5

3. q = S Percobaan x (Hs-hs)
= 3,56653224 g/s x ( 2731,128 kJ/kg – 580,1252 kJ/kg)
= 7671,62083 J/s

ΔT 1−ΔT 2
4. ΔTLMD = ΔT 1
ln
ΔT 2
79,9−33,5
= 79,9
ln
33,5
= 53,38055

q
5. U Percobaan =
¿¿
= 7671,62083 J / s
¿¿
= 684,3602374

6. U Teoritis = S Teoritis x ( Hs−hs)


¿¿
kJ kJ
7,7093712 x (2731,128 −580,1252 )
= kg kg
( 0,21 x 53,38055)
= 1479,30447
NERACA ENERGI UNTUK KOEFISIEN PERPAN TOTAL PADA
KONDENSOR A = 2.5 m2

Contoh salah satu perhitungan pada waktu 10 menit :

1. ΔT1 = TI-14°C – TI-12°C


= 29,8 – 27
= 2,8

2. ΔT2 = TI-10°C – TI-08°C


= 48 – 30,9
= 17,1

3. q = V x (Hs-hs)
Sebelumnya kita harus mencari nilai Hs dan hs pada titik di TI
10 saat suhu 48°C dengan menggunakan interpolasi yaitu

Interpolasi pada suhu 48 °C

T1 45 2583.2
T 48 2588.54 H
T2 50 2592.1

Interpolasi pada suhu 48 °C


T1 45 188.45
T 48 200.978 h
T2 50 209.33

Sehingga untuk nilai q sebesar = 7,772856 x (2588,54 – 200,978)


= 18558,1756 J/s

ΔT 1−ΔT 2
4. ΔTLMD = ΔT 1
ln
ΔT 2
2,8−17,1
= 2,8
ln
17,1
= 7,902914

7. U Percobaan = q
¿¿
18558,1756 J /s
=
(2,5 x 7,902914)
= 939,3079372

Anda mungkin juga menyukai