Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

Disusun oleh :

Kevin Giustozzi (1905511031)


Ni Luh Km Tri Yulan Wb (1905511037)
I Putu Bagus Yudistira (1905511051)
Alethea Prameswari Setia W (1905511052)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan berkat-Nya, kelompok 3 dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisika Dasar II ini. Laporan ini disusun guna melengkapi tugas semester 2 mata
kuliah Fisika Dasar pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Udayana.
Dalam pembuatan laporan ini, kami memeroleh banyak pelajaran,
bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. I Gusti Raka Purbanto, MT., sebagai dosen pengajar dan
pembimbing praktikum Fisika Dasar kami
2. Semua pihak yang telah memberikan informasi, bantuan moral, dan
dorongan kepada kami, sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya
Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, maka dari itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun berkaiatan dengan laporan ini.

Bukit Jimbaran,

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………..…………….ii
BAGIAN I: PENGENALAN ALAT…………………………………….
………...1
BAGIAN II: MODUL FISIKA DASAR
Modul 1 Gerak Lurus Beraturan
1.1 Tujuan Percobaan
1.2 Alat Percobaan
1.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
1.4 Langkah-langkah Percobaan
1.5 Hasil Pengamatan
1.6 Pengolahan Data
1.7 Pembahasan
1.8 Kesimpulan
Modul 2 Hukum Kedua Newton Tentang Gerak
2.1 Tujuan Percobaan
2.2 Alat Percobaan
2.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
2.4 Langkah-langkah Percobaan
2.5 Hasil Pengamatan
2.6 Pengolahan Data
2.7 Pembahasan
2.8 Kesimpulan
Modul 3 Osilasi Beban Yang Digantung Pada Pegas
3.1 Tujuan Percobaan
3.2 Alat Percobaan
3.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
3.4 Langkah-langkah Percobaan
3.5 Hasil Pengamatan
3.6 Pengolahan Data
3.7 Pembahasan
3.8 Kesimpulan
Modul 4 Hukum Hook
4.1 Tujuan Percobaan
4.2 Alat Percobaan
4.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
4.4 Langkah-langkah Percobaan
4.5 Hasil Pengamatan
4.6 Pengolahan Data
4.7 Pembahasan
4.8 Kesimpulan
Modul 5 Gelombang Berdiri Pada Tali
5.1 Tujuan Percobaan
5.2 Alat Percobaan
5.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
5.4 Langkah-langkah Percobaan
5.5 Hasil Pengamatan
5.6 Pengolahan Data
5.7 Pembahasan
5.8 Kesimpulan
Modul 6 Tangki RiakTujuan Percobaan
6.1 Alat Percobaan
6.2 Pengantar dan Persiapan Percobaan
6.3 Langkah-langkah Percobaan
6.4 Hasil Pengamatan
6.5 Pengolahan Data
6.6 Pembahasan
6.7 Kesimpulan
BAGIAN I
PENGENALAN ALAT

Pada kegiatan Praktikum Fisika Dasar, mahasiswa harus mengenal alat-alat


praktikum yang akan dipakai. Berikut ini diberikan beberapa sketsa alat
praktikum.

1. Ticker timer

2. Kertas pita
3. Rel presisi

4. Kabel penghubung

5. Kereta dinamika bermotor


6. Kereta dinamika

7. Pegas Helik
8. Pembangkit getaran

9. Beban bercelah dan penggantung beban

10.Penggaris/mistar 50 cm
11.Stopwatch

12. Tangki riak

13.Statif, pegas helik, beban, dan penggantung beban


14. a. Tiker timer beserta bagian-bagiannya
b. Kertas pita beserta titik ketukan (9 titik)
MODUL II
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Modul 1 GERAK LURUS BERATURAN


1.1 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Menentukan kecepatan kereta dinamika pada gerak lurus beraturan.
b. Menjelaskan karakteristik gerak lurus berdasarkan besar besaran kinematisnya.
1.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang diperlukan dalam percobaan Gerak Lurus Beraturan adalah
sebagai berikut:

Gambar 1.1
Set Alat Percobaan Gerak Lurus Beraturan
- Bidang landasan
- Kereta dinamika
- Kereta dinamika bermotor
- Tiker timer
- Pita kertas
- Power suplay
- Kertas karbon

1.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan


Menurut Hukum Pertama Newton bahwa:
Sebuah benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan
terus bergerak dengan laju dan arah yang tetap jika tidak ada gaya luar
yan bekerja padanya.
Secara umum berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa benda yang
bergerak tidak terus bergerak, tetapi menjadi berhenti setelah beberapa saat. Hal
ini disebabkan oleh adanya gaya gesekan.
Gaya gesekan timbul dan bekerja pada bidang kontak (persentuhan) dari
dua benda yang bergerak berlawanan arah. Agar supaya sebuah benda dapat
bergerak, dibutuhkan gaya yang sedikit lebih besar dengan gaya gesekan.
Gerak lurus beraturan dapat diperoleh dengan beberapa cara. Yang
pertama adalah dengan cara bidang miring, yaitu mengimbangi gaya gesekan
dengan cara memiringkan landasan tempat benda bergerak. Yang kedua adalah
dengan menggunakan kereta dinamika bermotor, yaitu kereta dinamika dilengkapi
dengan motor yang mana motornya dapat memberikan gaya dan melawan gaya
gesekan yang ada. Metode lain ialah dengan menggunakan “air track”.
Pada percobaan ini akan ditelaah gerak lurus beraturan dengan cara yang
pertama (cara bidang miring) dan yang kedua (kereta bermotor) seperti tersebut di
atas.
Adapun langkah-langkah kerja dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Rangkai alat seperti terlihat pada Gambar 1.1.
Untuk mengimbangi gesekan yang terjadi pada sistem dapat
dilakukan dengan cara bidang miring atau dengan cara kereta dinamika
bermotor.
Catatan: Untuk mengetahui bahwa gesekan telah diimbangi oleh
bidang miring, berikan sedikit dorongan pada kereta dinamika dan
seharusnya kereta dinamika bergerak beraturan sepanjang bidang
miring. Pita ketik seharusnya dalam posisi terpasang pada kereta
dinamika.
b. Tahan kereta dinamika di dekat pewaktu ketik.
c. Pada saat catu daya masih dalam keadaan mati (OFF), hubungkan
pewaktu ketik ke catu daya, dan catu daya ke soket jala-jala listrik.
d. Potong pita ketik kira-kira 1 m dan pasang pada pewaktu ketik. Jepit
salah satu ujung pita ke penjepit yang ada pada kereta dinamika. Yakinkan
bahwa pita ketik lewat di bawah kertas karbon pada kereta dinamika.

(a)

(b)
Gambar 1.2
Rangkaian Alat Untuk Percobaan Gerak Lurus Beraturan
(a) Foto Rangkaian Alat; (b) Sketsa Rangkaian Alat
1.4 Langkah-langkah Percobaan
1.4.1 Dengan Cara Bidang Miring
Langkah-langkah yang dikerjakan sebagai berikut:
a. Setelah bidang landasan dibuat miring, hidupkan catu daya dan berikan
sedikit dorongan pada kereta dnamika sedemikian rupa sehingga kereta
bergerak di sepanjang landasan.
b. Ketika kereta dinamika mendekati ujung landasan, tahan kereta dinamika
menggunakan tangan. Perhatikan kereka dinamika jangan sampai jatuh atau
keluar landasan.
c. Ambil pita ketik kereta dinamika, periksa titik-titik ketikan yang diperoleh
pada pita ketik. Jika terdapat titik-titik yang bertindihan, abaikan dan potong
titik-titik tersebut.
d. Gunakan 5 titik sebagai satuan waktu. Ukur jarak 5 titik berurutan dimulai
dari awal gerak kereta dinamika. Isilah tabel berikut:
No. Titik ke Jarak (cm)
1 0–5
2 5 – 10
3 11 – 15
4 15 – 20
5 20 - 25

1.4.2 Dengan Cara Kereta Dinamika Bermotor


Langkah-langkah yang dikerjakan sebagai berikut:
a. Landasan dibuat mendatar, memakai kereta dinamika bermotor. Kereta
dinamika memiliki dua pengatur kecepatan yaitu yaitu v1 dan v2.
b. Atur kecepatan pada posisi v1. Hidupkan catu daya.
c. Lakukan langkah-langkah b c dan d seperti halya memakai bidang miring.
d. Lakukan juga untuk v2.
e. Catat hasil pengamatan pada tabel berikut:

No. Titik ke Jarak pd Posisi v1 (cm) Jarak pd Posisi v2 (cm)


1 0-5
2 5-10
3 10-15
4 15-20
5 20-25

1.5 Hasil Pengamatan :


1.5.1 Hasil Pengamatan Dengan Cara Bidang Miring
No. Titik ke Jarak (cm)
1 0–5 1,8
2 5 – 10 2,0
3 11 – 15 2,3
4 15 – 20 2,5
5 20 - 25 2,8
1.5.2 Hasil Pengamatan Dengan Cara Kereta Dinamika Bermotor
No. Titik ke Jarak pd Posisi v1 (cm) Jarak pd Posisi v2 (cm)
1 0-5 0,5 2,3
2 5-10 0,6 2,4
3 10-15 0,8 2,4
4 15-20 0,8 2,4
5 20-25 0,8 2,3

1.6 Pengolahan Data


1.7 Pembahasan
1.8 Kesimpulan
Modul 2 HUKUM KEDUA NEWTON TENTANG GERAK
2.1 Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
Hukum Kedua Newton tentang gerak.
2.2 Alat-Alat Percobaan
Alat yang diperlukan pada percobaan Hukum Newton Tentang Gerak
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Alat Pada Percobaan Hukum Newton Tentang Gerak

- Bidang landasan
- Kereta dinamika
- Tiker timer
- Pita kertas
- Power suplay
- Kertas karbon
- Katrol
- Benang
2.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
Hukum Kedua Newton tentang gerak menyatakan bahwa percepatan
sebuah benda (sistem) berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda
(sistem) itu dan berbanding terbalik dengan massa benda (sistem) itu. Jika
ditulis dalam bentuk persamaan, maka:
F = m a atau a = F/m (2.1)
Dimana:
F adalah gaya yang bekerja pada benda (sistem)
m adalah massa benda (sistem)
a adalah percepaan benda (sistem)

Persamaan (2.1) ini akan diuji dengan menggunakan benda (sistem)


seperti dalam gambar 2.1 yang terdiri atas kereta dinamika dengan massa di
atasnya, dan satu atau lebih beban massa m yang digantung pada salah satu ujung
tali. Massa total sistem m adalah massa kereta dinamika ditambah massa beban
pada kereta ditambah massa beban yang digantungkan pada tali.
Gaya F dihasilkan oleh beban yang digantung (m1) yang besarnya sama
dengan F = m1 x g dimana g adalah percepatan gravitasi bumi.
Satu massa m1 mewakili satu satuan gaya 1p, dua massa 2 m1 mewakili
dua satuan gaya 2p, tiga massa 3 m1 mewakili tiga satuan gaya 3p dan seterusnya.
Jika dikehendaki agar gaya dinyatakan dalam satuan baku, misalnya Newton,
gaya tiap beban dapat diukur dengan menggunakan dinamometer. Akan tetapi
untuk keperluan pengujian ini, gaya tidak perlu dinyatakan dalam satuan baku.
Dalam percobaan ini akan diperiksa hubungan antara percepatan a dengan
gaya F pada keadaan massa total sistem tetap, dan memeriksa hubungan antara
percepatan a dan massa sistem m pada keadaan gaya F yang bekerja dibuat tetap.
(a)

(b)
Gambar 2.2
Set Alat Untuk Percobaan Hukum Newton Tentang Gerak
(a) Foto Set Alat (b) Sketsa Set Alat
Untuk keperluan ini, langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:
a. Rangkai alat percobaan seperti gambar 2.2. Tiga beban bercelah 50 g dan satu
buah beban bercelah 20 g dipasang pada kereta dinamika dengan menggunakan
sebuah pasak penumpu yang dimasukkan ke lubang yang ada di atas kereta
dinamika.
b. Adakan kompensasi terhadap gaya gesekan yang ada di antara kereta dinamika
dan rel dengan jalan memiringkan rel secukupnya sedemikian sehingga jika rel
kereta diberi dorongan kecil dan sebentar saja, kereta kira-kira bergerak lurus
beraturan. Untuk membuat landasan miring dapat dipakai penumpu.
c. Setelah gesekan dikompensasi, gantung beban 10 g pada ujung tali nilon.
Potong tali secukupnya sedemikian rupa sehingga cukup memberi gantungan
pada beban dengan kereta dinamika berada di dekat pewaktu ketik dan beban
berada sedekat-dekatnya dengan katrol.
Catatan: Pada awalnya kereta dinamika perlu ditahan untuk mencegah beban
jatuh sebelum percobaan dimulai.
d. Potong pita ketik dengan panjang beberapa cm lebih panjang dari tinggi meja.
Pasang pita kertas pada pewaktu ketik dan jepitkan salah satu ujungnya pada
kereta dinamika.
e. Hubungkan pewaktu ketik ke catu daya. Pastikan pewaktu ketik dalam keadaan
OFF.

2.4 Langkah-Langkah Percobaan


Bagian Pertama: Hubungan antara gaya F dan percepatan a, massa sistem
m dipertahankan tetap.
a. Tahan kereta dinamika pada ujung rel yang lebih tinggi, hidupkan catu daya
dan lepaskan kereta dinamika. Kereta dinamika akan bergerak turun karena
adanya tarikan beban.
b. Hentikan kereta dinamika tepat sebelum mencapai ujung rel.
c. Matikan catu daya.
d. Lepaskan pita ketik dari kereta dinamika. Periksa hasil ketikan pada pita ketik.
Pastikan bahwa hasilnya cukup jelas.
e. Gunakan 5 titik sebagai satuan waktu. Ukur jarak 5 titik berurutan dimulai dari
awal gerak kereta dinamika.
f. Ulangi kegiatan a – e sebanyak lima kali dengan penambahan beban gantung 10
g. Catat hasilnya dalam tabel berikut:
No Titik ke Bb 10 g Bb 20 g Bb 30 g Bb 40 g Bb 50 g
Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm)
1 0-5
2 5-10
3 10-15
4 15-20
5 20-25

Bagian Kedua: Hubungan antara percepatan a dengan massa sistem m,


gaya F dipertahankan tetap
h. Lepaskan semua beban yang ada. Gantungkan beban 50 g pada ujung tali. Saat
ini massa sistem (M) menjadi: massa kereta dinamika ditambah massa beban 50
g.
i. Lakukan langkah a – e seperti tersebut di atas.
j. Ulangi lagi dengan membuat M menjadi 2M, 3M, 4M, 5M.
k. Catat hasil dalam tabel berikut:
No Titik Massa Massa Massa Massa Massa
. ke Sistem M Sistem Sistem Sistem 4M Sistem 5M
Jarak 2M 3M Jarak (cm) Jarak (cm)
(cm) Jarak Jarak
(cm) (cm)
1 0-5
2 5-10
3 10-15
4 15-20
5 20-25

2.5 Hasil Pengamatan


2.5.1 Massa Sistem Tetap
No Titik ke Bb 10 g Bb 20 g Bb 30 g Bb 40 g Bb 50 g
Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm)
1 0-5 0,3 0,5 0,7 0,9 1,2
2 5-10 1,1 1,3 1,5 1,8 2,2
3 10-15 1,8 2,2 2,5 2,6 2,7
4 15-20 2,2 3,1 3,4 4,4 4,7
5 20-25 2,6 4,3 5,1 5,4 7,1

2.5.2 Gaya Dipertahankan Tetap


No Titik Massa Massa Massa Massa Massa
. ke Sistem M Sistem Sistem Sistem 4M Sistem 5M
Jarak 2M 3M Jarak (cm) Jarak (cm)
(cm) Jarak Jarak
(cm) (cm)
1 0-5 1,7 3,3 1,2 1,5 2,6
2 5-10 3,3 5 3,1 3,1 3,8
3 10-15 4,8 5,9 4,1 4,15 5
4 15-20 5,9 15 5,2 5 7
5 20-25 7,95 19 6,6 6,3 7,05
Catatan : berat motor 83,7 gr

2.6 Pengolahan Data

a. Masa Sistem Tetap

No Titik ke Bb 10 g Bb 20 g Bb 30 g Bb 40 g Bb 50 g
Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm) Jarak (cm)
1 0-5 0,3 0,5 0,7 0,9 1,2
2 5-10 1,1 1,3 1,5 1,8 2,2
3 10-15 1,8 2,2 2,5 2,6 2,7
4 15-20 2,2 3,1 3,4 4,4 4,7
5 20-25 2,6 4,3 5,1 5,4 7,1

Dasar Teori:
- f (Frekuensi) :50Hz = 50 putaran/second
- T (perioda) : f −1 = 50-1 = 0,02 second
- g(gravitasi) :9.8m/s2

Mencari percepatan (a) dan gaya (F)

- Jarak 0-5 = 0,3 cm = 0,003 cm


- Waktu 0-5 = 5 x T = 5 x 0.02 = 0,1 s ( setiap 5 titik = 0.1s)
- V = s/t = 0,003/0,1 = 0,03 m/s
Maka jika menggunakan dasar seperti di atas,

1. Beban 10g

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.003 0.1 0.03 -
2 5-10 0.011 0.1 0.11 0.08
3 10-15 0.018 0.1 0.18 0.07
4 15-20 0.022 0.1 0.22 0.04
5 20-25 0.026 0.1 0.26 0.04
ΣΔV = 0.23m/s
Rata-rata ΔV = 0.0575
a= 0.0575/0.1= 0.575 m/s2
F= m x a= 0.01 x 0.575=5.75 x 10-3 N

2. Beban 20g

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.005 0.1 0.05 -
2 5-10 0.013 0.1 0.13 0.08
3 10-15 0.022 0.1 0.22 0.07
4 15-20 0.031 0.1 0.31 0.09
5 20-25 0.043 0.1 0.43 0.12

ΣΔV = 0.36m/s
Rata-rata ΔV = 0.09
a= 0.0575/0.1= 0.9 m/s2
F= m x a= 0.02 x 0.95= 0.018 N

3. Beban 30g
No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV
(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.007 0.1 0.07 -
2 5-10 0.015 0.1 0.15 0.08
3 10-15 0.025 0.1 0.25 0.1
4 15-20 0.034 0.1 0.34 0.09
5 20-25 0.051 0.1 0.51 0.17
ΣΔV = 0.44m/s
Rata-rata ΔV = 0.11
a= 0.11/0.1= 1.1 m/s2
F= m x a = 0.03 x 1.1 = 0.033 N

4. Beban 40g

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.009 0.1 0.09 -
2 5-10 0.018 0.1 0.18 0.09
3 10-15 0.026 0.1 0.26 0.08
4 15-20 0.044 0.1 0.44 0.18
5 20-25 0.054 0.1 0.54 0.1

ΣΔV = 0.45m/s
Rata-rata ΔV = 0.1125
a= 0.1125/0.1= 1.125 m/s2
F= m x a = 0.04 x 1.125 = 0. 045N

5. Beban 50g

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.012 0.1 0.12 -
2 5-10 0.022 0.1 0.22 0.1
3 10-15 0.027 0.1 0.27 0.05
4 15-20 0.047 0.1 0.47 0.2
5 20-25 0.071 0.1 0.71 0.24
ΣΔV = 0.59m/s
Rata-rata ΔV = 0.1475
a= 0.1475/0.1= 1.475 m/s2
F= m x a = 0.05 x 1.475 = 0.07375 N

b. Gaya Dipertahankan Tetap

No Titik Massa Massa Massa Massa Massa


. ke Sistem M Sistem Sistem Sistem 4M Sistem 5M
Jarak 2M 3M Jarak (cm) Jarak (cm)
(cm) Jarak Jarak
(cm) (cm)
1 0-5 1,7 3,3 1,2 1,5 2,6
2 5-10 3,3 5 3,1 3,1 3,8
3 10-15 4,8 5,9 4,1 4,15 5
4 15-20 5,9 15 5,2 5 7
5 20-25 7,95 19 6,6 6,3 7,05
Catatan : berat motor 83,7 gr

Dengan berat M merupakan 83.7gr, maka 2M=167.4gr ; 3M=251.1gr ;


4M=334.8gr ; 5M=418.5gr
1. Masa M
No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV
(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.017 0.1 0.17 -
2 5-10 0.033 0.1 0.33 0.16
3 10-15 0.048 0.1 0.48 0.15
4 15-20 0.059 0.1 0.59 0.09
5 20-25 0.0795 0.1 0.795 0.205

ΣΔV = 0.605m/s
Rata-rata ΔV = 0.15125
a= 0.1475/0.1= 1.5125 m/s2
F= m x a = 0.0837 x 1.5125 = 0.1266 N

2. Masa 2M

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.033 0.1 0.33 -
2 5-10 0.05 0.1 0.5 0.17
3 10-15 0.059 0.1 0.59 0.09
4 15-20 0.15 0.1 1.5 0.91
5 20-25 0.19 0.1 1.9 0.4
ΣΔV = 1.57m/s
Rata-rata ΔV = 0.3925
a= 0.3925/0.1= 3.925 m/s2
F= m x a = 0.1674 x 3.925 = 0.657 N

3. Masa 3M

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.012 0.1 0.12 -
2 5-10 0.031 0.1 0.31 0.19
3 10-15 0.041 0.1 0.41 0.1
4 15-20 0.052 0.1 0.52 0.09
5 20-25 0.066 0.1 0.66 0.14

ΣΔV = 0.52m/s
Rata-rata ΔV = 0.13
a= 0.13/0.1= 1.3m/s2
F= m x a = 0.2511 x 1.3 = 0.32643 N

4. Masa 4M

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.015 0.1 0.15 -
2 5-10 0.031 0.1 0.31 0.16
3 10-15 0.0415 0.1 0.415 0.105
4 15-20 0.05 0.1 0.5 0.085
5 20-25 0.063 0.1 0.63 0.13
ΣΔV = 0.48m/s
Rata-rata ΔV = 0.12
a= 0.12/0.1= 1.2 m/s2
F= m x a = 0.3348 x 1.2 = 0.4 N
5. Masa 5M

No Titik ke Jarak Waktu Kecepatan ΔV


(s) (t) V
meter second (s/t)
1 0-5 0.026 0.1 0.26 -
2 5-10 0.038 0.1 0.38 0.12
3 10-15 0.05 0.1 0.5 012
4 15-20 0.07 0.1 0.7 0.2
5 20-25 0.0705 0.1 0.705 0.005

ΣΔV = 0.445m/s
Rata-rata ΔV = 0.11125
a= 0.3925/0.1= 1.1125 m/s2
F= m x a = 0.4185 x 1.1125 = 0.4656 N

2.7 Pembahasan
1.Massa Sistem Tetap

Percobaan pertama dalam modul dua mengenai hukum newton 2 mengenai


hubungan gaya(F) dan percepatan (a), masa sistem (M) dibiarkan tetap dan beban
diubah. Berikut adalah tabil hasil
No Beban Percepata Gaya
perhitungan gaya(F) untuk percobaan
n F
pertama.
a N
m/s2
1 10 0.575 0.00575
2 20 0.9 0.018
3 30 1.1 0.033
4 40 1.125 0.045
5 50 1.475 0.0375
Meski terdapat kesalahan manusia dan alat uji yang kurang akurat tetapidapat
dilihat bahwa benda akan mengalami penambahan percepatan dan juga
penambahan gaya seiring penambahan beban.

2. Gaya Dipertahankan Tetap

Percobaan kedua dalam modul dua mengenai hokum dua mempertahankan gaya
dan merubah beban sistem (M). Berikut adalah data hasil percobaan

No Beban Percepata Gaya


n F
a N
m/s2
1 M 1.5125 0.1266
2 2M 3.925 0.657
3 3M 1.3 0.32643
4 4M 1.2 0.4
5 5M 1.1125 0.4656

2.8 Kesimpulan
Dari percobaan diatas dapat dilihat bahwa gaya (F) akan dipengaruhi secara
lansung oleh percepatan (a) dan massa (m). dilihat dari data bahwa ketika
semakin banyak gaya yang didaptkan kereta maka kereta akan melaju lebih cepat
sehingga membuktikan kebenaran dari Hukum Newton 2.
Modul 3 OSILASI BEBAN YANG DIGANTUNG PADA PEGAS

3.1 Tujuan Percobaan


Setelah percobaan selesai, mahasiswa diharapkan dapat memahami gerak osilasi
beban yang digantungkan pada pegas..
3.2 Alat percobaan
Alat yang diperlukan dalam percobaan Osilasi Beban Yang Digantungkan Pada
Pegas adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1
Alat yang diperlukan dalam Percobaan Osilasi Beban Yang Digantungkan Pada Pegas
- Set statif
- Pegas
- Stop watch
- Meteran
- Beban
3.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan

Rangkailah alat-alat seperti Gambar 3.2 berikut

(a)

(b)
Gambar 3.2
Rangkaian Alat Dalam Percobaan Osilasi Beban Yang Digantungkan Pada Pegas
(a) Foto Set Alat (b) Sketsa Set Alat
Sebuah benda bermassa M digantungkan pada sebuah pegas yang salah satu
ujungnya terpasang secara tetap seperti gambar 3.2, massa akan menarik pegas ke
bawah dengan gaya berat Mg yang menyebabkan pegas teregang sedemikian rupa
sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke bawah oleh gaya
tambahan F, pegas akan mulur sejauh y sehingga berada pada titik A. Menurut
Hukum Hooke, gaya F yang diperlukan untuk menghasilkan simpangan ini adalah
ky, dimana k adalah tetapan pegas. Jika beban dilepaskan, gaya pemulih ky
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua tentang gerak, yaitu:
ky = M.a (3.1)
Persamaan (3.1) dapat diubah menjadi:
A = ky/M (3.2)
Persamaan di atas adalah persamaan dasar untuk gerak harmonik sederhana
dengan percepatan a sebanding dengan simpangan y dan periodanya diberikan
oleh:
T = 2 √M/k (3.3)
Atau
T4 = 42/k M (3.4)
Pada percobaan ini akan dicari hubungan antara perioda T dengan massa beban M
benda yang berosilasi dengan besaran lain dibuat tetap. Karena perioda ini dari
suatu gerakan ke gerakan yang lain relatif tetap namun waktunya sangat singkat,
maka diukur waktunya dalam sejumlah kali osilasi. Dalam percobaan ini dihitung
waktunya diukur untuk 20 kali osilasi. Pengukuran waktu dilakukan setelah
gerakannya mulai stabil.
Untuk persiapan percobaan lakukanlah:
a. Rangkai set alat percobaan seperti Gambar 3.2.
b. Gantung pegas helik k = 10 N/m.
c. Gantung beban dengan massa 50 g.

3.4 Langkah Percobaan


Bagian Pertama: Mengukur nilai k pegas dengan cepat
a. Gantungkan pegas pada statif.
b. Berikan beban 50 g.
c. Ukur penambahan panjang pegas akibat penambahan beban 50 g.
d. Ubah beban menjadi 100 g.
e. Ukur penambahan panjang pegas akibat penambahan beban 100 g.
f. Ubah beban menjadi 150 g.
g. Ukur penambahan panjang pegas akibat penambahan beban 150 g.
h. Ubah beban menjadi 200 g.
i. Ukur penambahan panjang pegas akibat penambahan beban 200 g.
j. Hitung rata-rata nilai k pegas dengan persamaan k= F/x, nilai g untuk di Bukit
diambil 9,72 m/dt2
Bagian Kedua: Hubungan Antara T dan M dengan k dibuat tetap
a. Berikan simpangan pada beban dengan cara menarik beban ke bawah sejauh
kira-kira 2 cm, kemudian dilepaskan sehingga terjadi osilasi.
b. Ukur waktu yang diperlukan untuk 20 kali osilasi.
c. Untuk menambah ketelitian dalam pengukuran, ulangi lagi kegiatan a dan b
sebanyak sepuluh kali.
d. Ulangi lagi kegiatan di atas dengan mengubah-ubah beban menjadi 100g, 150
g, 200 g, 250 g.
e. Catat hasilnya dalam tabel di bawah.
f. Ulangi kegiatan ini untuk pegas yang berbeda (dua pegas lagi).
Nilai k = N/m
No B 50 B 100 B 150 B 200 B 250
. 20 T (dt) 20 T (dt) 20 T (dt) 20 T (dt) 20 T (dt)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bagian Ketiga: Hubungan antara T dan k, M dibuat tetap


a. Gantungkan pegas helik dengan k = 10 N/m dan diberikan beban 100 g.
b. Berikan simpangan pada beban dengan cara menarik beban ke bawah sejauh
kira-kira 2 cm, kemudian dilepaskan sehingga terjadi osilasi.
c. Ukur waktu yang diperlukan untuk 20 kali osilasi.
d. Untuk menambah ketelitian dalam pengukuran, ulangi lagi kegiatan a dan b
sebanyak sepuluh kali.
e. Ulangi lagi kegiatan di atas dengan mengganti pegas helik dengan k yang lain
namun beban tetap 100 g.
f. Catat hasilnya dalam tabel berikut.

Beban: 100 g
No. k 10 k… k…
20 T (dt) 20 T (dt) 20 T (dt)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

3.5 Hasil Pengamatan


Bagian Pertama: Mengukur nilai k pegas dengan
cepat

Pegas X (cm)
helix B 50 gr B 100 gr B 150 gr B 200 gr
1 8.5 13.0 17.4 22.0
2 7.5 11.5 17.0 21.5
3 8.7 14.3 19.6 25.4

9=9.72 m/s 2
m1 = 50.00 g
Masa (kg)
(N/m)
0.05 0.1 0.15 0.2
1 5.718 7.477 8.379 8.836 7.603
2 6.480 8.452 9.042 9.042 8.138
3 5.586 6.797 7.654 7.654 6.869

Bagian Kedua: Hubungan Antara T dan M dengan k dibuat


tetap

Nilai k = N/m 7.603


B 50 B 100 B 150 B 200 B 250
No. 20 T 20 T 20 T 20 T 20 T
(dt) (dt) (dt) (dt) (dt)
1 8.4 12.4 15.0 17.0 19.0
2 8.4 12.4 14.6 17.0 19.4
3 8.6 12.8 15.0 17.2 19.6
4 8.6 12.2 14.8 17.0 19.4
5 8.6 12.6 14.8 17.2 19.2
6 8.4 12.2 15.0 16.8 19.4
7 8.4 12.6 15.0 17.0 19.6
8 8.6 12.4 15.0 16.8 19.4
9 8.4 12.4 14.8 16.8 19.4
10 8.4 12.6 15.0 17.2 19.6

Nilai k = N/m 8.138


B 50 B 100 B 150 B 200 B 250
No. 20 T 20 T 20 T 20 T 20 T
(dt) (dt) (dt) (dt) (dt)
1 7.6 13.6 16.0 18.2 20.0
2 8.0 13.6 15.6 18.2 20.2
3 7.6 13.4 15.8 18.0 20.4
4 8.2 13.4 16.2 18.0 19.8
5 7.8 13.6 16.0 18.2 20.2
6 7.6 13.2 15.8 17.8 20.2
7 7.8 13.2 15.8 18.0 20.4
8 7.8 13.6 16.2 18.2 19.8
9 8.0 13.4 16.0 18.3 19.8
10 7.8 13.4 15.6 18.2 20.2

Nilai k = N/m 6.869


B 50 B 100 B 150 B 200 B 250
No. 20 T 20 T 20 T 20 T 20 T
(dt) (dt) (dt) (dt) (dt)
1 12.4 14.8 18.4 20.4 22.2
2 12.4 15.0 18.6 20.4 22.4
3 12.6 14.8 18.6 20.2 22.4
4 12.2 15.2 18.6 20.6 22.4
5 12.2 15.2 18.8 20.2 22.0
6 12.4 15.0 18.4 20.2 22.0
7 12.6 14.8 18.8 20.4 22.0
8 12.6 15.0 18.6 20.4 22.0
9 12.2 15.2 18.8 20.6 22.2
10 12.4 15.0 18.4 20.6 22.2

Bagian Ketiga: Hubungan antara T dan k, M dibuat


tetap
Beban: 100 g
k …. k… k…
No.
20 T (dt) 20 T (dt) 20 T (dt)
1 11.8 13.6 14.8
2 12.2 13.6 15.0
3 12.4 13.4 14.8
4 12.0 13.4 15.0
5 12.2 13.6 15.2
6 12.2 13.2 15.0
7 11.8 13.2 14.8

3.6 Pengolahan Data


X Panjang pegas (cm)
Pegas
50 100 150 200
1 9.72 12.15 17.67 23
2 7.3 13.15 17.2 21.8

Penjelasan :
 Dengan beban 50 gr → Panjang pegas = 9.72 cm
 Dengan beban 100 gr → Panjang pegas = 12.15 cm

Berarti : Dengan penambahan beban 50 gram (100-50) terjadi penambahan


panjang pegas = (12.15 – 9.72) cm = 2.43 cm

m
Sehingga dengan : g=9,72
s2

m=50 gr=0.05 kg

∆ x=2.43 cm=0.0243 m

m. g 0.05× 9.72 N
Di dapat : k = = =20
∆x 0.0243 m

Dengan cara yang sama di dapat ‘k’ berikutnya sebagai berikut :


* m = (150 – 100) gr = 50 gr = 0.05 kg
∆ x = (17.67 – 12.15) cm = 0.0552 m ∆ x=8.8043
* m = (200 – 150) gr = 50 gr = 0.05 kg
∆ x = (23 – 17.6) cm = 0.0533 m ∆ x=9.1182
20+ 8.8043+9.1182 N
→ k rata−rata =k = =12.64
3 m

Catatan : Dalam hal ini data p diatas adalah panjang pegas setelah diberi beban,
(Bukan penambahan bahan panjang setelah diberi beban).

 Hubungan antara T dan M dengan nilai ‘k’ konstan.

No B 50 B 100 B 150 B 200 B 350


20 T 20 T 20 T 20 T 20 T
(S) (S) (S) (S) (S)

1 8.4 12.4 14.6 17.0 19.0

2 8.4 12.4 14.6 17.0 19.4

3 8.4 12.45 14.8 17.4 19.6

t 8.4 12.42 14.67 17.13 19.33

 Penjelasan data diatas

Sesuai dengan petunjuk pratikum, dengan beban 50 gr dilakukan osilasi 20x di


dapat waktu yang dibutuhkan = 8.4 s.
Demikian juga untuk beban – beban selanjutnya,

 Analisis data

t=8.4 s untuk 20 kali putaran


3 x 8.4
jadi T = = 0.42 s → u/¿ m=50 gr
3

Dengan cara yang sama di dapat :

12.42
T= = 0.621 s → u/¿ m=100 gr
20
14.67
T= = 0.734 s → u/¿ m=150 gr
20
17.13
T= = 0.865 s → u/¿ m=200 gr
20
19.33
T= = 0.966 s → u/¿ m=250 gr
20

→Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara M dan T


→Untuk berbagai nilai ‘k’ dapat dibuat grafik hubungan.

3.7 Pembahasan

Gaya yang diperlukan untuk meregangkan sebuah pegas adalah menggunakan


beban yang digantung. Semakin besar gaya maka pertambahan panjang pada
pegas juga semakin besar.
Untuk menentukan konstanta, telah disediakan pegas yang menggantung pada
statif. Pegas diberi beban beban yang berbeda-beda. Yaitu antara 50-350 gram,
dengan 10 kali percobaaan. Dengan menggunakan rumus F= -kx dihasilkan nilai
yang berbeda-beda.
Pada perhitungan konstanta pegas, hasil yang lebih besar didapat jika rata-rata

pergeseran tidak terlalu besar yang menunjukkan bahwa semakin pendek


pergeseran pegas dari posisi seimbangnya, maka konstanta pegas semakin besar,
yang berarti bahwa semakin ringan benda (gaya berat yang diberikan ke pegas
kecil), maka konstanta pegas pun akan semakin besar. Dan panjang pegas dari
masing-masing beban, dihasilkan bahwa kenaikan berat beban berbanding lurus
dengan panjang tali.
Perhitungan yang selanjutnya adalah perhitungan mencari periodik (T).
Periodik bisa dihitung apabila nilai konstanta sudah diketahui. Yaitu dengan
menggunakan rumus:

3.8 Kesimpulan
1.      Jika suatu pegas diberikan beban maka akan mengalami pertambahan panjang
dan jika dilepas akan kembali kepanjang semula.
2.      Jika semakin berat/semakin besar beban yang digantungkan pada pegas maka
waktu yang diperlukan untuk berosilasi pun semakin besar.
3.      Nilai dari konstanta k dapat dihitung apabila perpanjangan (x) dan gaya f
diketahui, dengan menggunakan rumus: F= -kx
4.     Untuk menentukan nilai periode pegas dapat
dihitung dengan menggunakanrumus:

Modul 4 HUKUM HOOK

4.1 Tujuan Percobaan


Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat menentukan
konstanta pegas.
4.2 Alat Percobaan
Alat yang diperlukan dalam percobaan Hukum Hook adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Peralatan Yang Diperlukan dalam Percobaan Hukum Hook

- Set statif
- Pegas
- Stop watch
- Meteran
- Beban

4.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan


Bila sebuah benda diregangkan oleh gaya, panjang benda bertambah. Bila benda
masih berada dalam keadaan elastis (batas elastisnya belum terlampaui),
pertambahan panjang x sebanding dengan besar gaya F yang meregangkan benda
tersebut. Azas ini berlaku juga untuk pegas heliks selama batas elastisitas pegas
tidak terlampaui. Azas ini dapat dirumuskan dengan:
F = - k. x (4.1)
Dimana k adalah tetapan pegas.
Jika semua alat sudah disiapkan, lakukanlah langkah berikut:
a. Susunlah alat percobaan yang telah disiapkan seperti Gambar 4.2.
b. Pegas digantungkan dan diberi beban sebagai gayanya.
Catatan: Dalam percobaan ini digunakan W = m g, dimana W adalah berat
beban (N), m adalah massa (kg) dan g adalah percepatan gravitasi (g=9,72
m/dt2).

4.4 Langkah Percobaan


a. Gantungkan satu beban di bagian ujung bawah pegas. Nilai ini merupakan berat
beban awal (Fo) pegas, dan panjangnya merupakan panjang awal pegas (lo).
b. Ukur panjang awal pegas (lo). Agar tidak membingungkan, ukur panjang pegas
dari suatu titik tetap teratas (misalnya tepi bawah pasak pemikul) ke suatu titik
tetap terbawah (misalnya ujung bawah pegas).
c. Tambahkan beban terhadap beban awal. Penambahan beban ini merupakan F1.
Ukur panjang pegas (l1) seperti langkah b. Cari pertambahan panjangnya x1.
d. Lakukan penambahan beban dan pengukuran panjang pegas sampai 10 kali.
e. Setelah melakukan langkah d (dilakukan penambahan beban dan pengukuran
panjang pegas sampai sepuluh kali), lakukanlah langkah sebaliknya, yaitu
mengurangi beban pegas satu persatu dan mengukur panjang pegasnya.
f. Lakukan untuk pegas yang lain.
g. Catat semua data yang didapat dalam tabel kerja.

Pegas ke:………
No. F0….10 x0….10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pegas ke:………
No. F10….0 x10….0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

(a)

(b)
Gambar 4.2
Rangkaian Alat Dalam Percobaan Hukum Hook
(a) Foto Set Alat (b) Sketsa Set Alat
4.5 Hasil pengamatan
Pegas ke: 1, Panjang Awal:6,5 cm=0,065 m
F=m.g
Data ke-1 ;
Massa=50 kg
F=m.g
=50.9,72
=486 N
No. F0….10 x0….10
0 0 0,065
1 486 0,078
2 680,4 0,082
3 874,8 0,093
4 1069,2 0,102
5 1263,6 0,115
6 1458 0,125
7 1652,4 0,137
8 1846,8 0,149
9 2041,2 0,16
10 2235,6 0,175

No. F0….10 x0….10


0 2235,6 0,176
1 2041,2 0,162
2 1846,8 0,15
3 1652,4 0,139
4 1458 0,125
5 1263,6 0,116
6 1069,2 0,105
7 874,8 0,094
8 680.4 0,082
9 486 0,076
10 0 0,0655

Pegas ke: 2 , Panjang Awal : 9 cm=0,09


No. F10….0 x10….0
0 0 0,09
1 486 0,11
2 680,4 0,138
3 874,8 0,161
4 1069,2 0,18
5 1263,6 0,198
6 1478 0,216
7 1652,4 0,224
8 1846,8 0,255
9 2041,2 0,278
10 2235,6 0,302

No. F10….0 x10….0


0 2235,6 0,305
1 2041,6 0,276
2 1846,8 0,2,5
3 1652,4 0,222
4 1478 0,214
5 1263,6 0,197
6 1069,2 0,180
7 874,8 0,160
8 680,4 0,140
9 486 0,118
10 0 0,09

4.6 Pengolahan Data


Panjang Awal = 65 cm = 0,065 m
Data ke-1
Massa = 50 kg
g- 9,72m/dt2
Panjang Pegas Awal = 0,065 m
Panjang Pegas Akhir=0,075
Sehingga , ∆x = Panjang Pegas akhir-Panjang Pegas Awal

=0,075-0,065

=0,01 m
F = m.g= 50.9,72=486 N

K=F/∆x=486/0,01=48600 k N/m

Pegas ke-1, Panjang Awal = 6,5 cm


No Massa Panjang Panjang ∆x Gaya Konstanta
(kg) Pegas Pegas (m) (F) Pegas
Awal Akhir (kN/M)
0 0 0,065 0,065 0 0 0
1 50 0,065 0,075 0,01 486 48600
2 70 0,065 0,082 0,017 680,4 40023,53
3 90 0,065 0,093 0,028 874,8 31242,86
4 110 0,065 0,102 0,037 1069,2 28897,3
5 130 0,065 0,115 0,05 1263,6 25272
6 150 0,065 0,125 0,06 1458 24300
7 170 0,065 0,137 0,072 1652,4 22945,83
8 190 0,065 0,149 0,084 1846,8 21985,71
9 210 0,065 0,16 0,095 2041,2 21492,63
10 230 0,065 0,175 0,11 2235,6 20323,64
∑=285083,5

No Massa Panjang Panjang ∆x Gaya Konstanta


(kg) Pegas Pegas (m) (F) Pegas
Awal Akhir (kN/M)
0 230 0,065 0,176 0,111 2235,6 20140,54
1 210 0,065 0,162 0,097 2041,2 21043,3
2 190 0,065 0,15 0,085 1846,8 21727,06
3 170 0,065 0,139 0,074 1652,4 22329,73
4 150 0,065 0,125 0,06 1458 24300
5 130 0,065 0,116 0,051 1263,6 24776,47
6 110 0,065 0,105 0,04 1069,2 26730
7 90 0,065 0,094 0,029 974,8 33619,79
8 70 0,065 0,082 0,017 680,4 40023,53
9 50 0,065 0,076 0,011 486 44181,82
10 0 0,065 0,0655 0,0005 0 0
∑=278872,24

Pegas ke-2 , Panjang Awal = 9 cm


No Massa Panjang Panjang ∆x Gaya Konstanta
(kg) Pegas Pegas (m) (F) Pegas
Awal Akhir (kN/M)
0 0 0,09 0,09 0 0 0
1 50 0,09 0,11 0,02 486 24300
2 70 0,09 0,138 0,048 680,4 14175
3 90 0,09 0,161 0,071 874,8 12321,13
4 110 0,09 0,18 0,09 1069,2 11880
5 130 0,09 0,198 0,108 1263,6 11700
6 150 0,09 0,216 0,126 1458 11571,43
7 170 0,09 0,224 0,134 1652,4 12331,34
8 190 0,09 0,255 0,165 1846,8 11192,73
9 210 0,09 0,278 0,188 2041,2 10857,45
10 230 0,09 0,302 0,212 2235,6 10545,28
∑=130874,36

No Massa Panjang Panjang ∆x Gaya Konstanta


(kg) Pegas Pegas (m) (F) Pegas
Awal Akhir (kN/M)
0 230 0,09 0,305 0,215 2235,6 10398,14
1 210 0,09 0,276 0,186 2041,2 10974,19
2 190 0,09 0,255 0,165 1846,8 11192,73
3 170 0,09 0,222 0,132 1652,4 12518,18
4 150 0,09 0,214 0,124 1458 11758,06
5 130 0,09 0,197 0,107 1263,6 11809,35
6 110 0,09 0,18 0,09 1069,2 11880
7 90 0,09 0,16 0,07 974,8 13925,71
8 70 0,09 0,14 0,05 680,4 13609
9 50 0,09 0,118 0,028 486 17357,14
10 0 0,09 0,09 0 0 0
∑=125422,5

4.7 Pembahasan
Pada percobaan diatas, dapat dilihat bahwa nilai konstanta elastisitas dari
masing-masing benda diatas berbeda. Nilai konstanta elastisitas ( k) adalah factor
pengali yang menunjukkan seberapa besar nilai elastisitas suatu benda. Nilai
konstanta elasisitas suatu benda dapat dihitung dengan membagi besar gaya F
yang diberikan kepada benda dengan pertambahan panjang benda tersebut setelah
diberi gaya.
Sebagai contoh pada pegas I percobaan pertama yang diberi gaya sebesar
486 N yang diperoleh dari hasil perkalian antara massa beban 50 kg dengan
percepatan gravitasi bumi sebesar 9,72 m/dt2 , diperoleh besarnya pertambahan
panjang elastic( ∆x ).Pertambahan panjang tersebut didapat dari selisih dari
panjang awal pegas dengan panjang akhir pegas (∆x =0,076-0,065=0,011
m).Sehingga pada akhirnya diapat konstanta elastisitas pegas yang diperoleh dari
hasil K= F/∆x ( K=486/0,011=44181,82 kN/M). Contoh lainnya pada pegas I
percobaan pertama dengan massa 70 kg dengan percepatan bumi sebesar 9,72
m/dt2 diperoleh gaya sebesar 680,4 N dan diperoleh pertambahan panjang pegas
(∆x)sebesar 0,017 sehingga didaoat besarnya konstanta pegas (k) sebesar
40023,53 kN/M.

Dari contoh diatas membuktikan bahwa pertambahan panjang pegas


tergantung pada beban yang diberikan, semakin besar beban yang diberikan,
semakin besar pula pertambahan panjang pegas.Menurut hokum hooke bila
sebuah pegas ditarik oleh pasangan gaya F maka pegas tesebut sebanding dengan
besarnya gaya yang mempengaruhi pegas tersebut.Dimana F: gaya yang bekerja
pada pegas (N) dan ∆x : pertambahan panjang pegas (m). Dari pernyataan
tersebut hokum Hooke membuat suatu hokum tentang gaya pegas yang dapat
dinyatakan sebagai berikut. Besarnya gaya yang diberikan pada pegas sebanding
dengan tetapan pegas (k)dan sebanding dengan perubahan panjang(∆x)

4.9 Kesimpulan

Dalam percobaan mengenai Hukum hooke yang telah dilakukan dapat


disiumpulkan bahwa gaya yang dikerjakan pada pegas berbanding lurus dengan
pertambahan panjang pegas serta konstanta elastisitas. Semakin besar
pertambahahan panjang pegas maka semakin besar pula gaya yang dikerjakan
pada pegas serta semaki besar pula nilai konstanta elastisitas pegas
Modul 5: GELOMBANG BERDIRI PADA TALI

5.1. Tujuan Percobaan


Setelah selesai praktikum mahasiswa diharapkan dapat memahami
gelombang berdiri pada tali.
5.2. Alat Percobaan
Alat yang diperlukan dalam percobaan Gelombang Berdiri Pada Tali
adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1
Set Alat Dalam Percobaan Gelombang Berdiri pada Tali
 Osilator
 Benang
 Papan landasan
 Beban gantung
 Katrol
5.3 Pengantar dan Persiapan Percobaan
Sepotong benang yang salah satu ujungnya diikatkan kuat-kuat dan
salah satu ujungnya ditarik, kemudian benang ini digetarkan dengan
frekwensi sumber getar yang tetap. Pada benang akan terbentuk gelombang
berdiri hanya pada tegangan-tegangan tertentu. Keadaan-keadaan ini
dikatakan sebagai keadaan resonansi. Hubungan antara frekwensi resonansi
dengan tegangan dapat dituliskan sebagai berikut:
f = n/2L √T/u
dimana f adalah frekwensi sumber getar
T adalah tegangan benang
L panjang gelombang yang terbentuk
n = 1, 2, 3, . . .
u = massa per satuan panjang benang.
Untuk melakukan percobaan ini, rangkailah alat-alat seperti gambar
berikut.

5.4 Langkah Percobaan


Terlebih dahulu, rangkaikanlah alat-alat seperti gambar berikut:

Gambar 4.2
Rangkaian Set Alat Dalam Percobaan Gelombang Berdiri Pada Tali

Setelah alatnya diseting, lakukanlah lanbgkah-langkah sebagai berikut:


a) Hidupkan frekwensi audio.
b) Ubah-ubah tegangan tali sehingga terbentuk gelombang berdiri
yang stabil. Pertama-tama buatlah gelombang berdiri dengan satu
buah perut.
c) Saat terbentuk gelombang berdiri dengan satu buah perut, catat
tegangan tali, ukur juga panjang gelombang yang terbentuk.
d) Lakukan hal yang sama untuk gelombang berdiri dengan dua perut,
tiga perut dan seterusnya.
e) Lakukan juga untuk tali yang lain.

Tabel pengamatan

μ = ….. g/m
No Banyaknya Perut Tegangan Tali (N) Panjang Gelombang (m)
.
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6

5.5 Hasil Pengamatan


μ=0.4379g/m
No. Banyaknya Masa beban Tegangan Panjang
perut Tali (N) Gelombang (m)
1 1 560 5.4432 3.09
2 2 170 1.6542 1.55
3 3 30 0.8748 1.03
4 4 60 0.5832 0.7725
5 5 40 0.3888 0.62
6 6 35 0.3402 0.52
μ=0.8212 g/m
No. Banyaknya Masa beban Tegangan Panjang
perut Tali (N) Gelombang (m)
1 1 550 5.346 3.09
2 2 180 1.7496 1.55
3 3 70 0.6804 1.03
4 4 30 0.2916 0.7725
5 5 20 0.1944 0.62
6 6 15 0.1458 0.52

Dengan : L = 154.5 m
f = 50 Hz
g = 9.72
5.6. Pengolahan Data
μ=0.4379g/m
1. Perut → T 1 m = 560 gr = 0.56 kilogram
=W
=mxg
= 0.56 x 9.72
= 5.4432 N
2. Perut → T 1 m = 170 gr = 0.17 kilogram
=W
=mxg
= 0.17 x 9.72
= 1.6542 N
3. Perut → T 1 m = 30 gr = 0.3 kilogram
=W
=mxg
= 0.3 x 9.72
= 2.916 N
4. Perut → T 1 m = 60 gr = 0.6 kilogram
=W
=mxg
= 0.6 x 9.72
= 5.832 N
5. Perut → T 1 m = 40 gr = 0.4 kilogram
=W
=mxg
= 0.4 x 9.72
= 3.888 N
6. Perut → T 1 m = 35 gr = 0.35 kilogram
=W
=mxg
= 0.35 x 9.72
= 3.402 N
μ=0.8212 g/m

1. Perut → T 2 m = 550 gr = 0.55 kilogram


=W
=mxg
= 0.55 x 9.72
= 5.346 N
2. Perut → T 2 m = 180 gr = 0.18 kilogram
=W
=mxg
= 0.18 x 9.72
= 1.7496 N
3. Perut → T 2 m = 70 gr = 0.7 kilogram
=W
=mxg
= 0.7 x 9.72
= 6.804 N
4. Perut → T 2 m = 30 gr = 0.3 kilogram
=W
=mxg
= 0.3 x 9.72
= 2.916 N
5. Perut → T 2 m = 20 gr = 0.2 kilogram
=W
=mxg
= 0.12 x 9.72
= 1.584 N
6. Perut → T 2 m = 15 gr = 0.15 kilogram
=W
=mxg
= 0.15 x 9.72
= 1.188 N
5.6 Pembahasan Data
Pada praktikum ini kita melakukan percobaan gelombang tali dengan
sebuah benang salah satu ujungnya diikatkan kuat-kuat dan salah satu
ujungnya ditarik, kemudian benang ini digetarkan dengan frekwensi sumber
getar yang tetap dan diberi beban bermasa M. Frekuensi yang digunakan
sebesar 50 Hz. Digunakan 6 beban yang berbeda dengan jenis tali dan
perlakuan yang sama. Adapun tegangan tali yang didapat dengan
menggunakan rumus W= m x g dihasilkan masing-masing, 5.4432 N, 1.6542
N, 0.8748 N, 0.5832 N, 0.3888 N, dan 0.3402 N. Dengan demikian
berdasarkan data, jika massa yang digunakan semakin besar maka tegangan
tali semakin besar.
Adapun dengan data-data tersebut, tegangan tali didapat dengan
menggunakan rumus W= m x g dihasilkan masing-masing, 5.346 N, 1.7496
N, 0.6804 N, 0.2916 N, 0.1944 N, dan 0.1458 N. Dengan demikian
berdasarkan data tersebut, jika massa yang digunakan semakin besar maka
tegangan tali semakin besar.

5.7 Kesimpulan
Jika tali digetarkan dengan frekuensi f maka energi gelombang akan
bergerak dan menghasilkan gelombang . Pantulan gelombang menyebabkan
adanya gelombang yang arahnya berlawanan dengan gelombang datang dari
sumber.
Modul 6
TANGKI RIAK

6.1 Tujuan Percobaan


Setelah selesai percobaan mahasiswa dapat menjelaskan gejala gelombang dalam
air.

6.2 Alat Percobaan


Alat-alat yang diperlukan dalam Percobaan Tangki Riak adalah sebagai berikut
(Lihat juga Gambar 6.1).
- Set tangki riak
- Power suplay
- Air (1,5 l)

6.3 Landasan Teori


Gelombang merupakan usikan yang menjalar. Gelombang dapat menjalar
pada permukaan air. Beberapa sifat gelombang diantaranya dapat dibiaskan, dapat
berinterferensi, dapat mengalami difraksi dan dapat dipantulkan. Peristiwa-
peristiwa gelombang ini juga dapat dilihat pada permukaan air. Untuk dapat
melihat gejala-gejala gelombang tersebut lakukanlah hal-hal berikut.
a. Setlah alat tangki riak seperti gambar berikut.

(a)
b. Bersihkan dasar kaca tangki riak dari kotoran-kotoran yang ada.
c. Bersihkan juga layar tangki riak.
d. Isikan tangki riak dengan air secukupnya (kedalaman 0,5 – 1 cm).

6.4 Langkah Percobaan

6.4.1 Gelombang Lurus


a. Hidupkan catu daya
b. Potensiometer diatur sedemikian rupa sehingga terbentuk gelombang
permukaan air dengan jelas.
c. Gambar pola gelombang yang terbentuk.
d. Matikan catu daya.

6.4.2 Pembiasan Gelombang


a. Pasang kaca pembias di
depan pembangkit gelombang
(Lihat Gambar)
b. Atur tinggi permukaan air
pada pembias (± 1 mm di atas
permukaan
kaca pembias) dengan cara
menambah/mengurangi air pada tangki riak.
c. Hidupkan catu daya.
d. Atur kembali potensiometer sehingga terlihat gelombang dengan jelas.
e. Gambarkan pola gelombang yang ada, setelah pengamatan matikan catu daya.
6.4.3 Gelombang Lurus dengan Penghalang Bercelah Satu
a. Pasang kedua keping penghalang
di depan sumber gelombang
sehingga terdapat sebuah celah di
antara kedua penghalang. Lebar
celah ± 5 mm
(Lihat Gambar).
b. Hidupkan catu daya.
c. Atur kembali potensiometer sehingga terlihat gelombang dengan jelas.
d. Gambarkan pola gelombang yang ada.
f. Matikan catu daya.
6.4.4 Gelomabng Lurus dengan Penghalang Bercelah Dua
a. Pasang ketiga keping
penghalang dengan keping
pendek terletak di tengah di depan
sumber gelombang sedemikian
sehingga terdapat dua celah
sempit. Lebar celah ± 5 mm.
Usahakan agar tidak terlalu jauh
dari sumber gelombang (Lihat Gambar).
b. Hidupkan catu daya.
c. Atur kembali potensiometer sehingga terlihat gelombang dengan jelas.
d. Gambarkan pola gelombang yang ada.
e. Matikan catu daya.
6.4.5 Gelombang Lurus dengan Penghalang membentuk sudut
a. Pasang penghalang
gelombang sehingga
membentuk sudut 45o
terhadap gelombang datar
(Lihat Gambar).
b. Hidupkan catu daya.
c. Atur kembali potensiometer sehingga terlihat gelombang dengan jelas.
d. Gambarkan pola gelombang yang ada.
e. Matikan catu daya.

6.5 Hasil Pengamatan


3. Gelombang Lurus

4. Pembiasaan Gelombang
5. Gelombang Lurus dengan Penghalang Bercelah Satu

6. Gelombang Lurus dengan Penghalang Bercelah Dua

7. Gelombang Lurus dengan membentuk satu sudut


6.6 Pembahasan data
a. Gambar yang didapat pada percobaan I terjadi, dimana gelombang rambat pada
air yang memiliki kedalaman sama menimbulkan gelombang melaju dengan
kecepatan yang sama dari sisi kiri ke sisi kanan, lal panjang gelombang yang
dihasilkan selalu sama dan tidak berubah sampai ujung.
b. Pada percobaan kedua diperoleh hasil pada gambar II yang terjadi dimana
gelombang merambat pada air dengan kondisi air yang memiliki perbedaan
kedalaman diujungnya menimbukkan gelombang memiliki kecepatan yang
berbeda. Pada daerah air yang lebih dalam terjadi gelombang yang memiliki
cepat rambat yang lebih rendah dari cepat rambat gelombang terjadi pada daerah
kondisi air yang lebih rendah. Selain itu panjang gelombang yang dihasilkan
pada daerah yang lebih dalam lebih besar dari daerah yang lebih rendah kondisi
airnya.
c. Pada percobaan ketiga dimana diletakkan dua penghalang yang memiliki celah
sempit membuat gelombang yang timbul dari percobaan tersebut berbentuk
setengah lingkaran. Mula-mula gelombang berupa garis lurus namun setelah
memlaui celah sempit sebagian besar muka gelombang tersebut dihentikan dan
hanya sebagian kecil muka gelombang yang bisa keluar melalui celah sempit
tersebut.
d. Pada percobaan keempat diletakkan 3 penghalang yang mempunyai dua buah
celah sempit yang membuat gelombang lurus masuk ke dalam dua buah celah
itu lalu menimbulkan dua sumber gelombang yang baru terjadi. Dua buah celah
sempit itu menimbulkan gelombang baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang
semakin besar.
e. Pada percobaan kelima diletakkan sebuah penghalang yang mempunyai celah dan
penghalang tersebut membentuk sudut 45°yang membuat gelombang lurus
seperti tertahan dan tidak bisa lewat jadi di depan penghalang terlihat pola
gelombang berdesakan karena gelombang yang lewat tertahan oleh penghalang
sudut.

6.7 Kesimpulan
1. Kita bisa melihat puncak dan dasar gelombang dengan cara melihat pada kertas
putih (layar) berupa gelap dan terang.
2. Gelombang yang terjadi pada tangka riak adalah tergantung dari medium yang
dilewatinya.
3. Gelombang akan membentuk pola lurus dan beraturan apabila tidak di berikan
penghalang.
4. Pada gelombang yang baru dapat dihasilkan apabila gelombang lurus dihalang
suatu benda atau penghalang.

Anda mungkin juga menyukai