Anda di halaman 1dari 133

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

PENDAHULUAN

Saya akan berbicara langsung mengenai pokok persoalan. Saya yakin bahwa saya telah mendapatkan
suatu penemuan penting yang seharusnya akan dapat mengubah pengertian kita tentang Bibel
Ibrani, atau apa yang disebut oleh kebanyakan orang sebagai Perjanjian Lama. Penemuan ini berupa
dugaan kuat bahwa Kitab Bibel itu berasal dari Arabia Barat, dan bukan dari Palestina, seperti yang
sampai kini diduga oleh para ahli, berdasarkan pada perkiraan geografis. Bukti yang saya dapati
untuk menentang pernyataan ini akan dibahas pada bab-bab yang berikut. Dugaan saya ini
didasarkan pada analisa linguistik dari nama-nama tempat yang tertera di dalam Kitab Bibel, yang
menurut pendapat saya sampai sekarang terus menerus telah diterjemahkan secara tidak benar.
Prosedur ini secara teknis disebut analisa onomastik, atau barangkali lebih tepat analisa toponimik.
Saya terus-terang mengakui bahwa penemuan ini masih bersifat teoritis, sebelum diperkuat oleh
penyelidikan-penyelidikan arkeologis. Akan tetapi bukti-bukti yang saya dapati sangatlah besar
sehingga hanya akan disangsikan oleh orang-orang kolot saja, dan saya yakin kesangsian itu pun
akan lenyap setelah adanya dukungan selanjutnya oleh para ahli.

Tidak mengherankan, dalam membuka jalan baru, jika saya melakukan beberapa kesalahan yang
mungkin akan dijadikan kesempatan oleh para kritikus untuk menodai hasil-hasil penemuan saya ini.
Tetapi saya yakin bahwa kesalahan itu tidak akan begitu besar sehingga dapat mempengaruhi hasil
penemuan ini. Tidak diragukan lagi, banyak orang akan mengeluh bahwa referensi saya terhadap
kepustakaan yang luas mengenai geografi Bibel Ibrani itu hanya sepintas saja. Jawaban yang akan
saya berikan singkat saja, yaitu bahwa saya samasekali tidak setuju dengan apa yang telah tertulis
dan merasa tidak perlu membebani para pembaca dengan sanggahan-sanggahan mengenai
penemuan-penemuan yang lalu satu persatu. Sebenarnya saya khawatir juga bahwa daftar nama-
nama tempat yang menjadi dasar pokok argumentasi buku ini akan menimbulkan kesulitan kepada
pembaca yang tidak begitu biasa dengan transliterasi abjad Ibrani dan Arab. Sementara saya
harapkan para spesialis akan ikut bersabar bersama saya, saya sarankan pembaca biasa melewati
saja bagian-bagian itu, dan memusatkan perhatian pada kesimpulan yang telah saya usahakan
seringkas dan sejelas mungkin, dengan harapan hal ini dapat saya kemukakan dengan sebaik-
baiknya.

Untuk membantu pembaca umum, beberapa pengetahuan dasar baik mengenai bahasa dalam Bibel
Ibrani ataupun perbandingannya secara linguistik yang berhubungan dengan bahasa-bahasa Semit,
barangkali masih diperlukan. Ringkasnya, Kitab Bibel Ibrani kanonik itu terdiri dari tiga puluh
sembilan kitab yang dahulunya disusun dalam dua puluh empat buah gulungan. Lima kitab pertama,
yaitu Pentateuch (atau Torah dalam bahasa Ibrani, yang berarti 'pelajaran') terdiri dari Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Selanjutnya, dua puluh satu kitab Kisah para Rasul: empat
karya bersejarah Yosua, Hakim-hakim, Samuel (2 kitab), Raja-raja (2 kitab); kitab-kitab Tiga Rasul
utama Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel; kemudian dua belas kitab mengenai para nabi-nabi, yaitu:
Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.
Dan akhirnya tiga belas kitab puisi-puisi keagamaan dan kesusastraan mengenai kebijaksanaan,
Tulisan-tulisan, yang terdiri dari Mazmur, Amsal, Yob, Kidung Agung, Rut, Ratapan, Pengkhotbah,
Ester, Daniel, Ezra, Nehemia dan Tawarikh (2 kitab). Kecuali bagian-bagian Aramaik dari kitab Daniel
(2:4b - 7:28) dan kitab Ezra (4:8 - 6:18), semua karangan orisinalnya yang sampai kepada kita tertulis
dalam bahasa Ibrani.

Hal-hal yang bersangkutan dengan penanggalan dan penyusunan kitab-kitab Bibel Ibrani itu terlalu
rumit untuk dibahas secara rinci, dan tidaklah penting dalam argumentasi saya ini. Sejumlah kitab-
kitab itu, misalnya, sudah dapat dipastikan sebagai karya-karya baru yang disusun berdasarkan
naskah-naskah yang lebih tua, sehingga dapat diperkirakan baru tersusun pada sekitar abad ke-4
S.M., setelah runtuhnya kerajaan Israil kuno.

Yang sudah pasti ialah bahwa bahasa Ibrani dalam Bibel secara keseluruhan mempunyai bentuk
bahasa sehari-hari, tidak seperti halnya bahasa Ibrani yang dipakai oleh para rabbi (pendeta Yahudi)
yang berfungsi khusus sebagai bahasa kesarjanaan. Dengan kata lain, naskah-naskah Bibel Ibrani
yang kita kenal telah ada sebelum abad ke-5 S.M., pada waktu Kerajaan Israil kuno mengalami
kehancurannya dan sewaktu bahasa Ibrani dan berbagai bentuk bahasa Kanaan sudah tidak dipakai
lagi. Ini berarti kita dapat mempergunakan Bibel Ibrani itu, paling tidak dalam penelitian ini, sebagai
dokumen yang berhubungan langsung dengan sejarah Israil, lepas dari soal-soal penanggalan,
komposisi, atau siapa penulisnya.

Karena hampir seluruh argumentasi ini dititikberatkan pada perkiraan saya bahwa Bibel Ibrani terus-
menerus diterjemahkan dengan tidak benar, maka patut diadakan suatu pembetulan. Singkatnya,
seperti yang akan saya jelaskan secara lebih mendalam pada Bab 2, bahasa Ibrani itu tidak lagi
dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari pada sekitar abad ke-5 atau ke-6 S.M. Oleh sebab itu, jika
ingin memahami Bibel Ibrani kita harus memilih satu di antara dua metode. Cara yang pertama ialah
menerima saja terjemahan naskah-naskah yang diterjemahkan secara tradisional itu dalam bahasa
Ibrani, atau menyelidiki bahasa-bahasa Semit yang masih berhubungan erat dengan bahasa Ibrani,
seperti bahasa Arab dan bahasa Suryani. Bahasa Suryani merupakan peninggalan dari suatu bentuk
bahasa Aram kuno. Saya tidak menggunakan penterjemahan secara tradisional dalam bahasa Ibrani,
karena para ahli Yahudi yang menterjemahkan dan memberi bunyi vokal pada Bibel Ibrani antara
abad ke-6 dan ke-10 M. itu tidak dapat berbahasa Ibrani secara lisan dan mungkin mendasarkan
rekonstruksi mereka pada dugaan-dugaan saja. Jika memakai metode kedua, untuk menafsirkan
bahasa Ibrani yang dipergunakan di dalam Bibel Ibrani, kita harus melakukannya berkenaan dengan
fonologi dan morfologi perbandingan dari bahasa-bahasa Semit. Mengingat banyak pembaca yang
belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini, sekali lagi saya akan memberikan informasi dasar
mengenai hal ini.

Bahasa Semit pada umumnya dianggap sebagai anggota keluarga besar bahasa-bahasa Afro-Asia
yang meliputi bahasa Mesir kuno dan bahasa Berber serta Hausa modern. Dari bahasa-bahasa ini,
yang termasuk dalam cabang bahasa Semit ialah bahasa Akkadia (bahasa kuno Babilonia dan Asiria),
bahasa Kanaan (bahasa Funisia kuno dan bahasa Ibrani kuno adalah suatu varian dari bahasa ini),
bahasa Aram (bahasa Suryani) dan bahasa Arab. Salah satu ciri khas yang dimiliki bahasa-bahasa ini
adalah sistem mendapatkan akar suatu kata yang biasanya terdiri dari tiga konsonan. Akar-akar kata
ini biasanya dipahami sebagai kata kerja, dan ada seperangkat pola asal mula kata kerja ini yang
telah membentuk kata kerja lain, dan juga kata benda dan kata sifat yang beraneka ragam. Ini
melibatkan beberapa cara pemberian tanda vokal pada akar kata dengan menambahkan huruf-huruf
hidup, dan juga penambahan satu atau lebih konsonan pada akar kata yang asli. Dalam kamus-
kamus standar bahasa-bahasa Semit, kita biasanya mencari akar kata tertentu, yang kemudian
diikuti oleh serangkaian kata jadian yang berasal dari akar kata itu. Sejumlah akar kata yang sama
terdapat di beberapa bahasa Semit, dengan arti yang sama atau dengan arti yang berdekatan. Kalau
kita telah menguasai sebuah bahasa Semit, akan lebih mudah mempelajari yang lain.

Terkadang, sebuah akar kata yang ada pada dua atau lebih bahasa Semit tidak mudah dikenali
sebagai akar kata yang sama oleh seseorang yang tidak berbahasa Semit sebagai bahasa ibu. Ini
disebabkan karena satu atau lebih konsonan dalam akar kata itu dapat berubah dari satu bahasa ke
bahasa yang lain. Dalam bahasa Ibrani, contohnya, akar kata yang berarti 'mendiami' adalah hsr,
sedangkan dalam bahasa Arab akar kata itu adalah hdr. Penjelasannya adalah bahwa pemakai
bahasa Semit secara naluriah mengenai hubungan fonologis antara pelbagai konsonan, yang dapat
ditukar tempatnya di antara berbagai bahasa-bahasa Semit. Misalnya, 'g' di dalam satu bahasa atau
dialek (yang dapat diucapkan seperti huruf 'g' atau sebagai huruf 'j') dapat berubah menjadi huruf 'q'
(qaf) atau 'g' (ghayn) dalam bahasa atau dialek yang lain. Maka kata Negeb dalam bahasa Ibrani
(sebagai sebuah nama tempat) berubah menjadi Naqab atau Nagab dalam bahasa Arab.

Perubahan konsonan di antara bahasa-bahasa Semit ini nampaknya mengikuti peraturan-peraturan


tertentu, dan untuk mudahnya saya telah tabulasikan perubahan-perubahan tersebut dari bahasa
Ibrani ke bahasa Arab di bagian tepat sebelum Kata Pengantar buku ini. Ada pula masalah metatesis,
atau perubahan dalam penempatan konsonan-konsonan dalam akar kata yang sama antara pelbagai
bahasa Semit, misalnya akar kata acb, dapat berubah menjadi cab atau bca. Metatesis bukanlah
suatu fenomena linguistik yang hanya ditemui dalam bahasa-bahasa Semit. Kita dapat juga
menjumpainya dalam bahasa-bahasa yang lain , walaupun metatesis sangat biasa terjadi di antara
bahasa-bahasa Semit yang sama. Dalam sebuah dialek Arab, contohnya, zwg (diucapkan zawj), yang
berarti 'sepasang' dapat berubah menjadi gwz (diucapkan jawz), yang terakhir adalah bentuk yang
biasa terdapat pada dialek Libanon yang saya pakai.

Sama pentingnya, kalau tidak lebih, untuk mengingat bahwa bahasa-bahasa Semit ditulis dalam
bentuk konsonan tanpa huruf hidup. Namun, pada terjemahan-terjemahan Kitab Bibel dalam bahasa
Inggris dan dalam bahasa-bahasa lainnya, nama-nama menurut Bibel itu dikemukakan dalam bentuk
yang telah diberi huruf vokal, yang berasal dari penyuaraan kaum 'Masoret' atau dari tradisi Kitab
Bibel Ibrani, yang seperti telah saya katakan, mungkin salah, sepanjang ahli-ahli Masoret itu perlu
menyusun kembali bahasa Ibrani, yang sudah dipergunakan lagi secara umum. Agar membantu para
pembaca, yang telah saya lakukan adalah memberikan baik kata Ibrani yang diberi vokal secara
tradisional maupun yang belum diberi vokal, dan saya berusaha untuk menunjukkan bagaimana kata
yang sama itu, jika diberi vokal dengan cara yang berbeda, dapat mempunyai arti selain yang telah
ditentukan menurut tradisi kaum Masoret. Mengenai kata-kata --terutama nama-nama tempat yang
berasal dari catatan-catatan kuno Mesir, mustahil untuk mengetahui bagaimana semua itu
disuarakan. Maka dari itu, apa yang telah saya lakukan dalam contoh-contoh yang seperti itu adalah
mengemukakannya dalam bentuk konsonan mereka dan juga membuat agar mereka dapat
dibandingkan dengan bentuk-bentuk konsonan Ibrani. Seperti itu pula, jika saya mengutip kalimat-
kalimat lengkap dari Bibel Ibrani, saya telah menuliskan kata-kata Ibrani yang tidak diberi vokal ke
dalam bentuk Latin yang belum diberi tanda vokal pula. Ini agaknya tidak banyak membantu dalam
pembacaannya, tetapi berkenaan dengan argumentasi saya, saya tidak melihat adanya alternatif lain
yang lebih baik.

Untuk meringkaskan: apa yang sama dalam perbendaharaan kata dari berbagai bahasa Semit adalah
sejumlah besar akar kata konsonan dan bentuk-bentuk kata yang berasal dari situ; yang terakhir ini
tidak mempunyai perbedaan yang besar antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Guna
membandingkan kata-kata dalam berbagai bahasa Semit, kita perlu mengeja kata-kata itu hanya
dalam bentuk konsonannya, kalau tidak demikian maka seluruh maknanya akan hilang. Maka dari itu
saya harus memohon kepada pembaca agar mereka bersabar jika terdapat perbandingan-
perbandingan seperti itu, dan agar mereka percaya bahwa perbandingan-perbandingan ini dibuat
menurut peraturan yang pantas bagi ilmu bahasa perbandingan.

Berpaling pada metodologi, karena alasan-alasan yang kini telah jelas, saya mendasarkan studi saya
ini pada teks konsonan Bibel Ibrani, membanding-bandingkan sebutan tertentu dengan nama-nama
tempat di Arabia Barat guna memberikan alternatif bagi penterjemah tradisional. Kita tidak perlu
membahasnya lebih jauh dari itu, karena masalah-masalah yang seperti ini akan saya bahas dalam
Bab 2. Namun, saya hanya ingin menambahkan bahwa selain meneliti buku-buku dan peta-peta,
saya telah pula melakukan sebuah perjalanan ke Arabia Barat, yang saya yakin adalah tanah asal
Kitab Bibel, guna menjadi lebih akrab dengan lokasi-lokasi utama yang disebutkan di dalam studi ini
dan secara langsung mengamati bagaimana pelbagai lokasi yang telah saya sebutkan tadi itu
berhubungan, baik secara geografis maupun secara topografis.

Di atas dasar-dasar inilah argumentasi buku saya ini berdiri. Apakah saya berhasil atau tidak
meyakinkan para ahli Bibel Ibrani itu masih harus disangsikan dahulu. Yang dapat saya katakan
adalah bahwa saya yakin sepenuhnya atas hasil-hasil penemuan yang dihasilkan oleh analisa
toponimis saya, dan saya menanti-nanti datangnya saat para arkeolog menggali beberapa tempat
peninggalan zaman purbakala yang telah saya sebutkan, dan semoga menghasilkan bukti-bukti yang
lebih lanjut bahwa tanah asal Kitab Bibel Ibrani adalah Arabia, Barat, bukan Palestina.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


1. DUNIA YAHUDI KUNO (1/4)

Asal mula penyelidikan ini datang secara tidak sengaja. Pada suatu hari saya menerima sebuah copy
cetakan indeks ilmu bumi Arab Saudi, diterbitkan di Riyad pada tahun 1977, dan ketika saya sedang
memeriksanya untuk nama-nama tempat yang tidak berasal dari bahasa Arab yang terletak di Arabia
Barat, ketika itulah saya menyadari bahwa nama-nama tempat di Arabia Barat juga merupakan
nama-nama tempat yang tertera di dalam Kitab Perjanjian Lama, atau yang saya sebut Bibel Ibrani.
Pada mulanya saya meragukan persamaan ini, tetapi setelah bukti-bukti yang memperkuat itu
terkumpul, saya merasa yakin bahwa persamaan antara nama-nama itu bukanlah suatu kebetulan
belaka. Hampir semua nama tempat kuno yang saya dapati di dalam Bibel berpusat pada daerah
dengan panjang sekitar 600 kilometer dan selebar 200 kilometer, yang pada zaman ini meliputi Asir
(bahasa Arabnya 'Asir) dan bagian selatan Hijaz (al-Higaz). Semua koordinat tempat-tempat yang
disebutkan di dalam Kitab Bibel Ibrani dapat dicocokkan dengan sebuah tempat di wilayah ini, suatu
fakta yang sangat penting, sedangkan belum ada bukti-bukti yang mencocokkan koordinat-koordinat
tersebut dengan lokasi tempat-tempat di Palestina, tempat yang diduga sebagai tanah asal Kitab
Bibel. Saya tidak menemukan sekelompok nama tempat kuno, dalam bentuk Ibraninya yang masih
asli di daerah-daerah lain di Timur Dekat. Saya merasa berkewajiban untuk memikirkan adanya
sebuah kemungkinan yang sangat menakjubkan: yaitu bahwa Yudaisme bukan berasal dari Palestina,
melainkan dari Arabia Barat, dan bahwa seluruh sejarah bangsa Israil kuno berlangsung di daerah ini,
bukan di tempat lain.

Sudah tentu, jika menganggap bahwa dugaan saya ini benar, bukan berarti bahwa tidak ada orang
Yahudi yang tinggal menetap di Palestina pada zaman Bibel itu atau di negara lain di luar wilayah ini.
Yang dimaksud ialah bahwa Kitab Bibel Ibrani itu pada dasarnya ialah suatu catatan mengenai
sejarah pengalaman bangsa Yahudi di Arabia Barat. Sayangnya tidak ada catatan sejarah yang dapat
menjelaskan bagaimana Yudaisme dapat didirikan di Palestina pada zaman dahulu itu. Tetapi kita
dapat saja memberikan suatu perkiraan berdasarkan bukti-bukti yang ada.

Di antara agama-agama Timur Dekat yang diketahui, agama Yahudi berada dalam golongan
tersendiri; belum ada usaha-usaha yang berhasil menjelaskan asal usulnya dalam pengertian agama-
agama kuno Mesopotamia, Suria atau Mesir, kecuali dalam tingkat bayangan mitos-mitos. Salah satu
contoh yang demikian ini ialah kisah air bah, yang mungkin juga terdapat dalam kitab 'Epik
Gilgamesh' dari mesopotamia kuno, dan mitos-mitos kuno lainnya, bahkan salah satu di antaranya
berasal dari Cina. Walaupun dengan adanya contoh-contoh ini, kita tidak dapat memastikan asal-
mulanya mitos-mitos ini serta apa yang dibawa dan dari siapa. Tetapi, seperti yang akan kita lihat
dalam Bab 12, sangat masuk di akal untuk mengandaikan bahwasanya asal mula agama Yahudi
mungkin terbentuk karena adanya kecenderungan terhadap monoteisme di Asir kuno tempat
sejumlah dewa-dewa gunung seperti Yahweh, El Sabaoth, El Shalom, El Shaddai, El Elyon dan yang
lain entah bagaimana yang akhirnya diakui sebagai dewa tertinggi, mungkin dengan adanya
pembauran di antara suku-suku setempat. Karena kemudian diadopsi oleh suku Israil, sebuah suku
lokal, monoteisme dasar Arabia Barat ini lambat-laun berkembang menjadi sebuah agama dengan
jalan pemikiran yang tinggi, yang mempunyai sebuah kitab keagamaan tetap, yang mengandung
gagasan yang rumit tentang sifat ketuhanan dan mempunyai tema kemasyarakatan dan etika
tersendiri. Agama itu dengan mudah menarik peminat-peminat dari luar daerah asalnya, khususnya
dari daerah-daerah yang telah mengenal ketatasusilaan dan yang telah mempunyai tingkat
pemikiran yang cukup tinggi. Karena agama itu mempunyai kitab dan dikembangkan oleh orang-
orang yang dapat menulis dan membaca, agama itu mudah untuk disebarluaskan.

Bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab Yahudi ini biasanya disebut Ibrani, dan agaknya merupakan
dialek sebuah bahasa Semit yang dahulunya merupakan bahasa sehari-hari yang dipakai di pelbagai
daerah di Arabia Selatan, Barat dan Suria (termasuk Palestina). [1] Seseorang dapat menyimpulkan
hal ini melalui penyelidikan etimologis dan dari nama-nama tempat di wilayah Timur Dekat,
mempertimbangkan pula distribusi geografis mereka. Karena memerlukan kata yang lebih tepat,
maka bahasa kuno ini kini disebut bahasa Kanaan, menurut nama sebuah bangsa menurut Bibel
yang menggunakan bahasa ini. [2]

Di samping bahasa Kanaan, ada satu lagi bahasa yang dipakai di jazirah Arab dan Suria, bahasa ini
adalah bahasa Aram, diberi nama ini menurut nama bangsa Aram dari Bibel. Tanpa memperdulikan
siapa itu sebenarnya bangsa Kanaan dan Aram, suatu topik yang akan saya bicarakan dalam Bab 4,
[3] dapat dipastikan bahwa bahasa Kanaan (atau bahasa Ibrani) dan bahasa Aram pernah dalam
waktu yang bersamaan digunakan oleh berbagai masyarakat Arab dari wilayah Barat, seperti halnya
di Suria. Sebuah ayat pendek dari Kitab Bibel, jika dilihat kembali dari segi nama-nama tempat di
Arabia Barat yang masih ada sejak dari zaman kuno, jelas mengungkapkan hal ini.

Sebutan ini adalah Kejadian 31:47-49. Di sini dapat kita baca mengenai sebuah timbunan tanah yang
disebut 'timbunan batu', didirikan untuk menjadi saksi atas persetujuan antara Yakub, seorang
Yahudi, dengan paman dari pihak ibunya, seorang bangsa Aram dan ayah mertuanya, yaitu Laban.
Laban menyebutnya 'Yegar-sahadutha' (dalam bahasa Aram adalah ygr shdwt'), tetapi Yakub
menyebutnya 'Galed' (dalam bahasa Ibraninya gl'd) dan 'Mizpah' (Ibraninya hmsph), yang berarti
menara penjagaan. Ketiga nama ini kini masih dipakai oleh tiga buah desa yang tidak begitu terkenal,
yang letaknya berdekatan, di daerah maritim Asir, di kawasan Rijal Alma' (Rigal Alma'), di sebelah
barat Abha (Abha). Nama-namanya adalah: Far'at Al-Shahda ('l shd'), yang berarti 'Tuhan adalah
saksi' atau 'Tuhan dari saksi', dalam bahasa Arabnya pr't atau pr'h, yang berarti bukit atau timbunan,
sama artinya dengan kata Aram ygr; al-Ja'd ('l-g'd), yang merupakan sebuah metatesis yang telah
diarabkan dari kata gl'd; dan al-Madhaf (mdp; bandingkan dengan msph).

Begitulah persamaan antara pemakai bahasa Kanaan dengan pemakai bahasa Aram di Arabia Barat
menurut Bibel, sehingga menurut hemat saya orang-orang Israil itu bingung dari kelompok mana
mereka berasal. Walau mereka menganggap sebagai bangsa Ibrani (lihat Bab 13), tetapi menurut
Ulangan 26:5 leluhur mereka adalah seorang yang berasal dari suku Aram. Pertentangan ini telah
lama membingungkan para ahli, tetapi jika anggapan saya benar, hal itu memang masuk akal.

Kemungkinan besar awal tersebarnya agama Yahudi dari tanah asalnya di Arabia Barat ke Palestina
dan ke daerah-daerah lain itu ialah dengan mengikuti jalur (route) kafilah perdagangan antar Arabia.
Pada zaman kuno, wilayah Asir di Arabia Barat merupakan tempat pertemuan kafilah-kafilah yang
membawa barang-barang dagangan dari berbagai negara di kawasan teluk Samudera Hindia seperti
India, Arabia Selatan serta Afrika Timur, dari satu arah, dan dari Persia-Mesopotamia, dan negara-
negara di Laut Tengah bagian Timur, terutama Suria, Mesir dan dunia Aegea, dari arah yang lain
(lihat Peta 1).

Palestina, yang terletak di sudut Selatan Suria, dekat Mesir, merupakan ujung penghabisan dari jalur
perdagangan kuno Arabia Barat pertama yang bertolak menuju arah ini. Penduduk Yahudi yang
pertama mestinya adalah pedagang-pedagang dan kafilah-kafilah dari Arabi Barat yang terlibat
dalam perdagangan ini. Penduduk baru ini kemudian dengan mudah menarik penduduk lokal untuk
memasuki agama mereka, yang dalam hal kecanggihan intelektualnya jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan cara-cara pemujaan setempat dan bahkan agama-agama tinggi kerajaan Mesir dan
Mesopotamia. Cara yang persis seperti inilah yang dipergunakan oleh pedagang-pedagang Islam di
berbagai tempat di Asia dan Afrika Timur pada waktu-waktu yang kemudian. Mereka menarik umat
baru untuk memeluk agama Islam di mana pun mereka singgah di antara penduduk itu yang
memandang agama Islam sebagai suatu agama yang lebih baik daripada agama mereka sendiri.

Bukan maksud saya untuk mengatakan bahwa orang-orang Yahudi itulah yang merupakan penduduk
pertama Arabia Barat di Palestina. Mestinya bangsa Filistin yang menurut Bibel (lihat Bab 14) dari
Arabia Barat itulah yang terlebih dahulu menetap di daerah itu sebelum mereka, mengingat bahwa
merekalah yang memberi nama kepada negara ini. Begitupun halnya dengan bangsa Kanaan dari
Arabia Barat (lihat catatan 3) yang tampaknya telah 'tersebar' (Kejadian 10:18) sejak dahulu, dan
memberi nama pada tanah Kanaan (kn'n) yang terletak di sepanjang pantai Suria, di sebelah utara
Palestina. Daerah ini disebut Phoenicia oleh bangsa Yunani (mengenai Faniqa atau 'Phoenicia' di Asir,
lihat Bab 14 ). Bahwasanya Phoenicia sebenarnya disebut Kanaan oleh penduduknya dapat diketahui
dari sekeping uang logam Yunani dari Beirut yang menceritakan dalam bahasa Funisia (Phoenicia),
bahwa kota ini terletak 'di Kanaan' (b-kn'n), dan dalam bahasa Yunani bahwa kota ini terletak 'di
Phoenicia'. [4] Menulis mengenai 'bangsa Phoenicia' dan 'bangsa Suria dari Palestina' pada abad ke-5
S.M., sejarawan Yunani Herodotus yakin bahwa mereka berasal dari Arabia Barat. Ia menulis tentang
kedua bangsa itu: 'Negara ini, menurut cerita mereka sendiri, dahulunya terletak di Laut Merah,
tetapi dari sana mereka menyeberang dan menetapkan diri di pesisir Suria, dan di sana mereka
masih menetap' (7:89; lihat juga ibid. 1:1). [5]

Berapa pun umurnya perkampungan orang-orang dari Arabia Barat yang tertua di daerah pesisir
Suria,[6] migrasi orang-orang Filistin dan Kanaan ke sana mestinya bertambah besar. Menurut kitab-
kitab dalam Bibel Ibrani, kerajaan Israil sudah dipastikan berdiri di Arabia Barat, yang dihuni antara
lain oleh bangsa Filistin dan Kanaan, antara akhir abad ke-11 dan awal abad ke-10 S.M., yang
sebagian besar merugikan bangsa Filistin dan Kanaan. Karena patah semangat dan berturut-turut
dikalahkan oleh bangsa Israil, maka orang-orang Filistin dan Kanaan ini kemungkinan memperderas
arus migrasi mereka ke daerah pesisir Suria pada waktu yang sama. Di Palestina, nampaknya bangsa
Filistin menamakan perkampungan-perkampungan mereka (seperti Gaza dan Askalon) menurut
kota-kota di Arabia Barat yang mereka tinggalkan. Dusun Bayt Dajan di Palestina ('kuil' dgn, atau
'dagon') di Palestina, dekat Jaffa, masih memakai nama dewa agama yang mereka anut sewaktu di
Arabia Barat (lihat Bab 14). Di sebelah utara Palestina, bangsa Kanaan juga memberi nama-nama
yang berasal dari Arabia Barat kepada perkampungan-perkampungan mereka - nama-nama seperti
Sur (Tyre), Sidon, Gebal (dalam bahasa Yunani = Byblos), Arwad (dalam bahasa Yunani = Arados),
atau Libanon.[7] Pada saat orang-orang Israil dari Arabia Barat (dan mungkin kaum Yahudi dari
Arabia Barat lainnya) memulai migrasi mereka ke arah Utara untuk menetap di Palestina, yang tak
dapat ditentukan tahunnya, mereka juga memberikan nama-nama yang berasal dari daerah mereka
yang dahulu kepada tempat-tempat pemukiman mereka atau kepada tempat-tempat pemujaan
penduduk setempat yang diambil alih oleh mereka dan menggabungkannya dengan kuil-kuil Yahudi
mereka. Di antara yang paling kentara dan yang paling terkenal adalah: Yerusalem (yrwslm, lihat Bab
9), Bethlehem (byt lhm, lihat Bab 8), Hebron (hbrwn, lihat Bab 13? Carmel (krml),[8] dan
kemungkinan Galilee (glyl),[9] Hermon (hrmwn)[10] dan Yordan (h-yrdn, lihat Bab 7), semuanya
membenarkan hal ini. Di kebanyakan tempat di dunia, pada suatu waktu, imigran-imigran yang rindu
sering menamakan kota-kota, daerah-daerah, pegunungan, sungai-sungai, atau bahkan suatu negara
atau pulau-pulau dengan nama-nama yang mereka bawa dari tanah yang mereka tinggalkan.
Mengingat pada zaman dahulu bahasa yang dipergunakan di daerah Suria dan Arabia Barat adalah
sama, kita tidak dapat meniadakan adanya kemungkinan besar bahwa beberapa tempat di kedua
wilayah itu dahulunya mempunyai nama-nama yang sama, terutama jika berkenaan dengan ciri-ciri
topografis, hidrologis atau ekologis tertentu, atau berkenaan dengan pemujaan terhadap dewa yang
sama. Dalam corak kebudayaan tradisional, seperti dalam halnya bahasa, Suria dan Palestina tidak
pernah jauh berbeda.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

1. DUNIA YAHUDI KUNO (2/4)

Dalam setiap tahap, emigrasi dari Arabia Barat menuju Suria dan Palestina (dan mungkin juga
daerah-daerah lain) didukung oleh faktor-faktor luar. Sebagai daerah yang kaya akan bahan baku
alam, dan lagi pula sebagai daerah yang menguasai salah satu bandar perdagangan pada zaman
kuno (lihat Bab 3), Arabia Barat sudah semestinya merupakan sebuah target untuk penjajahan ke
kerajaan sejak masa lampau. Dalam Bab 11, akan dibuktikan, melalu bukti-bukti toponimik, bahwa
ekspedisi yang dilakukan oleh raja Mesir Sheshonk I terhadap Yudah, pada akhir abad ke-10 S.M.,
seperti yang dikisahkan dalam Bibel Ibrani dan didukung oleh bukti-bukti dari catatan-catatan kuno
Mesir, ditujukan kepada Arabia Barat, bukan terhadap Suria dan Palestina seperti yang sampai kini
diperkirakan. Sebuah penyelidikan yang dilakukan secara mendalam atas sebuah lagi ekspedisi
kerajaan Mesir yang disebut dalam Bibel Ibrani, yaitu ekspedisi Raja Necho II pada akhir abad ke-7
S.M., mengungkapkan bahwa ekspedisi yang melibatkan seorang Raja Yudah dan orang-orang
Babilonia, juga diarahkan ke Arabia Barat. Pertempuran Karchemis (krkmys, Tawarikh 2 - 35:20;
Yesaya 10:9; Yeremia 46:2), antara pasukan Mesir dan Babilonia, terjadi di dekat Taif, di sebelah
Selatan Hijaz, di tempat itu dua buah pedesaan yang berdekatan, Qarr (qr) dan Qamashah (qms),
masih berdiri.
Dengan demikian, saya yakin 'Karchemis' yang tertulis dalam Bibel itu bukanlah Kargamesa bangsa
Hittit, yang sekarang merupakan Jerablus di tepi sungai Furat (Efrat) seperti yang sampai kini
diperkirakan.[11]

Ekspedisi-ekspedisi militer pertama kerajaan Mesir sejak 2000 tahun S.M., yang selama ini diketahui
sebagai penyerangan terhadap Suria dan Palestina, jika kita teliti kembali melalui catatan-catatan
kuno Mesir dengan bantuan nama-nama tempat dari Arabia Barat yang masih terdapat di sana [12],
akan terlihat bahwa tindakan-tindakan militer itu lebih cenderung ditujukan kepada Arabia Barat.
Sebagai bangsa kerajaan, orang-orang Mesir kuno benar-benar tertarik untuk menguasai Arabia
Barat dan jalur-jalur perdagangannya,[13] seperti halnya bangsa Assyria dan Babilonia pada masa
kejayaan mereka. Mestinya, setelah setiap penjajahan kerajaan atas tanah mereka, dari arah mana
pun, sebuah gelombang migrasi baru bertolak dari Arabia Barat ke daerah-daerah seperti Palestina.

Persis pada saat kerajaan Mesir menyudahi masa penghematan antara akhir abad ke-11 dan awal
abad ke-10 S.M., kerajaan Israil berdiri di bukit-bukit daerah pesisir Asir (lihat Bab 8-10), di bawah
pimpinan Saul, kemudian dikembangkan oleh Daud dan mencapai puncak kejayaan dan
kemakmurannya di bawah raja Sulaiman (Salomo). Andaikata Daud dan Sulaiman pada masa mereka
benar-benar memimpin sebuah kerajaan Suria yang menguasai daerah strategis yang memisahkan
Mesir dan Mesopotamia, seperti yang diduga (lihat 1 Raja-raja 4:21 dalam terjemahan standar mana
pun), maka catatan-catatan Mesir dan Mesopotamia sudah semestinya paling tidak menyinggung
nama-nama mereka, tetapi hal ini tidak terlihat. Sewaktu kerajaan Mesir bangkit kembali pada abad
ke-10, intervensi baru yang dilakukannya di Arabia Barat menyebabkan terpecahnya kerajaan Israil
menjadi dinasti 'Yudah' dan dinasti 'Israil' yang saling bersaingan (lihat Bab 10). Perang saudara
antara Israil ini, yang berkobar pada dasawarsa terakhir abad itu, kemungkinan besar mengakibatkan
migrasi secara besar-besaran yang pertama ke negara-negara lain, terutama Palestina. Penjajahan
yang dilangsungkan oleh bangsa Mesopotamia atas Arabia Barat antara abad ke-9 dan ke-6 S.M.,
pertama-tama oleh bangsa Assyria dan kemudian oleh orang-orang Babilonia (yang sudah
merupakan bangsa Neo-Babilonia), hanya memperbesar arus migrasi ini.

Pada tahun 721 S.M. kerajaan 'Israil' di Arabia Barat itu dihancurkan oleh Raja Assyria, Sargon II,
yang menduduki ibukotanya, yaitu Samaria, (smrwn, yang kini masih berdiri dengan nama Shimran,
lihat Bab 10) dan membawa penduduk terkemukanya ke Persia sebagai tawanan.[14] Kemudian,
pada tahun 586 S.M., penguasa Babilonia, Nebuchadnezzar, memusnahkan kerajaan 'Yudah' di
Arabia Barat dan membawa ribuan penduduknya kembali ke Babilonia sebagai tawanan. Begitu
besar hasrat orang-orang Babilonia untuk menjaga kekuasaan mereka atas Arabia Barat dan untuk
mempertahankan tanah jajahan mereka itu dari usaha-usaha perebutan kembali kekuasaan atas
koloni itu oleh kerajaan Mesir (seperti yang pernah dicoba oleh Necho II, seperempat abad
sebelumnya), sampai-sampai pengganti Nebuchadnezzar, yaitu Nabodinus, memindahkan
ibukotanya dari Babilonia ke Teima (Tayma') di Hijaz Utara dan seperti yang kita ketahui, ia lebih
lama menjalankan pemerintahannya di daerah itu.

Sampai pada waktu itu, kemungkinan kehadiran orang-orang Yahudi di Palestina telah bersifat
permanen. Keadaan orang-orang Israil yang menyedihkan di Arabia Barat mungkin mendatangkan
harapan kaum Yahudi di sana akan hidup lebih baik di koloni Yahudi yang baru - di 'putri Zion' dan
'putri Yerusalem' (dengan kata lain, Zion dan Yerusalem baru di Arabia Barat, lihat Bab 9) seperti
halnya orang-orang Eropa yang pada abad ke-17 dan ke-18 kecewa akan kehidupan mereka di
daratan Eropa, dan mengharapkan akan kehidupan yang lebih baik di koloni mereka yang baru, yaitu
Amerika. Pengharapan orang-orang Eropa pada waktu itu dikemukakan oleh Goethe dalam kalimat-
kalimatnya yang sering dikutip:

Amerika, engkau memiliki yang lebih baik

Daripada yang dimiliki benua kami, yang lama.

Jauh sebelumnya, mungkin orang-orang Yahudi di Arabia Barat menyuarakan pengharapan yang
serupa, pada suatu waktu antara abad ke-8 dan ke-5 S.M., membicarakan, barangkali, tentang dunia
baru mereka di Palestina, seperti yang berikut ini:

Dan engkau, wahai Menara Kawanan Domba,

Hai Bukit putri Zion,

Kepadamu akan datang

Dan akan kembali pemerintahan

Yang dahulu,

Kerajaan putri Yerusalem.

(Mikha 4:9)[15]

Dan juga dalam kata-kata ini:

Putri gadis Zion

Membencimu,[16] memperolok-olokkan engkau

Dan putri Yerusalem

Menggeleng-gelengkan kepala di belakangmu

Dan orang-orang yang terluput di antara kaum Yudah

Yaitu orang-orang yang tertinggal,

Akan berakar ke bawah,

Dan menghasilkan buah ke atas;

Sebab dari Yerusalem akan keluar orang-orang yang tertinggal,

Dan dari Gunung Zion orang-orang yang terluput;

Semangat Penguasa Sabaoth,[17] akan melakukan hal ini.


(Yesaya 37:22b, 31-32; juga 2 Raja-raja 19:21b, 30-31)

Dan mungkin dalam ini pula:

Bergembiralah, wahai putri Zion;

Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai putri Yerusalem

Lihat, rajamu datang kepadamu;

Ia jaya dan menang,

Ia rendah hati dan mengendarai seekor keledai,

Seekor keledai beban yang muda.[18]

(Zakharia 9:9)

Jika ada harapan yang tertinggal untuk mendirikan kembali sebuah pemerintahan Israil yang mampu
bertahan seusainya penjajahan oleh bangsa-bangsa Assyria dan Babilonia, maka harapan ini pudar
secara tidak langsung dengan munculnya kerajaan Persia, Achaemenes, pada akhir abad ke-6 S.M.
Pada tahun 538 S.M., bangsa Persia menaklukkan Babilonia; dan pada tahun 525, mereka telah
mengalahkan Suria dan menduduki Mesir dan untuk pertama kalinya mempersatukan semua negara
yang terletak di kawasan Timur Dekat kuno, di bawah sebuah pemerintahan kekerajaan yang efisien.
Kekuasaan bangsa Persia ini juga kemudian meliputi hampir seluruh, bahkan mungkin semua, daerah
Semenanjung Arabia, tetapi aksi-aksi penjajahan mereka di Utara sangat merugikan perdagangan
kafilah antar-Arabia yang merupakan aliran utama komunitas Israil dan komunitas-komunitas kuno
lainnya di Arabia Barat. Jalan-jalan besar yang diawasi, dibuat oleh Achaemenes guna
menghubungkan Persia dan Mesopotamia dengan Mesir melalui Suria, berakibatkan secara langsung
tergesernya jalur-jalur utama perdagangan menjauhi Arabia, hingga menyebabkan kemacetan
ekonomi wilayah Jazirah Arab beserta jaringan perdagangannya. Pada awal abad berikutnya,
didirikannya sebuah terusan oleh orang-orang Persia guna menghubungkan Laut Merah dengan
sungai Nil, membantu perdagangan maritim secara merugikan perdagangan kafilah Arabia yang
menuju ke arah sana. Akibat kesemuanya ini, secara menyeluruh, berkenaan dengan Arabia Barat,
mestinya sangat merusak.

Agaknya bangsa Persia sama sekali tidak bersifat memusuhi kaum Yahudi; malah kita mengetahui
bahwa mereka membela kaum itu. Maka dari itu, dengan mendapatkan izin dari pemerintah Persia,
sekitar 40.000 orang keturunan tawanan-tawanan Israil di Persia dan Mesopotamia kembali ke
Arabia Barat dengan membawa perabot rumah tangga mereka, dengan tujuan untuk membangun
kembali perkampungan mereka di sana. Tetapi malang bagi mereka, orang-orang Israil ini kecewa
dengan apa yang mereka temukan di sana, di mana-mana sekeliling mereka terdapat kemiskinan
dan kehancuran yang menyedihkan. Yang terjadi selanjutnya hanya dapat menurut perkiraan saja,
karena sampai di sini Kitab Bibel Ibrani itu tidak melanjutkan lagi kisah-kisah yang bersejarah. Tetapi
ada suatu hal yang dapat dipastikan, yaitu belum ada perkampungan Israil yang berhasil didirikan
kembali di tanah asal mereka di Arabia Barat, meskipun agama Yahudi tetap ada di sana dan di
Arabia Selatan, bahkan sampai kini. Sebagian besar orang-orang Israil yang kembali pada periode
Achaemenid mestinya berhasil kembali ke Mesopotamia dan Suria, atau berpencar. Sejak saat itu
sampai dengan dihancurkannya Yerusalem di Palestina oleh bangsa Rumawi pada tahun 70 M., arus
utama sejarah kaum Yahudi terpusatkan di sekitar Palestina. Mengenai asal mulanya Yudaisme di
Arabia Barat agaknya telah dilupakan.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

1. DUNIA YAHUDI KUNO (3/4)

Kemungkinan besar terhapusnya kenangan mengenai sejarah mereka di Arabia Barat dalam jangka
waktu yang relatif singkat --mungkin tak lebih dari dua atau tiga abad-- disebabkan oleh adanya
suatu perubahan bahasa, yang pada abad ke-6 S.M. telah menguasai Arabia, Suria dan
Mesopotamia. Seperti kita ketahui, dialek-dialek bahasa Kanaan sebagai bahasa Bibel Ibrani, telah
banyak dipakai di Arabia Barat dan Suria masa itu bersama-sama dengan dialek-dialek bahasa Aram.
Kitab-kitab suci Yahudi, kecuali beberapa bagian kitab-kitab karangan nabi-nabi yang kemudian,
ditulis dalam bahasa Ibrani, bukan bahasa Aram. Tetapi, setelah kira-kira tahun 500 S.M., bahasa
Kanaan telah jarang dipergunakan, bahkan mungkin telah punah di Arabia dan Suria; tergeser oleh
ballasa Aram yang telah menyebar sampai ke Mesopotamia. Di bawah Achaemenes bahasa Aram
bahasa resmi pemerintahan kerajaan Persia dan menjadi lingua franca wilayah Timur Dekat.
Pergantian bahasa di kawasan ini terus berlanjut sampai pada abad-abad berikutnya, yang sebegitu
jauh sebagai logat bahasa Semit yang mulai bersaing dengan bahasa Aram di berbagai kawasan di
Timur Dekat.[19] Sampai pada abad-abad permulaan zaman penyebaran agama Nasrani, bahasa
Arab, yang pada mulanya merupakan bahasa suku-suku penggembala padang pasir Syro-Arabia,
telah menggantikan bahasa Aram di sebagian besar Arabia dan Suria serta Mesopotamia, dan pada
abad ke-7 atau ke-8 M. hanya tinggal beberapa tempat saja yang masih memakai bahasa di daerah
itu. Di Arabia Barat kedua penggeseran bahasa itu dapat dilihat melalui beberapa nama tempat,
terutama kota kuno Zeboiim (sbym atau sbyym, bentuk jamak sby, dalam bahasa Ibrani, yang berarti
'gazelle' (semacam kijang), tergantung pada penyuaraannya). Kota Zeboiim, seperti yang akan
dibahas pada Bab 4, menandakan dua kota kembar di daerah pesisir Jizan (Gizan) di daerah pantai
sebelah Asir selatan. Kedua kota ini kini masih ada dengan nama Sabya (sby) dan Al-Zabyah (zby).
Sabya adalah bentuk bahasa Aram yang telah ditambah akhiran. Sedangkan Al-Zabyah adalah bentuk
bahasa Arab dari kata yang sama (sby) dengan kata sandang tertentu bahasa Arab yang telah diberi
akhiran. Dengan demikian itulah nama-nama tempat itu menghentikan segala proses sejarah.

Suatu hal yang sama pentingnya dengan kesimpulan yang telah saya tarik mengenai identitas nama-
nama tempat di Arabia Barat dan di negeri-negeri yang dijangkau Bibel ialah dengan punahnya
bahasa Bibel Ibrani sebagai bahasa lisan maka pembacaan kitab-kitab suci Yahudi itu menjadi suatu
problema. Bahasa Ibrani, seperti kebanyakan bahasa Semit, ditulis dalam bentuk konsonan dan
harus diberi tanda-tanda vokal jika kita hendak memahaminya, seperti sudah saya sebutkan. Suatu
kekecualian adalah bahasa Akkadia, yaitu bahasa Mesopotamia kuno, yang tulisan kuneiformnya
ditulis menurut suku kata bukan menurut alfabet. Perlu diingatkan bahwa bahasa Ibrani kuno harus
dimengerti terlebih dahulu sebelum diberi vokal menggunakan tanda-tanda vokal yang tepat dan
dengan menggunakan konsonan-konsonan ganda. Oleh sebab itu, pada permulaan era Achaemenid
orang-orang Yahudi Palestina dan Babilonia, karena mereka tidak mengetahui bagaimana tulisan-
tulisan Ibrani itu seharusnya dibaca, tampaknya mereka mendasarkan penambahan-penambahan
vokal terhadap tulisan-tulisan itu kepada bahasa Aram yang mereka pakai.[20] Di dalam teks-teks
yang mereka akui terdapat banyak nama tempat yang berhubungan dengan lokasi-lokasi di Arabia
Barat yang asing bagi mereka. Terlebih lagi, di Arabia Barat sendiri, kaum Yahudi pada sekitar tahun
500 S.M. telah mengalami kemunduran, sehingga tidak ada lagi orang-orang yang cukup terpelajar di
antara mereka untuk membenarkan sesama kaum Yahudi dari Palestina dan Babilonia dalam tafsiran
geografis mereka. Pula, orang-orang Yahudi dari Arabia Barat ini hanya beragama Yahudi saja dan
tidak merupakan kelompok etnis ataupun mempunyai pandangan politik orang-orang Israil; dan
mereka tidak lagi berbahasa Ibrani kuno, dan dalam waktu yang singkat bahasa mereka berubah
menjadi bahasa Arab. Sudah pasti orang-orang Yahudi di Arabia Barat masih mempunyai kenangan
mengenai kehidupan mereka yang dahulu sebagai bangsa Israil; [21] akan tetapi menjelang akhir era
Achaemenid, hubungan mereka dengan kaum Yahudi lainnya di luar Arabia tidak teratur dan mereka
mengalami kesulitan dalam menyampaikan secara efisien apa yang mereka ingat. Pada waktu umat-
umat Yahudi Palestina dan Babilonia menetapkan bentuk-bentuk pembacaan Kitab Bibel Ibrani
dengan mempergunakan tanda-tanda vokal, yang dimulai pada sekitar abad ke-16 M. (lihat Bab 2),
telah lama orang meninggalkan pemakaian bahasa Ibrani atau dialek-dialek bahasa Kanaan lainnya,
dan asal mula Yudaisme di Arabia pun telah lama dilupakan.

Faktor lain yang mungkin menyebabkan kaum Yahudi melupakan sejarah mereka di Arabia Barat
bersangkutan dengan perkembangan politik di Arabia Barat dan juga di Palestina setelah runtuhnya
kerajaan Israil kuno. Di Arabia Barat, kemunduran yang dialami kerajaan Achaemenid yang sudah
mulai terlihat pada tahun 400 S.M., mendorong munculnya perkumpulan-perkumpulan politik baru,
terutama perkumpulan politik bangsa Minaean (Ma'in), di daerah tempat kerajaan Israil pernah
berjaya. Karena tersebar di antara perkumpulan-perkumpulan politik baru ini, yang beberapa di
antaranya dibentuk secara politis sebagai kerajaan-kerajaan, kaum-kaum Yahudi Arabia Barat
kehilangan sifat nasionalisme mereka. Perkembangan di Palestina agaknya berbeda dengan yang
terjadi di Arabia Barat. Sampai pada tahun 330 S.M., penjajahan Alexander Agung telah
menghancurkan kerajaan Persia; setelah wafatnya Alexander panglima-panglimanya mendirikan
kerajaan-kerajaan baru di daerah yang dahulunya merupakan wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan
Achaemenid. Salah satu dari kerajaan Hellenis ini adalah kerajaan Ptolemi dengan pusatnya di Mesir
yang beribukotakan Alexandria. Satu lagi kerajaan yang terbentuk adalah kerajaan Seleucid, yang
akhirnya berpusatkan di daerah Suria dan ibukotanya di Antioch. Penguasaan atas Palestina pada
mulanya diperebutkan antara, kerajaan Ptolemi dan Seleucid, dan akhirnya jatuh ke tangan kerajaan
Seleucid; akan tetapi kerajaan Ptolemi tidak putus harapan dalam tekadnya untuk menguasai
kembali atau mempengaruhi negara itu. Pada abad ke-2 S.M., orang-orang Yahudi Palestina
mempergunakan kesempatan yang ada selagi adanya pertikaian atas tanah mereka, dan mereka
mengadakan suatu pemberontakan (yang dimulai pada tahun 167 S.M.) dan berhasil memerdekakan
negara mereka dari kekuasaan pemerintahan kerajaan Seleucid pada tahun 142 atau 141 S.M. Para
pemimpin pemberontakan ini, yang berasal dari perkumpulan kependetaan Hasmonia
(Hasmonaean), mengambil alih kekuasaan atas Yerusalem Palestina; di tempat ini terdapat kuil yang
pada waktu itu mungkin sudah dianggap kaum Yahudi sedunia sebagai tempat perlindungan yang
tersuci. Dengan bergerak melalui serangkaian aksi-aksi militer yang sukses, orang-orang Hasmonia
ini juga memperluas wilayah kekuasaan kaum Yahudi di Palestina, sehingga akhirnya tidak hanya
seluruh negeri itu saja yang dikuasainya, bahkan juga bagian Selatan Galilee di Utara dan daerah
perbukitan sebelah Timur sungai Yordan dan Laut Mati.

Orang-orang Hasmonia ini, pada era mereka, menganggap diri mereka sebagai keturunan sah bangsa
Israil kuno, dan kerajaan mereka bertahan sampai pada kedatangan bangsa Rumawi pada tahun 37
S.M., yang menyusun kembali daerah kekuasaan mereka sebagai 'client-kingdomnya' kerajaan
Rumawi dengan nama 'Judaea' yang artinya 'tanah kaum Yahudi', dengan Herod Agung (wafat pada
tahun 4 S.M.) sebagai raja. Herod ini kemudian memperbaiki kuil Yerusalem Palestina, yang
kemudian dihancurkan oleh bangsa Rumawi sewaktu mereka merampok kota itu pada tahun 70 M.,
dan mengakibatkan tersebarnya penduduk Judaea. Tak lama kemudian, bangsa Rumawi, di bawah
pimpinan Hadrian, membangun kembali kota ini dan menamakannya Aelia Capitolina, nama Aelius
diambil dari salah satu nama Hadrian. Akan tetapi ada pula kemungkinan bahwa nama ini adalah
bentuk Semit dari nama Aelia, yang merupakan nama asli tempat ini sebelum diberi nama
Yerusalem, untuk mengingatkan kembali pada kota Yerusalem di Arabia Barat. Aelia, dalam bentuk
Semit aslinya dapat berarti 'benteng' (bandingkan dengan kata 'yl dalam bahasa Ibrani, yang berarti
kekuatan), walaupun ini belum dapat dipastikan. Namun, yang dapat dipastikan adalah bahwa
orang-orang Arab pada zaman dahulu mengenal kota ini bukan dengan nama Yerusalem, melainkan
Iliya ('yly') sebelum mereka memanggilnya 'tempat suci', Bayt al-Muqqadas, Bayt al-Maqdis ataupun
hanya al-Quds.

Tanpa mempermasalahkan nama asli kota Yerusalem Palestina, kota ini kemudian telah dikenal
sebagai kota Yerusalem Daud dan Sulaiman yang asli pada era Hasmonia dan bahkan mungkin jauh
sebelumnya. Sama halnya dengan Palestina yang pada waktu yang sama telah dikenal sebagai tanah
asal Bibel Ibrani. Dan pada saat itu pun sudah ada anggapan yang kuat bahwa lokasi-lokasi geografis
dari cerita-cerita bersejarah dalam Kitab Bibel sebagian besar hanya mencakup bagian Utara dari
daerah Timur Dekat, yaitu Mesopotamia Suria dan Mesir, bukan Arabia Barat.

Ada kemungkinan sebuah kerajaan Yahudi di Arabia pada era orang-orang Hasmonia, yaitu kerajaan
Himyar di Yaman yang mengalami kemakmuran dari tahun 115 S.M. sampai abad ke-6 M. Dua orang
raja Himyar terakhir diketahui sebagai penganut-penganut agama Yahudi, tetapi kesalahan mereka
sampai kini belum dapat dijelaskan secara meyakinkan. Tidak ada bukti-bukti bahwa mereka adalah
umat Yahudi, seperti apa yang dikatakan oleh tradisi kuno Arab. Sejarawan Flavius Josephus, akan
kita bicarakan nanti, sadar akan adanya orang-orang Yahudi kuno di Arabia, tetapi ia tidak memberi
penjelasan mengenai hal ini. Orang-orang Hasmonia mungkin sengaja menafsirkan kembali lokasi-
lokasi geografis dalam Bibel berkenaan dengan Palestina guna mengesahkan status mereka sebagai
orang Yahudi, jika status mereka diragukan oleh para raja Yahudi Arabia di Himyar. Tentu saja ini
hanya merupakan sebuah dugaan saja, akan tetapi berkenaan dengan argumentasi saya, hal ini
sangat mungkin terjadi.

Apakah adanya sebuah kerajaan Yahudi di Yaman atau tidak, bukanlah hal yang amat penting, tetapi
dari kitab Septuaginta, yaitu terjemahan kitab-kitab Yahudi ke dalam bahasa Yunani yang dibuat
pada era kerajaan Yunani Kuno dan pada awal era kerajaan Rumawi, jelas terbukli bahwa pada
zaman Hasmonia itu Arabia Barat tidak lagi dipandang sebagai tanah asal Kitab Bibel Ibrani. Ini jelas
terlihat dalam bagaimana nama-nama topografis Arabia Barat seperti ksdym, nhrym, prt dan msrym,
berubah masing-masing menjadi Kaldia (Chaldaean), Mesopotamia, Efrat dan Mesir. [22] Lebih lagi,
kita dapat mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk memperkuat dugaan ini melalui gulungan-
gulungan kertas dari Laut Mati (Dead Sea scrolls). Di sini kita menemukan suatu karya orang Aram
yang mendetil dari sebuah tulisan di dalam Kitab Bibel yang menyebutkan nama-nama tempat di
sebelah Utara daerah Timur Dekat.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

1. DUNIA YAHUDI KUNO (4/4)

Karena begitu besar kesuksesan politik kaum Yahudi di Palestina, yang berlangsung selama 200
tahun, maka dalam waktu yang singkat saja telah terhapus semua kenangan mengenai tanah Arabia
Barat sebagai tanah asal Israil. Josephus, dalam karyanya The Antiquities of the Jews --yang
merupakan bangsanya sendiri-- tidak lama setelah tahun 70 M., menganggap Palestina adalah tanah
asal mereka, dan sejak waktu itu tidak ada yang menyimpang dari dugaan ini yang agaknya memang
masuk akal. Berabad-abad kaum Yahudi dan Kristen yang berziarah mengikuti jejak pengembaraan
para nabi dan nenek moyang Israil mereka melintasi tanah bagian Utara Timur Dekat, antara sungai
Furat dan sungai Nil, dan mengenali lokasi-lokasi bersejarah menurut Bibel dengan kota-kota atau
reruntuhan di Palestina. Saat ini arkeologi Bibel didasarkan pada daerah yang sama, dan para
sejarawan masih melanjutkan penelitian mereka terhadap sejarah dunia Bibel pada zaman Bibel
--yang bertentangan dengan sejarah kaum Yahudi, di Palestina dan bukan di Arabia Barat.

Sebagai akibat, jika seseorang meneliti kembali kepustakaan yang telah dibuat oleh para sarjana dan
ahli-ahli purbakala dalam 100 tahun belakangan ini, kita sadar akan adanya suatu ironi: beberapa
teks Bibel Ibrani tetap diperdebatkan, namun geografinya tidak diganggu gugat lagi. Jadi
kenyataannya, biarpun daerah Utara wilayah Timur Dekat telah diselidiki dengan seksama oleh
serangkaian generasi ahli-ahli purbakala, dan setelah adanya penemuan, penelitian dan penanggalan
atas peninggalan-peninggalan dari berbagai peradaban yang telah dilupakan, belum ada bukti yang
jelas yang diketemukan yang berhubungan langsung dengan sejarah dunia Bibel.[24] Lagi pula dari
ribuan nama tempat yang tertera dalam Kitab Bibel Ibrani, hanya beberapa di antaranya yang secara
linguistik dapat diidentifikasikan. Ini sangatlah luar biasa, mengingat nama-nama tempat di sana,
seperti di seluruh Suria, selama sebagian besar zaman kuno adalah dalam bentuk bahasa Kanaan dan
Aram dan bukan dalam bentuk bahasa Arab. Bahkan dalam beberapa kasus tempat-tempat di
Palestina memakai nama-nama menurut Bibel, koordinat tempat-tempat tersebut menurut
perhitungan jarak atau letaknya pun tidak cocok dengan lokasi-lokasi di Palestina. Sebuah kejadian
yang patut diperhatikan berkenaan dengan Beersheba di Palestina (lihat Bab 4), sebuah kota yang
namanya terkemuka di dalam kisah-kisah kitab Kejadian, dan karena itu asal mula kota ini mestinya
paling tidak dari akhir Zaman Perunggu, tempat penggalian arkeologis menemukan persis di tempat
itu barang-barang kuno yang bertanggal paling tidak dari akhir periode kerajaan Rumawi.

Karena seluruh sejarah Timur Dekat kuno sebagian besar diselidiki berhubungan dengan penelitian
atas Bibel Ibrani, maka sejarah ini sampai sekarang masih banyak mengandung ketidakpastian,
seperti halnya dengan 'Ilmu Pengetahuan Bibel' modern. Catatan-catatan kuno Mesir dan
Mesopotamia, jika dibaca dengan bantuan teks-teks Kitab Bibel yang kiasan-kiasan topografisnya
dianggap berhubungan dengan Palestina, Suria, Mesir atau Mesopotamia, telah secara teliti
disesuaikan dengan prasangka-prasangka para ahli sejarah Kitab Bibel. Cara yang sama seperti itu
juga diterapkan dalam penterjemahan catatan-catatan kuno (seperti catatan-catatan kuno dari Ibla,
di sebelah utara Suria), yang oleh para arkeolog masih ditemukan di negara-negara di Timur Dekat.
Bangsa-bangsa kuno Timur Dekat seperti bangsa Filistin, bangsa Kanaan, bangsa Aram, bangsa
Amorite, bangsa Horite, bangsa Hittit (berbeda dengan bangsa kuno dari Suria Utara dengan nama
yang sama) dan bangsa-bangsa lainnya, tanpa adanya bukti-bukti yang kuat telah ditentukan secara
geografis pada daerah-daerah yang bukan merupakan wilayah-wilayah mereka. Lebih lagi, sejumlah
bangsa ini, yang namanya berasal dari teks-teks Bibel, di tentukan secara tidak benar sebagai
pemakai bahasa-bahasa yang sebenarnya tidak mereka pakai, atau sebaliknya. Sarjana-sarjana
modern tetap bersikeras, misalnya, bahwa bangsa Filistin dalam Bibel merupakan orang-orang laut
'non-Semit' yang misterius, dan hal ini sangatlah aneh mengingat bahwa nama-nama kepala suku
dan bahwa dewa mereka, Dagon, (dgn, yang berarti 'jagung, padi') di dalam teks-teks Bibel adalah
nama-nama 'Semit' (yang jelas merupakan nama-nama Ibrani).

Walaupun banyak masalah seperti di atas yang masih kurang jelas dan masih dapat diperdebatkan,
namun ada dua hal yang sudah dapat dipastikan. Pertama, belum diketemukan bukti-bukti mengenai
asal mulanya orang-orang Iberani di Mesopotamia dan dugaan mengenai adanya migrasi orang-
orang ini dari Mesopotamia menuju ke Palestina dengan jalan melewati Suria Utara. Kedua, sampai
kini belum ada tanda-tanda yang ditemukan mengenai adanya tawanan orang-orang Israil di Mesir,
walaupun pernah adanya dalam sejarah, suatu emigrasi besar-besaran orang-orang Israil dari Mesir.
[25] Kita juga dapat mencatat, secara sepintas, bahwa para ahli Bibel itu masih memperdebatkan
masalah keluarnya kaum Israil dari Mesir menuju ke Palestina melewati Sinai yang belum terbukti
secara memuaskan (mengenai hal ini, lihat observasi terhadap Gunung Horeb, Bab 2).

Dengan penemuan-penemuan yang telah saya dapati, ini bukanlah suatu hal yang mengagetkan.
Para ahli Bibel telah mencari bukti-bukti di tempat yang salah. Mereka menganggap geografi Bibel
Ibrani benar dan meragukan kebenarannya sebagai kitab sejarah. Menurut hemat saya, cara yang
lebih produktif ialah dengan membenarkan isi sejarah Bibel Ibrani dan meragukan isi geografinya,
seperti yang telah saya lakukan pada halaman-halaman yang berikut. Di antara golongan-golongan
orang Timur Dekat, nampaknya hanya kaum Israil saja yang mempunyai kesadaran tajam akan
sejarah, atau setidak-tidaknya merupakan satu-satunya yang memahami dan menceritakan sejarah
mereka secara lengkap dan mudah dimengerti. Kitab-kitab suci mereka, pada hakekatnya
merupakan potret diri bersejarah yang digambarkan secara jelas dan mendetil. Memang benar
bahwa kisah-kisah dalam kitab Kejadian lebih bersifat proto-historikal daripada historikal, dan lebih
merupakan catatan-catatan tentang orang Israil dan anggapan mereka sebagai bangsa itu daripada
tentang asal mula mereka. Tapi tidaklah mustahil bahwa leluhur Ibrani orang-orang Israil itu pada
suatu waktu berasal dari sebuah suku yang terperangkap dan dipaksa kerja di suatu tempat yang
bernama msrym --yang mungkin bukan Mesir; kalau mereka mengadakan migrasi besar-besaran dari
tempat itu, di bawah seorang pemimpin yang bernama Musa yang mengatur mereka dalam suatu
kelompok keagamaan dan memberi mereka hukum-hukum yang harus diperhatikan oleh mereka;
kalau mereka melintasi sebuah tempat yang bernama h-yrdn --yang mungkin bukan sungai Yordan--
di bawah pimpinan seseorang yang bernama Yosua, untuk menetap di suatu tempat dan di situ
mereka akhirnya mencapai suatu penguasaan politik atas daerah itu; kalau mereka tinggal di sana
untuk beberapa waktu sebagai suatu konfederasi yang longgar dari suku-suku di bawah pimpinan
kepala-kepala suku yang disebut 'Hakim-hakim', dan terus menerus berperang dengan suku-suku
dan kelompok-kelompok lain yang tinggal di antara mereka, kalau mereka pada akhirnya tersusun
secara politis menjadi sebuah 'kerajaan' di bawah pimpinan Saul; kalau kerajaan ini dikembangkan
dan diberi suatu penyusunan dasar oleh Daud, yang selain seorang prajurit yang ulung juga
merupakan seorang penyair, dan mencapai puncak kejayaannya di bawah Sulaiman anak Daud,
seseorang yang terkenal akan kearifan dan kepandaiannya. Memang semestinya jika tidak ada orang
yang meragukan bahwa seluruh sejarah Israil, setelah wafatnya Sulaiman, berjalan seperti yang
tertulis dalam Kitab Bibel Ibrani. Tetapi jika kita menganggap bahwa segenap kejadian dalam sejarah
ini berlangsung di Palestina, dan mempelajari Bibel menurut anggapan ini, maka akan timbul
kebingungan dan sejumlah pertanyaan yang tak mampu terjawab akan tak terhitung lagi banyaknya.
Kalau saja kita menggeser geografi dalam Bibel dari Palestina ke Arabia Barat, maka tidak banyak
kesukaran yang akan tersisa. Kalau kita menimbang kembali catatan-catatan kuno Mesir, Babilonia
dan Suria menurut konteks geografi ini, maka semuanya akan cocok pada tempat mereka. Panorama
sejarah dalam Bibel Ibrani yang sendirinya menceritakan kisah lengkap sebuah bangsa Timur Dekat,
menjadi petunjuk terhadap penyelesaian teka-teki rumit sejarah Timur Dekat kuno,[26] dan bukan
panorama sejarah itu sendiri yang merupakan sebuah teka teki yang rumit.

Seluruh argumentasi dalam bab pengenalan ini berpusat pada dalil yang menyatakan bahwa tanah
asal Israil dan tanah kelahiran Yudaisme adalah Arabia Barat, bukan Palestina. Dalam buku ini contoh
teks-teks dari Kitab Bibel akan diuraikan dengan cara menyelidiki nama-nama tempat secara
toponimis guna membuktikan kebenaran dalil ini --suatu fakta yang semoga sewaktu-waktu akan
dapat diperkuat oleh penemuan-penemuan arkeologis pada lokasi-lokasi tersebut. Secara ideal,
seluruh teks Bibel Ibrani seharusnya diuraikan dengan cara yang sama seperti di atas, akan tetapi ini
memerlukan jangka waktu yang sangat lama sekali. Andaikata para pembaca bingung dengan apa
yang dikatakan oleh buku ini, perlu dijelaskan bahwa walaupun Bibel Ibrani menceritakan sejarah
orang-orang Israil kuno di Arabia Barat, bukan berarti agama Yahudi tidak mempunyai dasarnya di
Palestina, karena sebenarnya dasarnya adalah di sana. Kitab Bibel Ibrani yang ditulis di Arabia Barat
lebih banyak berkenaan dengan urusan-urusan kaum Israil di daerah itu, dan bukan dengan kaum
Yahudi di tempat-tempat lain.

Seperti yang telah dikatakan tadi, ada petunjuk-petunjuk dari Kitab Bibel mengenai tumbuhnya
sebuah pemukiman Yahudi yang kuat di Palestina yang dimulai pada sekitar abad ke-10 S.M. Ada
pula bukti-bukti yang berupa dokumentasi-dokumentasi yang didapat dari luar Bibel Ibrani yang
membuktikan adanya orang-orang Yahudi di negara-negara Timur Dekat --seperti daerah Utara
Mesir[27]-- sejak zaman kuno. Teks-teks kanonik Bibel Ibrani, yang mereka membicarakan cukup
mendetil tentang orang-orang Yahudi di luar Arabia Barat, hanya melakukannya sehubungan dengan
penawanan orang-orang Israil oleh kerajaan Babilonia. Rekonstruksi sejarah Yahudi yang mula-mula
di Palestina tidak mungkin didapat melalui teks-teks ini, ataupun melalui catatan-catatan lain yang
ada sampai sekarang.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

2. MASALAH METODE

Dalam mempelajari sesuatu kita harus belajar melupakan; didalam bidang penyelidikan Kitab Bibel
ini sangat mutlak. Karena bahasa yang dipakai dalam Bibel Ibrani telah lama tidak dipergunakan lagi,
beberapa waktu setelah abad ke-6 atau ke-5 S.M., maka tidak mungkin kita mengetahui pengucapan
serta pemberian tanda vokal aslinya seperti yang dipergunakan orang-orang dahulu itu. Kita pun
tidak mengetahui apa-apa tentang orthografi, tatabahasa, sintaksis serta langgam suaranya.
Perbendaharaan kata di Kitab Bibel Ibrani yang kita ketahui sangat terbatas pada kata-kata yang
tertera dalam teks-teks Kitab Bibel itu.

Memang benar, bahasa Ibrani para rabbi (pendeta Yahudi) telah memperlengkapi kita dengan
perbendaharaan kata dari Bibel Ibrani yang sebagian didasarkan pada perbendaharaan kata kuno
Kitab Bibel dan sebagian lagi dipinjam dari bahasa Aram dan bahasa-bahasa lain. Akan tetapi kita
harus mengingat bahwa bahasa Ibrani para rabbi Yahudi itu bukanlah suatu bahasa lisan; bahasa ini
merupakan suatu bahasa kesarjanaan saja. Lagi pula, banyak kata di dalam Kitab Bibel yang hanya
timbul sekali atau dua kali saja sehingga arti kata-kata itu masih dapat diperdebatkan.[1] Oleh sebab
itu, untuk membaca dan mengerti Bibel Ibrani kita harus melakukannya menurut tradisi para
pendeta Yahudi atau dengan cara mempelajari bahasa-bahasa Semit lainnya yang masih dipakai.
Saya telah memakai cara yang kedua, mendasarkan penafsiran saya pada bahasa Arab, dan dalam
beberapa hal pada bahasa Suryani, yang merupakan bentuk modern bahasa Aram kuno. Pendeknya,
saya telah memperlakukan bahasa Ibrani sebagai bahasa yang sebenarnya sudah tak dikenal lagi dan
yang perlu diungkapkan kembali, bukan lagi sebagai bahasa yang teka-teki dasarnya telah
dipecahkan.

Berkat kejujuran kesarjanaan kaum Masoret atau tradisional Yahudi, teks-teks dalam bentuk
konsonan Bibel Ibrani itu telah diturunkan kepada kita dari zaman kuno dalam keadaan yang hampir
dalam keadaan utuh. Sayang, sarjana-sarjana modern jarang yang menghargai hal ini. Seringkali, bila
mereka gagal dalam memahami sebuah kutipan dari Kitab Bibel, karena prasangka-prasangka
terhadap konteks geografisnya, mereka dengan salah menganggap bahwa teks-teks itu telah diubah,
seperti halnya seorang pekerja yang tidak terampil menyalahkan alat-alatnya. Memang benar,
beberapa kitab dalam Bibel Ibrani itu merupakan kumpulan sumber naskah yang lebih tua dan yang
telah disusun kembali. Ini tidak diragukan lagi. Tetapi mungkin saja berbagai kitab teks Bibel kanonik
yang ada pada kita, telah dalam bentuknya yang sekarang ini sebelum runtuhnya kerajaan Israil,
yaitu paling lambat pada abad ke-5 atau ke-6 S.M. Dugaan ini timbul dengan adanya kenyataan
bahwa Bibel Ibrani telah diterjemahkan secara keseluruhan ke dalam bahasa Aram (kitab-kitab
Targum) pada zaman Achaemenid, dan ke dalam bahasa Yunani (kitab Septuaginta) pada awal
periode Hellenis. Gulungan kertas Laut Mati, yang telah begitu banyak menarik perhatian dalam
dasawarsa belakangan ini, jauh lebih muda dibandingkan dengan kedua terjemahan itu. Oleh sebab
itu gulungan kertas Laut Mati mungkin dapat berguna dalam studi mengenai agama Yahudi Palestina
pada zaman Rumawi; akan tetapi tidak akan dapat banyak menolong dalam pemecahan teka-teki
Kitab Bibel Ibrani.

Kita kini mengetahui bahwa Bibel Ibrani yang mula-mula ditulis dalam bentuk konsonan. Kemudian
diberi vokal, dengan mempergunakan tanda-tanda vokal khusus, oleh kaum Masoret Palestina dan
Babilonia antara abad ke-6 dan ke-9 atau ke-10 tahun Masehi. Dengan kata lain, mereka yang
melakukan ini sebenarnya menyusun kembali sebuah bahasa yang telah tidak dipergunakan lagi
selama seribu tahun atau lebih. Kaum Masoret ini apakah mereka berbahasa Aram atau tidak,
melakukan tugas mereka dengan seluruh pengetahuan yang mereka miliki. Karena mereka
menghormati Bibel sebagai kitab suci, maka dapat dipastikan bahwa mereka berhati-hati agar tidak
mengubahnya, dan membiarkan teks konsonannya seperti apa adanya, sekalipun mereka
menemukan sebuah kutipan yang menurut mereka tidak masuk akal. Mereka hanya mencatat
bilamana ada atau sepertinya ada kejanggalan-kejanggalan dalam ejaan atau tata bahasa, dan
tampaknya tidak ada usaha-usaha yang disengaja untuk membetulkan kejanggalan-kejanggalan itu.
Ironisnya, jika para ahli Bibel modern berhati-hati seperti halnya para leluhur Masoret mereka, maka
Ilmu Pengetahuan Bibel modern tidak akan membingungkan seperti sekarang ini, dan proses
mempelajari yang sebenarnya bidang ini tidak perlu begitu banyak melupakan apa yang telah
diketahui.

Teks-teks suci, pada umumnya, dipelihara dalam bentuk aslinya oleh mereka yang taat dan setia
dalam agama apa pun, sehingga hampir tidak berubah. Diturunkan melalui tradisi, seperti halnya
teks-teks suci, nama-nama tempat juga jarang berubah, paling tidak dalam struktur dasarnya,
beberapa pun lamanya proses penurunan ini berlangsung. Jarang sekali nama-nama itu diubah, akan
tetapi jika ini terjadi, nama-nama tua itu tetap dikenang oleh masyarakat, dan lebih sering
dipergunakan kembali pada suatu saat.

Bertahannya nama-nama tempat inilah yang memungkinkan saya untuk melakukan suatu analisa
toponimis, dan terkadang memberi lebih banyak informasi mengenai geografi Bibel Ibrani daripada
yang dapat kita peroleh melalui arkeologi. Dalam hal-hal tertentu, studi mengenai nama-nama
tempat dan arkeologi mempunyai tujuan yang sama kecuali dalam satu perbedaan yang penting.
Kalau penemuan-penemuan arkeologis itu bisu, jika terdapat inskripsi-inskripsi apa pun adanya,
maka nama-nama tempat dapat berbicara dengan jelas. Maksud saya, bukan hanya memberitahu
kita apa sebenarnya nama-nama tempat itu, bagaimana diucapkan, apa arti dan dari bahasa atau
jenis bahasa mana asalnya. Tanpa adanya inskripsi, penemuan-penemuan arkeologi sangatlah sulit
untuk ditafsirkan, begitu sulitnya sampai-sampai pertengkaran di antara para arkeolog, mengenai
arti sejarah suatu penemuan tertentu, seringkali memburuk menjadi permusuhan pribadi. Walaupun
nama-nama tempat tidak memberikan informasi sebanyak yang dihasilkan oleh penggalian-
penggalian arkeologis, namun apa yang diberikan paling tidak merupakan suatu kepastian yang
relatif atau mutlak.

Saya akan mengemukakan sebuah contoh. Kalau seseorang menemukan sekelompok nama-nama
tempat di Arabia Barat yang berasal dari sebuah bahasa yang bentuk konsonannya sama dengan
bahasa Yahudi yang dipakai dalam Bibel atau bahasa Aram yang dipakai dalam Bibel, maka orang itu
dapat menyimpulkan bahwa bahasa-bahasa yang sama atau serupa dengan bahasa Aram atau
Yahudi Bibel pernah dipergunakan di Arabia Barat, meskipun bahasa Arablah yang merupakan
bahasa sehari-hari di sana selama 2000 tahun. Kalau dapat lebih jauh lagi dibuktikan bahwa nama-
nama tempat menurut Bibel, apa pun asal linguistiknya, terdapat pula di Arabia Barat yang sampai
kini masih ada, sedangkan hanya sedikit yang tertinggal di Palestina, maka dapat dimaklumi jika kita
bertanya: apakah Bibel Ibrani lebih merupakan catatan mengenai perkembangan sejarah di Arabia
Barat daripada di Palestina?

Dalam suatu usaha untuk menjawab pertanyaan itu, strategi yang saya pergunakan pada halaman-
halaman berikutnya adalah dengan membandingkan sekelompok nama-nama tempat Semit kuno,
yang dalam Kitab Bibel ditulis dalam ejaan Ibrani, dengan nama-nama tempat yang benar-benar ada
di Asir dan selatan Hijaz, yang oleh kamus-kamus geografi Arab Saudi modern ditulis dalam ejaan
Arab. Kira-kira sudah 3000 tahun waktu yang memisahkan bentuk Bibel itu dari nama-nama tempat
ini dengan persamaannya yang kini masih ada. Ini merupakan jangka waktu yang sangat lama, lebih
dari satu pergeseran bahasa yang mestinya terjadi di daerah-daerah di Timur Dekat, apalagi dengan
adanya peralihan dialek-dialek pada setiap tahap. Maka dari itu, bagi saya yang mengherankan
adalah bukan kenyataan bahwa nama-nama tempat menurut Bibel telah mengalami perubahan;
tetapi bahwasanya nama-nama itu tetap ada dalam bentuk Arab yang mudah dikenali.

Adalah wajar jika nama-nama tempat menurut Bibel di Arabia Barat telah mengalami perubahan
pada fonologi dan morfologinya, setelah hampir 3000 tahun. Pada awal buku ini, sebuah catatan
yang berjudul 'Perubahan bentuk Konsonan, menunjukkan bagaimana konsonan-konsonan tertentu
dalam bahasa Ibrani dapat menjadi konsonan-konsonan lain dalam bahasa Arab dan sebaliknya.
Catatan yang sama memperlihatkan pula seringnya terjadi metatesis (pindahnya huruf-huruf
konsonan dalam suatu kata) antara bahasa-bahasa Semit dan bahkan antara dialek-dialek dalam
bahasa yang sama. Sebagai tambahan dari perubahan yang disebabkan oleh peralihan-peralihan
bahasa dan dialek-dialek ini, kita perlu memperhatikan pula distorsi yang disebabkan oleh ditulisnya
nama-nama tempat tersebut dalam bahasa Ibrani Bibel dan dalam bahasa Arab modern.

Bahasa tulisan (dengan cara menggunakan huruf-huruf abjad atau dengan cara lain) hanya dapat
mengira-ngira saja fonetik dari sebuah percakapan saja. Inilah sebabnya mengapa para ahli bahasa
berpaling pada penggunaan begitu banyak simbol-simbol yang bukan abjad dalam pekerjaan
mereka, karena mereka tahu benar bahwa simbol-simbol yang ruwet ini pun tidak dapat mewakili
dengan akurat bunyi-bunyi yang sebenarnya.
Bagaimana nama-nama tempat, yang ada dalam bab ini dan ditempat lain sebenarnya diucapkan
pada zaman Bibel, tidak dapat diketahui. Untuk mengetahui persis bagaimana diucapkan sekarang
akan memerlukan penelitian lapangan yang sangat luas. Akan tetapi dalam memperbandingkan
bentuk-bentuk tertulis nama-nama ini, baik dalam bahasa Ibrani Bibel maupun dalam bahasa Arab
modern, kita harus mengingat tabiat abjad Semit itu. Pada mulanya abjad ini mengenal tidak lebih
dari 22 konsonan (termasuk glottal stop yang menurut bahasa-bahasa Semit merupakan sebuah
konsonan, dan dua buah semi-vokal, yaitu w dan y), walaupun bahasa lisan Semit yang sebenarnya
sejak dahulu memakai lebih dari ini. Dalam bahasa Ibrani yang dipakai para rabbi Yahudi, sebuah
konsonan tambahan ditambahkan pada abjad aslinya dengan cara memberi titik pada huruf sin, yang
dapat disuarakan sebagai s atau s (dengan topi atas). Maka (s) mewakili huruf s, dan v menandakan s
(dengan topi atas). Bahasa Arab, yang meminjam tulisannya dari bahasa Semit lainnya,
menggunakan 22 abjad dasar mereka, pada awalnya. Tetapi lama kelamaan enam huruf lagi
ditambahkan pada huruf-huruf yang telah ada. Maka t (ta') diberi satu lagi titik menjadi huruf t (tsa');
h (ha) diberi titik menjadi huruf h (kho'); d (dal) diberi titik menjadi huruf d (dzal); s (shod) diberi titik
menjadi huruf s (dlod); t (tho') diberi titik menjadi huruf z (dho'); dan 'ayn (ain) diberi titik menjadi
huruf g (ghoin) (lihat 'Kunci Transliterasi bahasa Ibrani dan Arab' pada awal buku ini). Dalam keenam
contoh di atas, huruf-huruf baru yang ditambahkan ini mewakili konsonan-konsonan yang secara
fonologis berhubungan dengan konsonan-konsonan yang diwakili oleh huruf-huruf yang lama.

Maka, dalam bahasa Arab, seperti yang tertulis aslinya, tidak semua konsonan yang terdengar dalam
percakapan mempunyai huruf tersendiri dalam abjad untuk mewakili mereka. Saya yakin bahwa
begitu juga halnya dengan bahasa Ibrani Bibel, yang dalam bahasa lisan dalam berbagai dialeknya
mestinya terdapat konsonan-konsonan yang dalam tulisan diwakili oleh huruf-huruf yang mewakili
konsonan lain. Contohnya, tidak ada alasan untuk menganggap pemakai bahasa Ibrani di Arabia
Barat atau ditempat lain untuk tidak mengucapkan h maupun h yang masih saling berhubungan,
sambil menggunakan h untuk mewakili kedua konsonan itu di dalam tulisan. Dalam pengucapan
bahasa Ibrani rabbi (yang mencerminkan pengaruh bahasa Aram), b dapat diucapkan sebagai b dan
v; g sebagai g dan g (dengan titik di atas); k sebagai k dan h; sebagai p dan p (atau f); t sebagai t dan
t. Ada kemungkinan besar para pemakai bahasa Ibrani kuno (paling tidak dalam beberapa dialek)
juga mengucapkan konsonan-konsonan seperti d, d dan z yang tidak mempunyai huruf-huruf yang
mewakili mereka dalam abjad Ibrani.

Bagaimana pemakai-pemakai bahasa Ibrani kuno dapat membedakan dalam percakapan antara s (s,
atau sin) dan s (j, atau samek) adalah suatu pernyataan yang bagus sekali. Kemungkinan, s mewakili
sebuah gabungan bunyi s, s dan z.

Mengingat semua ini, persamaan antara pengucapan nama-nama tempat di Arabia Barat dalam
bahasa Ibrani kuno dan bentuk Arab modern mungkin lebih dekat daripada yang kita duga. Sebuah
studi lapangan secara mendalam mengenai bagaimana nama-nama Arab itu sebenarnya diucapkan
sekarang ini pasti akan dapat membantu memecahkan persoalan ini. Namun yang sudah pasti ialah
bahwa abjad Arab, dengan enam buah huruf tambahannya, telah diperlengkapi untuk menghasilkan
perkiraan yang lebih dekat kepada bentuk asli konsonan nama-nama itu daripada abjad Ibrani.
Sudah tentu, suatu persesuaian yang dapat diperlihatkan antara nama-nama tempat Bibel dengan
nama-nama tempat di Arabia sendiri tidak akan cukup untuk membuktikan bahwa Arabia Barat
adalah tanah asal Kitab Bibel Ibrani. Pertama-tama kita harus memastikan bahwa persetujuan
toponimis yang sama tidak terdapat di daerah-daerah lain di jazirah Arabia atau di bagian-bagian lain
di Timur Dekat. Kalau hal ini sudah dapat dipastikan, kita harus mencoba untuk mengetahui benar
tidaknya koordinat-koordinat dalam Bibel yang diberikan kepada tempat-tempat yang kini masih
ada, atau yang sepertinya masih ada di Arabia, cocok dengan tempat-tempat pasangannya di Arabia
Barat. Dengan kata lain, jika kita mengenali sebuah tempat di Arabia Barat yang namanya sepertinya
cocok dengan Beer-lahai-roi (b'r lhy r'y) dalam Bibel, kita harus kemudian menentukan apakah
tempat ini terletak di sebuah jalan yang menuju ke suatu tempat yang bernama Shur (swr), antara
sebuah tempat yang bernama Kadesh (qds) dan sebuah lagi yang bernama Bered (brd) (lihat
Kejadian 16:7, 14). [2] Dari sini, kita dapat menyerahkan prosedur selanjutnya pada arkeologi, yang
akan mencoba untuk menentukan apakah lokasi di Arabia Barat yang namanya diambil dari Kitab
Bibel itu mungkin dihuni pada periode Bibel itu layak, dan dengan kebudayaan materi apa tempat ini
diasosiasikan. Karya yang sekarang ini hampir seluruhnya berdasarkan toponimik. Tetapi sebelum
tesis ini kemajuan-kemajuannya dapat dipandang sebagai pasti, kita harus dapat menganggap
bahwa arkeologi perlu memastikan penemuan-penemuan itu yang telah dijadikan dasar arkeologi
itu.

Sebagai tambahan pada arkeologi, ada cara-cara lain untuk memastikan benar tidaknya sejarah Bibel
itu berlangsung di Arabia Barat dan bukan di Palestina. Hal-hal yang berhubungan dengan topografi,
geologi dan mineral, hidrologi, flora dan fauna perlu diperhatikan. Dengan kata lain, jika seseorang
menemukan sebuah sungai atau anak sungai di Arabia Barat yang bernama Pishon, misalnya
kemungkinan besar sungai itu bukan sungai Pishon dalam Kitab Bibel kecuali jika mengelilingi suatu
daerah tempat emas dapat diketemukan, atau yang pada zaman dahulu terdapat emas (lihat
Kejadian 2:11-12). Suatu tanda kepastian bahwa kota-kota dalam Bibel Sodom dan Gomorrah tidak
mungkin merupakan kota-kota kuno di kawasan Laut Mati, karena di daerah itu tidak terdapat
sebuah gunung berapi yang dahulunya menghancurkan kota-kota tersebut (lihat Kejadian 19:24-28).
Jika seseorang menemukan sebuah kota yang bernama Sodom dan Gomorrah di Arabia Barat, orang
itu harus mencari sebuah gunung berapi atau mencari puing-puing vulkanis di sekitar daerah itu.
Begitu pula, jika istana Sulaiman terbuat dari 'batu-batu mahal' yang 'dipahat menurut ukuran,
digergaji dengan menggunakan gergaji, dari depan dan belakang', dan ada pula 'batu-batu besar,
batu-batu yang besarnya delapan sampai sepuluh hasta' (1 Raja-raja 7:9-10), bahan bangunan
tersebut tidak mungkin batu kapur Palestina biasa. Batu itu kemungkinan adalah batu granit, yang
masih dapat ditemukan dan digali di Arabia Barat. Bahan yang sama mestinya dipergunakan untuk
mendirikan bangunan di sekeliling tembok-tembok kuil Sulaiman, mengingat bahwa bangunan ini
terbuat dari batu 'yang telah disiapkan di penggalian', sehingga 'tak kedengaran palu atau kapak
selama masa pembangunannya' (1 Raja-raja 6:7).[3] Walaupun kata 'salju' atau slg dalam Bibel Ibrani
kadang-kadang berarti tumbuhan soapwort (bukan tumbuhan Saponaria officinalis, tetapi mungkin
tumbuhan Gypsophila arabica, lihat Catatan 1), [4] dan terkadang berarti salju yang sebenarnya. Jika
keadaannya begitu, maka kita harus memastikan adanya salju yang turun dan menetap di
pegunungan Arabia Barat --dan kenyataannya memang demikian-- sebelum memulai menduga
bahwa tanah asal Bibel Ibrani itu terletak di sana.[5] Minyak yang disebutkan dalam Kitab Bibel
mungkin saja minyak wijen dan bukan minyak zaitun, mengingat bahwa wijen sampai kini
merupakan produk utama daerah Asir. Namun kenyataan bahwa tumbuhan zaitun liar masih
tumbuh di Arabia Barat, menunjukkan bahwa buah zaitun yang tertera di dalam Kitab Bibel mungkin
saja dibudidayakan di sana pada zaman dahulu, bersamaan dengan tumbuhan tin, buah badam,
delima dan anggur, yang semua tertulis dalam Bibel Ibrani dan masih tetap dibudidayakan di sana
sampai kini. Pula, buah zaitun masih dapat ditemukan pada dua bagian jazirah Arab, di sebelah Utara
Hijaz dan di Oman. Oleh sebab itu, agaknya masih masuk di akal jika kita menganggap bahwa minyak
yang disebut-sebut di dalam Kitab Bibel adalah minyak Zaitun, bukan minyak wijen. Dalam Imamat
11:29, 'kadal besar' (sb) termasuk dalam kelompok reptil-reptil yang diharamkan untuk dimakan.
'Kadal monitor' atau bengkarung dari Palestina dan Sinai disebut waral (wrl) atau waran (wrn). Sb
yang tertera dalam Kitab Bibel sudah pasti adalah biawak gurun pasir Arabia atau dabb (db).[6]
Namun walaupun Bibel Ibrani berbicara mengenai berbagai jenis burung, kitab ini samasekali tidak
pernah menyebut-nyebut tentang ayam maupun angsa. Menurut ahli geografi kuno Strabo (16:4:2),
daerah-daerah Arabia di seberang Laut Merah dari Etiopia aneh karena di sana terdapat 'burung-
burung ... dari semua jenis, kecuali angsa dan keluarga gallinaceous'.

Semua ini membuktikan perlunya untuk mempertimbangkan kembali lokasi geografis tanah asal
Kitab Bibel, terlebih lagi karena semuanya mendukung bukti-bukti lain yang relevan.

Kembali pada ilmu toponimik, yang menjadi dasar buku ini, perlu diperhatikan bahwa sebuah
pengenalan secara benar atas nama-nama tempat menurut Bibel dapat memperdalam dan
terkadang mengubah samasekali pengetahuan yang ada tentang bahasa Ibrani. Bagi bahasa Ibrani
Bibel, nama-nama tempat, jika diperlakukan sebagai sebuah bahasa yang hendak dibaca dan
dimengerti, sifatnya mirip dengan nama-nama keningratan atau kedewaan pada tulisan-tulisan
pajangan pada zaman Mesir kuno, yang memberi petunjuk untuk membaca dan mengerti sebuah
bahasa yang telah mati.[7] Kalau kita nmengakui nama-nama tempat menurut Bibel dalam bentuk
yang telah ada, maka seluruh sebutan yang membawa nama tersebut akan mengungkapkan
misterinya sehingga dapat dimengerti. Kenyataannya adalah bahwa banyak kata biasa (kata-kata
kerja, nama-nama benda, kata-kata tambahan dan kata-kata sifat, terkadang dengan kata depan b, l
atau m) yang secara tradisional telah dibaca dengan salah dalam konteks Bibel mereka sebagai
nama-nama tempat. Sebaliknya, sudah tidak terhitung lagi banyaknya nama-nama tempat menurut
Bibel, yang tidak diduga sebagai nama-nama tempat, dianggap sebagai kata-kata kerja, kata-kata
benda, kata-kata tambahan atau sebagai kata-kata sifat. Perbedaan yang benar antara sesuatu yang
sebenarnya merupakan sebuah nama tempat dan yang bukan dalam teks Bibel dapat membuat
banyak pembacaan tradisional (dan tentunya juga penterjemahan-penterjemahan standar) kacau.

Catatan-catatan Mesir dan Mesopotamia kuno, jika pembacaan atas mereka dipertimbangkan
kembali (seperti yang seharusnya, lihat Bab 1), dapat banyak membantu dalam mengungkapkan
letak geografi Bibel. Dalam catatan-catatan itu, nama-nama tempat lainnya masih ada di Arabia
Barat. Yang juga sangat membantu adalah karya-karya para sejarawan dan ahli-ahli geografi dari
zaman Klasik. Dalam Bab sebelumnya, bukti-bukti yang didapat dari karya Herodotus disebutkan
berhubungan dengan emigrasi orang-orang Filistin dan Kanaan dari Arabia Barat menuju ke pantai
Suria; dalam Bab 4, bukti-bukti dari geografi Strabo akan dipergunakan untuk mengenali lokasi persis
kota Beersheba di Arabia Barat, yang berbeda dengan kota Beersheba di Palestina. Apa yang
terdapat di dalam Qur'an mengenai hal-hal yang berhubungan dengan geografi dan sejarah dalam
Bibel, yang ternyata sangat banyak, harus benar-benar diperhatikan pula, tetapi kenyataannya
belum begitu sampai sekarang.
Teks Qur'an dikumpulkan pada waktu yang hampir bersamaan dengan saat kaum Masoret memulai
memberi vokal dan membanding-bandingkan secara teliti teks-teks Kitab Bibel Ibrani. Menurut
tradisi Islam, edisi Qur'an yang terakhir, yang seperti ada pada kita sekarang, dibuat pada zaman
kekuasaan Khalifah Usman, atau antara tahun 644 dan 655 M. Bilamana kitab suci ini membicarakan
mengenai para leluhur Ibrani, tentang Israil, atau mengenai para nabi kaum Yahudi, Qur'an
menyebut beberapa nama tempat yang dapat dipastikan berasal dari Arabia Barat. Persamaan
antara nama-nama tempat di dalam Qur'an pada suatu konteks, dengan nama-nama tempat di
dalam Bibel dalam konteks yang sama, kadang-kadang sangat menarik. Contohnya, bilamana Bibel
menyebut nama sebuah gunung di Arabia Barat, Qur'an sebaliknya tidak, tetapi menurut Qur'an
nama itu merupakan nama sebuah lembah, kota atau suatu lokasi lain di daerah yang sama. Maka
Nabi Musa, menurut Kitab Injil (Keluaran 3:1f), dipanggil oleh malaikat Yahweh dari sebuah belukar
yang bernyala-nyala di Gunung Horeb (hrb). Menurut Qur'an (20:12, 79:16), panggilan terhadap Nabi
Musa tersebut terjadi di 'lembah suci' Tuwa (tw). Sampai saat ini Gunung Horeb dalam Bibel ini telah
dicari-cari di Sinai, namun namanya belum berhasil ditemukan. 'Belukar yang bernyala-nyala, namun
tidak musnah terbakar' telah diperkirakan oleh para ahli sebagai suatu referensi terhadap sebuah
gunung berapi, akan tetapi belum ada tanda-tanda kegiatan vulkanis yang dapat dijumpai di Sinai.
Hal ini telah membuat sejumlah penyelidik berpaling dari Sinai guna mencari Horeb di daerah-
daerah vulkanis di bagian Utara Hijaz (lihat Kraeling pada halaman-halaman 108-110), tetapi sekali
lagi tanpa hasil. Namun Qur'an memberitahukan kita letak persis Horeb: sebuah punggung bukit
yang terasingkan di daerah pantai Asir, suatu tempat yang bernama Jabal Hadi. Di Jabal Hadi sampai
kini masih berdiri sebuah dusun yang bernama Tiwa (tw), yang mestinya memberikan namanya
kepada sebuah anak lembah Wadi Baqarah yang berdekatan dengannya - yaitu 'lembah suci' dalam
Qur'an tempat Nabi Musa menerima panggilannya. Di Wadi Baqarah sampai kini masih berdiri
sebuah desa yang bernama Harib (hrb), di mana punggung bukit Jabal Hadi yang berdekatan
mestinya mendapatkan nama Bibelnya. Seluruh daerah tersebut dipenuhi oleh ladang-ladang lahar
dan di sana gunung-gunung berapi mungkin pernah aktif.[8]

Yang berkenaan dengan kisah-kisah dalam Bibel, Qur'an tidak sekadar mengulang bahan-bahan Bibel
itu dalam bentuk yang berlainan, yang pada saat ini pandangan yang umumnya dipegang oleh para
ahli. Isinya, yang sejalan dengan Kitab Bibel Ibrani (di sini tidak termasuk kitab-kitab Injil Perjanjian
Baru Kristen) saya yakin merupakan versi yang berdiri sendiri menurut tradisi kuno Arab Barat yang
sama, dan memang harus diperlakukan demikian. Kalau Bibel mewakili versi bahasa Ibrani Israil
menurut tradisi di atas, yang bertarikh sejak sebelum abad ke-4 Pra-Masehi, maka Qur'an yang juga
memperlakukan tradisi serupa, mewakili versi bahasa Arab menurut tradisi itu juga, berasal dari
periode ketika bahasa Arab telah menggantikan bahasa Aram dan bahasa Ibrani sebagai bahasa lisan
yang dipakai di Arabia Barat. Sepintas lalu, perbedaan-perbedaan antara kedua versi tersebut
mungkin kelihatannya membingungkan; tetapi setelah penyelidikan yang lebih mendalam, kitab-
kitab itu akan menjadi lebih informatif.

Sampai kini, yang telah kita peroleh adalah sebagai berikut: sebuah teks konsonan Ibrani yang dapat
kita anggap akurat, yang harus dibaca kembali dengan teliti tanpa memikirkan tentang pengucapan
tradisionalnya; catatan-catatan Mesir kuno, Mesopotamia kuno dan catatan-catatan lainnya yang
menyebutkan nama-nama tempat menurut Bibel dan harus dibaca kembali tanpa berkonsultasi
dengan penafsiran geografis ataupun topografisnya yang ada; karya-karya para sejarawan dan ahli
geografi zaman Klasik yang dapat membantu; teks-teks konsonan Qur'an yang tidak beruhah sejak
pertama kalinya dikumpulkan dan disusun; dan akhirnya suatu gambaran tentang Arabia Barat yang
penuh dengan nama-nama menurut Bibel yang sebagian besar bentuk Bibelnya belum berubah, atau
paling tidak masih dapat dikenali dengan mudah dalam bentuk-bentuk yang ada sekarang. Pada bab
berikutnya, bagian dari Arabia Barat tempat nama-nama menurut Bibel berpusat akan digambarkan
secara lebih mendetil lagi. Kemudian, saya akan meneliti teks-teks Bibel tertentu untuk
memperlihatkan betapa cocoknya geografi teks itu dengan geografi Arabia Barat. Para pembaca
akan dapat menilai sendiri adakan argumentasi utama buku ini cukup meyakinkan atau tidak. Tetapi
kita perlu mengingat, apa pun kesimpulannya, Bibel tetap Bibel, tanpa peduli di mana letak tanah
asalnya.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

3. TANAH ASIR

Tanah asal Bibel Ibrani, seperti yang telah saya tegaskan, ialah Asir. Sebenarnya, pemakaian nama itu
berlangsung belum lama, yaitu sejak abad ke-19 untuk menandakan tanah dataran tinggi Arabia
Barat yang membentang dari utara ke selatan, dari Nimas (al-Nimas, 19° Lintang Utara dan 42° Bujur
Timur) sampai Najran (nagran, 17° Lintang Utara dan 44°10'' Bujur Timur) dan juga daerah
perbukitan dan gurun pasir pesisir daerah yang disebut Tihamah (Tihamah) antara kota pesisir
Qahmah (al-Qahmah, 18° Lintang Utara dan 41° Bujur Timur) dan perbatasan sekarang dengan
Yaman (16°25" dan 42°45" Bujur Timur.[1] Kini Asir merupakan sebuah propinsi di Kerajaan Arab
Saudi, yang ibukotanya merupakan sebuah kota dataran tinggi, yaitu Abha (18°15" Lintang Utara dan
42°30" Bujur Timur). Dari timur ke barat, Asir membentang dari ujung Gurun Pasir Arabia Tengah
sampai ke Laut Merah (lihat Peta 3).

Ciri-ciri nyata Asir ialah bentangan dataran tinggi yang bernama Sarat (al-Sarat, bentuk jamak sari,
yang berarti 'gunung' atau 'ketinggian',[2] ketinggiannya berkisar antara 1700 sampai 3200 meter,
membentuk ujung barat dataran tinggi Arabia yang bernama Najd (Nagd) antara Taif dan perbatasan
Yaman. Di sebelah utara Taif, dataran tinggi Arania berakhir dengan pegunungan rendah dan
perbukitan Hijaz, dengan ketinggian antara 1200 sampai dengan 1500 meter. Namun, di sebelah
selatan Taif, dataran tinggi ini tiba-tiba berakhir pada apa yang disebut Ngarai Arabia Barat. Ini
merupakan jurang curam yang jatuh sedalam 100 meter, 80-120 kilometer dari pantai Laut Merah
yang membentang sepanjang 700 kilometer dari Taif di utara, dan bergabung dengan pegunungan
tinggi Yaman di selatan. Di atas tebing curam ini dataran tinggi Sarat mencapai puncak ketinggiannya
dekat Abha; lebih jauh ke arah selatan, ngarai ini berakhir beberapa kilometer dari kota Dhahran
(disebut Dhahran Selatan, Zahran al-Ganub, 17°40'' Lintang Utara dan 43°30" Bujur Timur). Di
sebelah utara, dataran tinggi Sarat berakhir di Taif, di sebelah timur kota Mekah, bergabung pada
sekitar 21° Lintang Utara dengan punggung Taif.

Maka dari itu, nama Asir itu sendiri dapat dipergunakan dalam pengertian geografi yang luas, untuk
menandakan seluruh kawasan bentangan Sarat, dari Taif di utara sampai ke Dhahran dan perbatasan
Yaman di selatan, mengingat bahwa bagian-bagian kawasan ini di sebelah utara wilayah Nimas
biasanya dianggap sebagai bagian Hijaz. Sepanjang bentangan Sarat, wilayah Nimas membentuk
sebuah pelana antara daerah-daerah yang lebih tinggi, wilayah Abha di sebelah selatan, dan wilayah-
wilayah Bahah (al-Bahah) yang meliputi daerah-daerah Ghamid (Bilad Gamid) dan Zahran (Bilad
Zahran) di sebelah utara. Sebuah daerah yang lebih rendah yang memisahkan ketinggian Zahran dari
punggung bukit Taif, di tempat itu Sarat (dan begitupun daerah geografis Asir) dapat dikatakan
berakhir.

Sepanjang pesisir Tihamah di Asir menurut geografis terdapat sejumlah kota dan pelabuhan, yang
sampai sekarang paling jelas, di utara dan di selatan, ialah Lith (al-Lit), Qunfudhah (al-Qunfudhah);
Birk (al-Birk); Qahmah (lihat di atas); Shuqayq (al-Suqayq) dan Jizan. Dataran itu timbul tiba-tiba di
tepi padang pasir pesisir Tihamah, di sejumlah jalan bertangga di pegunungan yang terjal, hingga
mencapai lereng yang curam dan saluran Sarat yang membelah di depannya. Tepi pantai Asir ini
sebenarnya merupakan daratan yang sangat berbukit-bukit dan depresi-depresinya (dalam bahasa
Arab wahd atau wahdah, dengan bentuk konsonannya whd atau whdh; bandingkan dengan yhwdh
di dalam Bibel untuk 'Yudah'), yang tentunya adalah sebab mengapa nama 'Yudah' diberikan kepada
daerah pada zaman Bibel dahulu (lihat Bab 8). Beberapa tempat di sana sampai kini benar-benar
bernama Wahdah, memakai nama-nama yang berasal dari akar kata yang sama (kata whd,
'merendah, tertekan'). Sampai kini, lembah-lembah dan jurang-jurang di bagian Asir ini, telah
menjadi tempat perkembangbiakan belalang-belalang, yang mungkin merupakan penyebab
'kelaparan di tanah ini' pada zaman Bibel (lihat Bab 13).

Kalau bagian-bagian Asir di sebelah barat tebing curam itu penuh dengan lembah-lembah dan
jurang-jurang yang letaknya malang-melintang, sebaliknya, dari atas tebing curam, Sarat tebingnya
landai dan menurun menuju ke daerah pedalaman. Di propinsi Asir, di sebelah selatan Nimas,
tebing-tebing di sana menuruti zona-zona pecahan alami menuju ke arah selatan, dan tanah di sini
didominasi, dari selatan sampai ke utara, oleh dua sistem pengaliran yaitu Wadi Tathlith (tatlit) dan
Wadi Bishah, masing-masing dengan cabang-cabangnya tersendiri. Aliran-aliran utama kedua wadi
ini akhirnya berubah haluan menuju ke timur untuk menuangkan air bah di Wadi Dawasir (al-
Dawasir), yang mengalir menuju ke pedalaman padang pasir. Namun dari dataran tinggi Ghamid dan
Zahran, daratannya menurun ke arah timur, didominasi oleh sistem pengaliran Wadi Ranyah. Aliran
utama Wadi ini bergabung dengan aliran Wadi Bishah, sebelum aliran Wadi Bishah ini menuju ke
timur untuk bergabung dengan Wadi Tathlith di dekat tepian gurun pasir.

Dari semua wilayah jaziran Arabia, Asir menerima curah hujan terbanyak. Bertempat tidak jauh di
sebelah selatan garis balik sartan (utara), dataran tinggi Sarat menampung curah hujan dari dua
iklim: angin barat daya pada musim hujan Monsoon dari barat daya pada musim panas. Jatuhnya
hujan di wilayah itu berkisar antara 300 dan 500 mm per tahun, cukup untuk tetap memenuhi
persediaan permukaan air di bawah tanah di daerah-daerah ketinggian yang lebih gersang di
sekelilingnya. Di daerah ketinggian yang lebih tinggi, hujan musim dingin terkadang turun, untuk
jangka waktu yang singkat sebagai salju. Tidak jarang terdapat air terjun pada bagian-bagian tertentu
Sarat dan sungai-sungai kecil yang musiman maupun abadi yang berasal dari ketinggiannya mengalir
di wadi-wadi ini pada bagian-bagian pedalaman dan pesisirnya. Hutan-hutan tanaman jenever yang
lebat adalah ciri khas Sarat dan bagian-bagian yang lebih tinggi daerah pedalaman pantai Tihamah,
sedangkan hutan-hutan pohon butun, tamarisk, akasia, saru dan pohon-pohon hutan lainnya
terdapat di banyak tempat di daerah itu. Di mana tidak terdapat hutan, dataram tinggi Asir secara
tradisional diteraskan untuk membudidayakan padi dan berbagai kacang-kacangan (terutama buah
badam) dan juga buah-buahan, termasuk anggur. Padi dan sayuran dibudidayakan di tanah-tanah
yang luas dan dapat ditanami di lembah-lembah dan dataran rendah daerah pesisir; padi dan buah
kurma dibudidayakan di daerah-daerah pedalaman, terutama di daerah-daerah oase lembah sungai
Wadi Bishah. Gradasi iklim di daerah ini antara daerah pesisir yang panas, dataran tinggi yang sedang
dan gurun pasir di pedalaman, tercermin pada kekayaan akan banyaknya macam dan jenis flora;
oleh karena itu madu dari Asir berkwalitas tinggi. Di sekitar daerah-daerah yang dibudidayakan, di
mana-mana terdapat padang rumput yang luas dan di sana bangsa Badui bertahun-tahun secara
tradisional menggembalakan ternak mereka berupa sapi, biri-biri, kambing, keledai, himar dan unta.
[3]

Bagian pedalaman Asir sejak dahulu diketahui mempunyai sejumlah kekayaan mincral. Emas, timah
hitam dan bcsi pernah ditambang pada zaman dahulu - terutama emas di daerah Wadi Ranyah - dan
pencarian mineral-mineral masih tetap dilakukan di sana, begitu juga di bagian utara di Mahd al-
Dhahab (yang harfiahnya berarti 'Buaian Emas'), d; sebelah timur laut Taif. Ada sebuah cabang Wadi
Bishah yang kenyataannya bernama Wadi Dhahab (harfiahnya berarti 'Lembah Emas'), yang
menandakan bahwa daerah itu mungkin salah satu daerah tempat emas pernah diketemukan pada
zaman dahulu.[4]

Di sebelah selatan Asir, ketinggian Dhahran terbelah menjadi dua daerah yang mempunyai ciri-ciri
yang berbeda. Satu di antaranya berisi lembah-lembah subur daerah pesisir Jizan, ke arah barat dan
barat daya; dan yang satu lagi merupakan daerah oase Najran, ke arah timur. Dari seluruh wilayah di
Asir, daerah Wadi Najran-lah yang terbentang ke arah timur dan berakhir di Bilad Yam (Bilad Yam) di
sepanjang pinggiran gurun pasir luas Al-Rub'al Hali, mungkin yang paling subur. Di sana sebuah
perkampungan masyarakat Yahudi berkembang sampai kini, sebuah bangsa yang menurut keyakinan
saya merupakan sisa-sisa terakhir dari agama Yahudi di tanah asalnya. Membentang sejajar dengan
Wadi Najran di utara, adalah cabang-cabang lembah yang kurang subur, yaitu Wadi Habuna
(Habuna) dan Wadi Idimah (Idimah)[5] dengan perkampungan oase mereka. Kedua lembah ini
seperti halnya Wadi Najran, berakhir di daerah Yam.

Padang pesisir Jizan di seberang ketinggian Dhahran dari Wadi Najran juga sangat subur, karena
diairi oleh air dari berbagai lembah seperti Wadi Khulab (Hulab), Wadi Jizan, Wadi Dhamad (Damad),
Wadi Sabya (Sabya) dan Wadi Baysh (Bays). Akan tetapi yang menjadi ciri khas wilayah Jizan ialah
lingkaran punggung bukit yang indah, yang memisahkan gurun pasir dari daerah tinggi Dhahran. Juga
ada tiga kelompok kerucut-kerucut vulkanis (yaitu Umm al-Qumam, Al-Qari'ah dan 'Ukwah) yang
mengelilingi padang pesisir dn bagian daratan. Letusan terakhir salah satu gunung berapi ini - yaitu
al-Qariah diduga terjadi pada tahun 1820.[6] Di bagian-bagian Asir lainnya juga terdapat daerah-
daerah vulkanis, terutama lebih jauh ke arah selatan di Yaman. Di antara punggung bukit yang
terpencil yang mengelilingi daerah Jizan ini adalah Jabal Harub (Harub), Jabal Faifa (Fayfa) dan Jabal
Bani Malik (Bani Malik).

Sejak zaman lahirnya Islam, Asir secara menyeluruh, walaupun dengan kesuburan dan kekayaan
alaminya, bukan merupakan daerah yang penting dalam sejarah tanah Arabia. Akan tetapi, pada
zaman kuno, seperti yang telah saya katakan pada Bab 1, mestinya tanah ini sangat penting, karena
terletak pada persimpangan jalur-jalur utama perdagangan dunia kuno. Di seberang Laut Merah,
kapal-kapal dapat saja pulang-pergi antara bandar-bandar Asir dan bandar-bandar Abisinia, Nubia
dan Mesir. Jalan-jalan raya kafilah bertolak ke arah utara dari pesisir dan pedalaman Asir, melalui
Hijaz menuju Suria, atau melalui Wilayah Tengah dan utara Arabia menuju Mesopotamia. Jalan-jalan
raya kafilah lainnya membentang ke selatan menuju Yaman, dan berakhir di bandar-bandar Arabia
bagian selatan; atau ke timur menuju pesisir Arabia di teluk Persi melalui Yamamah (al-Yamamah).
Ini merupakan bentangan oase yang panjang, yang meneruskan arah aliran Wadi Al-Dawasir dan
berjalan di sebelah utara al-Rub'al Hali, yang bermula dari pinggiran gurun pasir Asir bagian selatan.

Oleh sebab itu sejak bermulanya perdagangan antara negara-negara di Samudera Hindia dan bagian
timur lembah Laut Tengah, seperti halnya perdagangan antara negara-negara di Teluk Persi dan
lembah-lembah Laut Merah, Asir kuno mestinya berkembang sebagai pusat terpenting untuk
perdagangan perantara, dan pelayanan-pelayanan perdagangan dan transaksi. Kota-kota
pedalamannya tumbuh dengan subur menjadi stasiun-stasiun kafilah; pedagang-pedagang
berdatangan dari berbagai penjuru untuk menjajakan barang-barang mereka. Kota-kota yang
terpenting di antara kota-kota pedalaman itu terletak di sepanjang jalan raya kafilah utama yang
mengikuti puncak pegunungan Sarat, antara Dhahran al-Janub dan Taif. Di antara kota-kota dan
bandar-bandar ini, jalan-jalan yang tidak rata menyeberangi jalan-jalan punggung pegunungan Sarat,
menghubungkan perdagangan maritim dengan perdagangan yang menuju ke daerah pedalaman
(lihat Peta 5).

Pendeknya, tidak diragukan kalau Asir dahulunya merupakan daerah perdagangan yang makmur
yang juga kaya akan produksi pertanian, peternakan dan hasil mineral. Walaupun kota-kota
perdagangan besarnya mestinya menonjol sebagai pusat-pusat peradaban kota yang cukup canggih,
namun peradaban Asir kuno berpusatkan pada kelompok- kelompok oase, yang terpisah dari oase-
oase lain dan juga dari bagian-bagian lain Arabia oleh daerah hutan belantara atau gurun pasir yang
sangat luas. Walaupun ada hubungan dengan negara-negara lain melalui perdagangan dara dan
maritim, negara ini secara geografis terisolasi. Dalam pemerintahannya tidak terdapat kesatuan, dan
bagian-bagiannya memilih jalan yang berbeda-beda, tidak saja dalam hal-hal politis, tetapi juga
dalam hal-hal yang lain juga demikian. Di Asir kuno, bangsa-bangsa yang berbeda-beda tinggal di
daerah-daerah yang berbeda pula, berbicara menggunakan berbagai dialek yang berlainan, bahkan
kadang-kadang memakai bahasa yang berbeda pula, dan menyembah dewa-dewa yang berbeda
dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa bangsa ini nanti akan kita kenali melalui nama-nama
seperti yang tertera dalam Bibel Ibrani.
Namun perhatian utama saya tertuju pada sebuah bangsa Asir kuno yang dikenal sebagai orang-
orang Israil, bangsa yang mengalami sebuah pengalaman sejarah yang kaya di dataran tinggi Sarat
dan di lereng bagian baratnya - tanah Yudah - pada suatu waktu antara abad ke-10 dan ke-5 S.M.
Kita beruntung mempunyai catatan di dalam Bibel Ibrani yang kaya dan tajam mengenai sejarah
mereka yang penuh dengan kejadian-kejadian, sebuah teks yang menggambarkan dengan jelas
harapan-harapan dan kekhawatiran mereka, kemenangan dan kesialan mereka, yang terjadi tidak
hanya di Palestina tetapi juga di Arabia Barat.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

4. MENCARI GERAR (1/2)

Sebelum beranjak pada sebuah penyajian bukti-bukti secara sistematis untuk mendukung
argumentasi saya bahwa Kitab Bibel berasal dari Arabia, saya ingin menunjukkan kesesuaian yang
sempurna antara geografi Bibel Ibrani dengan geografi Arabia Barat, dan kesesuaian yang
meragukan antara geografi Bibel Ibrani dengan Palestina. Yang paling membuka pikiran berkenaan
dengan masalah ini ialah pertanyaan mengenai Gerar (grr), sebuah tempat yang menurut
kebanyakan ahli Bibel pernah mengalami kemakmuran sebagai sebuah kota di daerah pedalaman
Gaza, di pesisir Palestina, tidak jauh dari Bir al-Sab' (atau 'Beersheba'), walaupun di sana namanya
tidak bertahan. Dalam mempertimbangkan lokasi Gerar, perhatian kita terpusat pada beberapa
pertanyaan, termasuk yang berhubungan dengan tanah Kanaan dan Beersheba menurut Bibel, yang
berbeda dengan Beersheba di Palestina (lihat Peta 6).

Ada empat buah bagian yang berbeda dalam Kitab Bibel yang berhubungan dengan Gerar. Dalam
penggambarannya mengenai luas daerah kekuasaan orang-orang Kanaan pada mulanya, (h-kn'ny),
Kejadian 10:19 menyebut tempat itu sehubungan dengan sydn (biasanya dimengerti sebagai Sidon
di Phoenicia) dan 'zh (umumnya dimengerti sebagai Gaza di Palestina). Dalam hal ini teks ini
mengatakan bahwa perbatasan tanah orang-orang Kanaan, di satu bagian, membentang dari sydn
sampai ke 'zh, dan menambahkan bahwa 'zh terletak searah dengan Gerar, walaupun tidak
memperinci lebih lanjut ke arah mana persisnya. Teks ini juga tidak mengatakan apakah Gerar
terletak antara sydn dan 'zh, atau apakah tempat ini terletak melewati 'zh dari sydn, dan tidak pula
terdapat tanda-tanda yang jelas mengenai jarak antara Gerar dan sydn. Sebaliknya, Kejadian
menjelaskan apa bentuk perbatasan tanah Kanaan di bagian yang lain, bermula dari sydn, akan
tetapi ini pun tidak menjelaskan ke arah mana (lihat di bawah). Dalam Kejadian 20:1f, Gerar disebut
sehubungan dengan 'rs h-ngb; yang dapat diartikan sebagai 'tanah ngb', yang biasanya ditafsirkan
sebagai Naqab di Palestina atau gurun pasir 'Negeb', atau 'tanah selatan' (bandingkan dengan kata
Arab gnb, disuarakan sebagai ganub), juga ditafsirkan sebagai Palestina bagian selatan, dan di sana
terletak gurun pasir Negeb. Di sini, Gerar dilukiskan sebagai terletak di antara qds (ditulis Kadesh)
dan swr (ditulis Shur) dan mempunyai seorang 'raja' yang bernama, 'bymlk (by mlk, ditulis sebagai
Abimelech). Dalam konteks ini tidak ada referensi terhadap kota 'zh.

Dan lagi, dalam Kejadian 26:1f, Abimelech dari Gerar digambarkan sebagai seorang 'raja' plstym
(ditulis sebagai orang-orang Filistin), sebuah deskripsi yang dihilangkan dalam Kejadian 20. Sebuah
nhl grr (diterjemahkan sebagai 'lembah Gerar') juga disebutkan dalam Kejadian 26, berhubungan
dengan lokasi empat buah sumur yang dikenal sebagai 'sq (ditulis sebagai Esek), stnh (ditulis sebagai
Sitnah), rhbwt (ditulis Rehoboth) dan sb'h atau b'r sb' (ditulis Shibah atau Beersheba). Di sini kota 'zh
tidak disebut-sebut.

Berpaling pada Tawarikh II (14:8f, atau 14:9f dalam kitab Septuaginta dan terjemahan-terjemahan
standar), Gerar disebutkan berhubungan dengan peperangan antara 'Zerah dari Cushite' atau 'Zerah
dari Etiopia' (zrh h-kwsy) dan Raja Asa dari Yudah (pada sekitar tahun 908-867 S.M.).[1] Dalam
pertempuran tersebut orang-orang 'Cushite' atau 'Etiopia' (h-kwsym) konon menyerbu Yudah dan
berhasil maju sampai ke mrsh (ditulis Mareshah), sebelum terkalahkan oleh Raja Asa di gy' spth
(lembah Zephathah) di dekat Mareshah. Setelah mendapat kemenangan ini, Raja Asa mengejar para
penyerbunya yang telah terpukul mundur ke Gerar, merampoki kota ini dan sekeliling tanah-tanah
pertanian beserta ternaknya. Kita kemudian dapat menganggap bahwa Gerar dan daerah
sekelilingnya merupakan bagian tanah kekuasaan orang-orang 'Cushite'.

Dalam upaya mereka mencari Gerar, para ahli Bibel dan para arkeolog tidak memiliki petunjuk-
petunjuk lain yang dapat diselidiki selain dari referensi-referensi dari Bibel ini; mereka pun hanya
memiliki bahan-bahan dari Bibel untuk mengenali daerah kekuasaan bangsa Kanaan atau daerah
kekuasaan bangsa Filistin ataupun bangsa Cushite. Nama-nama tempat sydn dan 'zh, yang muncul
dalam Kejadian 10, selalu dianggap menunjuk pada Sidon dan Gaza di Suria. Dengan sendirinya ini
mengakibatkan timbulnya prasangka bahwa 'tanah bangsa Kanaan' dalam Kitab Bibel tertera pada
bagian-bagian lain di dalam Kitab Bibel Ibrani sebagai sebuah kota bangsa Filistin (lihat Bab 14),
maka para ahli Bibel juga telah menganggap bahwa tanah bangsa Filistin ini terdiri dari daerah
pesisir Gaza. Mereka menerima selaku benar bahwa tanah ini tidak meliputi kawasan lainnya diluar
daerah pesisir Palestina, terutama sekali karena daerah ini dengan jelas menyandang nama mereka
(mengenai nama Palestina, Suria dan Kanaan lihat Bab 1). Disebutnya Gerar dalam Kejadian 26
berhubungan dengan plstym (yang selalu dianggap berarti 'bangsa Filistin'), ditambah dengan
disebutnya Gerar dalam Kejadian 10 berhubungan dengan 'zh atau Gaza bagi mereka nampaknya
cukup untuk membuktikan bahwa tempat itu hanya dapat terletak di daerah pesisir Palestina.

Selanjutnya, selain dari kenyataan bahwa sydn dan 'zh dalam Kejadian 10 tampaknya dapat dengan
mudah disamakan dengan Sidon Suria dan Gaza, kebanyakan dari para ahli juga menganggap bahwa
h-ngb dalam Bibel tidak lain adalah gurun pasir Negeb di Palestina (bahasa Arabnya al-Naqab, atau
nqb), walau terkadang mengakui bahwa ungkapan Ibrani 'rs h-nqb mungkin hanya berarti 'negara
selatan', yang meskipun demikian, mereka tetap saja menganggapnya sebagai Palestina bagian
selatan. Beersheba, atau b'r sb' (alias sb'h, atau 'Shibah') rupa-rupanya hanya menunjuk pada Bir al-
Sab', di daerah yang sama. Namun sewaktu para arkeolog Bibel menggali Bir al-Sab' di Paletina -
yang sudah jelas merupakan nama Arab - penemuan yang paling kuno yang mereka temukan, seperti
yang telah diketahui, berasal dari akhir periode Rumawi atau Bizantin, yang sebagian pedusunannya
di Suria telah mulai diarabkan dengan pesat. Benteng-benteng yang dengan lemah diduga sebagai
benteng-benteng Israil, dan mungkin berasal dari zaman Bibel baru-baru ini ditemukan di daerah itu
beberapa kilometer dari kota itu.

Dalam bahasa Arab, Bir al-Sab' berarti 'Sumur Binatang Buas', walaupun dapat pula diartikan sebagai
'Sumur Tujuh'. Arti yang terakhir dapat diperkirakan sebagai terjemahan bahasa Arab dari kata Ibrani
b'r sb', yang dengan janggal berarti 'Tujuh Sumur' (bukan 'Sumur Tujuh' atau b'r h-sb'). Lebih
mungkin lagi, nama Ibrani itu berarti 'Sumur Kelimpahan'. Nama alternatif yang diberikan kepada
tempat yang sama di Kejadian 26, yaitu sb'h (dalam bentuk feminin) dapat juga berarti 'Kelimpahan,
kekenyangan'. Untuk memberi arti 'Sumur Kelimpahan', bentuk Arab dari b'r sb' harus diubah
menjadi Bir Shaba' (b'r sb') atau Bir Shaba'ah (b'r sb'h) dan bukan Bir al-Sab' (b'r sb'). Hal ini,
ditambah dengan bukti negatif penemuan arkeologi itu, menentang prasangka bahwa Bir al-Sab'
Palestina itulah yang merupakan Beersheba yang tertera dalam Bibel Ibrani. Namun untuk lebih
adilnya, kebanyakan para ahli Bibel mengakui bahwa menempatkan Gerar antara Gaza Palestina dan
Bir al-Sab' merupakan suatu persoalan. Suatu karya standar geografi menurut Bibel (Kraeling,
halaman 80) melukiskan keadaannya sebagai berikut:

Di mana persisnya Gerar terletak masih belum dapat dipastikan dan masih tergantung pada
bagaimana seseorang menempatkan kota-kota lain di kawasan daerah ini.... Pada akhir zaman
Rumawi ada sebuah distrik, yaitu Geraritike, jelas dinamakan demikian karena sebagian besar terdiri
dari wilayah lama Gerar, dan pada waktu itu Beersheba termasuk dalam wilayahnya. Tell Jemeh,
sebuah bukit penting di sebelah selatan Gaza, yang sebagian besar telah digali oleh Flinders Petrie
pada tahun 1927, olehnya dikenali sebagai Gerar. Sejumlah ahli meragukan akan hal ini.... dan lebih
suka memilih Tell esh-Sheri'a di barat laut Beersheba sebagai Gerar. Namun menurut sebuah
laporan pada tahun 1961, arkeolog-arkeolog Israil telah menemukan sebuah bukit tidak jauh dari
tempat itu, di jalan antara Beersheba dan Gaza, Tell Abu Hureira, dengan peninggalan-peninggalan
pra-Hyksos, lebih penting dari kedua tell itu, dan mempunyai persamaan dengan Gerar (bandingkan
dengan Simons, alinea 369).

Suatu problema dalam pencarian Gerar antara Beersheba dan Gaza timbul dari kenyataan bahwa
kota ini digambarkan pada Kejadian 20 sebagai terletak antara Kadesh (qds) dan Shur (swr). Tetapi
tidak ada tempat yang menyandang nama-nama seperti itu yang dapat dikenali di daerah Gaza-
Beersheba pada masa ini, kalau kita menganggap daerah ini mungkin merupakan Geraritike dari
zaman Rumawi. Sebenarnya, pengenalan terhadap kedua tempat yang disamakan dengan lokasi-
lokasi di Palestina bagian selatan dan di semenanjung Sinai sangat lemah. Kraeling menyimpulkan:

Titik Kadesh mungkin merupakan sebuah titik tetap (hal. 69)... Kadesh terletak di segitiga el 'Arish -
Raphia - Qoseimeh, yang jelas merupakan suatu distrik tunggal di seluruh daerah Sinai. Di sini
sebuah kelompok suku pengembara yang besar pun dapat menetap untuk waktu yang tak terbatas.
Survei terhadap daerah Negeb di Israil oleh Nelson Glueck... sejak tahun 1951, telah membuktikan
kenyataan bahwa tempat ini pernah dihuni oleh orang-orang dalam jumlah yang cukup besar pada
pertengahan Zaman Perunggu dan lagi pada Zaman Besi II, dan kemudian pada Zaman Nabataea dan
pada akhir zaman Rumawi... Sebuah tempat yang bernama 'Ain Qedeis telah ditemukan pada
tempat yang layak pada tahun 1842, oleh J. Rowlands... Tempat itu kemudian ditemukan kembali
oleh H.C. Trumbull yang mengumumkannya pada tahun 1884. Di dekatnya, sebuah tempat yang
bernama 'Ain el-Qhudeirat, yang merupakan sebuah mata air yang lebih melimpah, terdapat sebuah
bukit yang menandakan sebuah perkampungan dengan pecahan-pecahan barang tanah dari Zaman
Besi. Menurut Glueck, ini merupakan lokasi utama dari Zaman Besi di seluruh daerah itu (hal. 117)...
Shur dianggap sebagai kata Ibrani untuk garis pertahanan Mesir di Genting Tanah Suez, meskipun
kata itu, yang berarti 'tembok', tidak menggambarkan pertahanan ini secara tepat. Menurut
arkeolog Perancis Cledat, yang menyelidiki daerah itu, tampaknya terdiri dari pos-pos pertahanan
yang tidak saling menyambung. Bagaimanapun juga, jalan menuju Shur (drk _wr, Kejadian 16:7)
mungkin merupakan jalur transportasi kuno ke Mesir dari Beersheba, dinamakan Darb el Shur oleh
Wooley dan Lawrence, dan melewati Khalasa, Ruheibeh, Bir Birein', Muweileh ke arah selatan (hal.
69).

Pendeknya, terletaknya Kadesh dan Shur di selatan Palestina dan Sinai merupakan tidak lebih dari
suatu dugaan saja, hanya sebuah dugaan yang mengasal. Perlu pula dicatat bahwa tidak ada Gerar
yang dapat ditemukan antara 'Ayn Qudays dan daerah genting Suez. Kalaupun Gerar terletak di sana,
bagaimanapun juga letaknya mestinya jauh dari Gaza dan bir al-Sab', yang samasekali tidak
menolong kita.

Kesulitan dalam menempatkan Gerar di Palestina dilipatgandakan oleh referensi mengenai tempat
ini dalam Tawarikh II 14. Di sini kota ini nampaknya dimiliki oleh bangsa Kusy (h-kwsym), yang
biasanya disamakan dengan bangsa 'Etiopia', terutama karena teks-teks Bibel sering
menghubungkan Kusy, atau kws dengan msrym, yang selama ini dianggap berarti 'Mesir' (mengingat
bahwa Etiopia adalah tetangga Mesir di sebelah selatan). Dalam Septuaginta Yunani kata Ibrani kws
terkadang diubah melalui transliterasi, dan terkadang diterjemahkan secara bebas sebagai Aithiopia
atau Aithiopes, dan hal ini mendorong para ahli Bibel modern untuk menyamakan tempat ini dengan
Etiopia. Andaikata bangsa Kusy benar-benar adalah bangsa Etiopia, adalah lazim bila seseorang
bertanya bagaimana mereka dapat menguasai suatu daerah di Palestina yang jauh itu? Mungkinkah
bangsa Etiopia tersebut merupakan bangsa Mesir pada abad ke-duapuluhlima atau dinasti 'Etiopia'
(716-656 S.M.)? Rasanya ini tak boleh jadi, mengingat bahwa mereka memerangi Asa, yang
kekuasaannya sebagai raja telah berakhir sekitar satu setengah abad sebelumnya. Di sini Kraeling
lagi (hal. 217) menggambarkan bagaimana kesulitan ini yang sejauh kini telah terpecahkan:

Kisah dalam Tawarikh... menegaskankan pengetahuan (sic) tentang sebuah pendudukan pada zaman
pemerintahan Asa oleh Zerah dari Kusy atau Zerah dari Etiopia... Bangsa Etiopia tidak memegang
kekuasaan di Mesir sebelum ada berikutnya, maka orang Kusy ini tentunya bukan seorang Fir'aun,
namun mungkin ia adalah seorang gubernur Mesir dari kerajaan 'Sungai kecil Mesir'[2] dan daerah
dalam kekuasaan Mesir di sebelah utaranya sampai sejauh Gerar. Kita juga mendengar dari tempat
lain bahwa 'putra-putri Ham' (dengan kata lain, Kusy) tinggal bersebelahan dengan suku Simeon[3] di
daerah selatan. (Tawarikh I 4:3a) dan Gedor (mengenai penyangkalan hal yang belakangan ini, lihat
Simons, alinea 322).

Perlu ditambahkan pula di sini bahwa Mareshah (atau mrsh) dan dari sini 'Zerah dari Etiopia'
mencapai serangannya terhadap Yudah, telah dikenali dengan sebuah Tall Sandahannah di Palestina
bagian selatan, 'yang juga menandakan Maris Greco Rumawi... di sebelah timur hirbet mer'ash, yang
nama kunonya masih ada' (Simons, alinea 318). Sebenarnya 'Mer'ash' (mr's) dan 'Mareshah' (mrsh)
samasekali tidak merupakan nama yang sama, dan hanya mungkin terlihat sama oleh mereka yang
bukan pemakai bahasa Semit, yang mengabaikan desahan tekak yang disuarakan pada nama yang
pertama, karena mereka tidak dapat mengucapkannya. 'Lembah Zephathah' (gy' spth) telah
membuat pengenalan atasnya begitu sulit sampai-sampai tidak ada yang mencoba untuk menerka
lokasinya --betapa pun ngawur terkaan itu. Salah satu penjelasan mengenai hal ini ialah bahwa
bentuk Ibrani dari nama yang sama mungkin tidak lebih dari suatu ketidak jelasan teks (Simons,
alinea 254), penjelasan yang bukan merupakan pemecahan yang memuaskan bagi problema ini.

Untuk meringkaskan, kita dapat menyimpulkan yang berikut ini:

Pengenalan terhadap Gerar menurut Injil di Palestina belum memberikan hasil yang memuaskan,
dan tidak ada tempat-tempat di sana yang masih memakai nama itu.

Telah ada dugaan bahwasanya mestinya Gerar terletak di Palestina bagian selatan, karena Kejadian
10 menyebutkan tempat itu berhubungan dengan sebuah 'zh, yang diperkirakan adalah Gaza di
Palestina, sedangkan Kejadian 26 menyebutnya berhubungan dengan sebuah sb'h atau b'r sb', yang
diperkirakan adalah Bir al-Sab' di Palestina, yang sekarang biasa disebut Beersheba.

Kalau kita menganggap bahwa Kadesh menurut Bibel adalah oase 'Ayn Qudays di dekat Wadi
Al-'Arish, dan bahwa Shur metinya terletak lebih jauh ke arah barat Sinai, di dekat genting tanah
Suez, maka Gerar tidak mungkin terletak di antara Beersheba dan Gaza, dan juga antara Kadesh dan
Shur, sebagaimana ditegaskan dalam Kejadian 20.

Kalau bangsa Kusy benar-benar adalah orang-orang Etiopia, dan Gerar terletak di selatan Palestina,
maka kekuasaan atas Gerar oleh bangsa 'Kusy' sebagaimana dijelaskan dalam Tawarikh II 14, tidak
dapat dijelaskan dengan mudah.

Guna membongkar misteri Gerar, mungkin paling baik jika kita memulai dengan bukti-bukti yang
diberikan oleh Tawarikh II 14, dengan cara memastikan siapa sebenarnya bangsa Kusy itu. 'Kusy'
seperti telah dikatakan tadi dihubungkan dengan msrym, yang jelas berarti Mesir dalam beberapa
sebutan menurut Bibel (contohnya Raja-raja I 14:25f; Tawarikh II 12:2f; dan juga Raja-raja II 23:29;
Tawarikh II 35:20f; Yeremia 46:2). Di tempat-tempat lain dalam Bibel, seperti yang akan kita lihat
(pada Bab 13 dan 14), nama msrym dapat menandakan satu di antara lokasi di Arabia Barat,
termasuk dusun Misramah (msrm) di dataran tinggi Asir, antara Abha dan Khamis Mushait, atau
dusun Masr (msr) di Wadi Bishah, di pedalaman Asir. Jika mencari kws (atau 'Kusy') di daerah itu,
seseorang dapat dengan mudah menemukannya sebagai Kuthah (kwt), dekat Khamis Mushait. Ini
merupakan sebuah oase yang terletak di hulu Wadi Bishah, dan oleh karena itu di daerah itu Masr
dapat dijumpai. Di daerah Khamis Mushait yang sama terdapat oase Qararah (qrr) dan Ghurayrah
(gryr, atau grr) salah satu dari Gerar-gerar dalam Bibel. Di dekatnya terdapat pula oase Shaba'ah
(sb'h atau sb'), yang mestinya adalah 'Shibah' atau 'Beersheba' yang tertera dalam Bibel. Kalau
pembaca menganggap bahwa hal ini sukar untuk dipercaya, pertimbangkanlah hal yang berikut ini,
yang tampaknya membereskan argumentasi saya.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi


Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

4. MENCARI GERAR (2/2)

Seperti yang telah saya sebutkan, kata Ibrani b'r sb' mungkin berarti 'Sumur Kelimpahan',[4]· tetapi
dapat juga dengan salah diartikan sebagai 'Sumur Tujuh'. Dalam laporannya mengenai perjalanan
balik jenderal Rumawi, Aelius Gallus, dari ekspedisinya ke Arabia pada tahun 245 S.M., Strabo
(16:4:24) secara rinci menggambarkan tahap-tahap yang diambil oleh Gallus sewaktu ia keluar dari
'Negrana' (Najran) untuk mencapai pelabuhan 'Negra' (Nujayrah dekat bandar Umm Lajj masa ini) di
Laut Merah. Di sana, pasukan-pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal Y.; g membawa mereka kembali
ke Mesir. Strabo melaporkan bahwa sebelas hari setelah meninggalkan Najran, Gallus sampai pada
sebuah tempat yang bernama 'Tujuh Sumur,' jelas suatu upaya untuk menterjemahkan b'r sb' atau
b'r sb'h. Dalam mempelajari teks-teks Strabo yang berkenaan dengan eksplorasi Arabia yang
dilakukannya, H.St.J.B. Philby (Arabian Highlands, Ithaca, N.Y., 1952, hal. 257; selanjutnya disebut
Philby) menafsirkan bahwa 'Tujuh Sumur' itu mestinya adalah Khamis Mushait yang terletak sejauh
260 kilometer dari Najran. Philby mengamati adanya desa Shaba'ah di antara pedusunan di hilir
Khamis Mushait, di daerah 'yang sebagian mendapat pengairan dari luapan air sungai, dan sebagian
lagi dari sumur-sumur yang kebanyakan bermulut lebar...' (hal. 132). Namun, yang luput dari
pengamatannya ialah bahwa nama Shaba'ah merupakan sb'h di dalam Bibel, yang dikenali dalam
Kejadian 26 sebagai tempat yang sama dengan b'r sb'. Dugaannya ialah bahwa Khamis Mushait itu
sendiri pernah bernama 'Bir saba'' (hal. 257).

Menurut Strabo, Gallus memerlukan waktu 40 hari untuk menyelesaikan perjalanan dari 'Tujuh
Sumur' ke 'Negra', yang ia lukiskan terletak dengan laut; jalan yang ia ambil melewati 'Chaalla' dan
'Malothas', yang terakhir ini terletak di sebuah 'sungai'. Tanpa mempertimbangkan kenyataan
bahwa 'Negra' hanya dapat terletak di sepanjang pesisir Laut Merah, mengingat bahwa pasukan-
pasukan Rumawi menaiki kapal-kapal mereka di sana, Philby sementara mengenalinya dengan
daerah pedalaman di Mada'in Salih di sebelah utara Medinah, dan melakukan identifikasi yang tidak
tepat terhadap 'Chaalla' dan 'Malothas'. Ia menduga 'Chaalla' adalah Qal'at Bishah, di Wadi Bishah,
dan menduga 'Malothas' adalah Turabath atau Khurma, di pedalaman Hijaz (hal. 257). Sebenarnya,
jalan dari Khamis Mushait menuju ke pesisir mengikuti aliran 'sungai, Wadi al-Dila', di daerah Rijal
Alma', dan dua buah pedesaan bernama Qal'ah (Chaalla) dan Maladah (Malothas) masih terdapat di
sana. Jalan ini kemudian menuruni bukit menuju Darb; dan di sana menyambung dengan sebuah
jalan lagi yang menuju ke utara melewati gurun pasir pesisir Arabia Barat sejauh Umm Lajj dan
Nujayrah (Negra). Inilah yang persis dikatakan oleh Strabo: 'Jalannya (Aelius) dari sini melewati
padang pasir, yang hanya terdapat beberapa tempat pengambilan air'. Sepanjang jalan yang
disebutkan tadi, jarak total dari wilayah Khamis Mushait sampai pada Umm Lajj atau Nuiayrah kira-
kira adalah 1.100 kilometer, yang dapat dengan mudah ditempuh dalam waktu 40 hari berjalan kaki.

Pendeknya, bangsa 'Kusy' (yang pasti mereka dalam Tawarikh II 14) bukanlah orang-orang 'Etiopia,'
melainkan orang-orang suku daerah sekitar Kuthah (dengan kata lain, orang-orang dataran tinggi
Khamis Mushait), di ketinggian Wadi Bishah, tidak jauh di hulu Shaba'ah, kota dalam Bibel b'r sb'
atau Beersheba. 'Yudah' yang mereka jajah, seperti yang akan kita saksikan pada Bab 8, meliputi
lereng-lereng sebelah barat Asir. Sewaktu mereka menuju 'Yudah' ini, Zerah dari Kuthah mencapai
'Mareshah' atau mrsh yang kini merupakan satu di antara dua buah desa: Mashar (msr) atau
Mashari (msr), di pedalaman Qunfudhah. Di daerah yang sama terdapat lembah Wadi Hali, dan di
sana sedikitnya terdapat sebuah desa yang bernama Sifah (dengan akhiran feminin, spt), sebuah
kamus ilmu bumi menyebutkan dua buah pedesaan, mungkin secara tidak disengaja. Maka dari itu,
'lembah Zephathah, yang ada dalam Bibel (gy' spth), merupakan referensi kepada aliran utama Wadi
Hali, atau kepada anak lembah ini tempat dua buah Sifah kini berada. Zerah harus menyeberangi
tebing utama Asir dari Wadi Bishah guna mencapai Mashar (atau Mashari) dan wadi Hali di
pedalaman Qunfudhah. Setelah menderita kekalahan di sana, ia mundur menyeberangi tebing
curam itu menuju ke Wadi Bishah, dikejar oleh Raja Asa dan pasukannya: mereka melakukan
perampokan terhadap kota Gerar dan daerah sekitarnya yang makmur itu.

Menurut Kejadian 20, seperti yang telah diketahui, Gerar terletak antara Kadesh dan Shur. Gerar ini
(yang tampaknya sama dengan Gerar yang tertera di dalam Kejadian 26 dan Tawarikh II 14) mestinya
dahulu adalah Qararah, bukan Ghurayrah, di daerah sekitar Khamis Mushait, karena Qararah ini
sebenarnya terletak di jalan utama antara Kadas (kds, bandingkan dengan kata Ibrani qds), di Rijal
Alma', dan Al Abu Thawr (twr, bandingkan dengan kata Ibrani sur), di Wadi Bishah. Di sini tidak ada
kebingungan mengenai koordinat, atau setidaknya kesulitan dalam mengenali Kadesh dan Shur
dengan nama mereka masing-masing. Tentunya, seseorang tidak harus terpaksa menduga-duga atau
memaksakan sebuah penafsiran atas penemuan-penemuan arkeologi yang belum mencukupi dalam
usahanya untuk membuktikan sesuatu. Lebih lagi, baik dalam Kejadian 20 maupun 26, seorang 'raja'
Gerar disebut sebagai bernama Abimelech ('by mlk), yang dilukiskan dalam Kejadian 26 sebagai
seorang raja dari orang-orang 'Filistin' (plstym, tunggal plsty, bentuk genitif dari plst). Di sini ada dua
pengamatan yang perlu dilakukan. Pertama, seluruh daerah yang terletak di atas pembagi perairan
di sebelah barat laut Khamis Mushait, termasuk daerah Wadi Bishah tempat Qararah terletak,
memakai nama kesukuan Bani Malik (mlk). Begitu pula halnya dengan sebuah desa di daerah yang
sama. Ini dapat berarti bahwa 'Abimelech' (secara harfiahnya 'Ayah dari Malik') dalam Kejadian 20
dan 26 belum tentu merupakan namanya, tetapi mungkin adalah sebuah referensi terhadap
serangkaian kepala-kepala suku Malik di daerah itu, yang juga merupakan 'raja-raja' Qararah.
Mengingat akan celah-celah generasi antara kisah-kisah yang diceritakan dalam Kejadian 20 dan 26,
'Abimelech' dalam kedua kisah itu agaknya tidak mungkin orang yang sama. Pengamatan saya yang
kedua ialah mengenai Gerar (atau Qararah) dan bangsa Filistin (lihat Bab 14). Di utara Qararah, di
lembah sungai Wadi Bishah, masih ada sebuah desa yang bernama Falsah (plst), yang jika memang
demikian, penduduknya tentunya disebut plstym dalam bahasa Ibrani. Desa Falsah ini mudah saja
merupakan bagian wilayah Qararah pada suatu waktu, yang dapat menjelaskan mengapa nama-
nama 'Abimelech' yang tertera dalam Kejadian digambarkan sebagai 'raja-raja' Gerar dan juga
sebagai raja-raja bangsa 'Filistin.'

Berpaling pada Kejadian 10, kita dapat melihat bahwa koordinat-koordinat yang diberikan untuk
Gerar di sana sama sekali berbeda dengan koordinat-koordinat untuk Gerar dalam Kejadian 20,
Kejadian 26 dan Tawarikh II 14. Di sini Gerar disebutkan scarah dengan salah satu perbatasan tanah
bangsa Kanaan atau kn'ny, membentang dari sydn sampai pada 'zh, sedangkan sebuah perbatasan
lagi yang juga bertolak dari sydn, dan membentang ke arah sdm (Sodom), 'mrh (Gomorrah), 'dmh
(Admah) dan sbym (Zeboiim) sampai pada ls' (Lasha).
Sydn yang dimaksud di sini jelas bukan bandar Sidon, Libanon (sekarang Sayda, atau syd' di Libanon).
Dari keempat Sidon yang bernama Zaydan atau Al Zaydan (zydn) yang masih ada sampai saat ini di
berbagai daerah Asir yang tertera dalam Kejadian 10 mestinya Al Zaydan, di ketinggian Jabal
Shahdan - sebuah puncak Jabal Bani Malik, di pedalaman Jizan yang menguasai sebuah jalan gunung
yang strategis di sepanjang perbatasan antara daerah Jizan dan Yaman. Dari Al Zaydan ini,
perbatasan kedua tanah Kanaan yang disebut dalam Kejadian 10 membentang ke barat ke arah
pesisir Laut Merah berakhir di deretan pedesaan terakhir di tepi gurun pasir pesisir, antar Wadi
Sabya dan daerah Bahr di sebelah utara Wadi 'Itwad. Seperti yang akan kita lihat pada Bab 7, nama
suatu kota yang hilang, yaitu Sodom (sdm), masih ada sampai kini sebagai Wadi Damis (dms), sebuah
cabang Wadi Sabya, yang mengalir tepat di sebelah utara gunung berapi kembar Jabal 'Akwah, dan
masih terletak di dalam ladang lahar itu. Gomorrah ('mrh) mungkin merupakan sebuah kota yang
hilang di Wadi Damis yang terkubur, seperti halnya Sodom, di bawah lahar yang disemburkan oleh
gunung berapi setempat, atau mungkin Ghamr (gmr) masa ini, yang terletak di lerengan Jabal Harub,
di atas Wadi Damis. Saling berhadapan, masing-masing di tepian yang berbeda dari aliran utama
Wadi Sabya, kota kembar Sabya (sby', dalam bahasa Ibrani sby, 'gazelle,' dengan kata sandang
tertentu yang berakhiran) dan al-Zabyah (zby, bentuk Arab dari kata yang sama dengan kata sandang
tertentu yang berawalan) mestinya kota Zeboiim menurut Bibel (sbym, bentuk ganda atau jamak
dari sby) jauh di sebelah utaranya adalah Lasha (ls') di lembah sungai Wadi Bishah, yang namanya
telah diubah dalam bentuk Arab masa ini, yaitu al-'Ashshah ('l-'s, dengan l yang diucapkan sebagai
kata sandang tertentu Arab). Lebih jauh lagi di utara, Admah ('dmh) terletak di seberang Wadi 'Itwad
di wilayah Bahr, dan namanya masih bertahan sebagai al-Dumah dengan akhiran feminin (dmh,
dengan hamzah pertama pada bentuk asli nama itu dibuang, seperti yang biasanya dilakukan).

Kalau perbatasan tanah Kanaan kedua, seperti yang digambarkan dalam Kejadian 10, membentang
dari Al Zaydan sampai ke gurun pasir pesisir Laut Merah di sebelah barat, perbatasan yang pertama
membentang ke utara, mengikuti garis pembagi perairan, dan sampai pada 'zh -- bukan 'Gaza' tetapi
Al 'Azzah ('zh). Ini merupakan sebuah dusun indah yang bertengger terasing di puncak sebuah
punggung bukit di daerah Ballahmar di Sarat, di selatan Nimas. Sesungguhnya, di Asir ada sejumlah
tempat lain yang memakai nama yang sama, tetapi hanya ada satu di pesisir Palestina, yaitu Gaza,
atau gzh.

Ini membawa kita pada permasalahan Gerar (grr) dalam Kejadian 10, yang disebutkan di sana untuk
menunjukkan arah terbentangnya perbatasan Kanaan dari sydn ke 'zh. Gerar pertama yang kita
jumpai di sana ialah Ghurar (grr), di Jabal Bani Malik. Yang kedua, lebih jauh di utara, ialah al-Jarar
(grr), di Jabal Harub. Yang ketiga, masih lebih jauh lagi di utara, ialah Ghirar (grr) di seberang Wadi
'Itwad, di Rijal Alma'. Yang keempat, masih lebih jauh lagi di utara dan lebih dekat pada Al 'Azzah,
ialah al Qararah (qrr), yang terletak di sepanjang puncak Sarat di daerah sekitar Tanumah. Meskipun
tidak ada Gerar di Libanon ataupun di Palestina, antara Sidon dan Gaza, atau melewati Gaza dari
Sidon, terdapat tidak kurang dari empat buah Gerar di dataran tinggi Asir, antara Al Zaydan dengan
Al 'Azzah, yang membuat kita bertanya-tanya yang mana di antara mereka adalah Gerar sebenarnya
yang dimaksudkan itu, dan Gerar yang mana yang terletak di sepanjang perbatasan Kanaan itu.

Mengingat yang tertera di atas, tanah bangsa Kanaan dalam Bibel di Arabia Barat mestinya meliputi
lereng-lereng pesisir Asir dari daerah sekitar wilayah Ballahmar di utara sampai pada sebagian
wilayah Jizan di Selatan. Di sini kita menjumpai dua buah pedusunan yang bernama Qina' (qn',
bandingkan dengan kn', asal kata kn'n) di Majaridah bagian utara, wilayah Ballahmar, yang terdapat
pula sebuah dusun yang bernama 'Azzah. Di samping itu, ada sebuah desa yang bernama Al-Qina';
yang satu disebut Dhi al-Qina', dan satu lagi bernama al-Qana'at (qn't, bentuk jamak feminin dari
qnn'). Dua desa yang bernama Qan'ah (qn't, bentuk jamak feminin qn') terletak di wilayah Jizan,
belum lagi tiga buah nama tempat dengan akar kata yang sama di bagian-bagian lain Asir dan Hijaz
bagian selatan. Yang terakhir adalah sebuah desa yang bernama Al Kun'an ('l kn'n, secara harfiahnya
berarti 'dewa Kanaan') di Wadi Bishah, di seberang pembagi perairan dari wilayah Majaridah.
Pendeknya, bukti toponimis mengenai penempatan bangsa Kanaan (yang berbeda dengan bangsa
Kanaan di Suria) di Arabia Barat menghendaki agar kita mempertimbangkan kembali dengan cermat
prasangka-prasangka yang umumnya dipegang mengenai masalah ini (lihat Bab 14 dan 15; mengenai
bangsa Kanaan Suria, lihat Bab 1).

Yang jelas terlihat adalah bahwa Gerar dalam Kejadian 10 tidak mungkin sama dengan Gerar yang
tertera dalam Kejadian 20, Kejadian 26 ataupun dalam Tawarikh II 14. Inilah sebabnya mengapa
hanya Kejadian 10 saja yang menyebutkan grr berhubungan dengan 'zh -- Al 'Azzah di wilayah
Ballahmar, dan bukan 'Azzah di wilayah Majaridah ataupun 'Azzah lainnya yang terletak lebih jauh di
utara di Wadi Adam (lihat Bab 14). Sedangkan Gedor (gdr) dalam Tawarikh I 4:39f, namanya jelas
bukan merupakan suatu kesalahan dalam membaca Gerar (grr). Terletak di wilayah selatan Simeon
(lihat Lampiran), mestinya Gedor merupakan apa yang kini adalah desa Ghadr (gdr) di pedalaman
Jizan, walaupun masih ada beberapa kemungkinan lain.

Mengingat akan semua ini, lokasi 'rs h-nqb menurut Bibel antara Kadesh dan Shur, yang disebut
dalam Kejadian 20 berhubungan dengan Gerar, hanya dapat berarti wilayah sekitar al-Naqb (nqb,
dengan kata sandang tertentu Arab), di Rijal Alma', jauh di seberang pembagi perairan dari Qararah.

Seharusnya sampai di sini duduk perkaranya sudah jelas: tidak ada tempat yang bernama Gerar di
dekat Gaza, di Palestina. Namun di antara sejumlah tempat yang dijumpai di Asir, sebuah, yaitu al-
Qararah ialah Gerar yang disebutkan dalam Kejadian 20, 26 dan Tawarikh II 15, dan yang satu lagi
(salah satu dari empat buah tempat yang bernama Ghurar, al-Jarar, Ghirar atau al-Qararah) ialah
Gerar dalam Kejadian 10 (lihat Peta 7). Akhirnya, perlu dicatat bahwa pengenalan terhadap Gerar
yang pertama dengan menggunakan bukti-bukti toponimis dan Bibel berjalan sejajar dengan
pengenalan terhadap Kusy, Filistin, Beersheba, Esek, Sitnah, Rehoboth, Kadesh, Shur, Mareshah,
Zepathah dan Nageb di sekitar daerah yang sama, antara wilayah Khamis Mushait dan bagian-bagian
Asir di seberang pembagi perairan ke arah barat. Pengenalan terhadap Gerar yang kedua berjalan
sejajar dengan pengenalan atas kota-kota dalam Bibel Sodom, Gomorrah, Admah, Zeboiim, dan
Lasha di satu arah, dan dua buah tempat yang sampai kini diperkirakan sebagai 'Sidon' dan 'Gaza' di
arah yang lain. Di samping itu, perlu dicatat pula mengenai adanya bukti-bukti untuk mengenali
Kanaan menurut Bibel di lereng-lereng maritim Asir, antara daerah-daerah Majaridah dan Jizan. Para
arkeolog belum menggali daerah-daerah tersebut, ataupun daerah-daerah lain di Asir; jika mereka
melakukannya, mereka akan menemukan banyak hal yang menakjubkan. Sebagaimana dikatakan
Gerald de Gaury, salah seorang Inggris-Arab yang terakhir (Arabia Phoenix ... London, 1964, halaman
119):
Di lembah-lembah Asir, Yaman, dan Hijaz, terdapat reruntukan-reruntukan yang pada suatu hari
akan mengungkapkan kepada para sejarawan dan kepada dunia lebih banyak mengenai negeri-
negeri tua ... dan ... kerajaan-kerajaan Arabia yang lebih awal, dan akan menunjukkan dengan jelas
arti-arti yang terkandung dalam kitab-kitab Bibel yang lebih awal serta mengenai kiasan-kiasan
bersejarah dalam Qur'an. Siapa yang mengetahui akan adanya harta karun yang terpendam di antara
kekusutan puing-puing Asir?

Yang akan menyusul adalah sebuah upaya yang sederhana guna menggali beberapa di antaranya.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

5. NON-TEMUAN DI PALESTINA (1/2)

Umumnya kita menerima selaku benar bahwa para arkeolog melakukan pekerjaan mereka dengan
sebaik-baiknya. Dalam lapangan studi seperti sejarah kuno, tidak banyak di antara kita yang
mempunyai wewenang untuk memeriksa. Di antara kita hanya beberapa saja yang merupakan
arkeolog, dan bahasa-bahasa dunia kuno dengan tulisan-tulisan aneh mereka merupakan sebuah
teka-teki bagi kebanyakan orang. Maka dari itu, jika para ahli berbicara mengenai suatu pokok
persoalan kita biasanya menerima saja apa yang mereka katakan berdasarkan kepercayaan, dan
memberi wewenang pada mereka untuk berselisih pendapat mengenai pasal-pasal yang dapat
diperdebatkan. Dalam persoalan-persoalan bila mereka bersepakat untuk menyetujui
pemecahannya, mereka dapat mengesahkan apa saja yang tampaknya layak di mata mereka. Maka
jelaslah kalau dalam lapangan studi arkeologi Bibel dan dalam lapangan studi paleografi, yang masih
saling berhubungan, terdapat banyak kesempatan untuk membuat tidak hanya kesalahan-kesalahan
saja, bahkan mengabadikannya untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

Batu-batu tua dapat ditemukan di mana saja di Timur Dekat; hampir di setiap tempat diadakan
penggalian akan dijumpai batu-batu tersebut. Namun menggali dan menafsirkan apa yang telah
ditemukan adalah dua hal yang berbeda. Di sinilah letak perbedaan antara arkeologi ilmiah
mengenai Timur Dekat, yang dilaksanakan secara ilmiah, dengan apa yang disebut arkeologi
menurut Bibel. Yang pertama adalah sebuah upaya yang obyektif dan sistematis untuk mempelajari
kebudayaan-kebudayaan dan peradaban-peradaban kuno di suatu daerah dan menyusun
perkembangannya tahap demi tahap berdasarkan benda-benda peninggalannya, tentu dengan
memperhatikan limitasi penyelidikan itu serta metode yang dipergunakan. Yang kedua adalah tidak
lebih dari suatu pencarian terhadap barang-barang peninggalan di daerah-daerah yang telah
ditandai sesuai dengan pendapat yang telah terbentuk sebelumnya mengenai geografi menurut
Bibel yang berusaha mendapatkan dukungan arkeologis dan peleografis bagi dugaan-dugaan
mengenai sejarah menurut Bibel. Maka dari itu, jika seseorang menemukan puing-puing benteng tua
di dekat kota Beersheba di Palestina (lihat Bab 4), maka ia akan menyatakan telah menemukan suatu
bentuk bangsa Israil, tanpa memikirkan adanya kemungkinan-kemungkinan lain. Kalau ia
menemukan bekas-bekas sebuah tambang tembaga dekat kota modern Elath, dan sebuah cincin cap
dengan bertulisan lytm di sekitar daerah yang sama, ia gegabah menyimpulkan bahwa cincin
tersebut tentunya kepunyaan Yotham (l-ytm), seorang raja Yudah. Kemudian ia langsung
mengumumkan pada dunia mengenai penemuan lokasi persisnya tambang-tambang tembaga Raja
Sulaiman dan kota Ezion-Geber menurut Bibel itu.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa prinsip yang dipergunakan dalam pencarian arkeologis
terhadap lokasi-lokasi menurut Bibel itu salah. Saya hanya mengatakan bahwa tidak benar jika kita
mengambil kesimpulan bersejarah berdasarkan penemuan-penemuan arkeologis yang tidak
meyakinkan. Di sini inskripsi menjadi penting. Contohnya, Nelson Glueck mungkin dapat dibenarkan
dalam mengumumkan penemuannya atas sebuah tempat menurut Bibel di daerah sekitar kota
modern Elath, jika saja inskripsi pada cincin cap yang ia temukan di sana berbunyi lytm mlk yhwdh
(Yotham, Raja Yudah). Setelah di sana menemukan inskripsi lytm, ia tidak mempertimbangkan
adanya kemungkinan-kemungkinan lain. Walaupun jika kata itu dibaca sebagai l-ytm, mungkin saja
berkenaan dengan seseorang yang bernama 'Yotham' yang bukan seorang raja Yudah, dan bahkan
mungkin bukan orang Yahudi.

Inskripsi pada cincin tersebut mungkin juga merupakan suatu referensi kepada seorang dewa yang
bernama ytm -- mungkin dewa Atum dari Mesir, yang namanya menurut orisinilnya ialah itwm. Di
seberang Wadi Arabah dari Elath sampai kini masih terdapat sebuah lembah yang bernama Wadi
Yutm (ytm). Apakah nama wadi ini, seperti yang ada pada inskripsi, berkenaan dengan nama
'Yotham' yang sama, siapa pun gerangan orangnya, ataukah kepada nama Dewa Atum Mesir yang
sama?

Ambillah sebuah contoh yang lain. Pada tahun 1880, sebuah batu prasasti ditemukan di Siloam,
dekat Yerusalem, menggambarkan bagaimana sebuah terowongan air dibuat di sana oleh orang-
orang yang menggali dari kedua ujungnya. Inskripsi tersebut kini berada di Museum of the Ancient
Orient di Istambul. Kalau saja inskripsi itu berbunyi 'terowongan ini digali pada zaman pemerintahan
Raja Hezekiah', ini jelas akan mendukung teks-teks Raja-raja II 20:20 dan Tawarikh II 32:30, yang
membicarakan mengenai sebuah kolam dan terowongan air yang didirikan oleh Raja Hezekiah dari
Yudah. Namun kenyataannya, inskripsi ini tidak menyebutkan nama-nama orang maupun nama-
nama tempat. Maka, jika hendak menghubungkannya dengan zaman pemerintahan Hezekiah,
seperti yang telah dilakukan oleh para ahli Bibel, itu merupakan tidak lebih dari suatu terkaan yang
asal saja. Terowongan-terowongan air telah didirikan selama berabad-abad, di mana saja dan
bilamana ada keperluan untuk menggunakannya. Inskripsi Siloam bahkan tidak menunjukkan bahwa
Yerusalem modern sebenarnya adalah Yerusalem menurut Bibel, karena inskripsi tersebut tidak
menamakan lokasinya.

Inskripsi-inskripsi Elath dan Siloam, dan juga semua inskripsi yang disebut inskripsi 'Ibrani' -- atau
lebih tepat lagi Kanaan -- dari Palestina, telah dipaksa oleh Ilmu Pengetahuan Bibel modern untuk
menghasilkan lebih banyak kandungan informasi daripada yang sebenarnya terdapat pada mereka.
Satu contoh yang perlu dibicarakan ialah mengenai sejumlah pecahan barang-barang tanah yang
ditemukan di daerah sekitar Nablus pada tahun 1910 dan diberi nama Ostraca Samaria, walaupun
mereka samasekali tidak membicarakan 'Samaria' (dalam bahasa Ibrani smrwn). Pecahan barang
tanah ini yang telah dibubuhi tanggal 778-770 S.M. (sebenarnya penanggalan ini sendiri sangat
mencurigakan), mengandung catatan-catatan mengenai transaksi-transaksi perdagangan antara
individu-individu, beberapa di antara mereka mungkin orang Yahudi, menaksir dari nama-nama
perorangan yang tertera di dalamnya. Catatan-catatan ini sama sekali tidak menyebutkan nama-
nama tempat dan juga tidak mengandung satu pun referensi mengenai tokoh-tokoh Bibel ataupun
kejadian-kejadian yang tertera dalam Bibel. Walaupun penanggalannya benar, yang terbukti oleh
pecahan barang-barang tanah tersebut hanyalah bahwa orang-orang Yahudi mungkin pernah
menetap di daerah Nablus di Palestina pada abad ke-8 S.M. Tidak ada kesimpulan dari mereka
mengenai masalah-masalah sejarah maupun geografi menurut Bibel yang dapat dibenarkan. Jelas
mereka tidak membuktikan bahwa tempat barang-barang itu ditemukan adalah Samaria menurut
Bibel, yang berarti nama-nama yang diberikan pada mereka oleh para ahli Bibel pun perlu
dipertimbangkam kembali.

Yang lebih mencolok lagi adalah contoh apa yang disebut Ostraca Lachis, yang ditemukan di Tall al-
Duwayr di Palestina bagian selatan pada tahun 1935 dan 1938. Sudah biasa ditegaskan bahwa
pecahan barang tanah yang berinskripsi ini memberi bukti yang 'tak diragukan lagi' bahwa Tall al-
Duwayr dahulunya merupakan Lachish (lkys) menurut Bibel. Sebenarnya, kenyataannya sama sekali
tidak demikian, seperti yang akan ditunjukkan nanti.

Ostraca Tall al-Duwayr (harus disebut dengan nama ini) merupakan sekumpulan laporan dan
keluhan-keluhan yang dikirim oleh seseorang yang bernama Hoshaiah (hws'ywh), komandan sebuah
pasukan Yahudi yang kita tak ketahui di mana mereka ditempatkan, kepada atasannya yang
bernama Yaosh (y'ws), seseorang yang ia panggil dengan sebutan 'tuanku,' dan mestinya ditugaskan
di Tall al-Duwayr, mengingai ostraca (jenis kerang-kerangan) yang dikirim kepadanya ditemukan di
sana. Membaca inskripsi-inskripsi ini, ahli-ahli Bibel seperti W.F. Albright yakin bahwa mereka
mengenali dengan jelas disebutkannya nama Lachish dari Kitab Bibel dalam Ostracon IV; sebuah
penyebutan yang jelas mengenai kota Azekah Bibel pada pecahan yang sama, dan sebuah referensi
yang pasti kepada Yerusalem dalam Ostracon VI membawa para ahli ini menuju suatu kesimpulan
yang sama.

Dalam halnya Ostracon IV, pembacaan inskripsi yang telah diakui harus ditantang secara serius.
Sampai saat ini, pembacaan ini dianggap berbunyi sebagai berikut: 'Hendaknya tuanku mengetahui
bahwa kami sedang menunggu isyarat-isyarat Lachish...' Sebuah terjemahan yang lebih teliti
menghasilkan pesan yang berbeda: 'Hendaknya tuanku mengetahui bahwa kami sedang menunggu
muatan-muatan makanan...' Dalam halnya Ostracon VI, pembacaan atas nama 'Yerusalem' sangatlah
tidak jujur. Pada sebuah kepingan dari pecahan bahan tanah ini, dapat dilihat huruf-huruf slm.
Karena merupakan sebuah kata Ibrani, kata ini dapat dibaca dengan menggunakan berbagai cara
untuk menghasilkan makna yang berbeda-beda pula, misalnya 'bunga api', 'kedamaian', 'kesehatan
yang baik', 'persetujuan', 'kesempurnaan', atau 'ganjaran,. Dapat juga merupakan kata sambutan
dalam bahasa Semit (dalam bahasa Ibraninya shalom) atau salah satu di antara sejumlah nama
perorangan atau nama-nama tempat. Sebaliknya, tak ada pembenaran terhadap pembacaan slm
sebagai nama 'Yerusalem'.

Bagi mereka yang tertarik akan detil-detil mengenai masalah ini, dapat melihat yang berikut: dalam
Ostracon IV, kalimat yang dianggap menyebut nama Lachish (lkys) dan Azekah ('zqh) dalam bentuk
aslinya berbunyi sebagai berikut: wyd'ky 'l ms't lks nhnw smrm kkl h'tt 'sr ntn 'dny ky l' nr'h 't 'zqh.
Kalimat ini telah dibaca dan ditafsirkan sebagai berikut: 'Dan hendaknya (tuanku) mengetahui (wyd')
bahwa kami sedang menunggu (ky ... nhnw smrm) isyarat-isyarat Lachish (ls ms't lks), sesuai dengan
semua petunjuk yang telah diberikan oleh tuanku (k-kl h'tt 'sr ntn 'dny), karena kami tidak dapat
melihat Azekah (ky l' nr'h 't 'zqh)'. Penterjemahan ini berdasarkan perkiraan berikut ini, yang akan
saya sangkal satu demi satu:

1. Bahwa ms't, sebagai bentuk jamak dari ms'h, berasal dari akar kata kerja ns' yang berarti 'naik' dan
oleh sebab itu mungkin berkenaan dengan 'naiknya' asap, sehingga ada dugaan mengenai adanya
suatu isyarat militer. Namun kata kerja ns' juga dapat berarti 'membawa'. Maka sebuah ms'h bukan
berarti 'naiknya' asap, melainkan dimengerti sebagai sebuah 'bawaan', dengan kata lain, sebuah
'muatan'.

2. Bahwa lks dibaca sebagai satu kata yang merupakan nama kota menurut Bibel Lachish (lkys). Jika
seseorang membaca lks sebagai l-ks, dengan l yang pertama sebagai preposisi, artinya akan berubah
menjadi 'untuk makanan', kalau ks ditafsirkan sebagai kata benda jadian dari ksh, kata ini akan
berarti 'kenyang atau puas dengan makanan' (bandingkan dengan kata Arab ks', 'merebut dengan
menggigit').

3. Bahwa smrm, sebagai bentuk jamak smr, berarti 'melihat', namun dapat juga berarti 'menunggu'.

4. Bahwa 'tt, sebagai bentuk jamak 'th berarti 'petunjuk-petunjuk' (berasal dari kata kerja 'th,
bandingkan dengan kata Arab 'ty, 'datang'). Dalam bahasa Arab, sebuah kata benda jadian dari asal
kata yang sama, 'yt', berkenaan dengan tindakan 'memberi', yang kedua berarti 'hadiah-hadiah',
'kemurahan hati'; yang ketiga berarti 'hasil panen'. Dalam ketiga contoh ini, pengertiannya adalah
persediaan. Dalam hal 'tt di sini, pengertian ini didukung kuat oleh kata kerja yang berikutnya yaitu
ntn, atau 'memberi'.

5. Bahwa l' nr'h 'zqh berarti 'kami tak dapat melihat Azekah'. Kemampuan untuk melihat Azekah
bukanlah persoalannya di sini. Yang dikatakan oleh aslinya hanyalah suatu kenyataan: 'kami tidak
melihat Azekah'.

6. Bahwa Azekah ('zqh) hanya suatu pengenalan terhadap kota Bibel dengan nama yang sama.
Dalam konteks ini, lebih masuk akal jika menganggapnya sebagai nama seseorang.
Maka kalimat sepenuhnya dapat diterjemahkan kembali sebagai berikut: 'Hendaknya tuanku
mengetahui bahwa kami menunggu muatan makanan, semua makanan yang telah tuanku berikan,
karena kami tidak melihat Azekah.' Ini berarti bahwa Hoshaiah dan anak buahnya rupanya telah
dijanjikan persediaan makanan dan perlengkapan lainnya oleh Yaosh, yang akan diberikan kepada
mereka oleh seseorang yang bernama Azekah. Di sini Hoshaiah mengatakan bahwa dia dan anak
buahnya masih menunggu datangnya persediaan-persediaan ini, karena Azekah belum sampai pada
mereka. Jelas tidak ada 'isyarat-isyarat Lachish' yang tertera di dalam pernyataan ini. Ini membuat
bukti yang telah dianggap 'tak meragukan lagi' mengenai pengenalan terhadap kota Bibel Lachish
sangat meragukan dan tidak dapat dipertahankan.

Ahli-ahli dapat dimaafkan atas perbuatan mereka dalam mengira lks dan 'zqh yang terdapat dalam
Ostraca Tall al-Duwayr IV sebagai referensi terhadap kota-kota Bibel Lachish dan Azekah. Namun
mereka seharusnya tidak dapat dimaafkan dalam anggapan mereka bahwa Ostracon VI
membicarakan Yerusalem. Dalam ostracon ini, yang telah rusak berat, sisa-sisa dari suatu kalimat
yang berbunyi: 'dny hl' tktb' tktb'... ht'sw kz't ... slm. Sebuah penterjemahan yang jujur dari pecahan
kalimat ini (jika kita menganggap bahwa aslinya benar-benar merupakan satu kalimat) hanya dapat
menghasilkan: 'Tuanku, apakah engkau tidak akan menulis ... engkau maka, ... slm.' Namun
terjemahan yang diakui saat ini dengan bebas mengisi tempat-tempat kosong tersebut dengan
mengambil sikap untuk membenarkan pembacaan atas slm yang terakhir sebagai tiga konsonan
terakhir dalam kata Ibrani yrwslym, yaitu 'Yerusalem'. Terjemahannya, lagi-lagi oleh W.F. Albright,
sangat dogmatis: '(Dan sekarang) tuanku, apakah engkau tidak akan menulis pada mereka dan
berkata, "mengapa engkau pergi (bahkan) ke Yerusalem?"'

Terjemahan seperti ini yang bahkan tidak menunjukkan interpolasi penterjemahnya secara benar,
tidak dapat diterima yang secara integritas kesarjanaan dijunjung tinggi. Kenyataannya adalah
bahwa ostracon yang dipermasalahkan, ataupun inskripsi-inskripsi 'Ibrani' lainnya yang sampai kini
ditemukan di Palestina, sedikit pun tidak mengandung referensi terhadap tokoh-tokoh dan tempat-
tempat menurut Bibel yang lain.

Bagaimana Ostraca Tall al-Duwayr sebenarnya mempunyai tempat dalam sejarah Palestina, atau
dalam sejarah kaum Yahudi di Palestina, bukanlah masalah yang akan dibahas di sini. Seperti yang
telah saya kemukakan sebelumnya, saya tak menyangkal adanya dugaan yang mengatakan bahwa
ada orang-orang Yahudi yang menetap di Palestina pada zaman Bibel itu; yang saya katakan adalah
bahwa agama Yahudi berasal dari Arabia Barat, dan tanah bangsa Israil menurut Bibel terletak di
sana dan bukan di Palestina. Ada satu inskripsi yang dapat digolongkan sebagai inskripsi Palestina
yang agaknya menyangkal tesis ini. Inskripsi ini adalah apa yang disebut Batu Moab, pertama kali
ditemukan di daerah perbukitan di sebelah timur Laut Mati pada tahun 1868, dan kini disimpan di
Louvre. Inskripsi yang panjang pada batu ini bersangkutan langsung dengan sejarah menurut Bibel,
karena padanya terdapat uraian mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan teks-teks
dalam Raja-raja II 3:4. Namun pembacaan dan penafsirannya sampai saat ini telah menimbulkan
kesulitan-kesulitan, terutama karena sekali lagi para pembacanya mengadakan pendekatan dengan
referensi geografi yang salah.
'Batu Moab' (namanya saja sudah merupakan istilah yang tidak cocok) diletakkan di Qarhoh (qrhh)
oleh Mesha, raja Moab (ms' mlk m'b) - begitulah ungkapan inskripsi yang tertera padanya. Semula
Mesha berkuasa di Moab, namun wilayahnya di sana mengalami serangkaian penyerangan yang
dilancarkan oleh para tetangganya yang agresif, oleh Omri raja Israil ('mry mlk ysr'l), dan oleh putra-
putranya sesudahnya (Ahab, yang dibiarkan tanpa nama). Setelah mengalami beberapa kali
kemalangan di tangan penyerangnya, dan juga di tangan para sekutu mereka, akhirnya Mesha lari ke
Qarhoh, dan ditempat ini ia mendirikan ibukotanya yang baru. Maka dari itu, 'Batu Moab'
sebenarnya adalah Batu Qarhoh, karena Mesha tidak lagi menetap di Moab sewaktu ia
meletakkannya. Qarhoh yang dipermasalahkan rupanya adalah kota Jahra (ghr) masa ini, di daerah
tempat batu itu ditemukan.

Samasekali tidak ada sesuatu pada inskripsi 'Batu Moab' yang menunjukkan bahwa Moab adalah
nama tua untuk daerah perbukitan di sebelah timur Laut Mati (atau Bilad al-Sharat, menurut orang
Arab), dan bahwa kerajaan Israil berpusatkan di Palestina. Sebenarnya jika inskripsi itu dibaca
dengan teliti dalam bentuk aslinya, bukan terjemahannya, seperti yang terdapat dalam bahasa
Inggris yang diterjemahkan oleh W.F. Albright, maka akan terlihat dengan jelas bahwa peperangan
antara Israil dengan Moab, yang dibicarakan, tidak terjadi di Transyordania, melainkan di Hijaz. Ini
berarti bahwa Israil dan Moab mestinya bertetangga di Arabia Barat, bukan di Suria. Para pembaca
yang berhasrat mengikuti argumentasi ini dan yang mengerti persis alasan-alasan yang akan
dijadikan dasar argumentasi tersebut mungkin ingin mempertimbangkan hal-hal yang berikut ini:

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

5. NON-TEMUAN DI PALESTINA (2/2)

1. Berbicara mengenai penyerangan pertama terhadap Moab oleh 'para bawahan' (sn'y(m), tunggal
sn', bandingkan dengan kata Arab tnwy, diucapkan tanawi, 'anggota suku dengan pangkat di bawah
para kepala suku') Raja Omri dari Israil, inskripsi tersebut melukiskan kota itu sebagai ymn' rbn. Jika
kita baca ymn sebagai bentuk jamak ym dalam arti kata 'hari', dan rbn sebagai bentuk jamak sifat rb
dalam pengertian 'banyak', para penterjemah sampai kini telah menganggap ucapan tersebut berarti
'banyak hari' atau 'berhari-hari'. Ini tidak masuk dalam konteks yang dibicarakan. Sebenarnya,
ucapan itu hanya menunjukkan bahwa Moab terletak 'di sebelah selatan rbn'. Satu-satunya tempat
yang memakai nama rbn ialah sebuah desa yang bernama Rabin di Hijaz, di sekitar daerah Mekah.
Seperti yang akan ditunjukkan dalam Bab 7, Catatan 5, kota menurut Bibel, Moab, kini dapat dikenali
dengan nama sebagai Umm al-Yab ('m yb) di Wadi Adam. Umm al-Yab ini sebenarnya terletak di
selatan Mekah dan oleh sebab itu namanya adalah ymn rbn atau 'di selatan Rabin'.
2. Pada inskripsi tersebut Mesha melukiskan dirinya tidak hanya sebagai Raja Moab, namun juga
sebagai orang dybny, dengan kata lain seorang penduduk asli dybn. Dibyan (dbyn) kini merupakan
sebuah desa di Wadi Adam, tak jauh dari Umm al-Yab. Sampai kini, para pembaca 'Batu Moab'
menganggap dybn adalah desa Dhiban (dbn) zaman ini, di Transyordania, di sebelah utara tempat
ditemukannya batu itu. Tetapi anggapan saya adalah bahwa Dhiban ini dinamakan menurut Dibyan
yang lama di Hijaz setelah Mesha bersama para pengikutnya menetap di sana.

3. Ada sebuah kalimat dalam inskripsi tersebut yang berbunyi: wyrs 'mry k... s mhdb'. Kalimat ini
sampai kini dianggap menunjukkan pada pendudukan atas kota Medeba di Transyordania oleh Raja
Omri dari Israil. Andaikata Medeba (bahasa Arabnya Madaba atau mdb') benar-benar yang
dimaksudkan di sini, saya sangsi kalau kota tersebut dituliskan sebagai mhdb', karena huruf h yang
berada di tengah dalam bahasa Semit tidak pernah ditanggalkan dari pengucapan. Kalimat tersebut
mungkin berbunyi: 'dan Omri menduduki (seluruh wilayah kl h-'rs) dari hdb' ini kini merupakan desa
al-Hudabah (hdb) di sebelah utara Umm al-Yab, di dataran tinggi Taif yang memandang ke bawah
Wadi Adam.

4. Pada bagian-bagian dari inskripsi tersebut, qr timbul sebagai kata untuk 'desa', dan kms untuk
Chemosh, nama dewa Moab. Namun pada bagian-bagian lain, qr dan kms jelas menunjuk pada
nama-nama kota dan desa yang terletak di sekitar wilayah Moab. Desa-desa Qarr (qr) dan Qamashah
(qms) kini dapat dijumpai di bagian yang sama, di dataran tinggi Taif tempat al-Hudabah terletak.

5. Di antara nama-nama tempat lainnya yang tertera pada inskripsi tersebut, srn dapat dikenali
sebagai Shayran (srn); mhrt sebagai al-Mahrath (mhrt); nbh sebagai Nabah (nbh); yhs (kota menurut
Bibel 'Yahaz') sebagai al-Wahasah (whs). Semua pedesaan ini terletak di Wadi Adam, di wilayah Taif,
atau di dataran tinggi Zahran di Hijaz bagian selatan.

Secara geografis agaknya jelas bagi saya bahwa peperangan antara Mesha dengan raja-raja Israil,
seperti yang dikisahkan dalam 'Batu Moab', tidak dapat ditatsirkan dengan pengertian Palestina dan
Transyordania. Mereka hanya dapat dikaitkan dengan Arabia Barat, yang jelas mendukung
argumentasi yang dipersembahkan dalam buku ini. Hanya setelah Mesha berulang kali dikalahkan
dalam peperangan oleh Omri dan Ahab dari Israil, ia akhirnya meninggalkan kerajaan Moab miliknya
di Hijaz, dan memutuskan untuk mendirikan sebuah kerajaan baru di Transyordania, yang
wilayahnya tidak bernama Moab - paling tidak, tidak pada inskripsi yang menceritakan kisah ini. Di
sini, jauh dari musuh-musuh Israilnya, Raja 'gembala' - seperti yang dilukiskan oleh Kitab Bibel -
dapat makmur kembali, menyediakan tanah gembalaan yang baik bagi bqrn-nya (sapi), m'(z)
(kambing) dan s'n (biri-biri). Sampai kini, para pembaca inskripsi-inskripsi Mesha telah kebingungan
mengenai penterjemahannya sampai-sampai mereka tidak memperhatikan arti sebenarnya dari
ketiga kata terakhir ini. Walaupun kata bqrn jelas merupakan kata bqr atau 'sapi' dalam bentuk
jamak maskulin, mereka membacanya sebagai bqrn dan menganggap artinya adalah 'di desa-desa'.
Dalam terjemahannya kata-kata m'z dan s'n dilupakan, karena mereka salah menafsirkan secara
umum konteks yang menimbulkan konotasi-konotasi yang terus-terang seperti 'kambing-kambing'
dan 'biri-biri' itu.
Adanya pra-anggapan bahwa tanah asal Kitab Bibel Ibrani ialah Palestina telah tidak hanya
mengacaukan masalah ini dalam lapangan studi arkeologi Palestina, dan dalam pembacaan dan
penafsiran inskripsi-inskripsi Kanaan dan inskripsi kuno lainnya yang ditemukan di Palestina; namun
juga telah meninmbulkan prasangka dalam studi mengenai teks-teks kuno dari Timur Dekat lainnya
yang didasarkan, secara langsung atau tidah langsung, pada sejarah menurut Bibel. Salah satu
contoh dari ini adalah daftar topografis Mesir untuk 'Asia Barat'. Pada Bab 11, isi daftar yang serupa
akan kita tinjau, yang saya harapkan akan dapat meyakinkan pembacanya bahwa daftar ini
sebenarnya berkenaan dengan Arabia Barat dan bukan dengan Palestina, Suria maupun
Mesopotamia, seperti yang telah dianggap selaku benar sampai saat ini. Daftar-daftar topografis
Mesir yang lain yang menyebut nama-nama tempat menurut Bibel itu bukanlah satu-satunya yang
memberi catatan mengenai-pendudukan atau penjajahan atas Arabia Barat, daftar-daftar topografis
Mesopotamia seperti kepunyaan Ashurbanipal II (883-859 S.M.), Shalmaneser III (859-824 S.M.) dan
Sargon II (721-705 S.M.) juga memberi catatan-catatan serupa. Mereka samasekali tidak ada
sangkut-pautnya dengan Suria.

Pada baris-baris pembukaan daftar Sargon II, dengan memberi sebuah contoh saja, Raja Assyria ini
melukiskan dirinya sebagai 'penakluk Sa-mi-ri-na (smrn) dan seluruh Bit-Hu-um-ri-a (hmry)'. Ini
bukanlah 'Samaria' (dalam bahasa Ibrani smrwm) dan rumah kerajaan Omri (dalam bahasa Ibrani
'mry), walaupun kerajaan Omri Israil sudah tentu terletak di Asir, seperti yang akan ditunjukkan pada
Bab 10, dan 'Samaria' masih terdapat di sana dengan namanya masih dalam bentuk Bibel aslinya
tidak diubah (lihat Bab 10). Sesungguhnya di sini referensinya ialah kepada daerah Jizan, dan di sana
terdapat sebuah desa yang bernama Himrayah (hmry) di distrik Abu 'Arish. Teks berikutnya yang
menyebutkan banyak lagi nama-nama tempat, menandakan bahwa Sargon II tentunya telah
menaklukkan seluruh daerah geografi Asir, dengan kata lain, seluruh daerah Arabia Barat antara Taif
dengan perbatasan Yaman. Di daerah Jizan, misalnya, ia 'mengusir Mi-ta-a, Raja Mus-ku (msk)'. Di
sini referensinya ialah pada desa Musqu (msq), di daerah perbukitan 'Aridah, sebelah timur Abu
'Arish. Di Rijal Alma', ia 'merampok As-du-du ('sdd)', kini merupakan desa al-Sudud (sdd). Di ujung
timur Wadi Najran, ia 'menangkap la-ma-nu (ymn) bagaikan menangkap ikan'. Di sini referensinya
adalah pada 'orang-orang dari Selatan' (bangsa menurut Bibel 'Benyaminite', atau Banu Yamin (ymn)
dari puisi Arab kuno) yang bukan tinggal di 'laut' (ym), tetapi di wilayah Yam (juga ym), antara Wadi
Najran dan gurun pasir terbuka. Di wilayah Taif ia 'mengalahkan' Mu-su-ri (msr) dan Ra-pi-hu (rph),
yang kini merupakan Al Masri (msr) dan al-Rafkhah (rph), ia juga 'membasmi seluruh Ta-ba-li (tbl)',
yang kini adalah Wadi Tabalah (tbl), bersamaan dengan Hi-lak-hu (hlk) yang kini adalah al-Khaliq
(hlq). Di dekatnya, ia 'menyatakan Han-no, Raja Ha-za-at-a-a (hzt atau hz't), sebagai rampasannya'.
Sampai kini Ha-za-at-a-a dianggap menunjuk pada 'Gaza' (dalam bahasa Ibrani 'zh). Namun ini tak
dapat dipertahankan seperti halnya menganggap bahwa Hu-um-ri-a sebagai Omri ('mry).
Sebenarnya referensi tersebut mestinya adalah suku Arabia kuno, yaitu suku Khuza'ah (hz't) yang
peninggalan-peninggalannya masih dapat dijumpai di wilayah pangkalan mereka yang asli di Hijaz
bagian selatan (daerah sekitar Mekah dan Taif). Kasarnya 200 km ke arah selatan dari wilayah
Khuza'ah ini (dengan kata lain, terletak 'di ujung 7 hari perjalanan', seperti yang tertera pada
inskripsinya), Sargon II 'menundukkan ketujuh raja negara I-a' ('y' atau 'y')', yang kini merupakan
Wadi 'Iya' ('y') di sisi maritim Asir. Dengan bertahannya nama-nama dalam daftar topografi ini tanpa
mengalami perubahan mengapa para ahli Bibel bersikeras pada anggapan mereka bahwa daftar itu
berkenaan dengan sebuah penjajahan bangsa Assyria di Suria dan Palestina, yang tidak ada nama-
nama mereka yang dapat ditemukan?
Di samping daftar-daftar topografi Mesir dan Mesopotamia, ada pula catatan-catatan dari Timur
Dekat lainnya yang menyebutkan nama-nama tempat menurut Bibel, dan yang paling penting di
antaranya adalah apa yang disebut 'Surat-surat Amarna'. Ini merupakan satu set lembaran tanah liat
yang bertulisk an huruf-huruf paku (Kuneiform) yang bertanggal dari abad ke-14 S.M., pertama kali
ditemukan di Mesir pada tahun 1887. Ditulis dalam bahasa Akkadia yang telah menyimpang dari
bahasa standar, dan terkadang dalam bahasa Kanaan, lembaran-lembaran tanah liat tersebut
melaporkan bahwa agen-agen pemerintah Mesir menghadapi kesukaran-kesukaran dengan kepala
suku setempat dari beberapa propinsi Asia yang telah lama diperkirakan terletak di Suria dan
Palestina. Sebenarnya beberapa nama tempat individu yang disebut dalam Surat-surat Amarna
cocok dengan nama-nama tempat, baik di Palestina maupun dengan beberapa di Arabia Barat. Di
antara yang paling menonjol adalah Akka ('Akka, atau 'Acre') dan Yapu (Yafa, atau 'Jaffa'). Tetapi
secara keseluruhan nama-nama tempat Amarna hanya secara bersama cocok dengan tempat-
tempat di Arabia Barat.

Para pembaca yang tertarik mungkin berhasrat untuk meneliti sebuah tabel yang mengandung 30
buah nama seperti itu, yang dikenali satu persatu melalui lokasinya, pada akhir Bab ini. Tentu
mereka bukan merupakan satu-satunya nama tempat Amarna yang masih dapat dijumpai di Arabia
Barat sampai saat ini. Yang saya catat hanyalah nama-nama yang secara konsonan masih memiliki
ejaan-ejaan persis seperti yang tertera dalam lembaran-lembaran tanah liat Amarna. Di samping
nama-nama itu sendiri, bagaimana pelbagai Surat-surat Amarna itu berbicara mengenai pelbagai
wilayah Arabia Barat, mengesampingkan hal-hal lainnya. Yang demikian itu, secara geografis
sepenuhnya masuk di akal.

Semua inskripsi dan catatan-catatan tersebut telah dianggap berhubungan dengan Palestina hanya
karena mereka menyebutkan nama-nama menurut Bibel. Memang benar nama-nama tempat yang
mereka sebutkan adalah nama-nama menurut Bibel, namun seperti yang telah saya buktikan, ini
tidak berarti mereka terletak di Palestina. Dalam setiap contoh yang diberikan, jika kita periksa
dengan teliti, teks-teks tersebut ternyata hubungannya dengan Arabia Barat, seperti halnya teks-teks
Bibel Ibrani. Saya yakin benar kalau teks-teks selain Bibel ini, jika diteliti kembali bersamaan dengan
Bibel Ibrani, dipandang dari segi Arabia Barat, kita akan dapat menjelaskan banyak aspek kedua teks
tersebut yang sampai kini dianggap kurang jelas oleh para ahli Bibel.

Tabel 1. Nama-nama tempat Amarna di Arabia Barat

Aduru ('dr atau 'dr): al-'Adhra (dr), di Rijal Alma'; al-'Adharah (dr), di Bani Shahr.

Akka ('k atau 'k): al-'Akkah ('k), dekat Nimas; 'Ukwah ('kw), di wilayah Jizan.

Aksaf (ksp): al-Kashafah (ksp), dekat Jedah; al-Kashf (ksp), di Rijal Alma'.

Apiru ('pr atau 'pr): al-'Afra ('pr), dekat Nimas; 'Afra' di Wadi Adam; 'Afra', dekat Taif; juga suku Arab
al-'Afir ('pr) atau al-'Afariyah ('pry).

Araru ('rr atau 'rr): 'Arar ('rr) di wilayah Jizan; al-'Ararah ('rr) di dekat Dhahran al-Janub.

Azzati ('zt atau 'zt): Al 'Azzah ('zt), di Ballahmar; al-'Azzah di Majaridah.


Burquna (brqn): al-Burqan (brqn) dekat Khamis Mushait; al-Burqan di Bani Shahr; Al Burqan di
wilayah Jizan.

Buruzilim (brzlm), (tampaknya adalah br zlm): Bara' (br) di Rijal Alma', dikenal sebagai yang terletak
di wilayah kesukuan Zalim (zlm) di daerah yang sama, bukan br yang lain (kini Dhi Barr) yang terletak
lebih jauh di utara.

Garu (gr): al-Jaru (gr) di Sarat 'Abidah; Jara' (gr) di Rijal Alma'; Al al-Jarr (gr) salah satu di antara dua
buah desa dengan nama yang sama di Rijal Alma'.

Gazri (gzr, bandingkan dengan kota menurut Bibel 'Gezer'): al-Ghazar (gzr) di Wadi Adam; al-
Ghazarah (gzr) di wilayah Jizan; Ghazir (gzr) di dataran tinggi Ghamid.

Gi-im-ti (gmt): al-Gamat (gmt) di wilayah Jizan; al-Jammah (gmt) di Bani Shahr; Jammah, dekat
Ghumayqah, di pedalaman Lith.

Ginti Kirmil (gnt krml): Janat (gnt), dikenali berkenaan dengan puncak Kirmil (krml) yang
bersebelahan dengannya di wilayah Jizan.

Gubla (gbl): dihubungkan dengan Buruzilim (no. 8) dalam laporan yang sama, Gubla ini tentunya
adalah Qublah (qbl) di Rijal Alma' dan bukan Qublah di distrik Bahr, yang bagaimanapun juga terletak
tak jauh dari tempat ini.

Harabu (hrb): Harub (Harub al-Malqa, hrb) di wilayah Jizan.

Hazati (hzt atau hz't, yang sampai kini dianggap dengan salah sebagai berlainan dengan Azzati, yang
jelas kenyataannya tidak demikian): nama kesukuan Arabia Barat yaitu Khuza'ah (hz't) sama dengan
Ha-za-t-a-a dalam daftar topografis Sargon II (lihat di atas).

Magdalu (mgdl, nama tempat yang banyak digunakan di Suria dan Arabia): pada konteks ini
referensinya tentunya adalah pada desa zaman ini, yang bernama al-Magdal (mgdl) dekat Tanumah,
di sebelah utara Rijal Alma', dan bukan pada beberapa tempat-tempat lain dengan nama yang sama.

Maggidu (mgd, bandingkan dengan nama kota dalam Bibel 'Meggido' yang namanya belum pernah
ditemukan di Palestina, berlawanan dengan anggapan umum yang ada): konteks ini memberi kesan
bahwa Maggidu ini ialah Maqdi atau Maqaddi (mqd) zaman ini, di pedalaman Qunfudhah, bukan
Mughadah (mgd) dekat Taif, yang juga bernama 'Meggido'.

Mesqu (msq): konteks ini menunjuk pada al-Mashqa (msq) di Rijal Alma', bukan pada al-Mashqa
(msq) di Wadi Adam.

Muhazzu (mhz): al-Mahzi (mhz) dekat Dhahran al-Janub, atau satu di antara dua buah pedesaan
yang bernama Mahdah (mhd) di wilayah Najran; namun konteks ini menunjuk pada desa Al Muzah
(mzh, metatesis dari mhz) di Rijal Alma'.

Pella (pl atau pll): al-Falal (pll) di Wadi Adam; al-Fil (pl) di pedalaman Qunfudhah; al Fil di Ballasmar-
Ballahmar.

Qanu (qn): Qana (qn) di distrik Bahr.

Rimuni (rmn): al-Riman (rmn) di Ballahmar; al-Riman di dekat Taif.

Se-e-ri (s'r): al-Sha'ra, (s'r) di wilayah Jizan.


Sile (sl): konteks menunjuk pada al-Siyul (syl) di distrik Bahr, bukan pada Siyal (syl) di pedalaman
Qunfudhah.

Sunama (snm): Sanumah (snm) di Rijal Alma'.

Sutu (st): Al Sut (st) di wilayah Jizan; kecuali kalau referensi ini adalah pada sebuah suku Arabia
Barat, yaitu suku Sawati (tunggal Sati) dari daerah sekitar Mekah, atau suku Sutah dari wilayah Taif.

Udumu ('dm): di sini agaknya adalah Adamah ('dm) di Wadi Bishah, bukan Wadi Iddam ('dm) di
sebelah selatan Mekah, ataupun Wadi Idimah ('dm) di utara Wadi Najran.

Urusalim ('rslm atau 'r slm): untuk pengenalan yang benar atas 'Yerusalem' menurut Bibel atau
yrwslym, seperti Al Sharim yang sekarang, di dekat Nimas, lihat Bab 9. Namun Urusalim yang ini
mungkin ada hubungannya dengan desa kembar Arwa ('rw) dan Al-Salam (slm) dekat Tanumah, di
sebelah selatan Nimas. Di sini Arwa dikenali berhubungan dengan tetangganya yaitu Al-Salam, yang
membuatnya berbeda dengan sebuah tempat lain di Asir dengan nama yang sama.

Yapu (yp): Wafiyah (wpy) di wilayah Jizan; al-Wafiyah dekat Khamis Mushait.

Zarqu (zrq): al-Zarqa atau al-Zurqah (keduanya zrq) di wilayah Jizan.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

6. BERMULA DARI TEHOM

Sampai sejauh ini, saya berharap para pembaca sudi menerima bahwa bukti yang cukup untuk paling
tidak menafsir kembali kepercayaan universal bahwa kejadian-kejadian yang tertera dalam Bibel
Ibrani itu bertalian sebagian besar dengan Palestina. Tugas berikut saya ialah untuk menetapkan
lingkungan Arab yang ada dalam Kitab Bibel Ibrani secara keseluruhan, dengan harapan dapat
meyakinkan para pembaca lebih jauh lagi. Di mana seseorang memulai tidak menjadi persoalan,
maupun topografi Bibel mana yang ia pilih untuk diteliti. Semua bukti yang ada dari Kejadian sampai
pada Maleakhi menunjuk kepada arah yang sama. Pada bab-bab yang sebelumnya saya
mengusulkan bahwa tanah menurut Bibel itu Yudah terdiri dari daerah perbukitan yang tanahnya
tidak rata di bagian maritim jejeran Asir, yang berakhir di suatu gurun pasir pesisir yang bernama
Tihamah.[1] Yang akan saya lakukan sekarang adalah menunjukkan bagaimana Tihamah ini
sebenarnya merupakan Tehom yang disebut-sebut dalam lebih dari tigapuluh bagian pada teks di
dalam Bibel Ibrani. Kalau ini telah dibuktikan, maka akan ada suatu konteks yang telah ditetapkan
yang dapat menjadi kerangka untuk geografi menurut Bibel secara keseluruhan.

Dari sudut pembentukannya, nama Tihama (Tihamah, bentuk konsonannya thm atau thmh) bukan
merupakan sebuah kata Arab. Kata ini berasal dari sebuah akar kata yang bertahan dalam bahasa
Arab sebagai hama (hym), dengan arti 'haus', 'menjadi haus', atau mungkin perpanjangan secara
kiasannya 'berkelana tanpa tujuan di hutan atau padang pasir', atau 'hilang'. Sebuah kata Arab yang
berasal mula dari akar kata ini adalah kata benda hayam (hym), yang merupakan tanah yang
menyerap, berpasir dan tidak dapat menyimpan air, yaitu tanah yang terus-menerus 'haus' dan yang
tidak dapat ditanami. Daerah pesisir Tihamah yang membentang di sepanjang Arabia Barat, memiliki
tanah hayam yang persis seperti ini. Apakah itu di Hijaz, Asir atau Yaman, air bah dari dataran tinggi
yang terbawa menuju pantai oleh sungai-sungai kecil wadi yang abadi atau yang musiman yang
jumlahnya tak terhitung lagi, hilang terserap oleh tanah pantai yang berpasir ini sebelum mencapai
laut, meninggalkan jejak-jejaknya di delta kering yang khas di daerah itu.

Dalam bahasa Arab, nama padang pasir di Arabia Barat seharusnya adalah Hayam. Nama
sebenarnya, yaitu Tihamah, adalah peninggalan yang masih bertahan dari nama menurut Bibel
Tehom (thwm).[2] Sebagaimana kata ini tertulis dalam Bibel, thwm adalah kata benda feminin dari
hym (atau varian dari kata itu, hwm[3]), t yang pertama dalam kata benda ini merupakan bentuk
orang ketiga kata ganti tunggal feminin. Kata ganti ini, seperti kata ganti bentuk orang ketiga tunggal
maskulin y, masuk dalam golongan kata benda kuno yang (sebagian besar) tampaknya topografis,
dan banyak (contohnya Tadmur, Taghlib, Tanuk, Yathrib, Yanbu', Yakrub) yang masih bertahan
sebagai nama-nama kesukuan dan nama-nama topografis Arab. Sebenarnya sulit untuk
membedakan antara nama-nama geografis dan nama-nama kesukuan, karena biasanya suku-suku
itu memakai nama-nama daerah di sekeliling mereka.

Walau ahli-ahli Bibel Ibrani telah selalu mengenali kata Arab thmh sebagai sama dengan thwm
dalam Bibel,[4] biasanya ditegaskan bahwa kata itu, baik dalam bentuk Arab maupun Ibraninya,
berdasarkan pada asal kata thm dan itu berarti 'samudera', 'samudera purbakala', atau 'perairan
bawah tanah.'[5] Seperti halnya kata Arab thmh, yang merupakan sebuah nama geografis yang tidak
memakai kata sandang Arab yang berawalan, yaitu 'l (diucapkan al), thwm-nya bahasa Ibrani tidak
dibuktikan dalam teks-teks Bibel dengan memakai kata sandang tertentu Ibrani h (secara tradisional
diucapkan ha). Kenyataan ini, walaupun dicatat dalam kamus-kamus standar Bibel Ibrani, telah
dibiarkan tanpa penjelasan --seperti banyak yang lain, karena tidak ada pengetahuan yang cukup
untuk menjelaskannya. Sudah tentu penjelasannya adalah bahwa kata menurut Bibel Tehom seperti
halnya Tihamah Arab, bukanlah suatu kata benda yang umum yang dapat atau tidak dapat memakai
kata sandang tententu. Kata itu merupakan suatu nama geografis yang terbentuk tanpa kata
sandang tertentu ini. Sebenarnya, tidak ada nama-nama geografis dan nama-nama kesukuan yang
merupakan kata benda kuno yang terbentuk dengan menggunakan kata ganti berawalan, seperti
halnya t atau y (lihat di atas), yang menggunakan kata sandang tertentu. Kalau Tehom benar-benar
merupakan kata benda yang berarti 'samudera' atau arti-arti apapun yang tidak benar lainnya, maka
seharusnya kata itu ditulis tidak hanya sebagai thwm tetapi juga sebagai h-thwm, sesuai dengan
konteksnya, dan kenyataannya tidak demikian.

Sebenarnya paling masuk akal jika Tehom, di mana pun timbul dalam Bibel Ibrani, merupakan nama
kuno Semit untuk daerah pesisir yang sekarang bernama Tihamah. Kenyataan bahwa nama ini
tertulis dalam beberapa sebutan menurut Bibel dengan bentuk jamak feminin (secara konsonannya
sebagai thwmwt, thmwt atau thmt),[6] menandakan dua hal: pertama, bahwa Tehom dianggap
sebagai sebuah nama dalam bentuk feminin (t yang pertama, seperti yang telah dicatat, merupakan
kata ganti feminin); kedua, bahwa kata dalam Bibel Tehom, seperti Tihamah Arab, bukan berkenaan
dengan sebuah bentangan padang pasir pesisir yang terus-menerus di Arabia Barat, akan tetapi
dengan gabungan padang pasir-padang pasir itu yang masing-masing dikenal dengan nama-nama
yang sesuai dengan letak tempatnya. Kini, pembedaan yang luas dapat dilakukan antara Tihamah di
Hijaz., Tihamah di Asir dan Tihamah di Yaman. Pembedaan nama yang lebih jauh berkenaan dengan
ketiga Tihamah ini dilakukan melalui penyelidikan atas penghuni-penghuni masing-masing wilayah
tersebut. Pada zaman Israil kuno, mestinya demikian pula.

Karena Tehom, seperti yang tertera dalam Bibel Ibrani, sampai kini belum dikenali sebagaimana
mestinya, (yaitu sebagai sebuah nama geografis) maka di mana-mana nama itu disebutkan dalam
Kitab Bibel, dalam bentuk tunggal maupun jamak, telah dibaca dengan salah, dan akibatnya
diterjemahkan dengan salah pula. Contohnya, inilah terjemahan konvensional dari 'berkah-berkah,
terhadap suku Israil Yusuf yang diberikan oleh Israil dan Nabi Musa' dua sebutan dari teks dalam
Bibel yang terkemuka [kesalahan dalam menterjemahkan teks-teks ini adalah dari Revised Standard
Version (Versi Standar yang telah diperbaiki), selanjutnya RSV]:

Ia akan memberkahi engkau (ybrkk) dengan keberkahan surga di atas (brkt smym m-'l), keberkahan
dari samudera yang berbaring di bawah (brkt thwm rbst tht), berkah payudara dan rahim (brkt sdym
w-rhm) (Kejadian 49:25b).

Diberkahilah oleh Tuhan (atau oleh Yahweh) tanahnya (mbrkt yhwh 'rsw), dengan hadiah-hadiah
pilihan dari surga di atas (m-mgd smym m-'l), dan dari samudera yang terletak di bawah (m-thwm
rbst tht) (Ulangan 33:13b)[7]

Suku Yusuf tampaknya menempati sebuah wilayah di Wadi Adam, di pedalaman yang berbukit-bukit
di padang pasir pesisir Tihamah dekat kota Lith (kota menurut Bibel 'Laish', atau lys; lihat Lampiran
tambahan). Di sini, sampai kini, terletak pedesaan yang bernama Rakkah (rkt); Rabidah (rbdt,
bandingkan dengan rbst); Thadyayn (tdynn, dalam bahasa Arab berarti 'dua payudara', bandingkan
dengan kata Ibrani sdym, 'payudara' atau 'dua buah payudara', tergantung pemberian tanda
vokalnya); Rahm (rhm); Barakah (brkt); dan Miqaddah (mqd, bandingkan dengan mgd); juga dua
pasang puncak kembar, masing-masing bernama Samayin (smyn, bandingkan dengan kata Ibrani
smym, diucapkan samayim), mengingat nama-nama tempat ini, dan membaca kembali kedua
'berkah' suku Yusuf dengan sudut pandangan berkenaan dengan mereka, dan meninggalkan tanda
pemberian vokal secara Masoret, kita dapat melihat bahwa mereka bukan membicarakan tentang
'berkah', melainkan mengenai definisi-definisi wilayah atau pernyataan hak atas wilayah suku ini:

Ia akan menempatkan engkau (ybrkk),[8] pada Rakkah di Samayin dari atas (b-rkt smym m-'l), di
Rakkah Tihamah Rabidah di bawah (b-rkt thwm rbst tht), pada Rakkah di Thadyayn dan Rahm (b-rkt
sdym w-rhm).

Dari Barakah akan menjadi tanahnya (m-brk yhwh 'rsw), dari Miqaddah di Samayin (m-mgd smym);
dari puncak (m-tl); dan dari Tihamah di Rabidah di bawah (w-m-thwm rbst tht).

Kini dusun kecil Rakkah, yang tampaknya merupakan pemukiman utama suku Yusuf di Wadi Adam
pada zaman Bibel itu dikenali dalam 'berkah' yang pertama berhubungan dengan puncak-puncak
Samayin dan pedusunan Rabidah, Thadyayn dan Rahm. Ada pula gagasan yang mengatakan bahwa
Samayin dan Rabidah masing-masing terletak di puncak dan di kaki bukit dusun itu, dan Rabidah
masih terletak dalam wilayah Tihamah. Dalam 'berkah' yang kedua batas-batas wilayah suku Yusuf
disebutkan sebagai pedesaan Barakah, Miqaddah di dekat Samayin karena ada pula pedusunan lain
dengan nama yang sama di Arabia Barat, dan gurun pasir pesisir Tihamah di dekat Rabidah.

Saya mengakui bahwa mungkin ada permainan kata dalam kedua definisi wilayah kekuasaan suku
Yusuf. Permainan-permain kata menghasilkan etimologi bagi nama-nama geografis, kesukuan dan
nama-nama perorangan yang banyak sekali terdapat dalam teks-teks Bibel, terutama teks-teks dari
buku-buku yang diberi nama 'Hexateuch' ('Enam buku, dari Kejadian sampai pada Yosua) yang
membahas prasejarah Israil. Maka dari itu, ada kemungkinan pada kedua bagian tersebut, kata
Ibrani ybrkk (lihat Catatan 8) dapat berarti baik 'ia akan menempatkan engkau', maupun 'ia akan
memberkahi engkau'. Dengan pemberian vokal yang berbeda, b-rkt, 'di Rakkah', dapat dibaca
sebagai brkt, yang berarti 'berkah' atau 'berkah-berkah'. Walau smym, sama dengan diberi vokal
secara tradisional sesuai benar dengan nama-nama puncak Samayin, dengan akhiran jamak m
Ibraninya diubah menjadi akhiran jamak Arab n, kata itu juga mempunyai arti 'surga', atau 'langit'.
Kata Ibrani rbs, seperti halnya kata Arab rbd dalam Rabidah, berarti 'berbaring, duduk menunggu',
maka rbst dapat berarti 'meringkuk'. Telah ditunjukkan bahwa sdym, seperti halnya nama tempat
yang telah diarabkan, Thadyayn, berarti 'payudara', atau 'dua payudara', sekali lagi tergantung pada
pemberian vokalnya. Kata Ibrani rhm dan mgd (untuk Rahm dan Miqaddah) sebenarnya masing-
masing berarti 'rahim' dan 'karunia' atau 'hadiah-hadiah pilihan'. Kata Ibrani yhwh diketahui sebagai
bentuk kuno dari bentuk orang ketiga tunggal maskulin imperfek dari kata kerja hyh, dalam bahasa
Inggris 'be', yang merupakan satu bentuk yhyh, dalam arti yang samasekali lain (lihat Bab 12), kata
itu juga merupakan Yahweh, nama Tuhan bangsa Israil, biasanya diterjemahkan sebagai 'Tuhan'
(sesuai dengan tradisi Yahudi yang tidak pernah menyebutkan nama sebenarnya Tuhan).[9] Semua
ini benar, tetapi kenyataannya tetap adalah batwa kedua 'berkah' suku Yusuf dalam Kejadian dan
Ulangan benar-benar menyebutkan nama-nama tempat, dan oleh sebab itu memberi arti yang
konkrit. Apa pun arti figuratif yang dikehendaki melalui permainan kata, harus dipandang sebagai hal
yang tidak penting.

Di sini kita perlu kembali pada masalah utama yang dibahas Bab ini; pada kedua 'berkah' ini, seperti
yang di sini diterjemahkan kembali dari bahasa Bibel Ibrani yang asli, jelaslah bahwa kawasan
Tehom, sebagai sebuah jalur memanjang di Tihamah Arabia Barat yang sekarang dikenal sebagai
desa Rabidah di pedalaman Lith. Jika kita bersikeras membaca kata Ibrani thwm, paling tidak
sehubungan dengan ini, sebagai kata benda biasa yang berarti 'samudera' akan mengabadikan
sebuah kesalahan yang mungkin dihargai dari masa ke masa, namun meskipun demikian tetap saja
salah.

Sejumlah sebutan menurut Bibel, seperti halnya kedua yang baru saja dibahas, menyebutkan Tehom
berhubungan dengan tempat-tempat yang masih ada dengan nama-nama yang sama di suatu
tempat di Tihamah Asir dan di Hijaz bagian selatan. Lalu tampaknya jelas, jika semua bagian tersebut
perlu keseluruhannya ditafsirkan kembaIi. Keluaran 15:5, contohnya, berbicara mengenai Tehom
(thmt, dengan akhiran tunggal feminin atau dengan akhiran jamak feminin) berhubungan dengan
dua tempat di Wadi Madrakah, di sebelah selatan Lith, yaitu pedusunan Tihamah lokal Mislat dan
Binayah (mslt dan bny, bandingkan dengan kota menurut Bibel mslwt dan 'bn).
Mazmur 33:7 berbicara tentang 'wsrwt thwmwt ('wsrwt, jamak 'wsrh, di Tihamah); referensinya di
sini mestinya ialah pada Wadhrah (wdrh), di Qunfudhah di sekitar Tihamah, dan pada sebuah lagi
'wsrh, Wazra' (wzr'), tidak jauh ke arah selatan, di sekitar Tihamah yaitu di Hali (Hali). Dalam Yunus
(Jonah) 2:6, nps thwm jelas menunjukkan desa Tihamah yaitu Nifsh (nps) pada zaman sekarang di
sekitar Jizan. Amos 7:4 membicarakan 'api'nya Tuhan Yahweh yang memusnahkan thwn rbh dan h-
hlq - bukan 'samudera' dan 'tanah' (RSV)·, melainkan pada Tihamahnya Rabbah (rbh), di wilayah
Bahr, dan desa al-Huqlah (hql, dengan kata sandang tertentu Arab, bukan Ibrani), di wilayah Jizan.
'Api' Yahweh tidak diragukan lagi merupakan api vulkanis. Di sebelah barat Rabbah, di wilayah Bahr,
terletak padang lahar terbesar di pesisir Asir. Al-Huqlah terletak dekat gunung berapi besar al-
Qari'ah (lihat Bab 2). Mestinya gempa dari daerah yang sangat vulkanis di pesisir Asir inilah yang
disebut dalam Mazmur 77:17 dalam kalimat 'p yrgzw thmwt. Maka, ini seharusnya diterjemahkan
sebagai 'ya, Tihamah itu berguncang', bukan terjemahan yang berarti ganda 'ya, samudera itu
bergetar' (RSV).

Di samping sebutan-sebutan menurut Bibel yang menyebutkan nama-nama dan tempat-tempat di


sepanjang pantai Tihamah di Hijaz bagian selatan dan Asir, ada dua sebutan yang menyebut
ungkapan 'l pny ('menghadap' atau 'memandang ke bawah') thwn. Salah satu sebutan ini, dalam
Kejadian 1:2, berbicara mengenai hsk 'l pny thwn. Di sini, bahasa Ibrani mestinya berarti 'kegelapan
di permukaan Tihamah', dan bukan 'kegelapan berada di permukaan samudera' (RSV).

Sebuah lagi sebutan yang menarik (Surat Amsal Sulaiman 8:27) menyebutkan sebuah hqw hwq 'l pny
thwm - Haqu (hqw) di Hiyaj (hyg) 'memandang ke bawah Tihamah'. Haqu dan Hiyaj kini merupakan
dua pedesaan di distrik Jabal Harub, di sebelah timur laut Jizan, yang kenyataannya memang
memandang ke bawah Tihamah. Dalam teks Ibrani, Haqu dikenali sehubungan dengan tetangganya
yaitu Hiyaj, tidak salah lagi agar membedakannya dari pedesaan lainnya yang bernama Haqu, yang
masih ada di sana di pelbagai wilayah lebih jauh di utara. Ayat berikutnya dalam teks yang sama
(Surat Amsal Sulaiman 8:28) menyebutkan nama-nama tempat lainnya di pelbagai bagian Asir, di
antaranya 'zwz 'ynwt thwm - 'Azizah ('zyz) 'Uyaynat ('yynt) di Tihamah; keduanya, 'Azizah dan
'Uyaynat, masih ada sebagai pedesaan Tihamah di daerah sekitarnya yang paling dekat, yaitu Lith.
Dalam terjemahan tetap b-hqw hwq 'l pny thwm diterjemahkan sebagai 'sewaktu ia menggambar
sebuah lingkaran pada permukaan samudera', yang belum jelas artinya. Tidaklah begitu
mengherankan jika para redaktur memandang perlu untuk menambahkan sebuah catatan di bawah
halaman, 'arti ungkapan itu dalam bahasa Ibrani tidak dapat ditentukan', yang efektif dalam melepas
segala tanggung jawab terjemahan ini.

Maksud bab ini, seperti juga maksud bab-bab yang ada dalam buku ini, adalah untuk mengemukakan
pendapat. Untuk mendalami masalah ini secara mendetil akan menakutkan bagi para pembaca yang
bukan spesialis (ahli), di samping akan melibatkan sebuah karya yang memakan waktu yang terlalu
lama. Tetapi yang jelas adalah bahwa Tehom dalam Bibel Ibrani sekarang merupakan gurun pasir
pesisir Tihamah di Arabia Barat, bukan suatu 'samudera' yang misterius. Bukti-bukti toponimis tanpa
diragukan lagi mendukung gagasan ini. Lagi pula, penterjemahan atas sebutan-sebutan mengenai
Tehom ini secara geografis masuk akal.
"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

7. MASALAH YORDAN (1/2)

Dengan menyatakan bahwa Yordan (h-yrdn) dalam Kitab Bibel Ibrani samasekali bukan merupakan
sebuah sungai (bahasa Ibrani dan Arabnya nhr) tentu nampaknya seperti perbuatan yang semena-
mena bahkan mungkin menghina Tuhan. Tetapi seperti yang diketahui oleh semua ahli Bibel, tidak
ada sebutan dalam Bibel yang sebenarnya menyatakan bahwa Yordan adalah sebuah sungai.[1]
Bagaimana sungai Palestina yang termasyhur itu mendapatkan nama itu sendiri merupakan suatu
pertanyaan, namun bukan pertanyaan tersebut yang akan dibahas di sini.[2] Tujuan saya adalah
untuk menentukan apa sebenarnya Yordan dalam Bibel Ibrani itu, kalau bukan sebuah sungai, dan
untuk menunjukkan bagaimana kebingungan itu timbul.

Secara etimologis, yrdn menurut Bibel ini merupakan kata benda jadian dari asal kata yrd (kata Arab
rdy, disuarakan rada), yang berarti 'turun, jatuh, jatuh ke bawah'. Dari asal kata yang sama ini
terbentuk pula kata benda Arab yrd (rayd) dan bentuk femininnya rydh atau rydt (raydah), yang
pertama merupakan istilah umum yang menunjukkan 'bayangan sebuah gunung, lereng gunung
yang curam', dan yang kedua sebuah istilah khusus yang menunjukkan sebuah 'tonjolan gunung atau
punggung bukit'. Pemakaian kedua istilah ini berhubungan dengan daerah pegunungan, meskipun
secara teoritis merupakan umum, penggunaannya terbatas pada wilayah barat dan selatan Arabia.
Di sini Raydah dan Raydan (rydn, yaitu ryd dengan kata sandang kuno yang berakhiran, yaitu n,
bandingkan dengan kata menurut Bibel, yrdn) merupakan nama-nama tempat yang umum, atau
istilah-istilah topografis yang masuk dalam pembentukan nama-nama tempat gabungan. Di Asir
sendiri, sedikitnya ada lima desa pegunungan di pelbagai wilayah yang bernama Raydah (atau
Raydat dengan nama lain sesudahnya); sedikitnya ada dua pedesaan yang bernama Raydan; dan
sedikitnya ada satu dengan nama Ridan (rdn, kemungkinan adalah sebuah kependekan yrdn).

Dalam penggunaan Bibel, h-yrdn yang secara tradisional dianggap sebagai nama sebuah sungai
tertentu di Palestina, tidak selalu merupakan sebuah nama tetapi (seperti dalam bahasa Arab)
sebuah istilah topografis yang berarti 'lereng yang curam' atau 'punggung bukit'. Dalam
pembentukan 'br h-yrdn ('di seberang' atau 'melewati' yrdn), sampai kini dianggap berarti 'Trans-
jordania' (dengan kata lain, wilayah di sebelah timur Yordan Palestina), h-yrdn selalu menunjukkan
pada tebing curam Sarat (lihat Bab 3), yang membentang dari Taif di Hijaz sebelah selatan, sampai
pada wilayah Dhahran, dekat perbatasan Yaman. Dalam kebanyakan hal, 'br h-yrdn berkenaan
dengan daerah pedalaman Asir yang berbeda dengan daerah pesisir Asir, yang dulu merupakan
tanah Yudah bangsa Israil (lihat Bab 8). Namun, tanpa kata 'br, h-yrdn' dapat dikaitkan dengan
daerah mana saja di tebing curam Asir; sering pula h-yrdn menunjuk pada salah satu di antara
punggung-punggung bukit terpencil yang tidak terhitung jumlahnya di sisi maritim pegunungan
curam di tempat lain, (contohnya, seperti di Jabal Abu Hamdan di wilayah Najran; lihat Bab 15). Ini
jelas diketahui dari pembentukan kata seperti yrdn yrhw, bukan 'Yordan di Yericho' (RSV),
(melainkan) 'punggung bukit di yrhw, yrhw ini kini merupakan desa Warakh (wrh) di dataran tinggi
Zahran (lihat di bawah). Kenyataan bahwa ada lebih dari satu yrdn (bukan 'Yordan') yang
dibicarakan, ditandai pula oleh ungkapan h-yrdn hzh ('tebing curam ini', bukan 'Yordan ini'), yang
timbul tidak kurang dari enam kali pada Hexateuch (Kejadian 32:11; Ulangan 3:27, 32:2; Yosua 1:2,
11, 4:22). Kalau h-yrdn benar-benar merupakan sebuah sungai tertentu atau sebuah tebing curam
tertentu, agaknya bagi kita sulit untuk menemukan suatu alasan yang menjelaskan mengapa h-yrdn
seringkali dikhususkan sebagai 'yrdn ini', terkecuali kalau ada sungai-sungai dan tebing-tebing curam
lainnya dengan nama yang sama.[3] Sebenarnya, ungkapan h-yrdn hzh hanya berarti 'tebing curam
ini' atau 'punggung bukit ini', guna membedakannya dari punggung bukit atau punggung-punggung
bukit yang lain.

Untuk menunjukkan kenyataun bahwa 'Yordan' menurut Bibel bukan merupakan sebuah sungai
dengan nama ini, melainkan hanya sebuah istilah geografis yang berkenaan dengan tebing-tebing
curam dan punggung-punggung bukit pegunungan di Hijaz bagian selatan dan Asir, marilah kita
saksikan, bagaimana istilah ini timbul bersama pelbagai kelompok nama tempat. Arabia Barat dalam
pelbagai sebutan dalam Bibel. Contoh pertama yang saya ambil ialah dari laporan mendetil
mengenai penyeberangan 'Yordan' tersebut oleh orang-orang Israil di bawah pimpinan Yosua, dari
saat orang-orang Israil berangkat untuk penyeberangan itu dari Shittim sampai pada pengkhitanan
masal 'orang-orang Israil' di Gibeath-Haaraloth (Yosua 3:15:3). Pertama-tama, marilah kita tetapkan
tempat persis pemberangkatan dan kedatangan mereka. Tempat pemberangkatan mereka yaitu
Shittim (ejaan Bibel h-stym), tampaknya merupakan sebuah punggung bukit di sekitar daerah Wadi
Wajj (mungkin sekarang Jabal Suwayqah, tepat di sebelah utara Taif), yang namanya diperlihatkan
dalam kesusastraan Arab kuno sebagai Jabal Shatan (stn).[4] Lokasi Shittim di sana dapat didukung
lebih jauh lagi dengan pengenalan atas daerah itu, tempat orang-orang Israil telah tiba di bawah
pimpinan Nabi Musa, yang jelas termasuk bagian-bagian wilayah Taif, di sebelah timur pembagi
perairan.[5] Tempat kedatangan mereka, di tempat dilaksanakan sebuah pengkhitanan masal
terhadap kaum pria Israil yang belum dikhitankan, sekarang merupakan desa Dhi Ghulf (bahasa
Arabnya d glp) secara harfah berarti 'kepunyaan kulit khatan'. Nama menurut Bibel tempat itu,
Gibeath Haaraloth (bahasa Ibraninya gb't h-'rlwt), berarti 'bukit kulit khatan'. Kalau Jabal Shatan
terletak di sebelah timur pembagi perairan Arabia Barat, Dhi Ghulf terletak di sebelah baratnya, di
lembah Wadi Adam yang terletak di daerah-daerah tinggi wiIayah Lith. Untuk mencapai Dhi Ghulf
dari Jabal Shatan, seseorang harus menuju ke arah selatan dan kemudian menuju ke arah barat guna
menyeberangi pembagi perairan di daerah rendah Wadi Buqran di sebelah selatan Taif.

Dari Jabal Shatan menuju Dhi Ghulf, penyeberangan Yordan, oleh orang-orang Israil ini, seperti yang
dilukiskan dalam Kitab Yosua, dapat ditelusuri kembali sampai detil-detil yang terakhir dalam
lingkungan Arabia Barat-nya. Kita harus pula mengingat bahwa ini belum pernah berhasil diikuti
kembali sehubungan dengan lingkungan yang secara tradisional dianggap sebagai Palestina (lihat
Kraeling, halaman 132-134). Orang-orang Israil itu dikabarkan bertolak untuk penyeberangan itu
pada musim panen (mestinya akhir musim semi), sewaktu wadi-wadi di kanan kiri yrdn, atau 'tebing
curam' mengalir dengan amat deras (3:15).[6] Waktu mereka sampai di tempat mereka dapat
menyeberang, air itu menyusut (atau disusutkan dengan cara yang bijaksana, yaitu dengan cara
membuat sebuah bendungan) agar orang-orang Israil dapat menyeberanginya (3:16). Dari bahasa
Ibrani, kejadian itu dilaporkan dalam terjemahan-terjemahan standar sebagai berikut:

Air yang mengalir dari atas (m-l-m'lh) terdiam dan bangkit membentuk suatu timbunan jauh (nd 'hd
h-rhq m'd) di Adam ('dm) kota yang terletak di sebelah Zarethan (srtn), dan yang mengalir menuju
lautan Arabah ('l ym 'rbh), Laut Garam (ym h-mlh) sama sekali terputus hubungan; dan orang-orang
pun melintas di hadapan Yericho (yryhw) (RSV).

Secara tradisional ungkapan Ibrani ym 'rbh ym h-mlh yang diterjemahkan dengan salah sebagai 'Laut
Arabah, Laut Garam' dianggap menunjuk pada Laut Mati Palestina. Tetapi dalam bahasa Ibrani ym
dapat berarti baik 'laut' maupun 'barat'. Maka dari itu penterjemahan yang benar atas seluruh
ucapan ym 'rbh ym h-mlh seharusnya adalah 'di sebelah barat 'rbh (sebuah tempat), di sebelah barat
h-mlh (sebuah tempat pula). Lokasi-lokasi yang bersangkutan adalah Ghurabah (grbh) di Wadi
Buqran, sedikit ke timur pembagi perairan dan sebuah desa di dekatnya, yaitu al-Milhah (mlh,
dengan kata sandang tertentu Arab). Terjemahan-terjemahan yang salah lainnya dalam sebutan
yang baru saja dikutip adalah sebagai berikut:

Ungkapan Ibrani m-l-m 'lh merupakan suatu cara yang sangat janggal untuk mengatakan 'dari atas',
karena secara harfiah itu mempunyai arti 'dari atas'. Secara benar seharusnya ia berbunyi m-lm'lh,
yang berarti 'dari lm'lh', nama sebuah tempat yang sekarang merupakan al-Ma'lah ('l-m'lh), di
wilayah Taif, dekat Ghurabah dan al-Milhah.

Ungkapan Ibrani nd 'hd, menurut konteks seharusnya diterjemahkan sebagai 'satu bendungan' dan
bukan 'suatu timbunan'. Sebenarnya di sini ungkapan itu timbul sebagai suatu susunan kata-kata
keterangan yang berarti 'dalam satu bendungan'.

Ungkapan Ibrani h-rhq m'd, jika dibaca seperti itu, berarti 'jarak banyak', itulah sebabnya ungkapan
tersebut diterjemahkan sebagai 'jauh'. Tetapi kalau dibaca h-rhq m-'d, akan berarti 'yang
membentang dari 'd', nama sebuah tempat yang kini merupakan Wadd (wd), di bagian sama pada
wilayah Taif seperti halnya Ghurabah, al-Milhah dan al-Ma'lah.

Tempat-tempat yang masih perlu dikenali adalah Adam, Zarethan dan Yericho, mengingat jarak yang
dilaporkan antara kedua kota yang pertama itu. Seharusnya Adam sekarang merupakan Adam ('dm,
bentuk ubahan dari 'dm dalam Bibel), desa yang terletak di sebelah barat pembagi perairan Taif,
yang memberi namanya pada lembah Wadi Adam. Zarethan (srtn) mestinya kini merupakan desa
Raznah (rznt), juga di Wadi Adam. Sedangkan Yericho (di sini yryhw bukan yrhw), tidak diragukan lagi
kini adalah desa Rakhyah (rhy), di Wadi Adam. Mengingat semua ini, Yosua 3:16 seharusnya
diterjemahkan seperti berikut:

Air yang mengalir dari al-Ma'lah terdiam, mereka bangkit dalam satu bendungan yang terbentang
dari Wadd, di Adam, kota yang letaknya di sebelah Raznah, dan mereka yang mengalir di sebelah
barat Ghurabah di sebelah barat al-Milhah sama sekali terputus hubungan; dan orang-orang pun
melintas di hadapan Rakhyah.

Jelas, air yang surut (agaknya karena dibendung) yang memungkinkan orang-orang Israil
menyeberangi tebing curam di daerah Buqran itu berasal dari Wadi Adam yang mengalir dari
pembagi perairan ke arah barat, dari ketinggian wilayah Taif menuju ke laut. Dengan diterjemahkan
secara ini, titik penyeberangan ditetapkan dengan ketepatan yang mengagumkan.

Sewaktu mereka menyeberangi daerah rendah Buqran antara Ghurabah dan Adam, kaum pria Israil
(jika teks Ibrani dibaca dengan benar) 'mengambil dua belas buah batu' dari tebing curam itu (h-
yrdn), 'sesuai dengan jumlah suku-suku bangsa Israil' (4:18). Ketika mereka sampai di Gilgal (glgl),
Yosua mengambil keduabelas batu itu dan mendirikan sebuah tanda peringatan penyeberangan h-
yrdn hzh ('tebing curam ini', atau 'punggung bukit ini'). Anekdot ini, seperti yang dilaporkan, pasti
merupakan suatu usaha untuk menjelaskan berdirinya bukit kecil Jabal Juljul (glgl) di padang Sahl
Juljul (juga glgl), di Wadi Adam. Padang dan bukit kecil itu keduanya sampai kini masih ada di sana,
dengan ciri-ciri nama Bibelnya yang serupa tidak berubah.

Agar dapat mencapai padang Juljul, atau 'Gilgal', orang-orang Israil menuruni Wadi Adam 'di
hadapan Yericho (yryhw)' (3:16), dengan kata lain di hadapan desa Rakhyah yang secara geografis
adalah benar. Juljul (atau 'Gilgal') tempat mereka berkemah terletak di perbatasan timur Yericho,
seperti yang ditegaskan oleh terjemahan tetap dari ungkapan Ibrani b-qsh m-zrh yryhw (4:19). Di sini
kata Ibrani qsh yang dianggap berarti 'perbatasan' dan zrh yang dianggap berarti 'timur', sebenarnya
merupakan dua buah nama desa di Wadi Adam: Qasyah (qsy) dan Sarhah (srh). Desa yang kedua
yaitu Sarhah dikenali sehubungan dengan desa Rakhyah (seperti zrh yryhw) di dekatnya, guna
membedakannya dari sebuah desa lain yang bernama Sarhah di daerah yang sama. Maka
terjemahan ayat tersebut yang benar seharusnya adalah: 'mereka berkemah di Juljul, di Qasyah, dari
Sarhah Rakhyah'. Maka luas perkemahan tersebut telah ditandai.

Serupa dengan cerita mengenai keduabelas batu Juljul atau 'Gilgal' itu, kisah mengenai pengkhitanan
masal terhadap semua pria Israil yang belum dikhitankan di Gibeath-Haaraloth (sekarang Dhi Ghulf,
lihat di atas) haruslah menandakan suatu usaha untuk menjelaskan suatu fenomena yang aneh --
dalam hal ini nama aneh sebuah tempat yang bernama 'bukit kulit khatan'. Mengapa tempat ini
sebenarnya diberi nama ini bukanlah hal yang penting di sini.[7] Yang penting adalah kini bahwa
desa Dhi Ghulf di Arabia Barat --seperti halnya Rakhyah (atau 'Yericho'), Juljul (atau 'Gilgal'), Qasyah
dan Sarhah-- terletak di Wadi Adam, yang cocok sekali dengan tafsiran geografis dari penyeberangan
'Yordan' orang-orang Israil di bawah pimpinan Yosua. Kebetulan, koordinat-koordinat tempat
penyeberangan itu di sepanjang daerah rendah Wadi Buqran di sebelah selatan Taif adalah 21° LU
dan 40°30" BT.

Kalau 'Yordan'nya Yosua merupakan sebuah daerah rendah pegunungan di Hijaz bagian selatan di
sepanjang tebing curam utama Arabia Barat, 'Yordan'nya Lot (Kejadian 13:10-12) merupakan
punggung bukit Jabal Harub, kira-kira 450 km ke arah selatan-barat daya di wilayah pesisir Jizan, dan
di tempat ini masih terdapat desa Raydan (bandingkan dengan h-yrdn Ibrani). Dari titik tolaknya di
'Negeb' (h-ngb), antara 'Bethel' (byt 'l) dan 'Ai' (h-'y) (Kejadian 13:2), Lut kabarnya berpisah dengan
pamannya, yaitu Abram orang Ibrani (lihat Bab 12, 13, dan 15) dan pergi untuk menetap di sebuah
daerah yang dilukiskan sebagai kkr h-yrdn, biasanya diartikan dalam terjemahan-terjemahan sebagai
'lingkaran Yordan', atau 'Lembah Yordan'. Kalau kkr berarti 'lingkaran', yang nampaknya memang
demikian, maka kkr h-yrdn mestinya menunjuk pada lembah-lembah subur yang diairi dengan cukup
menyebar dari punggung bukit Harub yang nama aslinya adalah h-yrdn, nampaknya masih bertahan
dalam nama desa Raydan.

Bahwasanya kkr h-yrdn meliputi lembah-lembah di kaki Jabal Harub, di wilayah Jizan di Asir bagian
selatan, dan bukan 'lembah Yordan' di Palestina, dibuktikan oleh rencana perjalanan Lut seperti
diceritakan dalam Kejadian. 'Negeb' (ngb) tempat Lut bertolak menuju kkr h-yrdn sudah jelas bukan
gurun pasir Negeb di Palestina bagian selatan melainkan 'Negeb' itu adalah desa al-Naqb (nqb), yang
sampai kini masih berdiri di lerengan Rijal Alma' di sebelah barat kota Abha (lihat Bab 4). Di sini
sampai kini masih terdapat pedesaan Batilah (btl); kota dalam Bibel Bethel, dan al-Ghayy (gy),
dengan kata sandang Arab, bandingkan dengan h'y-nya Ibrani) yaitu kota dalam Bibel Ai.[8] Untuk
sampai pada kkr h-yrdn, Lut pertama-tama harus pergi ke Jabal Harub, dan dari sana menurun
menuju ke lembah-lembah. Dalam Kejadian 13:11, sebenarnya disebutkan bahwa Lut melakukan
perjalanan 'dari qdm' (Ibraninya m-qdm) guna mencapai tujuannya, qdm kini merupakan tempat
pengambilan air yang bernama Ghamad (gmd) dekat Raydan di punggung bukit Harub. Kini Ghamad
merupakan tempat Pengambilan air utama suku lokal Raydan (atau 'Yordan'). Para penterjemah
Kitab Bibel tidak mungkin mengetahui bahwasanya qdm ialah sebuah nama tempat dan oleh sebab
itu beralasan kuat untuk menterjemahkannya secara harfiah sebagai 'timur'. Akan tetapi kalau kita
anggap Lut bertolak dari Palestina dan bahwa ia harus menuju ke timur untuk mencapai sebuah kkr
h-yrdn, yang kiranya adalah lembah Yordan, para penterjemah ini tampaknya salah menanggapi kata
Ibrani m-qdm sebagai 'ke arah timur' atau 'timur' (RSV), waktu mereka mengetahui bahwa 'm-qdm'
hanya dapat berarti 'dari timur', kalau memang benar qdm itu berarti 'timur'. Bukan karena
ketidakjujuran namun hanya karena ketidaktahuan sajalah mereka menterjemahkan kisah dalam
Kejadian 13:10-12 sedikit banyak seperti berikut:

Dan Lut pun mengangkat matanya dan melihat betapa Lembah Yordan (kkr h-yrdn) di mana-mana
mendapatkan pengairan yang baik (klh msqh) seperti Taman Tuhan (k-gn yhwh), seperti tanah Mesir
ke arah Zoar (k-'rs msrym b-'kh s'r); ini sebelum Tuhan menghancurkan Sodom dan Gomorrah (l-pny
sht yhwh 't sdm w-'t 'mrh). Maka Lut memilih untuk dirinya Lembah Yordan, dan Lut pun melakukan
perjalanan ke timur (m-qdm) ... Lut tinggal di kota-kota di lembah itu (ry h-kkr) dan memindahkan
tendanya sampai sejauh Sodom (w-y'hl 'd sdm) (RSV).

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

7. MASALAH YORDAN (2/2)


Di samping secara sewenang-wenang menganggap kkr h-yrdn sebagai lembah Yordan, dan
menterjemahkan m-qdm dengan salah sebagai 'timur' dan bukan 'dari timur' (m-qdm sebenarnya
berarti 'dari Ghamad') para penterjemah ayat ini sebagai bentuk imperfek kuno dari kata kerja 'be'
(dalam bahasa Inggris) (lihat Bab 6, Catatan 9), sebagai nama Tuhan Israil (Yahweh, biasanya
diterjemahkan sebagai 'Tuhan'). Demikian pula, mereka telah menganggap kata Ibrani sht sebagai
sebuah kata kerja dalam bentuk yang menunjukkan bahwa pekerjaan itu sudah dilakukan (perfect
tense), yang berarti 'telah dimusnahkan', padahal kata itu sebenarnya timbul dalam konteks sebagai
sebuah nama tempat (lihat di bawah). Walaupun orisinalnya yang tertulis dalam bahasa Ibrani
masuk di akal dalam bentuk itu, para ahli Bibel yang bekerja di dalam kerangka struktur geografis
yang telah dibentuk sebelumnya telah memindahkan ungkapan l-pny sht yhwh 't sdm w-'t 'mrh dari
tempatnya yang benar. Dalam ungkapan yang asli ungkapan itu terletak persis sesudah klh msqh
atau 'seluruhnya mendapat pengairan', tetapi mereka telah mengubah urutannya dan menempati
ungkapan tersebut sesudah k-'rs msrym b-'kh s'r, yang bukan pada tempatnya. Selanjutnya, mereka
telah menganggap selaku benar bahwa 'rs msrym berarti 'tanah Mesir'. Pada ayat terakhir, mereka
telah selalu menganggap bahwa 'ry h-kkr berarti 'kota-kota di lembah, lingkaran, padang, distrik'.
Akan tetapi, orisinalnya dalam bahasa Ibrani menunjukkan pada 'gua-gua' (Arabnya gr, diucapkan
gar, 'gua') atau 'lembah-lembah' (dalam bahasa Arab gwr, diucapkan gawr, 'kedalaman, lembah')
pada tempat tersebut. 'Gua-gua' agaknya lebih cocok di dalam konteks ini, karena Lut digambarkan
bermukim di sebuah gua, dalam hal ini sebuah m'rh,[9] pada Kejadian 19:30. Inilah penterjemahan
kembali yang saya buat dari teks yang sama, dengan membiarkan nama-nama tempat yang disebut
dalam bentuk Ibrani, aslinya untuk pengenalan selanjutnya.

Dan Lut pun mengangkat matanya dan melihat bahwa kkr h-yrdn diairi dari arah sht (l-pny sht); ia
terletak di samping sdm dan mrh (yhwh 't sdm w-'t 'mrh). Tampaknya seperti sebuah taman (k-gn
yhwh); seperti tanah msrym ke arah s'r. Maka Lut memilih untuk dirinya seluruh kkr h-yrdn dan Lut
melakukan perjalanan dari qdm ... Lut tinggal di gua-gua kkr, dan mendirikan kemahnya sampai
sejauh sdm.

Yang dikemukakan oleh terjemahan baru teks konsonan Ibrani ini adalah dua buah kelompok nama
tempat, yang sebuah berkenaan dengan tiga buah lokasi dalam 'lingkaran Raydan' (kkr h-yrdn
dengan kata lain di lembah-lembah sekitar punggung bukit Jabal Harub) yaitu sht, sdm dan 'mrh, dan
yang sebuah lagi berkenaan dengan dua lokasi di tempat lain, msrym dan s'r, lokasi-lokasi yang ada
pada kelompok pertama dengan baik dibandingkan dengan msrym dalam hal kesuburannya. Kelima
tempat lokasi itu namanya masih bertahan di Asir modern: ketiga tempat pertama terletak di
wilayah Jizan, tempat yang memang disangka sebagai lokasinya, dan yang dua lainnya terletak di
daerah yang sangat subur di sekitar wilayah Abha yaitu bagian dari Sarat yang diberkahi dengan
curah hujan terbesar. Ini adalah kelima nama tempat yang dikenali melalui nama mereka sekarang:

Sht, kini Shakit (sht) di Jabal Bani Malik, di sebelah timur tenggara Jabal Harub, dan persis di sebelah
timur tenggara Jabal Harub, dan persis di sebelah timur Wadi Sabya.

Sdm, atau 'Sodom': namanya tetap bertahan dalam bentuk metatesis, yaitu Wadi Damis (dms),
cabang Wadi Sabya yang paling jauh di barat (lihat Bab 4)

'Mrh, atau 'Gomorrah': Ghamr (gmr), di lerengan Jabal Harub di atas Wadi Damis.
Msrym: di sini jelas bukan 'Mesir', melainkan Misramah (msrm) desa yang kini terletak di dekat Abha
(lihat Bab 4).

S'r, atau 'Zoar': tidak diragukan lagi adalah al-Sa'ra' (s'r), juga dekat Abha, ada pula 'Zoar' lainnya di
Asir.

Guna mendukung pengalihan tempat kejadian cerita Lut dalam Kejadian, saya memberi bukti yang
jenisnya berbeda. Sodom dan Gomorrah dalam daftar itu menurut Kejadian 19:24 dimusnahkan
pada zaman Lut masih hidup oleh suatu hujan 'batu belerang' sebuah 'api kematian dari surga' (lihat
Bab 6, Catatan 9). Ini seperti menunjukkan pada sebuah letusan gunung berapi. Ada beberapa
Sodom di Asir yang kemungkinannya merupakan Sodom dalam Bibel. Salah satu diantaranya adalah
Sudumah (persis sdm), di wilayah Bani Shahr; namun tidak satu pun yang terletak di dekat sebuah
gunung berapi. Tidak begitu halnya dengan Wadi Damis yang aliran rendahnya mengalir di tengah-
tengah padang lahar gunung berapi 'Akwah. Para ahli Bibel yang masih mencari-cari peninggalan-
peninggalan Sodom (atau peninggalan-peninggalan Gomorrah) di daerah sekitar Laut Mati di
Palestina perlu mengingat bahwa belum pernah ditemukan sisa-sisa kegiatan-kegiatan vulkanis kuno
di daerah itu. Kedua kota itu mestinya terpendam dibawah lahar Wadi Damis di wilayah Jizan
dibawah Jabal Harub, walaupun ada sebuah desa yang bernama Ghamr (gmr) yang mungkin
dahulunya merupakan kota menurut Bibel adalah Gomorrah di lerengan Jabal Harub.[10] Yrdn atau
'Yordan', dua tempat yang diasosiasikan dengannya dalam kisah migrasi Lut, tidak mungkin kalau
bukan punggung bukit Harub yang nama Bibelnya (yang artinya 'punggung bukit') masih digunakan
oleh desa Raydan. 'Lingkaran' (kkr) mestinya merupakan istilah kolektif yang dipakai guna
menunjukkan lembah-lembah yang menyebar dari pelbagai sisi punggung bukit Harub, membentuk
lembah-lembah (sungai) Wadi Sabya dan Wadi Baysh; juga qdm Lut bukanlah 'timur', melainkan
anak sungai Ghamad di dekat Raydan.[11]

Mengenai nama tempat msrym, harus ditegaskan bahwa kota ini jarang digunakan didalam Bibel
Ibrani untuk menunjuk pada Mesir, seperti yang biasa diduga.[12] Dimana msrym tidak berkenaan
dengan Misramah dekat Abha (lihat Bab 4 dan 13), ia berkenaan dengan Masr di Wadi Bishah atau
dengan Madrum (mdrm) di dataran tinggi Ghamid (lihat Bab 14). 'Pharaoh' (pr'h) dalam Bibel,
seperti yang akan dikemukakan kemudian, bukanlah Fir'aun Mesir, melainkan seorang dewa orang-
orang Arabia Barat yang diasosiasikan dengan Misramah dan Masr disamping beberapa tempat
lainnya,[13] dan mungkin juga tanda pangkat kepala-kepala sebuah suku di daerah itu. Kata menurut
Bible msr dapat juga merupakan nama sebuah suku di Arabia Barat yang dalam bahasa Arabnya
bernama Mudar (mdr, 'susu yang diasamkan'). Kenyataan menunjukkan bahwa sebuah suku
'Pharaoh' yang bernama Far'a (pr'), kini masih ada di Wadi Bishah, memakai nama dewa kuno atau
kepala-kepala suku daerah itu.

Kalau sudah dikenali h-yrdn dalam Bibel ini, atau 'Yordan' bukanlah sebuah sungai, melainkan
sebuah istilah yang berarti 'punggung bukit, tebing curam', atau sebuah nama tempat seperti Raydan
yang mempunyai arti sama, maka mudahlah untuk memahami ungkapan-ungkapan gabungan
menurut Bibel lainnya yang menggunakan istilah itu. Telah diamati bahwa yrdn yrhw (Bilangan 26:3,
63; 31:12; 33:48, 50; 35:1; 36:13) bukanlah 'Yordan di Yericho' (RSV), melainkan 'punggung bukit
Warakh' di dataran tinggi Dhahran. Disamping yrdn yrhw adapula ungkapan-ungkapan menurut
Bibel lainnya yang menonjolkan istilah yrdn yang perlu diperhatikan. M'brwt h-yrdn, misalnya,
bukanlah 'benteng-benteng Yordan' (RSV), melainkan 'jurang-jurang tebing curam'.[14] Spt h-yrdn
(Raja-raja II 2:13) bukanlah 'tepian sungai Yordan' (RSV), melainkan 'tepi tebing curam' (bandingkan
dengan kata Arab sph atau sp', 'tepi jurang'). Bahkan orang-orang Arab yang tinggal di Arabia Barat
masih menunjuk pada tebing curam Arabia Barat dengan cara ini. Glylwt h-yrdn (Yosua 22:11)
bukanlah 'wilayah sekitar Yordan', melainkan 'sisi yang bertingkat-tingkat (dalam bahasa Arab gl,
'tingkat', dari kata gll) dari tebing curam', kecuali kalau referensinya kepada beberapa pedesaan yang
kini bernama al-Jallah (gl) di bagian tebing curam Asir.

Akhirnya, g'wn h-yrdn (Yeremia 12:5, 49:19; 50:44; Zakaria 11:3) jelas bukan 'rimba Yordan'. Kata
Ibrani g'wn dibuktikan berarti 'tinggi'. Hanya suatu daya khayal yang tinggi saja yang dapat
mengartikannya sebagai 'pohon-pohon tinggi', sehingga ditafsirkan sebagai 'rimba'. Sebagai sebuah
istilah, g'wn h-yrdn dapat berarti 'ketinggian, tebing curam'. Tetapi secara kebetulan ada dua buah
lembah yang bernama Wadi Ghawwan (gwn) di wilayah Jizan di Asir. Yang pertama adalah sebuah
lembah pesisir yang menuju ke laut ke kota pelabuhan Shuqayq. Namun yang kedua, lebih jauh ke
selatan, merupakan sebuah di antara hulu Wadi Baysh yang bermula di ujung utara tebing curam
Harub atau jaringan yrdn (yrdn atau Raydan-nya Lut) dan bergabung dengan hulu-hulu lainnya di
sana. Guna membedakan antara 'Ghawwan tebing curam' ini atau 'Ghawwan Raydan' dengan Wadi
Ghawwan di daerah pesisir ke arah utara, teks-teks Bibel tersebut menyebutnya g'wn h-yrdn.

Jika kita mempertimbangkan kembali sebuah teks Bibel yang berkenaan dengan g'wn h-yrdn ini,
maka kita akan menemukan suatu alternatif yang menarik dari pembacaan standar. Dalam
terjemahan-terjemahan konvensional dari Zakaria 11:1-3 (di sini RSV) kita dapat membaca yang
berikut ini:

Bukalah pintu-pintumu, wahai Libanon (lbnwn), agar api itu dapat melahap pohon-pohon arasmu
(w-t'kl 's b'rzyk): Merataplah, wahai pohon saru, karena pohon aras ('rz) telah tumbang, karena
pohon-pohon agung itu telah rusak (sr drym sddw): Merataplah, pohon-pohon ek (tunggalnya 'lwn)
dari Bashan (bsn), karena hutan yang lebat telah ditebangi (ky yrd y'r h-bswr): Dengarlah (qwl)
ratapan gembala-gembala itu ('llt h-r'ym) karena keagungan mereka ('drtym) telah dirusak (sddh):
Dengarlah qwl auman singa-singa itu (s'gt kpyrym), karena rimba Yordan (g'wn h-yrdn) dirusak (sdd).

Ini jelas indah; namun sayangnya samasekali tidak akurat. Yang terkandung dalam teks Ibrani ini
bukanlah dua buah tetapi sedikitnya tujuh buah nama tempat. Lbnwn yang dimaksudkan bukanlah
Gunung Libanon, tetapi dataran tinggi dan lembah Lubaynan (lbynn) yang membatasi wilayah Jizan
dari arah tenggara dan kini jatuh di wilayah Yaman (lihat Bab 1). Tumbuhan 'rz dari Lubaynan tidak
mungkin pohon aras, melainkan tanaman jenever raksasa setempat. Bsn yang diterjemahkan sebagai
Bashan bukan al-Bathaniyyah, yaitu wilayah dataran tinggi di sebelah timur Sungai Yordan, seperti
yang telah lama diduga, melainkan al-Bathanah (btn) di Jabal Faifa yang memandang ke bawah
lembah-lembah wilayah Jizan. Tumbuhan 'lwn di Bathanah bukan pohon ek tetapi tumbuhan lokal,
yaitu pohon butun. Terjemahan standar yang telah saya kutip tadi mengenali lbnwn dan bsn dalam
Zakaria sebagai nama-nama tempat, namun tidak dapat mengenali nama-nama yang lain. Salah satu
di antaranya ialah g'wn (g'wn h-yrdn) yang disebut sebagai Wadi Ghawwan zaman sekarang, di yrdn
yang kini merupakan Jabal Harub. Dan inilah keempat nama-nama lainnya:
'Drym: bukan 'pohon-pohon yang agung', tetapi bentuk jamak kata 'dr, di sini berarti 'puncak'
(bandingkan dengan kata Arab drw; dalam dialek daerah pedalaman wilayah Jizan adalah dry, dalam
maskulinnya diucapkan sebagai dari). Di sini referensinya adalah kepada kerucut-kerucut vulkanis
atau 'puncak-puncak' Jabal Hattab di utara Yaman, di sebelah timur dataran tinggi Lubaynan.[15] Di
ujung selatan Jabal Hattab sampai kini berdiri sebuah desa yang bernama Darwan (drwn, bandingkan
dengan kata Ibrani 'drym, 'puncak-puncak'). Ini mungkin merupakan nama lama 'puncak-puncak' di
daerah tersebut.

Bswr: bukan berarti 'ditebangi' (dari kata bsr, 'mengiris'), namun kini merupakan desa Sabir (sbr) di
distrik Bani Ghazi, di pedalaman Jizan, di kaki Jabal Harub.

R'ym: belum tentu berarti 'gembala-gembala' (seperti dalam bentuk jamaknya r'y), namun lebih
tepat kalau berkenaan dengan para penghuni Ri' (r'ym, seperti dalam bentuk jamaknya genitif r') di
distrik Bani Ghazi wilayah Jizan, di lerengan jabal Masidah. 'Dr ('drtm) atau 'puncak' 'mereka' (bukan
'keagungan mereka') tentunya adalah Jabal Masidah tersebut.

Kpyrym: belum tentu berarti 'singa-singa' (jamak kpyr), namun lebih tepat kalau merupakan sebuah
nama tempat dalam bentuk maskulin jamak yang menandakan desa al-Rafaqat (bentuk feminin
jamak rpq, bandingkan dengan kpyr-nya bahasa Ibrani) kini terletak di lerengan Jabal Harub; dengan
kata lain di sekitar daerah Wadi Ghawwan (atau g'wn h-yrdn) yang sama.

Maka dari itu, dalam mempertimbangkan kembali teks Zakaria sehubungan dengan gagasan-gagasan
baru ini, saya mengusulkan

Penterjemahan kembali teks tersebut sebagai berikut:

Bukalah pintu-pintumu, wahai Lubaynan, dan api itu akan memakan pohon-pohon jenever-mu;[16]
Merataplah, wahai pohon saru, karena pohon jenewer yang dirusak Darwan telah tumbang;
Merataplah, wahai pohon-pohon butun Bathanah, karena hutan Sabir telah tumbang;[17] Dengarlah
ratapan orang-orang Ri', karena puncak mereka telah hancur; Dengarlah auman al-Rafaqat, karena
Ghawwan Raydan telah hancur.

Para pembaca bersedia atau tidak menerima penterjemahan kembali yang diusulkan di atas, ada
satu hal yang sudah dapat dipastikan: Bibel Ibrani tidak mengatakan sesuatu pun mengenai 'rimba
Yordan' di daerah tempat kelimpahan pepohonan ini diduga keras berada. Ini merupakan suatu
salah penterjemahan yang seharusnya akan membuat ragu para pengunjung yang kurang cermat
sekalipun.

Bagaimana dengan Yordan (juga h-yrdn) tempat Naaman dari Aram 'menyelam sebanyak tujuh kali'
untuk menyembuhkan dirinya dari penyakit kusta (Raja-raja II 5:14)? Mungkinkah seseorang
menyelam tidak ke dalam air, melainkan ke dalam bebatuan tebing curam atau punggung bukit?
Jelas tidak. Tempat yang disebut yrdn tempat Naaman 'menyelam sebanyak tujuh kali' tersebut
mustahil kalau bukan merupakan sebuah sungai kecil atau kolam air. Jika halnya demikian, maka
istilah yrdn berasal dari akar kata Semit yang sama yaitu yrd -- di sini bukan berarti 'turun, jatuh ke
bawah', namun dalam pengertian kata Arab wrd yang berarti 'pergi ke air'. Sambil mengingat bahwa
Naaman melakukan penyembuhan 'Yordan'-nya di dekat 'Samaria, (swrwn) yang kini adalah desa
Shimran (smm) di pedalaman Qunfudhah di pesisir Asir (lihat Bab 10), 'Yordan' yang satu ini sebagai
sebuah 'sungai kecil' atau 'kolam air', tentunya merupakan bagian anak sungai Wadi Nu's yang
mengalir di daerah ini. Tanah asal Naaman yang bernama Aram 'rm kini mestinya adalah Wadi
Waram wrm di daerah-daerah rendah Rijal Alma' di sebelah selatan Shimran atau 'Samaria'. Di
tempat itu 'Damaskus'-nya dmsq atau d-msq) jelas tidak mungkin Damaskus yang terletak di Suria,
Damaskus ini kini adalah desa lokal yang bernama Dhat Misk (dt msk). Tidak ada sungai-sungai yang
bernama Pharphar prpr dan Abana (bn') yang mengalir di daerah sekitar Damaskus Suria. 'Sungai-
sungai' di tanah asal Naaman yang ia bandingkan secara yakin dengan 'Yordan' atau yrdn tempat ia
melakukan penyembuhannya (Raja-raja II 5:12), memakai nama-nama yang kini dipergunakan
pedesaan Rafrafah (rprp) dan al-Bana (bn). Jalan air utama di wilayah tersebut adalah lembah Wadi
Hali. Oleh sebab itu kita dapat menganggap bahwa Pharphar dan Abana menurut Bibel merupakan
dua di antara sejumlah anak sungai Wadi Hali yang sama ini.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

8. YUDAH ARABIA (1/2)

Kalau para pembaca sudi mengakui bahwa Yordan menurut Bibel itu mungkin saja merupakan
sebuah tebing curam pegunungan yang penting di Arabia Barat, maka mereka akan mendapatkan
sedikit kesulitan dalam menerima pra-anggapan bahwa Yudah menurut Bibel paling-paling adalah
daerah perbukitan yang mengapit sisi maritim Asir. Lebih jelasnya saya mempunyai pendapat bahwa
Yudah milik orang-orang Israil kuno terletak di sebuah daerah yang terbentang dari pembagi
perairan di pegunungan Sarat (yrdn yang utama, atau 'Yordan' dalam Bibel Ibrani) sampai pada
gurun pasir Tihamah di daerah pesisir (Tehom dalam Bibel).

Menurut Bibel Ibrani Yudah adalah salah satu nama di antara keduabelas suku Israil. Yudah juga
merupakan nama yang dipakai untuk menandakan wilayah yang dihuni oleh suku tersebut dan juga
untuk menandakan salah satu di antara dua kerajaan pecahan dari 'Seluruh Israil' yang pecah setelah
wafatnya Sulaiman. Pada zaman Achaemenid, nama ini lebih umum dipakai guna menunjukkan
seluruh tanah bangsa Israil yang pada saat itu telah tidak merdeka lagi.

Tanah suku Yudah tampaknya terletak di Wadi Adam di Hijaz bagian selatan (lihat Lampiran). Daud,
pendiri kerajaan 'Seluruh Israil', berasal dari Yudah, dan kota asalnya adalah 'Bethlehem' (byt lhm),
sebuah desa yang kini dikenal sebagai Umm Lahm ('m lhm). Tidak mengherankan apabila dinasti
yang ia dirikan dikenal sebagai 'Keluarga Kerajaan Yudah', mencerminkan asal-usulnya, mungkin
yang lebih penting lagi adalah apa yang kita kenal sebagai agama atau adat istiadat Yahudi
(Yudaisme) kemungkinan besar mengambil namanya dari kerajaan --bukan dari suku atau tanah
kesukuan-- Yudah yang bertahan terus di bawah keluarga kerajaan Daud sampai kerajaan itu
dihancurkan oleh orang-orang Babilonia pada tahun 586 S.M.

Yang kita kenal sebagai Yudaisme yang dikembangkan oleh para nabi, atau nby'ym yang hidup di
bawah perlindungan raja-raja Yudah (lihat Bab 1), dan Kitab Bibel Ibrani yang kita ketahui pada
hakekatnya merupakan hasil karya kerajaan Yudah dan bukan kerajaan saingannya, yaitu Israil.
Setelah hancurnya kedua kerajaan itu, Yudahlah yang lebih banyak menetap dalam ingatan orang.
Paling tidak agar kita dapat menganggap dari kenyataan itu bahwa nama Yudah diberikan kepada
seluruh bekas wilayah kekuasaan orang-orang Israil pada zaman Achaemenid. Kaum Yahudi sebagai
suatu masyarakat keagamaan mendapatkan namanya dari Yudah (Yehudim dalam Bibel, tunggalnya
Yehudi, dari Yehudah), bukan Israil yang masih kita kenal sampai saat ini.

Hampir sudah dapat dipastikan bahwa Yudah merupakan sebuah nama geografis sebelum menjadi
nama sebuah suku Israil. Bentuk Ibraninya, yhwdh, adalah kata benda jadian dari yhd --yaitu
padanan kata Arab whd yang berarti 'terletak rendah, tertekan', yang tidak berkenaan dengan orang,
melainkan dengan tanah. Dalam bahasa Arab, whd menghasilkan kata benda wahd (whd) dan
wahdah (whdh, dengan akhiran feminin) yang berarti 'daerah tanah datar, tanah yang berbaring
rendah; jurang', sedangkan yhwdh dalam Kitab Bibel, berasal dari kata yhd, yang mestinya
merupakan suatu istilah topografis Semit kuno yang kira-kira mempunyai arti yang sama.

Sebenarnya daerah perbukitan yang mengapit sisi maritim Asir ini, yang menurut keyakinan saya
adalah Yudah, ialah suatu bentangan daratan yang bukan hanya terdiri dari punggung-punggung
bukit yang saling terjalin yang beberapa di antaranya menonjol keluar dari barisan utamanya dan
yang lain berdiri terasingkan di sana sini, namun juga terdiri dari tanah wahd atau wahdah yang
letaknya rendah. Agaknya Yudah kuno mendapatkan namanya dari kata yang terakhir ini.[1]

Dalam teks-teks Bibel tak terhitung lagi jumlah referensi pada Yudah yang mendukung pernyataan
saya bahwa Yudah adalah wilayah kekuasaan Israil sebagai suatu bangsa dan bukan wilayah
kekuasaan sebuah suku Israil tertentu (lihat Lampiran). Sebagian besar juga memperkuat pernyataan
saya bahwa sebagian besar tanah mereka terdiri dari lerengan maritim Asir geografis, di samping
Hijaz bagian selatan sampai sejauh punggung bukit Taif. Sebuah contoh yang baik didapati dari dua
buah kisah yang menceritakan kembalinya keturunan-keturunan orang Israil buangan dari Babilonia
ke Yudah pada zaman Achaemenid, ditemukan dalam Ezra 2:3-63 dan Nehemia 7:8-65. Kedua teks
tersebut, dengan variasi-variasi yang tidak jauh berbeda, menuliskan kelompok atau masyarakat
Israil menurut kota-kota dan desa-desa asal mereka, bukan menurut suku-suku atau keluarganya,
seperti yang sampai kini diduga.[2] Jika meneliti kedua teks tersebut dengan menggunakan sebuah
peta Jazirah Arab yang baik dan sebuah kamus nama-nama tempat di Arabia guna memberi
bimbingan yang lebih jauh --serta lebih dari satu kamus tersebut agar memudahkan pekerjaan ini
sehingga tak dapat terjadi kesalahan-kesalahan-- seseorang dengan mudah dapat menempatkan
hampir semua kota dan pedesaan yang disebutkan dalam Ezra dan Nehemia.
Terkadang itu merupakan daerah-daerah yang masih memakai nama yang sama. Dan terkadang
berada dalam bentuk-bentuk yang sama yang dapat dikenali. Semuanya selalu dapat dijumpai di
bagian-bagian kira-kira dari wilayah Taif dan daerah pedalaman Luth di sebelah utara, sampai ke
daerah pedalaman Jizan di sebelah selatan. Bahkan istilah-istilah yang sampai kini diperkirakan
menandakan 'para pendeta', 'para Levit', 'para penyanyi', 'para penjaga gerbang', 'para pelayan kuil',
atau 'para pelayan Sulaiman' jika diteliti kembali dengan lebih cermat nampaknya lebih berkenaan
dengan kelompok-kelompok yang berasal dari daerah-daerah tertentu di wilayah umum yang sama
dan dari lingkungan Arabia yang lebih luas (terutama wilayah Najran; lihat bawah).

Untuk menetapkan fakta-fakta mengenai hal ini, baiklah saya memulainya dengan meneliti
kelompok yang terakhir. Mengingat kemustahilan dalam jumlah 'para pendeta' yang sangat besar
tersebut, adalah aneh juga penafsiran secara tradisional atas kelompok ini dan juga kelompok-
kelompok lainnya tidak diperiksa selama ini. Bagaimanapun juga, pertimbangkanlah yang berikut ini:

a. 'Para pendeta' (h-khnym) konon berjumlah 4.289 orang (kira-kira sepersepuluh dari jumlah orang-
orang Israil yang kembali, yang berjumlah sekitar 40.000 orang), dan dibagi seperti berikut ini (Ezra
2:36-39; Nehemia 7:39-42):

'Putra-putra' Yedaiah (yd'yh)

'Putra-putra' Immer ('mr)

'Putra-putra' Pashhur (pshwr)

'Putra-putra' Harim (hrm)

Kata menurut Bibel khnym tidak dapat ditafsirkan sebagai bentuk jamak kata Ibrani khn, atau
'Pendeta' karena itu akan berarti bahwa setiap satu orang di antara sepuluh orang Israil yang
kembali merupakan seorang pendeta. Khnym lebih tepat dianggap sebagai bentuk jamak khny,
genitif khn sebagai sebuah nama tempat, sehingga berarti 'orang-orang khn'. Tanah asal khnym
tampaknya kini berupa oase Qahwan (qhwn, pada hakekatnya qhn, bentuk kata dalam Bibel khn
yang telah diarabkan) di Wadi Najran di sekitar oase Salwah. Anggapan ini didukung oleh distribusi
geografis khnym yang kota-kota asalnya atau wilayah-wilayah asalnya (bukan keluarga-keluarganya)
tertulis dalam Ezra dan Nehemia seperti berikut:

Yedaiah (yd'yh) yang kini jelas merupakan daerah kesukuan Wadi'ah (wd'h) di Wadi Najran. Ezra
(2:36) dan Nehemia (7:39) berbicara mengenai bny yd'yh l-byt ysw' biasanya diterjemahkan sebagai
'putra-putra Yedaiah dari Keluarga Kerajaan Yosua', namun sebenarnya berarti 'orang-orang Wadi'ah
ke byt ysw' (sebuah nama tempat)', karena l yang berpreposisi dalam bahasa Ibrani berarti 'ke',
bukan 'dari'. Masyarakat yang dibicarakan mestinya jelas ialah penghuni-penghuni sebuah daerah
yang membentang dari Wadi'ah ditengah-tengah Wadi Najran, sampai (bukan 'dari') oase Wasi'
(wsy', bandingkan ysw' dalam Bibel) di selatan Riyadh, dan di ujung timur wilayah Yamamah di
Arabia Tengah.

Immer ('mr), kini merupakan oase Al-Amar ('mr) di wilayah Yamamah di Arabia Tengah, di sebelah
timur laut daerah Wadi Najran yang lebih luas.
Pashhur (pshwr), kini jelas merupakan oase Wadi Harshaf (hrsp) di Wadi Habuna, di sebelah utara
Wadi Najran.

Harim (hrm), kini bentangan oase Wadi Harim (hrm) di ujung barat wilayah Yamamah di Arabia
Tengah.

Dari semua ini jelas bahwa khnym tentunya merupakan sebuah masyarakat yang mempunyai tanah
asal yang membentang dari Wadi Najran ke arah utara sampai ke Wadi Habuna, dan ke arah timur
laut memasuki wilayah Yamamah di Arabia Tengah. Luas wilayah tersebut mungkin dapat
menjelaskan mengapa para khnym yang kembali itu, menurut Ezra dan Nehemia, berjumlah sangat
besar. Karena terletak di pedalaman, tanah khnym merupakan tambahan tanah Yudah dan bukan
suatu bagian integral darinya.

b. 'Para Levit' (h-lwym) dibagi sebagai berikut (Ezra 2:40; Nehemia 7:43):

'Putra-putra' Yeshua (ysw').

'Putra-putra' Kadmiel (qdmy'l atau qdmy 'l).

'Putra-putra' Hodaviah (hwdwyh dalam Ezra; hwdwh, atau 'Hodevah' dalam Nehemia.

Para lwym (jamak lwy, genitif lw atau lwh) bukanlah orang-orang ulama 'Levit', melainkan mereka
mestinya merupakan sebuah masyarakat yang berasal dari Lawah (lw atau lwh) di Wadi Adam. Di
Wadi Adam yang sama kini masih terdapat sebuah desa yang bernama Hudayyah (hdyh) yang tak
lain adalah Hodaviah dalam Ezra dan Hodevah dalam Nehemia. Dalam teks-teks Ezra dan Nehemia
orang-orang Hudayyah di Wadi Adam dibedakan dari kedua kelompok lwym lainnya yang secara
bersamaan disebut 'putra-putra Yeshua dan Kadmiel'. Ini dikarenakan 'Yeshua' dan 'Kadmiel'
merupakan tempat-tempat yang terletak saling berdekatan di pedalaman Lith tak jauh dari daerah
yang terletak lebih rendah dari Wadi Adam di sekitar daerah yang kini bernama Ghumayqah. Di sini
'Yeshua' kini ditandakan oleh desa Sha'yah (s'y, bandingkan dengan ysw' dalam Bibel), sedangkan
'Kadmiel' ditandakan oleh desa Al-Qadamah ('l-qdm, tampaknya 'l qdm, 'dewa' qdm, bandingkan
dengan qdmy 'l dalam Bibel).

c. 'Para penyanyi' (h-msrrym, termasuk penyanyi-penyanyi 'Asaph' ('sp) (Ezra 2:41; Nehemia 7:44).

Jelas mereka mestinya merupakan sebuah masyarakat yang berasal dari desa Masarrah (msr, atau
msrr), di wilayah Bariq (Bariq): di sebelah barat wilayah Majaridah. Di sebelah timur Masarra di
wilayah Ballasmar terdapat desa Al-Yusuf (ysp) yang sampai kini memakai nama menurut Bibel
'Asaph'.

d. 'Para penjaga gerbang' (h-s'rym) dibagi sebagai berikut (Ezra 2:42; Nehemia 7:45):

'Putra-Putra' Shallum (slwm).


'Putra-Putra' Ater ('tr).

'Putra-Putra' Talmon (tlmn).

'Putra-Putra' Akkub ('qwb).

'Putra-Putra' Hatita (htyt').

'Putra-Putra' Shobai (sby).

Para s'rym tersebut samasekali bukan 'para penjaga gerbang', melainkan mereka adalah sebuah
masyarakat di wilayah Taif yang berasal dari sebuah tempat yang kini merupakan Sha'ariyah (s'ry).
Seluruh kampung halaman s'rym, seperti yang tertera dalam Ezra dan Nehemia masih dapat
dijumpai di sekitar daerah yang sama. Kampung-kampung halaman tersebut adalah Shumul (smwl,
dalam Bibel slwm, 'Shallum'); Watrah (wtr, dalam Bibel 'tr, 'Atter,); Mantalah (mntl, dalam Bibel
tlmn, 'Talmon'); 'Uqub ('qwb dalam Bibel 'qwb juga, 'Akkub'); al-Huwayyit (hwyt, tampaknya
merupakan bentuk Arab dari htyt' yang ada dalam Bibel, 'Hatita'); dan Thawabiyah (twby,
bandingkan dengan sby dalam Bibel).

e. 'Para pelayan kuil' (ntynym) ditulis sebagai 'putra-putra' atau orang-orang dari 35 tempat yang
berbeda (bukan keluarga-keluarga; Ezra 2:43-45; Nehemia 7:46-56).

Tentunya mereka bukanlah 'para pelayan kuil'. Saya yakin mereka adalah sebuah masyarakat di
wilayah Jizan dan wilayah-wilayah Bahr dan Birk di Rijal Alma' yang saling berdekatan. Tempat asal
mereka adalah satu di antara dua buah pedesaan yang kini bernama Tanatin (tntn) di wilayah Jizan.
Inilah ketigapuluhlima pedesaan yang merupakan tempat asal mereka:

Ziha (syh' dalam Ezra; sh' dalam Nehemia): Sakhyah (shy) atau Sakhi (shy) di Rijal Alma'.

Hashupa (hswp'): Hashafah (hsp) di wilayah Birk.

Tabbaoth (tb'wt): 'Atiyyah (tbyt) di wilayah Jizan.

Keros (qrs): Kirs (krs) satu di antara sembilan pedesaan yang memakai nama yang sama di wilayah
Jizan; kecuali kalau itu adalah Kurus (krs) di wilayah yang sama.

Siaha (sy'h' dalam Ezra; sy', dalam Nehemia; keduanya memakai kata sandang tertentu Arab yang
berakhiran dan membiarkan nama itu sebagai sy'h atau sy'): al-Sa'i (s'y, dengan kata sandang
tertentu Arab yang berakhiran) di wilayah Jizan.

Padon (pdwn): Fadanah (pdn) di wilayah Jizan.

Lebanah (lbnh): Lubanah (lbnh) di wilayah Jizan.

Hagabah (hgbh): Huqbah (h) di wilayah Jizan.

Akkub ('qwb): Al 'Aqibah ('qb) di wilayah Jizan, (berbeda dengan 'Uqub di wilayah Taif, lihat di atas).

Haqab (hqb): Huqbah (hqb) di wilayah Jizan, kecuali kalau itu Huqbah di Rijal Alma' yang terletak di
dekatnya.
Shamlai (smly): Shamula' (sml') satu di antara dua pedesaan dengan nama yang sama di wilayah
Jizan.

Hanan (hnn): Haninah (hnn), atau mungkin Hanini (hnn), di wilayah Jizan.

Giddel (gdl): Jadal (gdl) di wilayah Bahr.

Gahar (ghr): Juhr (ghr) atau mungkin Juhrah (ghr) di wilayah Jizan.

Reaiah (r'yh): Rayah (ryh', harus ditulis sebagai r'yh) di wilayah Jizan.

Rezin (rsyn): dari beberapa alternatif, yang paling besar kemungkinannya adalah Radwan (rdwn) di
wilayah Jizan; kecuali kalau itu adalah Razinah (rzn) di Rijal Alma'.

Nekoda (nqwd' atau nqwd kalau kata sandang tertentu Arab yang berakhiran diabaikan): Najid (ngd)
di wilayah Jizan.

Gazzam (gzm): Jazayim (gzym) di wilayah Jizan, kecuali kalau merupakan nama Jizan itu sendiri.

Uzza ('z'): Ghazawah (gzw) di wilayah Jizan; kecuali kalau itu 'Uzz ('z) di wilayah Jizan.

Pasea (psh): Safah (sph), satu di antara dua pedesaan yang bernama Safah di wilayah Jizan.

Besai (bsy): Baswah (bsw) di wilayah Jizan.

Asnah ('snh): Wasan (wsn) di wilayah Bahr.

Meunim (m'wnym, umumnya diberi vokal sebagai sebuah kata jamak, namun mungkin saja sebagai
bentuk ganda m'wn atau m'wny): Ma'ani (m'n) dua pedesaan dengan nama yang sama di Rijal Alma';
kecuali kalau referensinya adalah pada lembah Wadi Ma'ayin (bentuk jamak Arab m'yn, disuarakan
ma'yan) di wilayah Jizan yang kemungkinannya lebih kecil.

Nephisim (npysym bentuk jamak genitif npys): Nasifan (nspn, bentuk tunggal Arabnya nsp) di Wadi
Adam. Penghuni-penghuni Israil desa ini tentunya dahulu berasal dari sebuah tempat di wilayah
Jizan yang kini telah tiada lagi.

Bakbuk (bqbwq): Jubjub (gbgb) di wilayah Jizan

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

8. YUDAH ARABIA (2/2)

Hakupha (hqpw', dengan kata sandang tertentu Arab berakhiran): al-Hajfah (hgp, dengan kata
sandang tertentu Arab berawalan) di wilayah Jizan.[3]
Harhur (hrhwr): tidak dapat dikenali sebagai suatu nama tempat tertentu, namun ada kemungkinan
kalau tempat itu adalah Kharr (hr) menurut Bibel yang dikenali sehubumgan dengan Khirah (hr) di
dekatnya, di Rijal Alma.

Bazluth (bslwt): mungkin sebuah nama kesukuan dari tipe feminin jamak, sangat umum
dipergunakan dalam bahasa Arab, berasal dari nama tempat bsl; bandingkan dengan al-Balas (bls) di
Rijal Alma. Ada pula wilayah suku Sulab (slb) di Rijal Alma. Atau ada juga Sulbiyah (slbyt) di wilayah
Jizan.

Mehida (mhyd'): Hamidah (hmyd, mungkin asalnya sebagai Hamida, atau hmyd', dengan kata
sandang tertentu Arab yang berakhiran, seperti nama menurut Bibel, di wilayah Jizan.

Harsha (hrs dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan); al-Khursh (hrs, dengan kata
sandang tertentu Arab yang berakhiran), di wilayah Jizan.

Barkos (brqws): satu di antara Kirbas (krbs) atau Karbus (krbs) di wilayah Jizan.

Sisera (sysr): paling-paling ialah Sirr Zahra (sr zhr', suatu pengubahan dari nama aslinya, namun
dengan membiarkan kata sandang tertentu Aram yang berakhiran) di wilayah Jizan.

Tamah (tmh): Tamahah (tmh) di wilayah Jizan.

Neziah (nsyh): Naduh (ndh) di Rijal Alma'.

Hatipha (htyp'): Khatfa (htp', membiarkan kata sandang tertentu bahasa Aram di wilayah Jizan.

Menilai dari pengenalan terhadap kampung halaman para ntynym ini, yang terpusat pada suatu
daerah di Asir bagian selatan dan sebagian besar di Jizan, jelaslah bahwa mereka bukanlah 'para
pelayan kuil', melainkan mereka adalah suatu masyarakat yang namanya berasal dari suatu lokasi di
daerah sekitar itu (lihat di atas). Hal yang sama berlaku pada masyarakat-masyarakat yang berikut
ini.

f. 'Para pelayan Sulaiman' ('bdy slmh), ditulis sebagai 'putra-putra', atau orang-orang dari 10 tempat
yang berbeda (bukan keluarga-keluarga).

Bny' 'bdy slmh atau 'putra-putra 'bdy(m) slmh bukanlah 'para pelayan Sulaiman' tetapi mereka
adalah sebuah masyarakat yang berasal dari sebuah desa yang kini merupakan desa Abdan ('bdn) di
wilayah Jizan, dalam Bibel desa ini dikenali berkenaan dengan desa Silamah (slmh) di dekatnya. Yang
berikut ini adalah tempat-tempat asal mereka:

Sotai (sty): Al Sut (st) di wilayah Jizan.

Hassophereth (h-sprt): Rasafah (rspt) di wilayah Jizan, yang berkenaan dengan teks, nampaknya
dikelirukan dengan Al-Safarah (sprt) di wilayah Ballasmar.

Peruda (prwd', dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran): mungkin adalah al-
Fardah (prd dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan) di Rijal Alma; lebih besar
kemungkinan kalau itu adalah al-Rafda (rpd, juga membiarkan kata sandang tertentu bahasa Aram
yang berakhiran) di wilayah Ballasmar.
Jaalah (y'lh): mungkin 'Aliyah ('lyh) satu di antara dua buah pedesaan dengan nama yang sama di
wilayah Jizan; sangat mungkin kalau tempat ini adalah al-Wa'lah (w'lh) di daerah pedalaman
Qunfudhah

Darkon (drqwn): paling-paling adalah al-Darq (drq) di wilayah Jizan, yang berkenaan dengan teks,
dikelirukan dengan Qardan (qrdn) di wilayah Taif.

Giddel (gdl): Jadal (gdl) di wilayah Bahr (lihat di atas).

Shephatiah (sptyh): Shutayfiah (stypyh) satu di antara tiga buah pedesaan di dekatnya dengan nama
yang sama di wilayah Jizan.

Hattil (htyl): tampaknya Sahil Al-Huluti (hlt) ditulis sebagai nama varian dari Sahil Abi 'Allut di wilayah
Jizan.

Pocheret-hazebaim (pkrt h-sbym, sbym secara tradisional diberi vokal sebagai bentuk ganda sby,
'gazelle' (semacam rusa), lihat Bab 4): Faqarah (pqrt), dikenali sehubungan dengan kota kembar
Sabya (sby', bentuk h-sby yang telah diaramkan dan al-Zabyah (zby, bentuk h-sby yang telah
diarabkan), ketiga tempat tersebut berdekatan di wilayah Jizan).

Ami ('my dalam Ezra; 'mwn dalam Nehemia): kekeliruan terjadi antara Yamiyah (ymy) dan Yamani al-
Marwa (ymn) keduanya di wilayah Jizan.

Menurut hemat saya pengenalan terhadap kota-kota atau pedesaan asal orang-orang yang sampai
kini dianggap sebagai 'putra-putra' 'para pendeta', 'para Levit', 'para penyanyi', 'para penjaga
gerbang', 'para pelayan kuil' dan 'para pelayan Sulaiman', namun sebenarnya merupakan enam buah
kelompok kesukuan yang dikenali menurut tempat asal masing-masing, sudah cukup untuk
menunjukkan di mana sebenarnya terletak Yudah menurut Bibel itu. Meskipun demikian, bukti-bukti
yang lebih jauh telah diberikan melalui pengenalan-pengenalan terhadap tempat-tempat yang masih
tersisa dalam Ezra 2 dan Nehemia 7 sebagai tempat-tempat asal orang-orang Israil yang kembali dari
Babilonia, seluruhnya terletak di Arabia Barat. Untuk mudahnya, tempat-tempat tersebut akan
dikenali menurut wilayah, dari selatan ke utara:

a. Wilayah Jizan

Arah ('rh): Rah (rh); kecuali kalau ini adalah Raha (rh) atau Warkhah (wrh) di wilayah Taif.

Zattu (ztw', dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran): mungkin adalah al-
Zawiyah (metatesis dari ztw', dengan kata sandang tertentu Arab yang berawalan).

Ater ('tr, hanya terdapat dalam Ezra): watar (wtr); kecuali kalau ini adalah Watrah (wrt) atau Watirah
(wtr) di wilayah Taif.

Bezai (bsy): Baswah (bsw), Basah (bs) atau Buzah (bz, satu diantara dua pedesaan dengan nama yang
sama); kecuali kalau itu adalah Bada (bd') di wilayah Taif.

Harim (hrm): Khurm (hrm); kecuali kalau itu adalah 'Arabat Harim ('anak sungai' hrm), di distrik
Muhayil.

Tel-harsha (tl hrsh, 'bukit'nya hrsh) dan Tel-melah (tl mlh): Jabal al-Hashr ('gunung'nya hsr) dan
tanjung (tl) Hamil (hml) yang terakhir ini di daerah perbukitan Hurrath.
Adan ('dn, dalam Ezra) atau Addon ('dwn, dalam Nehemia): kebingungan tampaknya terjadi antara
dua buah pedesaan di distrik-distrik yang berdekatan yang bernama Udhn ('dn) dan yang sebuah lagi
bernama Wadanah (wdn).

Hariph (hryp, hanya dalam Nehemia): Harf (hrp), satu di antara lima buah pedesaan dengan nama
yang sama. Ada pula sebuah Harf di Rijal Alma'; sebuah lagi di wilayah Ballasmar; dan masih ada
sebuah lagi di wilayah Qunfudhah. Juga merupakan kemungkinan adalah Kharfa (hrp) di wilayah Taif.

Anathoth ('ntwt): 'Antutah ('ntwt).

Azmaveth ('zmwt, dalam Ezra) atau Beth-azmaveth (byt 'zmwt, 'kuil' 'zmwt, dalam Nehemia):
al-'Usaymat ('smt, atau 'smyt) di daerah perbukitan Hurrath.

Adonikam ('dnyqm, tampaknya 'dny qm, 'tuanku' dari qm): satu di antara sejumlah pedesaan di
wilayah yang bernama al-Qa'im (q'm) agaknya nama seorang dewa kuno.

b. Wilayah Rijal Alma'

Netophah (ntph): Qa'wat Al Natif ('bukit' 'dewa' ntp).

Bethel (byt 'l): Batilah (btl), telah dikenali dalam Bab 7.

Ai (h-'y): Al-Ghayy (gy), telah dikenali dalam Bab 7.

Barzillai dari Gileadit (brzly h-gl'dy, keduanya dalam bentuk genitif, nama-namanya yang ada dalam
nominatif adalah brzl dan gl'd): al-Barsah (nampaknya 'l brs, yaitu metatesis dari brzl), dikenali
sehubungan dengan al-Ja'd yang terletak di dekatnya ('l-g'd, yaitu gl'd; lihat Bab 1).

c. Wilayah Bahr dan Birk

Azgad ('zgd, nampaknya 'z gd): kemungkinan besar adalah 'Azz ('z), di wilayah Birk, dikenali
sehubungan dengan Habis al-Qad (qd) di dekatnya, yang terletak di wilayah kuno Muhayil, sebuah
daerah yang letaknya berdekatan.

Hebaiah (dalam Ezra atau Hobaiah dalam Nehemia, keduanya tertulis sebagai hbyh): Habwah (hbwh)
di wilayah Bahry kecuali kalau itu adalah sebuah desa yang memakai nama yang sama di wilayah
Bani Shahr, atau Khabyah (hbyh) di wilayah Jizan. Habwa (hbw) dan Khabwa (hbw) di Wadi Adam
kemungkinannya kecil sebagai tempat-tempat asal orang-orang tersebut.

d. Wilayah Muhayil

Adin ('dyn): 'Adinah ('dyn).

Elam ('ylm): 'Alamah ('lm); kecuali kalau itu adalah Al 'Alam ('lm) di wilayah Tanumah pegunungan
Sarat.

e. Wilayah Ballahmar-Ballasmar

Cherub (krwb): Kharbah (krb); kecuali kalau tempat itu adalah al-Qaribah (qrb) di wilayah Jizan, atau
sebuah Qaribah lagi di wilayah Taif.

Bebai (bby): Bab (bb), di punggung bukit Jabal Dirim.

Thummim (tmym): Al Tammam (tmm).

f. Wilayah Bariq
Parosh (pr's), mungkin al-Ja'afir (g'pr, metatesis dari pr's, menyuarakan bunyi desah s menjadi g);
kecuali kalau itu adalah al-Ja'afir di wilayah Qunfudhah di dekatnya; 'Ajrafah ('grp) di wilayah Bahr;
atau al-'Arafijah (rpg) di dataran tinggi Ghamid.

g. Wilayah Majaridah

Gibeon (gb'wn, hanya dalam Nehemia): Al Jab'an (gb'n).

Nebo (nbw): Nibah (nb); kecuali kalau itu adalah Nabah (nb), yaitu Nebo-nya Nabi Musa (Gunung
Nebo) di wilayah Taif (lihat Bab 7, Catatan 5), atau sebuah Nabah lagi di punggung bukit yang
terasingkan di Jabal Dirim di wilayah Ballasmar.

h. Wilayah Qunfudhah

Gibbar (gbr, hanya dalam Ezra): Qabar (qbr); kecuali kalau itu adalah Jubar (gbr) di wilayah yanug
sama, atau satu di antara beberapa tempat-tempat dengan nama yang sama atau berbagai bentuk
dari nama ini di bagian-bagian lain di Arabia Barat.

Hadid (hdyd): Hadhidh (hdd, harus ditulis sebagai hdyd); kecuali itu juga Hadad (hdd), di daerah Taif,
atau Wadi Hadid (hdd, harus ditulis sebagai hdyd), di wilayah Jizan.

Urim ('wrym): al-Riyam (rym); kecuali kalau itu adalah Al-Riyamah (rym) di wilayah Bani Shahr.

Kiriath-Jearim (qryt y'rym), Chephirah (kpyrh) dan Beeroth (b'rwt): konteks Yosua 9:17 yang
menyebut ketiga nama tempat tersebut secara bersamaan dan berhubungan dengan Gibeon (lihat di
atas, di bawah Wilayah Majaridah), jelas menunjuk pada wilayah pedalaman Qunfudhah yang lebih
luas. Di sekitar daerah ini terdapat Kiriath-Jearim (Qaryat 'Amir, atau qryt 'mr) dan Chephirah
(Qifarah, atau qprh) dan Rabthah (rbt) yang mungkin adalah Beeroth.

i. Wilayah Wadi Adam

Pahath-moab (pht mw'b): Fatih (pth) dikenali sehubungan dengan Umm al-Yab ('m yb) di dekatnya,
yaitu Moab yang tertera dalam Bibel (lihat Bab 5).

Yeshua (ysw', ditulis dalam Ezra dan Nehemia sebagai tanah jajahan Pahath-moab): Sha'yah (s'y)
(mengenai tanah jajahan yang lain, yaitu 'Joab', lihat di bawah wilayah Taif).

Yorah (ywrh, hanya dalam Ezra): Waryah (wryh).

Bethlehem (byt lhm, atau 'kuil' lhm, secara harfiah berarti 'roti, makanan, perbekalan'; nampaknya
nama dewa perbekalan): Umm Lahm ('m lhm) yang berarti 'ibu', dengan kata lain 'dewi' 'roti,
makanan, perbekalan').[4]

Ramah (h-rmh, dengan kata sandang tertentu): Dha al-Ramah (yang 'satu' dari rmh, di sini dengan
kata sandang tertentu Arab yang berarti 'dewa' 'bukit').[5]

Geba (gb', ditulis dalam Ezra dan Nehemia sehubungan dengan 'Ramah'): Jab' (gb').

Michmas (mkms): Maqmas (mqms).[6]

Magbish (mgbys, hanya terdapat dalam Ezra): Mashajib (msgb).

j. Daerah pedalaman Lith yang lebih luas

Tobiah (twbyh): mungkin Buwayt (bwyt) di Wadi al-Jayizah.

Ono ('wnw): Awan ('wn); kecuali kalau itu adalah Waynah (wyn) di wilayah Bani Shahr.
Joab (yw'b): al-Yab (yb) di wilayah Ghamid, di dekat Baljurshi. Tertulis dalam Ezra dan Nehemia
sebagai sebuah tanah jajahan dari Pahath-moab (lihat di bawah Wadi Adam), al-Yab terletak di
dataran tinggi di sebelah timur Wadi Adam. Sebuah Joab lagi terletak lebih dekat di Pohath-moab,
yaitu Buwa' (bw'), di wilayah Taif. Namun nama-nama Joab (yw'b) dan al-Yab jelas adalah sama.

Elam 'yang lain' (ylm 'hr): referensinya adalah kepada dua buah lembah yang berdekatan di dataran
rendah Zahran yang bernama Wadi al-'Alma' ('lm) dan Wadi Yahar (yhr). Tidak ada Elam 'yang lain'
yang dipermasalahkan.

k. Wilayah Taif

Zaccai (zky): Qasya (qsy); kecuali kalau itu adalah Wadi Qisi (qsy) di wilayah Jizan.

Bani (bny, dalam Ezra) atau Binnui (bnwy dalam Nehemia): kekeliruannya adalah antara kedua buah
tempat di wilayah Taif, yaitu pedesaan Binni (bny) dan Banya' (bny').

Lod (ld): Lidd (ld); kecuali kalau itu adalah Liddah (ld) di Wadi al-Ja'izah di pedalaman Lith.

Yericho (yrhw): Warkhakh (wrh); kecuali kalau itu sama dengan Yericho (yrhw) yang dibahas dalam
Bab 7, yang merupakan Warakh (juga wrh) di dataran tinggi Zahran.

Keseluruhannya, dari 130 nama tempat yang dikenali dalam daftar-daftar Ezra dan Nehemia yang
telah saya hubungkan dengan kota-kota di Arabia Barat yang disebutkan di atas, hanya pengenalan
terhadap beberapa saja yang masih diragukan. Namun yang mungkin lebih penting adalah bahwa
hanya sedikit di antara nama-nama yang telah dikenali dengan lokasi-lokasi di Palestina (dalam
Simons hanya ada 10); lagi pula hanya dalam beberapa kasus saja (terutama Bethlehem, Lod, Nebo
dan Yericho) nama-nama Palestinanya cocok dengan nama-nama menurut Bibel mereka yang asli
tanpa menimbulkan pertanyaan-perlanyaan yang belum dapat terjawab (lihat Simons, alinea 1011f).
Ini saja seharusnya sudah cukup untuk membawa kita pada suatu kesimpulan bahwa tanah menurut
Bibel Yudah, yang berbeda dengan Yudaea di Palestina (atau 'tanah kaum Yahudi') pada zaman
Rumawi, dapat ditemui di Arabia Barat dan bukan di tempat-tempat lain. Sebenarnya Yudah
menurut Bibel adalah wilayah yang terdiri dari lereng-lereng maritim Hijaz bagian selatan dan Asir,
dari pedalaman Lith di utara sampai pada wilayah Jizan di selatan, bersamaan dengan wilayah Taif, di
seberang pembagi perairan dari pedalaman Lith. Memang saya dapat memberikan bukti-bukti yang
mendukung pendapat saya dengan jalan mengidentifikasikan nama-nama tempat yang tertera
sebagai terletak di Yudah dalam teks-teks yang lain, namun saya kira maksud saya telah dimengerti.
Lagi pula, saya tidak ingin lebih jauh mengganggu kesabaran para pembaca.

Kalau teks-teks Bibel yang relevan dibaca sebagaimana mestinya, yaitu dalam bentuk konsonan
Ibraninya, tanpa memandang pada tradisi-tradisi yang menyesatkan tentang itu, samasekali tidak
ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yudah kuno tidak terletak di lokasi lain di luar yang sudah
saya simpulkan. Bukti-bukti onomastiknya begitu hebat, sampai-sampai agaknya tidak perlu lagi
dukungan-dukungan arkeologis. Meskipun demikian, seperti yang telah saya kemukakan
sebelumnya, persoalan ini tidak mungkin terpecahkan dengan memuaskan semua pihak sehelum
adanya bukti-bukti arkeologis untuk mendukung gagasan saya. Dalam pada itu, agaknya patut untuk
mengusulkan bahwasanya dengan berdasarkan informasi yang telah saya sebutkan, Yudah paling
tidak jauh lebih besar kemungkinannya jika terletak di Arabia Barat daripada di Palestina.
"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD (1/2)

Mengatakan bahwa Yerusalem yang suci bagi umat-umat Yahudi, Kristen dan juga umat Islam
sebenarnya bukanlah tempat yang dikira oleh kebanyakan orang, nampaknya seperti sebuah
pernyataan yang lancang dan pasti akan membakar hati segenap penganut yang taat dari ketiga
agama besar tersebut. Saya tentunya tidak menyangkal bahwa kota Yerusalem seperti yang kita
ketahui sekarang ini berhak mempunyai reputasi sebagai Kota Suci. Namun saya ingin
mengemukakan bahwa ada sebuah Yerusalem lagi yang terletak di Arabia Barat, yang
keberadaannya mendahului Yerusalem yang terdapat di Palestina, dan bahwa sejarah 'Yerusalem'
sudah selayaknya bermula dari sini.

Kitab Bibel Ibrani mengatakan pada kita bahwa kerajaan 'Seluruh Israil' pada zaman Raja Sulaiman
membentang 'dari Dan, bahkan sampai pada Beersheba' (Raja-raja I 4:25). Sudah nmenjadi
anggapan umum bahwa Beersheba kini sebenarnya merupakan kota Bir Sab' di Palestina bagian
selatan, dan kota Dan telah dikenali terletak di lokasi yang sama dengan reruntukan Tall al-Qadi,
dekat hulu sungai Yordan yang sebagian besar berdasarkan pendapat bahwa kata qadi dalam bahasa
Arab berarti 'hakim' (bahasa Ibraninya dn). Namun seperti yang telah saya tunjukkan pada Bab 4,
Beersheba kemungkinan besar terletak di lokasi yang sama dengan desa Shaba'ah, kini di dataran
tinggi Asir, di dekat kota Khamis Mushait. Mengenai kota Dan yang tertera dalam Bibel, paling-paling
namanya bertahan di Arabia Barat dalam bentuk desa Danadinah (bentuk jamak dn dalam bahasa
Arab) di dataran rendah Zahran dan di sebelah selatan Wadi Adam, seperti yang akan saya tunjukkan
lebih jauh lagi pada Bab 10 dan 14.

Ibukota Sulaiman, yaitu Yerusalem, mestinya terletak antara kedua pemukiman tersebut,
kemungkinan besar sebuah desa yang kurang dikenal, dengan nama Al Sharim ('l srym), di dekat kota
Nimas, di sepanjang puncak Sarat Arabia Barat. Kemungkinan lain tempat tersebut juga dapat
terletak beberapa kilometer lebih jauh ke arah selatan, di sekitar daerah Tanumah. 'Yerusalem'
mungkin dapat bertahan terus sebagai nama desa Arwa ('rw) yang dikenali sehubungan dengan desa
Al Salam (slm) di dekatnya, yang menghasilkan nama gabungan Arwa-Salam ('rw slm); bandingkan
dengan yrwslm dalam Bibel, yang dimaksud sebagai Yerusalem).

Setelah Sulaiman wafat, kerajaan 'Seluruh Israil'-nya. Dibagi-bagikan kepada para keturunannya yang
terus berkuasa di Al Sharim sebagai raja-raja 'Yudah'; serangkaian penguasa-penguasa lainnya
dengan jelas menyebut diri mereka sebagai raja-raja 'Israil'. Akhirnya raja-raja 'Israil' tersebut
mendirikan ibukota mereka di Samaria (dalam Bibel adalah Shomeron, atau smrwn) yang telah saya
kenali sebagai desa Shimran (smrn) di dataran rendah wilayah Qunfudhah, dekat kaki Sarat. Dari
ibukota mereka raja-raja 'Israil' itu menguasai sebuah wilayah yang mencakup bagian utara wilayah
'Yudah' sampai sejauh Taif.

Tetapi untuk sementara waktu perhatian saya terpusat pada Yerusalem; masalah yang lebih rumit
mengenai penempatan 'Yudah' dan 'Israil' akan dibahas dalam bab berikutnya. Kitab Bibel Ibrani
mengatakan bahwa Daud merampas Yerusalem dan 'benteng' Zion dari orang-orang Yebusit, dan
memindahkan ibukotanya ke sana dari Hebron pada tahun kedelapan kekuasaannya sebagai raja
Yudah (Samuel II 5:5-10). Dari kelima Hebron (hbrwn) yang kini masih ada dengan nama Khirban
(hbrn, secara metatesis) di lerengan maritim Asir, saya kira ibukota Daud yang pertama
kemungkinan besar adalah Khirban di wilayah Majaridah yang sekali waktu pernah merupakan
Hebron-nya Abram, atau Abraham (lihat Bab 13). Hebron-nya Daud tak mungkin terletak di
Palestina, karena di sana tampaknya tak terdapat tempat semacam itu.

Memang benar umat Yahudi dan Kristen secara tradional telah menempatkan Hebron menurut Bibel
pada kota al-Khalil di daerah perbukitan di sebelah selatan Yerusalem Palestina. Apalagi karena
tempat tersebut dihubungkan dengan karir Ibrahim (Abraham) yang disebut di dalam Qur'an (4:25)
sebagai teman (bahasa Arabnya hlyl, disuarakan halil, atau 'Khalil) Tuhan, kaum Muslimin juga telah
menerima penyamaan kalangan Yahudi dan Kristen terhadap al-Khalil dengan Hebron Ibrahim.
Bagaimanapun juga, sama sekali tidak mungkin jika nama tempat al-Khalil berarti 'teman'.
Kemungkinan besar al-Khalil adalah sebuah bentuk nama tempat Semit yang lebih tua yang telah
diarabkan, yaitu hlyl (dari kata Ibrani hll, 'melubangi', bandingkan dengan kata Arab hll, 'menembus,
melubangi, masuk ke dalam') yang berarti 'gua'. Dengan demikian kota di Palestina tersebut
mestinya mengambil namanya dari sebuah gua yang terkenal di sekitar daerah itu (disebut oleh para
ahli geografi Arab) yang ditahbiskan oleh tradisi-tradisi yang mendatang sebagai makam keramat
Ibrahim. Namun di Asir kita menjumpai dukungan yang lebih jauh bahwasanya Khirban di wilayah
Majaridah, di daerah pedalaman Qunfudhah, merupakan ibukota pertama Daud karena di sana kita
menjumpai sejumlah nama tempat yang berhubungan dengannya. Nama-nama itu adalah: Gibeon
(gb'wn), kini al-Jib'an (gb'n) dan Helkath-hazzurim (hlqt h-srym), kini al-Halq (hlq) dan al-Siram (srm'),
semuanya terletak di sekitar daerah yang sama (lihat Samuel II 2:16).

Semua persamaan di atas dengan tepat mendukung pendapat saya bahwa Yerusalem mestinya
adalah Al-Sharim yang terletak cukup jauh dari Khirban menuju puncak bukit ke arah timur di
ketinggian Nimas, hanya terletak di seberang tebing curam Asir. Dalam halnya orang-orang Yebusit
(h-ybw sy, genitif ybws) yang semula memegang kota tersebut, kemungkinan besar mereka adalah
satu di antara sejumlah suku yang menghuni Arabia Barat kuno (lihat Bab 15). Tiga buah tempat di
sana, di antara yang lain, jelas terus memakai nama-nama itu: desa Yabasah (ybsh) di Wadi Adam;
lembah Wadi Yabs (ybs) atau Yubays (ybs) di sisi maritim wilayah Ghamid; dan desa Yabs (ybs) di
wilayah Qunfudhah.

Jika saya telah berhasil membawa para pembaca sampai sejauh ini dalam masalah perubahan
tempat menurut Bibel Ibrani dari Palestina ke Arabia Barat, ini sebagian besar karena saya telah
dapat mengenali tidak hanya satu tetapi beberapa tempat yang disebutkan dalam sebutan-sebutan
tertentu dalam Bibel sebagai terletak saling berdekatan di wilayah yang sama dengan tempat yang
menurut keyakinan saya adalah lokasi berlangsungnya sejarah menurut Bibel. Namun mengenai
masalah Yerusalem pembaca mungkin akan menuntut lebih banyak bukti-bukti yang lebih
meyakinkan daripada yang dapat dihasilkan oleh studi toponimik. Maka dari itu, marilah kita
memulai dengan pedudukan oleh Daud atas Yerusalem seperti yang dikisahkan dalam teks Ibrani
Samuel II 5:6-10. Sampai kini para ahli Bibel belum puas dengan informasi yang diberikan oleh teks
tersebut yang mereka anggap terlalu terbatas, mengingat bahwa teks tersebut membicarakan suatu
kejadian sepenting sejarah bangsa Israil (contohnya, lihat Kraeling, hal 195-197). Namun
kesalahannya bukan terletak pada cara yang secara tradisional dipergunakan guna membaca dan
menafsirkannya. RSV, misalnya, menterjemahkannya sebagai berikut:

Dan raja itu beserta pasukannya pergi ke Yerusalem melawan orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy),
penghuni-penghuni tanah itu, yang berkata kepada Daud, 'Engkau tak akan masuk ke dalam, hanya
mereka yang buta dan pincang saja yang akan mengusirmu' - sambil berpikir, 'Daud tidak dapat
masuk ke dalam' (l' tbw' hnh 'm hsyrk h-'wrym w-h-pshym l-'mr l' ybw' dwd hnh). Walaupun
demikian, Daud merebut benteng Zion (w-ylkd dwd 't msdt sywn), yaitu Kota Daud. Dan Daud pun
berkata pada hari itu 'Barangsiapa yang akan memukul orang-orang Yebusit, hendaklah ia menaiki
terowongan air untuk menyerang mereka yang buta dan yang pincang, yang dibenci oleh jiwa Daud'
(w-y'mr dwd b-ywm h-hw' kl mkh ybwsy w-yg b-snwr w-'t h-pshym w-'t h-'wrym sn'w nps dwd).
Maka konon, 'mereka yang buta dan yang pincang tidak akan masuk ke dalam rumah' ('l kn y'mrw
'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Dan Daud pun menempati benteng itu (b-msdh), dan menamakannya Kota
Daud. Dan Daud pun mendirikan kota itu (sbyb) secara berputar dari Millo menuju ke dalam (mn
hmlw' w-byth, secara konvensional dibaca mn h-mlw' w-byth). Dan Daud pun menjadi lebih besar,
karena Tuhan, Dewa dari semua tuan rumah berada bersamanya (w-yhwh 'lhy sb'wt 'mw).

Berbeda dengan terjemahannya, versi Ibrani yang orisinal tidak menyebutkan bahwa Daud dan
pasukannya pergi ke Yerusalem 'melawan' orang-orang yang ada di sana; versi ini hanya mengatakan
bahwa mereka pergi 'ke' orang-orang Yebusit ('l h-ybwsy). Ini mungkin menunjukkan bahwa Daud
belum tentu menaklukkan Yerusalem; karena kota tersebut telah ditundukkan oleh orang-orang
Israil sebelumnya, pada zaman 'Hakim-hakim'. Pada waktu penjajahan, orang-orang Yebusit yang
tinggal di Yerusalem diperbolehkan menetap di sana, dan mereka masih tetap berada di tempat itu
sewaktu kitab Hakim-hakim ditulis, yang terjadi lama sesudah zaman Daud (lihat Hakim-hakim 1:8,
21, 21:25). Maka yang ditaklukkan oleh Daud setelah ia pergi 'ke' (bukan 'melawan') Yerusalem
samasekali bukan Yerusalem. Tempat tersebut merupakan tempat lain, sebuah tempat yang dalam
bahasa Ibrani bernama msdt sywn, biasanya diterjemahkan sebagai 'benteng' Zion. Kota msdh inilah,
dan bukan Yerusalem, yang namanya diganti menjadi Kota Daud. Kini jelaslah bahwa msdh ini
merupakan bagian wilayah kekuasaan Yebusit. Setelah ia mendudukinya Daud berkata, 'pada hari ini
pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan' (harfiahnya 'pada hari ini semua orang-
orang Yebusit kalah'). Ini jelas merupakan arti teks Ibrani yang orisinal: w-ylkd dwd 't msdt sywn w-
ymr dwd b-ywm h-hw'kl mkh ybwsy).

Sebenarnya orang-orang Israil sebelum zaman Daud, setelah menduduki Yerusalem, telah mencoba
untuk menundukkan daerah 'Selatan' (h-nqb), dan juga 'daerah perbukitan' (h-hr) dan 'dataran
rendah' (h-splh) milik orang-orang Kanaan (Hakim-hakim 1:9), namun tanpa hasil. Dalam teks
tersebut samasekali tidak dibahas mengenai penaklukkan atas daerah-daerah ini pada waktu itu.
Inilah sebabnya mengapa Daud, sewaktu ia menduduki msdh, dapat mengumumkan 'pada hari ini
pendudukan atas orang-orang Yebusit telah dilaksanakan'. Msdh yang dipermasalahkan ini timbul
dalam teks-teks Bibel lainnya sebagai hr sywn (Gunung Zion, atau 'bukit' Zion). Menurut pendapat
saya tempat tersebut tidak mungkin kalau bukan punggung bukit wilayah Rijal Alma', di sebelah
barat Abha dan di sebelah selatan Nimas, yang namanya sampai kini masih dipakai oleh satu di
antara sejumlah pedesaannya, yaitu Qa'wat Siyan ('bukit' syn, dieja pada hakekatnya seperti dalam
bentuk Bibelnya). Pada punggung bukit yang sama tersebut kini terdapat dua buah pedesaan,
sebuah bernama Samad (smd) dan sebuah lagi bernama Umm Samdah ('m smdh, 'm yang pertama
adalah kata sandang tertentu yang telah disahkan dari dialek Arab setempat). Msdh-nya sywn yang
kemudian menjadi Kota Daud kemungkinan besar adalah desa yang kedua. Pada punggung bukit itu
pula terdapat sebuah desa lagi yang kini bernama al-Hamil (hml). Ini tentunya adalah 'Millo' (hmlw')
dalam teks yang sedang kita bahas ini, dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang berakhiran
dari nama menurut Bibel tempat tersebut diarabkan menjadi kata sandang tertentu yang berawalan,
dari bentuk nama yang sama sekarang.

Dalam terjemahan RSV yang disebutkan di atas, ungkapan Ibrani w-ybn dwd sbyb mn hmlw' w-byth
diterjemahkan sebagai 'dan Daud pun mendirikan kota itu secara berputar dari Millo menuju ke
dalam'. Millo biasanya dimengerti sebagai 'Akropolis'-nya Yerusalem Palestina, seperti halnya Zion
secara umum dimengerti sebagai 'benteng' Yerusalem yang sama tersebut, 'benteng' di sini adalah
terjemahan standar msdh. Namun kata Ibrani sbyb sebenarnya berarti 'tembok', bukan 'kota itu
secara berputar'. Yang didirikan Daud, setelah menduduki apa yang kini merupakan Umm Samdah di
punggung bukit Siyan di Rijal Alma', adalah 'sebuah tembok hmlw'', dengan perkataan lain sebuah
tembok yang membentang menuju 'ke dalam' (w-byth) dari desa yang kini adalah al-Hamil. Mungkin
juga tembok itu didirikan 'dari al-Hamil dan byth', dan byth merupakan sebuah tempat lain di dekat
al-Hamil yang namanya kini tidak ada lagi (bandingkan dengan al-Ba'thah, atau b'th, di wilayah
Madinah; al-Batah, atau b'th di Wadi Adam; Bathyah atau btyh di sebelah timur laut Lith); seraya
menantikan bukti-bukti yang lebih jauh, mustahil untuk lebih tepat dari ini. Jelaslah bahwa Daud
bermaksud menjadikan desa Umm Samdah yang kini terletak di punggung gunung Qa'wat Siyan
(atau Gunung Zion), sebagai ibukota kedua yang merupakan cabang Yerusalem --sebuah kompleks
pertahanan yang meliputi Umm Samdah dan al-Hamil guna mempertahankan kerajaannya dari
selatan. Inilah gambaran mengenai tempat tersebut dalam Mazmur 4S:13-14:

Kelilingilah Zion dan edarilah dia, hitunglah menaranya, perhatikanlah temboknya, jalanilah puri-
purinya, supaya kamu dapat menceritakannya kepada angkatan yang kemudian.[1]

Di sini saya perlu menegaskan bahwa berlawanan dengan kesan yang telah ada, Kitab Bibel Ibrani
samasekali tidak mengatakan bahwa Zion atau Kota Daud, yang jelas terdapat di sana, merupakan
bagian dari Yerusalem.

Disebutkannya Zion secara bersamaan dengan Yerusalem dalam sejumlah sebutan menurut Bibel
(contohnya Mazmur 102:21; 125:1, 2; 135:21; 147:12) tidak berarti menunjukkan jarak ataupun
persamaan identitas geografis antara mereka.

Dari teks-teks Mazmur yang berbeda-beda (misalnya 65:1; 74:2; 76:2; 132: 13, 135:21) kita dapat
menyimpulkan bahwa Zion atau 'Gunung Zion' di samping terletak pada punggung bukit yang sama
dengan kota Daud, juga ditetapkan oleh Daud sebagai tempat suci, agaknya untuk menggantikan
tempat suci 'Salem' (slm, lihat Bab 12, bukan 'Yerusalem'; lihat Mazmur 76:2). Maka dari itu lokasi
tempat suci Zion, berbeda dengan kota Daud, mestinya ada pada ketinggian desa Qa'wat Siyan kini
terdapat.

Akhirnya saya ingin mempertimbangkan sebuah alternatif dari pembacaan 'wr dan 'wrym pada
Samuel 5:6-10 yang biasanya diartikan sebagai 'buta' dan psh dan pshym sebagai 'pincang'. Menurut
terjemahan standar Bibel, orang-orang Yebusit mengejek Daud dengan sesumbar mengatakan
bahwa mereka akan menyerahkan pertahanan Yerusalem pada mereka yang buta dan yang pincang
di antara mereka; yang memberi kesan seolah-oleh Yerusalem benar-benar dipertahankan oleh
orang-orang cacat saja. Kemudian Daud memerintahkan sebuah penyerangan terhadap mereka
melalui terowongan air (b-snwr) dan kita diberitahu lebih jauh bahwa Daud menaruh kebencian
terhadap orang-orang buta dan pincang, yang merupakan penyebab mengapa mereka dilarang
masuk ke dalam 'rumah' (dianggap berarti tempat pemujaan Yerusalem) --sebuah regulasi yang tidak
disahkan dalam teks-teks Bibel Ibrani lainnya. Akal pikiran yang sehat sendiri akan membuat kita
ragu terhadap pembacaan tersebut, maka tidak mengherankan jika teks Ibrani yang bersangkutan
menceritakan hal ini dengan cara yang lain. 'Wrym dan pshym paling tidak di dalam konteks ini
bukanlah orang-orang 'buta' dan orang-orang 'pincang', melainkan mereka merupakan penghuni-
penghuni suku di dua distrik pegunungan di bagian utara wilayah Jizan di sebelah selatan Rijal Alma'
--nampaknya mereka adalah suku-suku yang sama yang gagal ditaklukkan oleh orang-orang Israil
setelah pendudukan mereka atas Yerusalem sebelum zaman Daud (lihat di atas). Selanjutnya di
wilayah orang-orang 'wrym, yang tentunya bernama 'wr, yang kini merupakan punggung bukit Jabal
'Awara, ('wr), di sebelah utara Jabal Harub, kini terdapat sebuah desa yang bernama Sarran (srn,
yaitu metatesis dari kata Bibel snwr) sebuah kata yang dengan salah diartikan sebagai 'terowongan
air' oleh para penterjemah. Selanjutnya wilayah orang-orang pshym yang mestinya bernama psh
adalah daerah di sekitar desa yang kini bernama Suhayf (shyp) di punggung Jabal al-Hashr, di sebelah
selatan Jabal Harub. Dengan demikian kita harus menafsirkan kejadian-kejadian yang berlangsung
setelah datangnya Daud ke Yerusalem sebagai berikut:

Sewaktu Daud datang ke Yerusalem, orang-orang Yebusit setempat mengatakan padanya agar ia
tidak menetapkan diri di sana sebelum ia menaklukkan suku-suku wilayah 'Awra' dan Suhayf di Rijal
Alma'. Yang mereka berikan kepadanya adalah sebuah nasihat yang bijaksana, dan bentuk
orisinalnya, yang tertulis dalam bahasa Ibrani tampaknya dituliskan dalam bentuk syair:

Mereka mengatakan pada Daud, 'Jangan datang ke mari; Jika engkau tidak mengenyahkan orang-
orang wrym dan pshym, Daud tidak diperbolehkan datang ke mari'.[2]

Ini mendorong Daud untuk bergerak ke arah selatan guna melengkapi pendudukan atas wilayah
Yebusit dengan jalan menduduki tempat yang kini bernama Umm Samdah di punggung Siyan di Rijal
Alma'. Dari sana ia terus menuju ke selatan 'dan sampai di Sarran (w-yg' b-snwr) berdampingan
dengan pshym dan 'wrym (w-'t h-pshym w-'t h-'wrym)'. Dari kedua suku pengacau ini tampaknya
ada sebuah ungkapan populer yang bersifat mencela yang mengatakan bahwa mereka 'tidak
diperbolehkan masuk ke dalam rumah' (harfiahnya, 'wr dan psh tidak akan memasuki rumah': dalam
bahasa Ibraninya 'wr w-psh l' ybw' 'l h-byt). Menurut teks Ibrani, agaknya mereka tidak menyenangi
Daud:
'Mereka membenci orang yang bernama Daud itu (s'nw nps dwd); Oleh sebab itu itu konon ('l kn
y'mrw) 'wr dan psh tidak diperkenankan masuk rumah'.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

9. YERUSALEM DAN KOTA DAUD (2/2)

Sehubungan dengan itu, teks tersebut juga berbicara mengenai pendirian Kota Daud dan
pembangunan kubu-kubu pertahanan Kota itu di Gunung Zion tepat setelah menceritakan ekspedisi
Daud melawan orang-orang 'wrym dan orang-orang pshym, dengan kata lain melawan suku-suku
daerah perbukitan Jabal 'Awra' dan Suhayf di selatan Rijal Alma'. Ini menunjukkan bahwa
ekspedisinya ke daerah tersebut merupakan suatu unjuk kekuatan yang tidak langsung berakhir
dengan penjajahan atas daerah mereka. Tak disangkal lagi, Daud mendirikan ibukota yang kedua di
Rijal Alma' untuk dirinya sendiri guna membuat waspada suku-suku yang keras kepala dari daerah
selatan. Kini kekuatan Daud menjadi 'lebih besar'. Tuhannya sb'wt (bukan 'semua tuan rumah',
melainkan sebuah desa yang kini bernama Sabayat atau sbyt di wilayah Nimas, lihat Bab 12) 'berada
bersamanya' [w-yhwh (di sini 'berada' bukan 'Yahweh' atau 'Tuhan') ... 'mw].

Sehubungan dengan penafsiran ini, kita perlu mencari Yerusalem yang tertera dalam Bibel (Ibraninya
yrwslm, diuraikan menjadi yrw slym)[3] di daerah ke arah utara punggung Siyan (Gunung Zion) di
Rijal Alma'. Kemungkinan besar Yerusalem ini (berbeda dengan Yerusalem Palestina, lihat Bab I)
merupakan suatu pemukiman kira-kira 35 kilometer di utara kota Nimas, di sepanjang puncak
pegunungan Asir dan di sebelah utara Abha. Bahkan menurut hemat saya Yerusalem adalah sebuah
desa yang kini bernama Al Sharim ('l srym) yang namanya mengalami perubahan kecil ke dalam
bahasa Arab dari bentuk aslinya, yaitu yrw slym (pengalihan r dan l antara kedua bagian nama
gabungan tersebut).[4] Pada ketinggian kira-kira 2,500 meter, wilayah Nimas sebagai lokasi yang
diperkirakan merupakan Yerusalem menurut Bibel, terletak pada posisi yang strategis, baik untuk
menguasai lerengan di sisi daratan maupun di sisi laut Asir. Lebih lagi, sebuah jalan raya kuno yang
terbentang di atas tebing curam sepanjang pembagi air Sarat menghubungkannya dengan Abha
Khamis Mushait di selatan, dan dengan Ghamid, Zahran serta wilayah-wilayah Taif di utara, dengan
kata lain sepanjang tanah Israil dan Yudah. Sebagai tambahan, daerah ini sangat kaya akan
peninggalan-peninggalan arkeologis yang masih perlu diteliti. Di tempat ini pada zaman Bibel berdiri
kuil-kuil pemujaan yang tak terhitung lagi jumlahnya (lihat Bab 12), di antara mereka ada tempat
pemujaan yang dikenal sebagai 'Tuhan dari semua tuan rumah' (Tuhannya Sabayat, lihat di atas).
Untuk mencapai Yerusalem tersebut di wilayah Nimas dari ibukota aslinya Hebron di wilayah
Majaridah (lihat di atas), Daud tidak perlu berjalan jauh mendaki bukit di sepanjang lembah Wadi
Khat. Sebagai sebuah ibukota kerajaan yang mencakup sebagian besar Asir, Yerusalem secara
strategis merupakan tempat yang jauh lebih baik daripada Hebron.

Walaupun Daud tampaknya menganggap Yerusalem yang terletak dekat tempat pemujaan Sabaoth
yang dimuliakan itu (kini Sabayat lihat di atas) sebagai ibukota yang resmi, mungkin ia lebih banyak
menetap di ibukotanya yang kedua, yaitu Kota Daud, dan benar-benar menjaga perbatasan-
perbatasannya di sebelah selatan dengan teliti. Ia wafat di tempat tersebut, atau paling tidak di
sanalah ia dimakamkan (Raja-raja I 2:10). Putranya dan penggantinya, yaitu Sulaiman, yang
nampaknya mendampinginya pada saat ia wafat, tetap tinggal di Kota Daud (dengan perkataan lain
Umm Samdah di Rijal Alma') 'sampai ia selesai mendirikan rumahnya sendiri dan rumah Tuhan dan
tembok-tembok di sekeliling Yerusalem' (Raja-raja I 3:1). Hanya kemudianlah ia pergi untuk memberi
pengorbanan-pengorbanan di Gibeon (kini Al Jib'an, atau gb'n di wilayah Majaridah) dan setelah itu
dia memasuki Yerusalem (Raja-raja I 3:4, 15). Kebetulan saja perjalanan Sulaiman dari Kota Daud
menuju Yerusalem dengan jalan melewati Gibeon secara geografis masuk di akal. Sebuah jalan yang
bertolak dari Rijal Alma' menuju ke wilayah Nimas memang melewati wilayah Majaridah yang kini
terdapat desa Al Jib'an.

Lagi pula kisah mengenai kenaikan tahta Sulaiman jelas menandakan bahwa Kota Daud dan
Yerusalem merupakan dua buah tempat yang berbeda yang berjarak agak jauh antara satu dengan
lainnya. Sebenarnya jarak antara Umm Samdah di Rijal Alma' dan Al Sharim di wilayah Nimas dengan
pesawat terbang adalah 80 atau 90 km, dan jarak perjalanan melalui pelbagai jalan pegunungan
antara kedua kota tersebut sangat lebih-jauh. Berbeda dengan ayahnya, yaitu Daud, Sulaiman
menghiasi dan memperkuat pertahanan Yerusalem dan membuat kota itu tempat kediamannya.
Berkenaan dengan kenyataan bahwa Kota Daud dan Yerusalem merupakan dua buah tempat yang
berbeda, 'tangga-tangga' di Yerusalem yang 'turun dari Kota Daud' (h-m'lwt h-ywrdwt m-'yr dwd)
tidak boleh mengacaukan masalah ini karena 'tangga-tangga' tersebut sebenarnya adalah 'altar-
altar' atau 'mimbar-mimbar' (m'lwt) yang telah 'diangkut, dipindahkan' (ywrdwt) dari Kota Daud ke
Yerusalem (Nehemia 3:15) kemungkinan pada zaman pemerintahan Sulaiman. Maka dari itu jika kita
menganggap bahwa Yerusalem menurut Bibel tersebut bukanlah Yerusalem yang terletak di
Palestina tetapi kemungkinan besar adalah desa Al Sharim yang kini terletak di wilayah Nimas di Asir
atau tempat lain di dekat daerah itu (lihat Catatan 4), maka ini akan memungkinkan kita untuk
mengenali dengan kadar kepastian yang berbeda-beda banyak hal-hal yang berhubungan dengan
Yerusalem yang ada dalam teks-teks Bibel. 'Gerbang-gerbang' (dalam bahasa Ibrani, tunggalnya
adalah s'r) Yerusalem adalah sebuah contoh dari masalah ini; gerbang-gerbang tersebut dapat
dikenali melalui tempat-tempat yang memberi namanya pada mereka, yang tentunya menunjukkan
arah-arah ke mana gerbang-gerbang tersebut dibuka:

Gerbang 'Benyamin' (bn ymn) (Yeremia 37:13; 38:7; Zakaria 14:10): di antara beberapa kemungkinan
yang ada, mungkin ini adalah Dhat Yumn (ymn) di wilayah Ballasmar-Ballahmar.

Gerbang 'Sudut' (h-pnh) (Raja-raja II 14:13, bandingkan dengan Tawarikh II 15:23; 26:9; Yeremia
31:38; Zakaria 14:10): nampaknya ini adalah al-Nayafah (nyph, dengan kata sandang tertentu Arab)
di wilayah Banu 'Amr di Sarat.
Gerbang 'Kotoran' (h-'spt) (Nehemia 2:13; 3:13, 14; 13:1): di antara beberapa kemungkinan yang
ada, tempat ini mungkin adalah Fatish (pts) di Wadi Adam atau Shatfah (stp) di wilayah Taif.

Gerbang 'Timur' (mzrh, dibaca m-zrh, 'dari tempat kebangkitan') (Nehemia 3:29): Al Muhriz (mhrz),
satu di antara dua buah pedesaan yang memakai nama ini di wilayah Bani Shahr dan Ballahmar di
sebelah barat Nimas.

Gerbang 'Ephraim' ('prym) (Raja-raja II 14:13, bandingkan dengan Tawarikh II 25:23; Nehemia 8:16;
12:39): Wafrayn (wpryn, seperti 'prym dalam bentuk ganda) di wilayah Bani Shahr.

Gerbang 'Ikan' (h-dgym) (Tawarikh II 33:14; Nehemia 3:3; Zefanya 1:10): diantara beberapa
kemungkinan yang ada, kemungkinan besar Al Qadim (qdm) di sisi barat Wadi Bishah tepat di
sebelah timur Sarat.

Gerbang 'Air Mancur' (h-'yn) (Nehemia 2:14; 3:15; 12:37): referensi ini mungkin adalah kepada mata
air setempat di sana; atau pada desa yang kini adalah al-'Ayn ('yn, dengan kata sandang tertentu) di
Sarat, di wilayah Ballasmar yang merupakan desa terdekat dengan Nimas yang memakai nama ini.

Gerbang 'Kuda' (h-swsym) (Nehemia 3:26; Yeremia 31:40): referensi ini mungkin adalah pada desa
al-Susiyyah (bentuk jamak Arab sws) kini di wilayah Zahran; lebih cocok dengan al-Masus (mss,
metatesis dari swsym, juga dengan kata sandang tertentu) di Rijal Alma'.

Gerbang 'Inspeksi' (h-mpqd) (Nehemia 3:31): kemungkinan besar adalah pelabuhan al-Qunfudhah
(qnpd, dengan kata sandang tertentu) yang kini merupakan pelabuhan terdekat di wilayah Nimas
dan sekitarnya, yang namanya agaknya merupakan bentuk h-mpqd yang telah diubah ke dalam
bahasa Arab.

Gerbang 'Tengah' (h-twk) (Yeremia 39:3): al-Tuq (tq, dengan kata sandang tertentu) di Rijal Alma'.

Gerbang 'Yeshanah' (h-ysnh) (Nehemia 3:6; 12:39): Yasinah (ysnh) di daerah pedalaman Qunfudhah,
di sebelah barat wilayah Nimas.

Gerbang 'Penjara' atau 'Penjaga' (h-mtrh) (Nehemia 3:1, 32; 12:39): nampaknya Matir (mtr) di
wilayah Muhayil.

Gerbang 'Biri-biri' (h-swn) (Nehemia 3:1, 32; 12:39): Al Zayyan (zyn, secara fonologis sama dengan
swn) di wilayah Ballahmar.

Gerbang 'Benyamin Atas' (bn ymn h-'lywn) (Yeremia 20:2): tak diragukan lagi adalah Al Yamani (ymn)
di wilayah Balqran, di sebelah utara Nimas yang dikenali sehubungan dengan 'Alyan ('lyn) yang
terletak di dekatnya.

Gerbang 'Lembah' (h-qy') (Tawarikh II 26:9; Nehemia 2:13, 15; 3:13): di antara beberapa
kemungkinan yang ada, kemungkinan besar al-Jiyah (gy, dengan kata sandang tertentu) di wilayah
Nimas; kecuali kalau itu adalah al-Jaww (gy, dengan kata sandang tertentu), di wilayah Ballasmar di
sebelah Nimas.

Gerbang 'Air' (h-mym) (Ezra 8:1; Nehemia 3:26; 8:1, 3, 16; 12:37): ada kemungkinan kalau itu
merupakan al-Mumiyah (mmy, dengan kata sandang tertentu) di wilayah Bahr, di kaki bukit Rijal
Alma'; mungkin juga al-Mayayn (myyn, ganda dari kata Arab my, 'Air') di wilayah Madinah di
sepanjang jalan besar kafilah utama Arabia Barat yang menuju ke Suria; kecuali kalau referensinya
sebenarnya adalah pada sebuah 'perairan' lokal.
Gerbang 'di belakang para penjaga akan menjaga tempat ini' ('hr h-rsym w-smrm 't msmrt h-byt
msh, Raja-raja II 11:6): kalau diterjemahkan dengan lebih tepat sebagai hr-nya h-rsym dan smrtm di
sebelah menara penjagaan byt msh, akan diperoleh suatu referensi mengenai empat buah tempat.
Mereka adalah sebagai berikut, yang semuanya terletak di pedalaman Qunfudhah: Yuhur (yhr);
Sarum (srm, metatesis dari rsym); Samarah 'mereka' (smrt, m yang terakhir dalam smrtm yang
tertera dalam Bibel adalah kata ganti kepunyaan orang ketiga jamak); dan Hillat Maswa
('pemukiman', dan karena itu ada kata Ibrani byt, atau 'rumah', msw, bandingkan dengan kata dalam
Bibel msh).

Gerbang 'di belakang dua tembok' (byn h-hmtym, Raja-raja II 25:4, bandingkan dengan Yeremia
39:4; 52:7): referensinya adalah pada 'wilayah' (terbukti sebagai arti kuno kata Arab byn, disuarakan
btn) Al Hamatan (hmtn), di dataran tinggi Zahran (seperti kata Ibrani hmtym, tunggalnya adalah hmt,
bentuk dari nama itu yang telah diarabkan adalah dalam bentuk ganda).[5]

Gerbang 'Shallecheth' (slkt, Tawarikh I 26:16): Shaqlah (sqlt' di pedalaman Qunfudhah.

Gerbang 'Sur' (h-yswr, Raja-raja II 11:6; Tawarikh II 23:5): Al Yasir ('l ysr) di wilayah Tanumah, di
sebelah selatan Nimas menuju Abha.

Gerbang 'Yosua gubernur kota' (yhws' sr h-'yr, Raja-raja II 23:8): di sini kini desa Shu'ah (sw') di
wilayah Bahr tampaknya dikenali sehubungan dengan pedesaan al-Sirr (sr) dan al-Ghar (gr, secara
fonologis sama dengan 'yr) di Rijal Alma' di dekatnya (baca 'Shu'ah dari Sirr 'al-Ghar').

Gerbang 'Pecahan barang tanah' (h-hsrwt, Yeremia 19:2): al-Kharizat (hrzt, metatesis dari hsrwt, juga
dalam bentuk feminin jamak) di daerah sekitar Hali di wilayah Qunfudhah.

'Gerbang baru Yahweh' (s'r yhwh h-hds, Yeremia 26:10) atau 'gerbang baru rumah Yahweh' (s'r byt
yhwh h-hds, Yeremia 36:10): referensinya tampaknya adalah kepada sebuah tempat pemujaan
Yahweh kuno di desa al-Hadithah (hdt dengan kata sandang tertentu yang merupakan terjemahan
bahasa Arab dari kata Ibrani h-hds, 'baru'), kini di wilayah Qunfudhah.

'Gerbang atas rumah Yahweh, (s'r byt yhwh h-'lwyn, Tawarikh II 27:3, terjemahan yang lebih baik
adalah 'gerbang rumah Yahweh h-'lwyn'): tempat pemujaan yang dibicarakan adalah Al 'Alyan ('l 'lyn,
'Tuhan'-nya 'lyn) di wilayah Nimas (lihat Bab 12).

Gerbang 'Lama' (s'r h-r'swn, Zakaria 14:10): kemungkinan besar adalah Rawshan (rwsn) di Wadi
Bishah; kemungkinannya kecil kalau itu adalah Rishan (rsn) atau Rusan (rsn) di wilayah Taif.[6]

Kita dapat meneruskan lebih jauh lagi mengenali banyak tempat yang namanya tertera dalam Bibel
Ibrani sehubungan dengan Yerusalem (bagian-bagian tembok, menara-menara, sejumlah mata air,
ladang-ladang, bangunan-bangunan atau tempat-tempat pemakaman) berkenaan dengan nama-
nama lokasi yang masih terdapat di sana yang sebagian terletak dekat Al Sharim di wilayah Nimas di
Asir. Namun saya tidak ingin mengganggu para pembaca dengan tambahan-tambahan yang
nampaknya adalah informasi yang berlebihan dan tak bermanfaat. Dengan demikian, hanya ada
sebuah tempat yang tidak dapat saya tempatkan melalui namanya, dan tempat tersebut adalah
'Gunung Zaitun' (hr h-zytym) yang terletak di sebelah timur Yerusalem (Zakaria 14:4, yang
merupakan tafsiran tradisionalnya). Sebaliknya, ada dua buah tempat lain yang namanya
diasosiasikan dalam teks Bibel dengan Yerusalem yang letaknya tidak di sekitar ibukota itu, akan
tetapi perlu diperhatikan bahwa teks-teks tersebut yang menyebutkan mereka pun tidak
mengatakan bahwa mereka terletak di sekitar kota:
1. Lembah Hinnom atau lembah 'anak' Hinnom (gy'bn hnm). Jika membaca nama itu sebagai h-nm,
dengan h yang pertama sebagai kata sandang tertentu, dan nama 'lembah' (dalam bahasa Ibrani gy')
ini pun dapat dikenali sebagai al-Namah (nm, dengan kata sandang tertentu Arab), di wilayah
Ballahmar antara wilayah Bani Shahr dan Rijal Alma'. Tepat di sinilah teks Yosua 15:8 menempatkan
tempat tersebut; 'di puncak sebelah selatan Yebusit (yaitu Yerusalem)' (RSV). Menurut Raja-raja II
23:10, di lembah ini ada sebuah tempat yang bernama Topheth (htpt, dibaca dengan salah menjadi
h-tpt). Kini tempat tersebut tidak lain adalah desa al-Hatafah (htpt), di sekitar daerah yang sama
(bandingkan dengan Simons, alinea 36).

2. Kali kecil Kidron (nhl qdrwn): ini tentunya adalah lembah Bani al-Asha'ib di lerengan maritim
wilayah Zahran yang sampai kini masih berdiri sebuah desa yang bernama Qidran (qdrn). Dalam
Raja-raja II 23:4, 6, ungkapan dalam bahasa Ibrani yang berbunyi m-hws l-yrwslym b-sdmwt qdrwn,
dan m-hws l-yrwslym 'l nhl qdrwn, secara tradisional diterjemahkan menjadi 'di luar Yerusalem di
ladang-ladang Kidron', dan 'di luar Yerusalem sampai pada kali kecil Qidran'. Namun di sini hws
adalah nama sebuah tempat yang kini merupakan desa Hawwaz (hwz) di lembah yang sama, di
wilayah Zahran letak Qidran dapat dijumpai. Jika dipertimbangkan kembali berkenaan dengan ini,
kutipan Ibrani dari Raja-raja II 23 yang tertera di atas akan berbunyi: 'dari Hawwaz sampai ke
Yerusalem, di ladang-ladang Qidran', dan 'dari Hawwaz sampai ke Yerusalem, sampai ke kali kecil
Qidran'. Terjemahan yang dipertimbangkan kembali ini cocok dengan konteksnya: atas perintah Raja
Yosiah, semua jimat-jimat yang musyrik, tidak hanya Yerusalem, tetapi dari seluruh daerah Hawwaz
dan Yerusalem dikumpulkan dan dibawa ke ladang-ladang di Qidran, atau ke kali kecil Qidran, di
sana semua itu dibakar (untuk pengenalan tradisional atas Kidron di luar Yerusalem Palestina, lihat
Simons, alinea 139).

Suatu hari arkeologi akan dapat memperkuat pengenalan yang dikemukakan bahwa Yerusalem
menurut Bibel adalah desa Al Sharim yang kini terletak di dataran tinggi Nimas. Namun yang jelas
adalah bahwa Kota Daud yang kini adalah Umm Samdah di Rijal Alma' bukanlah Yerusalem yang kita
sangka tetapi sebuah tempat lain samasekali. Seperti yang telah saya katakan tadi, Kota Daud
didirikan sebagai sebuah kota-kubu guna menjaga perbatasan selatan kerajaan Daud. Di samping
sebuah benteng pegunungan, Al Sharim, yaitu Yerusalem-nya Daud menduduki posisi di tengah
antara Wadi Adam dan wilayah Taif di utara, dan Rijal Alma' di selatan, karena wilayah kekuasaan
kerajaan tersebut membentang di antara kedua daerah ini. Maka dari itu kota tersebut sangat cocok
sebagai ibukota Daud. Harus pula dicatat bahwa lokasi kota itu di sepanjang jalan raya pegunungan
utama di sebelah timur tebing curam Asir di beberapa tempat menghubungkannya dengan jalur-
jalur pedalaman kafilah, baik yang menuju ke timur maupun yang menuju ke jalur pesisir di sebelah
barat. Jalan raya ini kini masih ada sebagai saluran perhubungan utama wilayah itu. Setelah ia
menetapkan dirinya di 'Yerusalem' tersebut, Daud tidak hanya berkuasa atas Yudah saja namun juga
atas 'Seluruh Israil' (Samuel II 5:5 , seperti halnya anaknya, Sulaiman, sesudahnya.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi


Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

10. ISRAIL DAN SAMARIA

Kalau Yudah atau yhwdh, benar-benar adalah tanah yang mengandung jurang-jurang di sepanjang
sisi maritim Hijaz selatan dan Asir, maka Israil (ysr'l) tentu mulanya adalah tanah di dataran yang
lebih tinggi pada daerah yang sama. Sudah banyak yang ditulis orang mengenai etimologi ysr'l, atau
'Israil' namun hasilnya lebih banyak membingungkan daripada menjelaskan. Gagasan dalam Kejadian
32:28 bahwa kata itu berarti 'dia bergumul melawan Tuhan', atau 'Tuhan berjuang' (ysrh 'l), adalah
etimologi rakyat yang khas. Bahwa nama itu merupakan kependekan ysrh 'l sudah jelas; tetapi di sini
ysrh bukanlah bentuk imperfek srh dalam pengertian bahasa Ibrani 'bergumul, berkelahi' yang telah
disahkan, tetapi merupakan kata benda kuno dari kata kerja yang sama dalam pengertian kata Arab
srw atau sry (disuarakan sara), 'tinggi, ditinggikan, diletakkan tinggi-tinggi,. Maka nama itu, yang
berarti 'ketinggian Tuhan', berhubungan langsung dengan Sarat (bentuk jamak gabungan srw atau
sry, disuarakan saru atau sari, ('ketinggian gunung'), yang sampai kini masih bertahan sebagai nama
daratan tinggi Arabia Barat, terutama di tempat yang kini adalah Asir (lihat Bab 3).

Sebagai ungkapan yang berarti 'ketinggian Tuhan', nama ysr'l atau 'Israil', mestinya merupakan nama
geografis sebelum kata tersebut menjadi nama sebuah bangsa, dan akhirnya menjadi nama sebuah
kerajaan Arabia Barat yang berbeda dengan kerajaan dengan nama yang sama di Yudah.[1]
Sebenarnya ysrh 'l yang sebagian besar ada dalam pelbagai varian dari bentuk 'l ysrh yang terbalik,
'dewa ketinggian', masih bertahan sebagai nama tempat, tidak hanya di Asir tetapi di pelbagai
tempat di Hijaz. Inilah daftarnya:

Al-Yasr (l-ysr) di distrik Muhayil.

Al-Yasra ('l-ysr) di wilayah Nimas.

Al-Yasra (juga l-ysr) di wilayah Taif.

Yasrah (ysrh) di daerah sekitar Abha.

Al Yasir ('l ysr) di daerah sekitar Tanumah.

Al-Yasirah ('l-ysrh) di wilayah Madinah (al-Madinah) sebagai nama dua buah pedesaan.

Yasir (ysr) di wilayah Mekah.

Al Yasir ('l ysr) di wilayah Qunfudhah.

Al Sirah ('lsrh, mempertahankan bentuk Ibrani dari asal katanya) di wilayah Abha.

Al-Saryah ('l-sry) di Khamis Mushait, di sebelah timur Abha

Abu Saryah ('b sry) di wilayah Taif.

Al-Sari ('l-sry), lokasinya belum dipastikan/ditentukan.


Nama-nama yang lain yang berasal dari srw sebagai bentuk sry, dapat ditambahkan pada daftar di
atas dalam pengertian yang hampir sama persis dengan kata Ibrani ysr'l (dengan 'l-nya yang
berakhiran) dapat diwakili oleh Suraywil (srywyl tampaknya sebuah pengubahan dari sry 'l), nama
sebuah desa Arab di Najd (Nagd) yang pernah menjadi bagian wilayah Yamamah.[2]

'Bani Israil' menurut Bibel (bny ysr'l) mestinya pada mulanya merupakan sebuah konfederasi suku-
suku di dataran tinggi Arabia Barat. Konon, suku-suku ini berjumlah duabelas buah: Reuben (r'bwn),
Simeon (sm'wn), Levi (lwy), Yudah (yhwdh), Gad (gd), Asher ('sr), Issachar (ysskr), Zebulun (zblwn,
pada hakekatnya adalah zbl), Dan (dn), Naphtali (nptly), Yosef (ywsp) dan Benyamin (bn ymyn, pada
hakekatnya ymyn). Dua nama di antaranya terdapat dalam bentuk Arab yang dapat dikenali,
menandakan dua buah suku Arabia Barat kuno yang bernama Lu'ayy (l'y, bandingkan dengan lwy,
atau Levi) dan Yashkur (yskr, bandingkan dengan ysskr, atau Issachar). Sepuluh suku lainnya masih
dapat dikenali sebagai nama-nama suku Arabia bagian selatan yang sampai kini masih bertahan.
Mereka adalah: Rawabin (rwbn, atau Reuben); Sama'inah (sm'n, atau Simeon);[3] Wahadin
(tunggalnya adalah Wahadi, atau whd, yaitu Yudah); Zabbalah atau Zubalah (keduanya zbl, yaitu
Zebulun); Duwaniyah, Danaywi atau Dandan (ketiganya pada hakekatnya dn, yaitu Dan); Falatin
(pltn, yaitu Naphtali); Judan (tunggalnya Judi), Judah, Judi atau Jadi (keempatnya gd, yaitu Gad);
Dhawi Shari (orang-orang Shari, atau sr; yaitu Asher); Banu Yusuf (ysp, yaitu Yusuf); Yamna, Yamanah
atau Yamani (ketiganya ymn, yaitu Benyamin).

Selain itu, di antara keduabelas suku Israil tersebut suku Yusuf (Yoseph) konon mempunyai dua
cabang: (Ephraim ('prym) dan Manasseh (mnsh). Anehnya kini suku Arabia Barat Banu Yusuf
sebenarnya bernama 'dua cabang (ranting)' (bahasa Arabnya al-Far'ayn). Nama kesukuan Ephraim
bertahan di Arabia Barat sebagai Firan (prn) dan Manasseh sebagai Mansi (mns). Bukti onomastik
yang lebih mendetil berkenaan dengan asal mula keduabelas suku itu di Arabia Barat disajikan pada
lampiran.

Bibel Ibrani mengatakan bahwa keduabelas suku ini akhirnya menetap di Yudah, di sisi maritim Asir
geografis, dan pada akhir abad kesebelas dan permulaan abad kesepuluh S.M., mereka telah
mendirikan sebuah kerajaan di daerah itu. Situasi politik dan ekonomi pada waktu itu sangat
mendukung timbulnya kerajaan semacam itu di Arabia Barat. Setelah sekitar tahun 1200 terjadilah
sebuah penurunan pada jumlah pendudukan kerajaan di Arabia dari arah Mesopotamia, Suria utara
dan Mesir, yang menyebabkan timbulnya negara-negara bagian di jazirah Arabia itu. Suatu waktu
antara tahun 1300 dan 100 S.M., terjadilah pula suatu peningkatan yang drastis atas perdagangan
dengan kafilah di Arabia, yang tampak dengan adanya gejala diperkenalkannya secara besar-besaran
unta untuk mengganti keledai sebagai binatang beban. Tetapi kerajaan 'seluruh Israil' (lihat Bab 9)
tidak sanggup mempertahankan persatuan poliliknya untuk lebih lama lagi. Sampai pada akhir abad
ke sepuluh S.M., wilayah kekuasaannya telah berada di bawah pimpinan sederetan raja-raja saingan:
yaitu raja-raja 'Yudah', dengan ibukota mereka di Al Sharim (yang dianggap sebagai lokasi
'Yerusalem' menurut Bibel), dan raja-raja (Israil). Usaha-usaha baru untuk memperebutkan
kekuasaan atas Arabia Barat, pertama kali oleh Mesir, kemudian oleh Mesopotamia, sudah pasti
mengambil peranan penting dalam menimbulkan dan mengabadikan perpecahan ini (lihat Bab 1).
Ahli-ahli Bibel yang berpikir dalam konteks Palestina, secara tradisional mengatakan bahwa mereka
kerajaan-kerajaan yang bersaingan yaitu 'Yudah' dan 'Israil', masing-masing terletak di selatan dan
utara, dan yang terakhir diperkirakan berpusat di sekitar kota Nablus di Palestina. Sebenarnya,
seperti yang akan kita lihat nanti, di Arabia Barat pusat kekuatan 'Israil' memang terletak di sebelah
utara 'Judah'. Akan tetapi wilayah-wilayah mereka bukanlah wilayah-wilayah yang mempunyai
batas-batas yang jelas di antara keduanya. Melainkan mereka terpisah melalui suatu perbedaan
politik dalam wilayah yang sama, berdasarkan kesetiaan-kesetiaan yang bersaingan yang diperdalam
oleh perpecahan keagamaan. Raja-raja 'Yudah' dan 'Israil', tampaknya menguasai kota-kota dan
pedesaan pada wilayah-wilayah yang sama, terkadang letaknya saling berdekatan. Di wilayah-
wilayah tengah Yudah, yaitu di daerah pedalaman Qunfudhah sudah jelas begini keadaannya. Lebih
jauh ke utara di wilayah Lith dan Taif begitu pula keadaannya (lihat di bawah).

Orang pertama yang menetapkan dirinya sebagai raja 'Israil' setelah wafatnya Sulaiman, adalah
'Yeroboam putra Nebat' yang digambarkan sebagai seorang 'prty mn h-srdh, yang secara tradisional
di anggap berarti 'seorang Ephraim dari Zaredah' (Raja-raja I 11:26). Begitu pula Daud, pendiri dinasti
itu, yang terus menguasai 'Yudah', juga digambarkan sebagai putra seorang 'prty dari 'Bethlehem'.
Bahwasanya 'prty itu bukan berarti 'orang Ephraim' itu sudah jelas; seorang 'Ephraim' dalam bahasa
Ibraninya adalah 'prymy, dari kata 'prym (bentuk ganda 'pr), kini Wafrayn (wpryn, bentuk ganda wpr)
di Bani Shahr. Sebenarnya 'prth (yang bentuk genitifnya adalah 'prty) kini masih bertahan sebagai
nama desa Firt (prt), di Wadi Adam, di wilayah Lith. Bethlehem, seperti yang telah dikatakan, adalah
sebuah desa lain di Wadi Adam itu pula, yang kini adalah Umm Lahm (dihubungkan dengan 'prth,
juga dalam Mikha 5:2; Rut 1:2; 4:11). 'Zaredah', kota asal Yeroboam di daerah sekitar Firt, kini adalah
al-Sadrah (sdrh, dengan kata sandang tertentu seperti dalam bahasa Ibraninya), juga di wilayah Lith.
Pertengkaran antara Yeroboam dan keluarga kerajaan Daud tidak diragukan lagi berasal dari
kecemburuan yang telah lama ada antara keluarga-keluarga kepala Firt di Wadi Adam yang
bersaingan, yang kemudian dilakukan dalam skala politik yang lebih besar.

Yeroboam memulai karir politiknya dengan bertugas di bawah Salomo dan kemudian memberontak
sebelum dipaksa lari ke Mesir, tempat ia mencari perlindungan di bawah Raja Sheshonk I (lihat Bab
11). Setelah wafatnya Sulaiman, ia kembali ke Yudah untuk menantang pengganti Sulaiman, yaitu
Rehoboam, anaknya dan menetapkan diri sebagai saingan raja 'Israil' (lihat Raja-raja I 11:26; 12:30).
Setelah mengangkat dirinya sebagai raja, Yeroboam mendirikan Schechem (skm) di daerah
perbukitan Ephraim ('prym) dan menetap di sana (Raja-raja I 12:25). Mengingat bahwa 'Ephraim'
menurut Bibel, seperti yang telah dibahas tadi kini adalah Wafrayn, di distrik Bani Shahr pedalaman
Qunfudhah, kota 'sechem' yang ia dirikan dan dijadikan ibukota (Sechem-sechem menurut Bibel)
mungkin kini adalah kota Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah di barat daya
lerengan wilayah Zahran dan tidak jauh di utara dari Bani Shahr. Tetapi kemungkinan besar
'Shechem' itu adalah al-Qasim (qsm) di pedalaman Qunfudhah.

Tidak lama setelah itu, Yeroboam kemudian 'memperkuat' kota 'Penuel' (pnw'l) seperti yang
digambarkan dalam Raja-raja I 12:25, dan kemungkinan besar adalah al-Naflah (npl) di wilayah Taif,
atau mungkin al-Nawf ('l-nwp) yang namanya kini diberikan pada sebuah hutan yang terletak di
punggung bukit di dataran tinggi Zahran. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya pergi beribadah ke
'Yerusalem', maka ia mendirikan tempat-tempat suci yang baru di 'Bethel' dan di 'Dan' (Raja-raja I
12:29f). 'Bethel' hampir dapat dipastikan tempat yang sekarang dikenal sebagai Butaylah (btyl) di
dataran tinggi Zahran (lihat di bawah). 'Dan' tidak diragukan lagi kini adalah Danadinah di dataran
rendah maritim wilayah Zahran yang bentuk Arab dari namanya adalah jamak dny genitif dn (lihat
Bab 14).

Walaupun ibukotanya terletak di 'Shechem', tampaknya Yeroboam terkadang menetap di 'Tirzah'


(Raja-raja I 14:7) yang terletak di atas bukit sebuah tempat yang bernama 'Gibbethon' (Raja-raja I
16:15f). 'Gibbethon' (gbtwn) mestinya adalah salah satu di antara pedesaan yang terletak di tempat
yang kini adalah pegunungan al-Naqabat (nqbt), di dataran tinggi Ghamid. Pada ketinggian yang
lebih jauh lagi ke arah utara, ada sebuah dusun kecil yang bernama al-Zir (zr) yang mungkin
dahulunya adalah Tirzah. Daerah disana sangat kaya akan peninggalan-peninggalan
sejarah/arkeologi. Raja-raja 'Israil' yang menggantikan Yeroboam, mendirikan ibukota-ibukota bagi
mereka sendiri pertama kali di 'Tirzah', yang kemudian 'Yezreel' ('Esdraelon' dalam bahasa
Septuaginta Yunani), kemudian di 'Samaria' (Raja-raja I 15:33f; 18:45f; 20:43f) --yang terakhir,
'Samaria' merupakan sebuah kota yang didirikan oleh mereka sendiri di sebuah bukit dekat 'Yizreel'
(kalau diuraikan menjadi yzr' 'l, 'semoga Tuhan menaburkan', atau 'pentaburan Tuhan') kini mestinya
adalah Al al-Zar'i ('l zr') di daerah rendah di Wadi al-Ghayl, tidak jauh di sebelah timur tenggara
Qunfudhah. Maka 'Padang Esdraelon' yang terkenal itu, yang jelas bukan daerah rendah yang
memisahkan Palestina dari Galilee di Suria, tidak mungkin kalau bukan merupakan nama kuno Wadi
al-Ghayl. 'Shemer' (smr), pemilik asli bukit di mana 'Samaria' (Ibraninya Shomeron, atau smrwn),
didirikan, kemungkinan besar bukanlah nama seseorang melainkan sebuah suku yang namanya
hidup terus di Arabia bagian selatan sebagai Shimran (tepatnya smrn). Kini wilayah Shimran meliputi
pedalaman Qunfudhah dan membentang menyeberangi tebing curam dan pembagi perairan sampai
pada Wadi Bishah. 'Samaria' dahulunya sudah dapat dipastikan adalah desa yang kini bernama
Shimran di daerah pedalaman Qunfudhah, agak jauh di atas bukit dari Al al-Zar'i, atau 'Yizreel'. Dan
kenyataannya memang Shimran kini dengan jelas terletak di sebuah bukit.

Kita tidak perlu mengamati semua nama tempat-tempat menurut Bibel itu yang disebut sebagai
kepunyaan Raja-raja 'Israil'. Untuk menggambarkan bagaimana raja-raja ini dan para saingan mereka
dari 'Yudah' menguasai kota-kota dan pedesaan di wilayah yang sama, kiranya cukup kalau
menunjukkan saja bagaimana kebanyakan nama-nama kota yang konon diperkuat Rehoboam guna
mempertahankan kerajaan 'Yudah'nya, bertahan di daerah pedalaman Qunfudhah sampai ke utara,
yang terdapat pusat-pusat utama raja-raja 'Israil' itu (lihat Tawarikh 11:6-9).

Nama-nama tersebut adalah sebagai berikut:

'Bethlehem', telah dikenali sebagai Umm Lahm di Wadi Adam, wilayah Lith (lihat di atas).

'Etam' ('ytm), sangat mungkin Ghutmah (gtm) di wilayah Lith. Tetapi ada beberapa 'Etam' lainnya
sebagai kemungkinan di Asir geografis.

'Tekoa' (tqw', bentuk kata benda kuno qw'): Waq'ah (wq't) di Wadi Adam; Yaq'ah (yq't) atau Qa'wah
(q'wt) di Rijal Alma'.
'Beth-zur' (byt swr, 'rumah' atau 'kuil' swr): sangat mungkin Al Zuhayr ('l zhyr)-nya Rijal Alma', atau Al
Zuhayr-nya wilayah Ballasmar; mungkin juga al-Sar (sr) atau al-Sur (sr) di wilayah Lith; al-Sur atau al-
Sura (keduanya sr) di wilayah Qunfudhah; atau al-Surah (juga sr) di sekitar daerah Bahr.

'Soco' (swkw): Sikah (sk), di wilayah Taif. Kemungkinan-kemungkinan lain adalah Saq (sq), Shaqah
(sq) dan Suqah (sq), di wilayah Lith, yang terakhir terletak di Wadi Adam; juga Shaqah dan Shaqiyah
(sqy), di wilayah Jizan.

'Adullam' ('dlm): Da'alimah (d'lm), di wilayah Taif.

'Gath' (gt): al-Ghat (gt), di wilayah Jizan.

'Mareshah' (mrsh): Mashar (msr), di wilayah Bani Shahr; Masharah (msrh) di Rijal Alma'; atau
Mashar satu lagi di pedalaman Qunfudhah, tidak jauh dari Shimran.

'Ziph' (zpy): sangat mungkin Sifa (syp), di wilayah Qunfudhah; kemungkinan adalah Siyafah (juga
syp), di wilayah Nimas.

'Adoraim' ('dwrym, secara tradisional disuarakan sebagai ganda dari 'dwr): al-Darayn (dryn bentuk
ganda Arab dr), nama tiga buah pedesaan di wilayah Taif, dan nama sebuah desa di dataran tinggi
Zahran.

'Lachish' (lkys): Jelas bukan Tall al-Duwayr Palestina (lihat Bab 5). Asosiasi tempat ini dengan gb'wn,
mqdh, hbrwn, dan 'glwn ('Gibeon', 'Makkedah', 'Hebron', dan 'Eglon', dalam Yosua 10 adalah
passim), yang kini adalah Al Jib'an (gb'n), Maqdi (mqd), Khirban (hrbn) dan 'Ajlan ('gln), di pedalaman
Qunfudhah (keempatnya adalah penyalinan huruf Ibrani ke dalam huruf abjad Latin yang tepat),
menunjuk dengan jelas pada Al Qayas ('l qys) di daerah yang sanma.

'Azekah' ('zqh): 'Azkah ('zqh), di wilayah Qunfudhah.

'Zorah' (sr'h): di antara beberapa alternatif, paling besar kemungkinannya adalah Zar'ah (zr'h), di
lerengan maritim wilayah Zahran.

'Aijalon' ('ylwn): Alyan ('lyn), di wilayah Lith, atau Ayla ('yl), di wilayah Qunfudhah.

'Hebron' (hbrwn): Khirban (hrbn), di wilayah Majaridah (lihat Bab 9 dan 13).

Jelas, kerajaan-kerajaan 'Israil' dan 'Yudah' meliputi sampai tingkat tertentu sebuah wilayah
kekuasaan. Mereka juga terdiri dari satu bangsa, terpisah karena kesetiaan mereka yang berbeda
terhadap raja-raja keluarga kerajaan Daud di Al Sharim (atau 'Yerusalem') dan serangkaian dinasti
yang bersaingan yang terdapat di daerah-daerah lain yang kadang-kadang terletak dekat Al Sharim,
ketika pemimpin-pemimpin mereka menentang legitimasi keluarga kerajaan Daud dengan menyebut
diri mereka raja-raja 'Israil'. Seiring dengan perpecahan politik ini, seperti yang telah dikatakan,
tampaknya terdapat perpecahan keagamaan yang mengadu ortodoksi 'Yudah', yang bertahan
sebagai agama Yahudi, dan heterodoksi agama 'Israil' yang diabadikan oleh sektarianisme kaum
'Samaritan'.

Di antara kaum Yahudi 'Yudah', kultus pemujaan atas Tuhan Yahweh dikembangkan menjadi sebuah
agama dunia yang canggih oleh serangkaian nabi (nby'ym). Namun, kekuasaan keagamaan nabi-nabi
ini umumnya ditentang oleh raja-raja 'Israil' dan para pengikutnya, yang gambarannya terhadap
agama Israil tampaknya tetap berpandangan kesukuan. Oleh karena itu mereka kabarnya selalu
bersedia untuk menerima kedewaan beberapa dewa suku-suku dan bangsa-bangsa lain yang hidup
bersama-sama mereka. Bagaimana heterodoksi kaum 'Israil' dapat berkembang menjadi
'Samaritanisme' di Yaman yang mendatang bukanlah masalah yang akan dibahas di sini. Cukup
dikatakan bahwa orang-orang Samaritan, sebagai suatu sekte, terus menyebut diri mereka bn ysr'l,
'orang-orang (bani) Israil' atau h-smrym (disuarakan Shomerim). Ini biasanya dianggap berarti
(orang-orang smr), referensinya di sini adalah kepada wilayah kesukuan Arabia Barat kuno (yang kini
masih ada), yaitu Shimran. Di antara kaum Yahudi ortodoks, mereka dikenal sebagai h-smrwnym
(disuarakan Shomeronim), 'mereka dari Shomeron' atau 'Samaria', yang pernah menjadi ibukota
raja-raja 'Israil' yang kini ada sebagai desa Shimran di Arabia Barat.

Sewaktu agama Yahudi menyebar dari Arabia Barat ke Palestina dan tempat-tempat lain, agama
tersebut baik dalam bentuk ortodoks maupun bentuk Samaritannya. Di Palestina, kaum Samaritan
mendirikan bagi mereka sebuah 'Samaria' yang baru di daerah yang kini bernama Sabastiyah
(Sabastiyah, dalam bahasa klasiknya Sebaste) dekat Nablus sekarang; di sana mereka mengakui dua
buah bukit di daerah itu sebagai Gunung Gerizim (grzym) menurut Bibel dan Gunung Ebal ('ybl), yang
mereka anggap suci. Dari teks-teks Bibel yang membicarakan kedua bukit ini kita mendapat kesan
bahwa kedua bukit itu saling berdekatan.

Gunung Gerizim dan Gunung Ebal dibicarakan di dalam Yosua 8:33f setelah kisah pendudukan orang-
orang Israil atas yryhw dan h-'y ('Yericho' yang kini adalah Rakhyah, di Wadi Adam (lihat Bab 7); dan
'Ai' yang kini adalah 'Uya' ('y), di dataran tinggi antara wilayah Zahran dan wilayah Taif, bukan al-
Ghayy di Rijal Alma' (lihat Bab 7 dan 13). By't 'l atau 'Bethel', yang dengan h'y dalam pertalian ini
adalah Butaylah (bytl) di dataran tinggi Zahran dan bukan Batilah yang ada di Rijal Alma'. Butaylah ini
menguasai salah satu penyeberangan utama tebing curam (atau yrdn) di daerah itu. Menurut
Ulangan 11:30, Gunung Gerizim dan Gunung Ebal terletak 'di luar yrdn, di sebelah barat jalan (kini
jalan raya Taif-Abha), menuju terbenamnya matahari'. Turun bukit dari Butaylah di lerengan Barat
wilayah Zahran, berdiri punggung bukit kembar Jabal Shada. Punggung yang tertinggi, ke arah utara,
mestinya adalah Gerizim menurut Bibel, yang namanya masih dipakai oleh desa Suqran yang terletak
tinggi pada lerengannya (sqrn adalah metatesis dari grzym, yang telah mengalami perubahan,
dengan akhiran jamak Ibrani yang telah diarabkan di dalam bentuk masa kini nama itu). Punggung
bukit yang lebih rendah, ke arah selatan, mestinya adalah Ebal --sebuah nama yang sebenarnya tidak
diketemukan di sana, akan tetapi yang hidup terus di sekitar daerah Zahran seperti halnya Wadi
'Ilyab ('lyb); juga pedesaan 'Abalah ('bl), 'Abla ('bl) dan 'Ablah ('bl), dan desa dan punggung bukit
berpasir Bil'ala' (bl'l), di mana di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama La'ba' (l'b). Punggung
bukit berpasir Bil'ala' (bl'l) tidak mungkin Gunung Ebal menurut Bibel, karena ia terletak lebih ke arah
timur daripada ke arah barat dari tebing curam dan jalan itu.

Menurut Ulangan 11:29, Gunung Gerizim adalah gunung yang diberkahi oleh orang-orang Israil, dan
Gunung Ebal adalah gunung yang dikutuk oleh mereka. Sebenarnya punggung bukit utara Jabal
Shada lebat ditumbuhi pepohonan dan secara tradisional biasanya dibuat bertingkat-tingkat agar
dapat ditanami, sedangkan punggung bukit selatannya gersang. Hakim-hakim 9:7 menghubungkan
Gunung Gerizim dengan Shechem (skm). Kini adalah desa Suqamah (sqm), di Wadi Suqamah yang
mengalir di kaki sebelah timur punggung utara Jabal Shada. Pada punggung bukit yang sama ini (lihat
Bab 7, Catatan 5) kita dapat menjumpai 'sebuah altar yang terbuat dari batu-batu yang masih utuh,
yang belum pernah tersentuh perkakas besi manusia' (Yosua 9:31; bandingkan dengan Ulangan 27:2-
8). Altar-altar yang seperti ini juga ditemukan di bagian-bagian lain wilayah Zahran, dan paling tidak
ada satu di antaranya yang terdapat inskripsi yang belum terpecahkan (bandingkan dengan Yosua
8:32). Orang-orang Asir dan Yaman secara tradisional telah menganggap altar yang terletak di
punggung bukit Shada Utara (dengan perkataan lain, punggung bukit Gerizim menurut Bibel) sebagai
altar pemujaan yang mempunyai kesucian tersendiri. Dahulu mereka pergi ke sana untuk suatu
ziarah khusus dan sengaja tidak berhenti di desa-desa yang ada di sepanjang perjalanan. Akan tetapi
pada abad ini kebiasaan tersebut telah berkurang. Apa pun sebenarnya kedua bukit suci kaum
Samaritan Palestina dari Nablus tersebut, mereka jelas bukanlah Gunung Gerizim dan Gunung Ebal
yang sebenarnya.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

11. RENCANA PERJALANAN EKSPEDISI SHESHONK

Begitu pentingnya Bibel Ibrani bagi manusia modern sampai-sampai seluruh Timur Dekat telah
diselidiki guna membuktikan kebenaran sejarahnya. Akan tetapi seperti yang telah saya kemukakan,
penafsiran tradisional yang salah mengenai geografi menurut Bibel, telah menimbulkan salah
pengertian atas sejarah geografi Timur Dekat kuno pada umumnya. Sebuah contoh yang layak dari
kebingungan yang timbul akibat kesalahan dalam penempatan yang kritis ini, diberikan oleh sebuah
analisa atas catatan-catatan Mesir yang telah banyak diteliti berkenaan dengan ekspedisi Raja
Sheshonk I.[1]

Sheshonk I ialah seorang raja Mesir dari dinasti ke-22 yang berkuasa dari sekitar tahun 945 sampai
tahun 924 S.M., dan memimpin sebuah kampanye militer melawan kota-kota Yudah yang
disebutkan secara singkat dalam Raja-raja I 14:25-26; Tawarikh II 12:2-9. Sampai sejauh ini daftar
nama-nama tempat yang telah ia taklukkan atau kunjungi telah dipelajari dengan berdasarkan
anggapan bahwa mereka adalah kota-kota Palestina (lihat Peta 9). Secara sepintas lalu ini bukanlah
suatu hal yang tidak masuk di akal, karena Sheshonk, seperti halnya para penguasa Mesir kuno
lainnya tentunya banyak berurusan dengan Palestina dan Suria. Sebuah pecahan dari sebuah stela
(pilar tegak yang biasanya berinskripsi dan bergambar) Mesir yang ditemukan di pesisir Palestina
memuat namanya, atau apa yang dianggap para ahli adalah namanya, tetapi bukti seperti ini tidak
harus berarti bahwa ia benar-benar berada di sana pada waktu ekspedisinya melawan Yudah, yang
tercatat ini, dilakukan. Inskripsi-inskripsi Mesir kuno dan barang-barang hasil kecerdasan manusia
yang memuat nama raja-raja Mesir kuno telah ditemukan di pelbagai daerah di Timur Dekat, namun
hanya beberapa ahli saja yang memandang bahwa dengan adanya barang-barang tersebut di sana
mutlak menunjukkan bahwa raja-raja itu pernah sekali waktu melewati sekitar daerah barang-
barang tersebut ditemukan.
Terus-terang saja, pendapat saya adalah bahwa pada ekspedisinya melawan Yudah, Sheshonk tidak
pergi ke Palestina. Bertolak untuk ekspedisinya dari satu pelabuhan laut Mesir di sepanjang pantai
Laut Merah, Sheshonk mendarat di suatu tempat di sepanjang pantai Hijaz, nampaknya di dekat Lith.
Tujuannya di sana agaknya adalah untuk melakukan suatu unjuk kekuatan militer besar-besaran
guna mengingatkan raja-raja Yudah dan para penguasa Arabia Barat lainnya bahwasanya wilayah
mereka masih terletak dalam jangkauan kerajaan Mesir yang kuat itu. Setelah mendapat tempat
berpijak di pedalaman Lith, Fir'aun Mesir ini meneruskan perjalanannya ke arah selatan menuju ke
pusat Yudah, mungkin dengan melalui jalan pesisir atau dengan mengambil jalan lain lebih jauh di
pedalaman yang menyusuri barisan perbukitan pertama. Dalam perjalanannya menuju tempat itu
sekali-kali melakukan serangan-serangan tiba-tiba ke wilayah pegunungan dan sekali waktu ia
berhasil menembus tebing curam Sarat sampai sejauh Al Sharim yang menurut hemat saya mungkin
adalah lokasi 'Yerusalem'-nya Bibel Ibrani. Mungkin tergejolak dengan keberhasilannya di daerah
tersebut, ia memberanikan diri untuk bergerak lebih jauh ke selatan memasuki wilayah Jizan, yang
operasi-operasi militernya tampaknya agak terbatas, mungkin disebabkan oleh perlawanan berat
yang ia dapatkan dari suku-suku pegunungan di wilayah itu. Dari tempat itu Sheshonk kembali ke
daerah sekitar Lith, dan ia menundukkan tidak saja pelbagai tempat di sisi maritim tebing curam,
tetapi juga banyak tempat lain di wilayah Taif, dan terus melakukan penaklukan-penaklukannya ke
arah pedalaman sampai batas padang pasir.

Begitulah kira-kira dugaan saya, berdasarkan penafsiran kembali ekspedisi Sheshonk seperti yang
tertera dalam Kitab Bibel Ibrani dan dalam catatan topografis Sheshonk sendiri. Tak perlu saya
katakan lagi bahwa rencana perjalanan ekspedisi yang telah saya selidiki tersebut tidak cocok
dengan apa yang telah dikemukakan oleh para ahli Bibel tradisional, yang menurut hemat saya telah
melakukan suatu tipu daya yang membingungkan dalam upaya mereka untuk memaksakan suatu
logika atas kisah Sheshonk guna menempatkannya di dalam kawasan perbatasan Palestina. Namun
versi mereka tidak dapat ditanggapi secara bersungguh-sungguh karena versi tersebut berdasarkan
pada dugaan yang aneh, yaitu bahwa ahli-ahli penulis Mesir yang bertanggung jawab dalam
merekam kisah-kisah tersebut tidak tahu bagaimana cara menterjemahkan nama-nama tempat
dalam kisah-kisah tersebut ke dalam bahasa dan tulisan mereka. Mengingat bahwa bahasa Mesir
kuno masih berhubungan dekat dengan bahasa-bahasa Semit lainnya, ini nampaknya tidak mungkin
terjadi. Kalaupun kita menerima hipotesa yang begitu meragukan, yaitu menempatkan nama-nama
semua tempat yang ada dalam daftar-daftar Sheshonk di Palestina, ini hanya dapat dilakukan dengan
sikap acuh tak acuh samasekali terhadap teks-teks Mesir yang orisinal. Maka dari itu tidaklah
mengherankan jika ada perselisihan pendapat di antara para ahli Bibel mengenai apa yang
sebenarnya terjadi dalam ekspedisi Sheshonk. Namun kalau kita membaca kisah ini sambil
memikirkan tetapi geografi Arabia Barat, banyak --atau bahwa mungkin semua-- kesulitan yang ada
dapat terpecahkan, sehingga apa yang tertinggal hanyalah rencana perjalanan yang jelas ekspedisi
raja Mesir tersebut. Saya menegaskan kalau daftar-daftar topografi Mesir lainnya dan juga daftar-
daftar topografi Mesopotamia yang seperti ini diteliti dengan cara yang sama, maka hasilnya akan
mengejutkan (lihat, contohnya, komentar saya mengenai Charchemish dan Karkara dalam Bab 1,
Catatan 11, dan mengenai penaklukan-penaklukan Sargon II dan Surat-surat Amarna, dalam Bab 5).

Memang benar bahwa kisah-kisah menurut Bibel mengenai ekspedisi Sheshonk (dalam Bibel swsq
atau sysq, 'Shishak') melawan Yudah tidak diceritakan secara mendalam. Yang terpanjang di antara
keduanya --yaitu dalam Tawarikh II 12:2-9-- hanya mengabarkan bahwa raja Mesir itu datang dengan
sebuah pasukan yang besar, 'menduduki kota-kota kubu Yudah dan maju sampai sejauh Yerusalem',
tanpa merampasnya. Raja 'Yudah', yaitu Rehoboam, putra Sulaiman, tampaknya berhasil menyuap
para penjajah itu dengan 'harta karun dari Rumah Tuhan (dengan kata lain 'kuil') dan harta karun
dari rumah raja'. Mungkin inilah sebabnya mengapa 'Yerusalem' tidak terdapat di antara nama-nama
yang dapat terbaca di dalam daftar-daftar Sheshonk. Mungkin juga, tentunya, nama kota tersebut
ada dalam bagian-bagian yang telah hilang dari daftar tersebut, atau yang ada dalam bentuk
pecahan-pecahan yang tak dapat terbaca dan diuraikan.

Seperti yang telah saya katakan, Sheshonk mestinya menyeberangi Laut Merah dan mendarat di
pantai Hijaz bagian selatan di dekat Lith. Dari sana ia meneruskan perjalanannya mendaki bukit dan
menaklukkan enam tempat di pedalaman Lith (nomor 10-15 dalam daftar besar Sheshonk di kuil
Amon di Karnak), empat di antaranya masih dapat terbaca. Tempat-tempat ini adalah, seperti yang
diberi nomor pada daftar topografi Sheshonk yang orisinal:

10. mtt': Muti' (mt') di Wadi Adam, atau al-Mat'ah (mt') di Wadi al-Ja'izah lebih jauh di selatan.

13. rbt: Ribat (rbt) di dataran rendah Zahran, atau Ribat yang lain, lebih jauh di selatan di Wadi al-
Shaqqah.

14. t'kni',[2] Taanach dalam Bibel, atau t'nk; kini Ka'nah (k'nt) di dataran rendah Zahran.[3]

15. snmi:[4] al-Mashniyyah (msny) di dataran tinggi Zahran.

Dalam serangan pertamanya menuju ke pedalaman, Sheshonk tampaknya berhasil menaklukkan


sebuah tempat di Wadi Ranyah, yang hulunya terdapat di wilayah Zahran:

16. snri':[5] Sharyaniyyah (sryny):

Ia kemudian kembali ke pedalaman Lith tempat ia merampas sebuah tempat lagi:

17. rhbi': Wadi Rahabah (rhb), suatu kelompok pedesaan di dataran rendah Zahran; atau Ruhbah
(rhb) di Wadi Adam.

Kemudian Sheshonk melanjutkan perjalanannya ke arah selatan menuju ke daerah-daerah tengah


Yudah, di pedalaman Qunfudhah dan Birk. Ia dapat saja mengambil jalan pantai atau jalan yang
terletak lebih jauh di pedalaman yang menyusuri barisan bukit pertama. Dalam perjalanannya
menuju tempat itu ia berhenti di berbagai tempat untuk melakukan serangan-serangan ke dalam
wilayah-wilayah pegunungan (lihat Bab 10). Di antara ketujuhbelas tempat yang ia serang nama-
nama limabelas tempat dapat dikenali dengan tingkat kepastian yang berbeda:

18. hprmi' (diuraikan sebagai hpr mi'): Hafar (hpr), dikenali sehubungan dengan Muwayh (mwy) yang
terletak di dekatnya di sekitar daerah Qunfudhah guna membedakannya dari Hfar yang lain yang
terletak di daerah yang sama dan di daerah-daerah yang lain.[6] Hafar kini adalah desa di distrik
administratif Muwayh.

19. idrm, juga dibaca 'drm: al-Marda (mrd') di wilayah Majaridah.

21. swd: al Dish (dys) di pedalaman Hali.

22. mhnm: jelas sebuah metatesis kota dalam Bibel 'Mahanaim' (mhnym) yang kini mestinya adalah
Umm Manahi (jamak Arab dari mnh, metatesis mhn yang bentuk jamak Ibraninya adalah mhny) di
wilayah Qunfudhah.[7]

23. qb'n: Al Jub'an (gb'n), dalam Bibel adalah 'Gibeon' (gb'wn) di wilayah Majaridah.

24. bt h(w)rn: al-Rawhan (rwhn), dalam Bibel adalah 'Beth-horon (byt hwrwn) di wilayah Qunfudhah;
kecuali kalau yang terakhir itu adalah Khayran (hyrn) di Wadi Adam.

25. qdtm: mungkin makdah (mkdt) di wilayah Bahr.

26. iyrn: al-Rawn (rwn) di pedalaman Hali.[8]

27. mkdi': Maqdi (mqd) di wilayah Qunfudhah, satu di antara tiga 'Meggido' (mgdw) yang tertera di
dalam Bibel, yang dua lainnya adalah Maghdah (mgd) di wilayah Taif (lihat Catatan 3), dan Shu'ayb
Maqdah ('lembah mqd) di Wadi Adam.

28. idr: Wadhrah (wdr) di wilayah Bahr.

29. id hmrk (diuraikan sebagai h-mrk): id dalam nama ini (Ibraninya adalah yd) adalah padanan kata
dari kata Arab wadi (wd) atau 'lembah'; h-mrk, dengan kata sandang tertentu Arab) di wilayah
Qunfudhah. Desa al-Marakah sebenarnya terletak di salah satu wadi atau lembah utama daerah
tersebut.
31. hinm, juga dibaca h'y'nm: Hawman (hwmn) di wilayah Qunfudhah; Al-Hawman di wilayah
Ballasmar; atau Hawman di wilayah Muhayil.

32. 'rn: 'Arin ('rn), 'Eran' ('rn) yang tertera dalam Bibel di wilayah Qunfudhah; kecuali kalau yang
terakhir ini adalah Al Ghurran (grn) wilayah Bani Shahr.

33. brn, juga dibaca brm: Barmah (brm) di wilayah Qunfudhah; kecuali kalau itu adalah Burran (brn)
di dataran rendah Zahran.

34. dt ptr, juga dibaca d dptr:[9] mungkin al-Fatrah ('l-ptr) di Rijal Alma', atau al-Dafrah ('l-dprt) di
wilayah Bahr; kecuali kalau referensinya adalah kepada al-Dafrah yang lain di distrik Faifa di wilayah
Jizan (lihat di bawah).

Mestinya pada tahap ini, dari kampanye militernya, Sheshonk menyeberangi tebing curam dan
menggempur Al Sharim, dengan kata lain kota yang dianggap Yerusalem di wilayah Nimas, tanpa
memasuki kota itu. Tetapi setibanya ia di dt ptr atau d dptr, Sheshonk telah jalan menuju ke arah
selatan untuk melakukan penyerangan-penyerangan yang cepat di pedalaman Jizan atau mungkin ia
telah berada di sana pada waktu itu (lihat no. 34). Keempat tempat yang mestinya ditaklukkannya di
daerah tersebut adalah yang berikut ini:

35. ihm: Wahm (whm) di distrik Masarihah.

36. bt'rm: 'Umar ('mr), nama lengkapnya Qaryat 'Umar Maqbul (harfiahnya berarti 'desa 'Umar yang
kepadanya doa, atau ziarah ditujukan', yang menjelaskan makna kata bt, atau 'kuil' pada nama yang
tertera dalam daftar Sheshonk) di distrik Madaya.

37. kgri: Gharqah (grq) di distrik Abu 'Arish; tampaknya merupakan tempat asal orang-orang 'Arki'
('rqy, genitif 'rq atau 'rqh) dalam Kejadian 10:17, yang sampai kini dianggap sebagai 'Arqa di Libanon
bagian utara, di pedalaman Tripoli.

38. sik: Kus (kws) di distrik Masarihah atau Kis (kys) di distrik 'Aridah.

Sepulangnya dari wilayah Jizan, Sheshonk singgah di bt tpw(h) ('Beth-Tappuah' atau dalam Bibelnya
byt tpwh, Yosua 15:33), kini al-Fatih (pth) di wilayah Bahr. Dari sana ia langsung kembali menuju
pedalaman Lith dan melakukan penaklukan-penaklukan baru di sana (terutama di Wadi Adam), ia
kemudian melanjutkan serangan-serangannya, kali ini menyeberangi daerah rendah Buqran guna
menaklukkan tempat-tempat di wilayah Taif. Di antara tempat-tempat baru yang ia jajah di Wadi
Adam adalah yang sebagai berikut:

40. ibri': Wabir (wbr).

55. p'ktt: Qatit (qtt).[10]

56. idmi': Wadmah (wdm).

58. (m)qdr: Maqdhar (mqdr).

67. inmr: Namirah (nmr); kecuali kalau itu adalah Namirah lain, atau Namir (nmr) di luar Wadi Adam,
tetapi dekat dengan pedalaman Lith.

69. ftisi': Fatish (pts).

74. (h)bri: Khabirah (hbr).

78. 'dit: Adyah ('dyt).

112 dan 119. irhm: al-Rahm (rhm), nampaknya dua kali diserang.

113. ir (i'): Waryah (wryh), 'Yorah'-nya Bibel (ywrh, lihat Bab 8).

Di luar Wadi Adam tampaknya Sheshonk berhasil menduduki Yarar ('l yrr) di wilayah Banu 'Amr di
Sarat. Nama ini ditulis dalam daftar (no. 70) sebagai irhrr atau 'r hrr (diuraikan sebagai h-rr), 'r
bahasa Mesir mewakili 'l bahasa Semit (Arabnya Al), karena orang-orang Mesir kuno menulis l
sebagai r (dan terkadang sebagai n). Di daerah pedalaman Lith yang lebih luas tempat-tempat
berikut ini juga diserang:

45. bt dbi: Umm Zabyah ('m zby).

54. (q)dst: Kadisah (kdst).


57. dmrm (diuraikan sebagai d mrm): Al Maryam ('l mrym, dalam Bibel adalah 'Merom', atau mrwm
Yosua 11:5, 7).

59. yrdi': Yaridah (yrd).

89. hq(q) (diuraikan sebagai h-qq): al-Quqa' (qq, dengan kata sandang tertentu Arab).

Di seberang daerah rendah Buqran Sheshonk melakukan penyerangan-penyerangan terhadap 14


buah tempat di wilayah Taif, yang namanya tertulis dalam daftar besar Sheshonk:

60. p' 'mq: lembah Wadi 'Amq ('mq).

72. ibrm: Barmah (brm), sebuah desa di dekat Wadi Turabah dan gurun basal Harrat al Buqum.

76. wrkyt: al-Wiraq (wr'q, bentuk jamak Arab dari wrq; bandingkan dengan wrkyt sebagai bentuk
jamak feminin dari wrk).

80. dpki' (diuraikan sebagai d pki'), juga dibaca dpk (d pk): Al Faqih ('l pqh) kecuali kalau itu adalah al-
Faqih ('l pqh) di Wadi Adam.

86. tsdn(w): Shadanah (sdnt), kecuali kalau itu adalah Dashnah (dsnt) di pedalaman Lith.

91. wht wrki': Wahat (wht), dikenali sehubungan dengan Dar al-Arakah ('rk) yang terlelak di
dekatnya, disebut dalam kesusastraan Arab sebagai terletak di wilayah Taif guna membedakannya
dari Wahat di wilayah Ballasmar di Asir.

93. ysht: Shuhut (sht), nama dari sebuah wadi kecil di wilayah Taif.

95 dan 99. hnmi, dan hnni: bukan satu tempat, tetapi dua tempat yang berlainan, Al Human (hmn)
dan Hananah (hnn).

107. hqrm: al-Mihraq (mhrq), satu di antara dua pedesaan yang memakai nama ini di sekitar daerah
yang sama.
108 dan 110. 'rdi': 'Aradah ('rd).

111. nbt: Nabah (nb, dengan akhiran feminin nbt).[11]

118. (p'?) byy': Buwa' (bw').

150. irdn: al-Darayn (dryn; bukan 'Yordan', lihat Bab 7): satu di antara tiga buah pedesaan dengan
nama ini; kecuali kalau itu adalah al-Darayn di dataran tinggi Zahran lebih jauh ke arah selatan.

Kita dapat saja mengenali tempat-tempat lain yang diserang oleh Sheshonk di Asir utara dan Hijaz
selatan, tetapi saya kira masalahnya sudah jelas: kampanye militernya dilakukannya di Arabia Barat
dan bukan di Palestina. Tepatnya, tampaknya penjajah dari Mesir itu mendesak ke arah pedalaman
dalam penyerangan-penyerangannya sampai sejauh gurun basal Harrat al-Buqum, dan ia menyerang
oase Barmah (lihat no. 72), dan juga ibr (no. 122) yang kini merupakan oase Wabr (wbr). Ia
tampaknya juga melanjutkan perjalanannya ke arah selatan menyeberangi hulu Wadi Ranyah (srnri',
no. 104, diuraikan sebagai srnri': Al Siyar (syr), di dataran tinggi Ghamid dan di sini terdapat sumber
air Wadi Ranyah (rny) untuk menjajah Wadi Bishah. Di sini rupanya dalam dua peristiwa yang
berbeda ia menggempur irqd (no. 97) yang kini mungkin adalah Al Qirad (qrd); idmn (no. 98 dan 128)
mungkin adalah Wadi Adamah ('dm); dan inn (no. 140) yang kini adalah Wanan (wnn).

Dalam kata pendahuluan daftar besarnya di Karnak, Sheshonk mengatakan bahwa ia telah
menaklukkan 'bala tentara Mitanni' --mungkin kini desa Mathani (mtny), atau lebih mungkin lagi
daerah sekitar Wadi Mathan (mtn) di wilayah Taif di mana ia merampas begitu banyak pedesaan,
seperti yang telah saya katakan. Jelas Mitanni yang dibicarakan ini bukanlah sebuah kerajaan di
Mesopotamia utara; misalkan Mitanni adalah sebuah kerajaan di Mesopotamia utara maka akan
melibatkan suatu anakronisme yang menyolok.[12] Dalam daftar Sheshonk yang lebih pendek di kuil
Amon di El Hibeh, nhrn (no.4) jelas bukanlah 'Mesopotamia', seperti yang sampai kini diduga,
melainkan kini adalah desa Naharin (nhrn), dekat dengan Wadi Mathan atau desa Mathani di
wilayah Taif. Tak diragukan lagi tempat ini mestinya adalah 'Naharaim' dalam Kitab Bibel (nhrym)
(Kejadian 24:10; Ulangan 23:5; Hakim-hakim 3:8; Mazmur 60:2; Tawarikh I 19:6) yang kemudian oleh
Septuaginta (diikuti oleh kesarjanaan Bibel) dikenali sebagai 'Mesopotamia, (lihat Bab 1). Demikian
juga, iss(wr) dalam daftar yang sama (no. 9) bukanlah 'Assyria' tetapi di antara pelbagai
kemungkinan, yang masuk akal adalah Yasir (ysr) di daerah Mekah, dekat pelabuhan laut Rabigh.

Menghiraukan ketidaktentuan semacam itu, yang tampaknya jelas adalah bahwa tidak hanya sejarah
menurut Bibel saja yang harus dinilai kembali, tetapi juga sejarah kuno seluruh wilayah Timur Dekat.
Daftar-daftar nama tempat dalam Kitab Perjanjian Lama Ibrani yang sepertinya menarik itu, saya
yakin akan sangat bermanfaut bagi suatu generasi ahli-ahli yang, jika mereka dapat membuang
gagasan tradisional bahwa nama-nama tersebut terdapat di Palestina, mungkin dapat menjelaskan
sebagian besar dari sejarah kuno yang sampai kini masih diselimuti ketidakpastian.
"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

12. MELCHIZEDEK: PETUNJUK-PETUNJUK PADA SEBUAH PANTEON

Dengan adanya referensi yang tegas mengenai seorang pendeta raja yang bernama Melchizedek
(Melkisedek) dalam versi Inggris standar Kitab Perjanjian Lama, maka agaknya tidak senonoh jika
seseorang menanyakan apa benar ia pernah hidup. Namun kalau memang benar-benar ada orang
tersebut, Kitab Bibel Ibrani samasekali tidak mengatakan apa-apa mengenai dirinya. Memang benar,
suatu susunan dari konsonan-konsonan yang terbaca sebagai mlky sdq tertera dalam dua buah teks
Bibel (Kejadian 14:18 dan Mazmur 110:4) dan telah diterjemahkan sebagai 'Rajaku adalah
kebenaran'. Akan tetapi dalam keduanya nampaknya tidak mungkin mlky sdq adalah nama
seseorang. Dalam Kejadian 14:18 mlky sdq tampaknya merupakan istilah ungkapan. Dalam Mazmur
110:4 mlky sdq sudah hampir dapat dipastikan sebagai suatu referensi terhadap 'raja-raja' (mlkym,
dengan m yang terakhir merupakan jamak yang dibuang dalam struktur genitifnya) suatu tempat
tertentu.

Marilah kita pertimbangkan seluruh teks Kejadian 14:18. Dalam bentuk konsonan, ia terbaca sebagai
berikut: w-mlky sdq slm hwsy' lhm w-yyn w-hw khn l-'l 'lywn. Secara tradisional ini diberi vokal
sehingga menghasilkan pengertian yang berikut ini: 'dan Melchizedek raja Salem (slm) mengeluarkan
roti dan anggur dan ia adalah pendeta El 'Elyon atau ("Tuhan Maha Tinggi'', RSV)'. Namun dalam
konteksnya mlk dalam kata mlky tidak mungkin merupakan sebuah kata Ibrani untuk 'raja' guna
membuat mlky sdq sebuah nama perorangan yang berarti 'Rajaku adalah Kebenaran'. Lebih mungkin
kalau kata itu merupakan bentuk jamak mlk sebagai bentuk singkat mlwk yang berarti 'sesuap'
--suatu partisip sebuah kata kerja yang diakui dalam bahasa Arab (tetapi dalam bahasa Ibrani tidak)
sebagai 'lk, 'kunyah'. Kamus-kamus Arab menyebutkan 'lwk sdq (diucapkan aluk sidq, secara harfiah
berarti 'sesuap sajian') sebagai sebuah ungkapan pelembutan untuk 'makanan', terutama makanan
yang disuguhkan kepada seorang tamu. Maka pengertian yang sebenarnya Kejadian 14:18
tampaknya adalah: 'dan raja Salem mengeluarkan makanan (secara harfiahnya, 'beberapa suap
sajian'), roti dan anggur dan ia adalah pendeta El 'Elyon'. Sintaksis aneh teks Ibrani yang asli dalam
halnya Kejadian 14 secara menyeluruh memberi kesan bahwa ini tertulis dalam bentuk sajak sebagai
kisah epik mengenai prestasi militer gemilang Abram orang Ibrani (lihat Bab 13). Kata demi kata,
ungkapan ini kalau diterjemahkan akan berbunyi: 'dan makanan oleh raja Salem dikeluarkan, roti
dan anggur; dan ia adalah pendetanya El 'Elyon'.

Dalam konteks kisah yang diceritakan dalam Kejadian 14 raja Salem menghormati 'Abram orang
Ibrani' yang sedang dalam perjalanannya kembali dari sebuah tugas militer yang berbahaya dengan
membawa keberhasilan, membawa barang-barang rampasan yang banyak. Setelah mengeluarkan
'roti dan anggur'-nya, raja Salem mempersilakan Abram makan; berkenaan dengan idiom, ia
'memberinya sepotong makanan' (w-ytn lw m'sr mkl, Kejadian 14:20). Ini semakin menjelaskan
bahwa mlky sdq dalam Kejadian 14:18, seperti halnya mkl (Arabnya m'kl, disuarakan ma'kal) dalam
Kejadian 14:20 berkenaan dengan makanan dan bukanlah sebuah nama perorangan, 'Melchizedek'.
Menurut tradisi, ungkapan m'sr mkl dibaca sebagai m'sr mkl, yang berarti 'sepersepuluh dari
semuanya', karena m'sr dapat berarti 'sepersepuluh' dan 'sepersepuluh bagian' dan juga 'sebagian'.
Lebih lagi, pokok kalimat w-ytn lw, 'dan ia memberinya', secara tradisional dianggap sebagai Abram
dan bukan raja Salem, meskipun raja Salem adalah pokok kalimat dua kalimat sebelumnya. Maka
dari itu secara menyeluruh ayat itu telah dimengerti bukan bahwa raja Salem mengundang makan
Abram, tetapi bahwa Abram memberinya sepersepuluh barang-barang rampasannya yang ia bawa
--sebuah anggapan palsu dari pembenaran atas ecclesiastical tithing (pemberian sepersepuluh
penghasilan seseorang kepada gereja), mengingat bahwa raja Salem juga merupakan pendeta
'Tuhan Maha Tinggi'. Di sini menurut pendapat saya menunjukkan betapa tidak tepatnya pembacaan
terhadap Bibel Ibrani yang telah diperlakukan sampai kini.

Kembali pada teks konsonan Mazmur 110:4, kita menjumpai yang berikut ini: 'th khn l-'wlm 'l dbrty
mlky sdq, secara tradisional diberi vokal sehingga dapat diterjemahkan menjadi: 'engkau adalah
pendeta untuk selamanya dari golongan Melchizedek', orang yang dibicarakan mestinya adalah raja
Daud. Namun pertimbangkanlah yang berikut ini:

Kata Ibrani l-'wlm tentu dapat berarti 'selamanya', tetapi dapat juga berarti 'kepada 'Olam' --dewa
atau tempat pemujaan, atau sebuah julukan bagi Yahweh, yaitu Tuhan Israil (lihat di bawah), yang
berarti 'abadi' atau 'kekal'. Mengingat bahwa tak ada manusia yang dapat menjadi pendeta atau apa
pun untuk selamanya, maka penafsiran yang kedua dari kata Ibrani l-'wlm dilihat dalam
hubungannya dengan kalimatnya lebih masuk di akal.

Kata Ibrani dbrty tidak mungkin berarti 'golongan' karena kata ini bukanlah sebuah kata dalam
bentuk tunggal. Kata ini hanya mungkin merupakan bentuk ganda kata dbrh (dbrtym, berbeda
dengan bentuk feminin jamaknya, yaitu dbrwt) dengan m yang terakhir dalam akhiran ganda
ditanggalkan dalam struktur genitifnya dbrty(m) mlky(m) sdq. Kata Ibrani dbrh adalah kata benda
feminin yang merupakan kata benda lisan (verbal noun) dari kata dbr, di sini jelas dalam pengertian
kata Arab yang telah diberi vokal, yaitu dabara (juga dbr) yang berarti 'mengikuti'. Oleh karena itu
kata ini harus diterjemahkan sebagai 'pengikut' (dengan kata lain, 'daerah yurisdiksi', atau lebih
tepat lagi 'jemaah') sehingga dbrty(m) berarti 'kedua pengikut' atau 'kedua jemaah'. Kenyataan
bahwa ada tempat-tempat yang bernama sdq di dua bagian Arabia Barat yang berlainan juga perlu
dipertimbangkan di sini (lihat di bawah).

Kata Ibrani mlky(m) sdq dalam konteks berdiri sebagai sebuah susunan genitif yang berarti 'raja-raja
Sedeq'. Tentunya kata ini dapat pula dibaca sebagai nama perorangan, yaitu 'Melchizedek'. Namun
dua buah referensi dari Kitab Qur'an mengatakan bahwa sdq (disuarakan sidq, dan ditafsirkan
berarti 'kebenaran') sebenarnya merupakan sebuah tempat: di sini orang-orang Israil dipaksa
menetap (10:93); juga merupakan pusat kekuasaan seorang 'raja yang sangat kuat' (54:55). Ini
dengan kuat mendukung tafsiran yang pertama. Perlu dicatat bahwa 'Salem' atau El 'Elyon
samasekali tidak disinggung dalam teks Mazmur.

Berhubungan dengan pengamatan-pengamatan ini pembacaan atas Mazmur 110:4 seharusnya


dikoreksi sehingga berbunyi: 'engkau adalah pendeta 'Olam yang memimpin kedua kelompok (atau
dua daerah) raja-raja Sedeq'. Di sini seperti halnya dalam Kejadian 14:18 tidak ada persoalan
mengenai seseorang yang bernama 'Melchizedek'.

Apa yang sebenarnya dibicarakan dalam kedua sebutan yang telah saya teliti tersebut adalah dua
kelompok pendeta raja yang berbeda: para pendeta-raja 'Salem' dan El 'Elyon, serta para pendeta-
raja Sedeq (sdq) dan 'Olam ('wlm). Sementara raja-raja 'Salem' (sdq) adalah pendeta-pendeta El
'Elyon ('l 'lwyn), raja-raja Sedeq (sdq) merupakan pendeta-pendeta 'Olam ('wlm). Yang selama ini
diduga sebagai sebuah kota di Palestina dan terkadang dikenali sebagai Yerusalem, 'Salem' yang
tertera dalam Kejadian 14 tidak mungkin kalau bukan apa yang kini merupakan desa Al Salamah ('l
slm, 'dewa slm' atau desa keselamatan, perlindungan, kesejahteraan, kedamaian'), di wilayah Nimas
di pedalaman Asir. Di dekatnya, pada wilayah yang sama berdiri desa Al 'Alyan (bandingkan dengan 'l
'lywn dalam Bibel) yang sampai kini masih memakai nama dewa tempat mengabdi raja 'Salem'
sebagai pendeta. Juga di wilayah Nimas yang sama dan di dataran tinggi Tanumah tidak jauh di
sebelah tenggara berdiri pedesaan Al al-A'lam ('l 'lm) dan Al al-'Alam ('l 'lm), yang sampai kini
memakai nama dewa ('wlm yang ada dalam Bibel) tempat raja-raja Sedeq, sebagai pendeta-pendeta,
mengabdi. Kedua 'jemaah' atau 'daerah-daerah yurisdiksi' (Ibrani dbrtym) para pendeta-raja yang
berlainan tersebut (andaikata benar-benar tidak ada dua tempat dengan nama yang sama) mungkin
berpusat di sekitar dataran tinggi Zahran di ujung utara Asir dan wilayah Jizan serta Najran di ujung
selatan. Kemungkinan besar pusat kekuasaan raja-raja Sedeq yang mengabdi kepada dewa 'Olam
kini adalah desa Bayt al-Sadiq (byt 'l-sdq, 'kuil' dewa sdq) di wilayah Zahran. Di dekatnya berdiri
sebuah desa lagi yang bernama Sidaq (sdq). Dua pedesaan lagi yang bernama Sidaqah (sdq) dan
Siddiqah (sdq) masih dapat dijumpai di wilayah Jizan, bersamaan dengan sebuah desa yang bernama
Sadaqah (sdq) di daerah sekitar Wadi Najran. Kalau benar seperti yang telah saya tegaskan bahwa
raja Daud berasal dari Wadi Adam, dekat Bayt al-Sadiq di wilayah Zahran, dan bahwa ia akhirnya
berkuasa sebagai raja di 'Zion'-nya (atau Siyan) Rijal Alma' dekat Sidaqah di wilayah Jizan, penjelasan
terhadap dbrtym ganda itu mungkin terletak di sana.

Selanjutnya, yang berikut ini perlu dipertimbangkan:

Tuhan orang-orang Israil, Yahweh, dengan jelas dikenali sebagai Shalom (slwm, suatu bentuk slm,
atau 'Salem') dalam nama sebuah altar yang konon dibuat oleh Gideon di 'Ophrah' ('prh), suatu
tempat yang konon milik seseorang dari 'Ezer' ('by h-'zry, 'Bapak orang Ezrit' seperti yang ditulis
dalam Hakim-hakim 6 24). 'Ophrah' yang dipermasalahkan tersebut mestinya kini adalah 'Afra ('pr),
sebuah desa di wilayah Nimas, tidak jauh dari 'Adhrah ('dr, bandingkan dengan nama Ibrani 'zr) yang
pasti adalah 'Ezer' dalam Bibel, di dekat Bani Shahr. Tentu, altar Yahweh Shalom adalah tidak lain
dari Al Salamah di wilayah Nimas - 'Salem'-nya Kejadian 14.

Messiah yang kelahirannya diramalkan dalam Yesaya 9:6 bernama 'l gbwr 'by 'd slwm, biasanya
diterjemahkan menjadi 'Tuhan Maha Besar, Bapak yang kekal, Pangeran Kedamaian' (RSV). Sr slwm-
nya bahasa Ibrani di sini tentunya berarti 'pangeran dari Shalom', dengan kata lain, dari kota
penyembahan 'Salem' atau Al Salamah. Jelas bahwa 'by 'd merupakan nama dewa yang kini masih
bertahan dalam nama desa Abu al-'Id ('b 'd, atau 'b 'l-'d) di wilayah Jizan. Jelas pula bahwa 'l gbwr
adalah nama dewa yang bertahan terus dalam nama-nama dari tiga buah pedesaan yang bernama Al
Jabbar ('l gbr): sebuah di wilayah Tanumah; sebuah di wilayah 'Abidah; sebuah lagi di distrik
Majaridah; ketiganya terletak di Asir. Dalam Yesaya, nama-nama ketiga dewa Arabia Barat diberikan
kepada Messiah orang Israil yang akan duduk di singgasana Daud.

Pembacaan secara tradisional atas Kejadian 14:22 telah lama menganggap bahwa Abram orang
Ibrani, dalam suatu sumpahnya, mengenali tuhannya sendiri, Yahweh, dengan El 'Elyon-nya raja
'Salem'. Teks Ibrani dari sumpah Abram, hrmty ydy 'l 'lywn, biasanya diterjemahkan 'Saya telah
bersumpah (secara harfiahnya, telah mengangkat tangan saya) kepada Yahweh El 'Elyon' (dalam
RSV, 'kepada Tuhan Maha Tinggi'). Sebenarnya kata Ibrani Yahweh di sini (seperti dalam contoh-
contoh sebelumnya) harus dibaca sebagai imperfek kuno dari kata kerja hyh - 'adalah'. Sehingga
sumpahnya akan berbunyi: 'Saya telah bersumpah, El 'Elyon adalah dewa', atau 'saya telah
bersumpah, (karena) El 'Elyon adalah dewa ('l yhw 'l 'lywn)', pengakuan terhadap kedewaan El 'Elyon
dipersembahkan sebagai kesaksian dari kebenaran sumpah itu. Namun dalam Mazmur 7:18 'Elyon
dengan tegas disebut sebagai Yahweh (sm yhwh 'lywn, 'nama Yahweh adalah 'Elyon'). Yahweh juga
disebut 'Elyon dalam Mazmur 47:3. Lebih lagi, 'Elyon dan bukan Yahweh tertulis sebagai nama Tuhan
Israil dalam lebih dari duapuluh sebutan lama dalam teks-teks Bibel yang umumnya diterjemahkan
sebagai 'Maha Tinggi.'

Yahweh dikenali sebagai El 'Olam ('l 'wlm) dalam Kejadian 21:33, dan sebagai 'lhy(m) 'wlm
(harfiahnya 'dewa-dewa 'Olam') dalam Yesaya 40:28. Ia juga disebut raja 'Olam (mlk 'wlm) dalam
Yeremia 10:10.

Dalam Mazmur 7:18 kalimat dalam bahasa Ibrani yang berbunyi 'wdh yhwh b-sdqw sampai kini
dianggap berarti 'Saya akan menyatakan terima kasih kepada Yahweh (atau 'Tuhan') atau
Kebenarannya'. Namun b dalam b-sdqw berarti 'di' atau 'pada', dan mustahil dapat berarti 'atas'
atau 'karena'. Pembacaan yang terakhir seharusnya memerlukan preposisi Ibrani, yaitu l, dalam hal
ini sebagai l-sdqw. Maka penterjemahan yang benar teks Ibraninya adalah: 'Saya akan menyatakan
terima kasih kepada Yahweh di Sedeq-nya' yaitu di kuilnya di sebuah tempat yang bernama sdq,
yang mungkin adalah Sidaqah atau Siddiqah-nya Jizan.[1] Tentu kita dapat saja meneliti segenap
sebutan-sebutan Keinjilan dimana kata sdq timbul dan menentukan, menurut konteksnya, sebab sdq
membuat suatu referensi pada sebuah tempat pemujaan yang bernama Sedeq dan kata itu hanya
berarti 'kebenaran'.

Kini mestinya sudah jelas: kemungkinan tidak pernah ada seorang pendeta-raja 'Salem' yang diakui
kebenarannya menurut Bibel, dengan nama 'Melchizedek' yang mengepalai sebuah 'golongan'.
Kesimpulan semacam ini sangatlah menarik, tetapi apa yang lebih penting ialah bahwa penyelidikan
terhadap masalah Melchizedek menyuguhkan petunjuk-petunjuk yang membantu membongkar
suatu misteri sejarah yang besar: asal mula monoteisme di Arabia Barat kuno yang telah terlupakan.

Pertama-tama kita harus mengingat bahwa kata untuk 'Tuhan' yang Esa, dalam bahasa Ibrani adalah
Elohim ('lhym) yang merupakan bentuk jamak maskulin dari eloh ('lh) atau 'Tuhan'.

Tak ada salahnya jika kita mengatakan bahwa apa yang nantinya dikenal di Arabia Barat, pada suatu
waktu, sebagai Tuhan yang Esa yang pada mulanya adalah sebuah panteon (dunia dewata) yang
terdiri dari dewa-dewa setempat atau dewa-dewa kesukuan. Sebuah penghitungan atas nama-nama
tempat di Arabia Barat dimulai dengan Al ('l, bandingkan dengan 'l-nya bahasa Ibrani,
'Tuhan/Dewa'), mengesampingkan nama-nama tempat yang tak terhitung lagi yang memakai kata
sandang tertentu Arab al yang mungkin adalah 'l-nya bahasa Ibrani yang masih bertahan sampai kini,
dapat langsung menunjukkan bahwa dunia dewata Arabia Barat kuno pada mulanya terdiri dari
ratusan dewa, mungkin termasuk dewa-dewa yang mempunyai beberapa nama yang berbeda. Di
antara dewa-dewa tersebut adalah Al Salamah (yaitu slm atau slwn di dalam Bibel), Al 'Alyan ('l 'lywn
dalam Bibel), Al al-A'lam atau Al al-'Alam (yaitu 'wlm dalam Bibel), dan Sidq (dalam Bibel adalah sdq,
juga diakui sebagai sdq dan sdyq dalam inskripsi-inskripsi Arab). Di dalam Bibel Ibrani, Al Salamah, Al
'Alyan, dan Al al-A'lam (atau al-'Alam) dengan jelas disamakan dengan Tuhan orang-orang Israil,
yaitu Yahweh (yhwh, lihat di bawah), dan sebuah sdq dituliskan sebagai sebuah tempat pemujaan
Yahweh. Juga disamakan dengan Yahweh adalah beberapa dewa Arabia Barat lainnya, yang
namanya bertahan di tanah asal mereka dalam bentuk nama-nama tempat. Di antara mereka adalah
Al Sadi ('l sdy, dalam Bibel 'l sdy, atau El Shaddai, sering diterjemahkan sebagai 'Tuhan yang Maha
Kuasa'); Al Rahwah (rhw, 'lubang air, sumur', dalam Bibel 'l r's diucapkan El Ro'i, ditafsirkan dengan
salah sebagai 'Dewa penglihatan'); al-Sabayat (sbyt, 'gazelle', sejenis rusa), nama tempat dari sebuah
kuil; dalam bibel sb'wt atau 'Sabaoth', juga berarti 'gazelle-gazelle', namun secara tradisional
ditafsirkan dalam pengertian 'pasukan-pasukan, tuan rumah-tuan rumah' --sehingga penterjemahan
atas yhwh sb'wt, sebagai 'Tuhan para tuan rumah' yang sebenarnya berarti 'Yahweh-nya Sabayat').
Seperti yang telah dicatat, nama-nama dua dewa Arabia Barat lainnya, yaitu Al Jabbar (dalam Bibel 'l
gbwr) dan Abu al-'Id (dalam Bibel adalah 'b 'd), dikenali dalam Yesaya 9:6 sebagai nama-nama
Messiah orang-orang Israil; kedua dewa tersebut mungkin juga disamakan dengan Tuhan orang-
orang Israil.[2]

Mengenai nama Yahweh sendiri, namanya juga hidup terus di Arabia Barat, tidak hanya sebagai yh
atau yhw dalam inskripsi Thamud dan Lihyan dari Hijaz bagian utara (yang telah menjadi suatu fakta
yang telah diakui), tetapi juga dalam sejumlah nama tempat. Satu di antaranya adalah nama sebuah
punggung gunung, Jabal Tahwa (thw) di pesisir Asir. Lainnya adalah nama-nama pedesaan seperti al-
Haw ('l hw) di dekat Mekah; al-Hawa, ('l-hw), Abu Hiya' dan Hiyah (hyh) di dekat Taif; Al Hiyah ('l hyh)
di wilayah Nimas (kemungkinan nama kuil utama Yahweh, mengingat letaknya yang berdekatan
dengan Al 'Alyan dan Al al-A'lam, lihat di atas), dan Hiyah (hyy) dekat Dhahran, di ujung selatan
ketinggian Asir yang terletak paling jauh di selatan (mungkin dt zhrn yang tertera dalam inskripsi-
inskripsi Arab). Lebih mungkin dari tidak, Yahweh, seperti El 'Elyon, pada mulanya adalah dewa
ketinggian pegunungan. Namanya telah menjadi pokok bahasan dari kontroversi yang telah banyak
dipelajari, namun nama tersebut dapat dengan mudah dijelaskan sebagai sebuah kata benda kuno
dari kata kerja hwh (bukan apa yang biasanya diduga berarti 'adalah'), bukan dalam pengertian
Ibrani dan bahasa Arab 'jatuh', melainkan dalam pengertian bahasa Arab (belum diakui
kebenarannya dalam bahasa Ibrani), yaitu 'naik, diangkat'. Namanya sendiri, dalam pengertian
tersebut, mestinya mengakibatkan ia diakui sebagai dewa yang tertinggi.

Kita tak dapat menyebutkan kapan Yahweh disamakan dengan dewa-dewa lain dalam panteon
Arabia Barat sebagai Elohim ('lhym, 'Tuhan', berbeda dengan h-'lhym, 'dewa-dewa') Israil. Yang
dapat kita katakan adalah bahwa identifikasi ini dilakukan secara selektif. Kalau nama-nama
beberapa dewa Arabia Barat, seperti halnya dewa-dewa yang telah disebutkan di atas nantinya
disamakan dengan Yahweh, lainnya tidak demikian. Begitulah dengan nama dewa 'Succoth' (skwt,
Amos 5:26) yang bertahan di daerah sekitar Abha di dataran tinggi Asir sebagai nama desa Al Skut ('l
skwt). Begitu pula halnya dengan pelbagai dewa lainnya yang bernama 'Baal' (b'l mungkin
kependekan dari 'l 'l, 'bapak panen', atau 'yang satu panen', seperti 'Baal-Zebub' (b'l zbwb, Raja-raja
II 1:2) yang namanya bertahan terus sebagai nama pelbagai dewa di Asir seperti Dhabub (dbwb) dan
Dhubabah (dbb) di wilayah Jizan, dan Al Dhubabah ('l dbb) dekat Khamis Mushait. Kita dapat
langsung mengerti mengapa Baal-Zebub tersebut (nama ini biasanya dianggap berarti 'Majikan lalat-
lalat') tidak pernah disamakan dengan Yahweh. Menilai arti zbb yang bertahan dalam bahasa Arab,
namanya menunjukkan bahwa ia merupakan 'bapak panen-panen dengan zakar yang sangat besar'.

Akan tetapi sebuah inventaris yang lengkap mengenai dewa-dewa Arabia Barat yang nantinya
disamakan dengan Yahweh dan yang tidak, adalah di luar jangkauan penelilian ini. Yang tampaknya
lebih penting ialah bahwa sebuah penafsiran kembali dari sebutan-sebutan tertentu dalam Bibel
Ibrani dapat memberi kita bukti-bukti yang mungkin dapat berguna dalam membantu para ahli
merumuskan sebuah teori baru yang dapat menjelaskan bagaimana monoteisme berkembang di
Arabia Barat. Sekali lagi ilmu onomastik menunjukkan jalan yang terlalu berbelit-belit bagi saya, dan
hanya berguna bagi mereka yang berpengetahuan sangat luas dalam hal ini .

Perkenankan saya hanya menambah ini saja, sambil menyimpulkan: ada sebuah cerita yang menarik
dalam Kejadian 22:1-4 yang kalau dibaca dengan teliti nampaknya membantu dalam transisi di
Arabia Barat antara politeisme dan monoteisme (atau paling tidak pemujaan terhadap Yahweh
sebagai tuhan yang tertinggi). Dalam sebutan tersebut kita diberitahu bahwa Ibrahim diperintahkan
oleh 'tuhan- tuhan' (h-'lhym yang dibedakan dari 'lhym) untuk membawa anaknya, yaitu Ishak, ke
tanah 'Moriah' (h-mryh, kini al-Marwah, atau mrwhm juga dengan kata sandang tertentu, di Rijal
Alma'; lihat geografi cerita Ibrahim dalam Bab 13). Di sana ia harus menjadikan anaknya kurban di
sebuah gunung, yang kemudian dikenal dengan nama yhwh yr'h, atau 'Yahweh Yireh' (kini Yara', atau
yr', juga di Rijal Alma'). Ibrahim dengan teliti mengikuti perintah 'tuhan-tuhan' itu (h-'lhym diulang
dalam 22:1, 3, 9),[3] namun sewaktu ia mempersiapkan altar bagi pengorbanan anaknya, Ishak
bertanya dimana anak kambing yang akan dikurbankan, Ibrahim menjawab bahwa 'Tuhan' dalam
bentuk tunggal ('lhym bukan h-'lhym), akan menyediakan anak kambing itu (22:8). Mendengar ini
Yahweh mengalangi mereka dengan cara menyediakan sebuah kambing jantan yang akan
menggantinya sebagai kurban, setelah puas bahwa Ibrahim takut terhadap 'Tuhan' (lagi 'lhym bukan
h-'lhym), seperti yang disebutkan dalam Kejadian 22:11f. Apakah terlalu fantastis untuk menganggap
bahwa kisah ini pada mulanya diceritakan guna menjelaskan asal mulanya monoteisme?

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

13. ORANG-ORANG IBRANI HUTAN ASIR

Istilah 'Ibrani' ('bry, jamaknya adalah 'brym, 'bryym, bentuk femininnya adalah 'bryt) muncul tujuh
kali dalam Kitab Bibel Ibrani dan tiga kali dalam kitab-kitab Nasrani (Perbuatan-perbuatan 6:1;
Orang-orang Korintia II 11:22; Orang-orang Philipi 3:5). Dalam teks-teks Nasrani tersebut kata ini
digunakan untuk membedakan umat Kristen yang secara kesukuan adalah Yahudi dengan yang lain,
terutama umat 'Hellenis' (Perbuatan-perbuatan 6:1). Dalam teks-teks Ibrani penggunaannya agak
kurang jelas; namun pembacaan teks-teks tersebut memberi kesan bahwa orang-orang Israil dahulu
kala mulanya dipandang sebagai suku-suku 'Ibrani'.

Apa yang dapat dikatakan mengenai orang-orang 'Ibrani'? Sejauh ini telah banyak usaha yang
dilakukan guna menyamakan 'brym menurut Bibel dengan ha-pi-ru dalam teks-teks kuniform,
dengan 'prm-nya Ugarit, 'pr-nya orang Mesir dan habiru yang tertulis dalam Surat-surat Amarna
(mengenai Surat-surat Amarna tersebut, lihat Bab 5). Orang-orang seperti ini pada umumnya
dipercaya lebih merupakan suatu golongan sosial daripada suatu kelompok etnis yang tidak
mematuhi pihak yang berwajib dan hidup di luar hukum dan peraturan yang ada seperti halnya
bandit-bandit, prajurit-prajurit bayaran, orang-orang gelandangan atau penjual keliling. Kalau
memang kaum ha-pi-ru ini benar-benar bangsa 'brym menurut Bibel di dalam teks-teks kuniform,
yang ditulis dalam bahasa yang masih serumpun dengan bahasa Ibrani Bibel, mestinya mengeja
nama mereka dengan benar tanpa membuat satu atau lebih perubahan-perubahan yang mendasar.
Dari hasil penyelidikan terhadap daftar-daftar topografis Mesir kuno juga menyalin susunan
konsonan dari nama-nama tempat Semit dengan benar, jelas mereka tidak pernah menyalin b
sebagai p. Maka dari itu, 'pr-nya Mesir tidak mungkin merupakan suatu salah penterjemahan dari
'br-nya bahasa Ibrani --akar kata asal kata 'brym.

Untuk mengetahui secara lebih mendalam siapa sebenarnya orang-orang 'Ibrani' pada mulanya, kita
dapat melihat pada kisah tentang Ibrahim (Abraham) dalam Kejadian, yang dikenal dengan dua
nama, Abram ('brm) sampai Kejadian 17, dan Abraham ('brhm) mulai dari Kejadian 18. Tanpa
menghiraukan apakah Abram dan Abraham (Ibrahim) adalah orang yang sama atau bukan, kisah
Kejadian ini memperlakukannya dengan demikian. Dalam Kejadian 14:13, Abraham, yang dipandang
sebagai leluhur orang Israil dan bangsa-bangsa serumpun lainnya, diberi nama 'Abram orang Ibrani'
('brm h-'bry). Ia juga dikatakan menetap 'di samping pohon-pohon ek (lebih tepat lagi, hutan)
Mamre' (b-'lny mmr', secara harfiah 'di dalam' bukan 'di samping' hutan Mamre). Abram yang sama
ini dikatakan bertempat tinggal 'di dalam hutan' Mamre (sama dengan di atas) dalam 13:8. Hutan
Mamre muncul lagi sebagai tempat tinggal Abraham (Ibrahim) dalam Kejadian 18:1, tepat pada
waktu pergantian namanya terjadi.

Jelas orang yang dianggap sebagai leluhur orang-orang Israil ini, seperti digambarkan dalam
Kejadian, ialah orang 'Ibrani', atau 'bry, seseorang yang menetap di dalam hutan. Istilah 'bry itu
sendiri mungkin menunjukkan akan hal tersebut. Sampai kini dianggap sebagai padanan kata dari
kata kerja Arab 'br (diucapkan 'abara) yang berarti 'menyeberangi, melintasi',[1] kata Ibrani 'br
dalam 'bry, atau bentuk jamaknya 'brym, mungkin pula padanan kata dari kata benda jamak
gabungan Arab gbr (diucapkan gabar, tunggalnya gabarah, atau gbrhn) yang berarti 'hutan'. Bangsa
'Ibrani' pada mulanya mungkin merupakan sebuah masyarakat Arabia Barat yang tinggal di dalam
hutan. Di wilayah Dhahran, di ujung selatan ketinggian Asir, sampai kini masih berdiri sebuah desa
yang bernama Al al-Ghabaran ('l gbrn 'Dewa Kehutanan'). Mungkinkah dewa dengan nama ini adalah
'lhy h-'brym (Tuhan orang-orang Ibrani, RSV) yang disamakan dengan Yahweh, Tuhan Israil di dalam
enam buah sebutan Keluaran (3:18; 5:3; 7:16; 9:1 13; 10:3)?[2]
Untuk mengetahui di mana masyarakat hutan 'Ibrani, Arabia Barat diperkirakan berasal, kita dapat
dapat mengikuti perjalanan 'Abram orang Ibrani' itu, seperti yang dituturkan dalam Kejadian 11:31;
13:18. Konon Abram dan rekan-rekan sebangsanya pada mulanya berasal dari Ur Kasdim, atau 'wr
ksdym. Penterjemahan Ur Kasdim yang tradisional sebagai 'Ur orang Chaldea' yang diperkirakan
terletak di Mesopotamia, terdapat dalam Septuaginta Yunani, dan yang demikian ini menunjukkan
suatu salah penafsiran geografis pada zaman Hellenis. Sebenarnya kampung halaman Abram pada
mulanya mestinya kini adalah Waryah (wry, bandingkan dengan 'wr) di Wadi Adam, yang secara
Bibel dikenali berhubungan dengan Maqsud (mqsd, bandingkan dengan ksdym), sebuah tempat
yang masih ada di sana di wilayah yang sama. Dari sana Abram dan rekan-rekan sebangsanya pindah
ke 'Haran' (hrn) - agaknya kini adalah Khayran (hyrn), juga di Wadi Adam. Di sini Abram berpisah
dengan para rekannya dan melakukan perjalanan ke arah selatan menuju daerah sekitar 'Shechem'
(skm) kini al-Kashmah (ksm) di Rijal Alma', dan di sini ia menetapkan diri di hutan 'Moreh' --agaknya
kini Marwah (mrwh, satu di antara dua buah pedesaan dengan nama yang sama di Asir, yang satu
lagi adalah 'Moriah', dalam Bibel, lihat Bab 12). Kemudian Abram pindah ke 'gunung' (dengan kata
lain, punggung bukit) di sebelah timur 'Bethel' (byt 'l), kini Batilah (btl) di Rijal Alma' (lihat Bab 4) dan
berkemah di sebelah baratnya dan 'Ai' (h-y, kini al-Ghayy, di wilayah yang sama, lihat Bab 7) terletak
di sebelah timurnya.[3] Memang ada sebuah Bethel yang bernama Bayt Ula (byt'l) di Palestina, di
wilayah al-Khalil (atau 'Hebron'). Agak jauh ke arah timur, melewati Laut Mati, ada sebuah Ai yang
bernama Khirbat 'Ayy ('y) di wilayah al-Karak. Namun kedua wilayah tersebut saling terpisah bukan
oleh sebuah gunung, tetapi oleh sebuah lembah Laut Mati yang sangat dalam. Mungkin karena
alasan inilah para ahli Bibel belum mengenali tempat-tempat tersebut sebagai Bethel dan Ai-nya
Abram, dan memang sepantasaya demikian. Namun perkiraan mereka bahwa Bethel yang
dibicarakan ini adalah Baytin di Palestina, dan bahwa Ai adalah al-Tall yang terletak di dekatnya (lihat
Bab 7, Catatan 8) samasekali tak dapat dipertahankan.

Langkah Abram selanjutnya ditujukan ke arah 'Negeb' (h-ngb, kini al-Naqab, atau nqb, juga di Rijal
Alma'). Dari sini ia pergi ke msyrm - bukan 'Mesir', seperti yang dikatakan oleh identifikasi tradisional
tetapi Misramah (msrm) kini di dekat Abha, dan di sini ia konon mendapat kesulitan dengan
'Pharaoh' - pr'h yang nampaknya adalah dewa lokal di sana.[4] Setelah menetap di daerah itu, yang
konon memberinya kekayaan yang melimpah, mungkin melalui perdagangan ternak, Abram kembali
ke Rijal Alma' --pertama-tama ke 'Negeb' atau al-Naqab; kemudian ke tempat ia berkemah dahulu
antara 'Bethel', atau Batilah, dan 'Ai', atau al-Ghayy. Dari sinilah dia akhirnya pergi untuk menetap di
hutan 'Mamre' (mmr'), di dekat 'Hebron' (hbrwn) - kini Namirah (mzmr) dekat Khirban (hrbn) di
daerah perbukitan pedalaman Qunfudhah. Di daerah sekitar Namirah dan di wilayah Qunfudhah
yang sama itu di sana sampai kini masih terdapat empat buah pedesaan yang berdekatan yang
bernama Qaryat Al Silan, Qaryat al-Shiyan, Qaryat 'Asiyah, dan Qaryat 'Amir --yang tak diragukan lagi
adalah 'Kiriath-arba (qryt 'rb', 'desa empat' atau 'pedesaan empat', mungkin empat dewa) dan di sini
istri Abram wafat yang dikenali dalam konteks yang sama dengan 'Hebron'. Di sekitar daerah yang
sama juga berdiri desa Maqfalah (mqplh), yang sampai kini memakai nama gua Machpelah (mkplh)
yang ia peroleh di luar 'Hebron' sebagai makam keluarganya (Kejadian 23:9f). Begitulah ketelitian
geografis kisah Kejadian tersebut. Secara lebih umum kita dapat menambahkan bahwa nama Abram
('brm) bertahan sebagai nama dua buah lokasi di daerah-daerah tempat ia menetap selama sebagian
besar hidupnya: desa Sha'b Baram ('lembah' brm) di Rijal Alma'; dan Barmah (brm) di wilayah
Qunfudhah.
Jelas karir Abram berpusat di sekitar wilayah Rijal Alma' dan daerah perbukitan di sebelah utara, di
pedalaman Qunfudhah --daerah-daerah yang terdapat hutan-hutan tanaman jenever dan pohon
saru di ketinggian yang lebih tinggi, dan padang-padang pohon butun, akasia serta pohon-pohon
hutan lainnya pada ketinggian yang lebih rendah, diselang-selingi oleh padang-padang rumput dan
tanah-tanah subur. Secara kebetulan, 'hutan' 'Mamre'-nya Ibrahim kini ditandai oleh sekelompok
pohon akasia dan tumbuhan tamarisk di sekitar daerah Namirah dan Khirban, di pedalaman
Qunfudhah. Yang dibicarakan bukanlah 'pohon-pohon ek' (seperti dalam terjemahan-terjemahan
Bibel lama) maupun 'pohon-pohon butun' (seperti dalam terjemahan-terjemahan yang lebih baru).
Akan tetapi Misramah, tempat Ibrahim menetap untuk beberapa waktu, tak diragukan lagi adalah
sebuah kota pasar yang penting, seperti kota-kota tetangganya, yaitu Abha dan Khamis Mushait
yang mestinya merupakan kota-kota pasar yang penting pula sesudah zaman Abraham. Dataran
tinggi di sana ditanami secara intensif dan terletak di sebuah persimpangan jalur niaga yang penting.
Konon Abram pergi ke sana sewaktu 'terjadi kelaparan di tanah itu', yang mungkin disebabkan oleh
belalang-belalang, karena sampai baru-baru ini wadi-wadi di sisi maritim Asir penuh dengan hama
yang rakus tersebut.

Apakah semua orang Israil pada mulanya merupakan orang-orang 'Ibrani', atau masyarakat
kesukuan dari hutan-hutan Asir? Kemungkinan besar tidak. Di antara keduabelas 'putra-putra' Israil
yang dianggap sebagai leluhur keduabelas suku Israil (kalau memang benar ada duabelas), hanya
Yusuf yang dengan jelas dibicarakan dalam Kejadian sebagai orang 'Ibrani'- seorang 'ys 'bry, atau
'pria Ibrani'; seorang 'bd 'bry, atau 'pelayan Ibrani, budak'; seorang n'r 'bry, atau 'anak Ibrani'
(Kejadian 39:14, 17: 4l:12). Di antara saudara-saudara laki-lakinya tidak ada yang dikhususkan
sebagai orang Ibrani, walaupun secara bersama mereka disebut sebagai orang-orang Ibrani
(contohnya 43:32). Yusuf konon dijual sebagai budak di 'Mesir' (msrym) --mungkin Misramah dekat
Abha, atau Masr (msr, tunggal dari msrym), di Wadi Bishah. Sebelum itu ia tinggal di 'Hebron' yang
telah dikenali sebagai Khirban di wilayah Qunfudhah, sedangkan 'saudara-saudara laki-laki'nya
menggembala ternak mereka dekat 'Shechem', atau al-Kashmah (lihat di atas), di Rijal Alma'
(Kejadian 37:13-14). Diperintahkan untuk memanggil saudara-saudaranya di 'Shechem' dan gagal
mengejar mereka, Yusuf mengikuti mereka ke 'Dothan' (dieja dtyn dan dtn, Kejadian 37:17)
--mungkin Dathanah (dtn) di sekitar daerah Jabal Faifa, di daerah pedalaman Jizan yang bergunung-
gunung.[5] Di kaki Jabal Faifa terbentang barisan pegunungan yang menghubungkan wilayah pantai
Jizan dengan pedalaman Asir. Ini menjelaskan mengapa orang-orang kafilah lewat dekat 'Dothan'
dalam perjalanan mereka menuju Misramah atau ke Masr, dan mengambil Yusuf dari 'saudara-
saudara laki-laki'nya dan membawanya bersama mereka untuk dijual sebagai budak di sana.
Kemudian 'saudara-saudara laki-laki' Yusuf (dan juga 'ayah'nya) menyusulnya ke Misramah atau
Masr guna menghindari kelaparan yang terjadi di tanah asal mereka, seperti yang dilakukan oleh
leluhurnya, Abram, beberapa waktu sebelumya.

Keunggulan unsur ke'Ibrani'an di antara orang-orang Israil ditunjukkan oleh peranan kuat yang
diberikan pada Yusuf di antara 'saudara-saudara laki-laki'nya setelah mereka semua pindah ke
wilayah Misramah atau Masr (mungkin Masr, karena ungkapan Ibrani 'rs msrym paling tepat
diterjemahkan sebagai 'tanah orang-orang msr', kata msry, yang jamaknya adalah msrym, adalah
genitif msr). Setelah mereka menetap di sana, semua 'saudara-saudara laki-laki' Israil itu dan para
keturunan mereka kemudian dikenal sebagai orang-orang Ibrani (Kejadian 43:32; Keluaran 1:15f, 19;
2:6, 7, 11, 13; 21:2), dan Tuhan Yahweh mereka dipandang sebagai 'Tuhan orang-orang Ibrani',
seperti yang telah dikatakan. Namun setelah timbulnya orang-orang Israil sebagai suatu masyarakat
politik, istilah 'Ibrani' hanya kadang-kadang saja digunakan untuk menunjuk kepada mereka, selalu
untuk membedakan mereka secara kesukuan dari bangsa-bangsa lain yang hidup di antara mereka
(Samuel I 4:6, 9; 13:3, 19; 14:11; Yunus 1:6).

Akhirnya, bahasa yang kemudian dikenal sebagai bahasa 'Ibrani' jelas bukanlah bahasa orang-orang
'Ibrani' atau bahasa suku-suku Israil itu sendiri. Pada zamannya, bahasa ini dipergunakan secara luas
tidak hanya di Arabia Barat saja, tetapi juga di tempat- tempat lain. Akan tetapi orang-orang Israil di
Arabia Barat lah, yang mengaku sama-sama mempunyai leluhur orang 'Ibrani', yang mengabadikan
bahasa tersebut dalam karya-karya tulisan mereka yang menakjubkan Kitab Bibel Ibrani, yang
geografinya merupakan pokok bahasan studi ini. Adakah nama yang lebih baik untuk bahasa ini,
yang pada dasarnya ekspresif tetapi diperkaya dan diubah menjadi suatu alat yang mengandung ide-
ide abadi oleh para genius bangsa yang agung, yang dapat diberikan padanya?

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

14. ORANG-ORANG FILISTIN ARABIA

K.A. Kitchen, seorang ahli Bibel yang terkemuka menulis: 'Di antara bangsa-bangsa yang terdapat di
dalam Kitab Perjanjian Lama, bangsa Filistin adalah sekaligus yang paling dikenal dan yang paling
sukar untuk dipahami'.[1] Tidaklah mengherankan jika mereka sukar untuk dipahami, karena para
ahli bersikeras untuk mencari tanah asal mereka pada tempat yang tidak semestinya. Karena bangsa
Filistin disebut dalam beberapa sebutan menurut Bibel sebagai bangsa 'Cherethit' (krty, bentuk
genitif krt), sudah menjadi suatu kepercayaan bahwa mereka pada mulanya adalah 'Orang-orang
Laut' yang misterius dari pulau Crete (Kreta) di Laut Tengah yang kemudian menempati barat daya
Palestina. Bagaimana Palestina mendapatkan namanya setelah ditempati oleh bangsa Filistin yang
disebut dalam Bibel Ibrani tidak menetap di sana, dan mereka tidak datang dari Crete. Nama krt
dalam Bibel (Samuel I 30:14; Zefanya 2:4-5; Yehezkiel 25:15-16) mestinya adalah Wadi Karith (krt),
sebuah cabang dari Wadi Tayyah di ketinggian Rijal Alma'. Ada pula tiga buah tempat di Asir yang
bernama Falsah (plst, bandingkan dengan plst dalam bahasa Ibrani yang bentuk jamak maskulin
genitifnya adalah plstym, 'orang-orang Filistin'); satu di dekat Ghumayqah, di wilayah Lith; dan
sebuah lagi di Wadi Adam, juga di wilayah Lith, dan di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama
Fasilah (plst, metatesis plst, dengan s (dengan topi di atas) diubah dalam pengucapan menjadi
sebuah s (dengan titik di bawah) dan bukan s standar).
Daripada kesal bertentangan dengan ilmu pengetahuan Bibel mengenai masalah orang-orang
Filistin, lebih mudah jika saya mengatakan siapa mereka itu sebenarnya. 'Tabel Bangsa-bangsa' yang
terkenal dalam Kejadian 10 menggolongkan mereka sebagai para keturunan Ham, putra Nabi Nuh.
'Tabel Bangsa-bangsa' ini sebenarnya adalah sejumlah daftar suku-suku dan masyarakat Arabia Barat
seperti yang akan segera kita lihat. Kenyataannya, Kejadian adalah tidak lebih dari sebuah cerita
mengenai legenda Arabia Barat. Dugaan bahwa tabel-tabel tersebut berusaha untuk menjelaskan
asal mulanya dunia yang lebih luas (yaitu dunia Timur Dekat kuno secara keseluruhan) adalah tidak
sah, dan perlu dihapus. Tabel 2, berdasarkan Kejadian 10:6, 13-14, menunjukkan bagaimana konon
bangsa Filislin menurut Bibel berasal dari Ham.

Mengingat bahwa bangsa Filistin menurut Bibel bertetangga dengan bangsa Israil, dan bahwa
bangsa Israil telah dibuktikan sebagai orang-orang Arabia Barat, maka nama-nama yang terdapat
pada tabel di atas dapat dikenali dalam pengertian geografi Arabia Barat sebagai berikut:

Tabel 2. Orang-orang Filistin dalam "Tabel Bangsa-bangsa"

1.Ham

(hm)

.----------+------+----+-------------.

| | | |

| | | |

2.Cush 3.Mesir 4.Put 5.Kanaan

(kws) (msrym) (pwt) (kn'n)

.---+------+-+--+--------------+-------.

| | | | | |

6.Ludim | 8.Lehabim | 10.Pathrusim | 12.Capthorim

(lwdym) | (lhbym) | (ptrsym) | (kptrym)

| | |

7.Ananim 9.Naphtuhim 11.Casluhim

('nmym) (npthym) (kslhym)

|
|

13.Filistin

(plstym)

'Ham' (hm): mungkin Hamm (hm ) di wilayah Qunfudhah; mungkin pula Hamm di distrik Bahr lebih
jauh di selatan.

'Cush' (kws): Kuthah (kwt) di sekitar daerah Khamis Mushait (lihat Bab 4).[2]

'Mesir' (msrym): di sini mungkin Madrum (mdrm) di dataran tinggi Ghamid. Kemungkinan yang lain
termasuk Misramah, dekat Abha, dan Masr, di Wadi Bishah (lihat Bab 10); Al Masri (msry, 'yang satu
dari msr') di wilayah Taif (suatu kemungkinan yang kuat); atau Madir (mdr) di distrik Muhayil.
Kemungkinam juga ada hubungan antara msrym dalam Bibel, sebagai bentuk jamak maskulin msr
atau msry, dan nama kesukuan Arab yang telah disahkan, yaitu Mudar (mdr).

'Put' (pwt): Fatiyah (ptw), di wilayah Qunfudhah; atau Fawayit (jamak Arab Fut, atau ptw) di Rijal
Alma'.

'Kanaan' (kn'n): Al Kun'an ('l kn'n, 'Tuhan Kanaan'), di Wadi Bishah. Bangsa Kanaan, seperti yang
disebutkan satu demi satu dalam Kejadian 10:15-16, semua memakai nama yang merupakan genitif
nama-nama tempat di pelbagai daerah di Asir yang tidak akan dikenali di sini; kota-kota orang
Kanaan yang disebutkan dalam Kejadian 19 untuk menetapkan perbatasan wilayah kekuasaan
bangsa Kanaan juga bertahan namanya, dan sebuah suku setempat memakai nama al-Qin'an (qn'n).
Ungkapan yang kurang jelas dalam Kejadian 10:18 bahwa 'Kemudian keluarga-keluarga orang-orang
Kanaan berpencar sampai ke luar negeri' mungkin dapat menjelaskan mengapa nama-nama dua
kota Kanaan di Arabia Barat (Sidon dan Gaza, belum lagi yang lainnya yang tidak disebutkan di sini
seperti Sur, atau 'Tyre') juga ditemukan sebagai nama kota-kota pesisir kuno di Suria. Sewaktu
Herodotus (1:1), menulis pada abad ke-5 S.M., menyatakan bahwa bangsa Funisia (Phoenicia,
bangsa dari pesisir Suria yang menggunakan bahasa yang secara konsonan hampir serupa dengan
bahasa Ibrani Bibel) dahulunya menetap di pantai-pantai Laut Merah, setelah mereka berpindah
tempat ke Laut Tengah dan menetap di tempat-tempat 'yang masih mereka diami', ia tanpa
menyadari setuju dengan pernyataan mengenai bangsa Kanaan yang 'berpencar ke luar negeri'
dalam Kejadian 10:18. Apa pun asal-usul nama Funisia (Phoenicia), yang merupakan suatu
penyalinan abjad dari suatu pemakaian Yunani kuno, nama ini masih bertahan di Arabia Barat
sebagai nama desa Faniqa (pnq) di Wadi Bishah, dan di sini berdiri pula desa Al Kun'an. Masalah
Kanaan yang tertera dalam Bibel telah disentuh dalam Bab 1 dan 4.

'Ludim' (lwdym): Ludhan (ldn) di Rijal Alma'; Lawdhan (lwdn) di wilayah pedalaman al-Qasim; Lidan
(atau Liddan, bentuk ganda ld), di wilayah Taif, dan Lidah (atau Liddah, ld) di wilayah Lith, dan lwdym
dapat merupakan jamak dari bentuk genitif ld).

'Anamim' ('nmyn, jamak genitif 'nm): Ghanamin (jamak Arab gnm), nama dua pedesaan di wilayah
Taif dan di sini terdapat pula dua buah pedesaan dengan nama Ghunam (gnm), dan sebuah yang
bernama Ghanamah (gnm). Dua desa lainnya yang bernama Ghanamah juga dapat dijumpai di Rijal
Alma'.

'Lehabim' (lhbym): Lahban (lhbn, lhb, dengan kata sandang tertentu kuno) di wilayah Taif. Ada pula
sebuah desa yang bernama Abi Lahab ('b lhb 'bapak' atau 'Tuhan' lhb) di wilayah Jizan. Banu
Luhabah (lhb) adalah sebuah suku gurun pasir Buqum, di sebelah timur Taif.
'Naphtuhim, (npthym, ganda atau jamak npth): Mafatih (mpth, disuarakan sebagai bentuk jamak
Arab dari nama yang sama), di wilayah Taif. Ada pula sebuah desa yang bernama Miftah (mpth,
dalam bentuk tunggal) di wilayah Lith. Sebagai nama kesukuan Arabia Barat, 'Naphtuhim'
nampaknya bertahan dengan cara yang lain yaitu sebagai nama suku Fatahin (ithm) di wilayah Taif.

'Pathrusim' (ptrsym, jamak genitif ptrs): Sharfat (srpt), nama lengkapnya adalah Hajib Bani al-Sharfat
(sebuah nama kesukuan) di wilayah Birk. Ada pula sebuah suku, yaitu suku Farsat (prst) yang kini
dapat ditemukan di Hijaz sebelah utara. Seperti dalam halnya ptrsym-nya bahasa Ibrani, baik Sharfat
dan Farsat terdapat dalam bentuk jamak Arab.

'Casluhim' (kslhym, jamak genitif kslh): mengikuti pula pola pengubahan yang gl'd (Gilead) dalam
Bibel berubah menjadi 'l-g'd (al-Ja'd, lihat Bab 1), dengan cara menaruh l, yang sebenarnya terletak
di tengah-tengah kata itu, di luar, sehingga menjadi sebuah kata sandang tertentu Arab, kslh kini
mestinya adalah al-Husaki ('l-hsk) di Arabia Utara; atau al-Qash ('l-qsh) di Wadi Adam. Sebuah suku
wilayah Taif kini memakai nama al-Huskan ('l-hskn, dengan n yang terakhir sebagai akhiran jamak
Arab).

'Capthorim' (kptrym, jamak kptr atau kptry): rupanya al-Faqarat (jamak Arab dari pqrt, yang
merupakan metatesis dari kptr) di Wadi Bishah; atau al-Rafaqat (jamak Arab rpqt) di wilayah Jizan.
Kedua nama- nama tempat ini mempunyai struktur nama kesukuan.

'Filistin' (konon keturunan 'Casluhim', dan oleh sebab itu kemungkinan berasal dari wilayah Wadi
Adam, dari sana mereka menyebar ke daerah-daerah lainnya; bahasa Ibraninya adalah plstym,
ganda atau jamak plst atau genitif kata itu, plsty): Falsah (plst) di wadi Bishah; Shalfa (slp', mungkin
pada mulanya adalah slpt, hanya diucapkan sebagai slph), dekat Abha; Faslah (pslt), di wilayah
Qunfudhah; dan empat buah pedesaan yang bernama yang bernama Fas'lah (pslt), dua di dataran
tinggi Zahran, dan sebuah lagi di Wadi Adam wilayah Lith, serta sebuah lagi di Bani Shahr, di sebelah
tenggara dari Qunfudhah.

Berkenaan dengan bukti ini, tampaknya bangsa Filistin dalam Bibel merupakan salah satu di antara
sejumlah bangsa Arabia Barat yang tinggal bersama orang-orang Israil, tidak hanya di sepanjang
pesisir Laut Merah, tetapi mungkin juga di wilayah pedalaman Wadi Bishah. Bahwa mereka
mempergunakan bahasa yang sama seperti bangsa Ibrani atau Israil dapat dilihat dengan jelas dalam
nama-nama perorangan kepala-kepala suku atau 'raja-raja' mereka, seperti yang dikatakan dalam
teks-teks Bibel, misalnya 'Abimelech' ('b mlk, dari mlk, 'memiliki, mempunyai' atau 'raja'); 'Ahuzzath'
('hzt: mungkin adalah jamak 'hzh, bahasa Arabnya ialah 'hdh, 'milik, tanah milik'); 'Phicol' (pykl,
Kejadian 26:26, bandingkan dengan kata Arab Afkah, atau 'pkl, 'bergetar' diakui sebagai nama lama
kesukuan dan perorangan Arab).[3] Bangsa Filistin jelas berbeda dengan bangsa Israil dalam hal
agama, dan juga dalam hal adat istiadat, Kitab Bibel Ibrani menyebut mereka dengan cara yang
khusus sebagai orang-orang yang 'tidak dikhitankan' (Hakim-hakim 14:3; 15:18; Samuel I 14:16;
17:26, 36; 31:4; Samuel II 1:20; Tawarikh I 10:4). Mereka memuja pelbagai dewa di tanah itu, tetapi
dewa khusus mereka adalah 'Dagon' (dgwn, dari dgn, 'jagung, butir padi'), yang mempunyai tempat-
tempat pemujaannya di 'Gaza' dan 'Ashdod' adalah dua di antara lima kota utama orang-orang
Filistin di pesisir Asir, dan nama kuil-kuil 'Dagon' masih bertahan di sekitar daerah mereka, seperti
yang ditunjukkan pada pengenalan berikut ini terhadap lima buah kota:

'Gaza' ('zh): 'Azzah ('zh) di Wadi Adam (wilayah Lith). Di sekitar daerah yang sama berdiri desa
Daghma (bentuk dari dgm dalam bahasa Aram; dengan kata sandang tertentu bahasa Aram yang
berakhiran; bandingkan dengan kata dgn, atau dgwn di dalam Bibel) juga lima pedesaan lainnya yang
bernama Duqum (dqm), salah satu di antara mereka terletak di Wadi Adam. 'Gaza' yang lainnya
terdapat di pesisir Asir adalah 'Azzah di distrik Majaridah; Al 'Azzah ('l 'zh, 'Dewa Gaza', tentunya
'Dagon'), di distrik Ballasmar; dan 'Azz ('z, tanpa akhiran feminin), di dekat Birk.

'Ashdod' ('sdwd): Sudud (sdwd) di Rijal Alma', dan di sini terdapat pula desa Dharwat Al Daghmah
yang terletak di puncak bukit (Dharwat Al Daghmah berarti 'puncak dewa dgm', atau 'Dagon').
'Ashdod' lainnya di Arabia Barat adalah Sidad (sdd) di wilayah Jizan, dan Shadid (sdd) di wilayah
Mekah. Ada desa yang bernama Daghumah (dgm) di dekat Sidad di wilayah Taif.

'Ashkelon' ('sqlwn): mungkin Shaqlah (sql) di sekitar daerah Qunfudhah, atau Thaqalah (tql) disekitar
daerah yang sama; mungkin keduanya. Tqln (disuarakan taqalan) yang tertera dalam Qur'an 55:31
mungkin adalah sebuah referensi pada kedua tempat tersebut. Ascalon Palestina, 'Ascalan ('sqln)
mungkin merupakan nama yang sama, hanya saja 'Asqalan dimulai dengan bunyi desahan tekak
yaitu 'ayn dan bukan dengan hamzah 'sqlwn.

'Gath' (gt): al-Ghat di wilayah Jizan (lihat Bab 10). Di antara beberapa Gath yang lain di Arabia
terdapat al-Ghati (gt) di wilayah Zahran, di sini terdapat pula sebuah desa yang bernama Al
Dughman ('l dgmn, 'Dewa Dagon', di sini dgmn memakai kata sandang tertentu kuno Semit).

'Ekron' ('qrwn): 'Irqayn ('rqyn), di wilayah Wadi 'Itwad antara Rijal Alma' dan wilayah Jizan; kecuali
kalau itu adalah Jar'an (gr'n, metatesis dari 'qrwn), di Rijal Alma'.

Walaupun mereka dapat dijumpai di tempat-tempat lain di Arabia Barat, kota-kota utama bangsa
Filistin dalam Bibel ini jelas terletak di sisi pesisir Asir, agaknya dipusatkan di daerah pedalaman
pelabuhan-pelabuhan Lith, Qunfudhah, Birk dan Jizan. Di sini wilayah mereka bertemu dengan
wilayah orang-orang Israil dan masyarakat-masyarakat setempat lainnya. Dalam Bibel Ibrani sama
sekali tidak ada sesuatu pun yang menunjukkan bahwa mereka adalah pada mulanya penetap-
penetap asing di negara itu yang datang sebagai 'Orang-orang Laut' dari luar negeri.

Untuk menunjukkan sampai sedekat mana orang-orang Filistin menurut Bibel itu dan orang-orang
Israil dari pesisir Asir hidup berdampingan, inilah sebuah analisa topografis mengenai kisah Samson,
yang hampir seluruhnya berlangsung di pedalaman Lith, di Hijaz bagian selatan (bacalah kisah
lengkapnya sebagaimana dikisahkan dalam Hakim-haknm 13:17):

Samson dilahirkan di daerah perbukitan pesisir wilayah Zahran, di desa al-Zar'ah (zr'h, bandingkan
dengan sr'h dalam Bibel atau 'Zorah'). Keluarganya adalah anggota suku Dan (dn) yang memakai
nama apa yang kini adalah Danadinah (genitif dn, 'Danit') di wi.layah yang sama. 'Roh Yahweh'
pertama kali menggerakkannya di al-Mahna (mhn) dekat Danadinah (dalam Bibel adalah nhnh dn,
'Mahaneh dari Dan', bukan 'Mahaneh-dan', antara Zar'ah dan al-Ishta ('l-'st, suatu inversi dari 'st'l
atau 'st 'l, l yang merupakan bentuk aslinya, 'Eshtaol', yang berarti 'wanita, istri Tuhan'). Ia mencari
seorang istri di antara orang-orang Filistin 'Timnah' (tmnh), agaknya kini adalah al-Mathanah (mtnh),
juga di wilayah Zahran yang sama. Penyerangan pertamanya terhadap orang-orang Filistin ditujukan
kepada Shaqlah atau Thaqalah, dekat Qunfudhah ('Ashkelon', lihat di atas). Ia kemudian pergi
menuju ke utara untuk menetap di Ghutmah (gtm, 'ytm atau 'Etam' dalam Bibel), di Wadi Adam.

Dalam pembalasan mereka, orang-orang Filistin menyerang dan merampas 'Lehi' (lhy) di tanah
'Yudah, yang kini adalah Lakhyah (lhy), juga di Wadi Adam. Di dekatnya sampai kini masih berdiri
desa Dha al-Ramah (rmh) dan Dha al-Hamirah (hmyr). Konon Samson membunuh seribu orang
Filistin yang menyerang b-lhy h-hmwr yang dapat berarti 'dengan tulang rahang seekor keledai' dan
juga 'di Lakhyah-nya Hamirah (dengan kata lain, Lakhyah di daerah sekitar Hamirah). Jelas kisah ini
bertujuan untuk menjelaskan asal mula kedua nama tersebut. Tempat kejadian peperangan ini,
menurut kisahnya, kemudian dinamakan 'Ramath-lehi' (rmt lhy), yang berarti 'bukit tulang rahang'
dan juga dapat berarti 'Ramah di Lakhyah'. Mata air tempat Samson menyegarkan diri, yang
bernama 'En-hakkore' ('yn h-qwr'), adalah lokasi apa yang kini merupakan desa al-Qara (qr', dengan
kata sandang tertentu Arab), juga di Wadi Adam.

Wanita Filistin, Delilah, yang menjadi istri muda Samson, dan yang pada akhirnya membawa Samson
kepada kehancurannya, berasal dari lembah 'Sorek' (nhl swrq) --kini kemungkinan besar adalah
Shuruj (swrq) di Wadi Adam; kecuali kalau itu adalah Shariqah (srq) atau Shark (srk), di wilayah
Qunfudhah. Samson, tentunya, menemui ajalnya di 'Gaza' ('zh) --'Azzah di Wadi Adam (lihat di atas).
Ia dikebumikan di antara Zar'ah (Zorah) dan al-Ishta' (Eshtaol), di wilayah Zahran.

Sampai di sini kita mendapatkan sedikit hiburan, yaitu memecahkan 'teka-teki' Samson yang terkenal
itu. Teka-teki itu, menurut keyakinan saya, tidaklah lebih dari kisah-kisah atau teka-teki yang
berdasarkan kata-kata yang ditulis guna menjelaskan asal mula nama-nama tempat, dan untuk
mengabadikan kenangan-kenangan rakyat akan hubungan kesukuan antara satu masyarakat dengan
yang lain. Seperti yang telah kita lihat, kisah mengenai 'tulang rahang seekor keledai, milik Samson
diciptakan guna menjelaskan dua buah nama tempat, yaitu nama tempat-tempat yang kini adalah
Lakhyah dan Hamirah. Kisah mengenai bagaimana ia mengambil 'madu dari bangkai singa' (m-gwyt
h-'ryh rdh h-dbs, Hakim-hakim 14:9) menandakan, pada suatu tingkatan, etimologi-etimologi untuk
nama-nama tiga buah tempat, yaitu Jaww (gw, bandingkan dengan gwyt, 'di dalam', di sini 'di dalam'
sebuah bangkai) dan Waryah (wryh, bandingkan dengan 'ryh, 'singa') di Wadi Adam; dan Dabash
(dbs) di dekat Hali di wilayah Qunfudhah. Pada tingkat yang lain, kisah ini memberi petunjuk-
petunjuk bahwa Dabash di wilayah Qunfudhah, pada mulanya merupakan suatu pemukiman yang
didirikan oleh emigran-emigran dari Jaww, di dekat Waryah, mungkin atas usaha Samson. Kata demi
kata kalimat dalam bahasa Ibrani ini dapat diterjemahkan dalam dua cara: yang pertama, 'dari dalam
singa itu ia mengambil (mengeruk) madu itu'; dan yang kedua, 'dari Jaww di Waryah ia mengambil
Dabash'.

Teka-teki Samson mengenai 'madu' yang ia ambil dari 'dalam' 'singa itu' membahas sekumpulan lagi
dua masyarakat asal/utama dan koloni-koloni mereka masing-masing: 'Dari yang pemakan (m-h-'kl)
datang makanan (m'kl); dari yang kuat (m-'z) datang sesuatu yang manis (mtwq)' (Hakim-hakim
14:14). Teka-teki ini dapat pula dibaca sebagai teka-teki yang berdasarkan kata-kata (conundrum)
sehingga dapat mempunyai arti: 'Dari al-Kulah (kl, di wilayah Qunfudhah) datang Makilah (mkl, di
distrik Bahr); dari 'Azz ('z, 'Gaza' dekat Birk, lihat di atas) datang Mathqah (mtq, di wilayah
Qunfudhah)'. Melalui teka-teki yang berdasarkan nama ini kebudayaan rakyat Timur Tengah dapat
terus mengingat akan kejadian-kejadian dan perkembangan-perkembangan pada zaman yang telah
silam. Ada gejala yang sebanding di dalam kebudayaan Eropa seperti yang dapat kita lihat dari
komentar-komentar mengenai sejumlah kata-kata kepala dalam The Oxford Dictionary of Nursery
Rhymes.
Sewaktu orang-orang Filistin, sasaran Samson menanyakan teka-tekinya, dapat menjawabnya,
karena istrinya orang Filistin itu secara diam-diam memberi jawabannya kepada mereka, ia
membalas teka-teki yang berikut ini: 'Jika kalian tidak membajak dengan anak sapi saya ('glh, disini
'glty, dalam bentuk orang pertama posesif), kalian tidak akan dapat memecahkan teka-tcki saya
(hydh, di sini hydty, juga dalam bentuk orang pertama posesif' (Hakim-Hakim 14:18). Menurut kisah
tersebut, Samson telah menduga bahwa orang-orang Filistin telah 'membajak' istri yang ditunangkan
kepadanya guna mendapatkan jawaban yang benar dari teka-tekinya. Namun pengertian yang lain
dari teka-teki yang berdasarkan kata itu dapat diterjemahkan dengan bebas dalam kata-kata yang
berikut ini: 'Jika kalian tidak berasal dari 'Ajlat ('glt, di Bani Shahr), kalian tidak mungkin dapat
mengetahui Haydah (hydy, juga di Bani Shahr)'. Yang terlihat di sini jelas adalah suatu pepatah, yang
berarti bahwa seseorang harus berasal dari suatu tempat untuk mempunyai pengetahuan yang
mendalam dari keadaan sekelilingnya. Pada tingkat kiasannya, pepatah tersebut juga mengatakan
bahwa seseorang tidak dapat benar-benar mengetahui apa-apa tanpa mengetahui tentang hal-hal
lain yang berhubungan dengannya yang mungkin bertindak sebagai suatu prasasti bagi penelitian ini.

Untuk mempertimbangkan dan menafsirkan kembali semua referensi Bibel pada bangsa Filistin
adalah di luar bidang saya yang terbatas ini. Akan tetapi dalam Samuel I 6:18 terdapat suatu
pernyataan mengenai luas wilayah orang-orang Filistin ini ditemukan, yang sudah sepantasnya jika
diberi komentar. Dalam bahasa Ibrani, pernyataan tersebut terbaca sebagai berikut: kl 'ry-plstym ...
m-'yr mbsr w-'d kpr h-przy. Dalam RSV, ini diterjemahkan sebagai 'semua kota bangsa Filistin ... baik
kota-kota kubu (m-'yr mbsr) maupun desa-desa yang dikelilingi oleh tembok (w-'d kpr h-przy)'. Tidak
dapat dibayangkan suatu penterjemahan yang lebih tidak akurat daripada ini. Sebenarnya m-'yr
mbsr hanya dapat berarti 'dari kota mbsr', kota yang dibicarakan adalah sebuah desa, yaitu Midbar
(mdbr), yang kini terletak di daerah perbukitan Hurrath di ujung selatan wilayah Jizan. Dalam halnya
'd kpr h-przy, ini hanya dapat berarti 'sampai pada desa przy', prz yang dibicarakan kini adalah dusun
kecil al-Firdah (prd) di Wadi Adam (przy dalam bahasa Ibrani adalah genitif prz, dan berkenaan
dengan penghuni daerah-daerah tersebut). Maka dari itu menurut definisi geografis tanah Filistin,
wilayah mereka membentang dari ujung selatan wilayah Jizan sampai ke Wadi Adam. Pendeknya,
tidak ada perbatasan geografis yang ditentukan antara wilayah-wilayah bangsa Israil dan Filistin pada
daerah yang dibicarakan, yang agaknya sangat membantu dalam menjelaskan tidak hanya kisah
Samson, tetapi juga sebutan-sebutan menurut Bibel tempat orang-orang Filistin dibahas.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

15. TANAH HARAPAN

Adakalanya suatu penyelidikan kesarjanaan yang tidak hati-hati dapat menimbulkan akibat-akibat,
yang gemanya begitu jauh melampaui batas-batas disiplin akademis seseorang, terutama bila
ditampilkan hendak menantang praanggapan yang menjadi pusat kepercayaan agama yang sudah
berakar dalam hati dan dihormati sepanjang sejarah. Mengatakan bahwa tanah harapan, bukan
terletak di tempat yang umumnya dianggap sebagai lokasinya, tidak mungkin ditanggapi dengan
sungguh-sungguh oleh mereka yang menganggap bahwa pendirian negara Israil dalam tahun 1948
merupakan terkabulnya sebuah impian yang berusia berabad-abad. Namun, setelah memulai dalam
analisa onomastik saya atas Kitab Bibel Ibrani, begitulah kesimpulan yang diberikan oleh
penyelidikan saya dan saya percaya penuh akan kesimpulan ini.

Seorang sejarawan tentunya dapat mengusulkan sebuah penjelasan dalam penulisan sejarah, bukan
keagamaan, mengenai janji menurut Bibel yaitu suatu wilayah yang telah ditentukan bagi keturunan
Ibrani dari Abram (Kejadian 15), dan pengikut-pengikut Israil dari Musa (Bilangan 34). Sewaktu kisah-
kisah mengenai kedua janji itu, seperti yang kemudian dicatat dalam Bibel, diceritakan dalam bentuk
aslinya, orang-orang Israil telah mendiami tanah harapan mereka, sehingga kisah-kisah mengenai
kedua janji itu telah merupakan penjelasan ex post facto (berlaku surut). Tetapi yang penting bagi
kita adalah janji-janji itu sebagai geografi sejarah, bukan sebagai sejarah ataupun agama.

Dalam terjemahan-terjemahan konvensional, tanah yang dijanjikan Yahweh kepada Abram orang
Ibrani (Kejadian 15:18) konon membentang 'dari sungai Mesir (nhr msrym) sampai ke sungai besar,
sungai Efrat (nhr prt)'. Bertentangan dengan anggapan yang telah diterima, saya mengusulkan
bahwa tanah yang ditunjukkan dalam janji asli yang tertulis dalam bahasa Ibrani sebenarnya terdiri
dari tanah kuno Yudah (Bab 8), di Asir geografis, dari wilayah Jizan di selatan sampai pada Wadi
Adam, di pedalaman Lith di utara. 'Sungai Mesir'y (nhr msrym) dalam janji ini jelaslah bukan sungai
Nil, tetapi sungai kecil Wadi 'Itwad yang bersumber di dekat desa Misramah masa ini, di dataran
tinggi Asir, dan membentuk perbatasan zaman kini antara wilayah Jizan dan Rijal Alma'. Nhr msrym
mungkin juga adalah Wadi Liyah, yang memisahkan wilayah Jizan dari Yaman dan sebuah desa yang
bernama Masram (msrm) masih dapat dijumpai di sana. Di Wadi Adam yang membentuk sebagian
lembah utama wilayah Lith terdapat sebuah desa yang bernama Firt (prt) dan sebuah lagi yang
bernama Farat (juga prt), sehingga saya percaya bahwa janji kepada Abram itu seharusnya berbunyi
seperti yang berikut ini: 'Kepada keturunanmu saya akan berikan tanah ini, dari sungai kecil
Misramah (atau Masram, nhr msrym) sampai ke sungai besar (h-nhr h-gdwl), yaitu sungai Firt (atau
Farat, nhr prt)', sungai ini terletak di Wadi Adam, bukan 'sungai Efrat'.

Tanah yang dijanjikan kepada Abram dan orang-orang 'Ibraninya', tentunya telah dihuni
(berpenghuni). Janji Yahweh mencatat penghuninya yang seluruhnya berjumlah sepuluh bangsa
(Kejadian 15-19-21), lima di antaranya adalah rakyat 'Kanaan', menurut Kejadian 10:15-18 (lihat Bab
14). Nama bangsa-bangsa ini bertahan sampai kini sebagai nama-nama tempat di pelbagai bagian di
Asir, dan sebagian besar di 'Yudah'. Mereka adalah:

Bangsa 'Kenit' (qyny, genitif qyn): sebagai sebuah nama kesukuan, qyny bertahan sebagai nama
Qawayinah masa ini (tunggalnya adalah Qawni, atau qwny, dari qwn), di selatan Taif. Nama-nama
yang berhubungan dengannya adalah Qani (qn), di wilayah Jizan; Qann (qn), di distrik Ballasmar;
Qana (qn), seluruhnya berjumlah empat buah desa, sebuah di distrik Bahr, sebuah di dataran tinggi
Dhahran, sebuah di wilayah Qunfudhah, dekat Hali, dan sebuah di Wadi Adam; Qanan (qnn), di
distrik Majaridah; Qanwah (qwn), di Rijal Alma'; Qannah (qnn), seluruhnya berjumlah lima buah
pedesaan, sebuah di distrik Muhayil, sebuah dekat Khamis Mushait, sebuah di wilayah Jizan, dan dua
buah di Wadi Adam: Al Qaninah ('l qnyn) di dataran tinggi 'Abidah; Qanyah (qny) di Wadi Adam.

Bangsa 'Kenizzit' (qnzy, genitif qnyzyz atau qnz) di wilayah Jizan. Sebuah suku Arab masih dapat
ditemukan di sana yang bernama al-Qunaysat (tunggalnya adalah Qunaysn, atau qnysy, dari qnys).

Bangsa 'Kadmonit' (qdmny, genitif qdmn): Damjan (dmgn, metatesis dari qdmwn) di wilayah Taif.
Qadamah (qdm) di wilayah Lith, dan Kawadimah (kwdm) di wilayah Jizan, keduanya kecil
kemungkinannya, tetapi masuk di akal. Sebuah suku Arab di utara Hijaz kini adalah Qidman (qdmn).

Bangsa 'Hittit' (hty, genitif ht, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Hathah (ht), di
wilayah Lith; Hat (ht) di distrik Ballasmar; Hatwah (htw), di Rijal Alam'; Hittayy (hty), di pesisir
Zahran; lebih lagi Al-Hatahit (jamak Arab dari hty) diakui dalam kesusastraan Arab sebagai sebuah
nama kesukuan Arab.

Bangsa 'Perizzit' (przy, genitif dari prz): Al Farzan ('l przn, prz dengan kata sandang tertentu kuno
Semit), di Bani Shahr; Furdah (prd, bandingkan dengan prz), nama dari empat buah desa, sebuah di
wilayah Jizan, dua di Wadi Adam, dan sebuah di wilayah Majaridah. Mungkin juga merupakan nama-
nama suku masa ini, yaitu Safarin (tunggalnya adalah Safari, atau spry), di selatan Asir; Zawafirah
(tunggalnya adalah Zafiri, atau zpry), di Hijaz bagian selatan; dan Farasat (tunggalnya adalah Farsi,
atau prsy), di utara Hijaz.

Bangsa 'Rephaim' (rp'ym, ganda atau jamak rp' atau dari genitifnya, yaitu rp'y): Rafah (rp), di wilayah
Jizan, dan Rafyah (rpy), di Rijal Alma'. Kesusastraan Arab berbicara mengenai suku Yarfa (yrp, kata
benda kuno rp) di Arabia baratdaya.

Bangsa 'Amorit' ('mry, genitif 'mr, dituliskan sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Amarah
('mr), di pesisir Zahran; Wamrah (wmr), di Wadi Adam; mungkin juga Maru (mrw, dengan w yang
terakhir sebagai kata sandang tertentu Aram yang berakhiran), semuanya berjumlah tiga buah desa,
dua di Wadi Adam dan satu di distrik Bahr. Sebagai sebuah nama kesukuan, 'mry mungkin masih
terdapat di sana nama Banu Murrah (mr) yang terdapat di mana-mana, atau nama Maru (mrw) di
Hijaz bagian selatan.

Bangsa 'Kanaan' (kn'ny, genitif kn'n): Al Kun'an ('l kn'n), di Wadi Bishah; juga nama suku al-Qin'an
(qn'n), di Asir (lihat Bab 14). Untuk lebih jelasnya, lihat Bab 1 dan 4.

Bangsa 'Girgashite' (grgsy, genitif grgs, penghebat atau kata pengecil grs; ditulis sebagai bangsa
Kanaan dalam Kejadian 10): Juraysh (grys, kata pengecil grs) dan Quraysh (qrys, kata pengecil qrs), di
wilayah Qunfudhah; juga Quraysh, dua buah desa di wilayah Taif; Qaryat Quraysh, di wilayah
Qunfudhah; Dar Bani Quraysh, di Wadi Adam; Quraysh al Hasan, di dataran tinggi Zahran. Nama
kesukuan Arabia Barat kuno Quraysh tidak mungkin lain dari nama yang ini sendiri.

Bangsa 'Yebusit' (ybwsy, genitif ybws; ditulis sebagai bangsa Kanaan dalam Kejadian 10): Yabasah
(ybs), di Wadi Adam; Yabs (ybs), di lerengan maritim wilayah Ghamid; dan Yabs, dekat Mudhaylif, di
sebelah utara Qunfudhah (lihat Bab 9). Yubbas (ybs) dan Yabis (ybs) kini masih tetap bertahan
sebagai nama-nama suku di Arabia Barat.

Kalau kita menganggap bahwa identifikasi saya terhadap kesepuluh bangsa itu benar, maka
penelitian menurut Bibel atas sejarah mereka telah sama sekali salah haluan.[1] Maka tidaklah
mengherankan jika hanya ada sedikit bukti-bukti arkeologis dan paleografis yang tertulis guna
mendukung sumber mereka, karena penyelidikan apa pun yang telah dilakukan dalam hal ini telah
dikerjakan sehubungan dengan tempat yang salah --Palestina dan Suria kuno, bukan Arabia Barat.
Menurut Kejadian, tanah asal suku-suku Arabia Barat kuno inilah yang dijanjikan oleh Yahweh
kepada Abram dan para keturunannya. Tanah asal tersebut juga termasuk dalam wilayah yang
dijanjikan oleh Yahweh kepada Nabi Musa (Bilangan 34:1-12), yang kenyataannya bukan lebih kecil
dari wilayah yang dijanjikan kepada Abram, seperti yang dikira sampai kini, tetapi sebenarnya lebih
luas. Tanah ini terdiri dari 'seluruh tanah Kanaan' (34:2) dan termasuk baik pedalaman maupun
pesisir Asir, dan juga wilayah Taif di Hijaz, dari pantai Laut Merah sampai pinggiran gurun Arabia
Tengah.

Dalam upaya mereka untuk melakukan suatu penafsiran geografis dari perbatasan-perbatasan tanah
harapan ini dalam pengertian Palestina, para ahli Bibel selalu menemui kesulitan-kesulitan yang juga
tidak mengherankan, mengingat wilayah itu bukanlah pada tempatnya. Membaca teks Ibrani
mengenai 'janji' itu, seperti yang ditafsirkan dan disuarakan secara tradisional, kata ym dalam Bibel
selama ini telah dianggap berarti 'laut', walaupun kata ym yang sama itu juga diakui berarti 'barat'.
Para ahli juga telah menganggap ym h-mlh berarti 'lautan garam', sebuah referensi kepada Laut Mati
Palestina. Walaupun mlh dalam bahasa Ibrani dan bahasa Arab memang berarti 'garam', kata ini juga
berarti 'pasir' dalam dialek Arab sekarang dari daerah pedalaman Asir. Maka dari itu meski h-ym h-
gdwl dalam Bibel memang berarti 'Lautan Besar' (berkenaan dengan Arabia Barat, bukan Laut
Tengah, tetapi Laut Merah), ym h-mlh dalam konteks 'janji' yang sedang dibahas ini bukan berarti
'lautan garam', tetapi 'di sebelah barat pasir'. Referensi ini seperti yang akan dilihat, adalah kepada
Bilad Yam (ym), yang secara harfiah berarti 'negara barat', yang sebenarnya mengapit 'pasir-pasir'
(mlh) Ar Rab'al Khali, dari sebelah 'barat' (ym). Begitu pula, ym knrt berarti 'sebelah barat Quraynat'
(sebuah tempat, lihat di bawah), dan bukan 'Lautan Chinnereth', yang dikira --tanpa berdasarkan apa
pun-- adalah nama menurut Bibel dari Danau Tiberias di Palestina. Selanjutnya, penyusunan ktp ym
knrt bukan berarti 'pundak (ktp) Lautan Chinnereth' (RSV), tetapi 'Qatf di sebelah barat Quraynat',
Qatf (qtp) sebenarnya adalah sebuah tempat di Arabia Barat yang terletak di sebelah 'Barat'
Quraynat (lihat di bawah).

Dalam menafsirkan Tanah Harapan Musa, para ahli Bibel telah bingung bukan saja terhadap arti kata
Ibrani ym, tetapi juga terhadap h-yrdn, yang mereka anggap adalah tidak lain dari 'Yordan' Palestina.
Mereka selanjutnya dibuat bingung oleh sebuah tempat yang bernama qds brn' (atau 'Kadesh-
Barnea'), yang secara tidak benar sejak tahun 1948 dikenali sebagai oase 'Ayn Qudays, di Palestina
sebelah selatan (lihat Bab 4). Pengenalan ini hanya berdasarkan kenyataan bahwa Qudays Arab, atau
qdys, adalah pengecilan Quds, atau qds, yang merupakan padanan kata qds dalam bahasa Ibrani.
Sebenarnya, qds brn', diuraikan sehingga terbaca qds b-rn' (di sini tampaknya b adalah pemendekan
dari 'b, 'ayah', dengan kata lain 'Tuhan'), hanya berarti 'tempat suci', 'kuil', 'tempat pemujaan'
'Tuhan' rn', yang namanya secara metatesis bertahan dalam dua nama tempat di Arabia bagian
timur sebagai Abu 'Arinah ('b 'rn), dan di dataran tinggi Asir di sebelah selatan Khamis Mushait
sebagai Al 'Arinah ('l 'rn). 'Kadesh-Barnea' mestinya dulu adalah sebuah 'kota suci' kuno, yang kini
masih ada sebagai desa Al 'Arinah, seperti yang akan kita lihat. Kebetulan nama dewa Arabia Barat
rn' masih bertahan melalui metatesis yang lain, sebagai r'n, dalam inskripsi-inskripsi Lihyan dan
Dedan dari utara Hijaz.
Yang berikut ini adalah perbatasan-perbatasan tanah yang dijanjikan kepada pengikut-pengikut Israil
Musa, seperti yang digambarkan dalam Bilangan 34 dan berkenaan dengan geografi Arabia Barat:

Perbatasan barat adalah 'Lautan Besar' (h-ym h-gdwl, 34:6), dengan kata lain, Laut Merah (lihat di
atas).

Perbatasan selatan dimulai dari gurun pasir Zin, atau zn (sn dalam Bibel, 'Zin'), sebuah oase di
wilayah Najran yang secara tepat digambarkan terletak 'di sisi' ('l ydy) Wadi Idimah, atau 'dm (dalam
Bibel adalah 'dwm, 'Edom'), yang sebenarnya terletak ke arah selatan; tepatnya, 'dari Quziyyah
(qzyh), di sebelah barat pasir ke arah timur' (m-qsh ym h-mlh qdmh), Quziyyah (dalam Bibel adalah
qsh) adalah sebuah oase di Bilad Yam, ke arah hulu Zin di Wadi Najran, dan tepat di perbatasan barat
pasir Ar Rab'al Khali. Dari sana perbatasan itu membentang ke arah barat 'di selatan lereng
Akrabbim ('qrbym)', kini merupakan sebuah desa di Sarat 'Abidah, di atas Wadi Najran, yang
bernama al-Jarabi' (jamak bahasa Arab grb'), metatesis 'qrb dalam Bibel, (jamak bahasa Ibrani dari
'qrb adalah 'qrbym).[2] Lebih jauh ke arah barat, perbatasan ini melintasi satu lagi Zin (sn dalam
Bibel) di wilayah Dahran, yang sebenarnya adalah 'di sebelah selatan' Al 'Arinah (atau 'Kadesh-
Barnea', lihat di atas), persis seperti yang tertera dalam teks. Kemudian perbatasan ini melintasi apa
yang digambarkan oleh bahasa Ibrani Bibel sebagai hsr 'dr ('Hazzar-addar'), yang paling-paling
menunjukkan 'tanah pemukiman' (hsr) sebuah suku yang bernama 'dr, yang namanya masih dipakai
oleh suku Adhar ('dr) di Sarat 'Abidah dan daerah sekitar Dhahran al-Janub. Kemudian perbatasan ini
menembus Al 'Asman ('l 'smn, bandingkan dengan nama Ibrani 'zmn atau 'zmwn, 'Azmon,), di
wilayah Dhahran, dan sampai di Wadi 'Itwad (nhl msyrm, yang berarti 'pohon palem Misramah' atau
'hulu Misramah' lihat di atas, bukan 'sungai kecil Mesir' seperti yang diterjemahkan secara
tradisional; untuk melihat kebingungan antara Misramah ini dengan 'Mesir', lihat di atas). Dari sini,
perbatasan ini mengikuti aliran Wadi 'Itwad (atau mungkin juga Wadi Liyah, lihat di atas) sampai ke
laut (34:3-5).

Perbatasan utara bermula di pantai Laut Merah dan kemudian menuju ke atas bukit, melintasi
'Gunung Hor' (hr h-hr), yang telah dikenali sebagai sebuah puncak gunung (hr) al-Harrah (hr dengan
kata sandang tertentu bahasa Arab), di ujung utara dataran tinggi Zahran (lihat Bab 7, Catatan 5).
Dari sini perbatasan itu membelok ke utara dan sampai di wilayah Taif di Dhawi Himat (hmt) atau
Himatah (hmt, bandingkan dengan hmt dalam Bibel, 'Hamath'), dan Sidad (sdd, bandingkan dengan
sdd dalam Bibel, 'Zedad'). Dari sini perbatasan itu terus melintasi zprn ('Ziphron', mungkin kini
adalah Safra', atau spr tanpa kata sandang tertentu berakhiran, yaitu n),[3] dan berakhir di hutan
belantara Harrat al-Buqum, di 'oase' atau 'perkampungan' (Ibraninya hsr) 'Aynin ('ynn, bandingkan
dengan hsr 'ynn dalam Bibel, hsr atau 'perkampungan' 'ynn yang biasanya diterjemahkan sebagai
'Hazar-enan', (34:7-9).

Perbatasan timur, mulai dari 'Aynin (lihat di atas), dan terus membentang ke selatan, rupanya ke al-
Thafan (tpn, bandingkan dengan spm dalam Bibel, 'Shepam'), di Wadi Tathlith (nama lengkapnya
Hadayir al-Thafan, atau pemukiman-pemukiman al-Thafan). Kemudian perbatasan ini terus menuju
ke selatan menerobos 'Riblah' (rblh), di sebelah timur 'Ayn' ('yn), yang kini mungkin adalah al-
Rabiyah ('l-rbyh),[4] di pelosok terjauh Wadi Habuna, yaitu Yam, di sebelah timur laut oase 'Ayn, di
wilayah Najran. Dari sini perbatasan itu melintasi 'Qatf (qtp), di sebelah barat Quraynat (qrynt)' (ktp
ym krnt, lihat di atas), Quraynat adalah oase Wadi al-Dawasir, dan Qatf terletak di sebelah baratdaya
Quraynat ini di Bilad Yam. Dari sini perbatasan itu menyeberangi 'punggung bukit' (h-yrdn), yang
tidak diragukan lagi adalah apa yang disebut Philby sebagai 'jenggul granit besar' (the great granite
boss) Jabal Abu Hamdan di wilayah Najran, dan berakhir di 'sebelah barat pasir' (ym h-mlh) Ar Rab'al
Khali (34: 10-12).

Jika kita memproyeksikan perbatasan-perbatasan Tanah Harapan Musa seperti yang ditafsirkan di
sini di atas peta Arabia Barat, hasilnya samasekali tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan apa
pun. Gambarannya lengkap hampir sampai pada detil-detil yang terakhir.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

16. KUNJUNGAN KE EDEN

Menurut standar orang-orang Barat Junaynah di Wadi Bishah tidak pantas di sebut taman; namun
sebagai sebuah oase di pinggiran gurun pasir tempat ini mempunyai daya tarik yang tersendiri.
Tempat ini merupakan 'desa Bishah yang paling rendah' tulis H. St. J. B. Philby yang mengunjungi
Junaynah di sekitar awal 1930-an; tempat ini merupakan 'sebuah oase di gurun pasir', 'tanpa pohon-
pohon palem' di luarnya. Seperti yang dilukiskan oleh Philby, oase ini terdiri dari 'sebuah lingkaran
belukar pohon-pohon palem yang anggun', dengan 'tanaman gerst dan gandum yang sudah mulai
mematang di sana sini' di ujung timurnya, dengan 'perkebunan' tamarisk yang 'lebat', dan semak
belukar yang 'sangat lebat' di sekitar puing-puing yang terlantar, dengan sebuah desa kecil di
dekatnya --pada keseluruhannya 'sebuah gambaran oase yang ideal', terutama di bawah sinar bulan
(Arabian Highlands, Ithaca, N.Y., 1952, hal. 29-31). Sebagai desa Bishah yang paling terpencil,
Junaynah, walaupun bukan sebuah desa yang penting, ada pada sebagian besar peta-peta jazirah
Arab (20°20" lintang utara dan 40°55" bujur timur). Philby mengunjungi tempat itu dan
menggambarkannya tanpa mengetahui bahwa tempat ini adalah Taman Firdaus (Eden). Bagaimana
ia dapat mengetahui dengan adanya tradisi yang mendukung sepenuhnya bahwa lokasi taman ini
terletak di sebuah tempat di Mesopotamia yang sangat jauh itu?

Kini saya mengharapkan pembaca dapat menerima gagasan bahwa Kitab Bibel Ibrani ditulis oleh
penulis-penulis Israil yang tinggal di daerah perbukitan di pantai Asir. Dalam Kejadian 2:8-14, salah
seorang penulis ini, yang namanya tidak akan diketahui, melukiskan tentang keadaan Taman Firdaus
sebagai berikut:

Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman (gn) di Eden, di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya
manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi,
yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan (hyym) di tengah-tengah
taman itu, seperti pohon pengetahuan (d'h) tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai (nhr,
'sungai, sungai kecil') mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi
menjadi empat cabang (r'sym, jamak dari r's, 'mata air sungai'). Yang pertama, namanya Pison
(pyswn), yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila (hwylh), tempat emas ada. Dan
emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua
adalah Gihon (gyhwn), yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kusy (kws). Nama sungai yang
ketiga adalah hdql [secara tradisional diterjemahkan sebagai 'Tigris', yang mengalir di sebelah timur
'swr, secara tradisional diterjemahkan sebagai 'Assyria, (Suryani)]. Dan sungai yang keempat adalah
Efrat (prt).

Setelah itu, selagi pembicaraan mengenai Adam, manusia yang pertama dan keluarganya, penulis
yang sama memberikan dua informasi tambahan mengenai lokasi Eden serta tamannya. Sewaktu
Adam beserta istrinya, Hawa, dikeluarkan dari surga, Yahweh menempatkan cherubim (krbym,
ganda atau jamak krb, harfiahnya 'pendeta') 'di sebelah timur taman itu' guna menjaga jalan yang
menuju pohon kehidupan (3:24). Waktu Kain, anak pertama Adam dan Hawa membunuh adiknya,
Abel, dan dihukum dengan cara dibuang dari penglihatan Yahweh, ia pergi dan menetap 'di tanah
Nod (nwd), di sebelah timur Eden' (4:16).

Informasi yang diberikan oleh semua ini mengenai lokasi geografis Eden dan tamannya dapat
disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, Eden terletak di sebelah timur kampung halaman penulis teks Bibel yang dibicarakan ini,
adalah tanah Yudah, di sisi pantai Asir.

Kedua, Eden beserta tamannya terletak di sebuah jaringan pengaliran yang terdiri dari empat anak
sungai yang telah dikenal, yang dikenali dengan nama-namanya.

Ketiga, taman (gn) Eden ('dn) terletak ke arah hulu sungai Eden, yang diairi oleh sebuah sungai kecil
yang 'mengalir ke luar' (ys') Eden.

Keempat, taman itu diasosiasikan dengan dua pohon yang penting, yaitu pohon 'kehidupan' (hyym)
dan pohon 'pengetahuan' (d'h).

Kelima, dua atau lebih cherub-cherub (krbym, jamak krb) berarti 'pendeta' ditugaskan di sebelah
timur Taman Eden guna menjaga jalan yang menuju ke Pohon Kehidupan.

Keenam, di sebelah timur daerah sekitar letaknya Eden terdapat tanah Nod (nwd).

Dari semua informasi yang tertera di atas, kita dapat mengambil kesimpuIan bahwa Taman Eden
terletak di sebuah wilayah oase yang subur yang terletak antara Tanah Yudah, di pesisir Asir, dan
sebuah daerah pedalaman yang bernama nwd. Bahwasanya wilayah ini tidak lain daripada lembah
sungai Wadi Bishah tampaknya jelas, berkenaan dengan pengenalan yang lebih lanjut dari 'keempat
sungai' Eden:

Sungai 'Pison' (pyswn, pada hakekatnya psn), yang mengalir mengelilingi tanah 'Hawila' (hwylh) dan
di sana terdapat emas. Kini ini adalah Wadi Tabalah, cabang Bishah yang terletak paling jauh di
barat. Wadi ini mengambil nama yang dipakainya kini dari satu di antara sejumlah oase-oase yang
terletak di sepanjang alirannya. Nama Bibelnya bertahan sebagai nama desa Shufan (spn, metatesis
dari nama Ibrani pyswm), dekat hulu sungainya di dataran tinggi Nimas. Pengarang cerita Eden
mestinya menganggap Wadi Tabalah (atau 'Pison') sebagai sungai utama di jaringan Wadi Bishah,
mengingat cara yang ia pakai dalam menggambarkan alirannya. 'Hawila' , yang katanya dikelilingi
oleh 'Pison', kini adalah Hawalah (hwlh), di dataran tinggi wilayah Ghamid, di sebelah utara Nimas.
Aliran utama Wadi Bishah sebenarnya mengitari wilayah Ghamid di sisi pedalamannya setelah
pertemuannya dengan cabang-cabang utamanya. Bahwa ini merupakan tanah 'emas' adalah benar;
emas benar-benar ditemukan di sana pada zaman dahulu, dan masih dicari di sana sampai kini. Ini
mungkin merupakan tanah 'emas fosil ... bukan dalam bentuk emas urai, tetapi dalam gumpalan',
tulis Strabo dalam gambarannya mengenai Arabia (lihat Bab 3). Di sebelah timur wilayah Ghamid
mengalir sebuah anak sungai Wadi Bishah, yang sebenarnya bernama Wadi Dhahab, 'Lembah Emas'
(lihat lagi di Bab 3). Di sana juga dapat ditemukan batu carnelia (h-shm), umumnya
disalahterjemahkan sebagai batu 'onyx'. Bahkan sampai kini pun, para jemaah haji yang kembali dari
Mekah biasanya membawa manik-manik yang terbuat dari batu-batu setengah mulia ini. Bdellium
(bdlh), atau damar bedolah, yang dibicarakan adalah getah yang berharga yang dihasilkan oleh
sejenis pohon lokal (commiphora mukul), yang khusus terdapat di Arabia Barat, kini disebut Balsem
Mekah. Walaupun namanya sama, 'Pison' dalam Bibel jelas bukan anak sungai aliran utama Wadi
Bishah yang kini dikenal dengan nama Wadi Shaffan (spn).

Sungai 'Gihon' (gyhwn, pada hakekatnya ghn), yang mengalir mengitari tanah 'Kusy' (kws). Ini
merupakan sungai kecil utama Wadi Bishah, yang merupakan namanya kini, salah satu dari hulu
sungainya masih bernama Wadi Juhan (ghn). Wadi ini terletak di antara Khamis Mushait dan Abha,
dan di sana terdapat pula sebuah desa yang bernama Al Jahun (juga ghn). Nama sekarang Wadi
Bishah diambil dari desa Bishah, dekat persimpangan cabang-cabang utama jaringan wadi ini. Orang-
orang 'Kusy' yang tanahnya dikelilingi oleh 'Gihon' kini adalah desa Kuthah (kwt, lihat Bab 4), di
daerah sekitar Khamis Mushait, yang sebenarnya mengapit Wadi Juhan.

Sungai hdql, yang secara tradisional dianggap sebagai sungai Tigris Mesopotamia. Kalau saja nama
'sungai' ini h-dql (kini diarabkan menjadi al-Dijlah, atau dglh, didahului oleh kata sandang tertentu),
mungkin saja sungai ini adalah Tigris. Namun kenyataannya nama sungai ini, seperti yang tertera
dalam Kejadian, jelas adalah hdql, dengan h sebagai huruf awal bukan h- yang bedanya dapat sejauh
beratus-ratus kilometer. Kini, nama hdql bertahan sebagai nama desa Al Jahdal (ghdl), di dataran
tinggi Sarat 'Abidah, dan di sini terdapat hulu sungai Wadi Tindahah. Sarat 'Abidah terletak di
sebelah timur tengah Khamis Mushait, dan Wadi Tindahah bergabung dengan aliran utama Wadi
Bishah di sebelah utara Khamis Mushait. Pada zaman Bibel, Wadi Tindahah mestinya bernama hdql
menurut nama desa tempat terdapatnya mata air. Seperti halnya hdql bukan Tigris, melainkan kini
Wadi Tindahah, begitu pula 'swr di sebelah timur alirannya bukanlah 'Assyria'. Sebenarnya Wadi
Tindahah mengalir tepat di timur 'swr yang kini adalah desa Bani Thawr (twr), juga dikenal sebagai Al
Abu Thawr. Seperti yang telah kita buktikan beberapa kali sebelumnya, hampir tidak terdapat suatu
kesalahan topografis di dalam Bibel Ibrani.

Sungai prt, yang secara tradisional dianggap sebagai sungai Efrat ini tidak mungkin kalau bukan apa
yang kini adalah Wadi Kharif yang mengalir dari ketinggian wilayah Zanumah, di sebelah utara Abha,
dan merupakan salah satu anak sungai utama aliran Wadi Bishah. Nama Bibelnya, yaitu prt mestinya
berasal dari nama sebuah desa di hulunya yang kini bernama al-Tafra' (tpr, sebuah metatesis prt).
Dalam teks-teks Bibel lainnya, seperti yang telah kita saksikan, prt adalah Wadi Adam (lihat Bab 1,
Catatan 11), yang bukan demikian halnya di sini.

Menurut kisah Genesis, sungai (nhr) Eden membelah menjadi empat hulu sungai (r'sym) di sekitar
Eden dan tamannya. Sebenarnya, r'sym dalam Bibel ini bertahan sebagai nama oase Rawshan (rwsn)
yang terletak dekat tempat Wadi Tabalah (Pison) bergabung dengan aliran utama Wadi Bishah.[1] Di
dekatnya, menuju ke arah hulu, terdapat sebuah oase yang bernama 'Adanah ('dn), yang sampai kini
memakai nama Eden ('dn) yang terdapat dalam Bibel. Oase Junaynah (gnyn, pengecilan gn,
bandingkan dengan kata Ibrani gn, 'taman') terletak tidak jauh di hilir dari Rawshan, diairi oleh air
yang mengalir dari 'Adanah. Tampaknya aneh, tetapi di situlah letaknya taman Eden, bertahan
melalui namanya (lihat Peta 8).

Di sebelah timur pertemuan Wadi Bishah, yaitu di sekitar daerah Eden menurut Bibel, terdapat
tanah 'Nod' --sebuah 'negara ketunawismaan' (Ibraninya nwd), tepat sebagaimana digambarkan
dalam kamus-kamus standar bahasa Ibrani Bibel (dari kata kerja nwd, 'tuna wisma, berjalan tanpa
tujuan'). Ini merupakan sebuah hamparan gurun pasir pedusunan yang kering, yang memisahkan
Asir dan Arabia Tengah. Di luar tanah Nod ini, di sana 'tidak terdapat apa-apa kecuali ketandusan
yang tiada akhirnya' --gurun batu kerikil, atau 'hamparan datar mati' Ar Rab'al Khali (Arabian
Highlands, hal. 221).

Di sebelah timur tenggara Wadi Bishah terdapat oase al-Qarban (qrbn, dengan kata sandang
tertentu; bandingkan dengan kata Ibrani h-krbym, 'pendeta-pendeta'). Ini mungkin adalah 'pendeta'
yang ditugaskan di sebelah 'timur' Taman Eden setelah Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman itu.
Namun dalam konteks cerita ini, kata h-krbym sebenarnya dapat berarti 'pendeta-pendeta' (lihat di
bawah). Mengenai pohon kehidupan (hyym) dan pohon pengetahuan (d'h) di taman itu, mereka
sudah pasti adalah dua buah pohon keramat yang dipersembahkan kepada dua desa lokal kuno.
Desa yang sekarang Al Hi ('l hy) di Wadi Bishah, masih menggunakan dewa 'kehidupan' Arabia Barat
yang sudah dilupakan. Begitu juga perkampungan Al Hi ('l hy) dan Al Ibn Hi (juga hy) di dataran tinggi
Asir ke arah Barat; dan Al Hayat (hyt) di wilayah Dhahran, dan Hiyin (hyyn, bandingkan dengan kata
Ibrani hyym, dalam bentuk jamak), di wilayah Jizan. Begitu pula, desa yang sekarang Al Da'yah ('l d'y,
bandingkan dengan kata Ibrani d'h), di dataran tinggi di sebelah barat Wadi Bishah, sampai hari ini
mengabadikan nama dewa 'pengetahuan' Arabia Barat yang telah terlupakan.

Apakah dahulunya Taman Eden dalam Bibel merupakan sebuah belukar keramat --sebuah pusat
pemujaan Dewa Kehidupan lokal dan Dewa Pengetahuan-- sebelum taman ini menjadi taman
kepunyaan Yahweh sendiri? Bukti toponimis yang ada jelas menunjukkan ke arah ini. Diteliti dalam
susunan referensi ini, kisah menurut Bibel mengenai taman ini mungkin dapat menghasilkan
pengertian-pengertian baru yang, seperti penelitian atas masalah Melchizedek, dapat memberikan
pengetahuan yang lebih mendalam tentang asal mula monoteisme di Arabia Barat kuno. Namun
penelitian yang semacam itu atas cerita ini tidak akan dilakukan di sini.

Akan tetapi yang patut diperhatikan adalah bahwa Qur'an tidak berbicara mengenai sebuah Taman
Eden saja, tetapi mengenai 'Taman-taman Eden', dalam bentuk bentuk jamak, dan juga mengenai
'sungai-sungai' (anhar), bukan hanya sebuah 'sungai' (nahr) saja, yang mengalir di bawah taman-
taman itu. Secara menyeluruh, ada sebelas referensi di dalam Qur'an mengenai 'Taman-taman Eden'
ini, dan bukan hanya mengenai sebuah taman saja, sehingga kita menduga-duga berapa sebenarnya
taman-taman yang ada. Lebih penting lagi, ada dua buah sebutan Qur'an yang memberi petunjuk
tentang adanya hubungan yang erat antara taman-taman dan pemujaan-pemujaan keagamaan
tradisional yang mungkin merupakan penjelasan terhadap penyebutan dalam Bibel mengenai
pengangkatan 'cherubim', atau 'pendeta-pendeta', sebagai pengawas-pengawas taman Eden itu.
Menurut teks Qur'an, Nabi Muhammad diberitahu oleh 'kebanyakan orang' bahwa mereka tidak
sudi mengakui tugas keagamaannya kecuali kalau ia dapat menunjukkan bahwa ia mempunyai
'sebuah kebun pohon-pohon palem dan anggur dengan sungai-sungai yang deras' (17:89-91).
Menurut sebuah teks yang lain, orang-orang bertanya-tanya bagaimana Nabi Muhammad dapat
mengakui dirinya sebagai seorang rasul kalau ia memakan makanan biasa, dan berjalan-jalan di
pasar-pasar, dan tidak memiliki sebuah 'kebun khusus ia mendapatkan makanannya' (25:7-8).

Dari taman-taman di Arabia Barat kuno ini, yang Taman Eden dalam Bibel dan 'cherubim'-nya
merupakan purwa rupa, kita hanya mengetahui secara langsung satu di antaranya yang masih pada
dasawarsa permulaan abad ke-7 Masehi. Taman ini ialah taman milik pendeta tinggi Maslamah dari
Yamamah, seorang monoteis Arab, yang sezaman, tetapi bukan pengikut Nabi Muhammad. Taman
ini disebut Hadiqat al-Rahman, al-Rahman (rhmn, 'Yang Maha Pengampun'), yaitu nama Tuhan Esa di
beberapa pemujaan monoteisme Arab pada zaman pra-lslam. Sewaktu Nabi Muhammad masih
hidup, Maslamah bersedia mencapai persetujuan dengannya. Namun setelah wafatnya Nabi
Muhammad, ia bertengkar dengan pengganti-pengganti Nabi Muhammad, dan Khalifah yang
pertama, yaitu Abu Bakr (632-634 M.), mengerahkan pasukan-pasukannya guna menundukkannya.
Menurut sejarawan-sejarawan Arab, seruan perang Maslamah dan para pengikutnya adalah: 'Ke
Taman! Ke Taman!'. Kenyataannya, konon pertahanan terakhirnya melawan pasukan-pasukan Islam
adalah di balik tembok-tembok tamannya tempat ia dan sepuluh ribu pengikutnya melakukan
perlawanan sampai mereka terbunuh.

Suatu pikiran yang menarik: mungkinkah Maslamah, dengan taman keramatnya, merupakan
cherubim Arabia Barat yang terakhir?

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

17. NYANYIAN DARI PEGUNUNGAN JIZAN

Idealisasi kehidupan pedesaan tampaknya dahulu sama populernya di istana Yerusalem Arab dengan
di Versailles pada zaman kekuasaan keluarga Bourbon yang belakangan. Kita harus tetap mengingat
ini sewaktu mempertimbangkan sifat 'Kidung Agung' yang merupakan (syr h-syrym 'sr l-slmh)
Sulaiman, sebuah bunga rampai lagu-lagu rakyat yang membicarakan percintaan antara para
gembala dan para pemelihara kebun anggur, rupanya disusun oleh salah seorang raja Yudah yang
belakangan, walaupun memakai nama Sulaiman. Bunga-rampai ini dipelihara di antara ktwbym (atau
'kitab-kitab') Ibrani dan akhirnya menjadi bagian Bibel sejajar dengan 'kitab-kitab' pepatah dan
kearifan lain yang dihubungkan dengan Sulaiman.

Secara tradisional umat Yahudi telah menafsirkan bahan erotik yang berani yang ada dalam 'Kidung
Agung' sebagai suatu rangkaian bunga-rampai yang menunjukkan cinta Tuhan terhadap Israil. Umat
Kristen memandang sebutan-sebutan yang sama itu sebagai ramalan dalam bentuk bunga-rampai
yang berkenaan dengan cinta Kristus terhadap gereja. Namun bagi pendengaran telinga Arab, makna
lirik-lirik yang termasuk dalam 'Kidung Agung' itu adalah jauh lebih ringan: lirik-lirik itu mempunyai
arti tepat seperti yang dikatakannya, yaitu merupakan contoh-contoh awal gaya sastra erotik yang
kini masih sangat populer.

Nyanyian yang mirip dengan itu banyak terdapat dalam kesusastraan Arab klasik, dan kita dapat
mendengarkan bentuk modern daripadanya di seluruh pelosok Timur Dekat. Pada pertemuan-
pertemuan ramah-tamah di mana saja terdapat hiburan musik. Peniruan nyanyian-nyanyian ini,
seperti halnya lagu-lagu rakyat dari seluruh dunia, telah mendapat tempat di ruang-ruang musik dan
gramofon-gramofon otomat di kalangan Arab dan popularitas mereka membuktikan semangat
tradisi mereka.

Dalam lagu-lagu rakyat Arab yang hidup ini, seperti dalam 'Kidung Agung' dalam Bibel, muda-mudi
yang sedang dimabuk asmara berubah menjadi rusa-rusa jantan dan betina yang gemar akan janji-
janji rahasia untuk bertemu di perkebunan anggur dan tenda-tenda orang Badwi. Mengetuk pintu
atau memasuki sebuah perkebunan anggur guna memetik buah (terutama buah delima dan anggur),
atau mengambil dengan bebas madu atau susu, merupakan petunjuk-petunjuk yang cukup cerdik
kepada perayuan erotik yang kita semua tahu apa itu sebenarnya.

Dalam 'Kidung Agung', yang jatuh cinta adalah Sulaiman (shlomoh atau slmh), dan yang dicintainya,
yang dikenali melalui namanya, adalah Shulammite (swlmyt), bentuk feminin slmh atau Salomo (lihat
di bawah). Dalam lagu tradisional Arab, gadis yang dicintai sering disebut Salma (bentuk feminin
nama Salman, yang merupakan padanan kata Arab dari nama Ibrani shlomoh, atau Salomo). Seperti
halnya Shulammite dalam Bibel, Salma Arab dipuji dalam puisi klasik dan dalam lagu modern karena
kecantikannya yang kehitaman; ia sejak dahulu digambarkan sebagai 'hitam tetapi molek'.

Tentunya kesamaan yang erat antara 'Kidung Agung' dan puisi cinta Arab sebelumnya telah
dikomentari oleh para ahli. Baru-baru ini, Morris Seale menulis:

Menurut hemat saya, Kidung ini paling mudah dimengerti kalau dibandingkan bersama puisi erotik
yang berasal dari Arabia. Yang langsung menarik perhatian pelajar-pelajar puisi cinta Arab kuno
adalah kesamaan yang besar antara puisi kaum pengembara seperti ini dengan curahan-curahan
dalam Kidung Agung. Kesamaan ini adalah pada pokok pembicaraan, gaya sastra dan pada tamsilnya.
Shulammit yang dicintai dalam Kidung Agung adalah saudara perempuan dari sejumlah wanita cantik
yang dikenal oleh para pecinta-penyair (seorang penyair sekaligus pandai bercinta). Penyair-penyair
ini tinggal di kota tetapi pikiran mereka mengembara di padang pasir. Bahasa Arab modern penuh
dengan contoh-contoh semacam ini. Kumpulan puisi yang berhawa nafsu ini (dengan kata lain
Kidung Agung) menunjukkan pada jiwa khas suatu bangsa pada zaman liar dan kehidupan bebas.
Begitu saja, ini merupakan suatu monumen sejarah pengembaraan kaum Ibrani pada waktu
kenikmatan dan penyelenggaraan percintaan badaniah lebih penting dari rasa takut terhadap Tuhan.
[1]
Namun pertanyaannya tetap adalah tepatnya dari mana adat dan pengetahuan erotik yang
diabadikan dalam Kidung Agung itu berasal? Seperti yang saya harapkan, tempat asalnya adalah
tidak lain dari tanah Bibel yang asli, yaitu Asir.

Menilai dari nama-nama tempat yang disebutkan di dalam lagu-lagu percintaan ini, mereka pada
mulanya mestinya berasal dari pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan --sebuah setengah
lingkaran punggung pegunungan yang indah sekali, sebagian gersang dan sebagian berhutan lebat
dan sebagian lagi bertingkat-tingkat untuk ditanami, yang memandang ke bawah lembah-lembah
subur gurun pesisir Jizan yang luas. Sewaktu Philby mengunjungi tempat ini, ia terpesona akan
keindahan pemandangannya. Lebih lagi, perasaan sadarnya digetarkan oleh alunan lagu dari sisi
gunung yang dimainkan oleh tiupan suling seorang gembala (Arabian Highlands hal. 488), dan ia pun
menyesali karena tidak membawa 'sebuah alat yang dapat merekam lagu-lagu rakyat yang merdu'
penduduk setempat itu (hal. 503) --sesuatu yang tidak dikatakan Philby yang berkenaan dengan
bagian-bagian di Asir lainnya. Juga pada zaman Bibel, tidak ada cara yang dapat merekam lagu-lagu
rakyat setempat agar dapat mengabadikannya. Namun, sebagian dari lirik-lirik itu berhasil
dipertahankan.

Bagaimana, kapan dan mengapa Kidung Agung disusun adalah di luar jangkauan studi ini; dan
pengetahuan sejarah tekstual Bibel saya pun tidak cukup untuk mengerjakannya. Akan tetapi, yang
saya yakin adalah bahwa pengetahuan adat istiadat yang terkandung di dalam Kidung Agung hanya
mungkin berasal dari pegunungan Jizan. Di negara mana saja, lagu-lagu rakyat seringkali diciptakan
oleh penyanyi-penyanyi pengembara yang telah mengunjungi berbagai tempat, dan kadang-kadang
ingin sekali menunjukkan keakraban mereka dengan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi.
Lebih lagi, dengan jalan menyebutkan nama-nama pelbagai distrik dalam lagu-lagu mereka, para
penyanyi pengembara ini membuat lagu-lagu mereka langsung dapat dimengerti oleh para
pendengarnya di mana pun mereka berada. Seorang penyanyi pengembara bahkan dapat
menukarkan nama-nama tempat dalam sebuah lagu tertentu selagi menyanyikannya di suatu distrik
satu atau yang lain guna menyenangkan hati pelbagai pendengarnya. Yang berikut ini adalah
tempat-tempat yang disebut di tempat lain yang semuanya terletak di distrik-distrik wilayah Jizan. Ini
penting, karena pengenalan semacam itu dapat menjelaskan banyak sebutan-sebutan dalam teks-
teks Ibrani bunga rampai puisi-puisi cinta kuno yang sangat menarik ini, yang kalau tidak demikian
tetap akan tidak jelas.

Pertimbangkanlah yang berikut ini:

'Saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan tenda-tenda Kedar (qdr), bagaikan
tirai Salomo (yry'wt slmh)' (RSV 1:5). Di sini Kedar mungkin adalah al-Ghadir (gdr), di daerah
perbukitan 'Aridah. 'Tenda-tenda' Kedar disebut sebagai 'hly(m); yry'wt-nya slmh, di sebutkan
bersamaan dengan 'tenda-tenda' Kedar sebagai sangat gelap (dengan kata lain, hitam), tidak
mungkin 'tirai-tirai Sulaiman'. Kata Ibrani yry'wt berarti 'kain tenda', dan slmh di sini bukanlah
'Salomo', tetapi mungkin desa al-Salamah (pengubahan abjad lengkapnya slmh), di distrik Abu 'Arish,
atau Al Salamah (juga slmh), di ketinggian Dhahran al-Janub di luar daerah perbukitan Jizan. Maka,
baris ini seharusnya berbunyi: 'saya hitam sekali, tetapi elok, hai putri-putri Yerusalem, bagaikan
tenda-tenda al-Ghadir, bagaikan kain tenda al-Salamah'.

'Kekasihku bagi saya adalah kumpulan bunga di perkebunan anggur En-gedi ('yn gdy, 'mata air' gdy)'
(1:14). Referensinya di sini tampaknya adalah kepada 'mata air' al-Jiddiyyin (jamak Arab dari gdy,
atau gdy sebagai genitif gd), sebuah oase yang terkenal di distrik Sabya.

'Saya adalah sekuntum mawar (hbslt, 'asphodel') Sharon (hsrwn), sekuntum bunga bakung dari
lembah-lembah' (2:1). Di sini 'asphodel' Sharon dikenali sebagai sebuah bunga bakung dari 'lembah-
lembah'. Sebenarnya dalam konteks ini Sharon adalah sebuah lembah yang kini berada di Wadi
Sharranah (srn) di daerah perbukitan Hurrath.

'Wahai burung merpatiku, di celah-celah batu (b-hgwy h-sl'), tersembunyi di jurang-jurang (b-str h-
mdrgh) ...' (2:14). Kata Ibrani hgwy h-sl' dapat berarti 'celah-celah batu'. Namun di sini tampaknya
berkenaan dengan sebuah desa di dataran tinggi Rijal Alma' yang kini bernama Jarf Sala' (grp sl').
Dalam namanya yang sekarang, kata Arab grp adalah sebuah terjemahan kata Ibrani hgw, yang
bertahan dalam dialek Jizan sebagai hqw (disuarakan haqu), kini dipakai guna menunjukkan kaki
punggung sebuah gunung. Kata Ibrani mdrgh, diakui hanya dalam dua sebutan teks Bibel (yang
kedua adalah Yesaya 38:20) dan diterjemahkan menjadi 'jurang', di sini jelas merupakan sebuah
nama tempat - kini al-Madrajah (tepatnya mdrgh), di Jabal Harub. Bagi seseorang di wilayah Jizan,
dataran tinggi Rijal Alma' terletak 'di belakang' (b-str, 'tersembunyi') Jabal Harub. Maka baris ini
seharusnya berbunyi: 'wahai burung merpatiku di Jarf Sala', di belakang Madrajah ...'

'Berpalinglah, kekasihku, jadilah seperti seekor rusa, atau seekor rusa jantan di pegunungan yang
tidak rata tanahnya' (hry btr) (2:17). Walaupun btr di sini dianggap berarti 'tidak datar', kata ini tidak
mungkin merupakan sebuah deskripsi dari hry(m), yang berarti 'pegunungan' atau 'bukit-bukit'
(jamak hr), karena btr adalah dalam bentuk tunggal. Referensinya hanya dapat pada 'pegunungan'
atau 'bukit-bukit' Jabal Bani Malik, dan di sini sebuah desa yang bernama Batar (btr) masih berdiri.

'Rambutmu bagaikan kawanan kambing jantan, yang sedang menuruni lerengan Gilead (hr gl'd, atau
'Gunung Gilead)' (4:1). Gunung Gilead yang dibicarakan ini mestinya adalah tonjolan gunung al-
Ja'dah ('l-g'd), di Rijal Alma', di seberang Wadi 'Itwad di wilayah Jizan.

'Gigi-gigimu bagaikan kawanan biri-biri betina yang telah dicukur (k-'dr h-qswbwt) yang telah datang
dari pencucian' (4:2). Di sini h-qswbwt jelas adalah nama sebuah tempat, kini al-Qusaybat (qsybt,
dalam bentuk jamak feminin, dan dengan kata sandang tertentu, seperti dalam bahasa Ibraninya), di
perbukitan Hurrath. Tidak ada 'biri-biri betina' yang dapat ditemukan pada aslinya, dan 'kawanan
yang telah dicukur' dalam bahasa Ibrani adalah 'dr qswb, bukan 'dr qswbwt, dan kata bendanya
adalah dalam bentuk tunggal maskulin dan ajektifnya dalam bentuk jamak feminin. Sehingga: 'gigi-
gigimu seperti kawanan Qusaybat yang telah datang dari pencucian'.

'Saya akan pergi cepat ke gunung myrrh (hnr h-mwr) dan ke bukit menyan (gb't h-lbwnh)' (4:6).
Sebenarnya tidak ada apa-apa yang figuratif dalam baris ini. 'Bukit h-lbwnh, jelas adalah bukit Jabal
al-Lubayn; (lbyny), di distrik Hurrath. 'Gunung myrrh' adalah suatu referensi kepada salah satu
punggung bukit di dataran tinggi Mawr (mwr), kini berada di Yaman, dan di sana terdapat hulu Wadi
Mawr.

'Datanglah bersamaku dari Libanon (lbnwn), istriku ... Berangkat (tepatnya 'turun') dari puncak
Amana ('mnh), dari puncak Senir (snyr) dan Hermon (hrmwn), dari liang-liang singa (hrry h-nmrym),
dari pegunungan macan tutul (hrry h-nmrym)' (4:8). 'Libanon', 'Amana', 'Senir' dan 'Hermon' di sini
adalah dataran-dataran tinggi. Lubaynan (lbynn), di selatan perbatasan Yaman; Yamani (ymn), di
distrik 'Aridah; al-Sarran (srn), di Jabal Harub; dan Khimran (hmrn), di distrik Hurrath. 'Liang-liang
singa' adalah sebuah desa masa ini, yaitu al-Ma'ayin (jamak Arab m'yn) di Jabal Harub, dikenali
sehubungan dengan distrik al-Rayth yang bersebelahan dengannya (al-Rayth diucapkan ar-Rayth,
atau 'ryt, bandingkan dengan kata Ibrani 'rywt). 'Pegunungan macan tutul' jelas adalah punggung-
punggung Jabal Dhu Nimr (nmr, 'macan tutul'), di distrik Hurrath, kecuali kalau referensinya adalah
kepada al-Numur (jamak bahasa Arab nmr), di distrik Rubu'ah yang bertetangga dengannya.

'Engkau cantik bagaikan Tirzah, kasihku, elok seperti Yerusalem, mengerikan seperti sebuah pasukan
yang membawa panji-panji ('ymh k-ndglwt)' (6:4). Kata Ibrani ndglwt di sini, diterjemahkan sebagai
'panji-panji' dan ditafsirkan secara bebas menjadi 'sebuah pasukan yang membawa panji-panji', tidak
diakui kebenarannya dalam sebutan-sebutan lainnya di dalam Bibel. Kata ini jelas merupakan jamak
feminin ndgl, yang dianggap sebagai partisip bentuk np'l dari dg'l, 'mengangkat panji'. Sebenarnya
kata ini mestinya berkenaan dengan suatu barisan bukit di ujung selatan wilayah Jizan yang kini
bernama al-Janadil (jamak Arab dari gndl, 'batu besar', dan ndgl merupakan suatu metatesis). Dapat
ditambahkan di sini bahwa 'ymh k-ndglwt mungkin berarti 'mengagumkan seperti al-Janadil' dan
bukan 'mengerikan seperti al-Janadil', karena pegunungan dan bukit-bukit di pedalaman Jizan benar-
benar megah sekali. Untuk 'Tirzah' dan 'Yerusalem' di dalam Bibel, masing-masing lihat Bab 9 dan 10.

'Saya pergi ke kebun kacang (gnt 'gwz), untuk melihat bunga-bunga lembah, untuk melihat apakah
tanaman-tanaman anggur telah berpucuk, melihat apakah pohon-pohon delima telah berbunga'
(6:11). Di sebuah perkebunan kacang, seseorang mestinya mengira akan dapat melihat pohon-
pohon kacang, bukan kumpulan bunga-bunga, pohon anggur dan pohon-pohon delima. Lebih lagi,
'kebun kacang', dalam bahasa Ibrani, mestinya diterjemahkan sebagai gnt h-'gwz, sekalipun 'gwz
berarti 'kacang', atau 'pohon kacang' (istilah ini tidak diakui kebenarannya di tempat-tempat lain
dalam Bibel Ibrani, dan dianggap berarti 'kacang' sebagian besar dibandingkan dengan kata Arab
gwz). Namun, yang dipermasalahkan di sini adalah nama sebuah tempat, kini desa al-Janat (gnt) di
distrik Bal-Ghazi (atau Bani al-Ghazi, gzy, bandingkan dengan 'gwz dalam Bibel --suatu daerah dan di
sini kaki-kaki bukit Jabal Faifa dan Jahal Bani Malik bergabung dengan gurun pasir pesisir Jizan.
'Lembah' di sana mungkin sebuah di antara beberapa cabang Wadi Sabya atau Wadi Damad yang
subur.

'Kembalilah, kembalilah, wahai Shulammite (h-swlmyt), kembali, kembali, agar kita dapat
memandangmu (w-nhzh bk). Mengapa engkau harus memandang Shulammite (mh thzw b-swlmyt),
seperti memandang sebuah tarian di depan dua buah pasukan (k-mhlt h-mhnym)?' (RSV 6:13; Bibel
Ibrani 7:1). Di sini, swlmyt, bentuk feminin genitif swlm, mungkin berkenaan dengan seorang gadis
dari sebuah desa yang kini adalah desa al-Shamla (sml), di wilayah suku Salamah (slm), di Jabal Bani
Malik. Beberapa di antara para ahli berpendapat bahwa ada kemungkinan ini sebenarnya
merupakan nama seorang gadis, yang menurut hemat saya lebih masuk akal, mengingat bahwa
nama ini disebutkan dalam baris yang serupa sekali waktu dengan, dan sekali waktu lagi tanpa kata
sandang tertentu (sebuah ciri yang biasa dari beberapa nama perorangan Arab sampai kini). Begitu
saja, nama ini mungkin merupakan padanan kata Salma (slm', bentuk feminin dari slmn) -- purwa-
rupa puitis dari sang kekasih yang begitu sering disanjung-sanjung dalam lagu lagu Arab kuno dan
modern. Dalam baris yang dibicarakan, diterjemahkan seperti biasanya, Shulammite ini
dibandingkan dengan tarian antara dua buah pasukan (atau dua perkemahan, mhlt h-mhnym), yang
tidak masuk di akal. Akan tetapi, akar kata kerja mhl, adalah hlh, yang dalam bahasa Arab diakui
sebagai (hly) dalam pengertian 'menghiasi'; sehingga kata Arab (dan juga Ibrani) hly sebagai sebuah
kata benda yang berarti 'perhiasan wanita'. Sebagai kata benda hlh, mhlh dapat juga berarti
'perhiasan'. Maka baris itu dapat diterjemahkan kembali menjadi: 'Kembalilah, kembalilah, wahai
Shulammite ... agar kita dapat memandangmu. Mengapa engkau memandang (mh thzw)
Shulammite sebagai perhiasan perkemahan-perkemahan?'

'Lehermu bagaikan menara gading (mgdl h-sh). Matamu bagaikan kolam-kolam di Heshbon (hsbwn),
di dekat gerbang Bath-rabbim ('l s'r bt-rbym). Hidungmu bagaikan menara Libanon (mgdl h-lbnwn),
yang melihat ke bawah Damsyik (Damaskus) (swph pny dmsq). Engkau bermahkotakan kepalamu
yang seperti Carmel (r'sk 'lyk k-krml), dan gumpalan rambutmu yang panjang (dlt r'sk) bagaikan
ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu (k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym)' (RSV 7:4-5); Bibel Ibrani
7:5-6). Di antara nama-nama tempat yang dikenali di sini, Heshbon dan Bath-rabbim yang tidak
dapat disamakan dengan nama-nama tempat yang bertahan yang dikenal di wilayah Jizan atau di
daerah-daerah sekelilingnya, kecuali kalau Heshbon adalah punggung-punggung bukit (dan bukan
mata air) Shihb (shb, metatesis hsb tanpa kata sandang kuno tertentu yang berakhiran, yaitu n) di
Rijal Alma', dan Bath-rabbim adalah Sha'b al-Baram (brm, metatesis rbym) di wilayah yang sama.
'Libanon' atau Lubaynan di Yaman Utara telah dikenali; ia terletak di seberang wilayah Jizan dari
Jabal Bani Malik dan di sini terdapat sebuah 'Damsyik' (kini desa Dha Misk, atau dmsk, bandingkan
dengan dmsq dalam Bibel). 'Carmel', atau Kirmil (krml) disebutkan oleh ahli-ahli geografi Arab
sebagai sebuah punggung bukit di wilayah Jizan, nama masih tetap dipakai oleh Karamilah (orang-
orang krml), sebuah suku Wadi Jizan. Yang tidak dikenal sebagai nama sebuah tempat adalah h-sn
(mgdl h-sn, dianggap berarti 'menara gading'), yang kemungkinan besar berkenaan dengan al-Sinn
(sn), di wilayah Muhayil, atau al-Shanu (sn), sebuah desa di punggung bukit yang terpisah di Jabal
Dirim, di wilayah Ballasmar yang bertetangga dengannya. Kalimat dalam bahasa Ibrani dlt r'sk
k-'rgmn mlk 'swr b-rhtym, yang sampai kini diperlakukan sebagai dua kalimat yang terpisah
('gumpalan rambutmu yang panjang seperti ungu; seorang raja ditawan di dalam rambutmu'),
sebenarnya adalah satu kalimat. Di sini dlt berarti 'rambut yang kusut', atau hanya 'rambut' saja, dan
bukan 'gumpalan rambut'; 'rgmn berarti 'kain wil', atau 'kain wol yang dicelup', dan bukan 'ungu'
(lagi pula adakah rambut yang berwarna ungu?); 'swr adalah sebuah nama tempat, Al Yasir (ysyr), di
wilayah Tanumah di Sarat, dan bukan sebuah kata benda biasa yang berarti 'tawanan'; rhtym (jamak
rht), adalah padanan kata dari kata Arab rihat (jamak gabungan rht), yang diakui dalam pengertian
permadani, kain pembalut, perabot tekstil, dan tidak mempunyai arti 'rambut'. Penterjemah-
penterjemah Kitab Bibel sebenarnya telah mengakui bahwa mereka ragu-ragu akan penterjemahan
atas kalimat ini, yang seharusnya berbunyi: 'Rambut kepalamu bagaikan permadani-permadani Raja
Asur (Al Yasir)' yang masuk di akal. Permadani-permadani wol, diwarnai dengan bahan celup dari
sayur-sayuran setempat (kini makin bertambah diwarnai dengan bahan celup buatan) masih tetap
dibuat di Sarat dan dijual di pasar-pasar Abha dan Khamis Mushait.

'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di Baal-hamon (b'l hmwn)' (8:11). Kalau kita
menganggap b'l sebagai b-'l, maka kata ini akan berarti 'di atas', atau 'di ketinggian', bukan 'Baal'.
Hamon (hmwn) mestinya adalah Wadi Haman (hmn), di distrik Hurrath. Maka kalimat itu seharusnya
berbunyi: 'Sulaiman mempunyai sebuah perkebunan anggur di daerah ketinggian Haman'.

'Bergegaslah, kekasihku, seperti seekor rusa jantan muda di pegunungan rempah-rempah (hry
bsmym)' (8:14). Referensinya di sini mungkin kepada dua tempat yang bernama Bashamah (bsm) di
wilayah Jizan, satu di daerah perbukitan al-'Aridah, dan yang satu lagi di daerah perbukitan yang
membatasi Wadi 'Itwad. Kalau saja kedua Bashamah ini terlihat, maka hry bsmym seharusnya dibaca
dalam bentuk ganda dan bukan dalam bentuk jamak.

Kidung Agung bukanlah satu-satunya contoh cerita rakyat pegunungan Jizan yang dapat ditemukan
dalam Bibel Ibrani. Satu lagi terdiri dari Mazmur yang berhubungan dengan 'putra-putra' Korah (bny
qrh, lihat Catatan 1 Bab 9). Seperti yang telah dikatakan, 'putra-putra Korah' ini merupakan sebuah
suku pedalaman pegunungan Jizan. Namanya bertahan di sana sebagai nama desa al-Qarhah (qrhn),
di Jabal Faifa, dan nama desa al-Qarhan (qrhn), di Jabal Bani Malik, nama yang belakangan ini adalah
padanan kata Arab qrhym (jamak Ibrani qrh), yang berarti rakyat qrh, atau suku qrh.

Isi Kidung Agung, seperti yang telah dikatakan, mestinya disusun bukan pada zaman Sulaiman, tetapi
di bawah pengganti-penggantinya. Sebenarnya ada sebuah bukti yang menunjukkan bahwa Kidung
Agung ini dikumpulkan beberapa waktu setelah wafatnya Sulaiman dan terpisahnya kerajaannya,
pada saat keturunan-keturunannya memerintah sebagai raja-raja Yudah di 'Yerusalem', sewaktu
saingan-saingannya, yaitu raja-raja Israil, tinggal di 'Tirzah'. Dalam baris yang berbunyi 'Engkau cantik
bagaikan Tirzah, kekasihku, elok bagaikan Yerusalem', disebutkannya kedua nama ini secara sejajar
di dalam satu kalimat menandakan bahwa kedudukan kedua kota ini dianggap berada pada tingkat
yang sama. Persamaan kedudukan semacam ini tidak mungkin ada pada zaman Raja Sulaiman,
sewaktu 'Tirzah' masih merupakan sebuah tempat yang kurang dikenal di dataran tinggi Ghamid
(lihat Bab 10), sedangkan 'Yerusalem' sudah merupakan ibukota 'Seluruh Israil'.

Kalau pengubahan Kidung Agung dari Palestina ke Asir agaknya hanya sedikit membantu dalam
pengertian kita terhadap Bibel --salah penterjemahan nama-tempat menjadi bunga-bunga padang
pasir-- tidak begitu banyak mengubah makna Kidung Agung; bagaimanapun juga, contoh-contoh
yang telah saya pilih dapat membuka pikiran. Bukan hanya bahwa lirik Ibrani Kuno ini menambah
ketepatan geografis; tetapi lebih penting lagi lirik-lirik ini mendorong kita untuk mengakui bahwa itu
tegas-tegas berasal dari suatu tempat. Inilah yang tidak dibedakan oleh kebanyakan pembaca Bibel,
sisa-sisa ikatan kekeluargaan yang menyebabkan mereka meremehkan sampai sejauh mana teks-
teks ini ditulis dalam sebuah bahasa yang benar-benar dipergunakan oleh suatu bangsa yang benar-
benar ada, tinggal di suatu tempat tertentu pada suatu zaman tertentu.

Yang ditunjukkan secara jelas oleh pembacaan kembali Kidung Agung dalam Bibel Ibrani adalah
bahwa walaupun sebutan-sebutan yang nampaknya secara puitis benar, pengaruhnya lebih bersifat
prosa meskipun ditafsirkan secara benar. Lebih cepat lagi kita mengakui bahwa tanah Asir yang kuno
dan subur itu ialah tempat asalnya beberapa kepercayaan sebagian umat manusia yang paling
dihargai, lebih cepat pula kita dapat mengerti bagian peninggalan yang penting itu.

"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

EPILOG
Tentunya seseorang dapat terus-menerus menafsirkan kembali geografi Bibel Ibrani dalam
pengertian Arabia Barat dan bukan Palestina. Namun bagi penelitian ini jumlah masalah yang
dibahas sudah cukup banyak. Suatu saat jika ada generasi ahli Bibel baru yang memutuskan untuk
menanggalkan apa yang saya anggap tradisi-tradisi kuno di dalam keahlian mereka yang sudah tak
terpakai lagi maka keseluruhan teks Bibel Ibrani akan ditafsirkan dengan benar. Kata-kata yang
sampai kini dianggap sebagai kata kerja, kata sifat, kata benda, dan gerund bahkan beberapa kata
tambahan, akan dikenal; sebagai nama-nama tempat, sedangkan kata-kata yang sampai kini
dianggap sebagai nama-nama tempat mungkin sebenarnya mempunyai arti yang lain. Jika
dimasukkan ke dalam komputer bersamaan dengan berbagai nama-nama tempat di Arabia Barat
yang telah terdaftar, nama-nama tempat menurut Bibel yang telah diketahui maupun yang belum,
semua --atau hampir semua-- akan dikenali dengan benar. Atlas-atlas Bibel yang baru, yang sama
sekali lain dari yang kita kenal sekarang, akan disusun dan diterbitkan sebagai petunjuk-petunjuk
yang benar bagi para pembaca Bibel.

Sampai sejauh ini saya telah menahan diri untuk menghadapi pertanyaan yang mau tidak mau
timbul dari penelitian saya atas geografi Bibel: Apakah semua ini akan mempengaruhi Bibel sebagai
sebuah kitab keagamaan? Tentu jawabannya adalah 'ya', dalam pengertian bahwa hasil penelitian ini
akan memperkuat kebenaran sejarah menurut Bibel sampai suatu tingkat yang tak terduga. Alhasil
kita dapat memperoleh pengertian yang mendalam terhadap asal mula, perkembangan serta ciri
khas agama Yahudi dan Kristen --pengertian yang berdasarkan ketepatan ilmiah, bukan atas dugaan,
yang jika dibandingkan dengan apa yang sampai kini telah ditulis mengenai masalah ini akan
membuat karya-karya lama tersebut tampak tak akan dapat dipertahankan lebih lama lagi, kalau
tidak akan dikatakan tidak bermutu. Jika dipelajari dengan benar berkenaan dengan geografinya
yang benar, Bibel akan berdiri sebagai sebuah kitab sejarah yang tidak lagi perlu dibuktikan
kesejarahannya melalui kelicikan-kelicikan --dan jelas tidak melalui arkeologi Bibel yang bersikeras
mencari tanah Bibel pada tempat yang salah. Sejarah lama seluruh Timur Dekat jika dipelajari
kembali berkenaan dengan penafsiran Bibel yang lebih tepat dalam lingkungan geografi yang
semestinya akan lebih masuk akal.

Walaupun demikian, alangkah baiknya jika kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa Bibel Ibrani
adalah suatu warisan umat manusia yang sangat berharga, dan akan tetap demikian tanpa
menghiraukan apakah kitab ini ditulis di Palestina atau di Arabia Barat. Bangsa Israil kuno akan tetap
dipandang selayaknya sebagai suatu bangsa agung yang merupakan penyumbang utama pada
peradaban manusia, di mana pun mereka dahulu menetap, apakah itu Palestina atau Asir, atau
apakah Yerusalem mereka Yerusalem sekarang atau sebuah desa di Arabia Barat yang bernama Al-
Sharim. Geografi dapat membuat sejarah berbeda, tetapi tidak dapat membuat ketetapan
bersejarah berbeda, apalagi agama dan kepercayaan yang merupakan masalah-masalah yang
samasekali berada dalam golongan yang berbeda. Maka dari itu, sekalipun tesis saya mungkin akan
menimbulkan kekhawatiran --dan lebih mungkin lagi kesangsian-- yang saya mohon hanyalah agar
bukti-bukti yang telah saya kemukakan seharusnya dipelajari dengan teliti berkenaan dengan
penelitian ilmiah yang tidak memihak pada suatu pendapat. Bibel bagaimanapun juga adalah tetap
Bibel, dan tak akan ada yang dapat mengurangi pentingnya Bibel sebagai sebuah kitab yang
mengabadikan kearifan yang telah menentukan jalannya peradaban dan telah meneruskan
kepercayaan semua pengikut-pengikut yang taat. Yang penting adalah artinya bagi umat manusia,
bukan konteks geografis dengan peristiwa-peristiwa yang digambarkannya sebenarnya terjadi.
"

Mencari Asal-usul Kitab Suci

oleh Dr. Kamal Salibi

Indeks Kristiani | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

LAMPIRAN

BUKTI-BUKTI ONOMASTIK YANG BERKENAAN DENGAN KEDUABELAS SUKU ISRAIL DI ARABIA BARAT

Reuben (r'bwn): Suku Rawabin (rwbn) kini masih tetap memakai nama yang sama di Arabia. Wilayah
Reuben tampaknya terletak di Hijaz bagian selatan, antara daerah sekitar Mekah dan pedalaman
Lith. Sebuah desa yang bernama Rabin (rbn) kini berdiri di sekitar Rabigh, di dekat Mekah. Di sebelah
timur Lith kita dapat menjumpai desa Rabwan (rbwn) di Wadi Adam dan desa Rubyan (rbyn) di
wilayah Bahah.

Simeon (sm'wn): Suku Sama'inah atau Sama'in (sm'n), mulanya berasal dari Yaman dan kini berada
di Palestina bagian selatan, adalah sebuah suku Arab yang masih dikenal melalui nama yang sama.
Daerah Simeon tampaknya sebagian besar terletak di bagian selatan wilayah Jizan, dekat perbatasan
Yaman, di sini terdapat sebuah desa yang bernama Sha'nun (s'nwn) dan dua buah desa yang
bernama Shima' (sm', tanpa kata sandang tertentu dalam sm'wn). Ada pula desa Al Sham'ah ('l sm')
dekat Taif.

Lewi (lwy): namanya sangat mirip dengan nama kesukuan Arab Lu'ayy (l'y). Buq'at al-Lawat
(tunggalnya adalah lwh) terdapat di wilayah Jizan, yang merupakan salah satu tempat suku ini
berpusat. Di sana terdapat desa Lawi (lwh) dan Lawiyyah (lwy). Dua buah pedesaan yang bernama
Lawah (lwh) dan Lawiyyah (lwy) di Wadi Adam, satu bernama Luwayyah (lwy) di dekat Taif,
memperlihatkan bahwa pada zaman dahulu suku ini pernah menetap di wilayah-wilayah ini.

Yudah (yhwdh): sampai kini nama itu masih dipakai oleh sejumlah suku Arab, di antaranya Wahadin
(jamak dari Wahadi, atau whd). Lihat Bab 8 mengenai pembahasannya. Dua buah desa yang
bernama Wahdah (whdh) ada di Rijal Alma'. Ada pula desa Wahdah di Wadi Adam dan sebuah lagi di
wilayah Bahah; dan sebuah lagi di wilayah Nimas; dan ada pula desa Wihad (whd) di Wadi Bishah.
Sewaktu bangsa Filistin merampok 'tanah Yudah' pada zaman Samson, mereka menyerang 'Lehi'
(lhy), kini Lakhyah (lhy), di Wadi Adam (lihat Bab 14). Ini menunjukkam bahwa tanah Yudah pada
mulanya tentunya terletak di sana. Ada pula bukti-bukti menurut Bibel lain mengenai hal ini.

Dan (dn): kini nama yang serupa ialah nama suku-suku Arabia, yaitu Duwaniyah (dny), Danaywi (dny)
dan Dandan (dndn). Bentuk jamak Arab dari nama kesukuannya, yaitu Danadinah (dndn), dipakai
oleh sebuah desa di dataran rendah maritim wilayah Zahran. Ada pula tambahan bukti-bukti
menurut Bibel bahwa wilayah bangsa Danit terletak di sana; lihat toponimis kisah tersebut pada Bab
14.

Naphtali (nptly): suku Arabia Falatin (pltn) hingga kini memakai sebuah metatesis dari nama
tersebut. Wilayah Naphtali dalam Bibel mungkin meliputi daerah-daerah dari pedalaman Birk di
utara sampai ke pedalaman Jizan di selatan. Dua buah desa yang bernama Maftali (mptly) dan Al
Maftalah ('l mptl) dapat dijumpai di daerah yang pertama; dan tiga buah pedesaan yang bernama
Maftal (mptl) terletak di daerah yang kedua.

Gad (gd): di antara beberapa suku Arabia yang masih memakai nama ini adalah suku Jadi (gd) dan
suku Judan (jamak Judi atau gd ). Jadiyah (gdy) di wilayah Bahah dan Jadiyah (gdy) dekat Mekah,
menunjukkan bahwa Gad yang ada dalam Bibel adalah sebuah suku dari utara. Juga ada desa Jadyah
(gdy) di daerah Taif. Selain itu ada pula desa Ghadah (gd) dekat Abha, sebuah desa Ghadi (gd) dan
dua buah pedesaan yang bernama Ghadiyah (gdy) di wilayah Jizan, di samping desa Ghadiyat di
utara di pedalaman Lith, yang menunjukkan sebuah kampung halaman di selatan bagi suku Gad.
Pelabuhan Juddah (gd) di Mekah, dan dua buah pedesaan yang bernama Judah dan Ibn Juddah di
wilayah Qunfudhah mungkin saja berkenaan dengan nama kesukuan ini.

Asher ('sr): kini suku Arabia yang memakai nama yang sama adalah Dhawi Shari (sr). Nama tempat
yang sama adalah Wishr (wsr), di wilayah Jizan, yang menunjukkan bahwa suku Asher merupakan
suku dari selatan. Sharawra, atau Sharawrah (srwr), mungkin adalah bentuk jamak bahasa Arab dari
nama kesukuan yang sama; ini merupakan nama sebuah desa di wilayah Najran, di ujung selatan
pedalaman Asir.

Issachar (ysskr): suku Shukarah (skr) dari Wadi Sayah, di sebelah utara Mekah, memakai nama yang
nampaknya adalah nama suku dalam Bibel ini sekarang. Ada pula suku Shukarah di Wadi al-Dawasir
di sebelah barat Wadi Bishah. Namun yang lebih dekat dengan ysskr dalam Bibel adalah nama suku
Arab kuno, yaitu Yashkur (yskr).

Zebulum (zblwn): suku Zabbalah (zbl) di dataran tinggi Asir sebelah selatan merupakan satu suku
Arabia Barat yang masih terus memakai nama ini; satu lagi adalah suku Zubalah (juga zbl) yang dapat
dijumpai di Wadi Hajar, di sebelah utara Mekah. Zblwn dalam Bibel merupakan nama yang sama,
dengan kata sandang kuno tertentu ditambahkan sebagai sebuah akhiran.

Yoseph (Yusuf) (ywsp): suku Arabia, yaitu Banu Yusuf (ysp) sampai kini masih tetap memakai nama
yang sama. Ada pula sebuah desa yang bernama Al Yusuf ('l ywsp) di ketinggian daerah Ballasmar, di
Asia tengah. Juga, nama ini bertahan dalam bentuk yang telah diarabkan, yaitu Asfa' ('sp), yang
merupakan nama sebuah desa di dekat Ghumayqah, di pedalaman Lith; di sana tanah kesukuan
Yoseph tampaknya terletak (lihat Bab 6).
Benyamin (bnymyn, atau bn ymyn, nampaknya berarti 'putra selatan'): bahwa ymyn (sebagai ymn)
berarti 'selatan' telah dapat dipastikan. Dalam kesusastraan pra-Islam Arab, padanan kata Arab yang
tepat dari nama Bibelnya, yaitu Ibn Yamin ('bn ymn), dipergunakan secara politis untuk menandakan
bangsa Yaman (Yaman, atau ymn, juga 'selatan'). Kini di Arabia Barat terdapat suku Yamna,
Yamanah, Yaman; (semuanya ymn), yang masih terus memakai nama yang sama. Pedesaan yang
memakai nama yang berasal dari ymn (seperti halnya al-Yamani dan Al Yamani) berjumlah besar di
bagian selatan Asir geografis. Menurut Kejadian 35:18, Benyamin disebut Ben-oni (bn 'wny) sebelum
namanya diubah. Nama menurut Bibel 'wny di sini (dari akar kata 'ny, mungkin adalah sebuah
bentuk 'nh, 'memegang, terdiri dari') mungkin berarti 'kafilah' (bandingkan dengan kata Arab aniyah,
atau 'nyh, dalam pengertian 'kantung pelanan', atau 'kantung-kantung pelana', keduanya dalam
bentuk tunggal dan jamak gabungan). Maka jika Ben-oni mungkin berarti 'putra kafilah-kafilah',
Benyamin yang menekankan lokasi dan bukan perdagangan suku atau bangsa yang bersangkutan,
mestinya berarti 'putra selatan' (kini Asir bagian selatan dan Yaman yang bertetangga dengannya).
Pada kedua kasus itu, namanya layak digunakan karena Asir kuno sangat berketergantungan bagi
perniagaannya pada kafilah-kafilah yang datang dari arah selatan.

Cabang-cabang suku Yoseph (Yusuf):

Ephraim ('prym, ganda atau jamak 'pr): sebagai sebuah nama kesukuan Arab modern, kita mengenal
Firan (ganda atau jamak pr, bandingkan dengan 'pr). Wilayah suku Ephraim tentunya terletak di
Wadi al-Malahah, di distrik Bani Shahr di lerengan maritim Asir, yang sampai kini masih berdiri
sebuah desa yang bernama Wafrayn (wprym, ganda dari wpr).

Manasseh (mnsh): sebagai nama sebuah suku Arab, nama itu masih merupakan nama suku Mansi
(mns). Ada sebuah desa yang bernama Mansiyah (mnsyh) di dekat Sabya di bagian utara wilayah
Jizan; desa Munshah (mnsh) di wilayah Ballasmar; desa Mamshah (mmsh, sebuah pengubahan
berdasarkan dialektika dari mnsh) di wilayah Qunfudhah; juga desa Manshiyyat al-Far' di wilayah
Bahah Asir sebelah utara. Pemusatan utama suku Manasseh tampaknya terletak cukup dekat
dengan suku Ephraim yang berhubungan dengannya.

'Induk' suku-suku Israil:

Menurut Kejadian 29, 30 dan 35, putra-putra Yaqub, yaitu Reuben, Simeon, Lewi, Yudah, dan
Issachar dilahirkan oleh Leah (l'h), putri sulung paman dari pihak ibu Yaqub, yaitu Laban (lbn),
saudara laki-laki ibunya, Rebekah (rbqh). Laban dan Rebekah adalah putra dan putri Bethuel (btw'l).
Yoseph dan Benyamia dilahirkan oleh putri Laban yang lebih muda, yaitu Rachel (rhl). Dan dan
Naphtali adalah putra-putra pelayan Rachel, yaitu Bilhah (blhh), sedangkan Gad dan Asher adalah
putra-putra pelayan Leah, yaitu Zilpah (zlph).

Semua ini menunjukkan bahwa leluhur pihak ibu, dari suku-suku Israil yang diberitakan itu berasal
dari utara. Nama Bethuel, ayah Laban dan Rebekah dan kakek pihak ayah dari Leah dan Rachel,
bertahan sebagai nama desa Butaylah (btyl) di dataran tinggi Zahran di sebelah selatan Taif. Nama
Rebekah; sebagai Ribqah (rbqh) bertahan sedikit lebih jauh ke arah selatan lagi, di dataran tinggi
Ghamid, sebagai nama sebuah desa dekat Baljurashi. Ada pula desa Ribkah (rbkh, bentuk lain dari
rbqh) dekat Rabigh di sekitar daerah Mekah; di sana sebuah desa yang bernama Laban (lbn) juga
bertahan, masih terus memakai nama saudara laki-laki Rebekah. Dengan latar belakang topografis
ini, kita perlu mengasosiasikan nama Leah, putri Laban, keponakan Rebekah, dan ibu enam di antara
duabelas putra-putra Yaqub, dengan nama Wadi Liyyah (lyh) di wilayah Taif di sebelah timur Mekah,
dan bukan dengan Wadi Liyah (juga lyh) di wilayah Jizan.

Sebagai 'saudara perempuan' Leah, Rachel tampaknya memakai nama Rakhilah atau Rukhaylah (rhyl
bandingkan dengan nama Ibrani rhl), salah satu desa di Wadi Liyyah, mengingat bahwa sebuah desa
yang bernama Rakhl (rhl, sama persis dengan rhl) juga sampai kini masih terdapat lebih jauh ke utara
di sekitar daerah Yanbu' al-Nakhl, di sebelah barat Madinah. Nama pelayan Rachel, ibu Dan serta
Naphtali, yaitu Bilhah (blhh), mengingatkan kita pada desa Balha' (blh'), sebenarnya diucapkan
sebagai Balha atau Balhah (blhh), kini di sekitar daerah Lith, di sebelah baratdaya Taif, dekat pantai
Laut Merah. Sedangkan pelayan Leah, Zilpah (zlph), yaitu ibu Gad dan Asher, namanya masih tetap
dipakai oleh satu di antara tiga buah pedesaan juga di daerah yang sama: Dhulf (dlp) di Wadi Adam;
Zulf (zlp), juga di Wadi Adam; dan (nampaknya yang paling cocok) Zuluf (zlp) di wilayah Taif, dekat
dengan Wadi Liyyah.

Penting hubungannya dengan ini adalah dua buah tempat yang bernama 'Aqb ('qb, akar kata y'qb,
atau 'Yaqub') yang bertahan di wilayah Zahran, di sebelah selatan Taif, bersamaan dengan sebuah
tempat yang bernama 'Uqub ('qwb), sebuah lagi yang bernama 'Aqib ('qyb), dan sebuah lagi yang
bernama 'Aqibah ('qyb) di wilayah Taif. Ada pula sebuah desa yang bernama Al-Ya'aqib (jamak
bahasa Arab y'qwby, harfiahnya berarti 'orang-orang Yaqub'). Semua pedesaan ini dijumpai di
wilayah Taif dan Zahran yang berada di tengah-tengah pembagi perairan antara bagian pedalaman
dan pesisir Hijaz bagian selatan. Maka dari itu, mengingat akan topografi daerah tersebut, nama
Yaqub atau y'qb, sebagai kata benda 'qb, dapat dihubungkan dengan kata Arab 'aqabah ('qbh), yang
berarti 'jalan pegunungan, penyeberangan'. Sebenarnya sejumlah pedesaan yang bernama 'Aqabah
kini dapat ditemukan di daerah yang sama. Oleh sebab itu suku-suku Yaqub mungkin pada mulanya
merupakan orang-orang yang menguasai jalan-jalan pegunungan antara Hijaz bagian selatan dan
Asir bagian utara (bandingkan dengan analisa atas penyeberangan h-yrdn oleh Yosua pada Bab 7).
Mengingat bahwa Kejadian menggambarkan paman Yaqub, yaitu Laban, sebagai seorang Aramaea,
dan benar-benar membuatnya berbicara dalam bahasa Aram dan bukan bahasa Ibrani (lihat Bab 1)
kita dapat menganggap bahwa sebuah bangsa Yaqub. yang tinggal di daerah yang sama mungkin
saja pada mulanya merupakan orang-orang Aram, sebelum melakukan migrasi ke arah selatan dan
menyatu dengan suku-suku yang memakai bahasa Ibrani di Asir, yang akhirnya dikenal sebagai
bangsa Israil itu. Sebenarnya 'Aram' Laban tampaknya kini bertahan sebagai Aryamah ('rym) di
dataran tinggi Zahran (lihat Bab 1, Catatan 3). Ini mungkin dapat menjelaskan pernyataan yang tidak
jelas dalam Ulangan 26:5: 'Ayahku adalah seorang pengembara Aram; dan ia pergi ke msrym (bukan
'Mesir', tetapi Misramah dekat Abha, seperti yang telah dikatakan) dan menetap di sana, sedikit
jumlahnya; dan di sana ia menjadi sebuah negara, agung, kuat dan mempunyai penduduk yang
banyak'.

Lagi, kita teringat pada kata-kata Gerald de Gaury: 'Siapa yang tahu akan harta karun sejarah yang
terpendam di puing-puing Asir yang berserakan?' Nama-nama tempat yang bertahan di sana itu
sendiri adalah harta karun dari sejarah yang membeku, dan kita dapat menganggap masih lebih
banyak dapat memberitahukan kita mengenai sejarah Timur Dekat kuno daripada yang telah
dikatakan di dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai