Anda di halaman 1dari 6

JUJUR DAN ADIL/MALU

SEBAGAI IMPLEMENTASI AQIDAH ISLAM YANG MENCERAHKAN

Pengajian Dikdasmen Karangpilang Surabaya Sabtu, 26 Januari 21

Kejujuran
(D. Zawawi Imron)

Hati yang bersih, hati yang jujur


Mudah meraih hidup yang mujur
Hati yang berdzuikir mengingat Allah
Pastilah takut berbuat salah

Akibat ulah yang tidak jujur


Banyak orang tertipu dan teperdaya
Sekali saja kita tidak jujur
Seumur hidup kita tidak dipercaya

Budaya malu kita kembangkan


Jauhi curang dan kebohongan
Orang yang memelihara kejujuran
Hidup matinya penuh kehormatan

Dalam “Ta’lim-u’l-Muta’alim” dinyatakan:

Orang yang bodoh telah mati sebelum dikuburkan


Orang yang berilmu, walaupun telah mati ia tetap hidup.

Adil (proporsional)
Yang benar dibela, yang salah diberi sanksi yang proporsional.

 Pada zaman Rasulullah saw terjadi kehilangan heboh karena pelaku


pencuariannya seorang wanita Bani Mahzum. Para sahabat kerepotan tentang
siapa yang harus melaporkan hal ini kepada Rasulullah saw.

Para sahabat menunjuk Usamah bin Zaid, sahabat yang dekat dengan Rasulullah
saw. Kemudian Usamah bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasul, apakah
Anda dapat memberikan keringanan hukuman dari yang telah ditetapkan oleh
Allah swt?”

Rasulullah lalu bangkit seraya memberikan pidatonya, “Sungguh telah binasa


orang sebelum kamu karena membebaskan pencuri dari kalangan orang yang
terhormat, dan mereka menghukum pencuri dari kalangan orang miskin” (Imron,
210: 101).
Dari kaca mata berpikir profesional, kalau kita lihat orang lain ada tiga
komponen: kompetensi (K), loyalitas (L), dan kepentingan (P). Manusia
profesional memiliki kompetensi dan loyalitas tinggi (T), tetapi kepentingan nol
(0). Sebaliknya yang tidak profesional, kepentingan tinggi sedang kompetensi dan
loyalitas rendah. Tentunya ada variasi di antaranya.

Lepas dari itu, siapa dari kita yang merasa K + L tinggi dan P rendah? Jika kita
merasa demikian, selamat!! Kita terkena nasihat Sunan Bonang, Allahu yarham
(Imron, 2010:13):

“Dadia wang sing isa rumangsa,


Aja dadi wang sing rumangsa isa”
Jadilah orang yang bisa merasa
Jangan menjadi orang yang merasa bisa.

Biasanya saat kita merasa bisa, saat kita merasa K + L = T dan P = 0, sikap kita
pada orang lain “kurang menghargai”. Sebaliknya bagi yang kurang mendapat
penghargaan, pasti merasa. Dari sorot mata, dari mimik, apalagi dari tutur kata.
Dan saat kita merasa tidak/kurang dihargai, lazimnya kita “berontak”. Lazimnya
kita, kalau berontak “memberi balasan lebih jelek” kepada sasaran berontak.

Kita dikata-katai “dua kata” kita balas “> dua kata”. Dikata-katai “nada tinggi”
kita balas nada “>lebih tinggi”. Kita merasa difitnah sekali, kita balas fitnah lain,
atau minimal kita “jawab” fitnah itu “> sekali”. Itu manusiawi, lumrah.

 Syekh Juha atau Syeh Huja, konon adalah Nashruddin Huja atau Nashruddin
Effendi, sufi yang hiudup 1208—1284 M, kisahnya lucu, tetapi selalu penuh
hikmah. Beliau dekat dengan pencari rumput sekaligus dekat dengan Timurlenk,
raja yang masih keturunan Kaisar Jenghiz Khan dari Mongol.

Ketika ada orang yang datang meminta maaf karena teah banyak memfitnah
Syekh, beliau menjawab, “Bawakan untukku bantal berisi bulu!”. Lalu orang itu
mencari bantal berisi bulu dan menyerahkannya kepada Syekh. Lalu Syekh
meminta orang itu, “Buka bantal itu, keluarkan isinya agar ditiup angin.” Orang
itu pergi ke tempat lapang, membuka bantal, mengeluarkan bulu-bulu isi bantal.
Lalu Syeh memerintahkan orang itu untuk mengembalikan bulu-bulu itu ke
dalam bantal. “Pasti tidak bisa, bulu-bulu itu telah menyebar ke mana-mana,”
jawab pemfitnah yang akan bertobat. “Begitu juga dengan fitnah yang telah kau
tebarkan, tak mungkin lagi ditarik lagi ke dalam lisan,” ujar Syekh Juha.

 Timurlenk, raja Keturunan Jenghiz Khan itu, hampir saja terkena anak panah
seorang pemuda yang membidik mangga. Raja marah, merasa tidak dihargai,
merasa dihina, merasa direndahkan. Raja meminta agar pemuda itu ditangkap dan
dihukum dengan ditancap anak panah.
Saat genting itulah tampil Syekh Juha, “Kalau paduka tadi tertancap panah,
adillah jika sang pemuda dihukum dengan ditancap anak panah. Kalau anak
panah hanya melesat di dekat Paduka, apakah adil jika pemuda ini harus mati
karena tertancap anak panah? Sebaiknya Baginda bertanya dulu pada nurani
dengan hati yang jernih!” Baginda pun tersenyum, menyuruh agar pemuda itu
dilepaskan. Raja telah memenangkan hati nuraninya daripada naluri
kepenguasaannya.

Ketika jadi pemimpin (kepala sekolah, wakasek, kepala bidang, kepala urusan,
kepala perpustakaan, kepala laborataorium, kepala TU, kepala piket, kepala
kedisiplinan sekolah, ketua panitia kita rendah hati ketika berkomunikasi dengan
orang lain yang tidak ada predikat “kepala”-nya. Ketika kita sedang tidak punya
peredikat kepala, ya kita hargai “konsep, pikiran, aturan, kebijakan” yang dibuat
oleh kepala. Itulah proporsional, itulah adil. Saat kita jadi pemimpin kita pakai
teori kepemimpinan (leadership) untuk kita terapkan pada kita, tetapi saat kita
jadi bawahan, jadi anak buah, ya kita terapkan teori kepengikutan (fellowership).

Menilai kebijakan pimpinan ada pada dua tempat: (a) rapat kerja dan (b) tugas
atasan. Antara raker dan raker adalah melaksanakan kebijakan. Jika di saat kita
laksanakan kerjaan koq kita menilai kebijakan, itu tidak proporsional, tidak adil.

Ada sikap saling menghargai pada sikap adil.

Penghargaan

Penghargaan adalah penghormatan


Kepada alam dan seluruh insan.
Dalam hidup harus dibuktikan.
Nilai mulia nafas kehidupan

Saling hargai laki-laki dan perempuan


Dengan sikap penuh keadailan
Jikalau kita menghina orang
Kita akan hina seperti binatang

Hargai juga para pahlawan


Yang berjasa penuh penghormatan
Juga para petani dan para nelayan
Mereka pahlawan pemangku kemakmuran

Dampak dari ketidakjujuran dan ketidakadilan adalah kepalsuan.


Sajak Palsu
(Agus R. Sardjono)

Selamat pagi Pak, ucap anak sekolah


Dengan sapaan palsu. Lalu mereka pun belajar
sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak-ibu guru
untuk meyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat palsu. Sambil tersipu palsu
dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru
dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai palsu dengan
nilai-nilai palsu yang baru. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu. Mereka pun lahir
sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian
menjadi guru, ilmuwan dan seniman palsu. Dengan bergairah
tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai sebagai panglima palsu. Mereka
saksiskan
ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong dengan kualitas palsu.
Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tetapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakat pun berniaga
dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka
uang asing menggertak dengan kurs palsu
dan semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan palsu di tengah seminar
dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya
demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring
dan palsu.

 Mmm
Bismillahirrahmaanirrahiim; Alhamdulillahirabbil alamiin; Allahumma shalli alla muhammad, wa
alaa aali muhammad.Kama shallayta alla ibraahiim, wa aali ibraahim.

Qulillahumma maalikal mulki


Yaa Allah, Engkaulah Dzat yang menguasai, merajai kerajaan langit dan bumi.
Tu’til mulka mantasyaa’u,
Engkau berikan kekuasaan dan kerajaan kepada siapa pun yang Engkau
kehendaki.
Watanziul mulka min mantasyaa’u
Tetapi juga Engkau cabut kembali, Engkau pungut kembali kekuasaan itu dari siapa pun yang
Engkau kehendaki.
Watu’izzu man tasyaa’u
Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki
Watudzillu man tasyaa’u
Akan tetapi, juga Engkau hinakan, Engkau rendahkan, Engkau nistakan, Engkau buat terpuruk
siapa pun yang Engkau kehendaki
Biyadikal khoiiru,
Di tangan-Mu-lah segala kekuasaan dan kebajikan itu
Innaka alaa kulli syai’in qodiir
Sesungguhnya Engkau yaa Allah, Maha Menguasai semua yang kami inginkan, seluruh yang
kami perlukan, dan segala yang kami kehendaki, meskipun yang masih tersirat di hati
Yaa Allah, pada pagi hari ini, kami keluarga besar Komunitas Pendidikan PCM
Karangpilang bersyukur ke hadirat-Mu. Hanya atas izin-Mu, insya Allah, pagi
ini kami dapat bersimpuh di Rumah-Mu yang mulia ini untuk mengenal lebih
dalam Muhammad SAW, terutama dalam kejujuran beliau. Pengenalan ini untuk
bekal kami meningkatkan derajat kami, meningkatkan kehormatan kami di
hadapan manusia dan di hadapan-Mu ya Allah. Juga pengenalan kami ini untuk
bekal kami berani berkata dan mendidikkan kejujuran kepada siswa-siswa kami
dalam memasuki gerbang awal masa depan mereka dengan cara yang halal dan
penuh ridlo-Mu.

Yaa Allah, selama bersimpuh dan ber-muhasabah ini, kami merasakan bahwa ternyata
kekurangharmonisan, kekurangnyamanan, kekurangteduhan dalam komunitas
kami di rumah, di sekolah, di masyarakat lingkup kecil dan di masyarakat bangsa
ini antara lain dan utama adalah karena rendahnya sikap kejujuran kami,
tumpulnya sikap adil kami, hilangnya sikap proprsional pada kami, terlalu
bangganya kami dengan sebutan dan gelar yang sebenarnya kosong dan palsu.
Penyakit ghurur (tipu daya) telah cukup lama kami derita, dan ternyata kami
semakin hari justru semakin bangga dengan semakin kronisnya. Lebih getir lagi
ya Allah, sebanarnya kami yang sakit, saya yang tidak jujur, aku yang tidak adil,
dan hamba yang tidak proporsional, tetapi dalam keseharian terlalu sering kami
justru menunjuk orang lain yang tidak jujur, teman lain yang tidak adil, mitra
kerja yang tidak proporsional. Karena itu ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami.
Tunjukilah kami jalan menuju maghfirah, rahmat, berkah, dan ridla-Mu.

Yaa Allah, kami membaca frman-Mu dalam surat Al-Qiyaamah (QS 75:36):
"ayahsabul
insaanu an yutraka sudaa" "Apakah manusia mengira bahwa dirinya akan
dibiarkan tanpa dimintai tanggung jawab?" Karena itu, yaa Allah, ampunilah
dosa-dosa kami, bimbinglah kami untuk menjadi hamba-Mu yang lebih
bertanggung jawab atas tugas dan amanat yang telah kami terima.

Yaa Allah, dari sifat Rahman dan Rahim-Mu, kami meyakini bahwa semua kondisi
baik yang Engkau anugerahkan kepada kami, khususnya di Perguruan
Muhammadiyah Karangpilang ini, adalah karena kesungguhan, keuletan, dan
kerelaberkorbanan, keikhlasan para perintis pendidikan di cabang ini di masa
lalu.

Untuk para perintis dan pendahulu yang telah menghadap-Mu, jadikan amal
beliau sebagai wasilah untuk mengampuni dosa-dosa beliau. Demikian pula,
kepada Bapak dan Ibu kami, perintis dan pendahulu yang masih bersama kami,
jadikan kesungguhan, keuletan, kerelaberkorbanan, keikhlasanbeliau itu sebagai
wasilah untuk menjadi khusnul khatimah.

Yaa Allah, dari sahabat rasul-Mu, Ali bin Abi Thalib, kami paham bahwa anak-anak
kami di rumah dan murid kami di TPQ Ad-Dkwah, di TK Aisyiyah ..., di SD
Muhammadiyah 22, di SMP Muhammadiyah 6, di SMA Muhammadiyah 4, dan
di SMK Muhammaiyah 2 ini bukanlah milik kami, tetapi mereka adalah milik
zaman mereka. Karena itu yaa Allah, jadikan kesusahpayahan kami, kesungguhan
kami, kerelaberkorbanan kami ini, sebagai wasilah agar mereka menjadi anak,
murid, dan pribadi yang bermartabat, berbudaya, berakhlak mulia, dan cakap
dalam memecahkan masalah-masalah hidup mereka kelak.
\
Yaa Allah, sehatkan tubuh mereka; cerdaskan otak mereka; bersihkan hati mereka; dan
indahkanlah akhlak mereka.

Yaa Allah, karuniakan kepada kami keluarga besar komunitas pendidikan nasional,
khususnya komunitas pendidikan di PCM dan PCA Karangpilang sebagai kelurga
yang setia mengemban amanat untuk meninggikan kualitas pendidikan dengan
karakter jujur, adil, proporsional, sabar, tegas dan ramah dalam bersikap,
bijaksana dan profesional, serta penghambaan kepada ilmu, sebagaimana karakter
yang telah Engkau anugerahkan kepada Abu Bakar Ashidiq, Umar bin Khotob,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib radliyallahu ’anhu.

Fasihkanlah lidah kami yaa Allah, untuk tidak berkata yang menyakitkan, untuk tidak
berkata yang membuat kerusakan, untuk tidak berkata hanya untuk mencari
keuntungan pribadi dengan rela mengeksploitasi orang lain, sebagaimana
fasihnya lidah Bilal bin Rabbah radliyallahu ’anhu.

Subhaana man asarol jamiil, wa satarol qobiih


Maha Suci Engkau ya Allah yang menampakkan yang indah-indah dan
menyembunyikan yang buruk yang ada pada kami.

Rabbana atina fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanaj, waqinaa adzaabannar.


Wasubhaana rabbil izzati amma yasifuun
Walhamdulillahi rabbil aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai