Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PAGET’S DISEASE

(Keperawatan Medikal Bedah III)

KELOMPOK 10

RB 2018

SUCI AHLIYATUL MUINRA R011181002

AYU ANGGITA PUTRI R011181028

A. ALMISHRIYYAH MA’RIEF R011181034

REBECCA MARIA CLARET R011181328

YASMIN PUTRI ISLAMAY R011181350

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Berkat, Rahmat, dan Anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pasien dengan Paget’s Disease. Shalawat dan salam
juga semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik di bumi, Nabi Allah, Muhammad
SAW.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dari rekan-rekan,
oleh karenanya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami haturkan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Semester
5. Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi pembaca dan bisa bermanfaat.

Kami sadar, masih sangat banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
makalah ini, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
menjadi pelajaran dan perbaikan pada penulisan makalah selanjutnya.

Makassar, 18 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

BAB I

a. Latar Belakang.........................................................................................................4
b. Rumusan Masalah....................................................................................................5
c. Tujuan Masalah.......................................................................................................5

BAB II

a. Definisi....................................................................................................................6
b. Etiologi....................................................................................................................8
c. Faktor Risiko...........................................................................................................9
d. Manifestasi Klinis....................................................................................................9
e. Patofisiologi.............................................................................................................12
f. Komplikasi...............................................................................................................13
g. Penatalaksanaan.......................................................................................................14
h. Pengkajian...............................................................................................................16
i. Diagnosa..................................................................................................................18
j. Intervensi.................................................................................................................19
k. Implementasi ..........................................................................................................33
l. Evaluasi...................................................................................................................33

BAB III

a. Kesimpulan..............................................................................................................34
b. Saran........................................................................................................................34

Daftar Pustaka...................................................................................................................35

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana


osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorpsi tulang yang
berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh
osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya
sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas,dan kerapuhan
tulang. Keadaan ini dicurigai berhubungan dengan etnis dan distribusi geografis.

Pertama kali penyakit ini dideskripsikan oleh seorang ali bedah dari inggris,
yaitu Sir James Page, pada tahun 1978 sebagai kelainan tulang yang sering terjadi
pada populasi geriatri. Terminologi osteitis deformans diambil dari suatu pemikiran
bahwa penyakit ini asalnya merupakan suatu inflamasi tulang yang menyebabkan
deformitas.

Tulang yang normal memiliki bentuk struktur yang bersilangan, dan rapat,
seperti dinding tembok yang terbuat dari batu bata yang teratur. Namun pada penyakit
paget, struktur dalam tulang berubah menjadi struktur yang mozaik dan irregular,
seperti tumpukan bata yang dicampur adukan semen namun dilempar begitu saja
tanpa ditata dengan baik. Hal ini menyebabkan tulang menjadi menebal dan
membesar, namun sangat rapuh dan mudah patah, tulang juga menjadi mudah
bengkok dan berubah bentuk karena terisi oleh jaringan fibrosa dan pembuluh darah

Paget’s Diseases secara klasik adalah kondisi orang dewasa yang lebih tua,
kebanyakan pasien berusia lebih dari 60 tahun saat didiagnosis. Ada kecenderungan
laki-laki dalam beberapa penelitian. Ini adalah kondisi individu dengan nenek
moyang Eropa, terutama dari Inggris dan Eropa Barat (tidak termasuk Skandinavia),
dimana sekitar 6% sampai 7% dari populasi yang lebih tua terpengaruh. Di antara
orang Amerika kulit putih yang lebih tua, prevalensinya sekitar 2%. Ada beberapa
bukti bahwa prevalensi dan keparahan penyakit keduanya menurun, mungkin
mencerminkan perubahan dalam faktor etiologi lingkungan. Ini sangat tidak umum

4
pada individu dengan keturunan yang didominasi Asia atau Polinesia, meskipun
diamati pada beberapa populasi kulit hitam (Bope, Kellerman & Rakel, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Paget’s Disease ?
2. Bagaimana etiologi dari Paget’s Disease ?
3. Bagaimana faktor risiko dari Paget’s Disease ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Paget’s Disease ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Paget’s Disease ?
6. Bagaimana komplikasi penyakit dari Paget’s Disease ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Paget’s Disease ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Paget’s Disease ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Paget’s Disease ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis patofisiologi,
komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang penyakit paget.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis.
3. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
khususnya asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem muskuloskeletal
(penyakit paget).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PAGET’S DISEASE

Menurut (Davey, Patrick. 2006) Osteitis deformans atau yang biasa dikenal
dengan penyakit “Paget” merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
remodeling pada tulang yang terjadi secara abnormal dengan penyebab yang belum
diketahui secara jelas. Namun diduga dikarenakan karena fungsi osteoklas yang menjadi
sangat aktif sehingga dapat mengubah homeostasis normal dari remodeling tulang.
Adapun tahap dari penyakit ini adalah :

1. Pada tahap awal terjadinya peningkatan reabsorbsi tulang menyebabkan


peningkatan besar dalam turnover tulang, sehingga membentuk lesi lisis
(osteoporosis sirkumskripta).
2. Tahap lanjut terjadi stimulasi pembentukan tulang baru yang tidak
proporsional, tidak teratur, menyebabkan adanya daerah-daerah sklerosis
tulang. Selain itu pembentukan tulang yang tidak proporsional dan tidak
teratur ini dapat meningkatkan kerentanan terjadinya fraktur pada tulang.

6
Penyakit Paget tulang adalah kelainan jinak yang ditandai dengan area fokus
dari peningkatan perombakan tulang pada satu atau lebih lokasi kerangka. Biasanya
mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua, dan pria memiliki risiko lebih tinggi
daripada wanita. Tulang apa pun mungkin terpengaruh, tetapi penyakit ini memiliki
preferensi tinggi untuk panggul, tulang belakang, tengkorak, dan tulang panjang.
Nyeri adalah gejala yang paling umum, dan presentasi penyakit mungkin bergantung
pada tulang mana yang terkena, sejauh mana keterlibatan, dan adanya komplikasi.
Penyakit Paget tulang mungkin asimtomatik, dan kecurigaan muncul dari temuan
insidental dari peningkatan kadar alkali fosfatase serum pada kerja darah rutin atau
kelainan pada tes pencitraan yang dilakukan untuk penyebab yang tidak terkait.
Pedoman berbasis bukti merekomendasikan penggunaan radiografi polos dan
pengujian alkali fosfatase serum untuk diagnosis awal dan scan radionuklida untuk
menggambarkan luasnya penyakit. Pengobatan dengan bifosfonat yang mengandung
nitrogen dianjurkan pada penyakit aktif atau bila risiko komplikasi mungkin terjadi.
Komplikasi penyakit ini termasuk artritis, perubahan gaya berjalan, gangguan
pendengaran, sindrom kompresi saraf, dan osteosarcoma. Diagnosis dini penyakit
Paget tulang tetap menjadi kunci penatalaksanaannya karena pasien umumnya
memiliki prognosis yang baik jika pengobatan dimulai sebelum komplikasi mayor
muncul ( Rianon & Bordes, 2020).

Kondisi ini hadir dengan aktivitas osteoklastik berlebih diikuti dengan


peningkatan kompensasi dalam aktivitas osteoblastik, yang mengarah pada pembentukan
tulang yang tidak teratur, kurang kompak, mekanis lebih lemah, sangat vaskular dan
lebih rentan terhadap fraktur. Penyakit paget adalah gangguan tulang ke-2 yang paling
umum pada individu lanjut usia, setelah osteoporosis. Kondisi ini dapat mempengaruhi

7
satu atau beberapa tulang tetapi paling sering terjadi pada kerangka gandar (tulang
belakang, panggul, dan tengkorak). Gangguan ini tidak menyebar ke tulang lain. Kondisi
ini tidak menyebar ke tulang lain tetapi dapat meningkat pada tempat yang sudah terkena
sebelumnya. Komplikasi mematikan penyakit Paget adalah perkembangan sarkoma
kontestik, yang berakibat fatal.

Remodeling tulang secara cepat yang kronis pada akhirnya akan membuat tulang
yang terkena menjadi besar dan lunak. Struktur tulang baru yang kacau, rapuh dan lemah
menyebabkan deformitas kontur eksternal maupun internal disertai rasa nyeri. Biasanya
penyakit paget terdapat pada satu atau beberapa bagian skeleton (bagian yang paling
sering terkena adalah vertebra lumbosakral, tulang kranium, pelvis, femur, dan tibia)
tetapi kadang-kadang terjadi deformitas skeletal yang tersebar luas (Kowalak, 2011).
Penyakit ini biasa diderita oleh lansia > 55 tahun dan terjadi pada tulang - tulang
penumpu bagian kanan tubuh, khususnya tulang-tulang vertebrae, sacrum, pelvis, dan
tulang kaki mayor, tibia dan femur.

B. ETIOLOGI PAGET’S DISEASE

Penyebab pasti penyakit Paget tidak diketahui. Para peneliti berspekulasi


bahwa penyebab kelainan tersebut mungkin multifaktorial (misalnya disebabkan oleh
interaksi faktor genetik dan lingkungan tertentu). Dalam kebanyakan kasus, tidak ada
penyebab spesifik untuk penyakit Paget yang dapat diidentifikasi (sporadis). Temuan
penelitian menunjukkan bahwa penyakit Paget mungkin terkait dengan infeksi tulang
"virus lambat", suatu kondisi yang muncul selama bertahun-tahun sebelum gejala
muncul. Pada sekitar 15-30 persen kasus terdapat riwayat keluarga gangguan tersebut.
Para peneliti telah menemukan beberapa gen yang dapat mempengaruhi individu
untuk mengembangkan penyakit Paget (predisposisi genetik). Gen yang terkait
dengan kondisi ini adalah gen sequestosome 1 , gen TNFRSFIIA yang mengkode
protein RANK, dan gen VCP . Peran pasti yang dimainkan gen ini dalam
perkembangan kelainan ini tidak diketahui. Faktor keturunan ini mungkin menjadi
alasan anggota keluarga rentan terhadap virus yang dicurigai (Altman & NORD,
2020).

8
C. FAKTOR RISIKO PAGET’S DISEASE
1. Usia. Orang yang berusia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami penyakit Paget.
2. Jenis kelamin. Sejauh ini kaum pria didapati lebih sering mengalami penyakit Paget
dibandingkan wanita.
3. Keturunan dan tempat tinggal. Penyakit Paget lebih sering ditemukan di Inggris,
Skotlandia, Eropa tengah, dan Yunani, serta negara-negara yang banyak ditinggali
oleh penduduk yang berasal dari Eropa. Sebaliknya, penyakit ini jarang ditemui di
Afrika dan Asia.
4. Riwayat keluarga. Orang dengan anggota keluarga dekat yang mengalami penyakit
Paget juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami penyakit
tersebut.Ada empat sampai tujuh gen yang ketika rusak menyebabkan penyakit paget
dengan mutasi gen khusus atau variasi yang disebut sequestosome 1 (SQSTM 1) dan
gen ini paling banyak terdapat pada laki-laki, sehingga pada laki-laki lebih berisiko
terkena penyakit paget daripada perempuan.

D. MANIFESTASI KLINIS PAGET’S DISEASE

Manifestasi klinis awal biasanya berupa perkembangan nyeri tulang yang tidak
disengaja (yang dapat berkembang menjadi nyeri berat yang tidak dapat disembuhkan),
kelelahan, dan perkembangan progresif gaya berjalan yang goyah. Pasien mungkin
mengeluh bahwa mereka menjadi lebih pendek atau kepala mereka menjadi lebih besar.
Sakit kepala, demensia, defisit penglihatan, dan kehilangan pendengaran dapat terjadi
akibat tengkorak yang membesar dan menebal. Peningkatan volume tulang di tulang
belakang dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang atau akar saraf (Lewis,
Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014).

Banyak penderita tidak tahu mereka memiliki penyakit Paget karena mereka
tidak memiliki gejala. Kadang-kadang gejalanya dapat dimulai seperti dengan radang
sendi atau gangguan lainnya. Dalam kasus lain, diagnosis dibuat hanya setelah pasien
mengalami komplikasi.

Menurut NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource


Center (2018), gejala Paget’s Diseases dapat meliputi:

9
● Nyeri tulang, merupakan keluhan yang paling umum, nyeri ini dapat terjadi pada
setiap tulang yang terkena penyakit paget, sering pada area yang berdekatan
dengan sendi. Nyeri bersifat tumpul yang konstan terutama bila penderita bangun
tidur dan nyeri akan bertambah bila terjadi fraktur patologis akibat melemahnya
tulang, serta nyerinya tidak berhubungan dengan aktivitas
● Sakit kepala dan gangguan pendengaran, yang dapat terjadi ketika penyakit
Paget mempengaruhi tengkorak. Dapat terjadi ketika penyakit paget mengenai
tulang kepala, basis cranii, dan tulang pendengaran.
● Tekanan pada saraf, yang dapat terjadi ketika penyakit Paget mempengaruhi
tengkorak atau tulang belakang.
● Peningkatan ukuran kepala, busur anggota badan, atau kelengkungan
tulang belakang, biasanya pasien merasa kepala mereka bertambah besar,
ditandai dengan topi yang mereka pakai tidak muat lagi (hat dont fit any more),
postur tubuh pasien menjadi membungkuk, postur tubuh memendek, dan tungkai
menjadi bengkok sesuai dengan arah dari tekanan mekanis; sehingga tibia
membengkok ke anterior dan femur ke anterolateral. Tungkai menjadi bengkok
dan terasa tebal, permukaan kulit juga teraba hangat. Jika tulang tengkorak
terkena, dasar tengkorak mungkin terlihat mendatar (Platybasia), sehingga leher
terlihat memendek. 1al ini dapat terjadi pada kasus yang lanjut

● Nyeri pinggul, yang mungkin terjadi ketika penyakit Paget mempengaruhi


panggul atau tulang paha.

10
● Kerusakan tulang rawan sendi, Perubahan bentuk tulang akibat proses resorpsi
dan formasi tulang yang berlebihan terutama pada ujung tulang panjang
mengakibatkan perubahan bentuk dan inkongruensi dari permukaan sendi. Hal ini
akan mengakibatkan mekanisme wear and tear pada kartilago sendi yang akan
membawa ke osteoarthritis sekunder.
● Deformitas postur tubuh, pada penyakit paget generalisata, terdapat
pembengkokan pada tulang punggung, sehingga postur tubuh pasien menjadi
kiphosis, lebih pendek, dan tampak seperti kera (ape like) dengan tungkai yang
membengkok dan lengan menggantung di depan tubuh pasien

11
E. PATOFISIOLOGI PAGET’S DISEASE

Paget’s Diseases dimulai dengan fase litik, dimana tulang normal diserap oleh
osteoklas yang lebih banyak, lebih besar, dan memiliki lebih banyak nuklei (hingga 100)

12
daripada osteoklas normal (5-10 nuklei). Tingkat perombakan tulang meningkat
sebanyak 20 kali lipat dari biasanya.

Fase kedua, fase campuran, ditandai dengan peningkatan cepat dalam pembentukan
tulang dari banyak osteoblas. Meskipun jumlahnya meningkat, secara morfologi
osteoblas tetap normal. Namun, tulang yang baru dibuat tidak normal, dengan serat
kolagen disimpan secara sembarangan dan bukan secara linier, seperti pada pembentukan
tulang normal. Ketika aktivitas osteoklastik dan osteoblas dari perusakan dan
pembentukan tulang berulang, pergantian tulang tingkat tinggi terjadi.

Pada fase akhir penyakit Paget, fase sklerotik, pembentukan tulang mendominasi
dan tulang yang terbentuk memiliki pola tidak teratur (anyaman tulang) dan lebih lemah
dari tulang dewasa normal. Pola tulang anyaman ini memungkinkan sumsum tulang
untuk disusupi oleh jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dan pembuluh darah, yang
mengarah ke keadaan tulang hipervaskuler.

Setelah waktu yang bervariasi, aktivitas osteoklastik dapat menurun, tetapi


pembentukan tulang yang abnormal terus berlanjut. Beberapa kantong tulang pipih yang
tampak normal dapat menggantikan tulang anyaman yang belum matang. Akhirnya,
aktivitas osteoblas juga menurun, dan kondisinya menjadi diam. Ini adalah fase sklerotik,
atau fase terbakar. Resorpsi dan pembentukan tulang yang berlanjut minimal atau tidak
ada (Medscape, 2018).

F. KOMPLIKASI PAGET’S DISEASE

Menurut Davey, Patrick. 2006, Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan osteitis
deformans adalah :

1. Fraktur, sarkoma osteogenik (namun jarang terjadi).


2. Komplikasi kardiovaskuler: cardiac output yang meningkat dapat menyebabkan
gagal jantung/ penyakit jantung iskemik, Gagal jantung akibat kebutuhan aliran
darah yang tinggi pada tulang yang mengalami remodeling.
3. Komplikasi neurologis: kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi
tendon stapedius/ kompresi N: VIII) dan stenosis spinal.
4. Lain-lain: termasuk hiperkalsemia atau hiperkalsiuria yang dapat menjadikan
sebagai penyumbang batu ginjal, Gagal nafas akibat deformitas tulang toraks.

13
G. PENATALAKSANAAN PAGET’S DISEASE
1. Medis (Medikamentosa dan Pembedahan)
1) Bifosfonat

Bifosfonat akan menekan atau menurunkan resorpsi tulang yang


disebabkan oleh aktivitas osteoklas. Obat ini berikatan dengan Kristal
Hidroksiapatit pada permukaan tulang yang baru di deposit, pemberian dosis
tinggi dalam jangka panjang menghambat pembentukan tulang baru, begitu
pula resorpsi tulang. Obat bifosfonat umumnya diberikan dalam jangka waktu
6 bulan. Obat ini juga mempunyai efek samping yaitu dapat mengiritasi
saluran gastrointestinal, seperti:

● Alendronate (Fosamax)
● Ibandronate (Boniva)
● Pamidronate (Aredia)
● Risedronate (Actonel)
● Zoledronic acid (Zometa, Reclast)

Adapun cara pemberian dari bifosfonat sendiri dapat diberikan secara


oral dan IV seperti: Alendronate diberikan dengan dosis 40 mg/hari selama 6
bulan. Risedronate 30 mg/hari selama 2 bulan, tiludronate 400 mg/hari selama
3 bulan dan Etidronate 200-400 mg/hari selama 6 bulan, Pamidronat bisa
diberikan sebagai infus intravena tunggal sampai mencapai 60 mg.

2) Kalsitonin (Miacalcin)

Calcitonin (Miacalcic) diberikan secara subkutan adalah yang paling


banyak digunakan injeksi dengan dosis 50-100 IU per subkutan per hari, obat
ini mencegah aktivitas osteoklastik dan bisa digunakan untuk meringankan
gejala, kalsitonin aman namun sering timbul efek samping, termasuk mual,
muka memerah, rasa tidak nyaman,dan nyeri ditempat suntikan.

3) Plikamisin

14
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, diberikan pada
pasien dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap
terapi yang lain. Obat ini memiliki efek pada pengurangan nyeri, pada kalsium
serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus
intravena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang
selama terapi. Namun untuk saat ini plikamisin jarang digunakan karena
toksisitas pada hati, ginjal dan tulang.

4) Operasi

Operasi ini jarang dilakukan pada klien dengan penyakit paget kecuali
klien tersebut mengalami kondisi progressive bowing tibia atau femur, delayed
union fraktur, fraktur tidak stabil, arthritis refrakter, adapun tujuan operasi
adalah :

a. Membantu pemulihan patah tulang agar posisinya lebih baik


b. Memperbaiki kerusakan sendi akibat artritis
c. Membebaskan saraf yang terjepit
d. Memperbaiki kelainan tulang yang terjadi
e. Meringankan nyeri lutut

2. Non-Medis
1) Pencegahan jatuh

Klien dengan penyakit paget sangat rentan mengalami fraktur,


sehingga apabila klien yang mengalami paget ini terjatuh maka dapat
meningkatkan risiko jatuh dan memperparah penyakit, sehingga modifikasi
lingkungan (membuat lantai rumah agak kasar/ diberikan pegangan pada
kamar mandi, dll) dan memakaikan tongkat/ alat bantu jalan pada klien dapat
memperkecil terjadinya resiko jatuh.

2) Makan makanan yang baik

Pastikan diet mengandung kadar kalsium dan vitamin D yang cukup,


yang membantu tulang menyerap kalsium. Hal ini sangat penting jika klien

15
mengonsumsi bifosfonat. Tinjau pola makan dengan dokter agar penyakit
dapat ditangani dengan baik.

3) Berolahraga secara teratur

Olahraga teratur sangat penting untuk mempertahankan mobilitas sendi


dan kekuatan tulang. Bicarakan dengan dokter rehab medic dan fisioterapi
sebelum memulai program latihan untuk menentukan jenis, durasi, dan
intensitas latihan yang tepat. Beberapa kegiatan dapat menyebabkan terlalu
banyak tekanan pada tulang yang terkena

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG PAGET’S DISEASE

Dalam bentuk penyakit Paget yang lebih ringan, pasien mungkin tetap bebas dari
gejala, dan penyakit tersebut dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan sinar-
X atau temuan kimiawi serum dengan kadar fosfatase alkali yang tinggi (Lewis, Dirksen,
Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014).

Pemeriksaan Paget’s Disease :

1. Sinar-X. Pada gambar rontgen, tulang yang terkena penyakit Paget memiliki
tampilan tertentu yang berbeda dari tulang lainnya. Oleh karena itu, dokter akan
menggunakan rontgen, sendiri atau dengan tes darah atau pemindaian tulang, untuk
memastikan apakah seseorang menderita penyakit tulang Paget atau tidak.

2. Tes darah. Tes darah dapat memeriksa enzim dalam darah Anda yang mungkin
merupakan tanda penyakit.

16
3. Pemindai tulang. Pemindaian tulang adalah tes yang membantu dokter
mengidentifikasi tulang mana yang terpengaruh oleh penyakit Paget. Tes ini dapat
membantu dokter Anda memahami sejauh mana penyakitnya
4. Biopsi tulang. Dalam kasus yang jarang terjadi, biopsi (sampel kecil jaringan yang
diambil untuk analisis) diambil dari tulang yang dicurigai menderita penyakit
Paget. Biopsi tulang dilakukan jika foto rontgen tidak memastikan ada atau
tidaknya penyakit.
5. Tes urine. Meskipun tes urine tidak digunakan untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit Paget, tes tersebut dapat digunakan untuk memantau
respons seseorang terhadap pengobatan penyakit tersebut. Dalam tes ini, sampel
urin orang tersebut dianalisis untuk mengetahui keberadaan zat yang disebut
penanda tulang. Zat-zat ini memberikan informasi tentang resorpsi tulang - proses
penguraian dan pengambilan tulang oleh tubuh. Salah satu zat tersebut adalah N-
telopeptida (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases,
2019).

I. ASUHAN KEPERAWATAN PAGET’S DISEASE


1. Pengkajian
1) Identitas
a. Identitas klien meliputi biodata umum klien (nama, alamat, umur, jenis
kelamin, dan lain-lain), ras/suku bangsa, berat badan, dan faktor
lingkungan (pekerja berat).
2) Keluhan Utama
Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika
melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya
deformitas pada daerah yang terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian
bawah), leher, dan pinggang, berat badan menurun.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Gangguan seperti apa yang sedang dirasakan klien saat ini
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit sebelumnya/riwayat kesehatan keluarga
5) Aktivitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri (mungkin
segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan).

17
6) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /ansietas),
pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera, kadang
muncul keluhan sakit kepala.
7) Neurosensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual,
auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf kranial
dan kanalis spinalis,
8) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram otot
(setelah mobilisasi).
9) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
10) Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan agens pencedera
c. Gangguan Menelan berhubungan dengan masalah pada organ pencernaan
d. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan gangguan konsep diri
e. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri
f. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan vaskularisasi
g. Ansietas berhubungan dengan konflik nilai
h. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipervaskularisasi
i. Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan pada ekstremitas bawah
j. Risiko Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan gangguan citra
tubuh

18
19
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC

1 Ambulasi Terapi Latihan : Ambulasi


Hambatan Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Aktivitas-aktivitas :
berhubungan dengan penurunan
…x24 jam diharapkan pergerakan klien menjadi Observasi :
kekuatan otot. (Domain 4 ;
normal dengan kriteria hasil : ● monitor penggunaan alat bantu berjalan
Kelas 2 ; 00085)
● Berjalan dengan langkah yang efektif pasien

Definisi : keterbatasan dalam tidak terganggu Terapeutik/ Tindakan Mandiri:

gerakan fisik atau satu atau lebih ● Berjalan mengelilingi kamar tidak ● beri pasien pakaian yang tidak mengekang

ekstremitas secara mandiri dan terganggu ● bantu pasien menggunakan alas kaki yang

terarah ● Berjalan mengelilingi ruangan tidak memfasilitasi pasien untuk berjalan dan
terganggu mencegah cedera
Batasan Karakteristik : ● terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker,
atau kursi roda) untuk ambulasi
● Gangguan sikap berjalan
● bantu pasien untuk membangun pencapaian
● Penurunan keterampilan
yang realistis untuk ambulasi jarak
motorik halus
Edukasi :
● Penurunan keterampilan
● ajarkan pasien/caregiver mengenai
motorik kasar
pemindahan dan teknik ambulasi yang aman
● Penurunan rentang gerak
Kolaborasi :
● Ketidaknyamanan ● Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai
● Instabilitas postur rencana ambulasi, sesuai kebutuhan.
● Gerakan lambat

Faktor yang Berhubungan :

● Penurunan kekuatan otot


● Penurunan kendali otot
● Penurunan ketahanan tubuh
● Nyeri

Kondisi Terkait :

● Kerusakan integritas
struktur tulang
● Gangguan muskuloskeletal

2 Nyeri Kronis berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri


dengan agens pencedera. Hasil yang diharapkan setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas :
(Domain 12 ; Kelas 1 ; 00133) tindakan keperawatan …x24 jam nyeri dapat Observasi :
teratasi dengan kriteria hasil : ● Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
Definisi : Pengalaman sensorik meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
● Mampu mengenali kapan nyeri terjadi
dan emosional tidak frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya

2
menyenangkan dengan ● Melaporkan nyeri yang terkontrol nyeri dan faktor pencetus
kerusakan jaringan aktual atau ● Mampu menggunakan tindakan ● Observasi adanya petunjuk nonverbal
potensial, atau digambarkan pengurangan (nyeri) mengenai ketidaknyamanan terutama pada
sebagai suatu kerusakan; awitan ● mampu menggunakan analgesik yang mereka yang tidak dapat berkomunikasi
yang tiba-tiba atau lambat direkomendasikan secara efektif
dengan intensitas ringan hingga ● Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
berat, terjadi konstan atau mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
berulang yang berakhirnya tidak penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau
diprediksi, dan berlangsung lebih Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
dari 3 bulan. ● Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik :
pasien dan mengimplementasikan rencana

● Hambatan kemampuan monitor

meneruskan aktivitas ● Pilih dan implementasikan tindakan yang

sebelumnya beragam (misalnya farmakologi, non

● Bukti nyeri dengan farmakologi, dan interpersonal) untuk

menggunakan standar daftar memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan

periksa nyeri untuk pasien kebutuhan

yang tidak dapat ● Gunakan tindakan mengontrol nyeri sebelum

mengungkapkannya nyeri bertambah berat

3
● Ekspresi wajah nyeri Edukasi :
● Keluhan tentang intensitas ● Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
menggunakan standar skala ● Ajarkan metode farmakologi untuk
nyeri menurunkan nyeri
Kolaborasi :
Kondisi Terkait :
● Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim

Gangguan muskuloskeletal kesehatan lainnya untuk memilih dan

kronis mengimplementasikan tindakan penurunan


nyeri non farmakologis sesuai kebutuhan
● Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri
dilakukan

3 Gangguan Menelan Status Menelan : Fase Oral Bantuan Perawatan Diri : Pemberian Makan
berhubungan dengan masalah Setelah dilakukan asuhan keperawatan ...x24 Aktivitas-aktivitas :
pada organ pencernaan. jam, status menelan klien dapat meningkat dari 2 Observasi :
(Domain 2 ; Kelas 1 ; 00103) menjadi 5 dengan kriteria hasil : ● Monitor Kemampuan pasien untuk menelan.
● Mempertahankan makanan di mulut tidak ● identifikasi diet yang disarankan
Definisi : Fungsi abnormal
terganggu. Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
mekanisme menelan yang
● Pembentukan bolus tidak terganggu ● Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
dikaitkan dengan defisit struktur
● kemampuan mengunyah tidak terganggu memfasilitasi mengunyah dan menelan
atau fungsi oral, faring, atau
● menutup bibir tidak terganggu ● berikan kebersihan mulut sebelum makan

4
● kemampuan membersihakan rongga ● berikan pengalas makanan
esofagus.
mulut tidak terganggu. ● posisikan pasien dalam posisi makan yang

Batasan Karakteristik : nyaman


● berikan sedotan minuman sesuai kebutuhan
● mengunyah tidak efisien Edukasi :
● bibir tidak tertutup rapat ● Jelaskan posisi makan pada pasien yang
● pembentukan bolus terlalu mengalami gangguan penglihatan dengan
lambat menggunakan arah jarum jam (misalnya,
● makanan jatuh dari mulut sayur di jam 12, rendang di jam 3)
Kolaborasi :
● Kolaborasi pemberian obat misalnya
pemberian analgesik atau antiemetik sesuai
indikasi.

4 Hambatan Komunikasi Verbal Komunikasi Mendengar Aktif


berhubungan dengan gangguan Hasil yang diharapkan setelah dilakukan Aktivitas-aktivitas :
konsep diri. (Domain 5 ; Kelas tindakan keperawatan …x24 jam hambatan Observasi :
5 ; 00051) komunikasi verbal dapat teratasi dengan kriteria ● Buat tujuan interaksi
hasil : ● Identifikasi tema yang dominan
Definisi : Penurunan,
● Mengenali pesan yang diterima Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
pelambatan, atau ketiadaan
● Mengarahkan pesan pada penerima yang ● Gunakan pertanyaan maupun pernyataan yang
kemampuan untuk menerima,
tepat mendorong klien untuk mengekspresikan

5
● Menggunakan bahasa non verbal perasaan pikiran dan kekhawatiran
memproses, mengirim, dan/atau
● Fokus penuh kepada interaksi yang terjalin
menggunakan sistem symbol.
dengan menekan perasaan menghakimi, bias,

Batasan Karakteristik : asumsi maupun menggunakan pendapat


personal serta distraksi-distraksi lainnya
● Kesulitan memahami ● Gunakan perilaku nonverbal untuk
komunikasi memfasilitasi komunikasi
● Kesulitan mengekspresikan Edukasi :
pikiran secara verbal ● Klarifikasi pesan yang diterima dengan
● Kesulitan mempertahankan menggunakan pertanyaan maupun
komunikasi memberikan umpan balik
Kolaborasi :

● Kolaborasi bersama keluarga dan ahli/terapis


bahasa patologis untuk mengembangkan
rencana agar bisa berkomunikasi secara
efektif

5 Gangguan Citra Tubuh


Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
berhubungan dengan perubahan
persepsi diri. (Domain 6 ; Kelas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Aktivitas-aktivitas :
3 ; 00118) …x24 jam diharapkan citra tubuh pasien Observasi :

6
meningkat dari skala 1 ke skala 4 dengan kriteria ● Monitor apakah pasien dapat bisa melihat
Definisi : Konfusi dalam hasil : bagian tubuh mana yang berubah.
gambaran mental tentang diri- ● Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi
● Deskripsi bagian tubuh yang terkena
fisik individu. diri
dampak ekosistem positif
Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
Batasan Karakteristik : ● Kepuasan dengan penampilan tubuh
● gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
konsisten positif
● Perubahan pandangan pasien terkait dengan perubahan-perubahan
● Penyesuain terhadap perubahan status
tentang penampilan tubuh. citra tubuh yang telah diprediksi.
kesehatan konsisten positif.
● Berfokus pada penampilan ● bantu pasien menentukan keberlanjutan dari

masa lalu. perubahan perubahan aktual dari tubuh atau

● Perasaan negatif tentang tingkat fungsinya.

tubuh ● Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan


● Menolak menerima yang dapat meningkatkan penampilan.

perubahan
Edukasi :

● Ajarkan pasien mengenai perubahan normal


yang terjadi dalam tubuhnya terkait dengan
beberapa tahap, proses penuaan.

Kolaborasi :
● fasilitasi kontak dengan individu yang

7
mengalami perubahan yang sama dalam hal
citra tubuh

6 Hipertermia berhubungan Pengaturan Suhu


Termoregulasi
dengan peningkatan Aktivitas-aktivitas :
vaskularisasi. (Domain 11 ; Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Observasi :
Kelas 6 ; 00007) …x24 jam diharapkan termoregulasi pasien ● Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

meningkat dari skala 1 ke skala 5 dengan ● Monitor suhu dan warna kulit

indikator : ● Monitor adanya tanda dan gejala dari


Definisi : Suhu inti tubuh di atas
hipertermia.
kisaran normal diurnal karena ● peningkatan suhu kulit tidak ada Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
kegagalan termoregulasi. ● hipertermia tidak ada ● Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
● dehidrasi tidak ada ● Gunakan matras pendingin, selimut yang
Batasan Karakteristik :
● tingkat pernapasan tidak terganggu mensirkulasikan air, mandi air hangat,
● Postur abnormal ● denyut jantung apikal tidak terganggu. kantong es atau bantalan gel, dan kateterisasi
● Kulit terasa hangat pendingin intravaskular untuk menurunkan
suhu tubuh
Kondisi terkait :
● sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan
● Penyakit pasien
Edukasi :
● instruksikan pasien bagaimana mencegah
keluarnya panas dan serangan panas

8
● informasikan pasien mengenai indikasi
adanya kelelahan akibat panas dan
penanganan emergensi yang tepat.
Kolaborasi :
● berikan medikasi yang tepat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil.
● berikan pengobatan antipiretik.

7 Ansietas berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan


konflik nilai. (Domain 9 ; Kelas Setelah dilakukan asuhan keperawatan ...x24 Aktivitas-aktivitas :
2 ; 000146) jam, tingkat kecemasan klien dapat meningkat Observasi :
dari 1 menjadi 4 dengan kriteria hasil : ● kaji untuk tanda verbal dan non verbal
Definisi : Perasaan tidak nyaman
● tidak dapat beristirahat kecemasan
atau kekhawatiran yang samar
● distress ● identifikasi pada saat terjadi perubahan
disertai respons otonom (sumber
● perasaan gelisah tingkat kecemasan
sering kali tidak spesifik atau
● kesulitan berkonsentrasi Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
tidak diketahui oleh individu);
● gunakan pendekatan yang tenang dan
perasaan takut yang disebabkan
meyakinkan
oleh antisipasi terhadap bahaya.
● berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa
Hal ini merupakan isyarat
aman dan mengurangi ketakutan
kewaspadaan yang
● dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
memperingatkan individu akan
ketakutan

9
● dukung penggunaan mekanisme koping yang
adanya bahaya dan
sesuai
memampukan individu untuk
Edukasi :
bertindak menghadapi ancaman.
● ajarkan dan instruksikan klien untuk

Batasan Karakteristik : menggunakan teknik relaksasi

● Khawatir tentang perubahan


dalam peristiwa hidup.
● berfokus pada diri sendiri
● perasaan tidak edekuat.
● Gangguan konsentrasi

Faktor yang berhubungan :

● konflik nilai

8 Risiko Penurunan Curah Perfusi Jaringan : Kardiak Perawatan Jantung


Jantung berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama Aktivitas-aktivitas :
hipervaskularisasi. (Domain 4 ; ...x 24 jam diharapkan Perfusi jaringan kardiak Observasi :
Kelas 4 ; 00240) pasien meningkat dari skala 1 ke skala 4 dengan ● Monitor tanda-tanda vital secara rutin
indikator : ● Monitor disritmia jantung, termasuk
Definisi : Rentan terhadap ● Denyut jantung apikal deviasi ringan gangguan ritme dan konduksi jantung

10
ketidakadekuatan volume dalam kisaran normal. ● Monitor keseimbangan cairan
jantung memompa darah untuk ● Nilai rata-rata tekanan darah deviasi ● Monitor toleransi aktivitas pasien
memenuhi kebutuhan ringan dalam kisaran normal. ● Monitor sesak napas, kelelahan , takipnea,
metabolisme tubuh yang dapat ● Ejeksi fraksi deviasi ringan dari kisaran dan orthopnea
mengganggu kesehatan. normal
Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
Kondisi terkait :
● Lakukan terapi relaksasi sebagaimana

● perubahan kontraktilitas mestinya

● perubahan frekuensi Edukasi :

jantung ● Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk

● perubahan volume segera melaporkan bila merasakan nyeri dada

sekuncup ● Dorong aktivitas yang tidak bersaing pada


pasien dengan risiko gangguan fungsi jantung
● Dorong adanya peningkatan aktivitas bertahap
ketika kondisi pasien sudah distabilkan.
(misalnya dorong aktivitas yang lebih ringan
atau waktu yang lebih singkat dengan waktu
istirahat yang sering dalam melakukan
aktivitas)
Kolaborasi :
● Sediakan terapi antiaritmia sesuai kebijakan

11
unit (misalnya obat antiaritmia, kardioversi
dan defibtilisasi) sebagaimana mestinya.
● Rujuk ke program gagal jantung untuk dapat
mengikuti program edukasi pada rehabilitasi
jantung, evaluasi dan dukungan yang sesuai
panduan untuk meningkatkan aktivitas dan
membangun hidup kembali sebagaimana
mestinya.

9 Risiko Jatuh berhubungan Kejadian Jatuh Pencegahan Jatuh


dengan gangguan pada Setelah dilakukan asuhan keperawatan ...x24 Aktivitas-aktivitas :
ekstremitas bawah. (Domain jam, kejadian jatuh klien dapat meningkat dari 1 Observasi :
11 ; Kelas 2 ; 000155) menjadi 4 dengan kriteria hasil : ● Monitor gaya berjalan (terutama
● jatuh saat berdiri kecepatan), keseimbangan dan tingkat
Definisi : Peningkatan rentan
● jatuh saat berjalan kelelahan dengan ambulasi
jatuh, yang dapat menyebabkan
● jatuh saat dipindahkan ● Identifikasi kekurangan baik kognitif atau
bahaya fisik dan gangguan fisik dari pasien yang mungkin
● jatuh saat ke kamar mandi
kesehatan. meningkatkan potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
Batasan Karakteristik : ● Identifikasi karakteristik dari lingkungan
yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
● Kesulitan gaya berjalan
(Misalnya, lantai licin dan tangga terbuka)
● Hambatan mobilitas ● Identifikasi perilaku dan faktor yang

12
● Penurunan kekuatan mempengaruhi risiko jatuh
ekstremitas bawah Terapeutik/ Tindakan Mandiri:

● Bantu ambulasi individu yang memiliki


ketidakseimbangan
● Sediakan alat bantu ( misalnya, tongkat
dan Walker) untuk menyeimbangkan gaya
berjalan terutama kecepatan
● Berikan tanda untuk mengingatkan pasien
agar meminta bantuan saat keluar dari
tempat tidur, dengan tepat
● Lakukan program latihan fisik rutin yang
meliputi berjalan
Edukasi :

● Ajarkan pasien untuk beradaptasi terhadap


modifikasi gaya berjalan yang telah
disarankan terutama pada kecepatan
● Ajarkan pasien Bagaimana jika jatuh untuk
meminimalkan cedera
Kolaborasi :

● Berkolaborasi dengan anggota tim


kesehatan lain untuk meminimalkan efek
samping dari pengobatan yang
berkontribusi pada kejadian jatuh

13
(misalnya, hipotensi ortostatik dan cara
berjalan terutama kecepatan yang tidak
seimbang)

10 Risiko Harga Diri Rendah Harga Diri Peningkatan Harga Diri


Situasional berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan ...x24 Aktivitas-aktivitas :
gangguan citra tubuh. (Domain jam diharapkan harga diri pasien dapat Observasi :
6 ; Kelas 2 ; 00153) meningkat dari skala 1 ke skala 4 dengan ● Monitor pernyataan pasien mengenai harga
indikator : diri
Definisi : Rentan terjadi persepsi
● Penerimaan terhadap keterbatasan diri ● Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
negatif tentang makna diri
sering positif penilaian diri
sebagai respon terhadap situasi
● tingkat kepercayaan diri sering positif Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
saat ini, yang dapat mengganggu
● komunikasi terbuka sering positif ● Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas
kesehatan.
● perasaan tentang nilai diri. yang kakan meningkatkan harga diri

Batasan Karakteristik : ● jangan mengkritisi pasien secara negatif


● dukung melakukan kontak mata pada saat
● gangguan citra tubuh berkomunikasi dengan orang lain
● harapan diri tidak realistik Edukasi :
● perilaku tidak konsisten ● Anjurkan mempertahankan kontak mata saat
dengan nilai berkomunikasi dengan orang lain
● Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang
Kondisi terkait:
dimiliki

14
● Latih cara berpikir dan berperilaku positif
● Gangguan fungsi
● Latih meningkatkan kepercayaan pada
● Penyakit fisik
kemampuan dalam menangani situasi.

4. Implementasi

Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

5. Evaluasi

Apabila hasil yang diharapkan hanya tercapai sebagian maka intervensi dilanjutkan. Sedangkan jika kriteria hasil yang diharapkan
sudah tercapai seluruhnya maka intervensi dihentikan.

15
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang dan
iregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling tulang
akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.

Paget’s disease biasanya dapat menimbulkan nyeri pada beberapa bagian


tubuh, gangguan pada saraf, dan perubahan bentuk fisik. Penyakit ini dapat
diidentifikasi melalui pemeriksaan sinar-X, tes darah, pemindaian tulang, tes urin, dan
biopsi tulang.

b. Saran

Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit


paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Penyakit paget biasanya didiagnosa
setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah klien
mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab itu
diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget ini.
DAFTAR PUSTAKA

Altman, R. D. (2020). Paget's Disease. National Organization of Rare Disoders, Diakses (10
Oktober 2020). https://rarediseases.org/rare-diseases/pagets-disease/

Bouchette P, Boktor SW. (2020, July 10). Paget Disease. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430805/#article-26520.s1

Bulecheck, Gloria M, et.al. (2016). Nursing interventions classification (NIC) edisi


bahasaIndonesia, edisi keenam. Singapore: Elsevier

Davey, Patrick. (2006). At a Glance MEDICINE. Alih bahasa Annisa Rahmalia dan
Novianty R. Jakarta: Erlangga Medical Series. https://books.google.co.id/books?
id=wzIGJflmD4gC&pg=PA382&dq=penyakit+paget&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
mpqTd3aAhULpY8KHTTQA90Q6AEIKDAA#v=onepage&q=penyakit
%20paget&f=false

Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018). Nanda-I diagnosis keperawatan


definisi dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (9nd
ed.). Canada: Elsevier.

Mayer, Welsh dan Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Mayo Clinic. (2017, Agustus 09). “Paget’s Disease of Bones”. Diperoleh (11 Oktober 2020)
dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pagets-disease-of-
bone/doctors-departments/ddc-20350818

Medscape. (2018, Desember 21). Rheumatology: Paget Disease. Retrieved Oktober 10, 2020,
from Medscape: https://emedicine.medscape.com

Moorhead, Sue, et.al. (2016). Nursing outcomes classification (NOC) pengukuran outcomes
kesehatan edisi bahasa Indonesia, edisi kelima. Singapore: Elsevier

2
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. (2019, Agustus).
Paget's Disease of Bone. Retrieved Oktober 10, 2020, from National Institute of
Health: www.niams.nih.gov

NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. (2015, May). “How
Is Paget’s disease of Bone Diagnosed?”. Diperoleh (11 Oktober 2020) dari
https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/pagets/diagnosed

NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. (2018, December).
Paget’s Disease of Bone Overview. Diakses (10 Oktober 2020).
https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/pagets/patient-info

Anda mungkin juga menyukai