KELOMPOK 10
RB 2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Berkat, Rahmat, dan Anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah berjudul Asuhan Keperawatan Pasien dengan Paget’s Disease. Shalawat dan salam
juga semoga senantiasa tercurah kepada manusia terbaik di bumi, Nabi Allah, Muhammad
SAW.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dari rekan-rekan,
oleh karenanya ucapan terima kasih yang tak terhingga kami haturkan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Semester
5. Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi pembaca dan bisa bermanfaat.
Kami sadar, masih sangat banyak kekurangan yang terdapat dalam penyusunan
makalah ini, karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
menjadi pelajaran dan perbaikan pada penulisan makalah selanjutnya.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi.............................................................................................................................3
BAB I
a. Latar Belakang.........................................................................................................4
b. Rumusan Masalah....................................................................................................5
c. Tujuan Masalah.......................................................................................................5
BAB II
a. Definisi....................................................................................................................6
b. Etiologi....................................................................................................................8
c. Faktor Risiko...........................................................................................................9
d. Manifestasi Klinis....................................................................................................9
e. Patofisiologi.............................................................................................................12
f. Komplikasi...............................................................................................................13
g. Penatalaksanaan.......................................................................................................14
h. Pengkajian...............................................................................................................16
i. Diagnosa..................................................................................................................18
j. Intervensi.................................................................................................................19
k. Implementasi ..........................................................................................................33
l. Evaluasi...................................................................................................................33
BAB III
a. Kesimpulan..............................................................................................................34
b. Saran........................................................................................................................34
Daftar Pustaka...................................................................................................................35
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertama kali penyakit ini dideskripsikan oleh seorang ali bedah dari inggris,
yaitu Sir James Page, pada tahun 1978 sebagai kelainan tulang yang sering terjadi
pada populasi geriatri. Terminologi osteitis deformans diambil dari suatu pemikiran
bahwa penyakit ini asalnya merupakan suatu inflamasi tulang yang menyebabkan
deformitas.
Tulang yang normal memiliki bentuk struktur yang bersilangan, dan rapat,
seperti dinding tembok yang terbuat dari batu bata yang teratur. Namun pada penyakit
paget, struktur dalam tulang berubah menjadi struktur yang mozaik dan irregular,
seperti tumpukan bata yang dicampur adukan semen namun dilempar begitu saja
tanpa ditata dengan baik. Hal ini menyebabkan tulang menjadi menebal dan
membesar, namun sangat rapuh dan mudah patah, tulang juga menjadi mudah
bengkok dan berubah bentuk karena terisi oleh jaringan fibrosa dan pembuluh darah
Paget’s Diseases secara klasik adalah kondisi orang dewasa yang lebih tua,
kebanyakan pasien berusia lebih dari 60 tahun saat didiagnosis. Ada kecenderungan
laki-laki dalam beberapa penelitian. Ini adalah kondisi individu dengan nenek
moyang Eropa, terutama dari Inggris dan Eropa Barat (tidak termasuk Skandinavia),
dimana sekitar 6% sampai 7% dari populasi yang lebih tua terpengaruh. Di antara
orang Amerika kulit putih yang lebih tua, prevalensinya sekitar 2%. Ada beberapa
bukti bahwa prevalensi dan keparahan penyakit keduanya menurun, mungkin
mencerminkan perubahan dalam faktor etiologi lingkungan. Ini sangat tidak umum
4
pada individu dengan keturunan yang didominasi Asia atau Polinesia, meskipun
diamati pada beberapa populasi kulit hitam (Bope, Kellerman & Rakel, 2011).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Paget’s Disease ?
2. Bagaimana etiologi dari Paget’s Disease ?
3. Bagaimana faktor risiko dari Paget’s Disease ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Paget’s Disease ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Paget’s Disease ?
6. Bagaimana komplikasi penyakit dari Paget’s Disease ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Paget’s Disease ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Paget’s Disease ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Paget’s Disease ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis patofisiologi,
komplikasi, penatalaksanaan dan pemeriksaan penunjang penyakit paget.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis.
3. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
khususnya asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem muskuloskeletal
(penyakit paget).
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut (Davey, Patrick. 2006) Osteitis deformans atau yang biasa dikenal
dengan penyakit “Paget” merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
remodeling pada tulang yang terjadi secara abnormal dengan penyebab yang belum
diketahui secara jelas. Namun diduga dikarenakan karena fungsi osteoklas yang menjadi
sangat aktif sehingga dapat mengubah homeostasis normal dari remodeling tulang.
Adapun tahap dari penyakit ini adalah :
6
Penyakit Paget tulang adalah kelainan jinak yang ditandai dengan area fokus
dari peningkatan perombakan tulang pada satu atau lebih lokasi kerangka. Biasanya
mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua, dan pria memiliki risiko lebih tinggi
daripada wanita. Tulang apa pun mungkin terpengaruh, tetapi penyakit ini memiliki
preferensi tinggi untuk panggul, tulang belakang, tengkorak, dan tulang panjang.
Nyeri adalah gejala yang paling umum, dan presentasi penyakit mungkin bergantung
pada tulang mana yang terkena, sejauh mana keterlibatan, dan adanya komplikasi.
Penyakit Paget tulang mungkin asimtomatik, dan kecurigaan muncul dari temuan
insidental dari peningkatan kadar alkali fosfatase serum pada kerja darah rutin atau
kelainan pada tes pencitraan yang dilakukan untuk penyebab yang tidak terkait.
Pedoman berbasis bukti merekomendasikan penggunaan radiografi polos dan
pengujian alkali fosfatase serum untuk diagnosis awal dan scan radionuklida untuk
menggambarkan luasnya penyakit. Pengobatan dengan bifosfonat yang mengandung
nitrogen dianjurkan pada penyakit aktif atau bila risiko komplikasi mungkin terjadi.
Komplikasi penyakit ini termasuk artritis, perubahan gaya berjalan, gangguan
pendengaran, sindrom kompresi saraf, dan osteosarcoma. Diagnosis dini penyakit
Paget tulang tetap menjadi kunci penatalaksanaannya karena pasien umumnya
memiliki prognosis yang baik jika pengobatan dimulai sebelum komplikasi mayor
muncul ( Rianon & Bordes, 2020).
7
satu atau beberapa tulang tetapi paling sering terjadi pada kerangka gandar (tulang
belakang, panggul, dan tengkorak). Gangguan ini tidak menyebar ke tulang lain. Kondisi
ini tidak menyebar ke tulang lain tetapi dapat meningkat pada tempat yang sudah terkena
sebelumnya. Komplikasi mematikan penyakit Paget adalah perkembangan sarkoma
kontestik, yang berakibat fatal.
Remodeling tulang secara cepat yang kronis pada akhirnya akan membuat tulang
yang terkena menjadi besar dan lunak. Struktur tulang baru yang kacau, rapuh dan lemah
menyebabkan deformitas kontur eksternal maupun internal disertai rasa nyeri. Biasanya
penyakit paget terdapat pada satu atau beberapa bagian skeleton (bagian yang paling
sering terkena adalah vertebra lumbosakral, tulang kranium, pelvis, femur, dan tibia)
tetapi kadang-kadang terjadi deformitas skeletal yang tersebar luas (Kowalak, 2011).
Penyakit ini biasa diderita oleh lansia > 55 tahun dan terjadi pada tulang - tulang
penumpu bagian kanan tubuh, khususnya tulang-tulang vertebrae, sacrum, pelvis, dan
tulang kaki mayor, tibia dan femur.
8
C. FAKTOR RISIKO PAGET’S DISEASE
1. Usia. Orang yang berusia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan lebih besar
mengalami penyakit Paget.
2. Jenis kelamin. Sejauh ini kaum pria didapati lebih sering mengalami penyakit Paget
dibandingkan wanita.
3. Keturunan dan tempat tinggal. Penyakit Paget lebih sering ditemukan di Inggris,
Skotlandia, Eropa tengah, dan Yunani, serta negara-negara yang banyak ditinggali
oleh penduduk yang berasal dari Eropa. Sebaliknya, penyakit ini jarang ditemui di
Afrika dan Asia.
4. Riwayat keluarga. Orang dengan anggota keluarga dekat yang mengalami penyakit
Paget juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami penyakit
tersebut.Ada empat sampai tujuh gen yang ketika rusak menyebabkan penyakit paget
dengan mutasi gen khusus atau variasi yang disebut sequestosome 1 (SQSTM 1) dan
gen ini paling banyak terdapat pada laki-laki, sehingga pada laki-laki lebih berisiko
terkena penyakit paget daripada perempuan.
Manifestasi klinis awal biasanya berupa perkembangan nyeri tulang yang tidak
disengaja (yang dapat berkembang menjadi nyeri berat yang tidak dapat disembuhkan),
kelelahan, dan perkembangan progresif gaya berjalan yang goyah. Pasien mungkin
mengeluh bahwa mereka menjadi lebih pendek atau kepala mereka menjadi lebih besar.
Sakit kepala, demensia, defisit penglihatan, dan kehilangan pendengaran dapat terjadi
akibat tengkorak yang membesar dan menebal. Peningkatan volume tulang di tulang
belakang dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang atau akar saraf (Lewis,
Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014).
Banyak penderita tidak tahu mereka memiliki penyakit Paget karena mereka
tidak memiliki gejala. Kadang-kadang gejalanya dapat dimulai seperti dengan radang
sendi atau gangguan lainnya. Dalam kasus lain, diagnosis dibuat hanya setelah pasien
mengalami komplikasi.
9
● Nyeri tulang, merupakan keluhan yang paling umum, nyeri ini dapat terjadi pada
setiap tulang yang terkena penyakit paget, sering pada area yang berdekatan
dengan sendi. Nyeri bersifat tumpul yang konstan terutama bila penderita bangun
tidur dan nyeri akan bertambah bila terjadi fraktur patologis akibat melemahnya
tulang, serta nyerinya tidak berhubungan dengan aktivitas
● Sakit kepala dan gangguan pendengaran, yang dapat terjadi ketika penyakit
Paget mempengaruhi tengkorak. Dapat terjadi ketika penyakit paget mengenai
tulang kepala, basis cranii, dan tulang pendengaran.
● Tekanan pada saraf, yang dapat terjadi ketika penyakit Paget mempengaruhi
tengkorak atau tulang belakang.
● Peningkatan ukuran kepala, busur anggota badan, atau kelengkungan
tulang belakang, biasanya pasien merasa kepala mereka bertambah besar,
ditandai dengan topi yang mereka pakai tidak muat lagi (hat dont fit any more),
postur tubuh pasien menjadi membungkuk, postur tubuh memendek, dan tungkai
menjadi bengkok sesuai dengan arah dari tekanan mekanis; sehingga tibia
membengkok ke anterior dan femur ke anterolateral. Tungkai menjadi bengkok
dan terasa tebal, permukaan kulit juga teraba hangat. Jika tulang tengkorak
terkena, dasar tengkorak mungkin terlihat mendatar (Platybasia), sehingga leher
terlihat memendek. 1al ini dapat terjadi pada kasus yang lanjut
10
● Kerusakan tulang rawan sendi, Perubahan bentuk tulang akibat proses resorpsi
dan formasi tulang yang berlebihan terutama pada ujung tulang panjang
mengakibatkan perubahan bentuk dan inkongruensi dari permukaan sendi. Hal ini
akan mengakibatkan mekanisme wear and tear pada kartilago sendi yang akan
membawa ke osteoarthritis sekunder.
● Deformitas postur tubuh, pada penyakit paget generalisata, terdapat
pembengkokan pada tulang punggung, sehingga postur tubuh pasien menjadi
kiphosis, lebih pendek, dan tampak seperti kera (ape like) dengan tungkai yang
membengkok dan lengan menggantung di depan tubuh pasien
11
E. PATOFISIOLOGI PAGET’S DISEASE
Paget’s Diseases dimulai dengan fase litik, dimana tulang normal diserap oleh
osteoklas yang lebih banyak, lebih besar, dan memiliki lebih banyak nuklei (hingga 100)
12
daripada osteoklas normal (5-10 nuklei). Tingkat perombakan tulang meningkat
sebanyak 20 kali lipat dari biasanya.
Fase kedua, fase campuran, ditandai dengan peningkatan cepat dalam pembentukan
tulang dari banyak osteoblas. Meskipun jumlahnya meningkat, secara morfologi
osteoblas tetap normal. Namun, tulang yang baru dibuat tidak normal, dengan serat
kolagen disimpan secara sembarangan dan bukan secara linier, seperti pada pembentukan
tulang normal. Ketika aktivitas osteoklastik dan osteoblas dari perusakan dan
pembentukan tulang berulang, pergantian tulang tingkat tinggi terjadi.
Pada fase akhir penyakit Paget, fase sklerotik, pembentukan tulang mendominasi
dan tulang yang terbentuk memiliki pola tidak teratur (anyaman tulang) dan lebih lemah
dari tulang dewasa normal. Pola tulang anyaman ini memungkinkan sumsum tulang
untuk disusupi oleh jaringan ikat fibrosa yang berlebihan dan pembuluh darah, yang
mengarah ke keadaan tulang hipervaskuler.
Menurut Davey, Patrick. 2006, Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan osteitis
deformans adalah :
13
G. PENATALAKSANAAN PAGET’S DISEASE
1. Medis (Medikamentosa dan Pembedahan)
1) Bifosfonat
● Alendronate (Fosamax)
● Ibandronate (Boniva)
● Pamidronate (Aredia)
● Risedronate (Actonel)
● Zoledronic acid (Zometa, Reclast)
2) Kalsitonin (Miacalcin)
3) Plikamisin
14
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, diberikan pada
pasien dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap
terapi yang lain. Obat ini memiliki efek pada pengurangan nyeri, pada kalsium
serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus
intravena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang
selama terapi. Namun untuk saat ini plikamisin jarang digunakan karena
toksisitas pada hati, ginjal dan tulang.
4) Operasi
Operasi ini jarang dilakukan pada klien dengan penyakit paget kecuali
klien tersebut mengalami kondisi progressive bowing tibia atau femur, delayed
union fraktur, fraktur tidak stabil, arthritis refrakter, adapun tujuan operasi
adalah :
2. Non-Medis
1) Pencegahan jatuh
15
mengonsumsi bifosfonat. Tinjau pola makan dengan dokter agar penyakit
dapat ditangani dengan baik.
Dalam bentuk penyakit Paget yang lebih ringan, pasien mungkin tetap bebas dari
gejala, dan penyakit tersebut dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan sinar-
X atau temuan kimiawi serum dengan kadar fosfatase alkali yang tinggi (Lewis, Dirksen,
Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014).
1. Sinar-X. Pada gambar rontgen, tulang yang terkena penyakit Paget memiliki
tampilan tertentu yang berbeda dari tulang lainnya. Oleh karena itu, dokter akan
menggunakan rontgen, sendiri atau dengan tes darah atau pemindaian tulang, untuk
memastikan apakah seseorang menderita penyakit tulang Paget atau tidak.
2. Tes darah. Tes darah dapat memeriksa enzim dalam darah Anda yang mungkin
merupakan tanda penyakit.
16
3. Pemindai tulang. Pemindaian tulang adalah tes yang membantu dokter
mengidentifikasi tulang mana yang terpengaruh oleh penyakit Paget. Tes ini dapat
membantu dokter Anda memahami sejauh mana penyakitnya
4. Biopsi tulang. Dalam kasus yang jarang terjadi, biopsi (sampel kecil jaringan yang
diambil untuk analisis) diambil dari tulang yang dicurigai menderita penyakit
Paget. Biopsi tulang dilakukan jika foto rontgen tidak memastikan ada atau
tidaknya penyakit.
5. Tes urine. Meskipun tes urine tidak digunakan untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit Paget, tes tersebut dapat digunakan untuk memantau
respons seseorang terhadap pengobatan penyakit tersebut. Dalam tes ini, sampel
urin orang tersebut dianalisis untuk mengetahui keberadaan zat yang disebut
penanda tulang. Zat-zat ini memberikan informasi tentang resorpsi tulang - proses
penguraian dan pengambilan tulang oleh tubuh. Salah satu zat tersebut adalah N-
telopeptida (National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases,
2019).
17
6) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri /ansietas),
pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera, kadang
muncul keluhan sakit kepala.
7) Neurosensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual,
auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf kranial
dan kanalis spinalis,
8) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram otot
(setelah mobilisasi).
9) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
10) Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
b. Nyeri Kronis berhubungan dengan agens pencedera
c. Gangguan Menelan berhubungan dengan masalah pada organ pencernaan
d. Hambatan Komunikasi Verbal berhubungan dengan gangguan konsep diri
e. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi diri
f. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan vaskularisasi
g. Ansietas berhubungan dengan konflik nilai
h. Risiko Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan hipervaskularisasi
i. Risiko Jatuh berhubungan dengan gangguan pada ekstremitas bawah
j. Risiko Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
18
19
3. Intervensi Keperawatan
gerakan fisik atau satu atau lebih ● Berjalan mengelilingi kamar tidak ● beri pasien pakaian yang tidak mengekang
ekstremitas secara mandiri dan terganggu ● bantu pasien menggunakan alas kaki yang
terarah ● Berjalan mengelilingi ruangan tidak memfasilitasi pasien untuk berjalan dan
terganggu mencegah cedera
Batasan Karakteristik : ● terapkan/sediakan alat bantu (tongkat, walker,
atau kursi roda) untuk ambulasi
● Gangguan sikap berjalan
● bantu pasien untuk membangun pencapaian
● Penurunan keterampilan
yang realistis untuk ambulasi jarak
motorik halus
Edukasi :
● Penurunan keterampilan
● ajarkan pasien/caregiver mengenai
motorik kasar
pemindahan dan teknik ambulasi yang aman
● Penurunan rentang gerak
Kolaborasi :
● Ketidaknyamanan ● Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai
● Instabilitas postur rencana ambulasi, sesuai kebutuhan.
● Gerakan lambat
Kondisi Terkait :
● Kerusakan integritas
struktur tulang
● Gangguan muskuloskeletal
2
menyenangkan dengan ● Melaporkan nyeri yang terkontrol nyeri dan faktor pencetus
kerusakan jaringan aktual atau ● Mampu menggunakan tindakan ● Observasi adanya petunjuk nonverbal
potensial, atau digambarkan pengurangan (nyeri) mengenai ketidaknyamanan terutama pada
sebagai suatu kerusakan; awitan ● mampu menggunakan analgesik yang mereka yang tidak dapat berkomunikasi
yang tiba-tiba atau lambat direkomendasikan secara efektif
dengan intensitas ringan hingga ● Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
berat, terjadi konstan atau mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan
berulang yang berakhirnya tidak penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau
diprediksi, dan berlangsung lebih Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
dari 3 bulan. ● Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik :
pasien dan mengimplementasikan rencana
3
● Ekspresi wajah nyeri Edukasi :
● Keluhan tentang intensitas ● Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
menggunakan standar skala ● Ajarkan metode farmakologi untuk
nyeri menurunkan nyeri
Kolaborasi :
Kondisi Terkait :
● Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim
3 Gangguan Menelan Status Menelan : Fase Oral Bantuan Perawatan Diri : Pemberian Makan
berhubungan dengan masalah Setelah dilakukan asuhan keperawatan ...x24 Aktivitas-aktivitas :
pada organ pencernaan. jam, status menelan klien dapat meningkat dari 2 Observasi :
(Domain 2 ; Kelas 1 ; 00103) menjadi 5 dengan kriteria hasil : ● Monitor Kemampuan pasien untuk menelan.
● Mempertahankan makanan di mulut tidak ● identifikasi diet yang disarankan
Definisi : Fungsi abnormal
terganggu. Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
mekanisme menelan yang
● Pembentukan bolus tidak terganggu ● Pastikan posisi pasien yang tepat untuk
dikaitkan dengan defisit struktur
● kemampuan mengunyah tidak terganggu memfasilitasi mengunyah dan menelan
atau fungsi oral, faring, atau
● menutup bibir tidak terganggu ● berikan kebersihan mulut sebelum makan
4
● kemampuan membersihakan rongga ● berikan pengalas makanan
esofagus.
mulut tidak terganggu. ● posisikan pasien dalam posisi makan yang
5
● Menggunakan bahasa non verbal perasaan pikiran dan kekhawatiran
memproses, mengirim, dan/atau
● Fokus penuh kepada interaksi yang terjalin
menggunakan sistem symbol.
dengan menekan perasaan menghakimi, bias,
6
meningkat dari skala 1 ke skala 4 dengan kriteria ● Monitor apakah pasien dapat bisa melihat
Definisi : Konfusi dalam hasil : bagian tubuh mana yang berubah.
gambaran mental tentang diri- ● Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi
● Deskripsi bagian tubuh yang terkena
fisik individu. diri
dampak ekosistem positif
Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
Batasan Karakteristik : ● Kepuasan dengan penampilan tubuh
● gunakan bimbingan antisipatif menyiapkan
konsisten positif
● Perubahan pandangan pasien terkait dengan perubahan-perubahan
● Penyesuain terhadap perubahan status
tentang penampilan tubuh. citra tubuh yang telah diprediksi.
kesehatan konsisten positif.
● Berfokus pada penampilan ● bantu pasien menentukan keberlanjutan dari
perubahan
Edukasi :
Kolaborasi :
● fasilitasi kontak dengan individu yang
7
mengalami perubahan yang sama dalam hal
citra tubuh
meningkat dari skala 1 ke skala 5 dengan ● Monitor suhu dan warna kulit
8
● informasikan pasien mengenai indikasi
adanya kelelahan akibat panas dan
penanganan emergensi yang tepat.
Kolaborasi :
● berikan medikasi yang tepat untuk mencegah
atau mengontrol menggigil.
● berikan pengobatan antipiretik.
9
● dukung penggunaan mekanisme koping yang
adanya bahaya dan
sesuai
memampukan individu untuk
Edukasi :
bertindak menghadapi ancaman.
● ajarkan dan instruksikan klien untuk
● konflik nilai
10
ketidakadekuatan volume dalam kisaran normal. ● Monitor keseimbangan cairan
jantung memompa darah untuk ● Nilai rata-rata tekanan darah deviasi ● Monitor toleransi aktivitas pasien
memenuhi kebutuhan ringan dalam kisaran normal. ● Monitor sesak napas, kelelahan , takipnea,
metabolisme tubuh yang dapat ● Ejeksi fraksi deviasi ringan dari kisaran dan orthopnea
mengganggu kesehatan. normal
Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
Kondisi terkait :
● Lakukan terapi relaksasi sebagaimana
11
unit (misalnya obat antiaritmia, kardioversi
dan defibtilisasi) sebagaimana mestinya.
● Rujuk ke program gagal jantung untuk dapat
mengikuti program edukasi pada rehabilitasi
jantung, evaluasi dan dukungan yang sesuai
panduan untuk meningkatkan aktivitas dan
membangun hidup kembali sebagaimana
mestinya.
12
● Penurunan kekuatan mempengaruhi risiko jatuh
ekstremitas bawah Terapeutik/ Tindakan Mandiri:
13
(misalnya, hipotensi ortostatik dan cara
berjalan terutama kecepatan yang tidak
seimbang)
14
● Latih cara berpikir dan berperilaku positif
● Gangguan fungsi
● Latih meningkatkan kepercayaan pada
● Penyakit fisik
kemampuan dalam menangani situasi.
4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Apabila hasil yang diharapkan hanya tercapai sebagian maka intervensi dilanjutkan. Sedangkan jika kriteria hasil yang diharapkan
sudah tercapai seluruhnya maka intervensi dihentikan.
15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang dan
iregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling tulang
akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.
b. Saran
Altman, R. D. (2020). Paget's Disease. National Organization of Rare Disoders, Diakses (10
Oktober 2020). https://rarediseases.org/rare-diseases/pagets-disease/
Bouchette P, Boktor SW. (2020, July 10). Paget Disease. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430805/#article-26520.s1
Davey, Patrick. (2006). At a Glance MEDICINE. Alih bahasa Annisa Rahmalia dan
Novianty R. Jakarta: Erlangga Medical Series. https://books.google.co.id/books?
id=wzIGJflmD4gC&pg=PA382&dq=penyakit+paget&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
mpqTd3aAhULpY8KHTTQA90Q6AEIKDAA#v=onepage&q=penyakit
%20paget&f=false
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L., & Harding, M. M. (2014).
Medical-Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems (9nd
ed.). Canada: Elsevier.
Mayer, Welsh dan Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mayo Clinic. (2017, Agustus 09). “Paget’s Disease of Bones”. Diperoleh (11 Oktober 2020)
dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pagets-disease-of-
bone/doctors-departments/ddc-20350818
Medscape. (2018, Desember 21). Rheumatology: Paget Disease. Retrieved Oktober 10, 2020,
from Medscape: https://emedicine.medscape.com
Moorhead, Sue, et.al. (2016). Nursing outcomes classification (NOC) pengukuran outcomes
kesehatan edisi bahasa Indonesia, edisi kelima. Singapore: Elsevier
2
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. (2019, Agustus).
Paget's Disease of Bone. Retrieved Oktober 10, 2020, from National Institute of
Health: www.niams.nih.gov
NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. (2015, May). “How
Is Paget’s disease of Bone Diagnosed?”. Diperoleh (11 Oktober 2020) dari
https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/pagets/diagnosed
NIH Osteoporosis and Related Bone Diseases National Resource Center. (2018, December).
Paget’s Disease of Bone Overview. Diakses (10 Oktober 2020).
https://www.bones.nih.gov/health-info/bone/pagets/patient-info