Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PAGET’ DISEASE

DISUSUN OLEH:
HADI PRASETYO
S2H422170 (MBKM)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Paget Diseases (Osteitis Deformans)”.

Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dan memberikan bantuan dalam pembuatan makalah
ini
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Lampung Tengah, Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................2
B. Etiologi........................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis.......................................................................................3
D. Patofisiologi.................................................................................................5
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................6
F. Penatalaksanaan.........................................................................................7
G. Komplikasi..................................................................................................8
H. Pengobatan.................................................................................................8
I. Asuhan Keperawatan................................................................................9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana
osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang
berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh
osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya
sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan
tulang.
Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti.
Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk
diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah
dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita
penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah
adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab
itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
paget
c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (penyakit
paget).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Penyakit Paget (Osteitis Deformans) merupakan salah satu gangguan
metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodeling tulang yang abnormal.
Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun umumnya abnormalitas
fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi sangat aktif
sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang.
Laju pertumbuhan tulang lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa
berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah tulang. Kelainan ini dapat mengenai
tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang panggul, tulang paha,
tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang lengan
atas.

Gambar 1: Kaki penderita Gambar 2: Bagian tulang yang sering terkena


penyakit paget penyakit paget

2
Penyakit paget lebih sering menyerang tulang secara multifokal. Penyakit
paget tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya, melainkan secara progresif
memperburuk tulang yang telah terkena penyakit ini.
Penyakit Paget dibagi menjadi tiga fase yaitu:
1. Fase Osteolitik
Ditandai dengan reabsorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang abnormal.
Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang baru secara
berlebihan namun sangat tidak terkontrol.
2. Fase Menengah
Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan
perubahan struktur tulang atau deformitas.
3. Fase Quiescent
Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan proses
remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar dan melebar
dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan sumsum.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab penyakit paget ini adalah:
1. Autoimun
2. Kelainan Endokrin yang berhubungan dengan penyakit hiperparatiroid
3. Kelainan kongenital pada jaringan ikat
4. Kelainan vaskular
5. Kelainan sistem saraf otonom
6. Infeksi virusparamyxoviruses
7. Kelainan genetik (teori ini masih sangat lemah)
8. Faktor lingkungan

C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kelainan biasanya didapat ketika
melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang lainnya.
Jika yang terkena adalah tulang tengkorak , maka kepala tampak membesar
dan kening terlihat lebih menonjol. Pembesaran tulang tengkorak dapat menyebabkan:
1. Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea )
3
2. Sakit kepala karena penekanan saraf
3. Penonjolan vena di kulit kepala karena adanya peningkatan aliran darah ke
kepala
4. Gigi mulai goyah dan tanggal.
5. saraf yang menuju ke mata mungkin akan terpengaruh, menyebabkan beberapa
kehilangan visual

Jika yang terkena adalah tulang belakang, maka keluhan utamanya adalah
nyeri punggung bagian bawah. Kanalisspinalis menjadi sempit (keadaan ini disebut
sebagai stenosis spinalis ) dan bisa menyebabkan mati rasa atau lumpuh.
Patah tulang kompresi pada tulang belakang bias menyebabkan tulang belakang
melengkung. Tulang belakang bisa membesar, menjadi lemah dan melengkung,
sehingga tinggi badan berkurang.

Pada anggota gerak (terutama tungkai yang menyangga berat badan), tulang
mudah mengalami patah, dengan masa penyembuhan yang lebih lama dan mulai
melengkung atau mengalami kelainan bentuk. Kaki menjadi bengkok dan langkah
menjadi pendek dan sedikit goyah. Kerusakan pada tulang rawan sendi bisa
menyebabkan terjadinya artritis.

Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada
penderita penyakit paget adalah:

1. Nyeri dan kaku didaerah yang terkena penyakit


2. Osteoarthritis sekunder (ketika penyakit paget terjadi disekitar sendi)
3. Deformitas tulang
4. Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity)
5. Komplikasi neurologis (adanya kompresi jaringan saraf)

4
D. Patofisiologi
Faktor pencetus
Infeksi Virus Genetik Lingkungan
lainnya

Abnormalitas
Osteoklast

Resopsi tulang
meningkat

Mekanisme
kompensasi fisiologis
oleh osteoblast

Peningkatan kinerja
Osteoblast

Proses remodelling
tulang meningkat

Tulang baru abnormal


(lunak, membesar dan
rentan)

Gangguan citra Resiko tinggi cedera


Deformitas Nyeri
tubuh maupun fraktur

Intoleransi
Resiko HDR
Aktivitas

Kurang Pengetahuan

Koping tidak efektif Ansietas

5
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,
sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis
yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti api yang
memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau blade of
grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis
circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran
trabekula yang kasar.
2. CT-Scan dan MRI

CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit


paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit
paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular, dan keterlibatan tulang
belakang dengan gangguan neurologis.

Kelainan pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk


menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI
juga berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti
invaginasi basilar, kompresi medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal
dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI
CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa posterior,
sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla
spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik
seperti sarcoma paget dan penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan
MRI

3. Investigasi Biokimia

Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang
imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk
mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian konsentrasi serum alkaline
phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan

6
penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan
proses resoprsi tulang).

4. Bone Scan

Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk
mengevaluasi sejauh mana lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun
pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis polos, sehingga
perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya
perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos.

F. Penatalaksanaan
Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri
biasanya berespon dengan pemberian NSAID.
Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan
saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis
yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic
acid lebih baik daripada jenis biphosphonate yang lama seperti etidronate dan
tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif dalam mengurangi bone
turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena.
Kalsitonin, suatu hormon polipeptid dapat memperlambat resorbsi tulang
dengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin
memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar normal,
mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi neurologis dan
biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas
pada wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama
dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi
kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.
Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan
pengurangan pergantian tulang cepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan
peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine. Makanan dapat
menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi
dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah
penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan
EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
sangat aktif.

7
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien
berat dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi
yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan nyeri dan pada kalsium
serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus intra
vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama terapi.
Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi,
imobilisai dan stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur
perlu ditangani dengan pemasangan dengan endoprostesis.
Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan teknik
komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis.
membaca bibir, bahasa tubuh).

Operasi Orthopaedi

Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :

1. Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri


2. Fraktur pada tulang panjang
3. Deformitas berat
4. Nerve entrapment
5. Spinal stenosis
6. Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini
G. Komplikasi
1. Fraktur
2. Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada tulang
yang mengalami remodelling (gagal jantung high-output)
3. Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami
deformitas
4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker
tulang), mungkin hal ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang
terjadi pada penyakit ini.
5. Komplikasi neurologis:kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi
tendon stapedius/kompresi N.VIII) dan stenosis spinal.
H. Pengobatan
Pada kasus yang ringan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan
aspirin atau ibuprofen. Jika menyerang tungkai anjurkan untuk menggunakan tongkat

8
penyangga dan sedapat mungkin menghindari jatuh atau kecelakaan yang bisa
menyebabkan terjadinya patah tulang. Dua jenis obat yang biasanya diberikan kepada
penderita penyakit Paget:
1. Biphosphonat : obat untuk mengurangi resorbsi (penyerapan kembali) tulang.
Terdapat 5 jenis obat, 4 dalam bentuk tablet dan 1 dalam bentuk infus intravena.
Bersamaan dengan pemberian obat ini biasanya juga diberikan tambahan
kalsium.Efek samping yang mungkin timbul adalah mencret dan mual.Pengobatan
dilakukan selama 6 bulan.
2. Calsitonin diberikan dalam bentuk suntikan harian atau semprot hidung. Jika
gejala sudah mereda, maka dosis obat diturunkan. Jika obat langsung dihentikan,
bisa terjadi kekambuhan. Sebanyak 20% penderita yang menggunakan obat
suntikan bisa mengalami efek samping berupa mual, wajah kemerahan dan beser.
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Ativitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri (mungkin
segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan)
2) Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri
/ansietas),pembengkakan jaringan atau massa, hematoma, pada sisi cedera,
kadang muncul keluhan sakit kepala
3) Neuro sensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan visual,
auditori, hilang gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan saraf cranial
dan kanalis spinalis
4) Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera ( mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada immobilisasi, spasme atau kram
otot ( setelah mobilisasi ).
5) Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan
lokal ( dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba )
6) Penyuluhan/pembelajaran

9
Lingkungan cedera, memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri dan tugas pemeliharaan dan perawatan rumah
b. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap trauma
2) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan
5) Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera
6) Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera
c. Rencana Keperawatan
1) Diagnosa :Resiko tinggi terhadap trauma
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat mempertahankan stabilisasi dan
posisi fraktur

No Intervensi Rasional
1. Pertahankan tirah Meningkaktkanstabilitas,menurunka
baring/ekstremitas sesuai nkemungkinan gangguanposisi/
indikasi penyembuhan
2. Sokong fraktur dengan Mencegah gerakan yang tidak perlu
bantal/gulungan selimut. dan perubahan posisi.
Pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakit dengan bantal
pasir, pembebat, gulungan
trokanter, papan kaki
3. Pertahankan posisi/integritas Traksi memungkiankan tarikan pada
traksi aksi panjang frktur tulang dan
mengatasi tegangan otot untuk
memudahkan posisi/penyatuan.

2) Diagnosa : Nyeri akut/kronis berhubungan dengan gerakan frgmen tulang.


Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien mengatakan nyerihilang

10
No Intervensi Rasional
1. Pertahankan Menghilangkan nyeri dan
imobilisasi bagian yang sakit mencegah kesalahan posisi
dengan tirah baring, gips, tulang/tegangan jaringan yang
pembebat,, traksi cedera
2. Tinggikan dan dukung Meningkatkan aliran darah balik
ekstremitas yang terkena vena, menurunkan edema, dan
menurunkan nyeri
3. Evaluasi keluhan Menghilangkan nyeri dan
nyeri/ketidaknyamanan, mencegah kesalahan posisi
perhatikan lokasi, tulang/tegangan jaringan yang
karakterisktik, termasuk cedera
intensitas ( skala 0-10 ).
4.  Berikan alternative tindakan Meningkatkan sirkulasi umum,
kenyamanan, contoh : pijatan menurunkan area local dan
punggung dan perubahan kelelahan otot
posisi
5. Dorong menggunakan teknik Memfokuskan kembali perhatian,
managemen stress contoh : meningkatkan rasa control dan
relaksasi progresif, napas dapat meningkatkan kemampuan
dalam, imajinasi visulaisasi, koping dalam memanajemen
sentuhan terapeutik nyeri yang mungkin menetap
untuk periode lebih lama

3) Diagnosa : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka


neuromuscular/penurunan kekuatan atau tahanan
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat menunjukkan teknik yang
mungkin memampukkan aktivitas

No Intervensi Rasional
1. Kaji derajat immobilisasi Pasien mungkin dibatasi oleh
yang dihasilkan oleh pandangan diri/persepsi diri
cedera/pengobatan dan tentang keterbatasan fisik aktual,
perhatikan persepsi pasien memerlukan

11
terhadap immobilisasi informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
kesehatan.
2. Dorong partisipasi pada Memberikan kesempatan untuk
aktivitas/rekreasi. Pertahankan mengeluarkan energi,
rangsangan lingkungan memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol
diri/harga diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial.
3. Bantu pasien dalam rentang Meningkatkan aliran darah ke otot
gerak aktif pada ekstremitas dan tulang untuk meningkatkan
yang sakit dan yang tidak sakit tonus otot, mempertahankan
gerak sendi, mencegah
kontraktur/atrofi, dan reasorpsi
kalsium karena tidak digunakan.
4. Bantu/dorong perawatan Meningkatkan kekeuatan otot dan
diri/kebersihan ( contoh : sirkulasi, meningkatkan control
mandi, mencukur ) pasien dalam situasi dan
meningkatkan kesehatan diri
langsung.
5. Berikan atau bantu dalam Mobilitas dini dapat menurunkan
mobilisasi dengan kursi roda, komplikasi tirah baring dan
kruk, tonngkat, sesegera meningkatkan penyembuhan dan
mungkin. Instruksikan normalisasi fungsi organ. Belajar
keamanan dalam memperbaiki cara mengunakan
menggunakan alat mobilitas. alat penting untuk
mempertahankan mobilisasi
optimal dan keamanan pasien

4) Diagnosa :Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan kecacatan


Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat menyatakan kesadaran dan
menerima keadaannya dengan cara sehat

12
No Intervensi Rasional
1. Berikan penjelasan dengan Pengetahuan apa yang diharapkan
sering dan informasi tentang menurunkan ketakutan,
prosedur perawatan memperjelas kesalahan konsep dan
meningkatkan kerjasama
2. Libatkan pasien atau orang Meningktkan rasa kontrol dan
terdekat dalam proses kerjasama, menurunkan perasaan
pengambilan keputusan tak berdaya/putus asa
3. Kaji status mental, termasuk Pada awal pasien dapat
suasana hati/efek, ketakutan menggunakan penyangkalan dan
pada kejadian dan isi pikir represi untuk menurunkan dan
contoh ilusi atau manifestasi menyaring informasi keseluruhan.
eror atau panic Beberapa pasien menunjukkan
tindakan tenang dan status mental
waspada, menunjukkan disosiasi
kenyataan yang juga merupakan
mekanisme perlindungan
4. Dorong pasien untuk berbiara Pasien perlu membicarakan apa
tentang pennyakitnya yang terjadi terus menerus untuk
membuat beberapa rasa terhadap
situasi apa yang menakutkan
5. Dorong keluarga/orang Mempertahankan kontak dengan
terdekat mengunjungi dan realitas keluarga, membuat
mendiskusikan yang terjadi kedekatan dan kesinambungan
pada keluarga hidup

5) Diagnosa :Gangguan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori/status organ indera
Kriteria : Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu

No Intervensi Rasional
1. Tentukan ketajaman Kebutuhan individu dan pilihan

13
penglihatan, catat satu atau intervensi bervariasi sebab
kedua mata yang terlibat kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif
2. Orientasikan pasien terhadap Memberikan peningkatan
lingkungan, staff, orang lain kenyamanan dan kekeluargaan
disekitarnya menurunkan cemas dan disorientasi
3. Letakkan barang yang Memungkinkan pasien melihat
dibutuhkan/posisi bel objek lebih mudah dan
pemanggil dalam jangkauan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan

6) Diagnosa : Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan


gangguan penerimaan sensori/status organ indera
Hasil yang diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman pendengaran
dalam batas situasi individu

No Intervensi Rasional
1. Tentukan ketajaman Kebutuhan individu dan pilihan
pendengaran, catat satu atau intervensi bervariasi sebab
kedua telinga yang terlibat kehilangan pendengaran terjadi
lambat dan progresif.
2. Orientasikan pasien terhadap Memberikan peningkatan
lingkungan, staff, orang lain kenyamanan dan kekeluargaan
disekitarnya menurunkan cemas dan
disorientasi
3. Letakkan barang yang Memungkinkan pasien melihat
dibutuhkan / posisi bel objek lebih mudah dan
pemanggil dalam jangkauan memudahkan panggilan untuk
pertolongan bila diperlukan

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang
dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling
tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.
B. Saran
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyakit paget biasanya dapat
didiagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah
klien mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab
itu diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget
ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.

Davey, Patrick.2003. At a Glance Medicine. Jakarta. Erlangga.

Davies, Kim. 2007. Buku pintar Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta. Erlangga.

Doenges, Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.

Robbins & Cotran.2006. Buku Saku Dasar Patologis Edisi 7. Jakarta. EGC.

Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta. Buku


Kedokteran EGC.

Yatim, Faisal. 2006.Penyakit Tulang dan Persendian. Jakarta. Pustaka Poupuler Obor.

http://emedicine.medscape.com/article/334607-overview#a0104

Anda mungkin juga menyukai