Kebijakan Pemerintah Kolonial Di Indonesia Pada Abad Ke 19
Kebijakan Pemerintah Kolonial Di Indonesia Pada Abad Ke 19
Usaha yang dilakukan H.W Daendels membutuhkan biaya yang sangat besar.
Untuk itu, H.W. Daendels berusaha memperoleh biaya yang diperlukan dengan
cara sebagai berikut.
a. Menjual tanah-tanah kepada pihak swasta atau partikelir (orang Eropa dan
Cina)
b. Pelaksanaan system penanaman kopi di Priangan (Preangerstelsel).
c. Tetap menerapkan aturan penyerahan sebagian hasil bumi sebagai pajak
(contingenten) dan aturan penjualan paksa hasil bumi kepada pemerintah
dengan harga yang telah ditetapkan (verplichte leverantie).
d. Menerapkan wajib pajak (verlplichte diesten).
b. Bidang Pemerintahan
Membagi pulau Jawa menjadi enam belas karesidenan
Mengganti system pemerintahan kolonial menjadi system pemerintahan
feodal
Bupati-bupati dijadikan pegawai pemerintah colonial yang langsung di
bawah pemerintah pusat dan jabatan yang diwariskan secara turun-
temurun dihapuskan.
Pada tahap selanjutnya, Komisi Jendral di Indonesia diganti oleh gubernur jendral yang
dijabat oleh Baron van der Capellen (1816-1826). Selama memerintah di tanah jajahan,
van der Capellen gagal memberikan perubahan bagi pemerintah colonial. Kemudian
diganti oleh du Bus de Gisignies (1826-1830) namun gagal juga. Pada tahun 1830,
pemerintah Belanda mengangkat van den Bosch sebagai gubernur jendral baru di
Indonesia.
Tugas utama van Den Bosch ketika menjadi gubernur jenderal di Hindia Belanda
adalah menyelamatkan kas Negara Belanda dari kebangkrutan. Van den Bosh
menerapkan Sistem Tanam Paksa di Hindia Belanda. Pemerintah colonial
mengerahkan tanah jajahan untuk mengusahakan tanaman ekspor yang hasilnya
dapat dijual di pasaran dunia.
Ketentuan pokok Sistem Tanam Paksa terdapat pada lembaran Negara No.22
tahun 1834 (Staatblad) yang memuat hal-hal sebagai berikut.
Setiap desa menyerahkan seperlima tanah pertaniannya untuk ditanami
tanaman yang bias dijual di pasar dunia
Penduduk harus bekerja di tanah itu selama 66 hari dalam setahun
Tenaga dan waktu untuk menggarap tanaman perdagangan tidak boleh
melebihi dari tenaga dan waktu menanam padi
Kegagalan panen tanaman wajib menjadi tanggung jawab pemerintah
Hasil dari penanaman wajib diserahkan kepada pemerintah jajahan sebagai
pengganti pajak tanah
Kewajiban penanaman tanaman wajib dapat diganti dengan penyerahan
tenaga untuk pengangkutan dan bekerja di pabrik
Penggarapan tanaman wajib diawasi langsung oleh para bupati, kepala desa,
dan pegawai Belanda
E. Politik Etis
Politik etis adalah politik balas budi. Dimana bangsa Belanda berutang
budi pada bangsa Indonesia yang telah memberikan keuntungan yang
besar bagi bangsa Belanda. Hal ini didasarkan atas keprihatinan pada
kesejahteraan rakyat Indonesia yang sangat rendah. Caranya dengan
meningkatkan kehidupan bangsa Hindia Belanda. Program tersebut
disebut dengan Trias Van Deventer yang berisi sebagai berikut.
a. Edukasi, penyelenggaraan pendidikan
b. Irigasi, perbaikan sarana dan jaringan pengairan
c. Emigrasi, perpindahan penduduk
1. Dampak Politik:
2. Bidang Ekonomi
Adanya sistem tanam paksa yang diterapkan oleh Belanda terhadap
masyarakat Indonesia.
Diberlakukannya sistem sewa tanah karenanya terjadilah perubahan dari
sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang.
Belanda membangun fasilitas umum dengan memperkerjakan masyarakat
Indonesia pada kerja rodi.
3. Sosial Budaya
Berpindahnya fokus masyarakat pada bidang sosial budaya akibat
hilangnya perann politik dari para penguasa.
Ikatan tradisi melemah akibat beberapa upaca adat yang disederhanakan.
Hilangnya kekuasaan tradisional akibat dihilangnya status raja oleh
Belanda dan digantikan sebagai pegawai pemerintahannya.
4. Bidang Pendidikan
Munculnya golongan-golongan terpelajar di Indonesia.
Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi
tenaga-tenaga kerja di perusahaan Belanda.
Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.