Disusun oleh :
Liwaul hikmah
Mutiatul layli
Wahyudin
Siti musyarrofah
syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Pencipta alam semesta ini, yang telah
memberikan nikmatnya sehingga kami bisa menysusun makalah ekonomi internasional ini
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan baginda
kita nabi muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang
terang bederang seperti yang kita rasakan saat ini.
kami ucapkan kepada dosen pembimbing kami Yang telah membimbing kami dengan
sabar. Dan juga kami ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah meluangkan
waktunya untuk menyelesaikan makalah ini.Dan begitu pula kami menyadari makalah yang
kami susun ini, sangat jauh dari kesempurnaan, oleh dari itu, kami memohon kepada bapak
dosen untuk mengkritisi makalah ini, supaya kami bisa memperbaiki pembuatan makalah
selanjutnya, dan semoga makalah ini bermanfaat.
Daftar isi
Kata pengantar...............................................
Daftar isi...........................................
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang.........................
2. Rumusan masalah..............................
3. Tujuan...................
BAB II PEMBAHASAN
1. Kebijakan tarif.................................
2. Kebijakan non tarif.............................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan...........................................
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan
ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
komposisi, arah serta bentuk dari pada perdagangan dan pembayaran internasional.
Kebijaksanaan ini tidak hanya berupa tarif, Quora dan sebagainya, juga meliputi
kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai pengaruh
terhadap perdagangan serta pembayaran internasional seperti misalnya kebijakan moneter
dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah
tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
perdagangan dan pembayaran internasional.
Instrumen kebijaksanaan ekonomi internasional
Instrumen ini meliputi
A. Kebijaksanaan perdagangan internasional
B. Kebijaksanaan pembayaran internasional
C. Kebijaksanaan bantuan luar negeri
Kebijaksanaan perdagangan internasional mencakup tindakan pemerintah terhadap
rekening yang sedang berjalan (current account) dari pada neraca pembayaran
internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang atau jasa. Jenis kebijaksanaan ini
misalnya tarif terhadap impor, material grande agreement, state trading ,dan sebaginya.
Kebijaksanaan pembayaran internasional meliputi tindakan atau kebijaksanaan pemerintah
terhadap rekening modal (capital account) dalam neraca pembayaran internasional yang
berupa pengawasan terhadap pembayaran internasional. Hal ini dapat dilakukan misalnya
dengan pengawasan terhadap lalu lintas devisa (exchange control), atau peraturan atau
pengawasan lalu lintas modal jangka panjang. Kebijaksanaan bantuan luar negeri adalah
tindakan atau kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants),
pinjaman (loans), bantuan yang bertujuan untuk membantu rehabilitasi serta pembangunan
dan bantuan militer terhadap negara lain.
B. Rumusan masalah
1. Kebijakan tariff
2. Kebijakan non tariff
C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1. Mampu memahami tentang kebijakan tariff dan non tariff.
BAB 11
PEMBAHASAN
C. Sistem tarif
1. Single- calumn tarif: sistem dimana untuk masing-masing barang hanya
mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomus tariffs (tarif
yang tingginya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan
dengan negara lain) . Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian
dengan negara lain disebut conventional tariffs.
2. Dohble- column tariffs : sistem dimana untuk setiap barang mempunyai
dua tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-
undang, maka namanya: bentuk maksimum dan minimum. Dalam bentuk
ini jika tarif maksimum sebagai normal duties maka tarif maksimumnya
digunakan untuk barang dari negara-negara tertentu yang mengadakan
perjanjian tarif dengan negara tersebut; tetapi apabila tarif minimum
sebagai normal duties maka tarif maksimum di gunakan untuk membalas
tindakan negara lain yang membenamkan tarif barang yang lebih tinggi.
Jika tarif maksimum sebagai normal duties sedang tarif yang lebih rendah
di tentukan berdasarkan perjanjian dengan negara lain, ( jadi sebagai
autonomous dan sebagian conventional) maka bentuk ini di namakan
general and conventional form
3. Triple – column tariffs: biasanya sistem ini digunakan oleh negara
penjajah. Sebenarnya sistem ini hanya perluasan daripada double column
tariffs, yakni dengan menambah 1 macam tariff preferene untuk negara-
negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini sering disebut
dengan nama preferential system.
D. Efek tarif
Pembebanan tarif terhadap suatu barang dapat mempunyai efek terhadap
perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut.
Beberapa macam efek tarif tersebut adalah
- Efek terhadap harga ( Preve effect)
- Efek terhadap konsumsi (comsumtion effect)
- Efek terhadap ( protective / import substitution effect)
- Efek terhadap redistribusi ( redistribution effect).
Anggaran analisis ini adalah
- Constant opportunity cost produksi
- Tak ada tarif terhadap bahan mentah
Constant opportuny cost di sini berarti bahwa produsen luar negeri mau menerima harga
yang tetap berapapun jumlah yang akan diminta oleh konsumen di dalam negeri. Sebelum
membebankan tarif, op merupakan harga konstan yang ditetapkan oleh produsen di luar
negeri, sehingga produsen di dalam negeri harus menjual pada harga yang sama sebagai
akibat persaingan dengan produsen luar negeri. Produksi di dalam negeri OQ1 dan
konsumsi nya O2 Q2 sehingga Q1 Q0 adalah impornya. Terhadap impor (Q1Q2) ini
kemudian negara a membebankan tali sebesar PPT, maka efeknya adalah-harga barang
disebut dalam negeri naik dari op menjadi opt (price effect)
-jumlah barang yang diminta berkurang dari OQo menjadi OQ2 (comsumption effect)
-produksi di dalam negeri naik dari OQ1 menjadi OQ3(protective/import substitution effect)
-adanya pendapatan yang diterima oleh pemerintah dari tarif tersebut yaitu sebesar b c d
e(revenue effect)
-Adanya extra pendapatan yang dibayarkan oleh konsumen di dalam negeri kepada
produsen di dalam negeri sebesar PPTab ( redistribution effect)
Adanya tarif menyebabkan impor berkurang dari Q1Q0 menjadi Q3Q2. Pembebanan tarif ini
tidak dapat menaikkan harga lebih tinggi daripada OPT yaitu harga keseimbangan tanpa
adanya tarif perdagangan internasional. Bagi konsumen tarif ini merugikan sebab harus
membayar harga yang lebih tinggi. Kerugian ini ini sebagian diimbangi dengan adanya
pendapatan pemerintah (BCDE) dan extra pendapatan yang diterima oleh produsen dalam
negeri ( PPTba). Sehingga kerugian netto masyarakat akibat tari tersebut adalah abe dan cdf.
Dalam keadaan increasing costs produksi dengan turunnya impor maka produksi di luar
negeri turun sehingga ongkos per unit juga turun. Tarif akan menyebabkan harga di dalam
negeri lebih tinggi daripada harga di luar negeri sebesar tarif tetapi harga ini ini tidak
setinggi harga luar negeri sebelum dikenakan tarif dengan sejumlah yang sama. Secara grafis
dan dijelaskan sebagai berikut:
Pembebanan tarif berrti juga pajak bagi setiap unit barang impor, sehingga kurva
penawaran luar negeri bergeser ke atas menjadi Sf’ dan SD sekarang S’f+d.harta equilibrium
yang baru adalah OP2 dan impor turun menjadi Q3 Q4 (=OX2) dan harga barang bagi
produsen luar negeri adalah OP2-t. Harga penawaran luar negeri dalam hal ini tergantung
dari impor negara A, sehingga turunnya impor oleh negara A menyebabkan turunnya harga
penawaran luar negeri. Hal ini menyebabkan kenaikan harga di dalam negeri menjadi lebih
kecil, hanya sampai P2, sehingga efeknya terhadap produksi dan konsumsi juga menjadi
lebih kecil.
e).Effective rate of protection.
Tarif terhadap bahan mentah akan menaikkan ongkos produksi. Apabila tarif hanya
dikenakan pada barang jadi maka harga barang tersebut akan naik menjadi OP2
pembebanan tarif terhadap bahan mentah menyebabkan naiknya ongkos produksi sehingga
kurva penawaran naik ke atas menjadi S’. Produksi di dalam negeri naik menjadi OQ'3 lebih
kecil jika dibandingkan dengan kenaikan produksi apabila tarif hanya dikenakan pada barang
jadi saja (OQ’3<Op3); bahkan produksi dalam negeri tidak akan bertambah sama sekali
apabila tarif terhadap bahan mentah cukup tinggi hingga menaikkan ongkos produksi
melebihi harga barang jadi tersebut di dalam negeri setelah pembebanan tarif (S”).
Hubungan antara tarif terhadap barang jadi dan tarif terhadap bahan mentah dapat
dinyatakan dengan adanya “effective rate of protection” yang dinikmati oleh produsen yang
memproses barang jadi tersebut. Apabila barang jadi dan juga bahan mentah impor itu
dikenakan tarif, maka Effective of protection bagi produsen barang tersebut makin tinggi
apabila makin rendah tarif terhadap bahan mentah.
F). Alasan pembebanan tarif
Ada beberapa alasan pembebanan tarif baik yang secara ekonomis bisa
dipertanggungjawabkan, misalnya untuk mencapai kenaikan penghasilan real maupun yang
secara ekonomis tidak bisa dipertanggungjawabkan.
1). Yang secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan.
a). Memperbaiki dasar tukar (terms of trade).
Suatu negara dapat mempengaruhi dasar pertukaran antara ekspor dan impor nya melalui
pembebanan tarif. Dalam bab di muka telah dijelaskan bahwa pembebanan tarif dapat
mengurangi keinginan untuk mengimpor. Ini berarti bahwa untuk sejumlah tertentu ekspor
menghendaki jumlah impor yang lebih besar. Sebagian dari padanya diserahkan kepada
pemerintah sebagai pembayaran tarif. Karena hal ini menyangkut perubahan di dalam
permintaan dunia akan sesuatu barang. Maka dapat dijelaskan dengan menggunakan offer
curve sebagai berikut:
b).infent-industry.
Industri-industri yang sedang tumbuh perlu mendapatkan perlindungan terhadap
persaingan industri-industri luar negeri yang lebih besar dan maju.pada umumnya industri-
industri luar yang sedang tumbuh ini effisiensinya belum tinggi serta belum dapat di nikmati
adanya economies of scale.oleh karena itu pembebanan tarif terhadap barang dari luar
negeri dapat memberi perlindungan terhadap industri dalam negeri yang sedang tumbuh
ini.perlindungan seyogyanya hanya bersifat sementara saja, nanti kalau industri-industri
dalam negeri ini sudah kuat, tarif dihapuskan.hal ini untuk menjaga industri ini jangan
sampai berkerja kurang effisien di bawah perlindungan tarif.(supaya jangan menjadi industri
yang vested interests)
C). Diversifikasi.
Alasan ini sangat erat dengan alasan infant industri di atas, tetapi lebih di titik beratkan pada
negara yang hanya menghasilkan satu atau beberapa macam barang saja.negara semacam
ini akan mengalami kesulitan apabila harga barang-barang hasil produksinya di pasaran
dunia goncang.dengan pembebanan taris industri dalam negeri dapat berkembang sehingga
dapat memperbanyak jumlah serta jenis barang yang di hasilkan.makin banyak jenis barang
yang di hasilkan, ekonomi negara itu akan semakin stabil karena penurunan harga satu jenis
produk mungkin dapat di imbangi dengan kenaikan harga barang lain.
d).Employment.
Pembebanan tarif akan mengakibatkan turunnya impor dan menaikan produksi dalam
negeri.kenaikan produksi ini berarti pula kenaikkan kesempatan kerja.dalam hal ini
pembebanan tarif dapat di gunakan untuk memperluas kesempatan kerja.
e). Anti dumping
Damping brrti menjual barang di luar negeri jauh lebih murah dari pada di dalam negeri.
Ini tidak berarti bahwa harga yang murah tersebut di bawah harga pokok. Negara yang
menjalankan politik dumping pada umumnya bermaksud untuk me nguasai pasar. Untuk
mencegah politik yang demi kian ini suatu negara dapat membebankan tarif terhadap
barang yang berasal dari negara yang menjalankan politik dumping supaya tidak terkena
akibat jelek daripada politik tersebut.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan
tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties terhadap barang-barang yang
melewati batas suatu negara. Tarif di bagi menjadi beberapa golongan: Bea ekspor
(export duties) , Bea transito (transit duties) , Bea impor (impor duties) .
2. Daya saing tuna indonesia di pasar produktif secara umum dipengaruhi oleh
produksi, pangsa pasar, harga udang, harga ekspor tuna Indonesia, harga ekspor
tuna Thailand, kebijakan non-tarif yang berupa SPS dan kebijakan tarif.
3. Kebijakan tarif semakin tidak berpengaruh terhadap permintaan dan daya saing
tuna Indonesia ke pasar produktif. Sementara itu kebijakan non-tarif (SPS dan TBT)
di Uni Eropa memegang peranan penting bagi pengembangan ekspor tuna ke pasar
produktif. Pendekatan prevention at source dengan menerapkan Competent
Authority (CA) di masing-masing negara eksportir yang dilakukan olch Uni Eropa
terbukti efektif sehingga meminimalisir kasus penolakan perikanan ke negara
tersebut. Produk
Daftar pustaka
Koeswoyo,D. 2007. Dampak kebijakan non-tarif terhadap permintaan ekspor udang ke uni
eropa. Tesis. UGD. Yogyakarta. (Tidak di publikasikan).
https://www-cips--indonesia-org.cdn.ampproject.org/v/s/www.cips-
indonesia.org/amp/kebijakan-non-tariff-measures-dalam-perdagangan-pengaruhi-tingginya-
harga-pangan?.