Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NUR CAHYANI AS

STAMBUK : 1510121144
TUGAS PENULISAN KREATIF
(MEMBUAT ESAI PENGALAMAN MENARIK MENGENAI DIRI SENDIRI)

MOZAIK ber-KKN
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Nama saya Nur Cahyani As. Saya lahir di Majene pada tanggal 22 Februari 1997.
Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Saat ini saya merupakan mahasiswa aktif
semester 6 di Universitas Fajar Makassar, Sulawesi Selatan. Yang merupakan salah satu
Universitas terbaik se-Indonesia Timur. Saya mengambil jurusan Komunikasi. Alasan
mengapa saya memilih jurusan ini dikarenakan melihat besarnya peluang lapangan pekerjaan
serta karir yang besar seiring dengan pesatnya kemajuan dari berbagai macam aspek di
Negeri kita ini. Namun kali ini saya tidak akan bercerita terkait jurusan saya, melainkan saya
akan share pengalaman menarik saya selama KKN di kota Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Berbicara soal semester 6, pasti sudah tidak asing lagi dengan KKN atau yang lebih
panjang disebut Kuliah Kerja Nyata. Menurut buku materi pembekalan, KKN adalah suatu
bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk hidup
di tengah-tengah masyarakat di luar kampus. Dan secara langsung mengidentifikasi dan
menangani masalah pembangunan yang dihadapi oleh masyarakat. KKN juga merupakan
salah satu mata kuliah jenis intrakurikuler yang terpadu dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Betapa mulia KKN itu. Namun, berbicara soal KKN memang tidak ada habisnya
karena selalu ada kontroversi di dalamnya. Selalu ada perubahan yang terjadi, entah bersifat
baik maupun buruk, diantaranya mulai bisa mandiri, yang tidak bisa masak mulai bisa masak,
yang antipati mulai bersimpati, yang tidak suka mengajar mulai terbiasa mengajar, yang
jomblo mulai mendapat pasangan, yang punya pasangan tiba-tiba jomblo, yang sama-sama
punya pasangan mulai menambah pasangan.

Dalam hal ini mari kita fokus pada perubahan yang disebabkan oleh KKN,
katakanlah perubahan perasaan atau yang lebih keren disebut ‘cinlok’ atau cinta lokasi.
Seakan menjadi trending topik yang paling hangat diperbincangkan seputar KKN. Cinlok ini
terjadi karena manusia haus akan kasih sayang dan mereka akan mengisi dahaga mereka
dengan berbagai cara. Adanya niat dan kesempatan juga dapat menjadi momok yang akan
memuluskan ajang cinta lokasi ini.

Pada suatu waktu di sebuah kesempatan ketika kami sedang kebetulan mengobrol,
lawan bicara saya bertanya,”Bagaiimana KKNnya? Sudah berapa dapat gebetan?”
Saya menahan tawa. Saya juga tidak menyalahkan pertanyaan teman saya tersebut. Saya
menjawab, “Tidak ada kok.”

Teman saya seakan tidak terima dan menambahi dengan komentar yang lebih menusuk, “Ah
Aku tidak percaya, palingan kamu juga sudah dapat banyak di sana.”

Sekali lagi saya menahan tawa dan saya tidak menyalahkan sama sekali pertanyaan serta
komentarnya. Melihat dari percakapan singkat tadi, hal pertama yang saya pikirkan bukan
dengan cara apa saya menjawab atau mencari alasan, tapi dengan bertanya ‘mengapa’.
Mengapa teman saya sampai bisa bertanya demikian?

Sesuatu akan dikenang lama apabila hal tersebut berkesan atau terjadi berulang-ulang
sehingga terus terngiang dan teringat.

Singkat cerita, sewaktu saya masih berada di lokasi KKN selama 1 setengah bulan. Saya
pernah ditaksir oleh Kepala Desa tempat saya KKN. Jika dilihat secara fisik, orangnya
tampan, dan bisa dikata cukup mapan. Kepala Desa saya ini merupakan satu-satunya Kepala
Desa termuda diantara Kepala Desa yang lain. Pantas saja salah satu teman posko KKN saya
sangat tertarik, bukan hanya tertarik pada rupanya yang tampan tapi juga pribadinya yang
santun, ditambah lagi dengan statusnya yang masih single. Lucunya, ternyata yang disukai
oleh kepala desa tersebut bukan teman posko saya, melainkan saya. Dan saya baru
mengetahui hal tersebut ketika saya dan teman-teman lain sudah penarikan dari lokasi KKN.
Saat itu, salah satu staf Desa terdekatnya memberitahu saya bahwa Pak Desa sudah lama
sering curhat kepadanya dan menanyakan beberapa hal tentang saya. Saya pun hanya
merespon omongan staf tersebut dengan beberapa candaan yang membuatnya tertawa
terbahak-bahak. Dan siapa pun teman KKN seangkatan saya yang melihatnya akan terpesona.
Namun, tidak bagi saya. Mengapa? Ya alasannya sederhana, saya tidak tertarik dengannya.
Adapun alasan lainnya ialah saya datang untuk fokus menyelesaikan tugas KKN yaitu
memberdayakan Desa dan mengabdi kepada Masyarakat.

Sudah saatnya KKN mesti diluruskan. Intinya, tradisi cinta lokasi bukan lagi hal baru
di telinga mahasiswa yang pernah merasakan KKN. Padahal jika mau menyelami lebih
dalam, cinlok bisa dicegah dengan berbagai cara. Pertama, jika kita benar-benar mencermati
panduan KKN yang telah disusun rapi oleh pihak perguruan tinggi, tentu kita akan tahu
istilah ‘cinta lokasi’ sama sekali tidak ada dalam panduan, maka berKKN lah dengan
sungguh-sungguh. Kedua, jangan terlalu berteman dekat dengan lawan jenis, karena manusia
labil zaman sekarang kebanyakan ‘baper’ atau sering terbawa perasaan. Ketiga, jika terlanjur
ada yang menaruh perasaan kepada kita di saat kita sudah memiliki pasangan, jangan balas
perasaannya. Perlakukan dia layaknya teman-teman yang lain.

Anda mungkin juga menyukai