Indonesia FINAL
Indonesia FINAL
Risalah Kebijakan
September 2013
› Kesetaraan Gender Tidak Hanya Akses Semata › Kesetaraan Gender dalam Pengembangan Guru
› Pendekatan Pembelajaran yang Responsif Gender › Kesetaraan Gender dalam Pencapaian Hasil Pembelajaran
› Kesetaraan Gender dalam Kurikulum › Kesimpulan
Perlakuan tersebut pada gilirannya akan meningkatkan kesetaraan yang lebih luas dalam kinerja
pembelajaran dan hasil-hasilnya. Lebih jauh lagi, anak-anak Indonesia diharapkan akan mendapatkan
kesempatan yang setara di pasar tenaga kerja dan bidang kehidupan lainnya.”
Nina Sardjunani, Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Dalam dasawarsa terakhir, Indonesia telah mencapai banyak Nilai sosial dan budaya dan stereotip gender dapat dengan
perbaikan dalam hal kesetaraan gender khususnya dalam tidak sengaja terjadi di dalam kelas dan di sekolah melalui in-
akses pendidikan. Indonesia juga berada pada jalur yang te- teraksi antara guru dan murid maupun di antara murid.
pat dalam upaya pencapaian Millennium Development Goals
Pendekatan mengajar dan metode yang digunakan da-
untuk pendidikan dasar universal dan paritas gender. Khusus
lam mengajar, menilai, dan berinteraksi dengan murid bisa
untuk paritas gender, hal ini telah dicapai melalui program
menjadikan murid laki-laki sebagai favorit ketimbang mu-
keaksaraan bagi penduduk berumur 15-24 tahun.
rid perempuan. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan di
Berbagai sukses yang telah diraih merupakan hasil per- Indonesia di mana murid perempuan sering tidak didorong
paduan antara kebijakan yang efektif dan investasi nasional untuk berbicara di depan umum untuk menyatakan opini
yang berkelanjutan dalam pendidikan. Kini telah tersedia mereka atau mempertanyakan otoritas yang sebagian besar
lebih banyak sekolah di daerah pedesaan. di bawah kendali laki-laki.
Hasil lain adalah semakin ringannya beban biaya pendidikan Berbagai pengalaman ini terkait dengan perlakuan yang se-
baik biaya langsung mau pun biaya tidak langsung (opportu- tara oleh guru, kurikulum, buku teks, materi pembelajaran
nity cost) sekolah, yang didukung melalui program Bantuan yang tanggap gender, dan juga lingkungan belajar dan hasil
Operasional Sekolah (BOS) yang juga merupakan subsidi pro- pembelajaran. Mencapai kesetaraan dalam kesempatan be-
gram yang netral gender. lajar serta pencapaian hasil belajar untuk laki-laki maupun
perempuan merupakan tantangan utama Pemerintah Indo-
Namun demikian, Pemerintah juga menyadari bahwa pen-
nesia dalam dasawarsa mendatang.
capaian hasil pendidikan tidak hanya didukung oleh adanya
akses yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir, upaya da- Guru dapat menjadi agen perubahan untuk kesetaraan gen-
lam mendukung mutu, relevansi, dan pencapaian hasil juga der dengan mendukung murid laki-laki maupun perempuan
telah dilakukan. Kesetaraan gender dalam pendidikan juga untuk ambil bagian dalam kegiatan tertentu. Guru perlu
mencakup pengalaman murid laki-laki dan perempuan di memberikan mereka tuntunan dan mulai bertindak-laku se-
sekolah. bagai panutan. Sebaliknya, guru juga dapat memperburuk
disparitas dengan menyebarkan stereotip sosial di dalam ke-
Berbagai pengalaman ini terkait dengan perlakuan yang se-
las dan tidak memberikan dukungan kepada murid perem-
tara oleh guru, kurikulum, buku teks, materi pembelajaran
puan dan laki-laki pada saat mereka membutuhkan dukun-
yang tanggap gender, dan juga lingkungan belajar dan hasil
gan tersebut.
pembelajaran. Mencapai kesetaraan dalam kesempatan be-
lajar serta pencapaian hasil belajar untuk laki-laki maupun Banyak praktik yang baik yang dapat dilakukan dengan
perempuan merupakan tantangan utama Pemerintah Indo- menggabungkan kesetaraan gender dalam kegiatan bela-
nesia dalam dasawarsa mendatang. jar mengajar. Hal-hal ini termasuk mengubah stereotip yang
selama ini ada misalnya bersikap baik terhadap kemampuan
» Pendekatan Pembelajaran yang murid perempuan dan laki-laki, memberikan perhatian yang
Responsif Gender setara kepada murid laki- laki maupun perempuan dan men-
dorong murid perempuan untuk ambil bagian aktif dalam
Murid laki-laki dan perempuan dapat memiliki pengalaman kegiatan ekstra kurikuler yang biasanya diikuti oleh murid
yang berbeda pada saat mereka belajar di kelas. Hal ini dapat laki-laki.1
mempengaruhi berbagai faktor seperti tingkat partisipasi di
kelas dan pencapaian hasil belajar. 1
OXFAM GB, ‘Practising Gender Equality in Education’, 2007; UNESCO,
‘EFA Global Monitoring Report: Gender and Education for All – The Leap to
2 Equality’, 2004.
ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership
Kegiatan yang dilakukan termasuk memperkenalkan materi Gambar 2: Contoh Stereotip Gender dalam buku IPA Kelas 6
pembelajaran kepada murid dan warga sekolah, membuat Akademis
media pendukung seperti spanduk, brosur dan pajangan in- 24%
Sebagai ilustrasi, penulis menggunakan sekelompok anak
formasi mengenai visi dan misi sekolah.
yang terdiri dari dua murid perempuan dan satu murid la-
Para pemangku kepentingan melaporkan adanya dampak ki-laki. Salah satu murid perempuan digambarkan sebagai
yang baik dari kegiatan ini, misalnya adanya jaminan per- seseorang yang seringkali bertanya dan berkali-kali melaku-
lakuan yang setara untuk murid laki-laki dan perempuan kan kesalahan seperti memegang kuali panas atau tidak me-
dalam melakukan pekerjaan bersama-sama dan adanya ke- matikan lampu setelah digunakanAdministratif
pada malam hari.
sadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya kesetaraan 32%
Murid perempuan lainnya digambarkan sebagai seseorang
di antara para murid.
yang selalu bertanya mengenai berbagai hal. Sementara itu,
» Kesetaraan Gender dalam Kurikulum murid laki-laki digambarkan sebagai murid yang pintar, sela-
lu mengetahui jawaban yang benar, dan menjelaskan jawa-
Kurikulum memiliki peran pokok dalam menjamin bahwa
ban-jawaban tersebut kepada teman sekelasnya.
anak laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang
setara dalam mencapai keberhasilan dan memasuki jenjang Praktik yang baik dalam pengarusutamaan kesetaraan gender
sekolah yang lebih tinggi. ke dalam kurikulum dan materi pengajaran termasuk revisi
berkala dari materi-materi ini untuk menyertakan pendekat-
Namun demikian, bias gender dalam kurikulum dan materi
an yang sensitif gender dan perspektif gender. Yang juga ter-
belajar mengajar masih banyak ditemukan di negara-nega-
masuk dalam upaya ini adalah pembentukan lembaga formal
ra berkembang dan berpendapatan menengah. Melalui teks
yang bertugas untuk menghilangkan stereotip gender dalam
dan gambar atau foto yang bias gender3, stereotip gender
buku pelajaran dan materi pembelajaran lainnya.4
menjadi lebih diperkuat lagi.
3
ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership
Selain itu, juga banyak praktik baik yang dapat dicontoh dari
negara lain. Menanggapi tidak adanya pendekatan yang 5
OXFAM GB, ‘Practising Gender Equality in Education’, 2007.
sensitif terhadap gender dalam metodologi pembelajaran
6
di Afrika, Forum for African Women Educationalists (FAWE) Bagian kegiatan AIBEP yang didukung AusAid.
mengembangkan Gender Responsive Pedagogy (Pedagogi 7
FAWE, ‘FAWE: 15 Years of Advancing Girls’ Education in Africa’, 2007.
Responsif Gender) pada tahun 2005. GRP kemudian disebar-
luaskan ke 13 negara lainnya.7
4
ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership
5
ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership
Hal ini berimplikasi pada kesempatan yang sama dan sejajar Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah upaya
dalam berkarier dan mendapatkan penghasilan antara per- evaluasi dan diseminasi praktik-praktik yang baik – dan pri-
empuan dan laki-laki yang memiliki kualifikasi dan pengala- oritas sumber daya dan dana untuk mendukung pengem-
man yang sama. bangan kesetaraan gender yang bermanfaat dan membawa
perbaikan.
Walaupun dimensi kesetaraan ini berada diluar sistem pen-
didikan, pencapaian kesetaraan dalam pendidikan berfungsi Penelitian ACDP menemukan bahwa walaupun telah ada
sebagai katalis dan memberikan kontribusi terhadap adanya dukungan dalam isu gender di tingkat pusat, saat ini ma-
pemahaman mengenai kesetaraan antara perempuan dan sih diperlukan arahan dan tujuan strategis untuk pengaru-
laki-laki di bagian lain kehidupan, termasuk pasar tenaga ker- sutamaan gender dalam pendidikan di tingkat regional dan
ja dan ruang domestik lainnya. tingkat lainnya.
ACDP
Pemerintah Republik Indonesia (yang diwakili oleh Kemen- Policy Brief ini dikembangkan berdasarkan penelitian ACDP “Kajian
terian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Satu Dekade Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan di In-
dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPE- donesia” pada tahun 2012. Hasil Policy Brief ini adalah berdasarkan
NAS), Pemerintah Australia melalui Australian Aid, Uni Ero- Penelitian tersebut, kecuali jika ada informasi tambahan lain dan
penambahan tersebut disebutkan dalam dokumen ini. Laporan
pa (UE), dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development
“Kajian Satu Dekade Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan
Bank/ADB) telah membentuk Kemitraan Pengembangan
di Indonesia” yang dilengkapi dengan berbagai rekomendasi dapat
Kapasitas dan Analisis Sektor Pendidikan (Education Sector diakses di situs ACDP.
Analytical and Capacity Development Partnership/ACDP).
ACDP adalah fasilitas untuk mendorong dialog kebijakan dan Sekretariat ACDP
memfasilitasi reformasi kelembagaan dan organisasi untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mendukung pelaksanaan kebijakan dan untuk menguran- Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG)
gi kesenjangan kinerja pendidikan. Fasilitas ini merupakan Gedung E, Lantai 19
bagian integral dari Program Pendukung Sektor Pendidikan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270
(Education Sector Support Program/ESSP). Dukungan UE Tel. : (021) 578-51100,
Fax: (021) 578-51101
terhadap ESSP juga termasuk dukungan anggaran sektor
Email : secretariat@acdp-indonesia.org
dan program pengembangan kapasitas tentang Standar Pe-
Website : www.acdp-indonesia.org
layanan Minimum. Dukungan Pemerintah Australia adalah Kementerian PPN/ Bappenas
melalui Kemitraan Pendidikan Australia dengan Indonesia.
Policy Brief ini disiapkan dengan dukungan hibah dari Aus-
Aid dan Uni Eropa melalui ACDP. Dicetak di Kertas Daur Ulang