Anda di halaman 1dari 8

Kisi-kisi Ukom Manajemen Keperawatan

1. Prinsip Etik Keperawatan:

- muncul di semua MK
- paling sering terkait prinsip Autonomi, beneficience, confidentiality
- paparan soal mengecoh, harus benar-benar diperhatikan kalimat
awal sampai akhir, missal: Perawat memberikan edukasi pada
pasien dan keluarga bahwa pasien harus segera diberikan transfuse,
perawat menjelaskan mulai dari prosedur sampai dengan efek
samping dan manfaat dari pemberian transfuse. Jika terkecoh pasti
sudah langsung mengarah ke prinsip Beneficience, padahal di akhir
kalimat soal dijelaskan pula bahwa perawat meminta
persetujuan/keputusan dari pasien dan keluarga untuk melakukan
prosedur transfuse tersebut. Jadi prinsip etik yang dilakukan pada
situasi tersebut lebih mengarah pada prinsip Autonomy.

2. Jenis konflik:

- diceritakan cuplikan soal situasi di suatu nurse station, dimana PP 1


melaporkan PP 2 pada Karu karena malas dalam bekerja. PP 2
dipanggil dan ditegur oleh Karu, PP 2 merasa tidak senang dengan
apa yg sudah dilakukan PP 1 karena sudah melaporkan pada Karu =
konflik interpersonal.
3. Gaya Kepemimpinan
4. MAKP
5. Ronde perawatan

Rangkuman Materi Pembelajaran Manajemen Keperawatan

1. Prinsip Etik Keperawatan

Autonomi prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa


individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan
sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang
tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan
klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat
gangguanatau penyimpangan.
Beneficience prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
(Berbuat baik) baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau
kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang
program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara
umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan
karena alasan resiko serangan jantung.
Justice (Adil) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika
perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru
masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan
bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian bertindak
sesuai dengan asas keadilan.
Non prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik
maleficence dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
(Tidak menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
merugikan) pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian
transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan
karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga
terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
Veracity (kejujuran)
(kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang
diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif.
Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S
masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur
karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam
kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. S selalu
bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli
bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien
perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan
kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus
diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik
kejujuran.
Fidelity perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
(Menepati menghargai komitmennya kepada orang lain.
Janji)
Confidentiality kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
(Kerahasiaan) privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan
klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien.
Accountability akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
(Profesionalitas seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
dapat diukur) tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien,
sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat.

2. Jenis Konflik
Intrapersonal Konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini
merupakan masalah internal untuk mengklarifikasikan
nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini
sering di manifestasikan sebagai akibat dari kompetisi
peran. Misalnya, manajer mungkin merasa konflik
intrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi
keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan dan loyalitas
kepada pasien.
Interpersonal Konflik yang terjadi antar dua orang atau lebih dimana
nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering
terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi
dengan orang lain sehingga ditemukan perbedaan-
perbedaan. Manajer sering mengalami konfik dengan
teman sesama manajer, atasan dan bawahannya.
Konflik antar Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu
individu- menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
individu dan konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh
kelompok- kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan
kelompok bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok
kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma
produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik antara Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi
kelompok di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf,
dalam pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam
organisasi yang bidang konflik antar kelompok.
sama
Konflik antara Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
organisasi menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah
dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.

3. Gaya Kepemimpinan

Otoriter Gaya kepemimpinan otokratik berpusat pada pemimpin


atau manjer(leader-centeret). Manajer atau pimpinan
merasa lebih mengetahui dan lebih mampu daripada
bawahannya/ perawat pelaksana. Manajer meyakinkan
bahwa pandangannya yang paling benar (persuasive
selling) sedangkan terhadap pandangan individu
menekan/tidak setuju (disagreement). Manager ruangan
mencegah akan perawat pelaksana tidak banyak
berhubungan dan terlalu banyak tau kebijakannya.
Manajer tidak memberi penjelasan tujuan organiasi atau
kelompok dan hubungan terhadap kegiatan yang
dilakukan dengan tujuannya. Bahkan manajer
mengnggap perawat adalah sebagai alat mencapai tujuan.
Akibat gaya otoriter ini menyebabkan perawat banyak
yang merasa tidak puas akan kinerjanya dan ingin
memberontak.
Demokratif Gaya kepemimpinan demokrasi berpusat pada anggota
(member-centered) atau mengikuti teori Y Mc Gregor
yang menyatakan semua manusia adalah baik dan
menekankan kepada pemanfaatan berbagai sumber yang
ada dlam kelompok yang dapat dimanfaatkan. Tindakan
pimpinan antara lain membantu perawat mencapai tujuan
kelompok, melibatkan dalam semua kegiatan, memberi
kesempatan anggota mengekspresikan kemampuan dan
bakatnya tanpa rasa takut, menekan keputusa berdasarkan
persetujuan kelompok. Akibatnya situasi kerja yang akan
berkembang adalah setiap perawat akan memiliki rasa
kohesip dan moral kelompok yang tinggi, memiliki
antusias atau motivasi dan rasa tanggung jawab yang
tinggi, dan belajar cara memecahkan maslah serta
menerapkan proses kepemimpinan.
Laisez Faire Gaya kepemimpinan laisez faire tidak berpusat pada
pimpinan atau anggota (noncenteredstyele) membiarkan
segala sesuatu berjalan sendiri sesuai kehendak masing-
masing. Tindakan pimpinan antara lain membiarkan
segala sesuatu mengambang, menganggap segala akan
berjalan sdengan baik-baik saja, tidak pernah
merumuskan tujuan yang jelas, tidak pernah mengambil
keputusan, tidak ada evaluasi pengembangan kelompok,
dan situasi keberkembang tanpa pengarahan (non-
directiveness). Akibat bagi setiap perawat adalah
cenderung menarik diri dari keterlibatan aktif, perawat
memiliki rasa kohesip dan moral kelompok rendah
sehingga perhatian terhadap tugas rendah, anggota
perawat memiliki rasa peka yang tinggi, bingung,
prustasi terhadap perkembangan kelompok dan tidak bisa
tinggal landas ( Takeoff ground), dan merasa rendah,
apatis dan bosan serta mencari kambing hitam.
Autokratis Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan
gaya kepemimpinan dictator namun bobotnya agak
kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin,
pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan
Partisipatif Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan
bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan
demokratis dengan cara mengajukan masalah dan
mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian
mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan
mempertimbangkan masukan tersebut, pimpinan
selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang
harus dilakukan bawahannya untuk memecahkan
masalah yang ada.

4. Jenis MAKP

Fungsional Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam


pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama
pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan,
perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.
Kasus Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode
ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi
keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu.
Primer Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya
mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24
jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer
bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan
juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan.
Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan
asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate
nurse)
Tim Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri
dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu

5. Delegasi

Delegasi adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang


kepada bawahannya. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-
prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi
manajemen lainnya.
Empat kegiatan dalam delegasi wewenang :
a. Manager perawat menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya
kepada orang yang diberi pelimpahan.
b. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
c. Perawat yang meneriman delegasi baik eksplisit maupun implisit
menimbulkan kewajiban dan tanggunh jawab
d. Manajer perawat menerima pertanggungjawaban (akuntabilitas)
atas hasil yang telah dicapai

6. Supervisi

Supervisi adalah suatu proses yang menunjang manajemen dimana


sebagian besar kegiatan merupakan bimbigan dan sebagian kecil
pengawasan.
Manfaat supervisi antara lain :
a. Dapat lebih meningkatkan efektivitas kerja dan dapat lebih
meningkatkan efisien kerja.
b. Peningkatan efektivitas kerja dihubungkan dengan makin
meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan “bawahan” serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
“atasan dan bawahan”

Contoh Latihan Soal

1. Seorang laki-laki berusia 58 tahun sedang diruang hemodialisa menjalani terapi hemodialisa yang ke-
12. Pasien mengatakan merasa bosan dengan pengobatan yang dijalani. Perawat berinteraksi dengan
pasien menjelaskan tujuan hemodialisa dan memaksimalkan nilai serta pemahaman tentang kualitas
hidup yang baik. Apa prinsip etik yang tepat untuk kasus tersebut?
a. Nonmaleficience
b. Beneficience.
c. Otonomi
d. Veracity
e. Justice
2. Seorang ibu berusia 45 tahun ingin mendonorkan ginjalnya kepada anaknya yang menderita CKD.
Setelah diperiksa ternyata kondisi salah satu ginjalnya sudah mengalami penurunan fungsi. Perawat
menginfokan kepada ibu tersebut bahwa dia bukanlah donor yang tepat tetapi ibu tersebut tetap
bersikeras untuk mendonorkan ginjalnya yang masih sehat. Dokter memutuskan untuk menolak
permintaan ibu tersebut. Apakah masalah etik yang terjadi pada kasus diatas?
a. Justice
b. Otonomi
c. Veracity
d. Beneficience
e. Non-maleficence.
3. Seorang anak usia 6 tahun dengan retinoblastoma. Dua orang perawat hendak mengganti balutan pada
pasien. Sementara perawat mengganti balutan, perawat lainnya mengambil gambar/foto proses
tersebut dan mengupload foto tersebut untuk update status di facebook Apakah prinsip etik yang
terkait kasus tersebut?
a. Non-Maleficience
b. Confidentiality.
c. Beneficiency
d. Veracity
e. Justice
4. Ns. S baru saja dilantik sebagai kepala ruangan di ruang perawatan interna. Saat ini Ns S sedang
mengidentifikasi kegiatan yang perlu dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan, penanggung jawab kegiatan, dan apa harapan para perawat terhadap dirinya selaku
kepala ruangan yang baru. Apakah fungsi manajemen yang telah dilakuka oleh Ns. S?
a. Pengarahan
b. Perencanaan.
c. Pengawasan
d. Pengorganisasian
e. Pengkoordinasian
5. Ns. A adalah perawat primer di ruang perawatan bedah. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada 10 orang pasien, ia dibantu oleh tiga orang perawat pelaksana. Hari ini Ns A akan melakukan
supervisi kepada Ns. I untuk pemasangan infus kepada Tn. B dan Ns. T untuk pemasangan NGT
kepada Tn. E. Apakah bentuk supervisi yang akan dijalani oleh Ns. I?
a. Supervisi Tim.
b. Supervisi Individu
c. Supervisi Kelompok
d. Supervisi Administratif
e. Supervisi Tidak Terjadwal
6. Kepala ruangan rawat inap membagi perawat sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Ners A
bertugas memasang infuse, Ners B sebagai perawat luka dan Ners C sebagai perawat untuk personal
Hygiene pasien. Apakah metode pemberian asuhan keperawatan di ruangan tersebut?
a. Tim
b. Kasus
c. Primer
d. Fungsional.
e. Tim-primer
7. Ns A sebagai kepala ruangan beranggapan bahwa ketua tim dan perawat pelaksana mampu
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang dirawat. Ns A tidak melakukan pengawasan
secara rutin. Ns A bekomunikasi denga bawahanya hanya jika diperlukan. Apakah gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Ns A?
a. Otoriter
b. Dictator
c. Otokratis
d. Demokratis
e. Laisez Faire/Liberal.
8. Ns T sebagai Ketua tim ruang perawatan interna sedang melaksanakan evaluasi terhadap asuhan
keperawatan pasien di ruang rawat inap. Hasil evaluasi ditemukan adanya tanda-tanda dekubitus pada
Tn B akibat tirah baring selama menjalani rawat inap. Apakah tindakan yang harus dilakukan oleh
ketua tim?
a. Supervisi
b. Timbang terima
c. Pre conference
d. Post conference
e. Ronde keperawatan.
9. Seorang pasien laki-laki dengan keluhan demam & flu marah-marah kepada perawat triase UGD
karena merasa lambat mendapatkan pelayanan medis padahal sudah menunggu selama ± 30 menit
dan melihat perawat lebih mendahulukan pasien yang baru datang. Perawat kemudian menjelaskan
bahwa pasien yang masuk ke UGD akan di prioritaskan berdasarkan tingkat kegawatannya dan
kondisi yang mengancam nyawa. Apakah prinsip etik yang dilaksanakan oleh perawat triase
tersebut?
a. Justice.
b. Veracity
c. Autonomy
d. Beneficence
e. Non-maleficence
10. Di suatu desa, ada kegiatan posyandu balita yang dilaksanakan setiap bulan sekali. Pada bulan ini,
salah seorang perawat dari puskesmas memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemberian
vitamin A untuk anak. Pada penyuluhan tersebut, perawat memberikan salah satu contoh keluarga
yang anaknya tidak pernah diberi vitamin A dan disamarkan namanya. Prinsip etik yang dilakukan
oleh perawat tersebut adalah…
a. Non-Maleficience
b. Confidentiality.
c. Beneficiency
d. Veracity
e. Justice

Anda mungkin juga menyukai