Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN EKONOMI MAJERIAL

TEORI PERMAINAN dan PERILAKU STRATEGI


Dari Buku Dominick Salvatore

Disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Ekonomi Majerial

Dosen Pengampu : Epa M.pd

Disusun Oleh :

Dida Ramadhan 2018.01.004


Sopwan Sobandi 2018.01.084
Rosa Sinta Nur Fitri 2018.01.052
Silni Sri Amalia 2018.01.050
Nadilla Nurafifah Rochmani 2018.01.075
Vina Nurlaelasari 2018.01.003

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA

2021/2022
PERILAKU STRATEGIS DAN TEORI PERMAINAN

Perilaku strategis (strategic behavior) mengacu kepada rencana kerja atau perilaku seorang oligopolis,
setelah mempertimbangkan semua reaksi yang mungkin dilakukan oleh para pesaingnya selama adanya
persaingan di antara mereka untuk memperoleh laba dan keuntungan lainnya. Karena hanya terdapat
sedikit perusahaan dalam industri tersebut, tindakan dari perusahaan satu akan berpengaruh terhadap yang
lain, dan reaksi dari perusahaan lain harus diperhitungkan oleh yang pertama dalam menentukan tindakan
mana yang paling baik. Jadi, setiap oligopolis mengubah-ubah harga produk, atau kuantitas produk yang
dijualnya, atau tingkat pemasangan iklan dan sebagainya, dengan tujuan memaksimumkan labanya.
Pengubahan tersebut dilakukan setelah perusahaan oligopolis memperhitungkan semua kemungkinan
reaksi yang akan dilancarkan pesaingnya, berkaitan dengan setiap tindakan yang diambilnya (lihat
Aplikasi Kasus

10-1. Pengkajian atas perilaku strategis tersebut merupakan materi teori permainan.

Teori permainan (game theory) dipelopori oleh ahli matematika John von Neumann dan ekonom Oskar
Morgenstern pada tahun 1944 dan tidak lama kemudian teori ini diakui sebagai terobosan baru dalam
penelitian tentang oligopoli.! Secara umum, teori permainan berkaitan dengan strategi terbaik atau
optimum dalam berbagai situasi konflik. Misalnya, teori permainan bisa membantu sebuah perusahaan
ketika menurunkan harga tidak akan terjadi perang harga yang mematikan atau menentukan apakah
perusahaan harus menambah kapasitas untuk mencegah pemain baru masuk dalam industri meskipun hal
ini mengurangi laba jangka pendek perusahaan, dan mengapa kecurangan dalam kartel akan
menyebabkan keruntuhan perusahaan. Singkatnya, teori permainan memperlihatkan bagaimana
perusahaan oligopolistik membuat keputusan strategis untuk memperoleh keunggulan kompetitif atas
pesaingnya,atau bagaimana perusahaan oligopolistik bisa memperkecil ancaman potensial akibat langkah
strategis pesaingnya.

10-2 STRATEGI DOMINAN DAN KESEIMBANGAN NASH

Kita sekarang mendiskusikan makna strategi dominan dan keseimbangan Nash serta menjelaskan
manfaatnya dalam menganalisis saling ketergantungan (interdependence) oligopolistik.

Strategi Dominan

Untuk melihat bagaimana para pemain memilih strategi yang memaksimumkan ganjaran mereka, marilah
kita mulai dengan permainan paling sederhana dalam suatu industri yang terdiri atas dua perusahaan
(duopoli), perusahaan A dan perusahaan B. Masing-masing perusahaan mempunyai dua pilihan strategi,
yaitu memasang iklan atau tidak memasang iklan. Perusahaan A, tentu saja mengharapkan laba yang
lebih tinggi jika dia memasang iklan dibanding jika dia tidak melakukannya. Tetapi tingkat laba
perusahaan A yang sebenarnya, juga tergantung dari apakah perusahaan B memasang iklan atau tidak.
Dengan begitu, setiap strategi yang dilakukan oleh perusahaan A (yaitu, memasang iklan atau tidak) bisa
dihubungkan dengan setiap strategi perusahaan B (juga memasang iklan atau tidak).
Empat hasil yang mungkin didapatkan dari permainan sederhana ini digambarkan dalam matriks ganjaran
dalam Tabel 10-1. Nomor pertama setiap elemen dalam tabel mengacu kepada ganjaran (laba) bagi
perusahaan A, sementara nomor kedua adalah ganjaran (laba) bagi perusahaan B. Dari Tabel 10-1, kita
melihat bahwa jika kedua perusahaan memasang iklan, perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 4,
dan perusahaan B akan memperoleh laba sebesar 3 (sel kiri atas dalam matriks ganjaran).” Sebaliknya,
elemen kiri bawah dalam matriks ganjaran menunjukkan bahwa jika perusahaan A tidak memasang iklan
dan perusahaan B memasang iklan, perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 2, dan perusahaan B
akan memperoleh laba sebesar 5. Ganjaran yang lain dalam kolom kedua tabel tersebut bisa diartikan
dengan cara yang sama.

Strategi manakah yang harus dipilih oleh setiap perusahaan? Pertama-tama mari kita pertimbangkan
perusahaan A. Jika perusahaan B memasang iklan (yaitu, bergerak ke kolom kiri dari Tabel 10-1), kita
lihat bahwa perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 4 jika dia juga memasang iklan dan hanya 2 jika
dia tidak memasang iklan. Dengan demikian, perusahaan A harus memasang iklan jika perusahaan B
memasangnya. Jika perusahaan B tidak memasang iklan (yaitu, bergerak ke kolom kanan dalam Tabel
10-1), perusahaan A akan memperoleh laba 5 jika dia memasang iklan, dan 3 jika ia tidak memasang
iklan. Dengan demikian, perusahaan A harus memasang iklan tidak peduli apakah perusahaan B
memasang iklan atau tidak. Laba perusahaan A akan selalu lebih besar jika dia memasang iklan dibanding
jika dia tidak melakukannya, tanpa peduli apa yang dilakukan perusahaan B. Dengan demikian, kita bisa
mengatakan bahwa memasang iklan adalah strategi yang dominan bagi perusahaan A. Strategi dominan
(dominant strategy) adalah pilihan yang optimum bagi seorang pemain, apa pun reaksi yang akan
dilakukan oleh lawannya.

Hal yang sama juga berlaku untuk perusahaan B. Apa pun yang dilakukan oleh perusahaan A (yaitu,
apakah perusahaan A memasang iklan atau tidak), akan lebih menguntungkan bagi perusahaan B untuk
memasang iklan. Kita bisa melihat hal ini dengan berpindah-pindah baris pada Tabel 10-1. Tepatnya, jika
perusahaan A memasang iklan, laba perusahaan B menjadi 5 Jika memasang iklan dan 2 jika tidak.
Dengan demikian, strategi yang dominan bagi perusahaan B adalah juga memasang iklan.

Dalam kasus ini, kedua perusahaan A dan B memiliki strategi dominan memasang iklan, dan oleh karena
itu, akan menjadi keseimbangan akhir. Kedua perusahaan A dan B akan memasang

Keseimbangan Nash

Tidak semua permainan menyediakan strategi dominan bagi setiap pemain. Bahkan dalam dunia
sesungguhnya, sangat mungkin bahwa satu atau kedua pemain tidak memiliki strategi dominan.
Contohnya adalah yang ditunjukkan dalam matriks ganjaran pada Tabel 10-2. Ini adalah matriks ganjaran
yang sama dengan yang ada dalam Tabel 10-1, kecuali angka pertama dalam elemen kanan bawah diubah
dari 3 menjadi 6. Sekarang perusahaan B mempunyai strategi yang dominan, tetapi perusahaan A tidak.
Strategi dominan bagi perusahaan B adalah memasang iklan, tidak peduli apakah perusahaan A
memasang iklan atau tidak, yaitu sama persis dengan kasus sebelumnya, karena ganjaran bagi perusahaan
B sama dengan yang ada dalam Tabel 10-1. Namun, perusahaan A sekarang tidak memiliki strategi yang
dominan. Alasannya adalah bahwa jika perusahaan B memasang iklan, perusahaan A akan memperoleh
laba 4 jika memasang iklan dan 2 jika tidak. Jadi, jika perusahaan B memasang iklan, perusahaan A juga
harus beriklan. Di sisi lain, jika perusahaan B tidak beriklan, laba perusahaan A adalah 5 jika memasang
iklan dan 6 jika tidak.” Jadi, perusahaan A harus memasang iklan jika perusahaan B memasang iklan dan
tidak memasangnya jika perusahaan B tidak. Perusahaan A tidak lagi memiliki strategi yang dominan.
Apa yang harus dilakukan oleh perusahaan A tergantung dari apa yang dilakukan oleh perusahaan B. .
Agar perusahaan A bisa menentukan memasang iklan atau tidak, pertama-tama perusahaan A harus
menentukan apa yang dilakukan oleh perusahaan B, dan memasang iklan jika perusahaan B
memasangnya dan tidak memasang iklan jika perusahaan B tidak. Karena perusahaan A mengetahui isi
matriks ganjaran, maka perusahaan A mengetahui bahwa strategi dominan perusahaan B adalah
memasang iklan. Karena itu, strategi yang optimum bagi perusahaan A adalah juga memasang iklan
(karena perusahaan A akan memperoleh laba 4 jika memasang iklan dan hanya 2 jika tidak—lihat kolom
pertama dalam Tabel 10-2). Inilah keseimbangan Nash, yang namanya diambil dari John Nash, ahli
matematika dari Universitas Princeton dan pemegang Hadiah Nobel tahun 1994 yang meresmikan konsep
tersebut pada tahun 1951. Keseimbangan Nash (Nash eguilibrium) adalah sebuah situasi ketika setiap
pemain memilih Strategi optimumnya, untuk menghadapi strategi yang telah dilakukan oleh pemain
lainnya. Dalam Contoh di atas, strategi pemasangan iklan yang gencar untuk perusahaan A dan
perusahaan.

10-3 DILEMA TAHANAN

Perusahaan oligopolistik sering menghadapi masalah yang disebut dilema tahanan (prisoners " dilemma).
Istilah ini mengacu kepada sebuah situasi di mana setiap perusahaan melaksanakan strategi dominannya,
tetapi masing-masing bisa bertindak lebih baik (artinya, memperoleh laba yang lebih besar) dengan
melakukan kerja sama. Untuk memahami hal ini, perhatikan situasi berikut. Dua orang tersangka
ditangkap atas tuduhan perampokan bersenjata, dan jika terbukti bersalah, masing-masing harus
menerima hukuman maksimum 10 tahun penjara. Namun demikian, jika kedua tahanan tersebut tidak
mengaku, mereka hanya akan dituntut satu tahun penjara atas tuduhan menyimpan barang-barang curian.
Setiap tersangka diinterograsi secara terpisah, dan keduanya tidak diizinkan berkomunikasi. Jaksa
wilayah berjanji kepada masing-masing tersangka jika mereka mengaku, tersangka tersebut akan
dibebaskan sementara temannya (yang tidak mengaku) akan menerima hukuman 10 tahun penjara. Jika
kedua tersangka mengaku, masing-masing akan memperoleh hukuman yang lebih ringan 5 tahun penjara.

10-4 PERSAINGAN HARGA DAN NONHARGA,KECURANGAN DALAM KARTEL, DAN


DILEMA TAHANAN

Persaingan Harga dalam Dilema Tahanan

Konsep dilema tahanan dapat digunakan untuk menganalisis persaingan harga dan nonharga dalam pasar
oligopolistik, selain juga dalam hal kecenderungan untuk berbuat curang (yaitu,untuk secara diam-diam
mengurangi harga atau menjual lebih banyak dari kuota) didalam sebuah kartel.

Persaingan Nonharga, Kecurangan dalam Kartel dan Dilema Tahanan

Meskipun matriks ganjaran dalam Tabel 10-4 di atas digunakan untuk mengkaji persaingan harga
oligopolistik dalam menghadapi dilema tahanan, dengan hanya mengganti judul masing-masing kolom
dan baris matriks itu, kita dapat menggunakan matriks yang sama untuk membahas persaingan nonharga
dan kecurangan dalam kartel. Misalnya, jika kita mengganti judul “harga rendah” dengan “memasang
iklan” dan mengganti judul “harga tinggi” dengan “tidak memasang iklan” pada matriks ganjaran dalam
Tabel 10-4, kita dapat menggunakan matriks dalam Tabel 10-4 tersebut untuk menganalisis sebuah
bentuk persaingan nonharga dalam menghadapi dilema tahanan. Kita kemudian akan melihat bahwa
setiap perusahaan melaksanakan strategi dominan untuk memasang iklan dan (sebagaimana dalam kasus
menentukan harga rendah) akan memperoleh laba sebesar 2. Namun, kedua perusahaan akan lebih
diuntungkan jika mereka tidak memasang iklan karena mereka akan memperoleh (seperti halnya dalam
kasus menentukan harga tinggi) laba yang lebih tinggi sebesar 3. Kedua perusahaan tersebut dengan
demikian menghadapi situasi dilema tahanan. Hanya dengan bekerja sama untuk tidak memasang iklan,
keduanya akan memperoleh laba yang lebih tinggi sebesar 3. Misalnya, ketika iklan rokok di televisi
dilarang pada tahun 1971, semua perusahaan tembakau diuntungkan karena pengeluaran iklannya
berkurang dan memperoleh laba yang lebih tinggi. Dampak yang diharapkan dari aturan tersebut
bukanlah merangsang orang untuk merokok, tetapi aturan tersebut juga memiliki dampak yang tidak
diharapkan, yaitu memecah dilema tahanan yang dihadapi oleh produsen-produsen rokok. Serupa dengan
itu, jika kita mengganti judul “harga rendah” atau “beriklan” dengan “curang dan judul dari “harga
tinggi” atau “tidak beriklan” dengan “jangan curang” di dalam kolom dan baris dari matriks ganjaran di
Tabel 10-4, kita dapat menggunakan ganjaran yang sama di Tabel 10-4 untuk menganalisis insentif bagi
para anggota kartel untuk melakukan kecurangan dalam dilema tahanan. Dalam kasus ini, setiap
perusahaan menerapkan strategi dominannya untuk curang dan (dalam kasus penerapan harga rendah
atau beriklan) mendapatkan keuntungan 2 Namun, dengan tidak melakukan kecurangan, setiap anggota
kartel akan mendapatkan keuntungan sebesar 3. Anggota kartel kemudian akan menghadapi dilema
tahanan, hanya jika para anggota kartel tidak melakukan kecurangan setiap anggota akan mendapatkan
laba kartel sebesar 3. Kartel dapat mencegah atau mengurangi probabilitas terjadinya kecurangan dengan
mengawasi penjualan setiap anggota dan menghukum anggota yang curang. Namun demikian, semakin
besar jumlah anggota kartel dan semakin banyak produk yang berbeda, semakin sulit bagi kartel untuk
melakukan pengawasan dan mencegah terjadinya kecurangan.

10-5 PERMAINAN YANG BERULANG-ULANG DAN STRATEGI TIT-FOR-TAT

Kita telah melihat di atas tentang bagaimana dua perusahaan yang menghadapi dilema tahanan dapat
meningkatkan labanya dengan melakukan kerja sama. Meskipun begitu, kerja sama seperti ini cenderung
tidak akan terjadi dalam jenis permainan dilema tahanan yang dibahas hingga saat ini, yaitu yang
dimainkan hanya satu kali (artinya, yang melibatkan satu gerakan atau tindakan di setiap pemain). Kerja
sama lebih mungkin terjadi dalam permainan yang berulang-ulang, atau permainan yang melibatkan
banyak gerakan berurutan dari setiap pemain. Jenis permainan seperi ini lebih realistis dalam dunia nyata.
Misalnya, para oligopolis tidak memutuskan strategi penentuan harga mereka hanya sekali, tetapi berkali-
kali selama bertahun-tahun.

Dalam permainan yang berulang-ulang (repeated games—yaitu permainan yang melibatkan banyak
gerakan dan juga gerakan berbalasan dari setiap pemain), strategi terbaik bagi setiap pemain adalah tit-
for-tat. Perilaku satu-dibalas-satu (tit-for-tat) dapat diringkas sebagai berikut: Lakukan apa yang
dilakukan oleh lawan Anda. Artinya, Anda memulai dengan bekerja sama dan akan terus bekerja sama
selama lawan Anda juga bekerja sama. Jika dia berkhianat, selanjutnya Anda juga kembali berkhianat
kepadanya. Jika kemudian dia bekerja sama, selanjutnya Anda juga bekerja sama. Strategi ini cukup
bersifat saling membalas sehingga dapat mencegah perilaku nonkooperatif, tetapi cukup pemaaf sehingga
memungkinkan berkembangnya pola kerja sama yang bermanfaat. Dalam simulasi komputer dan juga
dalam eksperimen aktual, perilaku tit-fortat ditemukan secara konsisten sebagai strategi yang terbaik
(artinya, strategi yang menghasilkan manfaat terbesar) bagi setiap pemain sejalan dengan berlalunya
waktu.”

Namun demikian, agar strategi tit-for-tat dapat berfungsi dengan bajk beberapa kondisi harus dipenuhi.
Pertama, diperlukan sekumpulan pemain yang stabil. Jika pemainnya sering berganti-ganti, kecil
kemungkinan berkembangnya perilaku kooperatif. Kedua, jumlah pemain harus sedikit (jika tidak, sangat
sulit untuk memantau apa yang dilakukan oleh setiap pemain). Ketiga, diasumsikan bahwa setiap
perusahaan dapat dengan cepat mendeteksi (dan mau serta mampu membalas dengan cepat) kecurangan
yang bisa berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang lama memupuk kecurangan. Keempat, kondisi
permintaan dan biaya harus relatif stabil (karena kalau mereka berubah dengan cepat, sangatlah sulit
mendefinisikan mana perilaku yang kooperatif dan mana yang bukan). Kelima, kira harus
mengasumsikan bahwa permainan tersebut terus berulang-ulang tanpa batas, atau dalam jumlah
pengulangan yang sangat besar dan tidak pasti. Jika permainan hanya berulang dalam jumlah yang
terbatas, setiap perusahaan memiliki kecenderungan untuk tidak mau bekerja sama pada permainan yang
terakhir karena tahu tidak akan bisa membalas. Meskipun begitu, setiap perusahaan memiliki
kecenderungan untuk tidak akan mau bekerja sama lagi sebelum langkah terakhir. Bahkan, dalam usaha
memperoleh keunggulan kompetitif dengan menjadi pihak pertama yang melakukan kecurangan, seluruh
permainan tersebut akan berantakan, dan kecurangan akan terjadi sejak langkah yang pertama.

Tentu saja ada saat-saat tertentu ketika perusahaan menyadari bahwa lebih baik tidak bekerja sama.
Misalnya, jika seorang pemasok hampir bangkrut, suatu perusahaan akan berusaha menghindari
pembayaran utangnya kepada perusahaan yang hampir bangkrut tersebut (misalnya, dengan alasan bahwa
pemasok tersebut memberikan barang-barang cacat atau tidak memenuhi syarat) agar dapat menghindari
pembayaran sejalan dengan seandainya perusahaan tersebut benar-benar gulung tikar. Inilah perlunya
kesepakatan dengan pemasok-pemasok dan pelanggan. pelanggan yang sama di masa mendatang dan
kemampuan mereka untuk membalas dendam atas perilaku tidak kooperatif yang sering memaksa
perusahaan untuk bekerja sama. Meskipun begitu, dengan adanya Strategi rir-for-tat, perusahaan-
perusahaan memiliki kemungkinan untuk bekerja sama tanpa betul-betul membentuk kolusi resmi.
Seperti yang akan kita lihat dalam Bab 12, hal ini bisa menjadi mimpi buruk bagi pejabat-pejabat
antimonopoli.

10-6 LANGKAH STRATEGIS

Dalam bagian ini, kira membahas permainan yang meliputi ancaman, komitmen, kredibilitas, dan '
hambatan masuk. Konsep ini secara garis besar memperluas teori permainan dan memberikan elemen
penung paham realis dan relevansi.

Ancaman, Komitmen, dan Kredibilitas

Perusahaan oligopolistik sering menggunakan beberapa strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif
aras pesaingnya, meskipun imi membatasi perilaku mereka sendiri atau untuk sementara mengurangi
jumlah keuntungan mereka. Misalnya, seorang oligopolis bisa mengancam untuk menurunkan harganya
jika para pesaingnya menurunkan barga mereka, meskipun ini berarti mengurangi laba mereka. Ancaman
bisa dipastikan memiliki kredibilitas, misalnya dengan menulis sebuah surat komimen kepada para
pelanggan untuk menyamai harga produk pesaing yang lebih rendah. "

Sebagai contoh, misalnya bahwa matriks ganjaran bagi perusahaan A dan B ditunjukkan Oleh Tabel 10-5.
Matriks ganjaran ini menunjukkan bahwa perusahaan A mempunyai strategi dominan menentukan harga
tinggi. Alasannya adalah jika perusahaan B menentukan harga rendah, perusahaan A akan memperoleh
laba sebesar 2 jika menentukan harga rendah dan laba sebesar 3 jika menentukan harga tinggi. Demikian
pula, jika perusahaan B menentukan harga tinggi, perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 2 jika
menentukan harga rendah dan sebesar 5 jika menentukan harga tinggi. Karena itu, perusahaan A akan
menentukan harga tinggi walau apa pun yang dilakukan oleh perusahaan B. Jika perusahaan A
menentukan harga tinggi, perusahaan B berkeinginan menentukan harga rendah, karena dengan demikian
dia akan memperoleh laba sebesar 4 (dan bukan 3 seandainya dia menentukan harga tinggi). Ini
ditunjukkan oleh sel kiri bawah dalam Tabel 10-5. Sekarang perusahaan A dapat mengancam perusahaan
B, yaitu perusahaan A mengancam untuk juga menurunkan harga dan menentukan harga rendah. Tetapi,
perusahaan A akan menurunkan tingkat labanya dari 3 (jika dia menentukan harga tinggi) menjadi 2 jika
dia menentukan harga rendah (sel kiri atas dalam Tabel 10-5).

Sebuah cara membuat ancaman ini dapat dipercaya adalah perusahaan A membangun sebuah reputasi
sebagi perusahaan yang menjalankan ancaman—meskipun itu berarti mengurangi labanya. Hal ini
mungkin terlihat irasional. Tetapi, jika perusahaan A beberapa kali benar-benar menjalankan
ancamannya, dia akan memperoleh reputasi sebagai perusahaan yang membuat ancaman yang memiliki
kredibilitas, dan ini akan memengaruhi perusahaan B untuk menentukan harga tinggi juga, sehingga
memungkinkan terjadinya laba yang lebih tinggi bagi perusahaan A dalam jangka panjang. Dalam hal ini,
perusahaan A akan memperoleh Jaba sebesar 5 dan perusahaan B memperoleh laba sebesar 3 (sel kanan
bawah) dan bertolak belakang dengan laba 3 untuk perusahaan A dan 4 untuk perusahaan B (sel kiri
bawah). Perhatikan bahwa meskipun perusahaan B memperoleh laba sebesar 3 karena menentukan harga
tinggi (dibanding laba sebesar 4 jika menentukan harga rendah), laba ini masih lebih tinggi dibanding
laba sebesar 2 yang akan diperoleh seandainya perusahaan A menjalankan ancamannya untuk
menentukan harga rendah untuk membalas perusahaan B yang melakukan hal tersebut (lihat sel kiri atas
dalam Tabel 10-5). Dengan menunjukkan komitmen untuk menjalankan ancamannya, perusahaan A
membuat ancamannya memiliki kredibilitas dan meningkatkan labanya sejalan dengan berlalunya waktu.

Hambatan Masuk

Salah satu strategi penting yang bisa digunakan seorang oligopolis untuk menghambat masuknya
perusahaan baru ke dalam pasar adalah mengancam akan menurunkan harganya sehingga menyebabkan
kerugian bagi pemain baru yang potensial. Meskipun demikian, ancaman seperti itu hanya akan
ditanggapi jika memiliki kredibilitas. Hambatan masuk bisa dikaji dengan menggunakan matriks ganjaran
dalam Tabel 10-6 dan Tabel 10-7. Mari kita mulai dengan matriks ganjaran dalam Tabel 10-6. Matriks
ganjaran dalam Tabel 10-6 menunjukkan bahwa ancaman perusahaan A untuk menurunkan harganya
tidaklah bisa dipercaya dan tidak menghalangi perusahaan B untuk memasuki pasar. Alasannya adalah
karena perusahaan A memperoleh laba sebesar 4 jika dia menentukan harga rendah dan sebesar 7 jika dia
menentukan harga tinggi. Jika perusahaan A tidak memberikan komitmen yang bisa dipercaya untuk
menghalangi masuknya perusahaan baru, meskipun harus mengurangi jumlah labanya, dia tidak akan
menghambat perusahaan B untuk masuk ke dalam pasar. Perusahaan A bisa membuat ancaman yang
memiliki kredibilitas dengan cara memperbesar kapasitas produksinya sebelum dibutuhkan (artinya,
membangun kapasitas berlebih). Maka matriks ganjaran yang baru akan terlihat seperti yang tercantum
dalam Tabel 10-7.

Matriks ganjaran dalam Tabel 10-7 sama dengan yang ada dalam Tabel 10-6, perbedaannya adalah laba
perusahaan A kini lebih rendah di saat dia menentukan harga tinggi, karena kelebihan kapasitas atau
kapasitas yang menganggur menyebabkan biaya perusahaan A meningkat tanpa diiringi peningkatan
dalam penjualannya. Di sisi lain, matriks ganjaran dalam Tabel 10-7, kita mengasumsikan bahwa
menentukan harga rendah akan memungkinkan perusahaan A meningkatkan penjualannya dan
menggunakan kapasitas produksinya yang baru, sehingga biaya dan pendapatan akan meningkat, alhasil
laba perusahaan A akan sama dengan yang ada dalam Tabel 10-6 (artinya, sama dengan sebelum
perusahaan A meningkatkan kapasitasnya).

10-7 PERILAKU STRATEGIS DAN DAYA SAING INTERNASIONAL

Teori permainan juga bisa digunakan untuk mengkaji kebijakan strategis perdagangan dan industri,
sehingga suatu negara dapat memperoleh keunggulan kompetitif atas negara lain, khususnya dalam
bidang teknologi tinggi. Cara paling efektif untuk menjelaskan hal ini adalah dengan menggunakan
contoh. «

Misalnya Boeing (perusahaan pesawat terbang komersial dari Amerika) dan Airbus Industrie (sebuah
konsorsium dari perusahaan Jerman, Prancis, Inggris, dan Spanyol) keduanya sedang dalam proses
pengambilan keputusan mengenai produksi pesawat terbang baru. Misalnya juga, karena besarnya biaya
pengembangan pesawat tersebut, satu produsen harus dapat menguasai seluruh pasar dunia untuk dirinya
sendiri agar dapat memperoleh laba, misalnya sebesar $100 juta. Jika kedua perusahaan memproduksi
pesawat itu, masing-masing akan merugi sebesar $10 juta. Informasi ini ditunjukkan dalam Tabel 10-8.
Kasus di mana kedua perusahaan memproduksi pesawat tersebut dan mengalami kerugian sebesar $10
juta (ditunjukkan oleh sel kiri atas dalam Tabel 10-8). Seandainya hanya Boeing yang memproduksinya,
Boeing memperoleh laba sebesar $100 juta, sementara Airbus tidak memperoleh apa-apa (sel kanan atas
dalam Tabel 10-8). Sebaliknya, jika Boeing tidak memproduksi pesawat itu dan hanya Airbus yang 10-7
PERILAKU STRATEGIS DAN DAYA SAING INTERNASIONAL

Teori permainan juga bisa digunakan untuk mengkaji kebijakan strategis perdagangan dan industri,
sehingga suatu negara dapat memperoleh keunggulan kompetitif atas negara lain, khususnya dalam
bidang teknologi tinggi. Cara paling efektif untuk menjelaskan hal ini adalah dengan menggunakan
contoh. «

Misalnya Boeing (perusahaan pesawat terbang komersial dari Amerika) dan Airbus Industrie (sebuah
konsorsium dari perusahaan Jerman, Prancis, Inggris, dan Spanyol) keduanya sedang dalam proses
pengambilan keputusan mengenai produksi pesawat terbang baru. Misalnya juga, karena besarnya biaya
pengembangan pesawat tersebut, satu produsen harus dapat menguasai seluruh pasar dunia untuk dirinya
sendiri agar dapat memperoleh laba, misalnya sebesar $100 juta. Jika kedua perusahaan memproduksi
pesawat itu, masing-masing akan merugi sebesar $10 juta. Informasi ini ditunjukkan dalam Tabel 10-8.
Kasus di mana kedua perusahaan memproduksi pesawat tersebut dan mengalami kerugian sebesar $10
juta (ditunjukkan oleh sel kiri atas dalam Tabel 10-8). Seandainya hanya Boeing yang memproduksinya,
Boeing memperoleh laba sebesar $100 juta, sementara Airbus tidak memperoleh apa-apa (sel kanan atas
dalam Tabel 10-8). Sebaliknya, jika Boeing tidak memproduksi pesawat itu dan hanya Airbus yang

memproduksinya, Boeing tidak memperoleh apa-apa sementara Airbus akan memperoleh laba sebesar
$100 juta (sel kiri bawah dalam Tabel 10-8). Terakhir, jika kedua perusahaan tidak memproduksi pesawat
itu, masing-masing tidak memperoleh laba apa pun (sel kanan bawah dalam Tabel 10-8).

Misalnya bahwa dengan suatu alasan tertentu, Boeing yang pertama kali memasuki pasar dan
memperoleh laba sebesar $100 juta (kita bisa menyebut ini sebagai “keuntungan pelangkah pertama”).
Airbus kini tertutup dari pasar karena dia tidak memperoleh laba. Kasus ini ditunjukkan pada sel kanan
atas dalam Tabel 10-8. Jika Airbus memasuki pasar, keduanya akan mengalami kerugian (dan kasus yang
terjadi ditunjukkan pada sel kiri atas dalam Tabel 10-8). Misalnya, sekarang pemerintah Eropa
memberikan subsidi sebesar $15 juta per tahun bagi Airbus. Kemudian Airbus akan memproduksi
pesawat terbang tersebut meskipun Boeing sudah melakukannya, karena dengan mendapat subsidi
sebesar $15 juta Airbus akan membalik kerugian sebesar $10 juta menjadi laba sebesar $5 juta. Tanpa
subsidi, Boeing akan bergerak dari posisi mendapat laba sebesar $100 juta (tanpa kehadiran Airbus dalam
pasar) menjadi merugi sebesar $10 juta setelahnya (kita masih berada pada sudut kiri atas tabel, tetapi
masuknya Airbus ke dalam pasar, angkanya berubah dari -10 tanpa subsidi menjadi 4-5 dengan subsidi).
Karena kerugiannya tidak disubsidi, Boeing akan berhenti memproduksi pesawat tersebut dan
meninggalkan seluruh pasar untuk Airbus yang akan menghasilkan laba sebesar $100 juta tanpa subsidi
lagi (sel kiri bawah dalam Tabel 10-8).”

Pemerintah AS tentu saja bisa membalas dengan memberikan subsidinya agar Boeing tetap memproduksi
pesawat. Walaupun demikian, kecuali dalam kasus-kasus pertahanan dan keamanan nasional, pemerintah
AS kurang membuka tangannya untuk memberikan subsidi dibanding pemerintah Eropa. Meskipun dunia
nyata jauh lebih kompleks dari hal ini, kita bisa melihat bagaimana sebuah negara dapat mengatasi
ketidakunggulan pasar dan memperoleh keuntungan komparatif strategis dalam bidang teknologi tinggi
dengan menggunakan kebijakan strategis industri dan perdagangan.

Satu kelemahan mendasar dari analisis ini adalah bahwa biasanya sulit untuk meramalkan secara akurat
hasil dari kebijakan industri dan perdagangan pemerintah yaitu, memproleh data dari hasil kebijakan
industri dan perdagangan pemerintah (yaitu, memperoleh data untuk mengisi tabel seperti dalam Tabel
10-8). Sedikit perubahan di dalam tabel, bisa menyebabkan hasil akhir yang sama sekali berbeda. Sebagai
contoh, andaikan kedua perusahaan memproduksi pesawat itu, Airbus mengalami kerugian $10 juta
(seperti sebelumnya) tetapi Boeing kini menghasilkan laba sebesar $10 juta (tanpa subsidi), misalnya
karena teknologi yang lebih superior. Kemudian jika Airbus memproduksi pesawat tersebut dengan
subsidi, Boeing akan tetap bertahan dalam pasar karena dia memperoleh laba tanpa mendapat subsidi.
Airbus akan terus membutuhkan subsidi dari tahun ke tahun agar dapat terus memproduksi pesawat itu.
Dalam kasus ini, memberikan Subsidi kepada Airbus bukanlah ide yang baik. Karena itu sangatlah sulit
untuk secara tepat hasil analisis jenis ini dalam dunia nyata. Namun demikian, mengambil dari analisis
yang salah bisa merugikan dan bahkan mengakibatkan gagalnya perusahaan (lihat Aplikasi Kasus 10-85).
Atas dasar alasan inilah kebanyakan pakar ekonomi AS saat ini menentang kebijakan industri dan masih
mendukung perdagangan bebas sebagai kebijakan yang terbaik.
10-8 PERMAINAN BERURUTAN DAN POHON KEPUTUSAN

Sampai sekarang, kita telah membahas permainan di mana para pemain memilih strategi terbaik mereka
dan bergerak dalam waktu yang sama. Namun, beberapa pilihan atau permainan strategis pada hakikatnya
berurutan pada strategi yang terbaik atau langkah setiap pemain tergantung langkah pemain lain
sebelumnya. Permainan berurutan dapat ditunjukkan oleh pohon permainan atau keputusan. Pohon
keputusan (decision tree) adalah diagram dengan lingkaran dan cabang: lingkaran menggambarkan titik di
mana keputusan dibuat dan cabang menunjukkan hasil setiap keputusan dalam permainan berurutan.
Susunan pohon keputusan dimulai dengan keputusan awal dan bergerak menuju ke seluruh serangkaian
keputusan berikutnya. Pada setiap titik keputusan harus dibuat, dan cabang pohon mengulur sampai ke
seluruh kemungkinan hasil dari permainan yang telah digambarkan. Kemungkinan hasil dari permainan
tersebut diberi ganjaran pada sisi kanan figur atau pohon tersebut.

Sebagai contoh, Figur 10-1 menunjukkan pohon keputusan di mana perusahaan (duopolis) A dapat
menggunakan untuk menentukan apakah menerapkan strategi harga tinggi atau harga rendah (cabang
paling atas dalam figur tersebut). Lingkaran B menggambarkan reaksi pesaing (duopolis) B atas strategi
harga perusahaan A. Perusahaan A memperkirakan bahwa jika menerapkan harga tinggi (cabang paling
atas dalam figur tersebut), hal tersebut akan menghasilkan laba sebesar $100 jika perusahaan B bereaksi
juga dengan membebankan harga tinggi dan laba sebesar $130 jika perusahaan B bereaksi dengan
membebankan harga rendah (lihat kolom pertama yang berlabel perusahaan A di sebelah kanan atas figur
tersebut). Ketika perusahaan A membebankan harga tinggi, perusahaan B akan memperoleh laba sebesar
$100 jika mereka juga membebankan harga tinggi dan memperoleh laba sebesar $50 jika membebankan
harga rendah (lihat kolom kedua yang berlabel perusahaan B di sebelah kanan atas figur tersebut). Jika
perusahaan A menerapkan strategi harga rendah (cabang bawah figur tersebut), perusahaan A
memperkirakan bahwa dia akan memperoleh laba sebesar $180 jika perusahaan B bereaksi dengan
membebankan harga tinggi dan memperoleh laba sebesar $150 jika perusahaan B bereaksi dengan
membebankan harga rendah. Ketika perusahaan A membebankan harga rendah, perusahaan B akan
menghasilkan laba sebesar $80 jika membebankan harga tinggi dan laba sebesar $120 jika perusahaan
tersebut juga membebankan harga rendah.

Permainan tersebut dimulai ketika perusahaan A memutuskan untuk mengikuti strategi harga tinggi atau
harga rendah. Perusahaan B bergerak ke depan dengan memutuskan untuk menanggapi dengan strategi
harga tinggi atau harga rendah yang dia miliki. Jika perusahaan A memutuskan strategi harga tinggi,
permainan tersebut bergerak sepanjang bagian atas cabang tersebut: jika perusahaan A memutuskan
strategi harga rendah, permainan tersebut bergerak sepanjang bagian bawah cabang tersebut. Dengan
demikian ada empat kemungkinan hasilnya: (1) perusahaan A mengikuti strategi harga tinggi dan
perusahaan B merespons dengan harga yang tinggi atas produk yang dia miliki: (2) perusahaan A
mengikuti strategi harga tinggi dan perusahaan B merespons dengan membebankan harga rendah, (3)
perusahaan A mengikuti strategi harga rendah dan perusahaan B merespons dengan harga tinggi: (4)
perusahaan A mengikuti strategi harga rendah dan perusahaan B merespons dengan harga yang rendah
pada produk yang dia miliki. Laba setiap perusahaan ditunjukkan pada sisi kanan figur tersebut berikut
empat kemungkinan hasilnya. Bagaimana permainan ini diselesaikan? Perusahaan A ingin menerapkan
strategi penentuan harga yang mengarah ganjaran tertinggi, tetapi ini tergantung reaksi perusahaan B
untuk pembuatan keputusan perusahaan A. Figur 10-1 menunjukkan jika perusahaan A memilih strategi
harga tinggi, perusahaan B masuk ke permainan ini pada lingkaran keputusan bagian atas dan
menghadapi ganjaran $100 jika dia juga membebankan harga tinggi atau $50 jika perusahaan tersebut
membebankan harga rendah. Dengan demikian, jika perusahaan A mengikuti strategi harga tinggi, dia
mengetahui bahwa perusahaan B akan merespons dengan strategi harga tinggi atas produk yang dia miliki
dan perusahaan A akan memperoleh ganjaran sebesar $100. Jadi, jika perusahaan A memilih strategi
harga rendah, perusahaan B mengikuti lingkaran keputusan bagian bawah dan memperoleh ganjaran
sebesar $80 jika ia membebankan harga tinggi atau $120 jika ia membebankan harga rendah. Jadi, jika
perusahaan A mengikuti strategi harga rendah, dia mengetahui bahwa perusahaan B akan merespons
dengan strategi harga rendah pada produk.

Anda mungkin juga menyukai