Reski Meidasari - FITK
Reski Meidasari - FITK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Reski Meidasari
(1110017000060)
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Lia Kurniawati, M. Pd., Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan
bimbingan, kesabaran, pengarahan, waktu, nasihat dan semangat dalam
penulisan skripsi ini.
5. Bapak Ramdani Miftah, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang selalu
memberikan bimbingan, kesabaran, pengarahan, waktu, nasihat dan semangat
dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Khairunnisa, S.Pd., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan, motivasi, dan semangat baik dalam penulisan skripsi
maupun selama proses perkuliahan.
iii
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
8. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat.
9. Bapak Andi Suhandi, S.Pd., Kepala SMP Al-Hasra yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian dan Bapak Sopian Hadi, S.Si. selaku ketua
kurikulum.
10. Seluruh dewan guru SMP Al-Hasra, khususnya Bapak Wasta, S.Pd. dan Ibu
Nurfarida Fikrotusshosihah, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Siswa dan
siswi SMP Al-Hasra, khususnya kelas VII-3 dan VII-4.
11. Keluarga tercinta Ayahanda Irmansyah, S.Hut. dan Ibunda Eli Suryawati,
S.Pd.I. yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Adikku tersayang
M. Faqih Arsalan dan M. Fadzlan Biridollah, serta semua keluarga yang selalu
mendoakan, mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan
meraih cita-cita.
12. Sahabat tersayang Dio Sandy, Hendro Prasetyo dan Fajari Mutaqin yang
selalu memberi semangat, hiburan, dukungan, serta menjadi tempat berbagi
tawa dan cerita. My partners in crime Dozen (Ai, Ucy, Rici, Dentika, Donna,
Sinta, Mimi, Rahma, Eillen, Fela, Indri) yang telah memberikan semangat,
bantuan, saling mengingatkan, memberi masukan, hiburan dan dukungan
kepada penulis. Sahabatku Anis, Mustika, Syita dan Anna, keluarga kosan
Allisan (Ucy, Bias, Aulia, Laila, Teh Mega, Nia, Aida, Devi, Fifit, Dina,
Nehta). Terimakasih atas kebersamaan dan segala bentuk dukungan yang
diberikan pada penulis. Kepada Alm. Fitri Yadi, terimakasih atas pelajaran
hidup yang di beri, semoga Yadi tenang selalu di sisi Allah.
iv
13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan 2010,
khususnya kelas B (Washabee), terima kasih atas kebersamaan, canda, tawa
selama ini. Semoga hubungan silaturahim ini terus terjaga.
14. Kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga
Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala jasa dan amal
kebaikan yang diberikan kepada penulis.
Demikianlah skripsi ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih banyak ditemui kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat dibutuhkan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada penulis maupun
pembaca.
Penulis
Reski Meidasari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. vi
vi
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 28
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 29
vii
a. Mengidentifikasi dan memeriksa hubungan antar fakta dalam
menyelesaikan masalah .................................................................... 61
b. Menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan .............. 62
c. Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses .............. 64
D. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 67
A. Kesimpulan............................................................................................. 67
B. Saran ....................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 70
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Sebaran Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ................... 45
Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 3 ................. 61
Gambar 4.6 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 3 .......................... 62
Gambar 4.7 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 7 ................... 63
Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 7 .......................... 63
Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 2 ................... 64
Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 2 .......................... 65
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3 Perhitungan Daftar Distribusi Frekuensi dan Mean Tes Awal Kemampuan
Berpikir Logis Matematis ................................................................... 76
Lampiran 9 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis ............ 160
Lampiran 10 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Siswa .................................................................................................. 163
Lampiran 20 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa Kelas Kontrol 177
xi
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis Kelas
Kontrol................................................................................................ 182
Kontrol................................................................................................ 188
Lampiran 38 Tabel Nilai Koefisien Korelasi Product Moment Pearson ................. 215
Lampiran 39 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ..................... 217
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI,
2001), h. 19.
2
Dian Usdiyana, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir logis Siswa SMP melalui pembelajaran
Matematika Realistik”, Jurnal Pengajaran MIPA. Vol 13 No. 1 April 2009, h. 1-2.
1
2
3
Kasdin Sihotang, Critical Thinking, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2012), Cet. 2, h. 94-95.
4
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: 2001), h. 18.
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: 1990), h .42.
6
Ibid, h. 43.
7
Dian Usdiyana, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir logis Siswa SMP melalui pembelajaran
Matematika Realistik”, Jurnal Pengajaran MIPA. Vol 13 No. 1 April 2009, h. 2.
3
Oleh karena itu kemampuan berpikir terutama kemampuan berpikir logis ini perlu
dikembangkan untuk memperbaiki kemampuan penalaran matematis siswa.
Agar dapat menghantar siswa pada kegiatan berpikir logis, hendaknya
kepada siswa dibiasakan untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang
dihadapi dengan mencoba menjawab pertanyaan mengapa, apa, dan bagaimana.
Sebagai contoh, pada siswa diberikan pertanyaan , siswa dapat menjawab
hasilnya adalah 42. Lalu diberikan pertanyaan lanjutan, apakah sama
hasilnya dengan atau lebih besar. Selanjutnya siswa dituntun untuk dapat
mengemukakan alasan berdasarkan fakta yang sebelumnya diberikan, mengapa
lebih besar atau mengapa lebih kecil. Jawaban siswa pasti akan menghubungkan
antar fakta yang sebelumnya diberikan, membandingkannya, selanjutnya siswa
mengerti dengan alasan yang ia buat. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut siswa
dapat menarik kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan
hubungan antara kedua perkalian tersebut. Jika siswa dapat menjawab dengan
benar, maka siswa sudah dapat memahami makna atau pengertian dari soal
tersebut yang didalamnya terkandung pertanyaan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir logis matematisnya.
Pada kenyataannya kemampuan berpikir matematis siswa masih rendah. Hal
ini ditunjukkan dengan hasil survey Trend Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS), pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang
sains dan matematika rendah, kemampuan siswa masih dominan dalam level awal
atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan
matematika. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan
skor 386 dari 42 negara. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat
pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura dengan nilai rata-
rata yang ditetapkan 500 poin. 8 Data tersebut menyatakan bahwa kemampuan
matematika siswa Indonesia sebagian besar berada pada level rendah, siswa hanya
mampu menyelesaikan masalah matematika yang sederhana. Akan tetapi, siswa
belum mampu mengembangkan konsep matematika untuk masalah yang
8
Towards Equity and Excellence Highlights from TIMSS 2011 The South African perspective,
HRSC. h. 4.
4
9
Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 Result In Focus, OECD. h. 5.
5
di kelas 7, dengan jumlah siswa 42 orang. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah
49, sangat kecil untuk kemampuan berpikir logis (lampiran 3).
Tabel 1.1
Observasi Kemampuan Berpikir Logis
No. Interval Frekuensi %
1 19-28 4 9,52
2 29-38 8 19,05
3 39-48 9 21,43
4 49-58 9 21,43
5 59-68 6 14,29
6 69-78 6 14,29
Jumlah 42 100
Berdasarkan Tabel 1.1 hasil kemampuan tes berpikir logis matematis pada
saat observasi bahwa siswa masih rendah dalam kemampuan berpikir logis
matematisnya. Dapat terlihat dari perolehan persentase pada sampel kelas yang di
ambil untuk dilakukan tes kemampuan berpikir logis. Dari hasil tes yang
dilakukan menunjukan bahwa kemampuan berpikir logis matematis siswa masih
rendah. Rendahnya kemampuan berpikir matematis siswa salah satunya
dipengaruhi oleh proses pembelajaran.
Proses pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah peranan guru yang sangat berpengaruh dalam mendorong
terjadinya proses belajar secara optimal. Ketepatan pendekatan dalam
pembelajaran yang digunakan oleh guru juga yang mempengaruhi pembelajaran
tersebut. Pada kenyataannya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru di
Indonesia pada umumnya cenderung yang berpusat pada guru, dalam proses
pembelajaran guru yang secara keseluruhan memberikan materi sedangkan siswa
hanya pasif menerima penjelasan guru. Proses pembelajaran seperti ini
menyebabkan rendahnya perkembangan kemampuan berpikir siswa, karena siswa
hanya dijadikan objek dalam pembelajaran. Oleh karena itu usaha perbaikan
proses pembelajaran ini dilakukan dengan memilih pendekatan pembelajaran serta
teknik yang tepat dan inovatif untuk mendukung pembelajaran ini agar berjalan
lancar sesuai yang diharapkan.
6
10
Utari Sumarmo, “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi
Matematik serta Pembelajarannya”, jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen
pendidikan, Vol. 1 No.2, 2007, h.147-148.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan berpikir logis matematis siswa.
2. Pembelajaran matematika yang cenderung masih berpusat pada guru.
8
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu
luas, maka hanya dibatasi permasalahan yang hendak diteliti pada:
1. Kemampuan berpikir logis matematis siswa di SMP Al-Hasra pada materi
Segitiga.
2. Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah teknik
scaffolding. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah teknik scaffolding
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif memperoleh pengetahuan dan menyelesaikan masalah mereka sendiri
dengan diberikan bantuan dari guru ataupun bekerja dengan teman sebaya
yang lebih cakap untuk mencapai tingkat kemampuan kognitif yang lebih
tinggi.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir logis matematis siswa yang diajarkan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik
scaffolding?
2. Bagaimana kemampuan berpikir logis matematis siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
menggunakan teknik scaffolding lebih tinggi daripada siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional?
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kemampuan berpikir logis matematis siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding.
2. Menganalisis kemampuan berpikir logis matematis siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional.
3. Menganalisis kemampuan berpikir logis matematis antara siswa yang diajar
dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah menggunakan teknik
scaffolding dan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
bersangkutan:
1. Bagi guru mata pelajaran matematika, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat membantu dalam memahami pelajaran
matematika, meningkatkan kemampuan berpikir logis, tanggung jawab, dan
kemampuan siswa dalam kegiatan belajar menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah teknik scaffolding.
3. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
sekolah dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran
Matematika dengan pendekatan pembelajaran yang tepat demi terwujudnya
kualitas lembaga pendidikan yang lebih baik.
4. Bagi para peneliti dapat memperluas wawasan tentang proses pembelajaran
berbasis masalah dengan teknik scaffolding di bidang matematika.
BAB II
KAJIAN TEORI
G. Landasan Teoritis
1. Pembelajaran Matematika
a. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan
tidak terbatas pada dinding kelas. Belajar merupakan kegiatan yang menjadi inti
pokok dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau tidaknya tujuan dari pencapaian proses pendidikan banyak bergantung dari
bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Melalui belajar,
manusia melakukan perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya,
sehinggga tingkah laku manusia dapat berkembang. Belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas
mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang
disadari. 11 Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
tetap sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal.12 Kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dimana saja, karena
dari lingkungan sekitar pun merupakan pengalaman yang dapat dijadikan
pengetahuan.
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari Instruction, yang banyak
dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak
dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa
sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 8, h. 112.
12
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA-UPI,
2001), h. 8.
10
11
cetak, program televisi gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar.13 Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber
media, terlebih sekarang dengan teknologi yang semakin canggih sehingga
memudahkan siswa untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan.
Menurut Yusuf Hadi Miarso, pembelajaran adalah suatu usaha yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan
yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan atau kompetensi
dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan.14
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses yang terjadi dan dilakukan oleh individual itu sendiri,
sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja diciptakan atau
direncanakan dengan pihak-pihak lain seperti guru, lingkungan atau pendidikan
formal seperti sekolah.
13
Wina Sanjaya, op. cit., h. 102.
14
Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group),
Cet. 1, h. 15.
15
Hamzah B. Uno, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), Cet. 2, h. 108.
12
16
Ali Hamzah, Perencanaandan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), Cet. 1, h. 48.
17
Ibid.
18
Ibid, h.47-48.
13
6. Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur
yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.
7. Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran,
dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke
dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Jadi belajar matematika adalah proses belajar melalui upaya memahami
arti, simbol-simbol, hubungan antar konsep yang menerapkan konsep tersebut
dalam pemecahan masalah secara tepat, sistematik, cermat ke dalam pelajaran
maupun kehidupan sehari-hari.
19
Utari Sumarmo, “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”, Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas dan
manajemen pendidikan, Vol 1. No.2, 2007, h. 150.
20
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2011), Cet. 8, h. 112.
14
selalu berkembang, melalui latihan dapat bertindak atas dasar pemikiran secara
logis, rasional, kritis, cermat, kreatif, dan efektif. Untuk menjawab tuntutan tujuan
yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkan materi serta proses
pembelajarannya yang sesuai.
Boud dan Feletti mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Untuk meningkatkan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang
terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum pembelajaran berbasis
masalah memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja
kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan
yang lain.21 Tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran berbasis masalah adalah
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk
menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.22
Perbedaan penting antara PBM dan pembelajaran konvensional terletak
pada tahap penyajian masalah. Dalam pembelajaran konvensional, penyajian
masalah diletakkan pada akhir pembelajaran sebagai latihan dan penerapan
konsep yang dipelajari. Pada PBM, masalah disajikan pada awal pembelajaran,
berfungsi untuk mendorong pencapaian konsep melalui investigasi, inkuiri,
pemecahan masalah, dan mendorong kemandirian belajar.23 Terdapat 3 ciri utama
dari pembelajaran berbasis masalah, yaitu:24
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
21
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 5, h.230.
22
Wina Sanjaya, op.cit, h. 216.
23
Utari Sumarmo, “Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa
SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”, Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas dan
manajemen pendidikan, Vol 1. No.2, 2007, h. 151.
24
Ibid, h.214-215.
15
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses
berpikir deduktif dan induktif, proses berpikir ini dilakukan secara sistematis
dan empiris.
Pemberian masalah pada proses pembelajaran merupakan ciri utama yang
ada pada pembelajaran berbasis masalah ini, karena siswa dituntut untuk dapat
menyelesaikan masalah. Untuk itu, banyak keunggulan dari pendekatan
pembelajaran berbasis masalah ini, yaitu:25
a. Pembelajaran berbasis masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
b. Dapat menantang kemampuan siswa, sehingga memberikan keleluasaan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan
nyata.
d. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata. Di samping itu juga dapat
mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun
proses belajarnya.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g. Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
25
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), Cet. 1, h. 142.
16
26
Ibid, h. 143
27
Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h. 19.
17
28
Ibid, h. 20-21.
29
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), Cet. 1, h. 16.
30
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), Cet.
1 , h. 165.
31
Warsono, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2012),
Cet.1, h. 60-61.
18
32
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007), Cet. 1, h. 27.
33
Martinis Yamin, Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group,
2013), Cet. 1, h. 67.
34
Ibid , h. 165-166.
19
37
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011), Cet.
1 , h. 167.
21
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini
masih banyak diterapkan oleh guru ketika mengajar. Pembelajaran konvensional
pada umumnya merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa hanya
menjadi penerima sepenuhnya materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran ini lebih mengutamakan hapalan dari pada pemahaman dan lebih
mengutamakan hasil dari pada proses. Guru biasanya mengajar hanya dengan
beracuan pada buku teks yang digunakan sekolah, dengan mengutamakan metode
ceramah.
Pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan strategi ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
aplikasi dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru. Melalui
strategi ini, guru atau pendidik menyampaikan materi pembelajaran secara
terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai
siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik.38 Jadi
dalam strategi pembelajaran ekspositori guru memberikan materi secara langsung
kepada siswa, dan siswa menerima materi tanpa harus menemukan menggali
pengetahuan mereka.
38
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), Cet. 1, h. 146-147.
22
39
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
2009), Cet. 6, h.179.
40
Suyadi, op. cit., h. 154-155.
23
41
Sahat Saragih, “Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan sikap Positif terhadap
Matematika melalui Pendektan Matematika Realistik”, Jurnal Pendidikan dan kebudayaan,
No.061, tahun ke-12, juli 2006, h. 555.
42
Ibid.
43
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 1990), h.43.
24
berpikir logis tidak akan bisa lepas dari penalaran, karena bisa dikatakan bahwa
berpikir logis dan penalaran saling beririsan.
Berpikir logis berarti mendapat pemahaman dan pengetahuan dengan
mempergunakan teknik berpikir yang telah ditetapkan dalam aturan logika
formal.44 Logika formal adalah bidang ilmu yang membahas tentang pernyataan-
pernyataan atau posisi dalam hubungannya dengan penalaran secara deduksi.
Proses deduksi, yaitu penarikan kesimpulan bersifat individual dari pernyataan/
kerangka berpikir logis yang bersifat umum. Bidang ilmu tertua yang menerapkan
deduksi berdasarkan logika formal adalah matematika.45
Piaget mendefinisikan berpikir logis sebagai langkah-lagkah internal yang
digunakan seseorang ketika suatu masalah terjadi. Sheehan berdasarkan teori
perkembangan kognitif Piaget mengembangkan tes kemampuan berpikir logis
untuk mengklasifikasi siswa pada kelompok tahap operasional konkrit dan tahap
operasinal formal. 46 Pada tahap operasional konkrit umumnya anak-anak telah
memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini
terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi
dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda
secara objektif, dan mampu berpikir reversibel.47 Pada tahap operasional formal,
tahap ini mulai dialami oleh anak dalam usia belasan tahun (saat pubertas), dan
terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang diberikan. 48 Menurut Albercht agar seseorang
44
Conny R. Semiwan, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, (Bandung: Remadja Karya, 1988),
h. 47.
45
Sudrajat, “Peranan Matematika dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
disampaikan pada seminar sehari”, The Power of Mathematics for all Aplications, HIMATIKA-
UNISBA : januari 2008. (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/08/peranan_matematika_dlm_perkembangan_iptek.pdf).
46
Utari Sumarmo, “Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kemampuan Berpikir dan
Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya, Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi
Matematik serta Pembelajarannya”, disajikan dalam Seminar Pendidikan Matematika di Kupang
NTT 25 Februari 2012, h. 350.
47
Erman Suherman, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2011),
Cet. 1, h. 42-43.
48
Wowo Sunaryo Kusuma, Taksonomi Bepikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
158.
25
sampai pada berpikir logis, dia harus memahami dalil logika yang merupakan peta
verbal yang terdiri dari tiga bagian dan menunjukan gagasan progresif, yaitu: (1)
Dasar pemikiran atau realitas tempat berpijak, (2) Argumentasi atau cara
menempatkan dasar pemikiran bersama, dan (3) Simpulan atau hasil yang dicapai
dengan menerapkan argumentasi pada dasar pemikiran.49
Dari beberapa penjelasan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir
logis adalah kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu sehingga mampu
menyimpulkan hasil yang diperoleh dengan menerapkan argumen pada dasar
pemikiran.
Contoh soal kemampuan berpikir logis yang di modifikasi oleh Utari
Sumarmo:
Untuk membuat dua gelas jeruk diperlukan lima buah jeruk segar. Jawablah
pertanyaan berikut dan sertakan sifat matematik apa yang digunakan
a. Berapa buah jeruk segar yang harus disediakan untuk membuat lima gelas jus
jeruk?
b. Berapa gelas jus jeruk dapat dibuat dari 30 buah jeruk?
49
Sahat Saragih, Menumbuh kembangkan Berpikir Logis….., h.556.
50
Utari Sumarmo, “Kemampuan dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, dan Kreatif Matematik,
Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya”, Jurnal pengajaran
MIPA, Vol 17. No.1, 17-33, April 2012, h. 374.
26
f) Melakukan pembuktian.
g) Menyusun analisa dan sintesa beberapa kasus.
Indikator tersebut lebih spesifik pada indikator menarik kesimpulan,
mengetahui secara rinci apa yang ingin di tuntut dari siswa. Siswono mengatakan
berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menarik
kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan kesimpulan
itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah
diketahui. Ni’matus menyatakan karakteristik dari berpikir logis, yaitu:51
a. Keruntutan Berpikir
Siswa dapat menentukan langkah yang ditempuh dengan teratur dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dari awal perencanaan hingga
didapatkan suatu kesimpulan.
b. Kemampuan Beragumen
Siswa dapat memberikan argumennya secara logis sesuai dengan fakta
atau informasi yang ada terkait langkah perencanaan masalah dan
penyelesaian masalah yang ditempuh.
c. Penarikan Kesimpulan
Siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari satu permasalahan yang ada
berdasarkan langkah penyelesaian yang telah ditempuh.
Pemikiran logis adalah proses penggunaan penalaran secara konsisten
untuk mengambil sebuah kesimpulan. Permasalahan melibatkan pemikiran logis,
hubungan antara fakta-fakta, dan menghubungkan penalaran yang bisa dipahami.
Berdasarkan uraian di atas, untuk kepentingan penelitian ini digunakan
instrumen untuk mengukur kemampuan berpikir logis dengan indikator:
1. Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah.
2. Menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan.
3. Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.
51
Budi Andriawan. Identifikasi Kemampuan Berpikir Logis Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Pada Siswa Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Sidoarjo, Volume 3 No. 2 Tahun 2014.
(http://www.scribd.com/doc/236194006/Identifikasi-Kemampuan-Berpikir-Logis-Dalam-
Pemecahan-Masalah-Matematika-Pada-Siswa-Kelas-VIII-1-SMP-Negeri-2-Sidoarjo#scribd.
27
I. Kerangka Berpikir
Rendahnya kemampuan berpikir logis matematis yang juga menunjukan
rendahnya kemampuan berpikir siswa merupakan permasalahan yang dapat
menjadi penghalang terwujudnya tujuan dari pembelajaran matematika itu sendiri.
Salah satu upaya untuk meningkatkan berpikir logis matematis siswa yaitu dengan
28
Pendekatan
Pembelajaran
Berbasis Masalah
Teknik scaffolding
Mengidentifikasi Menyelesaikan
permasalahan Membuat
hubungan antar fakta
dengan Kesimpulan kasus
dalam menyelesaikan
memberikan alasan yang diberikan
masalah
Meningkatkan
Kemampuan Berpikir
Logis Matematis
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoretik dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: kemampuan
berpikir logis matematis siswa dengan pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah teknik scaffolding lebih tinggi dari
pada kemampuan berpikir logis matematis siswa yang pembelajaran
matematikanya dilakukan secara konvensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
52
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. 11, h. 112.
53
Ibid.
30
31
Keterangan:
XE : Perlakuan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
dengan teknik scaffolding.
XK : Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Y : Tes kemampuan berpikir logis yang sama pada kedua kelas.
Tabel 3.2
Rubrik Penskoran Soal Tes Kemampuan Berpikir Logis
1. Validitas
Validitas adalah derajat ketetapan suatu alat ukur tentang pokok isi atau
arti sebenarnya yang diukur. Suatu tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan
kriteria, artinya tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson. Perhitungan
validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment sebagai
berikut:55
N XY X Y
rxy
N X 2
X N Y 2 Y
2 2
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
N = Jumlah responden
X = Skor item
Y = Skor total
Kriteria pengujian validitas soal adalah :
Jika , maka soal tersebut valid
54
Achmad Nizar, “Kontribusi Matematika Dalam Membangun Daya Nalar dan Komunikasi
Siswa”, Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2, No. 2, Balikpapan, 2007, h.78, tidak dipublikasikan.
55
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet.
VI, h. 72.
34
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang digunakan untuk
mengukur reliabilitas suatu tes yang berbentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu:56
n i
2 (∑ )
∑
r11 1 dengan
n 1 t2
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir soal (item)
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
= skor tiap soal
Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:57
Tabel 3.3
Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
Kisaran Koefisien Reliabilitas Tafsiran
0,90 1,00 Derajat reliabilitas sangat baik
0,70 0,90 Derajat reliabilitas baik
0,40 0,70 Derajat reliabilitas cukup
0,20 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,00 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas, nilai = 0,71 berada diantara
kisaran 00,70 0,90, maka dari 7 butir soal yang valid, memiliki derajat
reliabilitas baik (lampiran 14).
56
Ibid, h. 108-109.
57
Erman, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI, 2003), h. 139.
35
3. Taraf Kesukaran
Cara mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah, sedang,
atau sukar, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:58
∑
Keterangan:
= indeks/tingkat kesukaran
∑ = jumlah skor yang diperoleh siswa
= skor maksimum
= jumlah peserta tes
Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan tingkat kesukaran adalah:
Tabel 3.4
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Kisaran Indeks Kesukaran Tafsiran
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana soal yang diberikan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan yang tidak
mampu menjawab soal. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal
digunakan rumus:59
58
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 12.
59
Ibid., h. 31.
36
∑ ∑
Keterangan:
= Daya pembeda
∑ = Total skor peserta kelompok atas
∑ = Total skor peserta kelompok bawah
= Total keseluruhan nilai peserta kelompok atas
= Total keseluruhan nilai peserta kelompok bawah
Kriteria yang digunakan untuk menafsirkan indeks daya beda sebagai
berikut:
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Kisaran Indeks Daya Pembeda Tafsiran
Sangat jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat baik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
hasil penelitian dengan menggunakan Chi-kuadrat atau Chi-Square, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:60
1) Perumusan hipotesis:
H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
2) Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi.
60
Kadir, Statistiks untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rose Mata Sampurna, 2010), h.
111.
38
( fo fe ) 2
2
fe
Keterangan:
= Nilai statistik Chi-Kuadrat
= Nilai frekuensi observasi ke-i
= Nilai frekuensi yang diharapkan ke-i
kelas.
5) Kriteria pengujian
6) Kesimpulan
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi yang variansnya sama (homogen). Uji homogenitas Uji homogenitas
dilakukan dengan menggunakan uji F dengan rumus sebagai berikut:61
Dengan:
( ) dan ( )
∑ (∑ )
( )
Hipotesis statistik:
H0 :
H1 :
61
Ibid, h. 119.
39
Kriteria pengujian:
Jika , H0 diterima, varians kedua kelas homogen.
Jika , H0 ditolak, varians kedua kelas tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan pengujian
hipotesis yang akan membawa pada kesimpulan diterima atau ditolaknya hipotesis
penelitian yang telah diajukan. Dalam hal ini, pengujian hipotesis digunakan
untuk mengetahui adanya perbedaan antara kemampuan berpikir logis matematis
siswa yang pada proses pembelajarannya diterapkan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah teknik scaffolding dengan siswa yang pada proses
pembelajarannya diterapkan pembelajaran konvensional.
Jika sampel yang diteliti memenuhi uji prasyarat analisis maka untuk
menguji hipotesis, digunakan uji-t dengan taraf signifikansi
Rumus uji-t yang digunakan yaitu:
a. Apabila sampel berasal dari populasi yang homogen, digunakan rumus:62
̅ ̅
( ) ( )
dengan
62
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 239.
40
( )
( ) ( )
√ ( )
( )
dimana
63
Kadir, op. cit., h. 201.
64
Ibid, h. 275.
41
Keterangan:
: Statistik uji Mann-Whitney
: Ukuran sampel pada kelas 1
: Ukuran sampel pada kelas 2
: Jumlah ranking yang diberikan pada kelas yang ukuran sampelnya
( terkecil)
: Statistik uji Z yang berdistribusi normal N (0,1)
G. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 : 1 2
H1 : 1 2
Keterangan:
A. Deskripsi Data
Penelitian mengenai kemampuan berpikir logis matematis siswa ini
dilakukan di SMP Al-Hasra Bojongsari, Depok, yaitu kelas VII-3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII-4 sebagai kelas kontrol. Pada penelitian ini kelas
eksperimen yang terdiri dari 40 orang siswa diajarkan dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding, sedangkan
kelas kontrol yang terdiri dari 42 orang siswa diajarkan dengan pembelajaran
konvensional.
Penelitian ini mengambil fokus pada materi Segitiga. Berikut ini disajikan
data hasil perhitungan tes kemampuan berpikir logis matematis siswa setelah
pembelajaran dilaksanakan.
Frekuensi Frekuensi
No. Interval
(fi) f(%) Kumulatif
1 43-51 4 10 4
2 52-60 3 7,5 7
3 61-69 9 22,5 16
4 70-78 14 35 30
5 79-87 7 17,5 37
6 88-96 3 7,5 40
Jumlah 40 100
42
43
Frekuensi
No. Interval Frekuensi Kumulatif
(fi) f(%)
1 29-37 4 9,52 4
2 38-46 9 21,43 13
3 47-55 7 16,67 20
4 56-64 7 16,67 27
5 65-73 7 16,67 34
6 74-82 8 19,05 42
Jumlah 42 100
dan kelas yang diterapkan pembelajaran secara konvensional dapat dilihat pada
diagram di bawah ini.
16
14 14
12
10
Frekuensi
9 9
8 8
7 7 7 7 eksperimen
6
kontrol
4 4 4
3 3
2
0
0 20 40 60 80 100
Nilai
Gambar 4.1
Grafik Perbandingan Sebaran Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Logis
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada grafik 4.1 terdapat perbedaan yang sangat sisgnifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan berpikir logis matematis meningkat
pada kelas eksperimen, terlihat pada grafik nilai pada kelas eksperimen lebih
banyak siswa yang mendapatkan nilai dengan 74. Nilai terendah yang di peroleh
kelas eksperimen adalah 43, sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai terendah
29. Nilai tertinggi di peroleh kelas eksperimen 96 dan kelas kontrol 82, kelas
eksperimen lebih unggul dari kelas kontrol dalam mencapai nilai tertinggi. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis pada
kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
berpikir logis matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan
indikator disajikan dalam Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4
Perbandingan Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Eksperimen Kontrol
Skor
No. Indikator Skor Skor
Ideal ̅ % ̅ %
Siswa Siswa
Mengidentifikasi
hubungan antar fakta
1 12 300 7,5 62,5 265 6,31 52,58
dalam menyelesaikan
masalah
Menyelesaikan
2 permasalahan dengan 8 267 6,68 83,44 223 5,31 66,37
memberikan alasan
Membuat kesimpulan
3 berdasarkan keserupaan 8 220 5,5 68,75 191 4,55 56,85
dua proses
dua proses kelas eksperimen sebesar 68,75%, sedangkan kelas kontrol sebesar
56,85%. Hal ini menunjukan kelas eksperimen lebih mampu membuat kesimpulan
dari permasalahan yang diberikan.
Indikator yang mendapat pencapaian tertinggi baik pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol adalah indikator menyelesaikan permasalahan dengan
memberikan alasan. Presentase skor yang dicapai kelas eksperimen sebesar
83,44%, sedangkan nilai yang dicapai kelas kontrol sebesar 66,37%. Terdapat
selisih yang cukup besar antara pencapaian kedua kelas yaitu sebesar 17,07%.
Selisih ini menunjukkan bahwa meskipun pencapaian kedua kelas pada indikator
ini adalah yang tertinggi dibanding indikator lain, namun terdapat perbedaan
kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam memberikan alasan.
Perbedaan tersebut tidak terlepas dari perbedaan perlakuan selama pembelajaran
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan teknik scaffolding yang
memfasilitasi siswa untuk dapat mengemukakan alasan pada jawaban yang
mereka berikan.
Secara lebih jelas presentase skor rata-rata siswa berdasarkan indikator
kemampuan berpikir logis matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
disajikan dalam diagram berikut ini.
90
80
70
60
50
40 eksperimen
30 kontrol
20
10
0
Mengidentifikasi Memberikan Membuat
alasan Kesimpulan indikator
Gambar 4.2
Presentase Skor Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Logis
48
B. Analisis Data
1. Hasil Pengujian Persyaratan Analisis
1) Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini,
uji normalitas yang digunakan adalah uji Chi-kuadrat yang diukur pada taraf
signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil perhitungan uji normalitas pada kelas eksperimen, diperoleh nilai
, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square ( ) dengan
derajat kebebasan 3 diperoleh untuk jumlah sampel 40 pada taraf
signifikansi =5% adalah 7,82. Hasil dari kurang dari sama dengan
( ), maka ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima, artinya data
yang terdapat pada kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi
normal (lampiran 25).
Perhitungan yang sama dilakukan pada kelas kontrol, diperoleh nilai
, sedangkan dari tabel harga kritis uji Chi-Square ( ) dengan
derajat kebebasan 3 diperoleh untuk jumlah sampel 42 pada taraf
signifiknasi adalah 7,81. Hasil dari kurang dari (
) , maka H0 diterima, artinya data yang terdapat pada kelas eksperimen
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (lampiran 26).
Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Logis Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Taraf
Kelas N hitung tabel Kesimpulan
Signifikan
Berdistribusi
Eksperimen 40 0,05 4,73 7,82
Normal
Berdistribusi
Kontrol 42 0,05 7,73 7,82
Normal
49
Berdasarkan Tabel 4.5, hitung pada kedua kelas kurang dari tabel maka
dapat disimpulkan bahwa data sampel kedua kelas berasal dari populasi
berdistribusi normal.
Eksperimen 40 147,67
1,52 1,69 Homogen
Kontrol 42 223,90
Mengacu pada kriteria pengujian yang telah ditetapkan, karena nilai hitung
= 0,05
1,99 4,59
Gambar 4.3
Kurva Uji Perbedaan Rata-Rata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
51
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Indikator Mengindentifikasi
Taraf
Kelompok N hitung tabel Kesimpulan
Signifikan
Tidak
Eksperimen 40 0,05 12,30 7,82 Berdistribusi
Normal
Tidak
Kontrol 42 0,05 19,51 7,82 Berdistribusi
Normal
Dari hasil uji persyaratan untuk kenormalan data ternyata hasil yang
diperoleh adalah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh data yang
tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, pengujian hipotesis akan
menggunakan pengujian statistik non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga U1 = 617,5 dan U2 = 1.063
sehingga niali U yang dipilih dari nilai yang terkecil yaitu 617,5. Kemudian
diperoleh harga = 840 dan harga =108, sehingga diperoleh harga =
-2,059 dengan taraf signifikasi , maka didapat harga = 1,99. Hal
ini menunjukkan menunjukkan bahwa harga lebih besar dari
(lampiran 29 dan 30).
Tabel 4.9
Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji Mann-Whitney
Indikator Mengindentifikasi
Statistik Skor Kesimpulan
Rata-rata Uji Mann-Whitney
840
( )
Standar Deviasi Uji Mann-
108
Whitney ( )
H0 ditolak
Uji Mann-Whitney (U) 617,5
-2,059
0,0197
Pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata yang diwakili dengan tiga
soal pada indikator pertama yaitu 63, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata
nilainya 53. Kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Terlihat pada Tabel 4.9 lebih besar dari (0,0197 0,05),
53
yang artinya tolak . Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ditolak, sedangkan
diterima. menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir logis
matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan berbasis
masalah dengan teknik scaffolding pada indikator mengidentifikasi hubungan
antar fakta dalam menyelesaikan masalah lebih tinggi dari pada siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional dengan taraf signifikansi 5%.
Pada Tabel 4.10 diperoleh kesimpulan kedua kelas berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal, dan langkah selanjutnya dilakukan uji hipotesis
dengan menggunakan uji non-parametrik uji Mann-Whitney (uji U).
Perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan uji Mann-Whitney diperoleh
U1 = 447, dan U2 = 1.233 sehingga nilai U yang dipilih dari nilai terkecil adalah
54
Tabel 4.13
Hasil Uji Perbedaan dengan Statistik Uji Mannn-Whitney
Indikator Membuat Kesimpulan
Statistik Skor Kesimpulan
Rata-rata Uji Mann-Whitney
840
( )
Standar Deviasi Uji Mann-
108
Whitney ( )
H0 ditolak
Uji Mann-Whitney (U) 521,5
-2,95
0,00159
Gambar 4.4
Contoh LKS Kelas Eksperimen
60
Gambar 4.6
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 3
Siswa pada kelas kontrol menjawab dengan benar, namun sangat singkat
tanpa ada keterangan, tidak ada diketahui yang mana sudut luar dan sudut dalam.
Pada soal tertera bahwa berikan cara untuk mendapatkan sudut ∠ EDF, kelas
eksperimen dengan sistematis menyantumkan bagaimana cara, sehingga mendapat
∠ EDF. Sebelum mendapatkan ∠ EDF terlebih dahulu mencari 180 sudut
berpelurus, lalu 180 untuk jumlah ketiga sudut segitiga. Pada kelas kontrol
menjawab betul, namun tidak tertera dengan jelas yang mana sudut berpelurus dan
yang mana sudut jumlah ketiga segitiga.
Hal ini disebabkan karena pada saat pembelajaran, siswa kelas eksperimen
yang menggunakan pendekatan PBM dengan teknik scaffolding terutama pada
tahap mengidentifikasi proses pemecahan masalah siswa dituntut untuk
mengetahui dari mana jawabannya berasal, sehingga dapat secara jelas
mengatakan bahwa ada 180 untuk sudut berpelurus dan ada 180 untuk jumlah
ketiga sudut segitiga. Siswa juga terbiasa menyelesaikan masalah-masalah
identifikasi dan memeriksa hubungan yang terkait dengan yang diketahui pada
permasalahan yang ada. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir logis
matematis siswa kelas eksperimen untuk indikator mengidentifikasi hubungan
antar fakta dalam menyelesaikan masalah lebih tinggi daripada siswa kelas
kontrol.
menggunakan jawaban dari soal nomor 7 untuk di bahas dan analisis di kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Soal nomor 7
Lukislah ΔABC apabila diketahui ∠ACB = 45° , ̅̅̅̅ = 8 cm dan ∠B =
60°. Dilihat dari sudutnya, segitiga apakah yang terbentuk? Berikan alasan!
Berikut ini contoh jawaban siswa yang menjawab dengan benar dari kedua kelas.
Gambar 4.7
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 7
Gambar 4.8
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 7
Gambar 4.9
Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Soal Nomor 2
65
Gambar 4.10
Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Soal Nomor 2
tidak sebesar pada indikator kedua dan ketiga. Dengan demikian, maka siswa
yang diajar dengan pendekatan PBM dengan teknik scaffolding memiliki
kemampuan berpikir logis matematis yang lebih baik dibandingkan siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional.
D. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya telah
dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal.
Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor yang sulit dikendalikan
sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya.:
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada pokok bahasan bangun datar segitiga
saja, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Penelitian dilakukan hanya dalam waktu sekitar satu bulan, sehingga pengaruh
pembelajaran matematika dengan pendekatan PBM dengan teknik scaffolding
terhadap kemampuan berpikir logis masih kurang maksimal.
3. Kontrol terhadap kemampuan subjek penelitian hanya meliputi variabel
pendekatan PBM dengan teknik scaffolding, kemampuan berpikir logis
matematis, dan hasil belajar matematika siswa sedangkan aspek lain seperti
minat, motivasi, inteligensi, lingkungan belajar, dan lain-lain tidak dapat
terkontrol. Hasil penelitian dapat saja dipengaruhi variabel lain di luar variabel
yang ditetapkan dalam penelitian ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Kemampuan berpikir logis siswa kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan PBM dengan teknik scaffolding memiliki rata-rata
70,85. Presentase kemampuan berpikir logis siswa pada indikator
mengidentifikasi dan memeriksa hubungan antar fakta dalam menyelesaikan
masalah mencapai 62,5%, kemampuan menyelesaikan permasalahan dengan
memberikan alasan mencapai 83,44%, serta kemampuan membuat kesimpulan
berdasarkan keserupaan dua proses mencapai 68,75%. Pendekatan PBM
dengan teknik scaffolding membiasakan siswa menghadapi masalah, sehingga
dapat mengkonstruksi masalahnya sendiri dan mengungkapkan idenya, serta
dibimbing untuk dapat memahami masalah dan mempertanggungjawabkan
jawabannya dengan memberikan alasan yang jelas dan sistematis.
2. Kemampuan berpikir logis siswa yang pembelajarannya dilakukan secara
konvensional memiliki rata-rata 57. Presentase kemampuan berpikir logis
siswa pada indikator mengidentifikasi dan memeriksa hubungan antar fakta
dalam menyelesaikan masalah mencapai 52,58%, kemampuan menyelesaikan
permasalahan dengan memberikan alasan mencapai 66,37%, dan kemampuan
membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses mencapai 56,85%.
Pada pembelajaran konvensional, siswa tidak terbiasa mengkonstruksi
masalahnya sendiri, hanya terbiasa dengan apa yang diberikan oleh guru, dan
kurang berpartisipasi dalam pembelajaran, karena pembelajaran berpusat pada
guru sehingga kemampuan berpikir logis matematis tidak berkembang.
3. Berdasarkan hasil analisis post test kemampuan berpikir logis matematis siswa
yang dilakukan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan PBM dengan teknik scaffolding memiliki
kemampuan berpikir logis matematis yang lebih tinggi daripada siswa yang
67
68
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa saran dari
penulis terkait penelitian ini, di antaranya:
1. Bagi guru matematika dalam menerapkan pendekatan PBM dengan teknik
Scaffolding di kelas hendaknya dilakukan persiapan yang matang baik dari
segi alokasi waktu, bahan ajar yang digunakan dan pengkondisian kelas,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.
2. Bagi siswa diharapkan lebih aktif dalam mengemukakan gagasannya dalam
mengidentifikasi dan mampu memberikan alasan secara lebih rinci, serta
membuat kesimpulan sehingga kemampuan berpikir logis matematis semakin
berkembang baik.
3. Bagi pihak sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan dalam hal
memaksimalkan sarana dan prasarana sekolah agar guru dapat menerapkan
berbagai jenis strategi dan metode pembelajaran, khususnya pendekatan PBM
dengan teknik scaffolding sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir logis matematis siswa.
4. Penelitian ini hanya ditunjukan pada materi bangun datar segitiga, oleh karena
itu sebaiknya penelitian juga dilakukan pada materi matematika lainnya. Bagi
69
70
71
3. Apakah segiempat ABCD suatu jajargenjang, jika besar ∠ABC = 60°, ukuran
∠BCD = 120°, ukuran CDA = 65°, dan ukuran ∠DAB = 115° ? Berilah
alasan!
4. Seorang pak tani membeli sepetak sawah berbentuk persegi panjang dengan
ukuran panjang 30 m dan lebar 25 m. Pak tani membeli per m2 seharga Rp.
600.000,00. Kesimpulan apa yang kamu peroleh dari jumlah uang yang harus
dikeluarkan pak tani?
A. Distribusi Frekuensi
31 75 63 75 25 44 38 38 50
56 38 63 31 56 44 19 31 38
25 69 63 56 63 44 50 50
25 75 44 75 44 63 44 50
69 63 50 31 56 44 44 44
Keterangan:
R = Rentang
= Nilai maksimum (tertinggi)
= Nilai minimum (terendah)
3. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (40)
= 1 + 3,3 (1,623)
= 6,356
≈6
Keterangan:
K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
4. Panjang Kelas (P)
77
Lampiran 3
Keterangan:
̅ = Mean/nilai rata-rata
∑ = Jumlah dari hasil perkalian titik tengah dengan frekuensi
∑ = jumlah frekuensi/banyak siswa
78
Lampiran 4
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
Indikator :
1. Mengidentifikasi pengertian segitiga menurut panjang sisi dan besar sudutnya.
2. Menerapkan pengertian segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Menentukan jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya.
2. Menentukan jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
3. Menerapkan pengertian segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
Materi Ajar :
Segitiga
1. Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi-sisinya.
2. Jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
3. Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudutnya.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 1. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa
dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
2. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa untuk
menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa.
3. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan /atau
pekerjaan rumah.
4. Memotivasi dan memberikan informasi tentang
15’
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran tentang segitiga, serta
metode yang akan dilaksanakan.
5. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu
siswa, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sederhana mengenai benda segitiga yang ada di
sekitar.
6. Siswa membentuk kelompok heterogen sesuai
pembagian kelompok yang telah direncanakan oleh
80
Lampiran 4
guru.
Kegiatan 6. Orientasi siswa pada masalah
Inti (a) Guru mengajukan contoh masalah segitiga dalam
kehidupan sehari-hari yang tertera pada Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang sudah dibagikan tentang
pengertian segitiga.
(b) Siswa mengamati (membaca) dan memahami
masalah secara individu dan mengajukan hal-hal
yang belum dipahami terkait pengisian atau
pertanyaan yang ada pada LKS.
(c) Siswa mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi, guru sebagai pembimbing dan
fasilitator.
(d) Siswa lainnya memberikan tanggapan, dengan
guru mengarahkan jawaban siswa bahwa bangun
segitiga dan segi empat banyak berada di sekitar
50’
kita.
(e) Siswa mengamati gambar-gambar segitiga dan
pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS, lalu
menuliskan informasi yang terdapat dari masalah
tersebut secara teliti dengan menggunakan bahasa
sendiri.
7. Mengorganisasikan siswa belajar
(a) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja,
mencermati dan menemukan berbagai kesulitan
yang dialami siswa, serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dalam pengisian.
(b) Guru memberikan kata kunci yang berkaitan
dengan memahami tinggi pada segitiga agar siswa
mengerti apa yang harus dituliskan dalam
menjawabnya.
81
Lampiran 4
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket, LKS, LCD.
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya
Indikator :
3. Menerapkan sifat-sifat segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
4. Menyimpulkan pengertian sifat-sifat segitiga.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat
1. Menerapkan sifat-sifat segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
2. Menyimpulkan pengertian sifat-sifat segitiga.
Materi Ajar :
Segitiga
85
Lampiran 4
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 7. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam, berdoa
dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
8. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa untuk
menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa dan penggaris.
9. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan /atau
pekerjaan rumah.
10. Memotivasi dan memberikan informasi tentang
kompetensi, manfaat, dan langkah pembelajaran serta 15’
metode yang akan dilaksanakan manfaat serta tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan materi sifat-sifat
segitiga istimewa yang akan dipelajari.
11. Siswa membentuk kelompok heterogen sesuai
pembagian kelompok yang telah direncanakan oleh
guru.
Kegiatan 13. Orientasi siswa pada masalah
Inti (f) Guru mengajukan pertanyaan yang mengarahkan
ke selanjutnya tentang sifat-sifat segitiga agar
siswa lebih bersemangat untuk menemukan sendiri
sifat apa saja yang ada pada segitiga istimewa.
86
Lampiran 4
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket, LKS, LCD.
Depok, April 2015
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
Indikator :
5. Menghitung jumlah ukuran sudut segitiga.
6. Menentukan ketaksamaan sisi segitiga.
7. Menghitung sudut luar dan dalam suatu segitiga.
8. Menyimpulkan hubungan sudut dan sisi pada segitiga.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Menghitung jumlah ukuran sudut segitiga.
2. Menentukan ketaksamaan sisi segitiga.
3. Menghitung sudut luar dan dalam suatu segitiga.
4. Menyimpulkan hubungan sudut dan sisi pada segitiga.
Materi Ajar :
Segitiga
5. Jumlah ukuran sudut segitiga.
6. Ketidaksamaan sisi-sisi segitiga.
7. Hubungan antara sudut dan sisi segitiga.
8. Hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 12. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam,
berdoa dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
13. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa, penggaris, busur
derajat dan gunting.
14. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan /atau
pekerjaan rumah.
15. Memotivasi dan memberikan informasi tentang 15’
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran, serta metode yang akan
dilaksanakan.
16. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin
tahu siswa, guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sederhana mengenai apakah jumlah setiap sudut pada
segitiga selalu sama atau tidak.
91
Lampiran 4
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket, LKS, LCD.
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator :
9. Mengidentifikasi rumus keliling dan luas segitiga.
10. Menghitung luas segitiga.
11. Menentukan kekeliling segitiga.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Mengidentifikasi rumus keliling dan luas segitiga.
2. Menghitung luas segitiga.
3. Menentukan kekeliling segitiga.
Materi Ajar :
Segitiga
9. Keliling segitiga.
10. Luas segitiga
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 18. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam,
berdoa dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
19. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku berpetak, penggaris, dan
gunting.
20. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan
15’
memeriksa pekerjaan rumah.
21. Memotivasi dan memberikan informasi tentang
kompetensi, ruang lingkup materi tentang keliling
dan luas segitiga, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran serta metode yang akan dilaksanakan.
22. Siswa membentuk kelompok heterogen sesuai
pembagian kelompok yang telah direncanakan oleh
guru.
Kegiatan 27. Orientasi siswa pada masalah
Inti (o) Guru memeperjelas masalah bahwa untuk mencari
97
Lampiran 4
sudah benar.
(l) Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain
yang mempunyai jawaban berbeda dari kelompok
penyaji pertama untuk mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompoknya secara runtun, sistematis,
santun, dan hemat waktu. Apabila ada lebih dari
satu kelompok, maka siswa bermusyawarah
menentukan urutan penyajian.
32. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi tiap
kelompok.
33. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan semua
siswa pada kesimpulan yang telah dipelajari hari ini.
Kegiatan 11. Siswa menyimpulkan rumus keliling dan luas
Penutup segitiga, dengan bimbingan guru.
12. Guru memberikan latihan beberapa soal
mengenai penerapan tentang segitiga yang sudah 15’
diperoleh.
13. Memberitahukan materi pertemuan selanjutnya
agar siswa dapat membaca sekilas materi tersebut.
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket, LKS, LCD.
100
Lampiran 4
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.4. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
Indikator :
12. Melukis segitiga siku-siku.
13. Melukis segitiga samakaki.
14. Melukis segitiga samasisi.
15. Mengidentifikasi macam segitiga berdasarkan sisi dan sudut.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Melukis segitiga siku-siku.
2. Melukis segitiga samakaki.
3. Melukis segitiga samasisi.
4. Mengidentifikasi macam segitiga berdasarkan sisi dan sudut.
Materi Ajar :
Segitiga
11. Melukis segitiga siku-siku.
12. Melukis segitiga samasisi.
13. Melukis segitiga samkaki.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 23. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam,
berdoa dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
24. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa.
25. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan /atau
pekerjaan rumah.
26. Memotivasi dan memberikan informasi tentang
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, 15’
dan langkah pembelajaran tentang melukis segitiga
siku-siku, samasisi dan samakaki, serta metode yang
akan dilaksanakan.
27. Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin
tahu siswa, guru mengajukan kembali pertanyaan-
pertanyaan mengenai sifat-sifat segitiga yang
sebelumnya pernah dipelajari.
28. Siswa membentuk kelompok heterogen sesuai
103
Lampiran 4
kelompok
(p) Siswa menggambar segitiga dan melihat
hubungan-hubungan berdasarkan informasi/data
terkait membangun.
(q) Siswa mendiskusikan cara yang digunakan untuk
menemukan semua kemungkinan dari masalah
tersebut, dengan melukis segitiga yang sudut dan
sisinya sudah diketahui. Guru membantu
mengarahkan pertanyaan yang mengarah ke
langkah apa selanjutnya yang akan dilakukan.
(r) Siswa dapat menyampaikan semua ide yang
dimiliki dalam upaya pemecahan masalah.
37. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(q) Siswa menyiapkan hasil diskusi kelompok secara
rapi, rinci, dan sistematis.
(r) Guru berkeliling mencermati siswa bekerja
menyusun hasil diskusi, dan memberi bantuan jika
ada siswa yang masih bingung.
(s) Guru menunjuk beberapa siswa untuk
memaparkan hasil diskusinya.
(t) Siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan
menunjukkan gambar yang dibuat, sedangkan
kelompok lain mengamati dan menyusun argumen
jika ada yang berbeda dari yang disampaikan
kelompok penyaji.
38. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
(m) Siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi kelompok penyaji dengan
sopan.
(n) Siswa mengevaluasi jawaban kelompok penyaji
105
Lampiran 4
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
106
Lampiran 4
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.4. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
Indikator :
16. Melukis garis tinggi segitiga.
17. Melukis garis bagi segitiga.
18. Menyimpulkan pengertian garis tinggi dan garis bagi pada segitiga.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Melukis garis tinggi segitiga.
2. Melukis garis bagi segitiga.
3. Menyimpulkan pengertian garis tinggi dan garis bagi pada segitiga.
Materi Ajar :
Segitiga
108
Lampiran 4
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.4. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
Indikator :
19. Melukis garis berat segitiga.
20. Melukis garis sumbu segitiga.
21. Menyimpulkan pengertian garis berat dan garis sumbu pada segitiga.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat :
1. Melukis garis berat segitiga.
2. Melukis garis sumbu segitiga.
3. Menyimpulkan pengertian garis berat dan garis sumbu pada segitiga.
Materi Ajar :
Segitiga
113
Lampiran 4
Langkah-langkah Pembelajaran :
Tahap
Deskripsi Kegiatan Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 34. Mengkondisikan kelas (mengucapkan salam,
berdoa dan mempersiapkan buku / bahan ajar).
35. Mengecek kehadiran siswa dan meminta siswa
untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, misalnya buku siswa, dan alat untuk
melukis garis pada segitiga.
36. Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya dan /atau
pekerjaan rumah.
37. Memotivasi dan memberikan informasi tentang
15’
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat,
dan langkah pembelajaran tentang melukis garis berat
dan garis sumbu segitiga, serta metode yang akan
dilaksanakan.
38. Sebagai apersepsi, guru mengajukan pertanyaan
apakah masih ada yang belum mengerti cara
menggunakan jangka atau busur.
39. Siswa membentuk kelompok heterogen sesuai
pembagian kelompok yang telah direncanakan oleh
guru.
114
Lampiran 4
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket, LKS, LCD.
117
Lampiran 4
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar :
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
Indikator :
22. Mengidentifikasi pengertian segitiga menurut panjang sisi dan besar sudutnya.
23. Menerapkan pengertian segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
Tujuan Pembelajaran :
Setelah proses pembelajaran selesai, peserta siswa dapat:
4. Menentukan jenis segitiga berdasarkan panjang sisinya.
5. Menentukan jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
6. Menerapkan pengertian segitiga dalam menyelesaikan masalah dengan
memberikan alasan.
Materi Ajar :
Segitiga
18. Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi-sisinya.
19. Jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya.
20. Jenis-jenis segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudutnya.
dipahami.
2. Guru memberikan koreksi, tambahan atau penguatan untuk meluruskan
pemahaman siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
1. Siswa bersama dengan guru melakukan refleksi, dan mereview kembali
proses pembelajaran yang telah berlangsung.
2. Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.
3. Guru memberikan PR dari buku pegangan siswa.
Sumber/Media Belajar :
Sumber belajar : Dewi N, Tri W. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Atik W, Endah B, R. Sulaiman. Matematika Contextual
Teaching and Learning. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
Rosida Manik, Dame. Penunjang Belajar Matematika untuk
SMP. Jakarta: Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.
Media Belajar : Spidol, papan tulis, buku paket.
Kelompok :
Nama Anggota :
Tujuan pembelajaran
Petunjuk soal
3. Kerjakan bersama teman kelompok kamu, kerjakan dengan baik dan jelas.
4. Jika masih terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan diskusi kelompok,
gambar berikut
Perhatikan sisi-sisinya, ada berapa sisi yang membentuk segitiga ABC? ___________________
Dari informasi yang didapatkan tersebut, apa yang bisa kalian simpulkan tentang segitiga?
Jika alasnya = AB , maka tingginya adalah ______ (AB tegak lurus ___ )
Jika alasnya = BC , maka tingginya adalah ______ (BC tegak lurus ___ )
Jika alasnya = AC , maka tingginya adalah ______ (AC tegak lurus ___ )
Jadi, pada suatu segitiga setiap sisinya dapat dipandang sebagai alas, dimana tinggi tegak lurus
alas.
Dari gambar dan uraian tersebut, apa yang dapat kalian simpulkan?
Materi : Segitiga.
Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
Kompetensi Dasar : 6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya.
6.3. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
6.4. Melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu.
1. Diketahui:
tutup piano disangga oleh sebuah tongkat penyangga dengan dasar piano =
(8x-1)
besarnya sudut antara piano dengan tutup piano = (4x+7)
tutup piano dengan penyangga = 90
Ditanya :
jumlah ukuran sudut penyangga piano dengan dasar piano dan tutup piano
yang membentuk sudut siku-siku dengan penyangga?
Jawab :
Jumlah ketiga sudut segitiga adalah maka
( ) ( )
3. Diketahui :
ukuran sudut luar ∠ EFG
ukuran sudut dalam ∠ DEF
Ditanya :
cara mencari ∠ EDF dan ukuran ∠ EDF ?
Jawab :
untuk mencari ∠ EDF terlebih dahulu harus mengetahui sudut dalam ∠ DFE.
Mencari sudut dalam ∠ DFE dengan cara mencari sudut berpelurus ∠ DFG
yaitu
∠ DFG = ∠ DFE + ∠ EFG
∠ DFE
Jumlah ketiga sudut segitiga adalah maka
∠ EDF + ∠ DFE + ∠ DEF
∠ EDF ( )
Jadi ukuran ∠ EDF adalah
4. Ada, karena panjang pagar merupakan keliling dari kebun, dan untuk setiap
meternya terkena biaya pemasangan sebesar Rp25.000,00, maka keliling
kebun di kali dengan Rp25.000,00 untuk mengetahui keseluruhan biaya yang
harus Pak Budi keluarkan.
5. Diketahui :
Harga rumput jenis x per meter
Harga rumput jenis y per meter
̅̅̅̅
̅̅̅̅
Ditanya :
biaya yang dibutuhkan untuk membeli rumput taman tersebut
Jawab :
LΔ taman x
162
Lampiran 9
L persegi panjang
L taman y
Biaya yang harus dikeluarkan untuk rumput jenis x :
Jadi biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli rumput taman tersebut
adalah :
6. Sudut terbesar akan berhadapan dengan sisi terpanjang, dan sudut terkecil
akan berhadapan dengan sisi terpendek. Semakin besar sudutnya, maka akan
semakin panjang sisi yang berhadapan dengannya, begitu pula sebaliknya.
S1 10 S20 17
S2 16 S21 18
S3 13 S22 5
S4 15 S23 15
S5 15 S24 7
S6 8 S25 9
S7 7 S26 17
S8 6 S27 15
S9 5 S28 10
S10 7 S29 10
S11 8 S30 10
S12 8 S31 16
S13 8 S32 16
S14 8 S33 13
S15 23 S34 9
S16 18 S35 6
S17 3 S36 14
S18 7 S37 7
S19 4 S38 8
164
Lampiran 11
Nama
Siswa
S35 0 0 6 36 0
S36 1 1 14 196 14
S37 0 0 7 49 0
S38 1 1 8 64 8
∑ 64 182 411 5295 834
∑ (∑ )(∑ )
√[ ∑ (∑ ) ][ ∑ (∑ ) ]
( )( ) ( )( )
√[( )( ) ( ) ][( )( ) ( ) ]
√[ ][ ]
√[ ][ ]
BUTIR SOAL Y
No NAMA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1. S1 1 1 1 2 2 1 2 10
2. S2 4 4 2 4 0 1 1 16
3. S3 3 1 3 1 1 1 3 13
4. S4 1 3 4 2 2 2 1 15
5. S5 4 4 1 1 2 1 2 15
6. S6 0 1 3 0 1 0 3 8
7. S7 1 1 1 1 1 1 1 7
8. S8 1 1 1 1 0 1 1 6
9. S9 1 1 1 0 1 1 0 5
10. S10 0 1 0 1 1 1 3 7
11. S11 1 2 1 2 0 1 1 8
12. S12 1 2 1 2 1 0 1 8
13. S13 1 1 1 2 1 1 1 8
14. S14 1 0 0 2 1 1 3 8
15. S15 4 4 4 4 2 1 4 23
16. S16 4 3 2 2 1 3 3 18
17. S17 1 2 0 0 0 0 0 3
18. S18 0 1 1 1 1 1 2 7
19. S19 1 1 1 1 0 0 0 4
20. S20 3 3 3 2 2 1 3 17
21. S21 0 4 3 4 3 3 1 18
22. S22 2 1 0 1 0 0 1 5
23. S23 3 4 1 4 0 1 2 15
24. S24 1 2 0 1 1 1 1 7
25. S25 2 3 1 0 1 1 1 9
26. S26 4 4 3 0 1 1 4 17
27. S27 4 3 2 2 0 1 3 15
28. S28 2 1 1 4 1 0 1 10
29. S29 0 2 3 1 2 1 1 10
30. S30 3 3 1 0 2 1 0 10
31. S31 2 3 2 4 1 3 1 16
32. S32 0 3 4 3 2 1 3 16
33. S33 2 3 1 2 1 1 3 13
34. S34 4 0 1 2 0 1 1 9
35. S35 0 2 0 2 0 0 2 6
36. S36 1 2 2 3 1 2 3 14
167
Lampiran 12
37. S37 0 1 1 1 1 1 2 7
38. S38 1 1 1 1 0 1 3 8
Jumlah 64 79 58 66 37 39 68 411
r hitung
0.56 0.77 0.74 0.60 0.49 0.59 0.53
(Pearson)
r tabel 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32 0.32
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
Kriteria
168
Lampiran 13
( )
* +* +
[ ][ ]
BUTIR SOAL
No NAMA Y Y2
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 S1 1 1 1 2 2 1 2 10 100
2 S2 4 4 2 4 0 1 1 16 256
3 S3 3 1 3 1 1 1 3 13 169
4 S4 1 3 4 2 2 2 1 15 225
5 S5 4 4 1 1 2 1 2 15 225
6 S6 0 1 3 0 1 0 3 8 64
7 S7 1 1 1 1 1 1 1 7 49
8 S8 1 1 1 1 0 1 1 6 36
9 S9 1 1 1 0 1 1 0 5 25
10 S10 0 1 0 1 1 1 3 7 49
11 S11 1 2 1 2 0 1 1 8 64
12 S12 1 2 1 2 1 0 1 8 64
13 S13 1 1 1 2 1 1 1 8 64
14 S14 1 0 0 2 1 1 3 8 64
15 S15 4 4 4 4 2 1 4 23 529
16 S16 4 3 2 2 1 3 3 18 324
17 S17 1 2 0 0 0 0 0 3 9
18 S18 0 1 1 1 1 1 2 7 49
19 S19 1 1 1 1 0 0 0 4 16
20 S20 3 3 3 2 2 1 3 17 289
21 S21 0 4 3 4 3 3 1 18 324
22 S22 2 1 0 1 0 0 1 5 25
23 S23 3 4 1 4 0 1 2 15 225
24 S24 1 2 0 1 1 1 1 7 49
25 S25 2 3 1 0 1 1 1 9 81
26 S26 4 4 3 0 1 1 4 17 289
27 S27 4 3 2 2 0 1 3 15 225
28 S28 2 1 1 4 1 0 1 10 100
29 S29 0 2 3 1 2 1 1 10 100
30 S30 3 3 1 0 2 1 0 10 100
31 S31 2 3 2 4 1 3 1 16 256
170
Lampiran 14
BUTIR SOAL
No NAMA Y Y2
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
32 S32 0 3 4 3 2 1 3 16 256
33 S33 2 3 1 2 1 1 3 13 169
34 S34 4 0 1 2 0 1 1 9 81
35 S35 0 2 0 2 0 0 2 6 36
36 S36 1 2 2 3 1 2 3 14 196
37 S37 0 1 1 1 1 1 2 7 49
38 S38 1 1 1 1 0 1 3 8 64
∑ 64 79 58 66 37 39 68 411 5295
1.95 1.44 1.35 1.56 0.60 0.55 1.27
∑ 8.74
22.36
r 0.7107
Kriteria BAIK
171
Lampiran 15
( )( )
BUTIR SOAL
NO NAMA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1 S1 1 1 1 2 2 1 2
2 S2 4 4 2 4 0 1 1
3 S3 3 1 3 1 1 1 3
4 S4 1 3 4 2 2 2 1
5 S5 4 4 1 1 2 1 2
6 S6 0 1 3 0 1 0 3
7 S7 1 1 1 1 1 1 1
8 S8 1 1 1 1 0 1 1
9 S9 1 1 1 0 1 1 0
10 S10 0 1 0 1 1 1 3
11 S11 1 2 1 2 0 1 1
12 S12 1 2 1 2 1 0 1
13 S13 1 1 1 2 1 1 1
14 S14 1 0 0 2 1 1 3
15 S15 4 4 4 4 2 1 4
16 S16 4 3 2 2 1 3 3
17 S17 1 2 0 0 0 0 0
18 S18 0 1 1 1 1 1 2
19 S19 1 1 1 1 0 0 0
20 S20 3 3 3 2 2 1 3
21 S21 0 4 3 4 3 3 1
22 S22 2 1 0 1 0 0 1
23 S23 3 4 1 4 0 1 2
24 S24 1 2 0 1 1 1 1
25 S25 2 3 1 0 1 1 1
26 S26 4 4 3 0 1 1 4
27 S27 4 3 2 2 0 1 3
28 S28 2 1 1 4 1 0 1
29 S29 0 2 3 1 2 1 1
30 S30 3 3 1 0 2 1 0
31 S31 2 3 2 4 1 3 1
32 S32 0 3 4 3 2 1 3
33 S33 2 3 1 2 1 1 3
34 S34 4 0 1 2 0 1 1
35 S35 0 2 0 2 0 0 2
36 S36 1 2 2 3 1 2 3
173
Lampiran 16
BUTIR SOAL
NO NAMA
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
37 S37 0 1 1 1 1 1 2
38 S38 1 1 1 1 0 1 3
∑ 64 79 58 66 37 39 68
Skor Maks 152 152 152 152 152 152 152
TK 0.42 0.52 0.38 0.43 0.24 0.26 0.45
Kriteria
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sukar
Sukar
174
Lampiran 17
Untuk perhitungan daya beda butir soal nomor 2 dan seterusnya dilakukan dengan
cara yang sama seperti perhitungan daya beda soal nomor 1.
175
Lampiran 18
NOMOR SOAL Y
KELOMPOK NAMA
1 2 3 4 5 6 7
S28 4 4 4 4 2 1 4 23
S30 4 3 2 2 1 3 3 18
S25 0 4 3 4 3 3 1 18
S24 3 3 3 2 2 1 3 17
S12 4 4 3 0 1 1 4 17
S26 4 4 2 4 0 1 1 16
ATAS
S37 2 3 2 4 1 3 1 16
S7 0 3 4 3 2 1 3 16
S16 1 3 4 2 2 2 1 15
S23 4 4 1 1 2 1 2 15
S6 3 4 1 4 0 1 2 15
S34 4 3 2 2 0 1 3 15
Jumlah 33 42 31 32 16 19 28
S17 1 1 1 1 0 1 3 8
S4 1 1 1 1 1 1 1 7
S32 0 1 0 1 1 1 3 7
S36 0 1 1 1 1 1 2 7
S10 1 2 0 1 1 1 1 7
S22 0 1 1 1 1 1 2 7
BAWAH
S20 1 1 1 1 0 1 1 6
S18 0 2 0 2 0 0 2 6
S21 1 1 1 0 1 1 0 5
S29 2 1 0 1 0 0 1 5
S14 1 1 1 1 0 0 0 4
S31 1 2 0 0 0 0 0 3
Jumlah 9 15 7 11 6 8 16
Daya Pembeda 0.50 0.56 0.50 0.44 0.21 0.23 0.25
CUKUP
CUKUP
CUKUP
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
Kriteria
176
Lampiran 19
C. Distribusi Frekuensi
64 64 71 75 75 57 71 64
82 82 79 82 43 46 71 79
96 75 71 54 89 46 75 68
71 79 61 64 93 75 71 75
82 61 43 71 64 71 68 79
Keterangan:
R = Rentang
= Nilai maksimum (tertinggi)
= Nilai minimum (terendah)
7. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (40)
= 1 + 3,3 (1,602)
= 6,287
≈6
Keterangan:
K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
8. Panjang Kelas (P)
179
Lampiran 21
Keterangan:
̅ = Mean/nilai rata-rata
∑ = Jumlah dari hasil perkalian titik tengah dengan frekuensi
∑ = jumlah frekuensi/banyak siswa
Me ( )
( )
Keterangan:
Me = Median/nilai tengah
= Batas bawah dari kelas median
= Jumlah frekuensi/banyak siswa
180
Lampiran 21
Mo ( )
( )
Keterangan :
Mo = Modus/nilai yang paling sering muncul
= Batas bawah kelas modus
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
= Interval kelas
G. Perhitungan Varians ( )
∑ (∑ )
( )
( )( ) ( )
( )( )
Keterangan :
= Varians
= Jumlah frekuensi/banyak siswa
∑ = Jumlah hasil perkalian frekuensi dengan kuadrat dari titik tengah
∑ = Jumlah hasil perkalian frekuensi dengan titik tengah
I. Perhitungan Kemiringan ( )
̅
Kesimpulan :
Karena nilai kemiringan berharga negatif, maka distribusi data miring negatif
atau landai kiri. Artinya kecenderungan data mengumpul di atas rata-rata.
J. Perhitungan Ketajaman ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
Sehingga :
( ) ( ) ( )
( )
Karena maka model kurva datar (platikurtis)
182
Lampiran 22
K. Distribusi Frekuensi
57 75 68 71 43 43 43 82 57
64 50 57 32 79 43 39 29 43
46 75 68 54 64 36 50 82
71 75 36 82 54 54 46 57
68 71 46 50 79 71 64 50
Keterangan : R = Rentang
= Nilai maksimum (tertinggi)
= Nilai minimum (terendah)
11. Banyak kelas interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (42)
= 1 + 3,3 (1,623)
= 1 + 5,356
= 6,356
≈6
Keterangan : K = Banyak kelas
n = Banyak siswa
12. Panjang Kelas (P)
183
Lampiran 22
Keterangan :
̅ = Mean/nilai rata-rata
∑ = Jumlah dari hasil perkalian titik tengah dengan frekuensi
∑ = jumlah frekuensi/banyak siswa
Me ( )
( )
Keterangan :
Me = Median/nilai tengah
= Batas bawah dari kelas median
184
Lampiran 22
Mo ( )
( )
Keterangan :
Mo = Modus/nilai yang paling sering muncul
= Batas bawah kelas modus
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
= Selisih frekuensi kelas modus dengan kelas setelahnya
= Interval kelas
O. Perhitungan Varians ( )
∑ (∑ )
( )
( )( ) ( )
( )( )
Keterangan :
= Varians
= Jumlah frekuensi/banyak siswa
∑ = Jumlah dari hasil perkalian frekuensi dengan kuadrat titik tengah
∑ = Jumlah dari hasil perkalian frekuensi dengan titik tengah
Q. Perhitungan Kemiringan ( )
̅
Kesimpulan :
Karena nilai kemiringan berharga positif, maka distribusi data miring positif
atau landai kanan. Artinya kecenderungan data mengumpul di bawah rata-rata.
R. Perhitungan Ketajaman ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
Sehingga :
( ) ( ) ( )
( )
Karena maka model kurva runcing (leptokurtis)
186
Lampiran 22
Keterangan:
1 : Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah.
2 : Menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan.
3 : Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.
188
Lampiran 24
Keterangan:
1 : Mengidentifikasi hubungan antar fakta dalam menyelesaikan masalah.
2 : Menyelesaikan permasalahan dengan memberikan alasan.
3 : Membuat kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.
190
Lampiran 25
C. Menentukan hitung
Kelas Batas Luas Z ( )
No. z F(z) Fe Fo
Interval Kelas Tabel
42,5 -2.33 0,0098
1 43-51 0.046 1,833 4 2,56
51,5 -1.59 0,0557
2 52-60 0.142 5,661 3 1,25
60,5 -0.85 0,1972
3 61-69 0.259 10,343 9 0,17
69,5 -0.11 0,4558
4 70-78 0.279 11,189 14 0,71
78,5 0.63 0,7355
5 79-87 0.179 7,167 7 0,00
87,5 1.37 0,9147
6 88-96 0.068 2,717 3 0,03
96,5 2.11 0,9826
Rata-rata 70,85
Simpangan Baku 12,15
Hitung 4,73
Tabel 7,82
191
Lampiran 25
Keterangan:
E. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 diterima, artinya data kelas eksperimen berasal dari
populasi yang beristribusi normal.
192
Lampiran 26
H. Menentukan hitung
Kelas Batas Luas Z ( )
No. z F(z) Fe Fo
Interval Kelas Tabel
28,5 -1,90 0,0284
1 29-37 0,068 2,849 4 0,46
37,5 -1,30 0,0962
2 38-46 0,145 6,097 9 1,38
46,5 -0,70 0,2414
3 47-55 0,219 9,183 7 0,52
55,5 -0,10 0,4600
4 56-64 0,232 9,736 7 0,77
64,5 0,50 0,6919
5 65-73 0,173 7,267 7 0,01
73,5 1,10 0,8649
6 74-82 0,091 3,818 8 4,58
82,5 1,70 0,9558
Rata-rata 57,00
Simpangan Baku 14,96
Hitung 7,73
Tabel 7,82
193
Lampiran 26
Keterangan:
J. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 diterima, artinya data kelas kontrol berasal dari populasi
yang beristribusi normal.
194
Lampiran 27
C. Menentukan Fhitung
Fhitung
E. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan Uji Fisher diperoleh Fhitung < Ftabel maka
H0 diterima, artinya kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang
sama.
195
Lampiran 28
C. Menentukan thitung
Varians Gabungan (Sgab2)
( ) ( )
Sgab2 ( )
( )( ) ( )( )
( )
196
Lampiran 28
Sgab √
Uji-t
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
t
√
E. Kesimpulan
Dari hasil pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung > ttabel, maka H0
ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan berpikir
logis matematis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata
kemampuan berpikir logis matematis siswa pada kelas kontrol.
197
Lampiran 29
M. Menentukan hitung
Luas ( )
Kelas Batas
No. z F(z) Kelas Fe Fo
Interval Kelas
Interval
24.5 -2.73 0.0032
1 25-34 0.0186 0.74267 3 6.86
34.5 -2.02 0.0218
2 35-44 0.0733 2.9311 0 2.93
44.5 -1.31 0.0950
3 45-54 0.1785 7.1412 4 1.38
54.5 -0.60 0.2736
4 55-64 0.2687 10.7493 12 0.15
64.5 0.11 0.5423
5 65-74 0.2500 10.0010 11 0.10
74.5 0.81 0.7923
6 75-84 0.1438 5.7507 8 0.88
84.5 1.52 0.9361
7 85-94 0.0511 2.0426 2 0.00
94.5 2.23 0.9872
Rata-rata 63
Simpangan Baku 14,12
Varian 12,30
Hitung 7,82
Tabel 199,33
198
Lampiran 29
Keterangan:
Z
O. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 ditolak, artinya data indikator mengidentifikasi hubungan
antar fakta dalam menyelesaikan masalah pada kelas eksperimen berasal dari
populasi yang tidak beristribusi normal.
199
Lampiran 30
R. Menentukan hitung
Luas ( )
Kelas Batas
No. z F(z) Kelas Fe Fo
Interval Kelas
Interval
16.5 -1.53 0.0632
1 17-29 0.0993 4.1727 9 5.58
29.5 -0.98 0.1626
2 30-43 0.1984 8.3320 11 0.85
44.5 -0.36 0.3609
3 44-56 0.1973 8.2859 6 0.63
56.5 0.15 0.5582
4 57-69 0.1969 8.2701 2 4.75
69.5 0.69 0.7551
5 70-82 0.1364 5.7306 6 0.01
82.5 1.24 0.8916
6 83-96 0.0741 3.1127 8 7.67
96.5 1.82 0.9657
Rata-rata 53
Simpangan Baku 23,88
Varian 570,48
Hitung 19,51
Tabel 7,82
200
Lampiran 30
Keterangan:
T. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 ditolak, artinya data indikator mengidentifikasi hubungan
antar fakta dalam menyelesaikan masalah pada kelas kontrol berasal dari
populasi yang tidak beristribusi normal.
201
Lampiran 31
S3 92 81 79.5 S8 92 77 79.5
S24 92 82 79.5 S22 92 78 79.5
S25 92 79 79.5
S36 92 80 79.5
Jumlah ( ) 1882.5 Jumlah ( ) 1520.5
Rata-rata 63 Rata-rata 53
Keterangan:
( ) ( )
√ √
( ) ( )
( ) ( )
W. Menentukan hitung
Luas ( )
Kelas Batas
No. z F(z) Kelas Fe Fo
Interval Kelas
Interval
37.5 -2.70 0.0034
1 38-48 0.01682 0.6728 1 0.16
48.5 -2.05 0.0203
2 49-59 0.06122 2.449 2 0.08
59.5 -1.40 0.0815
3 60-70 0.14753 5.9011 4 0.61
70.5 -0.74 0.2290
4 71-81 0.2355 9.4199 10 0.04
81.5 -0.09 0.4645
5 82-92 0.24909 9.9636 8 0.39
92.5 0.56 0.7136
6 93-103 0.17458 6.9833 15 9.20
103.5 1.22 0.8882
Rata-rata 83
Simpangan Baku 16,84
Varian 283,75
Hitung 10,48
Tabel 7,82
204
Lampiran 32
Keterangan:
Y. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 ditolak, artinya data indikator menyelesaikan
permasalahan dengan memberikan alasan pada kelas eksperimen berasal dari
populasi yang tidak beristribusi normal.
205
Lampiran 33
Keterangan:
DD. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 ditolak, artinya data indikator menyelesaikan
permasalahan dengan memberikan alasan pada kelas kontrol berasal dari
populasi yang tidak beristribusi normal.
207
Lampiran 34
Keterangan:
( ) ( )
√ √
( ) ( )
( ) ( )
Keterangan:
II. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 ditolak, artinya data indikator membuat kesimpulan
berdasarkan keserupaan dua proses pada kelas eksperimen berasal dari
populasi yang tidak beristribusi normal.
211
Lampiran 36
Keterangan:
Z
NN. Kesimpulan
Dari pengujian normalitas dengan Uji Chi-Kuadrat diperoleh nilai hitung
tabel maka H0 diterima, artinya data indikator membuat kesimpulan
berdasarkan keserupaan dua proses pada kelas kontrol berasal dari populasi
yang beristribusi normal.
213
Lampiran 37
3 100 81 81 36 75 58 60
23 100 82 81 23 88 70 74,5
24 88 71 74,5
25 88 72 74,5
Jumlah 1375 Jumlah 917
Keterangan:
( ) ( )
√ √
( ) ( )
( ) ( )
Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson (Lanjutan)
217
Lampiran 39