Anda di halaman 1dari 137

1

PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA


DARAH DAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DI RUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M. ZEIN
PAINAN

SKRIPSI
PENELITIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh

WILDA MAYDILA ZAHRA


14121916

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018

1
2

PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA


DARAH DAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
TIPE 2 DI RUANGAN POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M. ZEIN
PAINAN

SKRIPSI

PENELITIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Oleh
WILDA MAYDILA ZAHRA
14121916

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2018
3

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : WILDA MAYDILA ZAHRA

NIM :14121916

Menyatakan bahwa proposal skripsi yang berjudul

“ Pengaruh Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah dan

Kecemasan Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruangan Poli

Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan” :

1. Hasil karya yang dipersiapkan dan disusun sendiri

2. Penggunaan sumber/referensi adalah yang sesungguhnya bukan hasil

rekayasa

3. Karya ini belum pernah disampaikan pada kesempatan apapun dan oleh

siapapun

4. Pertangguangjawaban atas karya ini sepenuhnya pada diri sendiri.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika nantinya

ditemukan ketidaksesuaian, maka saya bersedia menerima sanski yang

ditetapkan oleh pihak terkait.

Padang, Agustus 2018

Yang menyatakan

(WILDA MAYDILA ZAHRA )


NIM :14121916
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERCUBAKTIJAYA
4
5
6

Skripsi, Agustus 2018

WILDA MAYDILA ZAHRA

Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah dan Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Diruangan Poli Penyakit Dalam RSUD.
M. Zein Painan 2018

77 Halaman + 7 Tabel + 2 skema + 14 Lampiran

ABSTRAK
Diabetes Melitus tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit yang diakibatkan
oleh peningkatan kadar gula darah yang disebabkan resistensi insulin.
Kecemasaan merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya dan
keadaan yang membuat tidak nyaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada
pasien DM tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein
Painan.
Jenis penelitian ini bersifat pre-eksperimen, dengan desain one group
pretest-posttest design. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 9-16 Juli
2018 diruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 10 yang diambil dengan teknik purposive
sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan alat glukometer untuk
melihat kadar gula darah dan kuesioner Hamilton anxiety rating score (HARS)
untuk penilaian skor kecemasan. Data dianalisis dengan uji t dependent test.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar gula darah pasien DM
tipe 2 sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 266,50 dan sesudah
diberikan terapi musik saluang rata-rata kadar gula darah adalah 218,60. Rata-
rata skor kecemasan DM tipe 2 sebelum diberikan terapi musik saluang adalah
23,00 dan sesudah diberikan terapi musik saluang skor kecemasan 16,90.
Hasil uji statistik t dependent test didapatkan hasil p value = 0,001 artinya
bahwa terapi musik saluang berpengaruh terhadap kadar gula darah pada
pasien DM tipe 2, hasil uji statistik t dependent test didapatkan hasil p value =
0,000 artinya bahwa terapi musik saluang berpengaruh terhadap skor
kecemasan pada pasien DM tipe 2.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan ada pengaruh
terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien
DM tipe 2 di ruangan poli penyakit dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Saran
bagi pasien diabetes mellitus tipe 2 agar dapat menggunakan terapi musik
saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan kecemasan.

Daftar Pustaka : 30 (2009-2017)


Kata Kunci : Kadar gula darah, Kecemasan, Terapi musik saluang
7

HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE MERCUBAKTIJAYA


Scription, August 2018
WILDA MAYDILA ZAHRA
Saluang Music Therapy Against Blood Sugar Levels and Anxiety in Patients
with Type 2 Diabetes Mellitus in Internal Disease Hospital RSUD. M.
ZeinPainan 2018
77 Pages + 7 Tables + 2 schema + 14 Attachments
ABSTRACT
Diabetes Mellitus Type 2 (DM type 2) is a disease caused by an increase
in blood sugar levels caused by insulin resistance. Uncleanness is a feeling of
worry, an unclear fear of causes and conditions that make you uncomfortable. The
purpose of this study was to determine the effect of saluang music therapy on
blood sugar levels and anxiety in DM type 2 patients in the Internal Medicine Poli
Room at the RSUD. Dr. M. Zein Painan.
This type of research is pre-experimental, with the design of one group
pretest-posttest design. Data collection was carried out on 9-16 July 2018 in the
Internal Medicine Poli Room at the RSUD. Dr. M. Zein Painan. The number of
samples in this study was 10 taken by purposive sampling technique. The
instrument of this study uses a glucometer tool to look at blood sugar levels, the
Hamilton anxiety rating score (HARS) questionnaire for assessment of anxiety
scores. Data were analyzed by dependent test t test.
The results showed the average blood sugar level of DM type 2 patients
before being given saluang music therapy was 266.50 and after being given
saluang music therapy the average blood sugar level was 218.60. The average
anxiety score of DM type 2 before being given saluang music therapy was 23.00
and after giving saluang music therapy an anxiety score of 16.90. Statistical test
results of t dependent test showed that the results of p value = 0.001 means that
saluang music therapy affects blood sugar levels in patients with DM tipe 2, the
results of statistical tests t dependent test results obtained p value = 0,000 means
that saluang music therapy affects anxiety scores in patients DM type 2.
Based on the results of the above research it can be concluded that there
is an effect of saluang music therapy on blood sugar levels and anxiety in type 2
diabetes mellitus patients in a hospital internal medicine clinic RSUD. Dr. M.
Zein Painan. Suggestion for DM type 2 patients to be able to use saluang music
therapy to control blood sugar levels and reduce anxiety.

Bibliography :30 (2009-2017)


Keywords :Blood sugar levels, Anxiety, Saluang music therapy
8

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadian Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi

Musik Saluang Terhadap kadar Gula Dan Kecemasan Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2 Di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein

Painan ”.

Dalam pembuatan skripsi ini banyak hambatan yang peneliti hadapi,

namun berkat dorongan semua pihak, skripsi ini dapat peneliti selesaikan.

Maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sedalam – dalamnya kepada :

1. Ibu Ns. Lenni Sastra S. Kep, M.S, selaku pembimbing I skripsi yang telah

mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh ketekunan dan

perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Ns. Lola Despita Sari M.Kep, selaku pembimbing II skripsi yang telah

mengarahkan dan memberi masukan dengan penuh ketekunan dan

perhatian sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Semua responden yang terlibat dalam penelitian.

4. Bapak Dr. H. Sutarman, M.M selaku Direktur Utama RSUD Dr. M. Zein

Painan yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk

melakukan penelitian.
9

5. Bapak Ns. Zulham Efendi, M.Kep sebagai Ketua Prodi SI Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

6. Ibu Hj. Elmiyasna K, SKp. MM, selaku Ketua STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

7. Bapak Jasmarizal, SKp. MARS, selaku ketua Pengurus Yayasan STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang.

8. Seluruh Staf dan Dosen pengajar STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

9. Yang teristimewa ungkapan terima kasih yang sebesar – besarnya dan rasa

hormat yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada orang tua dan

keluarga yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, semangat dan

do’a yang tulus kepada penulis dalam menuntut ilmu.

10. Semua rekan – rekan seperjuangan mahasiswa tingkat IV A, IV B dan IV

C S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2018 yang telah

memberikan bantuan pemikiran serta semangat dalam menyelesaikan

perkuliahan dan skripsi ini semoga bantuan yang telah diberikan akan

mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

“Tak da gading yang tak retak”. Oleh karena itu penulis sangat terbuka

dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini

dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan

bagi peneliti selanjutnya.

Padang, Agustus 2018

Peneliti
10

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN

ABSTRAK.......................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

DAFTAR TABEL...........................................................................................

DAFTAR SKEMA..........................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2.......................................................... 11

1. Defenisi................................................................................................... 11

2. Faktor- faktor resiko DM Tipe 2............................................................ 11

3. Manifestasi Klinis DM tipe 2................................................................. 15


11

4. Komplikasi DM tipe 2....................................................................... 18

5. Penanganan DM tipe 2............................................................................ 20

B. Kecemasan dan kadar gula darah DM tipe 2......................................... 26

C. Terapi musik......................................................................................... 30

1. Defenisi terapi musik.............................................................................. 30

2. Perkembangan musik.............................................................................. 31

3. Pemanfaatan terapi musik bagi dunia kesehatan .................................. 31

4. teknik pemberian terapi musik................................................................ 33

5. Alat dan cara pengguanaan terapi musik ............................................... 33

6. Mekanisme kerja terapi musik ............................................................... 33

D. Musik Tradisional Minangkabau : Saluang............................................ 35

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Teori..................................................................................... 38

B. Kerangka Konsep.................................................................................. 41

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 41

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 42

B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 43

C. Populasi dan Sampel............................................................................. 43

D. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 44

E. Variabel dan Definisi Operasional........................................................ 45

F. Bahan penelitian/Instrumen Penelitian................................................. 47

G. Etika penelitian ..................................................................................... 47

H. Jenis Data dan Pengumpulan Data........................................................ 50

I. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data.......................................... 53

BAB V HASIL PENELITIAN


12

A. Analisa univariat........................................................................... ....... 56

B. Analisa bivariat..................................................................................... 57

C. Uji normalitas........................................................................................ 59

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa univariat........................................................................... ....... 61

B. Analisa bivariat..................................................................................... 66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 75

B. Saran .................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
13

Tabel 2.1 Defenisi operasional .............................................................47

Tabel 5.1 Rerata kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik saluang........................................................56

Tabel 5.2 Rerata skor kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik saluang..................................................... 57

Tabel 5.3 Hasil uji shapiro wilk kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik saluang .................................................................................... 58

Tabel 5.4 Hasil uji shapiro wilk skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik saluang ........................................................................................

58

Tabel 5.5 Hasil uji T-dependent test (paired test) untuk pengaruh kadar gula

darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang.............................

59

Tabel 5.6 Hasil uji T- dependent test (paired test) untuk pengaruh skor

kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang ......................

60
14

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka teori....................................................................................40

Skema 2.2 Kerangka konsep.............................................................................. 41


15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh

peningkatan kadar gula darah yang disebabkan kekurangan insulin, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada ginjal, saraf, mata, dan

pembuluh darah (Bruner & Suddart, 2012). Menurut American Diabetes

Asociation (ADA) tahun 2008, Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi DM

tipe 1 dan DM tipe 2 dan diantara DM tipe tersebut DM tipe 2 adalah jenis

yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90%-95%. Tingginya angka

prevalensi diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan peningkatan komplikasi dari

Diabetes Mellitus tipe 2.

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2011, terdapat 329

juta orang didunia menderita DM Tipe 2 dengan kematian mencapai 4,6 juta

orang. Pada tahun 2011, menduduki peringkat kesepuluh dunia dengan jumlah

penderita DM Tipe 2 sebanyak 6,6 juta orang dan pada tahun 2030

diproyeksikan menempati posisi kesembilan dengan perkiraan sebanyak 10,6

juta orang (IDF, 2011). Di Indonesia diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis

yang paling banyak. Pada tahun 2012 jumlah DM tipe 2 sebanyak 371 juta

jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes mellitus tipe 2 adalah 95% dari

populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Dari jumlah itu 50%

penderita yang sadar mengidap diabetes melitus tipe 2 (RISKESDAS, 2008).


2

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang tidak

menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila

pengolahannya tidak tepat, komplikasi seperti hiperglikemisemia dapat

menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis, komplikasi jangka lama yaitu

termasuk penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung), kegagalan kronis ginjal,

kerusakan retina yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren yang

beresiko amputasi. Komplikasi yang serius disebabkan oleh pengontrolan gula

darah yang tidak stabil. Pengontrolan gula darah yang tidak stabil juga dapat

terjadi karena faktor psikologis yaitu marah dan kecemasan yang meningkat

(Hermawan, 2009 dalam Nindyasari, 2013 ).

Kecemasaan merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya dan

keadaan yang membuat tidak nyaman. Hal tersebut disebabkan terjadinya

peningkatan hormon glukortikoid (kortisol), ketokolamin (epinefrin), dan

hormon pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan

asam lemak dalam darah. Terdapat 48% penderita Diabetes Mellitus

mengalami kecemasan akibat penyakitnya. Badan kesehatan Dunia mencatat

27% pasien Diabetes Mellitus mengalami kecemasan (Nurrokmah, 2016).

Penderita DM tipe 2 memerlukan penangananan DM secara baik dan

teratur untuk menjaga agar kadar gula darah tetap terkendali. Maka hal utama

yang dipesrlukan adalah pengendalian Diabetes Mellitus dengan upaya

pengendalian Diabetes Melitus tipe 2 mencakup pedoman 4 pilar, yang terdiri

dari edukasi, perencanaa makanan, latihan fisik dan intervensi farmakologis

(Perkumpulan Endokrin Indonesia PERKENI, 2011).

2
3

Menurut penelitian Diantiningsih (2012), menyatakan bahwa terdapat 85%

penderita Diabetes Mellitus yang tidak patuh terhadap diet, 50 % tidak patuh

terhadap exercise dan 85% tidak patuh dalam mengkonsumsi obat sesuai

dengan anjuran tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan ini disebebkan oleh

beberapa faktor antara lain, tidak ada waktu untuk kontrol kesehatan, tidak

tahu informasi tentang penyakitnya, keadaan ekonomi yang masih rendah.

Meskipun sudah menjalankan empat pilar manajemen diabetes, namun kadar

glukosa darah tidak selalu dalam batas normal, yang menyebabkan pasien

diabetes mellitus akan mengalami stress (Irawan, 2010 dalam Trisnawati,

2013).

Menurut penelitian Syafriani (2017), penanganan DM tipe II sebelumnya

dengan dilakukan dengan terapi farmakologi yaitu dengan mengkonsumsi

obat-obatan seperti obat sulfonilurea, meglinitida, biguanida, thiazolidinedione

untuk menurunkan gula darah, obat-obat Diabetes yang sekarang ini masih

belum sepenuhnya memberikan solusi untuk para penderita Diabetes Mellitus

karena obat-obat tersebut dapat memberikan efek negatif pada tubuh. Selain

harganya cukup mahal, banyak efek samping yang ditimbulkan, sehingga

penderita diabetes mellitus umumnya akan mengalami kecemasan sehingga

akan berakibat pada kadar gula darah (Cahyadu, 2013 dalam Syafriani, 2017).

Selain terapi farmakologi, sekarang juga telah banyak dikembangkan

terapi nonfarmakologi dalam penanganan pasien Diabetetes Mellitus yang

dapat dilakukan oleh perawat sebagai salah satu tindakan mandirinya, salah

satunya adalah terapi relaksasi (Natalina, 2013). Terapi relaksasi merupakan

salah satu tindakan keperawatan yang mengurangi kecemasan dan secara


4

otomatis dapat menurunkan kadar gula darah. Relaksasi dapat mempengaruhi

hipotalamus untuk mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf. Terapi

relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas dalam. Terapi musik

mempunyai efek positif terhadap kecemasan terhadap kadar gula darah (Petter

& Perry, 2015 dalam Ernawati, 2016)

Penggunaan musik sebagai media terapi dirumah sakit juga mengalami

perkembangan yang cukup signifikan pada tahun-tahun terakhir ini. Wenny,

dkk (2014) meneliti bahwa terapi musik efektif menurunkan kecemasan pada

pasien pre operasi. Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2015)

menjelaskan terapi musik juga dapat menurunkan kecemasan terhadap pasien

pre operasi. Hasil penelitian yang dilakukan Afandi (2015) bahwa terapi

musik dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh

Isesreni dan Sastra (2017) menjelaskan terapi musik saluang mengurangi

stress pasien diabetes mellitus tipe II.

Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Pada saat seseorang

mendengar musik kinerja sistem tubuh mengalami perubahan dan gelombang

listrik yang ada diotaknya dapat dipercepat atau diperlambat. Bahkan, musik

mampu mengatur hormon-hormon yang mempengaruhi stress terutama pada

kecemasan seseorang ( Muttaqin, 2008 ). Musik disamping sebagai hiburan

juga dapat mengurangi kecemasan, depresi dan musik terbukti dapat

menurunkan denyut jantung. Ini membantu memenangkan dan merangsang

bagian otak yang terkait ke aktifitas kecemasan, emosi dan aktivitas tidurnya

(Muttaqin, 2008).
5

Terapi musik dirancang untuk mengatasi permasalahan yang berbeda

serta maknanya juga akan berbeda pada setiap orang. Untuk itu terapi musik

digunakan untuk mengatasi rasa sakit, manajemen stress dan kecemasan.

Terapi musik membantu orang-orang yang memiliki masalah emosional dalam

mengeluarkan perasaan mereka, membuat perubahan positif dengan suasana

hati, membantu memecahkan masalah dan memperbaiki konflik (Indriya R

dkk, 2010 dalam Saifudin, 2015).

Pada dasarnya semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan dalam

usaha menurunkan tingkat kecemasan. Namun sering kali dianjurkan memilih

musik dengan tempo sekitar 60 detik/menit, musik klasik juga mempunyai

kategori frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz. Frekuensi tersebut bisa

merangsang tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga merangsang otak untuk

membuat detak jantung stabil dan menurunkan kecemasan (Irawaty, 2013)

Salah satu musik klasik yang bermakna medis yaitu musik mozart. Musik

mozart merupakan musik klasik yang memiliki nada lembut. Nada-nada

tersebut memstimulasi gelombang alfa yang memberikan efek ketenangan,

kenyamanan, ketentraman dan memberi energi untuk menutupi, mengalihkan

perhatian dan melepaskan ketegangan maupun rasa sakit (Triyanto,2014).

Musik klasik sering kali menjadi acuan terapi musik, karena memiliki

rentang nada yang luas dan tempo yang dinamis (Nurrahmi, 2012). Sama

halnya dengan musik minang yang memiliki rentang nada yang luas, dinamis

dan memiliki gaya yang unik namun asal usul musik minang juga terkait

dengan musik melayu yaitu dengan perpaduan oleh alat-alat musik tradisional

(Shendie, 2015). Musik Minang adalah salah satu aliran musik nusantara yang
6

tumbuh dan berkembang di wilayah kebudayaan Minangkabau. Lirik lagu

minang merupakan bagian dari bentuk puisi pendek yang dinyanyikan, terikat

oleh irama, dan kadang pada rima, tapi tidak pada penyusunan larik dan bait

(Sudjiman, 1984). Lirik lagu minang diduga merupakan gambaran kehidupan

masyarakat, struktur sosial, dan kebudayaan Minangkabau (Amir, 1986).

Musik nusantara ini biasanya terkait dengan musik melayu yang umumnya

dimainkan oleh alat-alat musik seperti talempong, rabab, serunai, rebana,

gandang, saluang dan biola sehingga enak didengar dan bisa membuat

perasaan tenang dan mampu menurunkan kadar gula darah (Shendie, 2015).

Saluang merupakan salah satu alat musik tradisional dari Sumatera Barat

yang terbuat dari bamboo talang. Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak

hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini,

menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang dilantunkan biasanya berisi

sindiran, ratapan, nasehat. Umumnya, irama saluang dan dendang yang

mengiringinya terdengar sentimental (berhiba-hiba), lain halnya apabila

saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk pengobatan

penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu menurunkan tingkat

kecemasan seseorang (Mahmud, 2014).

Musik saluang klasik biasanya cenderung membawakan lagu-lagu bernada

minor dan sedih, dan mengisahkan peristiwa sedih yang menimpa dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti alat musik pada umumnya, saluang juga

memiliki nada dasar, yang biasanya dimulai dari nada C dan BES yang dapat

mempermudah sipeniup saluang memainkan berbagai macam lagu (Putra,

2015), dan dendangannya dapat mengembalikan ingatan sipendengar terhadap


7

kampung halaman ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani

dan memberi kesan menenangkan saat mendengar saluang (Muhlis,2014).

Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14-15 Mei 2018 di

Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan, pada tahun 2017

terdapat jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 4468 orang. pada

tahun 2018 terdapat berjumlah 2386 orang pada bulan Januari sampai bulan

Juni tahun 2018 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung di Ruangan

poli penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein. Painan. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 mei 2018 di Ruangan

Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan dengan 10 orang pasien

diabetes mellitus yang berkunjung di Poli Penyakit Dalam, Seluruh pasien

tersebut dengan gula darah puasa (GDP) > 200 mg/dl sudah mendapatkan

terapi farmakologi oral atau insulin sesuai dengan dosis yang diberikan dan

tidak mendapatkan terapi nonfarmakologis. 6 orang pasien yang berkunjung

ke poli penyakit dalam diantaranya masih memiliki kadar glukosa darah yang

belum terkontrol. Sedangkan 4 orang pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang

berkunjung ke poli penyakit dalam didapatkan diantaranya kadar glukosa

darah sudah terkontrol. 8 dari 10 orang pasien, mengatakan menderita

Diabetes mellitus tipe 2 selama bertahun-tahun membuat mereka terbebani,

khawatir, dan juga ketakuatan akan komplikasi karena banyaknya pantangan

dan harus membatasi makan. 2 dari 10 orang pasien mengatakan hanya

menerima saja penyakit yang dideritanya saat ini. Berdasarkan penjelasan

diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna mengetahui

pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan
8

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr.

M. Zein Painan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka peneliti merumuskan masalah

penelitian “Apakah terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar

gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan

Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan ”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi

musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M.

Zein Painan.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik saluang pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan

Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

b. Diketahui rerata skor kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi

musik saluang pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli

Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan

c. Diketahui pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah

pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam

RSUD. Dr. M. Zein Painan.


9

d. Diketahui pengaruh terapi musik saluang terhadap skor kecemasan

Diabetes Mellitus di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M.

Zein Painan.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi pasien diabetes mellituss

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu terapi alternatif

nonfarmakologis untuk mengontrol gula darah dan menurunkan

kecemasan dengan musik saluang bagi pasien diabetes mellitus tipe 2.

2. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk keperawatan dan

dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi nonfarmakologi yaitu terapi

musik saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan

kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang, khususnya bagi mahasiswa Keperawatan

dalam mengembangkan ilmu Keperawatan dan pemberian asuhan kepada

pasien diabetes mellitus tipe 2.

4. Bagi Penelitian Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan

dan menambah pengalaman penelitian dalam melaksanakan penelitian

serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh

terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien

diabetes mellitus tipe 2.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus Tipe 2

1. Defenisi

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh

peningkatan kadar gula darah yang disebabkan kekurangan insulin, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada ginjal, saraf, mata, dan

pembuluh darah (Bruner & Suddart, 2012). DM tipe 2 dikarakteristikkan

dengan peningkatan gula darah atau hiperglikemia, retensi insulin dan

kerusakan relatif sekresi insulin (Soegondo, Seowondo & Subekti, 2009).

Pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2, peningkatan kadar gula darah

berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan

organ terutama mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (ADA, 2008).

Jumlah insulin yang diproduksi oleh prankreas biasanya cukup untuk

mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan tubuh

total. (Julien, Senecal & Guay, 2009). Jumlahnya mencapai 90-95% dari

seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami oleh orang dewasa tua

lebih dari 40 tahun serta sering terjadi pada individu obesitas ( CDC,2005).
11

2. Faktor-faktor resiko DM tipe 2

MenurutDamayanti (2015), faktor-faktor resiko terjadinya DM tipe 2

antara lain :

1) Faktor keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang

menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa

yaitu ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal

sebesar 30%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan

mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang

sekretoris insulin. Keadaan ini akan meningkatkan kerentanan pada

faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungs sel

beta pankreas. Secara genetik risiko DM tipe 2 meningkat pada saudara

kembar monozigot seorang DM tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya

lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang

mempunyai insiden tinggi terhadap DM tipe 2.

2) Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan ≥ 20% dari

berat badan ideal atau BMI (Body Mass Index) ≥ 27 kg/m. Kegemukan

menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja

di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan

resistensi insulin perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta

untuk melepas insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah.


12

3) Usia

Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30

tahun, hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan

biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat jaringan dan akhirnya terdapat

pada organ yang dapat mempengaruhi homeostasis. Jika seseorang telah

mencapai umur 30 tahun, maka kadar gula darah 1-2mg% tiap tahun saat

puasa dan akan naik 6013% pada 2 jam setelah makan, berdasarkan hal

tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya kenaikan

revelansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa.

4) Tekanan darah

Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai

tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah tinggi ≥140/90

mmHg pada umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi,.

Hipertensi yang tidak dikontrol dengan baik akan mempercepat

kerusakan pada ginjal dan kelainan kardiovaskuler. Apabila tekanan

darah (Hipertensi) dapat dikendalikan dengan baik maka akan dapat

perlindungan terhadap komplikasi disertai pengelolaan hiperglikemia

yang terkontrol. Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat

kompleks, banyak faktor yang berpengaruh pada peningkatan tekanan

darah. Pada DM faktor tersebut adalah: resistensi insulin, kadar gula

darah plasma, obesitas selain faktor lain pada sistem otoregulasi

pengaturan tekanan darah.


13

5) Aktivitas fisik

Aktifitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada

DM tipe 2 . Aktifitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang

yang beresiko DM, kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang

ikut berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2.

Mekanisme aktifitas fisik dalam mencegah atau menghambat

perkembangan DM tipe 2 yaitu: penurunan resistensi insulin/peningkatan

sensitivitas insulin, peningkatan toleransi glukosa, penurunan lemak

adiposa tubuh secara menyeluruh. Pengurangan lemak sentral, perubahan

jaringan otot.

6) Kadar kolesterol

Kadar HDL kolesterol ≤ 35 mg/dl (0,09 mmol/L) dan atau

trigliserida ≥259 mg/dl (2,8 mmol/L). Kadar abnormal lipid darah erat

kaitannya dengan obesitas dan DM tipe 2. Kurang lebih 38% pasien

dengan BMI (Body Mass Indexs) 27 adalah penderita

hiperkolesterolemia. Pada kondisi ini, perbandingan antara HDL (High

Density Lipoprotein) dengan LDL (Low Density Lipoprotein) cenderung

menurun (dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga

memperbesar risiko atherogenesis. Salah satu mekanisme yang diduga

menjadi predisposisi diabetes tipe 2 adalah terjadinya pelepasan asam-

asam lemak bebas di hati, sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan

mengekstrakkan insulin dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat

mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan

glukoneogenesis dimana glukosa darah meningkat. Efek kedua dari


14

peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan

glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin

meningkat, namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini

menerangakan suatu resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang

terdapat pada diabetes tipe 2.

7) Riwayat Diabetes gestasional

Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau

melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg mempunyai

risiko untuk menderita DM tipe 2. DM tipe ini terjadiketika ibu hamil

gagal mempertahankan euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor

resiko DM gestasional adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.

DM tipe ini dijumpai pada 2-5% populasi ibu hamil. Biasanya gula darah

akan kembali normal setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk

mendapatkan DM tipe 2 di kemudian hari cukup besar.

8) Faktor psikologis

Penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami banyak perubahan

dalam hidupnya, mulai dari pengaturan makan, olahraga, kontrol gula

darah, dan lain-lainnya yang harus dilakukan sepanjang hidupnya. Pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat menunjukkan reaksi psikologis

seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat, dan

depresi. Selain perubahan tersebut jika penderita diabetes mellitus

mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada

penderitanya.
15

3. Manifestasi klinis DM tipe 2

Menurut Yeki dan Ari (2011), Manifestasi DM tipe 2 adalah :

1) Banyak kencing (poliuria)

Akibat dari kadar gula darah yang tinggi akan mempengaruhi

ginjal sehingga menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan

untuk mengencerkan glukosa. Aibatnya, penderita sering buang air kecil

dalam jumlah yang banyak. Hak ini lebih banyak terjadi di malam hari.

Gampang haus dan banyak minum (polydipsia) banyak kencing membuat

penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga mudah merasa haus

dan harus banyak minum. Ini akan berlangsung terus-menurus selama

terjadi polyuri, jadi waspada kalau saat tidak melakukan aktivitas fisik

yang mengeluarkan keringat dan harus diganti dengan air.

2) Gampang lapar dan banyak makan (polyphagia)

Sejumlah kalori dari diabetisi akan hilang ke dalam air kemih.

Untuk hal ini, penderita DM tipe 2 sering kali merasakan lapar yang luar

biasa sehingga banyak makan. Kalau tidak terpenuhi, kondisi tubuh akan

semakin parah karena bisa saja saluran pencernaan menjadi terganggu,

misalnya kena maag.

3) Gampang lelah dan sering mengantuk

Kekurangan energi dan terganggunya metabolisme karbohidrat

menyebabkan penderita DM menjadi mudah lelah. Salah satu nya cara

mengembalikan kondisi yang kelelahan adalah dengan tidur.


16

4) Penglihatan kabur

Apabila kadar gula darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi

cembung dan penderita mengeluh penglihatan kabur, biasanya penderita

akan sering mengganti kacamata.

5) Sering pusing dan mual

Seseorang yang sudah lama menderita DM, urat saraf yang

memelihara lambung akan rusak. Akibatnya, fungsi lambung akan

menjadi lemah dan tidak sempurna. Keadaaan ini akan menimbulkan rasa

mual, perut terasa penuh, kembung, makanan tidak lekas turun, serta

kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati.

6) Koordinasi gerak anggota tubuh terganggu

Kadar glukosa yang tinggi akan merusak urat saraf. Kelainan urat

saraf akibat DM disebut neuropati diabetic. Rusaknya urat saraf ini akan

menyebabkan koordinasi gerak anggota tubuh terganggu. Kalau sudah

demikian, satu sama lain reaksi gerak tubuh menjadi tidak normal seperti

biasanya. Gangguan bisa berupa reaksi lambat atau tidak merespon

adanya aksi dari luar tubuhnya. Kalau dibiarkan terus-menerus, secara

keseluruhan hal itu akan mengganggu aktivitas penderita.

7) Berat badan menurun terus

Karena sejumlah besar kalori hilang kedalam air kemih, penderita

mengalami penurunan berat badan. Apabila tidak diimbangi dengan

makan mengikuti pola aturan sehat dan bergizi, diabetisi akan terus

kehilangan berat badannya.


17

8) Sering kesemutan dan gatal-gatal pada tangan dan kaki

Kondisi ini juga disebabkan karena kerusakan urat saraf pada

diabetsi. Kandungan gula darah yang tinggi menyebabkan rusaknya urat

saraf. Gangguan inilah yang menyebabkan terjadinya kesemutan dan

gatal-gatal pada tangan dan kaki.

9) Infeksi kulit dan kaki serasa dipotong-potong

DM meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat

penyembuhan. Jadi, obati dan rawat luka dan goresan dengan cepat.

Bersihkan luka dengan benar, gunakan krim antibiotik dan perban steril.

Konsultasikan kepada dokter jika luka tidak membaik dalam beberapa

hari. Periksa kaki setiap hari jika terjadi lecet, luka-luka, kemerahan, atau

bengkak.

10) Mati rasa atau sakit pada anggota tubuh bagian bawah

Kadar gula darah yang tinggi yang mengakibatkan mati rasa atau

sakit pada anggota tubuh bagian bawah. Mati rasa dan kesemutan

merupakan sensasi abnormal yang dapat terjadi di bagian tubuh

manapun, tetapi paling sering dirasakan di tangan, lengan atau kaki.

11) Mual-mual dan muntah-muntah

Kondisi saraf dilambung menjadi lemah dan tidak berfungsi

sempurna akibat kenaikan gula dalam darah. Inilah yang menyebabkan

terjadinya mual-mual dan muntah-muntah dapat mengindikasikan atau

menunjukkan adanya berbagai penyakit serius yang harus ditangani

dengan sungguh-sungguh.
18

4. Komplikasi DM tipe 2

Menurut Damayanti (2015), mengklasifikasikan komplikasi DM

menjadi 2 yaitu:

1) Akut

Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu:

hipoglikemia, diabetik ketoasidosis dan hiperglikemia, hiperosmolar non

ketosis. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut siabetes mellitus yang

dapat terjadi secara berulang-ulang dan dapat memperberat penyakit

diabetes bahkan menyebabkan kematian. Resiko dari peningkatan gula

darah terjadi akibat ketidak sempurnaan terapi saat ini, dimana

pemberian insulin masih belum sepenuhnya dapat menirukan

(mimicking) pola sekresi insulin yang fisiologis.

2) Kronis

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neuropati

a. Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi ini diakibatkan karena perubahn ukuran diameter

pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan timbul

sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menebal. Komplikasi

makrovaskuler yang paling sering terjadi adalah : penyakut arteri

koroner, penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.

b. Komplikasi mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelianan struktur dalam

membran pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh

darah ini menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan


19

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler

terjadi di retina yang menyebabkan retinopati diabetik dan ginjal

menyebabkan nefropati diabetic.

c. Komplikasi neuropati

Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang

mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer otonom dan

spinal.Komplikasi neuropati perifer dan otonom menimbulkan

permasalahn di kaki, yaitu berapa ulkus kaki diabetik, pada umumnya

tidak terjadi dalam 5-10 tahun pertama setelah didiagnosis, tetapi

tanda-tanda komplikasi mungkin ditemukan pada saat mulai

terdiagnosis DM tipe 2 karena DM yang dialami pasien tidak

terdiagnosis selama beberapa tahun.

5. Penanganan DM tipe 2

Penatalaksanaan DM tipe 2 bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup dengan cara mengendalikan kadar gula darah, menurunkan risiko

komplikasi. Penatalaksanaan DM tipe 2 secara holistik yang mencakup

pengendalian gula darah, tekanan darah dan lipid profil (PERKENI, 2011).

Terdapat 4 pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 2 yang meliputi

(PERKENI, 2011):

a. Edukasi

Untuk mencapai kesehatan dari pasien DM tipe 2, diperlukan

edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.Tenaga

kesehatan wajib mendampingin pasien DM tipe 2 dalam hal mencari

informasi dan mengajarkan perilaku sehat.


20

Melalui edukasi diabetesi dapat mengetahui dan mengerti apa itu

diabetes, masalah yang harus dihadapi, mengapa penyakit ini perlu

dikendalikan secepatnya, dan sesterusnya. Hampir di setiap rumah sakit

besar terdapat klinik khusus untuk diabetesi. Biasanya salah satu

kegiatannya adalah memberikan penyuluhan diabetes secara teratur.

Dalam edukasi tersebut akan ditekankan bahwa terpenting dalam

pengendalian diabetes adalah perubahan pola makan dan aktivitas fisik

atau olahraga (Kariadi, 2009).

b. Perencanaan Makanan

Merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat

ini tidak ada satu pun yang sesuai untuk semua pasien. Makanan harus

disesuaikan berdasarkan kebiasaan masing-masing pasien. Yang

dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor yang

berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak,

proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan

(karbohidrat, lemak, dan protein). kalori makanan yang berasal dari

karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam

karbohidratnya.Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan.Pada

keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk

mengkonsumsi sukrosa (gula pasir) sampai 5% kebutuhan kalori.

Kategori yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan

kecukupan gizi baik sebagai berikut:


21

1. Karbohidrat` : 45-60%

2. Protein : 10-20%

3. Lemak :20-25%

Jumlah kalori dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akutdan

kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

idaman. Untuk penentuan status gizi, dipakai body mass index(BMI)=

indeks masa tubuh(IMT).

BMI = IMT BB/TB

Klasifikasi IMT* :

1) Berat badan kurang <18,5

2) Berat badan normal 18,5 - 24,9

3) Berat badan lebih >25,0

a) Pre obesitas 25,0 – 29,9

b) Obesitas I 30,0 – 34,9

c) Obesitas II 35,0 – 39,9

d) Obesitas III >40,0

Jumlah kalori yang diperlukan di hitung dari berat badan idaman di

kali kebutuhan kalori basal (30Kkal/kg BB untuk laki-laki dan

25Kkal/kg untuk wanita).Kemudian di tambah dengan kebutuhan kalori

untuk aktivitas (10-30%), untuk atlet dan pekerja berat dapat lebih

banyak lagi, sesuai dengan kalori yang di keluarkan dalam kegiatannya),

koreksi status gizi (gemuk kurangi, kurus ditambah) dan kalori yang

diperlukan untuk menghadap stress akut (infeksi dsb) Sesuai dengan

kebutuhan. Makanan sejumlah kalori terhitung, dengan komposisi


22

tersebut diatas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),

siang (30%), dan sore (25%) serta 2-3 porsi (makanan ringan, 10-15%)

di antaranya. Pembagian porsi sejauh mungkin disesuaikan dengan

kebiasaan penderita untuk kepatuhan makanan yang baik. Untuk

penderita DM yang mengidap pula penyakit lain, pola pengaturan makan

disesuaikan dengan penyakit penyertanya. Perlu diingatkan bahwa

pengaturan makan pasien DM tidak berbeda dengan orang normal,

kecuali jumlah kalori dan waktu makan yang terjadwal.Untuk kelompok

sosial ekonomi rendah, makanan dengan komposisi karbohidrat sampai

70-75% juga memberikan hasil yang baik.

Jumlah kandungan kolesterol <300mg/hari.Diusahakan lemak dari

sumber asam lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak

jenuh.Jumlah kandungan serat ± 25g/hari, diutamakan serat larut, garam

secukupnya.Penderita DM dengan tekanan darah yang normal masih

diperbolehkan mengonsumsi garam seperti orang sehat, kecuali bila

mengalami hipertensi, harus mengurangi konsumsi garam.

Pada dasarnya perencanaan makan pada diabetes melitus tidak

berbeda dengan perencanaan makan pada orang normal. Untuk

mendapatkan kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik, adanya

pengetahuan mengenai bahan penukar akan sangat membantu pasien.

Perencanaan makanan pada pasien diabetes melitus merupakan topik

yang perlu dibicarakan tersendiri (Tarwoto, 2012).


23

c. Latihan fisik

Latihan fisik hendaknya disesuaikan dengan umur dan kesehatan

fisik pasien. Yang digunakanuntuk menjaga kebugaran, menurunkan

berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan

memperbaiki kadar gula darah. DM tipe 2 diharapkan mampu

meningkatan latihan fisik, kecuali bagi mereka yang sudah mengalami

komplikasi.

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)

selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (continuous,

rhytmical,interval, progressive, endurance training).Sedapat mungkin

mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur),

disesuaikan dengan kemampan dan kondisi penyakit penyerta.

Prinsip aktivitas olah raga bagi diabetesi, persis sama dengan

prinsip aktivitas olah raga secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal:

1) Frekuensi : Jumlah olahraga perminggu sebaiknya dilakukan dengan

teratur 3-5 kali per minggu.

2) Intensitas : Ringan dan sedang ( 60-70% Maximum Heart Rate ).

3) Durasi : 30-60 menit.

4) Jenis : Latihan jasmani endurans (aerobik) untuk meningkatkan

kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan

bersepeda.
24

d. Intervensi farmakologis

Terapi farmakologis berupa obat oral atau insulin, diberikan bersama

dengan diet dan latihan fisik. Pemilihan jenis obat harus disesuaikan

dengan kondisi pasien dan perkembangan penyakit DM tipe 2.

a. Kelompok OHA yang memicu produksi insulin

Jenis obat diabetes yang termasuk dalam kelompok ini adalah

sulfonilurea dan meglitinida.

1) Sulfonilurea

Cara kerja obat ini dalam mengobati diabetes adalah merangsang

sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak

insulin.Selain itu, obat ini juga membantu sel-sel tubuh menjadi

lebih baik dalam merespon insulin.Obat ini paling baik diberikan

pada penderita diabetes tipe 2 yang produksi insulinnya berkurang,

atau dalam artian kondisi sel betanya masih berfungsi. Obat ini juga

biasanya diperuntukkan bagi penderita yang berusia di bawah 40

tahun dengan kadar gula darah saat puasa kurang dari 300mg/dl.

Beberapa nama dagang dari jenis obat sulfonilurea :diabinese,

daonil/euglocon, diamicron, gilbenese/minodia, glurenom, tolanase,

rastinon (Tarwoto, 2012).

2) Meglinitida

Sebagaimana sulfonnilurea, obat meglinitida juga memiliki cara

kerja yang sama, yaitu bekerja dengan merangsamg sel-sel beta di

pankreas untuk memproduksi insulin. Jenis obat-obatan yang masuk


25

dalam kelompok meglinitida antara lain: repaglinida (prandin),

nateglinida (starlix), dan mitiglinida.

b. Kelompok OHA yang meperbaiki/meningkatkan kerja insulin

Jenis obat diabetes yang termasuk dalam kelompok ini adalah

biguanida, dan thiazolidinedione.

1) Biguanida

Cara kerja obat biguanida adalah dengan mengurangi

penyerapan zat gula dari usus dan mempunyai pengaruh yang rumit

pada hati.Metformin adalah satu-satunya biguanida yang tersedia

saat ini.Metformin berguna untuk diabetes yang mengalami

penurunan kerja insulin.Alasan penggunaan metformin pada

penyandang diabetes adalah karena obat ini menurunkan nafsu

makan dan menyebabkan penurunan berat badan.

2) Thiazolidinedione

Obat thiazolidinedione bekerja dengan mengaktifkan gen-gen

tertentu yang terlibat dalam sintesis lemak dan metabolisme

karbohidrat. Proses ini berguna untuk meningkatkan kerja insulin

(menurunkan resistensi insulin). Obat ini juga meredam molekul

yang berperan penting pada sindrom metabolik dan diabetes tipe

II.Yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah roseglitazone

(avandia) dan pioglitazone (actos).

Selain dua kelompok obat di atas, ada satu kelompok lagi yang

berkaitan dengan obat antidiabetes, yaitu alpha glucosidase

inhibitors, untuk mengurangi kadar glukosa dengan mengintervensi


26

penyerapan sari pati dalam usus. Yang termasuk dalam kelompok

pbat ini adalah acarbose (precose, glucobay) dan miglitol (glyset)

(Sutanto,2013).

B. Kecemasan dan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

Kecemasan adalah suatu kondisi yang mengancam keutuhan serta

keberadaan dirinya dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku seperti rasa

tak berdaya, rasa tidak mampu, rasa takut, phobia tertentu. Tingkat kecemasan

diabetes berbeda-beda sesuai dengan koping pertahanan diriyang dimiliki,

berikut ini merupakan tingkat kecemasan menurut stuart dan sundeen (1995)

yang membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan, yaitu:

1. Kecemasan ringan

Kecemasan ini berkaitan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan

berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

a. Respon fisiologis, respon alamiah didalam tubuh yang menandakan

berjalannya fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi

1) Sesekali nafas pendek 27 kali/menit

2) Nadi melebihi 60-80 kali/menit dan tekanan darah naik melebihi 80-

120 mmHg

3) Gejala ringan pada lambung menyerupai gastritis

4) Muka berkerut dan bibir bergetar


27

b. Respon kognitif, respon yang meliputi cara manusia menerima,

mempersepsi, mempelajari, menalat, mengingat dan berpikir tentang

suatu informasi.

1) Lapang persegi luas

2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks

3) Konsentrasi pada masalah

4) Menyelesaikan masalah secara efektif

c. Respon perilaku dan emosi

1) Tidak dapat duduk tenang

2) Termor halus pada tangan

3) Suara kadang-kadang meninggi

2. Kecemasan sedang

Persepsi pasien terhadap lingkungan menurun atau individu lebih

memfokuskan pada hal penting dan mengesampingkan hal lainnya.

a. Respon fisiologis

1) Sering nafas pendek

2) Nadi ekstra systole dan tekanna darah naik

3) Mulut kering

4) Anorexia

5) Diare atau konstipasi

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi menyempit

2) Rangsangan luar tidak mampu diterima

3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya


28

c. Respon perilaku dan emosi

1) Gerakan tersentak-sentak

2) Bicara banyak dan cepat

3) Perasaan tidak nyaman

3. Kecemasan berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit individu

cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang

lain. pasien tidak bisa berfikir berat dan hanya membutuhkan banyak

pengarahan atau tuntutan.

a. Respon fisiologis, respon alamiah di dalam tubuh yang menandakan

berjalannya fungsi anggota tubuh dengan baik, meliputi:

1) Sering nafas pendek

2) Nadi dan tekanna darah naik

3) Berkeringat dan sakit kepala

4) Penglihatan kabur

b. Respon kognitif

1) Lapang persepsi sangat menyempit

2) Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Respon perilaku dan emosi

1) Perasaan ancaman meningkat

2) Verbalisasi cepat.

Penderita diabetes mellitus berpengaruh terhadap kadar gula darah tidak

stabil, meskipun telah diupayakan diet, latihan fisik maupun pemakaian obat

secara tepat. Hal tersebut disebabkan terjadinya peningkatan hormon


29

glukortikoid (kortisol), ketokolamin (epinefrin), dan hormon pertumbuhan.

Kecemasan melibatkan perasaan, perilaku dan respon fisiologis. Tingginya

kadar gula darah dan resiko komplikasinya membuat setiap penderita DM

mengalami stress terutama pada kecemasannya (Semiardji. 2013 dalam

Atika,dkk 2015). Penderita Diabetes Mellitus tidak hanya mengalami

gangguan atau masalah pada fisiknya saja, namun juga memicu masalah

psikososial dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan manusia adalah

makhluk yang holistik yang terdiri dari dimensi biologis, psikologis,

sosialkultural, dan spiritual yang saling mempengaruhi dan tidak dapat

dipisahkan satu sama lainnya (Potter & Perry,2009). Gangguan pada suatu

dimensi akan mempengaruhi dimensi yang lain. Tingginya angka kejadian

diabetes dan keterbatasan penyandang diabetes dalam menjalankan

managemen diabetes dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya

menimbulkan distress psikologis yang berkontribusi terhadap peningkatan

glukosa darah (Aikens, 2012).

Distress psikologis dapat menyebabkan perubahan kadar gula darah,

stress memberikan stimulasi pada simpatik-adrenal-meduler (SAM) dan

hypothalamus-hipofisis-adrenal (HPA) untuk merangsang produksi hormon

epineprin dan kortisol dari kelenjar adrenal. Efek dari kedua hormon ini

adalah meningkatkan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2 harus

melibatkan semua dimensi (Gulliams, 2010). Oleh karena itu, dalam

penanganan Penderita diabetes mellitus tipe 2 harus melibatkan semua

dimensi biologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual, dimana pananganan

yang dibutuhkan tidak hanya terapi farmakologi saja tetapi harus melibatkan
30

terapi nonfarmakologi. The American Diabetes Association (ADA) (2013),

merekomendasikan terapi relaksasi untuk terapi pengobatan diabetes mellitus

berdasarkan pembuktian penelitian klinis, terapi relaksasi merupakan salah

satu terapi relaksasi yang sudah dibuktikan keefektifan dalam mengatasi

masalah kesehatan pada beberapa penyakit.

C. Terapi musik

1. Defenisi terapi musik

Musik digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan meningkatkan

kemampuan pikiran seseorang. Terapi musik merupakan terapi untuk

meningkatkan mental dan kualitas fisik dengan rangsangan suara yang

terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang

diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat bagi

kesehatan fisik dan mental. Musik digunakan dalam mengobati penyakit

dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Jika musikgunakan

dalam sebuah terapi, dapat memulihkan, meningkatkan dan memelihara

kesehatan fisik, emosional, mental, social dan spiritual (Sulistyorini,

2014).

2. Perkembangan musik

Tak seorangpun mengetahui kapan orang mulai membuat musik.

Boleh jadi secara alami musik sudah dimainkan ketika pertama kali

manusia hadir dimuka bum ini. Pada masyarakat primitif, musik

merupakan cara alami untuk mengekspresikan emosi-emosi seperti

bahagia, marah, cinta, dan juga rasa kagum terhadap hal-hal gaib atau

kekuatan alami, musik juga mengiringi tarian-tarian ritual atau orang


31

bekerja. Instrumen yang digunakan pertama kali yaitu ketukan kaki dan

tepukan tangan, kemudian mulai menemukan cara memproduksi suara

yaitu dari cekungan semacam buah labu yang dipukuli dengan tongkat

atau dengan ditiup. Selanjutnya mulai mengkombinasikan nada-nada dan

ritme dengan berbagai cara sehingga lahirlah seni musik. Para musisi juga

memperhalus elemen-elemen musik mengorganisasikan dan

mengembangkan ke dalam struktur yang lebih kompleks. Dengan suatu

kekuatan mendramatisasi suasana maka tercapailah kondisi musik serius

seperti yang kita dengar saat ini (Muttaqin, 2008).

3. Pemanfaatan terapi musik bagi dunia kesehatan

Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Saat

mendengarkan musik, gelombang listrik di otak dapat di percepat atau di

perlambat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami

perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang

mempengaruhi stress seseorang, serta mampu meningkat daya ingat.

kesehatan dan Musik memiliki hubungan erat, ketika mendengarkan

musik kesukaannya, seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana

hati yang baik dalam waktu singkat.

Musik juga memiliki kekuatan mempengaruhi denyut jantung dan

tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Makin

lambat tempo musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah

menurun. Akibatnya, pendengar pun terbawa dalam suasana santai, baik

itu pada pikiran maupun tubuh. Sejumlah rumah sakit diluar negeri mulai

menerapkan terapi musik pada pasiennya yang mengalami rawat inap. Saat
32

sedang sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita

menegangkan ratusan otot dalam punggung. Musik dapat memulihkan

sakit punggung kronis, karena bekerja pada sistem syaraf otonom yaitu

yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan

fungsi otak yang mengontrol perasaan dan emosi.

Mendengarkan musik secara teratur membuat tubuh menjadi rileks

secara fisik dan mental sehingga membantu memulihkan dan mencegah

sakit punggung. Fungsi kesehatan lain ialah untuk membantu kelahiran.

Dengan mendengarkan musik, ibu hamil akan terbantu dalam menghadapi

rasa sakit saat melahirkan. Bentuk ekpresi melalui musik dapat

menyembuhkan sakit dalam tubuh dan membantu otot menjadi relaks

(Muttaqin dkk, 2008). Selain itu, irama musik juga berperan dalam rasa

cemas dan depresi. Dalam pengujian psikologis ditemukan bahwa

penderita yang setiap hari selama 12 minggu dirangsang dengan musik,

tingkat depresi dan rasa cemasnya menjadi lebih stabil dan lebih mudah

diajak bekerja sama dibandingkan dengan penderita yang mendapatkan

fasilitas pengobatan yang sama tanpa musik (Djohan, 2005).

4. Teknik pemberian terapi musik

Terapi musik merupakan sebuah terapi kesehatan yang dibilang salah

satu terapi yang tidak membutuhkan biaya yang cukup banyak karena

hanya membutuhkan jenis musik klasik dengan irama yang pelan yang

mudah diunduh di internet, bisa digunakan headset atau sound spiker yang

disalurkan pada handphone.

5. Alat dan cara penggunaan terapi musik


33

Hadiyanto (Ima, 2010) mengemukakan beberapa hal dalam

melaksanakan terapi musik, yaitu:

a. Menggunakan headset.

b. Memutar salah satu music (mp3) yang telah ditentukan dengan

volume sedang agar musik menjadi pelan dan nyaman.

c. Durasi waktu dalam satu kali pemutaran adalah selama 20 menit,

lakukan 1kali sehari pada saat waktu pasien senggang selama 7 hari.

6. Mekanisme kerja terapi musik dalam menurunkan gula darah dan

kecemasan

Hatem dkk (2007) berpendapat bahwa sebenarnya mekanisme kerja

musik dapat mengurangi rasa sakit, stress, kecemasan maupun

menurunkan tekanan darah. Dalam mengurangi rasa sakit, muncul

beberapa teori yang menyatakan bahwa musik mempengaruhi sistem

autonomic, merangsang kelenjar hipofisis yang menyebabkan keluarnya

endorphin sehingga terjadi penurunan rasa sakit dan akan menyebabkan

berkurangnya penggunaan analgetik. Oleh karena itu pengaruh musik

dapat dirasakan pada detak jantung. Saat mendengarkan musik, saat

memproses apa yang didengar, detak jantung cenderung mengikuti atau

sinkron dengan kecepatan musik (bit per menit).

Pada dasarnya semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan dalam

usaha menurunkan tingkat kecemasan. Namun sering kali dianjurkan

memilih musik dengan tempo sekitar 60 detik/menit, musik klasik juga

mempunyai kategori frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz. Frekuensi

tersebut bisa merangsang tubuh dan pikiran menjadi rileks sehingga


34

merangsang otak untuk membuat detak jantung stabil dan menurunkan

kecemasan (Irawaty, 2013).

Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan

menyebabkan peningkatan serotonin. Serotonin adalah suatu

neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan

perubahan mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi

hormon melatonin yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh

yang pada akhirnya mengalami distress psikologis seperti kecemasan dan

depresi yang dirasakan oleh responden dapat menurun sebagai akibat dari

perubahan mood (Atwater,2009).

Distress psikologis dapat menyebabkan perubahan kadar gula darah,

stress memberikan stimulasi pada simpatik- adrenal- meduler (SAM) dan

hypothalamus- hipofisis- adrenal (HPA) untuk merangsang produksi

hormon epineprin dan kortisol dari kelenjar adrenal. Efek dari kedua

hormon ini adalah meningkatkan kadar glukosa darah pasien diabetes

mellitus tipe 2 harus melibatkan semua dimensi (Gulliams, 2010). Oleh

karena itu, dalam penanganan Penderita diabetes mellitus tipe 2 harus

melibatkan semua dimensi biologis, psikologis, sosiokultural, dan

spiritual, dimana pananganan yang dibutuhkan tidak hanya terapi

farmakologi saja tetapi harus melibatkan terapi nonfarmakologi.

Musik merupakan vibrasi udara harmonis ditangkap oleh organ

pendengaran melalui saraf di dalam tubuh kita, serta disampaikan ke

susunan saraf pusat. Gelombang suara musik yang dihantar ke otak

berupa energi listrik melalui jarinagn saraf yang akan membangkitkan

gelombang otak yang dibedakan atas frekuensi alfa, beta, tehta, dan delta.
35

Gelombang alfa membangkitkan relaksasi, beta terkait dengan aktivitas

mental, gelombang tehta dikaitkan dengan situasi stress, kecemasan dan

depresi, sedangkan gelombang delta dihubungan dengan situasi

mengantuk. Suara musik yang didengar dapat mempengaruhi frekuensi

gelombang otak sesuai dengan jenis musik. Musik yang didengar melalui

telinga akan distimulasi ke otak, kemudian di otak, musik tersebut akan

diterjemahkan menurut jenis musik dan target yang akan distrimuasi

(Mufizah,dkk, 2016).

D. Musik Tradisional Minangkabau : Saluang

Saluang merupakan salah satu alat musik tradisionaldari Sumatera Barat

yang terbuatdari bamboo talang. Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak

hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini,

menjadi pengiring dendang pantun.Pantun yang dilantunkan biasanya berisi

sindiran, ratapan, nasehat atau penggurauan. Lain halnya apabila saluang

ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk pengobatan penyakit

dan kebathinan seseorang sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan

seseorang (Mahmud, 2014).

Semua jenis musik seperti lagu-lagu relaksasi, lagu populer, tradisional,

maupun musik klasik, sebenarnya dapat digunakan sebagai terapi musik.

Namun harus memilih lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan/menit yang

bersifat membuat rileks, karena apabila terlalu cepat maka secara tidak sadar

stimulus yang akan membuat mengikuti irama tersebut, sehingga keadaan

istirahat yang optimal tidak tercapai. Beberapa penelitian tentang terapi musik

kebanyakan menggunakan musik klasik dan jarang sekali menggunakan musik

tradisional (Djohan, 2006).


36

Musik minang adalah salah satu aliran musik nusantara baik tradisional

maupun modern yang tumbuh dan berkembang diwilayah kebudayaan minang

kabau. Musik tradisional minang yang asal usulnya terkait dengan musik

melayu ini umumnya dimainkan oleh alat-alat musik seperti rabab, talempong,

serunai, rebana, gendang, saluang dan biola sehingga akan enak didengardan

bisa diterima di masyarakat (Shandie, 2015).

Saluang adalah alat musik tradisional dari Sumatera Barat yang terbuat

dari bambu talang.Saluang memiliki diameter sekitar 3-4 cm, panjangnya 40-

60 cm dan hanya memiliki 4 lubang. Alat musik tradisional saluang ini

dimainkan dengan cara ditiup. Di Ranah Minang, saluang biasanya tidak

hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini,

menjadi pengiring dendang pantun.Pantun yang dilantunkan biasanya berisi

sindiran, ratapan, nasehat ataupun gurauan. Lain halnya apabila saluang ditiup

tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk suatu pengobatan dan

kebathinan seseorang (Nandez, 2010)

Musik saluang klasik biasanya cenderung membawakan lagu-lagu bernada

minor dan sedih, dan mengisahkan peristiwa sedih yang menimpa dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti alat musik pada umumnya, saluang juga

memiliki nada dasar, yang biasanya dimulai dari nada C dan BES yang dapat

mempermudah sipenuip saluang memainkan berbagai macam lagu (Putra,

2015), dan dendangannya dapat mengembalikan ingatan sipen dengar terhadap

kampung halaman ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani

dan memberi kesan menenangkan saat mendengar saluang (Muhlis, 2014).


37

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka teori

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit menahun, yang disebabkan

oleh kenaikan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik absolut

maupun relatif, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf, dan pembuluh darah. (Brunner & Suddart, 2012). DM tipe 2

dikarakteristikkan dengan hiperglikemia, retensi insulin dan kerusakan relatif

sekresi insulin (Soegondo, Seowondo & Subekti, 2009).

Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa darah

pada kejadian diabetes mellitus tipe 2 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor genetik, obesitas (kegemukan), usia, tekanan darah, aktivitas fisik,

kadar kolesterol, riwayat diabetes gestasional, dan faktor psikologis

(Damayanti, 2015). Perbedaan hidup yang mendadak akan menyebabkan

penderita diabetes mellitus tipe 2 menunjukkan reaksi psikologis seperti

marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang meningkat, dan depresi. Selain

perbedaan tersebut jika penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi

maka akan menambah kecemasan pada penderitanya. Kecemasaan merupakan

rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan pasien diabetes

mellitus tipe 2 berpengaruh terhadap fluktuasi glukosa darah yang

menyebabkan kadar gula darah tidak stabil, meskipun telah diupayakan diet,

latihan fisik maupun pemakaian obat secara tepat.


38

Penanganan peningkatan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan

farmakologi dan non farmakologi. Salah satu bentuk dari non farmakologi

dengan terapi musik saluang. Terapi musik suatu usaha meningkatkan kualitas

fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari ritme,harmoni,

melodi, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga

tercipta music yang bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Musik

memiliki intensitas dalam mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan

pikiran seseorang.Jika musik diterapkan dalam sebuah terapi, musik dapat

meningkatkan, memulihkan,dan memelihara kesehatan fisik, mental,

emosional, social dan spiritual. (Sulistyorini,2014)

Untuk lebih memahami, teoritis dari penelitian ini akan ditampilkan

melalui skema berikut


39

Penyebab DM tipe 2

Gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein

Diabetes mellitus
Tipe 2

Faktor resiko: Faktor Biologis : Faktor


psikologis:
Genetik, obesitas, usia Tekanan darah
Aktivitas fisik Kecemasan
Kadar kolesterol
Marah
Depresi

perubahan kadar
gula darah

Mendengarkan terapi
musik saluang

Skema 2.1 kerangka teori

Sumber : Brunner & Suddart, 2012, Soegondo,dkk, 2009, Damayanti, 2015,


Sulistyorini,2014
40

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variable yang

satu dengan variabel lainnya, dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo,

2010). Kerangka konsep penelitian mengenai pengaruh terapi musik saluang

terhadap kadar gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Kadar gula darah

Terapi musik saluang

Kecemasan

Skema 2.2 kerangka konsep

C. Hipotesis penelitian

Ha1 : Terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah

pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2

Ha2 : Terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan pada

pasien Diabetes Mellitus tipe 2


41

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jesain dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental dengan

rancangan one grup pretest and posttest design yaitu sebelum (pretest)

dilakukan terapi musik saluang kadar gula darah dan skor kecemasan pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 dan kemudian setelah (posttest) dilakukan

terapi musik saluang kadar gula darah dan skor kecemasan pada pasien

diabetes mellitus tipe 2.

Bentuk rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pretest post-test
Pasien DM tipe 2 01 02
x

Ket:

01 : Pengukuran tingkat kadar gula darah dan kecemasan sebelum dilakukan

intervensi terapi musik saluang

X: Intervensi terapi musik saluang

02 : Pengukuran tingkat kadar gula darah dan kecemasan sesudah dilakukan

intervensi terapi musik saluang


42

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr.

M. Zein Painan pada bulan Desember 2017 sampai Juli 2018 dan

pengumpulan data telah dilaksanakan dari tanggal 9-16 Juli 2018 di Ruangan

Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau semua

individu yang menjadi sumber pengambilan sampel ( Sugiyono, 2008).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe 2

yang berkunjung di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein

Painan yang berjumlah 2386 orang pada bulan Januari sampai bulan Juni

tahun 2018 penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang berkunjung di Poli

Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini jumlah anggota sampel yang digunakan adalah 10

orang pasien yang berkunjung pada tahun 2018 di Ruangan Poli Penyakit

Dalam yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUD. Dr. M. Zein

Painan.
43

3. Kriteria sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah subyek penelitian dari suatu populasi target

dan terjangkau yang akan diteliti (Sujarweni, 2014)

1. Bersedia menjadi responden

2. Responden berada ditempat saat melakukan penelitian

3. Usia 45-59 Tahun

4. Responden yang tidak mendapatkan terapi nonfarmakologi apapun.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (sujarweni,

2014), antara lain:

1. Responden yang sedang mengalami gangguan pendengaran

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang peneliti lakukan dengan

purposive sampling yaitu didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu

yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan sifat atau ciri-ciri populasi

yang telah diketahui sebelumnya. Pelaksanaan pengambilan sampel secara

purposive ini adalah pertama-tama peneliti melakukan identifikasi pada

semua karakteristik populasi, kemudian peneliti menetapkan berdasarkan

pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel

penelitian sehingga teknik pengambilan secara purposive sampling


44

didasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri (Notoatmodjo,

2012).

Dalam penelitian ini, pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang dijadikan

sampel berjumlah 10 orang dengan teknik purposive sampling yaitu memilih

sampel di antara populasi yang sesuai dengan kehendak peneliti. Pada hari

pertama tanggal 9 Juli 2018, peneliti mendapatkan 38 orang responden, 26

orang mengalami penyakit lain, 12 orang responden mengalami penyakit DM

tipe 2 dari 12 orang responden tersebut, 3 orang responden tidak sesuai

dengan usia, 3 orang responden mengalami gangguan pendengaran, 2 orang

responden tidak mau bersedia menjadi responden, 4 orang yang sesuai dengan

kriteria inklusi dalam penelitian. Hari kedua tanggal 10 Juli 2018, peneliti

mendapatkan 42 orang responden, 29 orang mengalami penyakit lain, 13

orang responden mengalami penyakit DM tipe 2 dari 13 orang responden

tersebut, 4 orang responden tidak sesuai dengan usia, 2 orang mengalami

gangguan pendengaran, 1 orang responden tidak bersedia menjadi responden,

6 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian.

E. Variabel dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-

sifat hal yang didefenisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep

dapat diamati diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu

membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti (Suryabrata, 2013).


45

1) Variabel Independen

Terapi musik adalah suatu terapi untuk meningkatkan kualitas

mental dan fisik dengan suara-suara yang terdiri dari ritme, harmoni,

melodi, timbre. Musik dapat membantu meningkatkan, pemulihan dan

memperbaiki kondisi kesehatan fisik, mental, emosional, social dan

spiritual, Apabila musik diterapkan dalam sebuah terapi (Sulistyorini,

2014).

1) Sebelum diberikan terapi musik saluang (Pretest).

a) Peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi.

b) Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan

peneliti.

c) Menyerahkan lembar persetujan sebagai responden dan

meminta kerjasama dengan responden.

d) Peneliti melakukan pengukuran tingkat kecemasan dengan

kuesioner HARS dan kadar gula darah dengan glukometer pada

responden sebelum dilakukan intervensi

e) Melakukan terapi musik saluang kepada responden.

2) Intervensi (terapi musik saluang)

a) Menggunakan headset.

b) Memutar musik saluang (mp3) yang telah ditentukan dengan

volume sedang agar musik menjadi pelan dan nyaman.

c) Durasi waktu dalam satu kali pemutaran adalah selama 20 menit

dilakukan 1 kali dalam 7 hari.


46

3) Posttest

Setelah selesai melakukan terapi musik saluang selama 20 menit

1 kali dalam 7 hari. Peneliti melakukan pengukuran skor kecemasan

dan kadar gula darah kepada responden.

2) Variabel dependen

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Skala
No Variabel Defenisi Alatukur Cara ukur Hasilukur
ukur
1. Variabel Konsentrasi glukosa Glukometer Menggunakan Satuan Rasio
dependen : darah sewaktu, yang di Kapas alcohol glucometer kadar
ukur sebelum terapi Jarum dengan sampel glukosa
Kadar musik saluang pada Lembar darah perifer darah=
glukosa darah pasien diabetes mellitus kontrol dari salah satu mg/dl
tipe 2 dan setelah terapi ujung jari
musik saluang pada tangan
pasien diabetes mellitus kanan/kiri.
Kecemasan suatu keadaan yang Kuesioner Wawancara Skor Rasio
pada pasien mengancam keutuhan Hamilton terpimpin kecemasan :
diabetes serta keberadaan dirinya anxiety rating Dalam
mellitus tipe pada pasien diabetes scale (HARS) rentang
2 mellitus tipe 2 modifikasi 14-56

F. Bahan penelitian/Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data. Instrumen yang akan digunakan pada penelitian

ini adalah alat glukometer dan kuesioner Hamilton anxiety rating scale

(HARS) untuk penilaian skor kecemasan dan juga lembar kontrol untuk

penilaian kadar gula darah dan alat-alat untuk terapi (handphone, headset).
47

G. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian Keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian

(Aziz, 2003).

Setelah mendapat persetujuan dari responden maka barulah peneliti

memperhatikan etika-etika dalam melakukan penelitian yaitu :

1) Nonmaleficience (terhindar dari cedera / tidak membahayakan

kemanusiaan)

Sebelum peneliti melakukan penelitian, responden diberikan

penjelasan tentang tujuan dan prosedur penelitian. Responden juga

mendapatkan penjelasan bahwa peneliti tidak membahayakan atau tidak

menimbulkan dampak yang merugikan, misalnya sesak nafas, nyeri,

luka, penurunan kesadaran, dan penelitian ini tidak dipungut biaya

tertentu. Selama dilakukan terapi musik saluang ini responden tidak

dirugikan karena terapi musik saluang tidak memiliki dampak negatif

bagi mendengarnya.

2) Autonomy (kebebasan memutuskan untuk diri sendiri)

Peneliti meminta persetujuan kepada calon responden atas

kesediaan menjadi subyek penelitian dengan diberikan informed

concent. Penjelasan informed concent yang mencakup penjelasan judul

penelitian yaitu tentang pengaruh terapi musik terhadap kadar gula darah
48

dan kecemasan pada penderita diabetes mellitus di Ruang Poli Penyakit

Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan. Beserta tujuan dan manfaat

penelitian. Calon responden diberikan hak untuk menentukan apakah

bersedia menjadi subyek penelitian terapi musik saluang dan pada

penelitian ini tidak ada paksaan ataupun tekanan tertentu kepada subyek

untuk bersedia terlibat dalam penelitian terapi musik saluang ini.

3) Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, semua yang terkumpul dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti.

4) Beneficence (Berbuat baik)

Satu prinsip etik yang mendasar dalam penelitian ini adalah

memberikan keuntungan yang setinggi-tingginya, diatas itu penelitian

yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian atau kerusakan, bebas dari

eksploitasi, memberikan manfaat serta peneliti harus berhati-hati dalam

mengkaji resiko dan manfaat yang akan didapatkan. Dalam penelitian ini

peneliti menerapkan prinsip the principle of beneficience yaitu terapi

musik saluang yang tidak memberikan dampak merugikan kepada pasien.

Dalam inform concent peneliti juga mencantumkan apabila terdapat

dampak yang merugikan akibat tindakan terapi musik saluang ini maka

peneliti bertanggung jawab untuk membantu menyelesaikannya.

5) Justice(keadilan)

Peneliti berkewajiban untuk memberlakukan responden secara adil

dalam setiap tahapan penelitian, hal ini diterapkan untuk memenuhi hak
49

responden untuk mendapatkan penanganan yang adil. Responden dalam

penelitian ini mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dan

sama sebelum, selama dan setelah keikut sertaanya dalam penelitian serta

menjaga kerahasiaanya.

H. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari pengukuran skor kecemasan responden

sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan kuesioner

HARS dan pengukuran kadar glukosa darah responden sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan glukometer.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Tahap persiapan peneliti

1) Peneliti mengurus surat izin untuk melakukan penelitian pada

institusi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

1) Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke KABAG

KESBANGPOL pesisir selatan untuk melakukan penelitian.

2) Setelah mendapatkan izin, peneliti memasukkan surat ke RSUD.

Dr. M. Zein Painan untuk meminta data dan izin melakukan

penelitian.

3) Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya peneliti melapor ke

ruangan poli penyakit dalam untuk izin penelitian.

4) Setelah mendapatkan data, peneliti akan menilai kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi dari responden.


50

5) Peneliti menyamakan persepsi peneliti dengan 2 orang enumerator

tentang kriteria inklusi dan ekslusi responden

6) Peneliti mengumpulkan responden

a) Pada hari pertama tanggal 9 Juli 2018, peneliti mendapatkan

4 orang responden di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD.

M. Zein Painan,

b) Pada hari kedua tanggal 10 Juli 2018, peneliti mendapatkan

6 orang responden di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD.

M. Zein Painan.

7) Pada saat mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti

memperkenalkan diri kepada responden dan menjelaskan tujuan,

prosedur penelitian serta meminta izin kesediaan calon responden

sebagai responden.

8) Selanjutnya peneliti meminta persetujuan responden untuk

menandatangani persetujuan secara tertulis (informed consent).

9) Sebelum dilakukan perlakuan (pre-tes), peneliti terlebih dahulu

membuat kontrak waktu dengan responden untuk diberikan

perlakuan.

10) Peneliti kemudian akan melakukan penelitian ke rumah pasien.

b. Sebelum diberikan perlakuan (pre-test)

1) Peneliti mulai melakukan pre-test pada 4 orang responden pada

tanggal 9 Juli 2018, peneliti dibantu oleh enumerator, peneliti

melakukan perlakuan terhadap 2 orang responden, 2 orang

respondennya lagi di bantu oleh enumerator.


51

2) Peneliti melakukan pre-test pada 6 orang responden tanggal 10 Juli

2018, peneliti dibantu oleh enumerator, peneliti melakukan

perlakukan terhadap 4 orang responden, 2 orang respondennya

lagi di bantu oleh enumerator.

3) Peneliti mewawancarai responden untuk menentukan skor

kecemasan dengan menggunakan lembar kuesioner HARS

kemudian melakukan pengukuran kadar gula dengan menggunakan

glukometer dirumah masing- masing responden.

c. Tahap intervensi (terapi musik saluang)

1) Intervensi mulai dilakukan pada tanggal 9 Juli- 16 Juli 2018.

a. Intervensi hari pertama tanggal 9 Juli 2018 untuk 4 orang

responden. Intervensi hari pertama tanggal 10 Juli 2018 untuk

6 orang responden.

b. Intervensi hari terakhir (hari ke- 7) tanggal 15 Juli 2018 untuk

4 orang responden. Intervensi hari terakhir tanggal 16 Juli

2018 untuk 6 orang responden.

2) Peneliti menganjurkan untuk mengatur posisi tubuh yang nyaman

(posisi duduk)

3) Peneliti menganjurkan untuk memejamkan mata secara perlahan

4) Peneliti menganjurkan untuk mempertahankan sikap tenang dan

nyaman bagi responden

5) Membantu responden memasang headset

6) Hidupkan audio (musik saluang) selama 20 menit dalam waktu 7

hari berturut-turut.
52

d. Tahap Pasca Perlakuan (Post test)

1) Setelah dilakukan terapi musik saluang selama 7 hari berturut-

turut, pada hari ke - 7 peneliti mengevaluasi perasaan responden

dan melakukan posttest dengan mengukur kembali skor

kecemasan dengan kuesioner HARS dan mengukur kadar gula

darah dengan glukometer dan lembar kontrol sesudah dilakukan

intervensi.

2) Pada akhir pertemuan (terminasi), peneliti mengucapkan terima

kasih kepada seluruh responden atas kesediaan waktunya dan

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian.

I. Teknik Pengolahan Data Dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul, dianalisis,

kemudian data diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Setelah semua data didapatkan, peneliti mulai memeriksa semua data

tentang data dari responden yang diambil seperti inisial, umur, tempat,

jenis kelamin,pekerjaan, riwayat diabetes mellitus, dan skor kecemasan

dan kadar gula darah. Setelah diperiksa tidak ada ditemukan kuisioner

yang tidak ada jawaban, semua kuisioner terisi penuh dengan jawaban

dari responden.

b. Mengkode Data (Coding)

Setelah kuisioner sudah siap diperiksa, peneliti melakukan pengkodean

data. Pengkodean data merupakan kegiatan yang mengklasifikasikan


53

data dan member kode. Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan

dalam pengelolaan data khususnya pada saat memasukkan (entry) data.

c. Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data pada tabel-tabel dan menghitungnya.

d. Pembersihan Data (cleaning)

Sebelum dianalisa dilakukan pengecekan kembali pada data yang akan

dimasukkan pada master tabel. Setelah data tersebut benar maka

dilakukan proses analisa data yaitu analisa univariat dan analisa

bivariat.

e. Tabulasi (Tabulating)

Setelah data diisi dan dimasukkan dengan benar, dilakukan dengan

cara mengentry data agar dapat di analisis, dara dientry dengan

komputer untuk variabel independen dan dependen.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dlakukan untuk melihat frekuensi

masing-masing variabel yang di teliti, baik variabel independen maupun

variabel dependen (Notoatmodjo, 2012). Analisa data dilakukan secara

komputerisasi. Analisa data dimulai dengan dilakukan untuk

mendapatkan distribusi frekuensi semua variabel yang akan diteliti

meliputi mean, SD, nilai max, nilai min. Hasil penelitian ditampilkan

dalam bentuk tabel sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik

saluang.
54

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara 2

kelompok yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan

perlakuan terapi musik saluang. sebelum dilakukan uji statistik maka

terlebih dahulu di lakukan uji normalitas data menggunakan uji Shaporo-

wilk didapatkan hasil pre kadar gula darah, ρ value =0,417 (≥ 0,05), hasil

post kadar gula darah dengan p value= 0,708 (≥ 0,05) artinya data

terdistribusi normal maka uji statistik yang di gunakan adalah uji t

dependen test (paired test). pre kecemasan dengan ρ value = 0,418 (≥

0,05), dan data hasil post kecemasan dengan ρ value = 0,438 (≥ 0,05)

artinya data terdistribusi normal maka uji statistik yang di gunakan

adalah uji t dependen test (paired test). Dengan interpretasi jika

didapatkan p value < 0,05 maka ada pengaruh terapi musik saluang

terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2,

jika p value > 0,05 maka tidak ada pengaruh terapi musik saluang

terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2.
55

BAB V

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan pada tanggal 9

Juli – 16 Juli tahun 2018 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M.

Zein Painan tentang pengaruh pengaruh terapi musik saluang terhadap

kadar gula darah dan kecemasan pada pasien Diabetes Millitus tipe 2 di

Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Zein Painan, dengan 10

responden maka didapatkan hasil sebagai berikut:

A. Analisa Univariat

1. Rerata Kadar Gula Darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Sebelum


dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli
Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

Tabel .5.1
Rerata Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik
Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.
Kadar gula N Mean SD min max
darah

Pre GD 10 266.50 74.602 150 368


Post GD 10 218.60 64.993 130 330

Tabel 5.1 menunjukkan rerata kadar gula darah pasien Diabetes

Mellitus tipe 2 sebelum di berikan terapi musik saluang adalah 266,50,

dengan standar deviasi 74,602 dan setelah diberikan terapi musik saluang

rata rata gula darah adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,993.
56

2. Rerata SkorKecemasan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 Sebelum dan


Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli Penyakit
Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

Tabel 5.2
Rerata Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik
Saluang di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.
Tabel 5.2 menunjukkan rerata skor kecemasan pasien Diabetes Mellitus

tipe Kecemasan N Mean SD Min max

2 Pre kecemasan 10 23.00 3.590 18 31


Post kecemasan 10 16.90 3.107 13 23

sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 23,00, dengan standar deviasi

3,590, dan setelah diberikan terapi musik rerata kecemasan adalah 16,90 dan

standar deviasi 3,107.

B. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian untuk pengaruh terapi musik saluang

terhadap kadar gula darah dan skor kecemasan kepada responden yang

mengalami diabetes mellitus tipe 2 digunakan uji T dependen test (paired

test) karena penyebaran data terbukti normal dengan menggunakan uji

normalitas shapiro-wilk. Berikut hasil dari uji shapiro-wilk.

Tabel 5.3
57

Hasil Uji Shapiro-Wilk Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah


diberikan Terapi Musik Saluang pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2
di Ruangan Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.
Uji shapiro wilk Sig Batas ket
Pre gula darah 0,417 0,05 Normal
Post gula darah 0,708 0,05 Normal
Tabel 5.3 diatas diperoleh hasil uji shapiro wilk pada hasil kadar

gula darah sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 0,417 dan

sesudah diberikan terapi musik saluang adalah 0,708 dimana didapatkan

p>0,05 artinya penyebaran data terbukti normal dan untuk melihat

pengaruh kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik

saluang menggunakan uji T dependen test (paired test).

Tabel 5.4
Hasil uji shapiro-wilk kecemasan Sebelum dan Sesudah
diberikan Terapi Musik Saluang pada Pasien Diabetes Mellitus tipe 2
di Ruangan Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.
Uji shapiro wilk Sig Batas ket
Pre kecemasan 0,418 0,05 Normal
Post kecemasan 0,438 0,05 Normal

Tabel 5.4 diatas diperoleh hasil uji shapiro wilk pada hasil skor

kecemasan sebelum diberikan terapi musik saluang adalah 0,418 dan

sesudah diberikan terapi musik saluang adalah 0,438 dimana diperoleh

p>0,05 artinya penyebaran data terbukti normal dan untuk melihat

pengaruh kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang

menggunakan uji T dependen test (paired test).

1. Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untuk Pengaruh Kadar Gula
Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di
RSUD Dr. M. Zein Painan.
Tabel 5.5
58

Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untukPengaruh Kadar Gula


Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di
RSUD Dr. M. Zein Painan.
N Mean SD Selisih P value
mean
Pre kadar 266.50 74.602
gula darah10 4 0.1
10 10 47,9 0,001
Post kadar 218.60 64.993
gula darah
Tabel 5.5 menunjukkan kadar gula darah sebelum diberikan terapi

musik saluang adalah 266,50, setelah diberikan terapi musik saluang

kadar gula darah adalah 218,60 dengan selisih mean 47,9.Terlihat

perbedaan antara pengukuran pertama (Pre Test) dan pengukuran kedua

(Post Test). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test

(paired test) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai

p=0.001, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula

darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Hasil Uji T Dependen Test (Paired Test) untuk Pengaruh Skor


Kecemasan Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di
RSUD Dr. M. Zein Painan.
59

Tabel 5.6
Hasil uji T DependenTtest (Paired Test) untukPengaruh Skor Kecemasan
Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di RSUD Dr.
M. Zein Painan.
N Mean SD Selisih P
mean
Prekecemasan 23.00 3.590
Postkecemasan 10 16.90 3.107 6,1 0,000
Tabel 5.6 menunjukkan perbedaan skor kecemasan sebelum

diberikan terapi musik saluang adalah 23,00, setelah diberikan terapi

musik rata rata kecemasan adalah 16,90 dengan selisih mean 6,1. Terlihat

perbedaan antara pengukuran pertama (Pre Test) dan pengukuran kedua

(Post Test). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test

(paired test) dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai

p=0.000, artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan

pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

BAB VI

PEMBAHASAN
60

Bab ini akan membahas hasil – hasil penelitian yang didapatkan

berdasarkan literatur yang telah diperoleh serta penelitian sejenis yang

pernah dilakukan. Bab ini juga membahas keterbatasan - keterbatasan

penelitian yang telah dilakukan serta implikasi hasil penelitian ini untuk

pelayanan, ilmu keperawatan, pendidikan dan penelitian keperawatan.

A. Rerata Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Musik Saluang di

Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 responden,

menunjukkan kadar gula darah sebelum di berikan terapi musik saluang

rata-rata adalah 266,50, dengan standar deviasi 74,602.Hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk,

(2015) tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah

pada pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi

relaksasi cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah

350,19 mg/dl dengan standar deviasi 64,99.

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat

glukosa di dalam darah. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah

sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah dimonitor

oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi

untuk kebutuhan energi tubuh pankreas melepaskan glukagon,

kemudian sel-sel mengubah glikogen menjadi glukosa. Glukosa

dilepaskan kedalam aliran darah, sehingga meningkatkan kadar gula


61

darah. Apabila kadar gula darah meningkat karena perubahan glikogen

maka ada hormon yang dilepaskan dari butir-butir sel yaitu insulin yang

menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen.

Kadar gula darah yang tinggi disebut dengan diabetes mellitus

(Suryono,2012)

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat

insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin,2011). DM tipe 2 adalah

penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga fungsinya tidak

maksimal atau tubuh mulai menjadi kurang peka terhadap insulin.

Reaksi ini dikenal dengan istilah resistensi insulin. Resistensi sel

terhadap insulin yang telah diproduksi oleh sel beta pankreas menjadi

kehilangan fungsinya. Akibatnya sel beta pankreas akan terus menerus

memproduksi insulin guna memenuhi kebutuhan tubuh dalam hal

mendukung proses metabolisme glukosa, akibat dipaksa secara terus

menerus mengakibtkan sel beta pankreas akan rusak, sehingga produksi

gula darah akan meningkat. Kerusakan sel beta pankreas inilah yang

seharusnya dicegah mengingat pentingnya fungsi sel tersebut sebagai

penghasil utama insulin didalam tubuh (Sudoyo, 2010)

Seseorang yang menderita DM tipe 2 biasanya mengalami

peningkatan frekuensi buang air (poliuri), rasa lapar (polifagia),rasa

haus (polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit,

kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah

sakit berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun,

(Smeltzer & Bare, 2012). Menurut Damayanti (2015) ada beberapa


62

faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe 2 antara lain: usia,

faktor usia yang menderita diabetes mellitus tipe 2 sering muncul

setelah 30 tahun ke atas, hal ini karena adanya perubahan anatomis,

fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat jaringan dan

akhirnya terdapat pada organ yang dapat mempengaruhi homoestasis.

Usia responden untuk penelitian ini berkisar 45-59 tahun. Dilihat dalam

pengkategorikan umur responden penelitian rata-rata usia 51,80.

Menurut analisa peneliti, sebelum diberikan terapi musik saluang

didapatkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan

rata-rata 266,50. Hal ini menunjukkan masih tingginya kadar gula darah

penderita diabetes mellitus tipe 2, ini disebabkan karena berbagai faktor

sehingga kadar gula darah masih sulit dikontrol. Mekanisme terjadinya

peningkatan kadar gula darah pada responden disebabkan karena adanya

kelainan pada sel beta dan kelainan pada jaringan perifer dan berlanjut

pada disfungsi sel beta pankreas. Kelainan sel beta pankreas tidak bisa

menghasilkan hormon insulin baik kualitas atau kuantitas yang cukup

sedangkan hormon insulin sangat diperlukan untuk mengangkut gula

darah kedalam sel-sel tubuh. Jadi tanpa insulin glukosa akan terbentuk

dalam aliran darah sehingga kadar gula darah responden menjadi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata

gula darah adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,99, hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk,


63

(2015) tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah

pada pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi

relaksasi cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah

350,19 mg/dl dengan standar deviasi 64,99.

Menurut penelitian Haeria (2009) penatalaksanaan untuk diabetes

mellitus tipe 2 dapat diberikan secara farmakologi biasanya diberikan

metrofin, sulfonilurea, biguanid. Penggunaan terapi yang sudah ada

seperti sulfonilurea dan biguanid dibatasi oleh sifat farmakokinetiknya,

tingkat kegagagalan sekunder dan efek samping yang mengiringinya

dan non farmakologi dapat diterapkan seperti diet, olahraga dan terapi

relaksasi yang dapat menurunkan kadar gula darah didalam tubuh dan

efek sampng yang lebih ringan.

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemia akibat

insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit

menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap

dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka DM tipe 2 dianggap sebagai

non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) (Corwin,2010)

Secara teori penatalaksanaan untuk penderita diabetes mellitus tipe

2 ada secara farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi

biasanya diberikan obat-obatan seperti obat sulfonilurea, meglinitida,

biguanida, thiazolidinedione untuk menurunkan kadar gula darah obat-

obat diabetes sekarang ini masih belum cukup sepenuhnya memberikan

solusi untuk para penderita diabetes mellitus karena obat-obat tersebut

dapat memberikan efek negatif pada tubuh. Selain harganya cukup


64

mahal, banyak efek samping yang ditimbulkan, sehingga penderita

diabetes mellitus umumnya akan mengalami kecemasan sehingga akan

berakibat pada kadar gula darahnya (Syafriani, 2017)

Selain farmakologi, sekarang juga telah dikembangkan terapi non

farmakologi dalam penanganan pasien diabetes mellitus yang dapat

dilakukan sebagai tindakan mandiri, salah satu nya adalah terapi

relaksasi. (Natalina, 2013). Terapi relaksasi merupakan salah satu

tindakan keperawatan untuk mengontrol kadar gula darah. Relaksasi

dapat mempengaruhi hipotalamus untuk mengatur dan menurunkan

aktivitas sistem saraf. Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi,

dan nafas dalam. Terapi musik mempunyai efek positif terhadap kadar

gula darah (Ernawati, 2016) salah satu terapi musik yang digunakan

yaitu terapi musik saluang yang dapat membuat perasaan tenang dan

mampu mengontrol kadar gula darah.

Menurut analisa peneliti sesudah diberikan intervensi selama 7 hari

berturut-turut, didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan

kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di ruangan poli

penyakit dalam RSUD. M. Zein Painan, dengan rata-rata kadar gula

sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata gula darah adalah

218,60, membuktikan bahwa pemberian terapi musik saluang dapat

memberikan hasil yang cukup baik terhadap penurunan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. hal ini disebabkan selama

penelitian penderita mampu bekerjasama dengan baik yaitu dengan

mengikuti prosedur yang peneliti tetapkan.


65

B. Rerata Skor Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum

dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Saluang di Ruangan Poli

Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 responden,

menunjukkan rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan terapi musik

saluang didapatkan nilai skor kecemasan adalah 23,00, dengan standar

deviasi 3,59. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah

dilakukan Ludiana (2017) tentang hubungan kecemasan dengan kadar

gula darah penderita diabetes mellitus, diperoleh rata-rata skor

kecemasan penderita diabetes mellitus adalah 27,44 dengan standar

deviasi 4,353.

Menurut Videbeck (2008) bahwa kecemasan adalah perasaan takut

yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan

adalah sekelompok kondisi yang memberikan gambaran yang penting

tentang kecemasan yang berlebihan, desertai repon peilaku, emosi dan

fisiologi.

Menurut Molina (2010), menjelaskan kecemasan adalah respon

saraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan menimbulkan aktivitas

involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.

Kecemasan akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya mengaktifkan

2 jalur, yaitu sistem endokrin (korteks adrenal) dan sistem saraf otonom

(simpatis dan parasimpatis). untuk mengaktifkan sistem endokrin

setelah hipotalamus menerima stimulus kecemasan, bagian anterior

hipotalamus akan melepaskan Corticotrophin Relaxing Hormone


66

(CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar hipofisis bagian anterior

untuk mensekresikan Adrenocortropin Hormone (ACTH). dengan

disekresikannya hormon ACTH kedalam darah maka hormon ini akan

mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan

hormon glukotikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini berperan dalam

proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan

kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh

kecemasan terhadap emosi seseorang.

Berdasarkan analisa peneliti hormon kortisol ini berperan dalam

proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan

kemudian sinyal diteruskan ke amigdala untuk memperkuat pengaruh

kecemasan terhadap emosi seseorang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang rata-rata

skor kecemasan adalah 16,90 dengan standar deviasi 3,107. hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Isesreni

& Sastra (2017) tentang efek terapi musik tradisional minang saluang

untuk menurunkan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe II, di

dapatkan hasil bahwa penelitian ini memperoleh nilai rata-rata skor

stress pasien diabetes mellitus tipe II sesudah diberikan terapi musik

saluang adalah 34,8 dengan standar deviasi 6,8.

Individu yang mengalami kecemasan dipengaruhi oleh beberapa

hal, diantaranya pengalaman negatif perilaku yang telah dilakukan,

seperti kekhawatiran akan adanya kegagalan, merasa frustasi dalam


67

situasi tertentu dan ketidakpastian melakukan sesuatu. Dinamika

kecemasan, ditinjau dari psikonalisasi dapat disebabkan oleh adanya

tekanan buruk perilaku masa lalu serta karena adanya gangguan mental.

Ditinjau dari teori kognitif, kecemasan terjadi karena adanya evaluasi

diri yang negatif tentang kemampuan yang dimilikinya dan orientasi diri

yang negatif (Fufron & Ririn, 2010)

Telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan,

berdasarkan medis maupun perawatan, diantaranya seperti relaksasi

nafas dalam, imajinasi terbimbing, relaksasi otor progresif dan yoga,

namun hasilnya belum maksimal. Salah satu terapi yang belum banyak

digunakan adalah terapi musik saluang. Terapi musik saluang yang

dapat membuat perasaan tenang dan dapat menurunkan kecemasan.

Menurut analisa peneliti sesudah diberikan intervensi selama 7 hari

berturut-turut, didapatkan hasil yang signifikan terhadap penurunan skor

kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di ruangan poli penyakit

dalam RSUD. M. Zein Painan, dengan rata-rata skor kecemasan

sebelum di berikan terapi musik saluang adalah 23,00, rata-rata sesudah

diberikan terapi musik saluang rata-rata skor kecemasan adalah 16,90,

C. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kadar Gula Darah Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD.

Dr. M. Zein Painan


68

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,001 (p

≤0,05) artinya terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar

gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Limbong dkk, (2015)

tentang terapi relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2, hasil sebelum dilakukan terapi relaksasi

cenderung lebih tinggi dengan rata-rata kadar gula darah 350,19 mg/dl

dengan standar deviasi 64,99.

Terapi relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan yang

mengontrol kadar gula darah. Relaksasi dapat megontrol kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus dengan cara menekan kelebihan

pengeluaran hormon-hormon yang dapat meningkatkan kadar gula

darah, yaitu epinefrin, kortisol, glukagon, adrenacorticotropic hormone

(ACTH), kortikosteroid, dan tiroid. Relaksasi dapat membantu

menurunkan kadar gula darah dengan menekan pengeluaran epinefrin

sehingga menghambat konversi glikogen menjadi glukosa, dan menekan

pengeluran kortisol menghambat metabolisme glukosa, sehingga asam

amino, laktat, dan pirufat tetap disimpan dihati dalam bentuk glikogen

sebagai energi cadangan, glikagon akan menghambat mengkonveksi

glikogen dalam hati menjadi glukosa dan relaksasi dapat menekan

ACTH dan glukokortiroid pada korteks adrenal sehingga dapat

membentuk glukosa baru oleh hati, selain itu liposis dan katabolisme

dapat menurunkan kadar gula darah (Smelzer & Bare 2008)


69

Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas nafas

dalam.(Petter & Perry, 2015). Banyak cara yang dapat digunakan untuk

menangani kadar gula darah salah satunya dengan mendengarkan

musik. Menurut dayat (2012), manfaat musik adalah meningkatkan

intelegensia, refresing, menenangkan menyegarkan, motivasi, sebagai

terapi kanker, stroke, dimensia, pemyakit jantung, nyeri, gangguan

belajar, dan sebagai alat komunikasi. Musik dapat berfungsi sebagai alat

terapi kesehatan. Pada saat seseorang mendengar musik kinerja sistem

tubuh mengalami perubahan dan gelombang listrik yang ada diotaknya

dapat dipercepat atau diperlambat. Bahkan, musik mampu mengatur

hormon-hormon yang mempengaruhi stress terutama pada kecemasan

seseorang ( Muttaqin, 2008 ). Pada dasarnya hampir semua jenis musik

bisa digunakan untuk terapi musik . Namun harus mengetahui pengaruh

setiap jenis musik terhadap tubuh dan pikiran. Dalam terapi musik,

komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin

dicapai. (Sulistyorini,2014). Tempo 60-80 beat per minute akan sangat

sinergis dengan alat musik yang digunakan untuk menimbulkan efek

terapi. Terapi musik instrumental adalah suatu cara penanganan

penyakit (pengobatan ) dengan menggunakan nada atau suara yang

semua instrumen musik dihasilkan melaui alat musik disusun demikian

rupa sehingga megandung irama, lagu dan keharmonisan.

Menurut Ratuh Swarihadiyanti (2014) musik intrumental adalah

musik yang melantunkan tanpa vocal, dan hanya instrumental/alat atau

backing vocal yang melantun. Manfaat musik instrumental adalah


70

menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat. Saluang

merupakan salah satu alat music tradisional dari Sumatera Barat yang

terbuat dari bamboo talang. Di RanahMinang, saluang biasanya tidak

hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari seruas buluh ini,

menjadipengiringdendangpantun.Pantun yang dilantunkan biasanya

berisi sindiran, ratapan, nasehat.Umumnya, irama saluang dan dendang

yang mengiringinya terdengar sentimental (berhiba-hiba), lain halnya

apabila saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan untuk

pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu

menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Mahmud, 2014).

Musik saluang klasik biasanya cenderung membawakan lagu-lagu

bernada minor dan sedih, dan mengisahkan peristiwa sedih yang

menimpa dalam kehidupan sehari-hari. Seperti alat musik pada

umumnya, saluang juga memiliki nada dasar, yang biasanya dimulai

dari nada C dan BES yang dapat mempermudah sipeniup saluang

memainkan berbagai macam lagu (Putra, 2015), dan dendangannya

dapat mengembalikan ingatan sipendengar terhadap kampung halaman

ataupun kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani dan memberi

kesan menenangkan saat mendengar saluang (Muhlis, 2014).

Menurut analisa peneliti terdapat pengaruh kadar gula darah

sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang didapatkan

penurunan kadar gula darah sesudah dilakukan terapi musik saluang.

Hal ini dikarenakan musik saluang berfungsi sebagai alat terapi

kesehatan. saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya ditujukan


71

untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang sehingga mampu

mengontrol kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2.

D. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skor Kecemasan Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD.

Dr. M. Zein Painan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p

≤0,05) artinya terdapat pengaruh terapi musik saluang terhadap

kecemasan pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian Isesreni &

Sastra (2017) tentang efek terapi musik tradisional minang saluang

untuk menurunkan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe II,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (p

≤0,05).

Berdasarkan penelitian Bonadonna (2008) telah melakukan

penelitian dampak relaksasi pada penyakit kronis. Hasilnya

menunjukkan adanya penurunan gejala dan tanda fisik dan psikologis,

meliputi penurunan kecemasan, nyeri, depresi dan stress. Teknik

relaksasi adalah salah satu tindakan keperawatan yang dapat

mengurangi kecemasan. Relaksasi dapat mempengaruhi hipotalamus

untuk mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis.

Terapi relaksasi meliputi terapi musik, meditasi dan nafas nafas

dalam. Terapi musik mempunyai efek positif terhadap kecemasan

(Ernawati, 2016). Terapi musik termasuk salah satu penanganan dalam

menangani stress dan kecemasan (Aizid, 2011). Rangsangan musik


72

tampak mengaktivasi jalur-jalur spesifik didalam area otak, seperti

sistem limbik yang berhubungan dengan perilaku emosional. Dengan

mendengarkan musik, sistem limbik ini teraktivasi dan individu tersebut

menjadi rileks. Saat keadaan rileks, cemas menurun. Alunan musik

dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut

nitric oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah

sehingga dapat mengurangi kecemasan. Melalui musik juga seseorang

dapat berusaha untuk menemukan harmoni internal. Dengan adanya

harmoni didalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi

kecemasan, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan atau gejolak

emosi negatif yang dialaminya. Jika mendengarkan musik yang

baik/positif maka hormon yang meningkatkan imunitas tubuh juga akan

berproduksi dan musik menyebabkan tubuh menghasilkan hormon beta-

endorfin. (Dian Natalina,2013)

Ferawati (2015) mengungkapkan bahwa musik berfungsi untuk

meningkatkan vitalitas fisik, menghilangkan kelelahan, meredakan

kecemasan dan ketegangan, meningkatkan konsentrasi merangsang

kreativitas dan memperkuat karakter serta perilaku positif. Banyak jenis

musik dapat digunakan untuk terapi, diantaranya musik klasik,

instrumental, jazz, dangdut, pop rock, dan keroncong. Salah satu

diantaranya adalah musik instrumental yang bermanfaat menjadikan

badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat (Aditia, 2012)

Saluang merupakan salah satu alat musik tradisionaldari Sumatera

Barat yang terbuatdari bamboo talang. Di Ranah Minang, saluang


73

biasanya tidak hanya terdengar sendiri. Alat musik yang terbuat dari

seruas buluh ini, menjadi pengiring dendang pantun. Pantun yang

dilantunkan biasanya berisi sindiran, ratapan, nasehat atau penggurauan.

Lain halnya apabila saluang ditiup tanpa diiringi nyanyian biasanya

ditujukan untuk pengobatan penyakit dan kebathinan seseorang

sehingga mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang (Mahmud,

2014).

Menurut analisa peneliti terdapat pengaruh kecemasan sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik saluang didapatkan penurunan

kecemasan sesudah dilakukan terapi musik saluang. Hal ini dikarenakan

musik saluang berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Saat

mendengarkan musik, gelombang listrik di otak dapat di percepat atau

di perlambat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun

mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-

hormon yang mempengaruhi kecemasan seseorang, serta mampu

meningkat daya ingat. kesehatan dan Musik memiliki hubungan erat,

ketika mendengarkan musik kesukaannya, seseorang akan mampu

terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu singkat.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN


74

Bab ini akan menguraikan tentang simpulan dan saran berkaitan dengan hasil

pembahasan penelitian. Bagian ini menjelaskan secara sistematis upaya

menjawab hipotesis dan tujuan.

A. Kesimpulan

Hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula

darah dan kecemasan pasien diabetes millitus tipe 2 maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Rerata kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum di

berikan terapi musik saluang adalah 266,50, dengan standar deviasi

74,602 dan setelah diberikan terapi musik saluang rata rata gula darah

adalah 218,60 dengan standar deviasi 64,993.

2. Rerata skor kecemasan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum diberikan

terapi musik saluang adalah 23,00, dengan standar deviasi 3,590, dan

setelah diberikan terapi musik rerata kecemasan adalah 16,90 dan standar

deviasi 3,107.

3. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test)

dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.001,

artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kadar gula darah pada

pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

4. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji T dependen test (paired test)

dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.000,

artinya ada pengaruh terapi musik saluang terhadap kecemasan pada

pasien diabetes mellitus tipe 2.


75

B. Saran

1. Bagi pasien diabetes mellituss

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu terapi alternatif

nonfarmakologis untuk mengontrol gula darah dan menurunkan

kecemasan dengan musik saluang bagi pasien diabetes mellitus tipe 2.

2. Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk keperawatan dan

dijadikan sebagai salah satu bentuk terapi nonfarmakologi yaitu terapi

musik saluang untuk mengontrol kadar gula darah dan menurunkan

kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bagi STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang, khususnya bagi mahasiswa Keperawatan

dalam mengembangkan ilmu Keperawatan dan pemberian asuhan kepada

pasien diabetes mellitus tipe 2.

4. Bagi peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan

dan menambah pengalaman penelitian dalam melaksanakan penelitian

serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang pengaruh

terapi musik saluang terhadap kadar gula darah dan kecemasan pasien

diabetes mellitus tipe 2.


76

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2015. Terapi Musik Instrumental Classic : penurunan Tekanan Darah


pada Pasien Stroke.
77

Black & Hawks, 2009. Medical Surgical Nursing :Clinical Management for
Possitive Outcomes. (8thed). Vol.1. St. Louis : Elsevier

Brunner &Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC

Damayanti, S. 2015. Diabetes mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Diantiningsih.2012. Kepatuhan Pengelolaan Penyakit Diabetes Mellitus tipe II


Support di Wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari Surabaya.

Djohan, 2006.TerapiMusik: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang press

Ernawati. 2016. Terapi Lantunan Asmaul Husnah dan Teknik Relaksasi Terhadap
Kadar Gula Darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

Fidayanti. 2014. Terapi Musik Efektif dalam Menurunkan kecemasan Pasien pre
operasi.

IDF.2011. Angka kejadian diabetes mellitus. Jakarta : Pustaka Media

Isesreni & sastra, 2017. Efek terapi musik tradisional minang saluang untuk
menurukan tingkat stress penderita diabetes mellitus tipe 2.

Mahmuda.2016. Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Penderita


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama.

Martalina Limbong, 2015. Pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa


darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2

Muttaqin, dkk, 2008. Seni Musik Klasik jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.

Nany, dkk, 2014. Terapi musik efektif menurunkan kecemasan pasien pre operasi

Nindyasari. 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Penderita DM tipe I


dengan DM tipe II.

Notoatmodjo,. 2012.MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta :RinekaCipta

Nurrokhmah. 2016. Efektivitas Pelatihan Relaksasi untuk Menurunkan Stress


Penderita DM tipe 2

Nursalam, 2011.MetodologiPenelitianKeperawatan Dan PenulisanIlmiah.


Jakarta : SalembaMedika
78

PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia). (2011). Konsensus Pengelolaan


dan pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta :
Author

Potter, Patricia A, & Perry, Anne G, 2009.Fundamental of Nursing. (7 thed). Vol 1.


Mosby: Elsevier Inc

Putra.2015.nttrsiksalnctng,inungklrsik(online) Saluang bunian. blogspot.comr


20l5l01/saluang potter dan Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Vol 2,
Edisi 4, Jakarta: EGC.

Putri. 2015. Hubungan Empat pilar Pengendalian Diabetes Mellitus tipe 2 dengan
Rerata kadar Gula Darah.

Saifudin. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat kecemasan


Remaja Putra (13-15 tahun) di SMP Negeri 2 Kecamatan Baureno
Kabupaten Botonegoro.

Sari.Aderita.2014. Penatalaksanaan terapi musik klasik dengan Masalah


Keperawatan Gangguan Penurunan Curah Jantung pada Pasien Hipertensi
di Rsud Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Shendie. 2015. Musik_Minang.

Smeltzer& Bare, 2009. Textbook of Medical Surgical Nursing.(10 th.ed.). Vol.2.


Philadelphia: Lippincott William & Wilkins

Simbolon. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tingkat Kecemasan pada


Pasien Pre Operasi di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.

Sujarweni W, 2014. Metode penelitian keperawatan. Jakarta: Gava media

Susilo, Y. 2011. Cara jitu mengatasi Diabetes mellitus (Kencing Manis).


Yogyakarta: Andi

Syafriani.2017. Pengaruh Ekstrak Kayu Manis Terhadap Penirinan Kadar Gula


Darah pada Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Desa Kumantan Wilayah
Kerja Puskesmas Bangkinang Kota
79
80

Lampiran 2

SURAT PERMOHONAN PADA CALON RESPONDEN

Kepada Yth. Calon responden

Di

Tempat

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa STIKes


MERCUBAKTIJAYA PADANG Prodi S1 Keperawatan bermaksud akan
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Saluang
Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. ZEIN Painan Tahun
2018”.
Nama : WILDA MAYDILA ZAHRA
Nim : 14121916
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden, karena kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan akan
digunakan untuk kepentingan penelitian saja. Informasi yang didapatkan
hanya akan digunakan peneliti untuk kepentingan penelitian.
Peneliti berharap agar Bapak/Ibu berpartisipasi dalam penelitian ini
dan tanpa ada unsur paksaan. Jika terdapat hal yang kurang jelas mengenai
penjelasan penelitian ini, maka Bapak/Ibu dapat menanyakan langsung ke
peneliti atau melalui nomor HP 081372835495. Apabila Bapak/Ibu
memutuskan kesediaannya untuk ikut dalam penelitian ini, maka Bapak/Ibu
silahkan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang terdapat
dibelakang lembaran ini. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia, itu adalah hak
Bapak/Ibu untuk menolak berpartisipasi dan tidak akan ada paksaan dari
peneliti. Atas kesediaan dan parsipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Padang,Juli 2018
Peneliti

(WILDA MAYDILA ZAHRA )


81

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI CALON


RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Setelah membaca dan mendengar penjelasan maksud penelitian oleh


WILDAMAYDILA ZAHRA Mahasiswa S1 Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA padang dengan judul “Pengaruh Terapi Musik
Saluang Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Ruang Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. ZEIN
painan tahun 2018 ”. maka saya bersedia membantu menjadi responden serta
akan memberikan informasi yang sesungguhnya yang saya ketahui tanpa ada
tekanan dan paksaan dari pihak manapun.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenarnya, semoga bermanfaat


dan dapat digunakan sebaik-baiknya.

Padang, Juli 2018

Responde
n

(..................................)
82

Lampiran 5

KISI-KISI KUESIONER PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK

TERHADAP KADAR GULA DARAH DAN KECEMASAN PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS MELLITUS TIPE 2

Variabel Aspek yang diukur Jumlah soal No. Item


Kecemasan Skor kecemasan 28 1-28
pasien diabetes
mellitus tipe 2 di
RSUD. M. Zein
Painan

Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER
83

PENGARUH TERAPI MUSIK SALUANG TERHADAP KADAR GULA


DARAH DAN KECEMASAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI RUANG POLI PENYAKIT DALAM RSUD. Dr. M.
ZEIN PAINAN

Kode Responden :
Tanggal : . . . . . / . . . . . /2018 Jam :.... .
. . .WIB

A. Karakteristik Responden
Inisial :
Usia :
JenisKelamin : Laki – laki Perempuan
Pekerjaan :
Lama menderita diabetes mellitus (bulan/tahun) :
Komplikasi :
: Arteri koroner Tidak ada
: Cerebrovaskuler
: Retinopati diabetik
: Nefropati diabetic

: Ulkus

B. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah


Hari / TGL :
Pre Test Post Test

C. Kecemasan pasien DM Tipe 2 sebelum diberikan terapi musiksaluang

No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
84

- FirasatTakut
- Takut Akan PikiranSendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada Alat Suntik
- Pada Orang Asisng
- Ditinggal Sendiri
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Terbangun MalamHari
- Tidur Tidak Nyenyak
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Menurun
-Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
- Sakitdan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Gigi Gemerutuk
- Perasaan Berubah- ubah Sepanjang Hari
8. Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus ( Telinga Berdengin)
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
9. Gejala Kardiovaskuler( Jantung dan Pembuluh
Darah)
- Takhikardia( Denyut Jantung Cepat)
- Berdebar- debar
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
10. Gejala Respiratori(Pernafasan)
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
85

- Sering Menarik Napas


- Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
- SulitMenelan
- Rasa Penuh Atau Kembung
- GangguanPencernaan
- KehilanganBeratBadan
12. Gejala Urogenital(Perkemihan Dan Kelamin)
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Menjadi Dingin (Frigid)
13. Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, SakitKepala
- Bulu-BuluBerdiri
14. Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- TidakTenang
- MukaTegang/Mengeras
- Napas Pendek dan Cepat

Keterangan :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada

D. Kecemasan pasien DM Tipe 2 sesudah diberikan terapi musik saluang


No. Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Takut
- Takut Akan PikiranSendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Menangis
86

- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada Alat Suntik
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidur Tidak Nyenyak
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Menurun
-Daya Ingat Buruk
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Gigi Gemerutuk
- Perasaan Berubah- ubah Sepanjang Hari
8. Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus( Telinga Berdengin)
- PenglihatanKabur
- Muka Merah atau Pucat
- MerasaLemah
9. Gejala Kardiovaskuler( Jantung dan Pembuluh
Darah)
- Takhikardia( Denyut Jantung Cepat)
- Berdebar- debar
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
10. Gejala Respiratori(Pernafasan)
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Rasa Penuh Atau Kembung
- Gangguan Pencernaan
- Kehilangan Berat Badan
12. Gejala Urogenital(Perkemihan Dan Kelamin)
87

- Sering Buang Air Kecil


- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Menjadi Dingin (Frigid)
13. GejalaOtonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, SakitKepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14. Tingkah Laku PadaWawancara
- Gelisah
- TidakTenang
- Muka Tegang/Mengeras
- Napas Pendek danCepat

Keterangan :
0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
88

Lampiran 7

Lembar Kontrol
Pengaruh Terapi Musik Terhadap Kadar gula darah dan Kecemasan pada Pasien Diabete
mellitus tipe 2 di Ruangan Poli Penyakit Dalam RSUD. Dr. M. Zein Painan

no.Res
melakukan terapi musik Kadar Gula Darah
pon inisial umur
den
1 2 3 4 5 6 7 1 5 7
1 Ny. B 55 √ √ √ √ √ √ √ 360 340 300
2 Ny. F 54 √ √ √ √ √ √ √ 357 344 330
3 Ny. E 50 √ √ √ √ √ √ √ 198 180 176
4 Ny. D 53 √ √ √ √ √ √ √ 368 310 270
5 Ny. N 47 √ √ √ √ √ √ √ 247 220 190
6 Ny. A 45 √ √ √ √ √ √ √ 280 255 240
7 Tn. E 55 √ √ √ √ √ √ √ 260 155 150
8 Tn. D 58 √ √ √ √ √ √ √ 230 210 200
9 Ny. L 49 √ √ √ √ √ √ √ 215 210 200
10 Ny. N 52 √ √ √ √ √ √ √ 150 145 130

HASIL OLAHAN DATA


89

Pengaruh Terapi Musik Saluang Terhadap Kadar Gula Darah Dan Kecemasan
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.

Statistics

Umur

N Valid 10

Missing 0

Mean 51.80

Median 52.50

Mode 55

Std. Deviation 4.022

Minimum 45

Maximum 58

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 45 1 10.0 10.0 10.0

47 1 10.0 10.0 20.0

49 1 10.0 10.0 30.0

50 1 10.0 10.0 40.0

52 1 10.0 10.0 50.0

53 1 10.0 10.0 60.0

54 1 10.0 10.0 70.0


90

55 2 20.0 20.0 90.0

58 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Statistics

Jenis Kelamin

N Valid 10

Missing 0

Mean 1.80

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .422

Minimum 1

Maximum 2

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 2 20.0 20.0 20.0

Perempuan 8 80.0 80.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


91

Statistics

Pekerjaan

N Valid 10

Missing 0

Mean 1.50

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .707

Minimum 1

Maximum 3

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 6 60.0 60.0 60.0

Wiraswasta 3 30.0 30.0 90.0

Pedagang 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


92

Statistics

Lama Menderita DM

N Valid 10

Missing 0

Mean 9.30

Median 10.00

Mode 10

Std. Deviation 1.636

Minimum 6

Maximum 12

Lama Menderita DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 1 10.0 10.0 10.0

8 2 20.0 20.0 30.0

9 1 10.0 10.0 40.0

10 5 50.0 50.0 90.0

12 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


93

Statistics

Komplikasi

N Valid 10

Missing 0

Mean 2.50

Median 3.00

Mode 3

Std. Deviation .850

Minimum 1

Maximum 3

Komplikasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid retinopati diabetic 2 20.0 20.0 20.0

ulkus 1 10.0 10.0 30.0

tidak ada komplikasi 7 70.0 70.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


94

ANALISA UNIVARIAT

Rerata kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik
saluang
95

Statistics

Pre Kadar Gula Post Kadar Gula


Darah Darah

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 266.50 218.60

Median 253.50 200.00

Mode 150a 200

Std. Deviation 74.602 64.993

Minimum 150 130

Maximum 368 330

Pre Kadar Gula Darah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 150 1 10.0 10.0 10.0

198 1 10.0 10.0 20.0

215 1 10.0 10.0 30.0

230 1 10.0 10.0 40.0

247 1 10.0 10.0 50.0

260 1 10.0 10.0 60.0

280 1 10.0 10.0 70.0

357 1 10.0 10.0 80.0


96

360 1 10.0 10.0 90.0

368 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Post Kadar Gula Darah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 130 1 10.0 10.0 10.0

150 1 10.0 10.0 20.0

176 1 10.0 10.0 30.0

190 1 10.0 10.0 40.0

200 2 20.0 20.0 60.0

240 1 10.0 10.0 70.0

270 1 10.0 10.0 80.0

300 1 10.0 10.0 90.0

330 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


Descriptives 97

Statistic Std. Error

Pre Kadar Gula Darah Mean 266.50 23.591

95% Confidence Interval for Lower Bound 213.13


Mean
Upper Bound 319.87

5% Trimmed Mean 267.33

Median 253.50

Variance 5.565E3

Std. Deviation 74.602

Minimum 150

Maximum 368

Range 218

Interquartile Range 147

Skewness .171 .687

Kurtosis -1.064 1.334

Post Kadar Gula Darah Mean 218.60 20.552

95% Confidence Interval for Lower Bound 172.11


Mean
Upper Bound 265.09

5% Trimmed Mean 217.33

Median 200.00

Variance 4.224E3

Std. Deviation 64.993

Minimum 130

Maximum 330

Range 200

Interquartile Range 108

Skewness .473 .687

Kurtosis -.754 1.334


98

Uji normalitas data

1. Shapiro-wilk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre Kadar Gula Darah .187 10 .200* .927 10 .417

Post Kadar Gula Darah .213 10 .200* .953 10 .708

2. Histogram
99
100

3. Skewness
101

Statistics

Pre Kadar Gula Post Kadar Gula


Darah Darah

N Valid 10 10

Missing 0 0

Skewness .171 .473

Std. Error of Skewness .687 .687

Kurtosis -1.064 -.754

Std. Error of Kurtosis 1.334 1.334

Analisa Bivariat

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Kadar Gula Darah 266.50 10 74.602 23.591

Post Kadar Gula Darah 218.60 10 64.993 20.552


102

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre Kadar Gula Darah & Post


10 .896 .000
Kadar Gula Darah

Paired Samples Test

Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)

95% Confidence Interval


Std. of the Difference
Deviati Std. Error
Mean on Mean Lower Upper

Pair 1 Pre Kadar Gula


Darah - Post
47.900 33.245 10.513 24.118 71.682 4.556 9 .001
Kadar Gula
Darah
103

Rerata kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi musik saluang

Statistics

Pre kecemasan Post Kecemasan

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 23.00 16.90

Median 22.50 16.50

Mode 21a 19

Std. Deviation 3.590 3.107

Minimum 18 13

Maximum 31 23
104

Pre kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 1 10.0 10.0 10.0

20 1 10.0 10.0 20.0

21 2 20.0 20.0 40.0

22 1 10.0 10.0 50.0

23 1 10.0 10.0 60.0

24 1 10.0 10.0 70.0

25 2 20.0 20.0 90.0

31 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0


105

Post Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 13 1 10.0 10.0 10.0

14 2 20.0 20.0 30.0

15 1 10.0 10.0 40.0

16 1 10.0 10.0 50.0

17 1 10.0 10.0 60.0

19 3 30.0 30.0 90.0

23 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Descriptives

Statistic Std. Error

Pre kecemasan Mean 23.00 1.135

95% Confidence Interval for Lower Bound 20.43


Mean
Upper Bound 25.57

5% Trimmed Mean 22.83

Median 22.50

Variance 12.889

Std. Deviation 3.590

Minimum 18
106

Maximum 31

Range 13

Interquartile Range 4

Skewness 1.081 .687

Kurtosis 2.056 1.334

Post Kecemasan Mean 16.90 .983

95% Confidence Interval for Lower Bound 14.68


Mean
Upper Bound 19.12

5% Trimmed Mean 16.78

Median 16.50

Variance 9.656

Std. Deviation 3.107

Minimum 13

Maximum 23

Range 10

Interquartile Range 5

Skewness .644 .687

Kurtosis -.057 1.334

Uji Normalitas

1. Shapiro-wilk
107

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre kecemasan .189 10 .200* .927 10 .418

Post Kecemasan .150 10 .200* .929 10 .438

2. Histogram
108
109

3. Skewness
110

Statistics

Pre kecemasan Post Kecemasan

N Valid 10 10

Missing 0 0

Skewness 1.081 .644

Std. Error of Skewness .687 .687

Kurtosis 2.056 -.057

Std. Error of Kurtosis 1.334 1.334

Analisa Bivariat

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre kecemasan 23.00 10 3.590 1.135

Post Kecemasan 16.90 10 3.107 .983

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre kecemasan & Post


10 .687 .028
Kecemasan
111

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

95% Confidence Interval of


Std. the Difference
Deviatio Std. Error
Mean n Mean Lower Upper

Pair 1 Pre kecemasan - Post


6.100 2.685 .849 4.179 8.021 7.183 9 .000
Kecemasan
112

DOKUMENTASI PENELITIAN
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123

Anda mungkin juga menyukai