Anda di halaman 1dari 58

TATA LAKSANA GIZI PADA

LANSIA DI ERA NEW


NORMAL
Ayie S. Gunawan, S.Gz., RD
Curiculum Vitae
Ayie Solih Gunawan, S.Gz., RD
Dietisien

Data Personal
Bandung, 14 Desember 1976
Komp. Dwipapuri Residence J 15 Cibiru Bandung
Hp. 081214761280

Pendidikan
D-III Gizi (Akademi Gizi Bandung) Tahun 1998
S-1 Ilmu Gizi (STIK Immanuel Bandung) Tahun 2014

Organisasi
Persagi DPD Jawa Barat (Anggota Sekretaris)
AsDI DPD Jawa Barat (Sekretaris)

Pekerjaan
Ka. Unit Gizi RS Muhammadiyah Bandung
Konsultasn Gizi di PT HAB (untuk RSUD Ciereng Subang, RSUD Syamsudin Sukabumi) dll
Narasumber pada KULWAP DANCOW dan Netle Cerelac
Pengisi Rubrik Gizi di Fit Radio Bandung

Pelatihan
TOT Asuhan Gizi
Pelatihan Asuhan Gizi, MSPMRS, HACCP, ISO, dll
Pokok Bahasan

1. Latar Belakang
2. Masalah Gizi Pada Lansia
3. Tata Laksana Gizi Pada Lansia di Era New
Normal
4. Kesimpulan
Latar belakang
Prediksi Populasi Lansia di Indonesia
Menua pasti! Renta tidak!
Karakterisitik
Lansia

1. Usia > 60 tahun


2. Multipatologi
3. Tampilan klinis tidak khas
4. Polifarmasi
5. Fungsi organ menurun
6. Gangguan status
fungsional
7. Gangguan nutrisi
MULTIPATOLOGI
♦ LEBIH DARI SATU PENYAKIT
♦ POLIFARMASI
♦ PENYAKIT DEGENERATIF, KRONIK

Daya Cadangan Faali Menurun


Faal organ / sistem organ menurun
Normal untuk usianya ; cadangan faali
menipis
Mudah gagal pulih (failure to thrive)

Gangguan status fungsional


♦ Tanda penyakit akut
♦ Fase penyembuhan lambat
GEJALA & TANDA PENYAKIT KLASIK BERUBAH

♦ ANAMNESIS  UNGKAPAN TIDAK EKSPLISIT,


KELUHAN TIDAK JELAS, FAAL KOGNITIF MUNGKIN 
♦ PEMERIKSAAN  PERUBAHAN KESADARAN
INFEKSI : SUHU TAK MENINGKAT
♦ PENYAKIT TUMPANG TINDIH ; [POLIFARMASI]

Gangguan status nutrisi


Sering tak terdeteksi secara dini
Sangat berpengaruh terhadap respon
terapi dan penyembuhan
RUANG LINGKUP SINDROMA LANSIA
 Imobilisasi dan ulkus dekubitus
 Inkontinensia urin
 Instabilitas, jatuh dan patah tulang
 Perubahan status mental
 Gangguan tidur
 Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
 Gangguan regulasi suhu
 Infeksi
 Malnutrisi
 Konstipasi
Masalah Gizi Pada Lansia
MALNUTRISI
-Gangguan input sensor
Proses menua : -Gangguan gigi geligi
- Massa lemak tubuh  -Malabsorbsi
- Aktivitas fisik  -Penyakit kronik
- Asupan energi protein 
-Obat-obatan
-Gangguan mobilisasi
-Depresi dan demensia
-Faktor sosek

-Gangguan imunitas
MALNUTRISI -Status fungsional 
-Menghambat penyembuhan
luka
- Mortalitas 
FAKTOR RISIKO MALNUTRISI PADA LANSIA

 Depresikarena penurunan mobilitas, berkembangnya


penyakit kronis, kehilangan orang yg dicintai – diukur
dgn Geriatric Depression Scale (GDS)
 Status sosio ekonomi rendah:
 Individudengan kekurangan makanan lebih
rendah rerata asupan beberapa zat gizi, asupan
lauk & sayuran yg lebih rendah, keanekaragaman
pangan rendah, & risiko tinggi BB kurang & rentan
sakit.
 Kesehatan
oral: penyakit tertentu & stroke dapat
mempengaruhi kemampuan mengunyah & menelan.
DAMPAK MALNUTRISI:
SKIN

 Malnutrisi menyebabkan
kulit menipis, kering &
kehilangan elastisitas.
 PenelitianNPULTC:
korelasi positif Antara
asupan gizi & gangguan
kulit.
DAMPAK MALNUTRISI: SISTEM
MUSKULOSKELETAL

 Pada lansia: KEP berdampak lebih ke massa tubuh


bebas lemak (fat free mass/ lean body mass) tetapi
massa lemak (fat mass) tidak berubah (Schneider S,
2002).
 Penurunanotot skeletal menyebabkan pengurangan
kekuatan otot (strength) & kapabilitas fungsional.
 Selanjutnya
berdampak pada ketidakseimbangan
tubuh & meningkatnya risiko roboh.
DAMPAK MALNUTRISI: SYSTEM
KEKEBALAN
 Malnutrisi + Penuaan = Penurunan fungsi imun
 Penurunan massa tubuh bebas lemak termasuk sel
sistem kekebalan didalamnya.
 Defisiensi zat gizi mikro  system imunitas menurun:
“ Defisiensi zat besi berasosiasi dengan gangguan
pada cell-mediated and innate immunity.”
(Ahluwalis N, 2004)
STATUS NUTRISI

 Gangguan nutrisi :
- mempengaruhi status imun & keadaan umum
- sering tidak terdeteksi secara dini
 Pengkajian status nutrisi
- Anamnesis gizi (asupan kalori, protein, lemak,
vitamin, mineral, serat)
- Antropometrik (IMT dengan TL)
- Biokimiawi (albumin dan Hb)
LANGKAH 1: SKRINING
& ASESMEN GIZI
GERIATRI

Penapisan:8
Pengkajian: 20
(risiko malnutrisi

MNA
PENILAIAN NUTRISI MINI (MNA)

 MNA terdiri dari bbrp pertanyaan (Penilaian


umum, penilaian diit, penilaian diri) dan
pengukuran antropometri.
 Telah divalidasi dan telah digunakan secara
luas.
Skor indikator malnutrisi:
24 = gizi baik
17-23,5 = berisiko malnutrisi
< 17 = malnutrisi
Asesmen Gizi Pada Lansia

 Pengkajian biopsikososial
 Pengkajian kondisi fisik
 Pengkajian psikologis
 Status fungsional
 Status gizi
 Interaksi diantara hal-hal tersebut
LANGKAH 1: ASESMEN/ DETEKSI MALNUTRISI:
ALBUMIN
 Albumin mempunyai banyak kelemahan
 Negative acute phase protein
 Beralih ke pool extravaskular selama stres
 Sangat dipengaruhi oleh cairan
 Sangat dipengaruhi oleh penyakit hati.
 Paruh waktu yang lama (~20 hari)
 Tetap normal pada KEP tanpa komplikasi
 Bukan indikator nutrisi yg baik
 Predictor morbiditas & mortalitas yg baik
LANGKAH 1: ASESMEN/ DETEKSI
MALNUTRISI: PRE-ALBUMIN
 Indikator status nutrisi yg lebih akurat
 Kurang dipengaruhi oleh penyakit hati
 Kurang dipengaruhi status cairan
 Masa paruh waktu yg lebih pendek (~2 hari)
 Menurun pada KEP tanpa komplikasi .
 juga merupakan prediktor yg baik terhadap
morbiditas & mortalitas
LANGKAH 1: ASESMEN/ DETEKSI MALNUTRISI: MNA
 Tidak membutuhkan nilai lab.
6pertanyaan awal untuk tujuan skrining (total
dari 18)
 Terbagi menjadi 4 bagian:
 anthropometri, asesmen umum, asesmen
diet, & asesmen diri.
 Agak memakan waktu & memerlukan
oriuentasi pasien.
PERANGKAT DIAGNOSA GIZI (menetapkan problem gizi)

International Dietetic and Nutrition Terminology – eNCPT, sebagai


rujukan terminologi  BAHASA TERSTANDAR

• Nutrition Care Process


• Terminology
• Reference Sheets
• Matrices
• Resources
8
INDIKATOR POTENSIAL
Indikator potensial memberi informasi:
• Sign & Symptoms (S/S) yang membuktikan adanya
PROBLEM pada NUTRITION DIAGNOSIS

• Data S/S kadang-kadang sama, namun Spesifik untuk


masing-masing NUTRITION DIAGNOSIS

• Sebaiknya melihat lembar rujukan NUTRITION


DIAGNOSIS
3 KEMUNGKINAN MASALAH GIZI
PADA GERIATRI MALNUTRISI

DOMAIN INTAKE (NI)


• NI.1.2. Asupan energi inadequat
• NI.2.1. Asupan oral inadequat
• NI.5.2. Asupan protein-energy inadequat
• NI.5.9.1. Asupan vitamin inadequat (sebutkan)
• NI.5.10.1 Asupan mineral inadequat (sebutkan)
NI.1.2 : Asupan energy inadequat
Asupan energi kurang dari energi ekspenditure, standar
referensi / rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis
AD. Gagal ↑ /
mempertahan Efekobat
kan BB thd
pengecapan
PD. Masalah
gigi

FH. Estimasi
FH. Kurang INDIKATOR Asupan E
minat thd POTENSIAL << kebutuhan
makanan

FH. Inability to
independently
consume food
NI.5.2. : Asupan protein-energi inadequat
Asupan protein dan / atau energi inadequat dibandingkan referensi
standard / rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis dengan
durasi singkat / akhir-akhir ini
BD. Albumin FH. Estimasi
normal asupan energi
< kebutuhan

AD. ↓ BB
FH. Pembatasan
> 5%/bln;
protein (mis: daging,
1-2%/mg
INDIKATOR dairy); energi (mis:
roti)
POTENSIAL

PD. FH. Tidak


Penyembuhan mampu
luka lambat menyiapkan
FH. Kurang
makanan
minat thd
makanan
.
DOMAIN KLINIS (NC)
• NC.1.1. Kesulitan menelan
• NC.1.2. Kesulitan mengunyah / menggigit
• NC.4.1. Malnutrisi
NC.1.1 : Kesulitan Menelan
Kesulitan memindahkan makanan / cairan dari rongga
mulut ke lambung
BD. Radiological: FH. Waktu
abnormal pemberian makan
menelan lama

PD. Tanda FH. Estimasi asupan


dehidrasi makan <<

PD. Tanda FH. Menghindari


INDIKATOR
abnormal pd makanan
POTENSIAL
rongga mulut

PD. Batuk,
tersedak, lama
mengunyah,
regurgitasi, dsb
NC.1.1 : Kesulitan Mengunyah / menggigit
Gangguan kemampuan untuk mengunyah / menggigit
makanan pada persiapan untuk menelan
PD. Perubahan FH. Menghindari
fungsi syaraf di makanan yang sulit
rongga mulut dikunyah: kacang,
daging, ayam, buah,
sayuran
PD. Mulut kering
FH. Estimasi asupan
makan <<

PD. Lesi pd mulut; INDIKATOR


gangguan gerakan POTENSIAL
lidah

FH. Waktu makanan


lama
PD. Gigi palsu
tidak tepat / rusak
NC.4.1 : Malnutrisi
Asupan protein dan atau energi yang tidak memadai selama periode waktu yang cukup memberi
dampak negatif pada pertumbuhan / perkembangan, dan atau mengakibatkan hilangnya cadangan
lemak dan atau otot.

AD.↓BB > 20% FH. Estimasi


/th; >10%/6 bln; asupan energi
7,5%/3bln;>5%/bln <50%-75%
; 1-2%/mg kebutuhan

PD. ↓ lemak sub INDIKATOR


kutan & otot POTENSIAL
FH.Perubahan
fungsional: ↓ hand
grip strength
PD. Edema /
ascites
DOMAIN PERILAKU
& LINGKUNGAN
• NB.2.4. Kemampuan menyiapkan makanan
terganggu
• NB.2.6. Kesulitan makan secara mandiri
• NB.3.2. Akses makanan terbatas
NB.2.4 : Kemampuan menyiapkan makanan terganggu Pengetahuan
atau gangguan fisik yang menghambat persiapan makanan/minuman
FH. Ketidakpastian
FH. ↓ Estimasi makanan untuk
asupan makanan disiapkan
keseluruhan berdasarkan
preskripsi diet

INDIKA
TOR
FH. Konsumsi
POTEN
makanan yg dibeli
(di luar rumah)
SIAL
FH.
tidak sesuai
Ketidakmampuan
preskripsi diet
untuk membeli dan
membawa
makanan ke rumah
NB.2.6 : Kesulitan makan secara mandiri
Gangguan tindakan menempatkan makanan/ minuman di mulut
FH. Emosional,
gelisah, frustasi FH. Lupa makan
waktu jam makan
AD. ↓ BB

FH. Gagal
mengenali makanan
PD. Mulut kering,
suara serak, bibir
menutup krg baik FH. Estimasi asupan
makan <<
INDIKATOR
PD. Sesak POTENSIAL FH. Menolak untuk
makan/mengunyah

FH. Menjatuhkan
cangkir, peralatan FH. Kondisi lemah
/ menumpahkan FH. Waktu makanan
untuk mengangkat lama
makanan alat makan/cangkir
Perhitungan Kebutuhan Gizi
(Pedoman Nasional Asuhan Nutrisi Pada Orang Usia Lanjut dan Pasien Geriatri,Pergemi, 2017)

Kategori Energi Protein


Lansia Sehat 25 – 30 kcal/kgBB/hari 1 – 1,2 g/kgBB/hari
Lansia kondisi stress 30 – 35 kcal/kgBB/hari 1 – 1,2 g/kgBB/hari,
metabolic (luka bakar, 2 g/kgBB/hari (dengan
kanker, infeksi, ulkus malnutrisi berat)
dekubitus dan kondisi
sejenisnya)
Penyakit Ginjal Kronis 35 kcal/kgBB/hari Non HD : 0,8 g/kgBB/hari
HD dan dialisis : 1,2 – 1,5
g/KgBB/hari
Gangguan Hati 25 – 35 kcal/kgBB/hari (serosis hepatis) 1 – 1,5 g/kgBB/hari
30 – 40 kcal/kg/hari (beresiko
malnutrisi)
Diabetes Mellitus 25 kcal/kgBB/hari (Perempuan) 1 – 1,2 g/kgBB/hari
30 kcal/kgBB/hari (laki-laki), factor
koreksi sesuai consensus diabetes
Karbohidrat Lemak

45 – 65 % total kebutuhan energi 20 – 35% total kebutuhan energi

Karbohidrat sederhana < 10% Asam lemak jenuh : 10% total kalori

Karbohidrat komplek > 90% Asam lemak trans : < 1% total kalori

Pilih jenis karbohidrat dengan Asam lemak tidak jenuh ganda : 6 –


Indeks Glikemik rendah 11 % total kalori
Asam lemak tidak jenuh tunggal :
Total lemak – (lemak jenuh +lemak
tras + lemak tidak jenuh ganda)
ZAT GIZI YANG PERLU PERHATIAN
 Energi
 Nutrient Density
 Protein
 Kalsium
 Vitamin D
 Suplemen?

 INGAT juga
 Seratmakanan
 Cairan
INTERVENSI: STRATEGI KALORI
Rule of Thumb
 Kebutuhan energy tergantung aktifitas fisik & tk stress
fisiologis.
 25-30 kcal/kg
 Basal Energy Equation X factor of 1-1.5
 Harris Benedict Equation
 Mifflin St-Jeor Equation (lebih dianjurkan)
 Hindari pembatasan makanan yg tidak perlu
 Anjurkan mengkonsumsi makanan padat gizi
 Frekuensi makan sering & juga makanan selingan.
STRATEGI KALORI

SARAN PRAKTIS

 Lebih sering menggunakan makanan yang disukai.


 Sediakan makanan kesukaan dalam porsi yg lebih
besar (Provide double portions of favorite foods).
 Tingkatkan kalori dengan menambah santan & lemak,
sauces, gravies, & toppings.
 Perbanyak cairan yg mengandung kalori seperti jus
buah, susu, teh, dalam pemenuhan kebutuhan cairan.
INTERVENSI: PROTEIN
• Asupan protein tinggi dibutuhkan keseimbangan Nitrogen.
• Kontributor:
– Asupan energy yg rendah.
– Gangguan kerja insulin.
– Penurunan efisiensi utilisasi protein

• 1.0-1.25 g/kg BB/hari


• Ada protein biologi tinggi tiap kali makan.
• Aktifitas fisik untuk menjaga massa otot  olahraga resistant
• Tambahkan susu/ bubuk susu rendah lemak. Tambahan selai
kacang, telur, kacang2an atau keju (jika gigi geligi
memungkinkan).
OSTEOPOROSIS
• Insiden osteoporosis tinggi
–33% wanita usia 60-70 tahun
–66% wanita usia > 80 tahun
• Absorpsi of kalcium &Vit D kurang efisien
•Menurun paparan sinar matahari = penurunan konversi
vit D tidak aktif menjadi vit D aktif.
•Suplementasi sangat penting
–1200-1500 mg Kalsium/hari
VITAMIN D

 Sebagian besar jaringan & sel mempunyai reseptor vit D.


Otot skeletal, otak, prostat, payudara, kolon, sel2 imun.
 Vit D aktif mengontrol ≥ 200 gen yg bertanggung jawab
terhadap: Proliferasi, diferensiasi, apoptosis, angiogenesis sel.
 Potent immune-modulator
 Serum 25-hydroxyl vitamin D
PREVENSI & MAINTENANCE

 800-1000 IU Vitamin D3 per hari.


 50,000 IU Vitamin D2 tiap 2 minggu atau setiap
bulan.
 Paparan sinar matahari harian

5 - 30 menit Antara pukul


10.00 – 15.00
SUPLEMEN VITAMIN & MINERAL

 Suplemen multivitamin dianjurkan.


Vitamins untuk Lansia
+ Vitamin C,D,E
+ Vitamin B6
+ Vitamin B12
- Zat besi
KOLESTEROL PADA LANSIA

 Serumkolesterol digunakan untuk


mengidentifikasi malnutrisi pada usia lanjut.
 Serum kolesterol ≤ 150  indikasi malnutrisi
SERAT MAKANAN

• Mengurangi konstipasi
• kandungan serat kasar (tak larut)
Crude 6-8 g

• 60% Meningkatkan frekuensi bab


• Peningkatan serat 3-12 gram
• Penggunaan obat pencahar
PENYEBAB DEHIDRASI

 Penurunan sensasi haus terkait penuaan.


 Lebih tergantung pada orang lain untuk mendapat cairan.
 Penurunan kemampuan dalam mengkonsentrasi urin.
 Meningkatnya
insiden inkontinensia dengan self-imposed
pembatasan cairan.
 Meningkatnya penggunaan obat2an yg berkontribusi thd
dehidrasi.
 Meningkatnya kehilangan cairan: muntah, diare, demam.
TANDA & GEJALA DEHIDRASI

 Penurunan Turgor kulit


 Mulut kering & membran mukosa.
 Penurunan Volume urin
 Warna urin yang lebih gelap
 Konstipasi

 Penurunan BB akut
 KEBINGUNGAN
PETUNJUK PRAKTIS ATASI DEHIDRASI
 Atasi penyebab.

 Tentukan tujuan pemberian cairan


 Target: 30 cc/kg BB atau 1 cc/Kcal
 Gantikan kehilangan cairan tambahan.
 Minum cairan saat dan diantara waktu makan.
 Gunakan makanan & minuman bergizi .
MONITORING & EVALUASI
 Asupan Makanan
 Target terukur: minimal asupan 80% dari
anjuran
 Klinis/Fisik
 Target terukur: Cukup otot dan simpanan
lemak, Tekanan darah pada batas yang
dapat diterima, Kapasitas fungsional
optimal
 Antropometri :
 BMI 18.5-25.0

 Biokimia: Alb, TP, Hb, TLC


Edukasi dan Konseling gizi

 Anjurkan Keragaman Makanan


 Porsi kecil , jangan terlalu kenyang.
 Banyak minum cukup
 Batasi makanan yang tinggi gula, lemak dan garam.
Edukasi dan Konseling

 Batasi minum kopi atau the kental


 Makanan mengandung zat besi tinggi dianjurkan seperti :
kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam,
dan sayuran hijau.
 Pengolahan makanan sebaiknya dikukus, direbus, atau
dipanggang.
Contoh Makanan yang di Modifikasi
Koordinasi Asuhan Gizi

 Kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan atau


kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenaga
kesehatan/institusi/ dietisien lain yang dapat membantu
dalam merawat atau mengelola masalah yang berkaitan
dengan gizi.
 Terdiri dari 2 domain:
1. Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi
2. Pemulangan pasien dan merujuk/ transfer pasien ke
unit/institusi baru ke dietisien baru
Tim Geriatri  Dokter : Asuhan Medis
 Nutritionis : Asuhan Gizi
 Perawat : Asuhan Keperawatan
Perawat  Farmasi : Asuhan Kefarmasaian
, Farmasi
 Tenaga kesehatan lainnya sesuai
dll
kewenangannya
Nutritionis/
Dietitien

Dokter  Kompetensi masing-masing


 Koordinasi dan kolaborasi dengan
DPJP atau sebaliknya
Kesimpulan
1. Dukungan gizi pada lansia perlu
pendekatan berbagai aspek
2. Ajarkan kemandirian dengan
bantuan kolaborai tenaga
kesehatan ditempat lansia
berada.
3. Jangan batasi makanan secara
ketat dan berikan makanan
yang beraneka ragam (untuk
daya tahan tubuh)
4. Dimasa Pandemi tetap 3 M

Anda mungkin juga menyukai