ABSTRAK
Perkembangan jenis dan bentuk muamalah yang dilaksanakan manusia sejak
dulu sampai saat ini terus berkembang sejalan dengan perkembangan
kebutuhan dan pengetahuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing. Kegiatan sewa menyewa atau ijarah sperma hewan pejantan
dapat dikategorikan sebagai transaksi sewa menyewa atau ijarah yang
mengandung unsur gharar karena objeknya yang tidak dapat diketahui secara
pasti berapa jumlahnya. Bila dianalisis lebih jauh terhadap akad dari
kesepakatan pacak kucing antara pemilik kucing betina dan pemberi jasa
pacak kucing berdasarkan ilmu Maqasid Syariah dengan pendekatan المال حفظ
(mendapatkan harta) maka dalam proses perkawinan berdasarkan sifat alami
kucing sebelum terjadinya perkawinan biasanya kucing akan saling memilih
pasangannya secara alami, dan biasanya secara alami kucing pejantan akan
bersifat agresif terhadapap kucing betina dan begitu sebaliknya yaitu kucing
betina akan lebih agresif terhadap kucing jantan. Maka apabila sifat agresif
kucing jantan mampu mengalahkan keagresifan kucing betina maka akan
terjadi perkawinan namun bila kucing betina lebih agresif maka berdasarkan
sifat alami kucing jantan akan meninggalkan kucing betina sehingga proses
perkawinan pun gagal. Sehingga berdasarkan Penjelasan dari pendapat Ibnu
Qayyim jika syarat-syarat ijarah tidak terpenuhi yaitu Objek dari ijarah tidak
dapat langsung diserahkan terimakan dan tidak dapat dimanfaatkan langsung
oleh penyewa pacak kucing, maka ijarah tersebut dilarang dikarenakan dapat
menyebabkan munculnya penipuan dan penghianatan.
Key word: pacak, usaha, muamalah, maqashid syari’ah
1 2
Adiwarman A. Karim. (2004). Fikih Kementrian Agama RI. (2009). Al-Quran
Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq. dan Terjemah. Surabaya: CV. Fajar Mulia. hlm.
hlm. 30. 83.
di kawinkan yaitu kucing yang akan “Maqashid dibagi dua bagian, yaitu
dikawinkan harus sudah divaksin dan maqashid syar’i dan maqashid
menunjukkan gejala birahi dengan tanda mukallaf. Untuk jenis pertama, ada
jika dipegang perutnya maka akan empat hal yang disampaikan, yakni: (1)
berdiri, perangai manja secara tujuan syara’ menetapkan hukum
berlebihan. Masa birahi kucing sejak 6 adalah untuk kemaslahatan umatnya; (2)
bulan pertama selama 10 hari sampai 2 hukum tersebut untuk dipahami secara
minggu, jika sudah benar-benar birahi baik, maka tak aneh kalau uslub Al-
dan siap kawin barulah pemacakan bisa Qur’an begitu mengalir; (3) hukum
dilakukan. diadakan untuk men-taklif (melatih)
mukalaf; (4) manusia sebagai objek
B. LANDASAN TEORI hukum harus mengikuti ketentuan-
Definisi maqashid syariah pertama ketentuan syara’ serta tidak boleh
kali didefenisikan oleh ulama menuruti kehendak nafsunya sendiri.”
kontemporer seperti Dr. Thahir Bin Dr. “Alal Al-Fasi memberikan
Asyur dalam bukunya Maqashid asy- definisi maqashid syariah yang lebih
Syariah al-Islamiyah. Menurutnya, ringkas lagi, sebagai berikut: “Tujuan
maqashid syariah adalah: “beberapa (umum) dari pemberlakukan definisi
tujuan dan hikmah yang dijadikan syariat dan beberapa rahasia (khusus)
pijakan syariat dalam seluruh ketentuan yang terkandung dalam setiap produk
hukum agama dan mayoritasnya. hukum.”
Dengan sekira beberapa tujuan tersebut Pengertian di atas lebih rill
tidak hanya untuk satu produk hukum menjelaskan cakupan maqashid syariah.
syariat secara khusus.”. 12 Terlebih lagi, jika membaca
Jika dikaji, pengertian maqashid penjelasannya yang bernada: “Tujuan
syariah di atas bersumber dari apa yang umum pemberlakuan syariat adalah
dituliskan Imam Syatibi di dalam kitab memakmurkan kehidupan di bumi,
Al-Muwafaqat: menjaga ketertiban di dalamnya,
senantiasa menjaga stabilitas
12
kemaslahatan alam dengan tanggung
Thahir Ibn Ashur. (2014). Maqashid As-
Syariah Al-Islamiyah. Qatar: Wazirat al-Awqaf. jawab manusia menciptakan lingkungan
hlm. 51.
yang sehat, berlaku adil dan berbagai penjelasan bahwa tujuan hukum adalah
tindakan yang dapat memberi manfaat satu, yaitu kebaikan dan kesejahteraan
bagi seluruh lapisan penghuni bumi.” umat manusia. Tidaklah berlebihan bila
1. Tujuan Hukum Islam dalam dikatakan bahwa tidak ditemukan istilah
Pendekatan Maqashid Syariah
maqashid al-syari’ah secara jelas
Kajian tentang maksud (tujuan)
sebelum al-syatibi. Era sebelumnya
ditetakannya hukum dalam islam
hanya pengungkapan masalah ‘illat
merupakan kajian yang sangat menarik
hukum dan maslahat.
dalam bidang ushul fiqh. Dalam
Dalam karyanya al-muwafaqat, al-
perkembangan berikutnya, kajian ini
syatibi menggunakan kata yang
merupakan kajian utama dalam filsafat
berbeda-beda berkaitan dengan
hukum islam. Sehingga dapat dikatakan
maqashid al-syari’ah. Kata-kata itu
istilah maqashid al-syari’ah identik
ialah maqashid al-syari’ah,al-maqashid
dengan istilah filsaafat hukum islam
al-syari’ah fi al-syari’ah, dan al-
(the philosophy of islamic law). Istilah
maqashid min syar’i al-hukm. Namun,
yang disebut terakhir ini melibatkan
pada prinsipnya semuanya mengandung
pertanyaan-pertanyaan kritis tentang
makna yang sama, yaitu tujuan hukum
tujuan ditetapkannya suatu hukum.
yang diturunkan oleh Allah S.W.T.
Al-syatibi mengatakan bahwa
Menurutnya, sesungguhnya syariat itu
doktrin ini (maqashid as-syari’ah)
bertujuan mewujudkan kemaslahatan
adalah kelanjutan dan perkembangan
manusia di dunia dan akhirat. Kajian ini
dari konsep maslahah sebagaimana
bertolak dari pandangan bahwa semua
telah dicanangkan sebelum masa al-
kewajiaban (taklif) diciptakan bahwa
syatibi. Terkait tentang tujuan hukum
dalam rangka merealisasikan
islam, ia akhirnya sampai pada
kemaslahatan hamba. Tidak satu pun
kesimpulan bahwa kesatuan hukum
hukum allah yang tidak mempunyai
islam berarti kesatuan dalam asal-
tujuan. Hukum yang tidak mempunyai
usulnya dan terlebih lagi dalam tujuan
tujuan sama dengan taklif mala yuthaq
hukumnya. Untuk menegakkan tujuan
(membebankan sesuatu yang tidak
hukum ini, ia mengemukakan ajarannya
dapat dilaksanakan). Suatu hal yang
tentang maqashid as-syari’ah dengan
tidak mungkin terjadi pada hukum-
Anggora Perspektif Ibnu Qoyyim Studi atau tidaknya suatu transaksi, dapat
Kasus Desa Sampali, Deli Serdang disebut juga akad bisa dinilai setelah
sesuaikah atau tidak dengan ketentuan mengetahui proses akadnya dengan
jual beli dalam hukum Islam. memakai kacamata hukum Islam.
Islam membolehkan akad ijarah
D. PEMBAHASAN atau sewa menyewa selama akad
1. Ketentuan Pacak (Sewa tersebut masih sesuai dengan ketentuan
Pejantan) Kucing Anggora yang syar’i yang berlaku dan pastinya sesuai
Dilakukan di Desa Sampali
dengan rukun dan syaratnya.
Untuk ketentuan Pacak (Sewa
Untuk menganalisa akad yang
Pejantan) kucing Anggora yang
terdapat dalam sewa menyewa jasa
dilakukan di Desa Sampali
pacak kucing anggora ini, sebelumnya
menggunakan transaksi atau akadnya
harus dijabarkan terlebih dahulu rukun
dengan sistem sewa menyewa atau
dan syarat yang terdapat dalam ijarah
disebut juga ijarah dengan ketentuan
karena hal ini merupakan pilar utama
yaitu pihak penyewa yang disebut klien
sah atau tidaknya suatu akad. Dalam
menyewa kucing anggora dari pihak
ijarah sendiri terdapat rukun dan syarat
yang menyewakan yaitu salah seorang
yang harus dilaksanakan agar akad yang
warga di Dusun VIII Desa Sampali,
dilakukan sah, yaitu: aqid (orang yang
Deli Serdang, yang mana sesuai dengan
berakad), sighatakad, ujrah (upah) dan
kesepakatan sebelumnya yaitu kucing
manfa’ah (manfaat).15
jantan atau betina. Kucing penyewa atau
Sedangkan syarat yang harus
klien yang akan dikawinkan akan di
dipenuhi dari rukun-rukun ijarah
ambil pihak yang menyewakan jasa
tersebut yaitu:
sewa pacak kucing dan pihak penyedia
a. Aqid harus orang yang berakal.
jasa pacak kucing anggora sendiri yang
Menurut ulama Syafi’iyah dan
akan mengawasi prosesnya dari awal
Hanabilah dalam sebuah akad
diterima sampai akhir hingga hasilnya
diperlukan orang-orang yang
terlihat yaitu anakan kucing. Tentunya
sadar dan faham akan akad
proses akad yang dilakukan dari awal
15
sampai akhir ini yang menjadi poin Rachmat Syafe’i. (2001). Fiqh
Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia. hlm.
penting karena tidak diragukan lagi sah 124.
17
Hendi Suhendi. (2008). Fiqh Muamalah.
16
Rachmat Syafe’i. (2001). hlm. 125. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm. 118.
E. PENUTUP
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang kita menerima Penulis menyimpulkan terkait
harga sperma pejantan. (H.R. Hukum Pacak (Sewa Pejantan) Kucing
Al-Bukhari, An-Nasai, dan
Abu Daud).23 Anggora menurut pendapat Ibnu
Maka berdasarkan hadis diatas Qayyim Berdasarkan Analisis Maqhasid
menerima upah dari sperma pejantan Syariah yang terjadi di Desa Sampali,
yang dalam saat ini dikenal dengan Deli Serdang bahwasanya Dalam proses
pacak kucing/sewa pejantan adalah sewa menyewa pacak kucing dan
haram/dilarang hukumnya. Dan akad penentuan pembayaran harga di Desa
dari ijarah menjadi tidak sah Sampali tidak sesuai dengan Sayarat-
sebagaimana pendapat Ibnu Qayyim: syarat Ijarah sehingga akadnya tidak
“Ulama menjelaskan, alasan syah. Yaitu sebagaimana yang
haramnya menyewakan pejantan, dijelaskan Ibnu Qayyim bahwa syarat-
Pertama, bahwa sperma pejantan tidak syarat ijarah salah satunya adalah objek
bisa diserah-terimakan Sehingga ijarah harus dapat langsung diserahkan
statusnya sama dengan menyewakan terimakan dan dapat dimanfaatkan
budak kabur. Karena keluarnya sperma langsung dan pada syarat inilah tidak
binatang tergantung dari syahwat dan terpenuhinya akad ijarah dalam
naluri pejantan” kegiatan pacak kucing di Desa Sampali,
Penjelasan dari pendapat Ibnu Deli Serdang sehingga kegiatan
Qayyim di atas bahawa syarat-syarat gtersebut dilarang dalam islam yang
ijarah tidak terpenuhi yaitu Objek dari dapat menyebabkan yaitu munculnya
ijarah tidak dapat langsung diserahkan penipuan dan penghianatan.
terimakan dan tidak dapat dimanfaatkan
langsung oleh penyewa pacak kucing
sehingga dapat menyebabkan hal yang
23
Imam Bukhori. (2004). Shahih Al-
Bukhori. Beirut: Dar Al- Kotob Al-Ilmiyah.
hlm. 2284.
DAFTAR PUSTAKA
Agama RI. (2009). Kementrian Al- Marzuqi, Ahmad Idris. (2015). Ngaji
Quran dan Terjemah. Surabaya: Fiqih 2. Kediri: Santri Salaf Press.
CV. Fajar Mulia. Nasution, M. Syukri Albani Nasution,
Ash-Shawi Abdullah Al-Mushlih dan Rahmad Hidayat. (2020). Filsafat
Shalah. (2001) Fikih Ekonomi Hukum Islam Maqasid Syariah.
Keuangan Islam. Jakarta: Darul Jakarta: Kencana.
Haq. Suhardi, Kathur. (1990). terjemahan
Ashur, Thahir Ibn. (2014). Maqashid Zaad Al- Ma’ad Fi Hadyi Khairil
As-Syariah Al- Islamiyah. Qatar: ibad Juz V , Ibnu Qayyim. Jakarta:
Wazirat al-Awqaf. Pustaka Azzam.
Al-Bukhori, Imam. (2004). Shahih Al- Suhendi, Hendi. (2008). Fiqh
Bukhori. Beirut: Dar Al- Kotob Al- Muamalah. Jakarta: PT
Ilmiyah. RajaGrafindo Persada.
Hidayat, Enang. (2015). Fiqih Jual Beli. Syarifudin, Amir. (2010). Garis-Garis
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. (1990). Syafe’i, Rachmat. (2001). Fiqh
Zaad Al- Ma’ad Fi Hadyi Khairil Muamalah. Bandung: CV Pustaka
ibad Juz V. Syam : Daml-fikr. Setia.
Karim, Adiwarman A. (2004). Fikih
Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:
Darul Haq.