P6
P6
JUDUL PERCOBAAN:
PERCOBAAN VI
“PENENTUAN KESTABILAN VITAMIN C”
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1. Mampu memahami sifat-sifat vitamin C
I.2. Mampu mengitung dan menentukan panjang gelombang maksimum dari vitamin
C
I.3. Mampu menentukan dan membuat grafik kestabilan vitamin C.
II.2. Vitamin C
Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan.
Vitamin C mudah di uji secara sintesis dari gula darah dengan biaya sangat
murah. Vitamin C mempunyai peranan dalam pembentukan kolagen
interselular, pembentukan hormon steroid dari kolesterol dan menjaga
kestabilan tubuh [ CITATION Win82 \l 1033 ].
Stuktur vitamin C (Asam Askorbat)
c: konsentrasi (M)
II.10. Pengenceran
Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
V1. N1 = V2. N2
Keterangan :
V1 : volume awal
N1 : volume akhir
V2 : normalitas awal
N2 : normalitas akhir
Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat. Panas ini
dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air
dan tidak boleh sebaliknya [ CITATION Bra99 \l 1033 ].
3.1 Alat
- Spektrofotometri UV-Vis
- Gelas Beker
- Labu Ukur 50 ml dan 100 ml
- Batang Pengaduk
- Botol Vial 10 ml
- Gelas Ukur
- Spatula
- Aluminium Foil
3.2 Bahan
- Vitamin C 1%
- Larutan NaOH 1N
- Larutan CuSO4
- Aquades
Gelas beker
- Pengadukan
- Pengenceran
Hasil
Gelas beker
Gelas beker
- Pemasukan pada labu ukur 100 ml
- Penggojogan
Hasil
7 ml Larutan Vitamin C
5 botol vial
Hasil -
7 ml Larutan Vitamin C
4 botol vial
Hasil
7 ml Larutan Vitamin C
2 botol vial
- Pemberian label “1C-2C”
- Pengukuran absorbansi
Hasil
3 botol vial
- Pengukuran absorbansi
Hasil
10 - 1.029
20 - 0,047
30 - 0,990
40 - 1.285
50 - 0,097
Temperatur
Cahaya
4.4 Pengukuran absorbansi terhadap penambahan basa pada dan ion logam selama
1 jam
V. HIPOTESIS
Percobaan yang berjudul “Penentuan Kestabilan Vitamin C” dilakukan dengan
tujuan untuk memahami sifat-sifat vitamin C, menghitung dan menentukan panjang
gelombang maksimum vitamin C, serta menentukan dan membuat grafik kestabilan
vitamin C. Prinsip dari percobaan ini adalah interaksi antar molekul berupa materi
dengan energi pada panjang gelombang tertentu. Metode yang digunakan adalah
spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah panjang
gelombang maksimum vitamin C dan absorbansi larutan dari perlakuan dengan
pengaruh lama penyimpanan, paparan cahaya, paparan temperatur, dan penambahan
basa dan ion logam. Pengaruh tersebut akan menurunkan kestabilan vitamin C,
sehingga absorbansi yang dihasilkan akan semakin menurun (kecil). Tetapi, untuk
pengaruh penambahan basa akan menstabilkan vitamin C, sehingga absorbansi yang
dihasilkan semakin meningkat (besar).
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Penentuan Kestabilan Vitamin C”
yang bertujuan untuk memahami sifat-sifat vitamin C, menghitung dan menentukan
panjang gelombang maksimum vitamin C, serta menentukan dan membuat grafik
kestabilan vitamin C. Prinsip dari percobaan ini adalah interaksi antar molekul berupa
materi dengan energi pada panjang gelombang tertentu. Metode yang digunakan adalah
spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur panjang gelombang dan intensitas sinar UV dan cahaya tampak yang
diabsorpsi oleh sampel.. Pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena
rentang panjang gelombang spektrofotometer UV-Vis adalah 200-400 nm. Panjang
gelombang maksimum vitamin C berada pada panjang 266 nm, namun dalam larutan
alkali 267 nm. Selain itu, spektrofotometer UV-Vis juga merupakan alat ukur
absorbansi yang baik.
Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air tapi tidak larut dalam minyak.
Hal ini sesuai dengan prinsip “like dissolve like” yaitu apabila suatu larutan yang polar
akan larut di larutan yang polar, dan larutan yang non polar akan larut di larutan yang
non polar. Vitamin C bersifat polar sehingga larut dalam air, sedangkan tidak larut
dalam minyak karena minyak bersifat non polar. Vitamin C dikenal dengan nama kimia
asam askorbat dan termasuk dalam golongan antioksidan yang mampu menangkal
radikal bebas ekstraseluler. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya dan logam (Gyorgi, 1931).
VI.1 Pembuatan Larutan Vitamin C
Pembuatan larutan vitamin C dilakukan dengan penimbangan 0,1 gram serbuk
vitamin C. Kemudian dilakukan pengenceran menggunakan aquadest dengan cara
melarutkan 0,1 gram serbuk dalam labu ukur 100 mL, sehingga dihasilkan konsentrasi
vitamin C 1.000 ppm. Tujuan dilakukan pengenceran yaitu supaya larutan yang tadinya
pekat menjadi lebih encer. Larutan awal yang memiliki konsentrasi 1.000 ppm diambil
sebanyak 5 mL dan diencerkan kembali dengan aquadest menggunakan labu ukur 50
mL, sehingga dihasilkan larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Setelah itu, larutan
dengan konsentrasi 100 ppm diambil sebanyak 15 mL dan diencerkan kembali dengan
aquadest menggunakan labu ukur 100 mL, sehingga dihasilkan larutan akhir dengan
konsentrasi 15 ppm.
Larutan vitamin C dengan konsentrasi 15 ppm dimasukkan kedalam 14 botol vial
masing-masing sebanyak 7 mL. Berdasarkan pengaruh lama penyimpanan digunakan 5
botol vial ; pengaruh cahaya digunakan 4 botol vial ; pengaruh temperatur digunakan 2
botol vial ; dan pengaruh ion logam digunakan 3 botol vial.
VI.2 Penentuan Kestabilan Vitamin C Berdasarkan Pengaruh Lama
Penyimpanan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap
kestabilan vitamin C. Dalam percobaan ini, larutan vitamin C dimasukkan ke dalam
botol vial dan ditutup dengan alumunium foil. Penutupan dengan alumunium foil ini
bertujuan agar larutan vitamin C tidak terpengaruh oleh paparan cahaya, karena jika
terkena cahaya matahari maka vitamin C akan mudah teroksidasi.
Larutan didiamkan pada suhu kamar (ruangan) selama 10 menit ; 20 menit ; 30
menit ; 40 menit ; dan 50 menit. Adanya selang waktu bertujuan untuk mengetahui
pengaruh lama penyimpanan dan mengetahui nilai absorbansinya meningkat atau
menurun sehingga kestabilan vitamin C bisa ditentukan. Kemudian dilakukan
pengukuran absorbansi larutan vitamin C pada masing-masing lama penyimpanan
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Dalam percobaan ini digunakan
spektrofotometri UV karena spektrofotometri UV memiliki rentang panjang gelombang
200-400nm, dimana panjang gelombang maksimum vitamin C berada di dalam rentang
panjang gelombang itu, yakni 266nm (267nm dalam larutan alkali) (Brady, 1999).
Dari pengukuran absorbansi diperoleh hasil nilai absorbansi larutan vitamin C
pada menit ke 10 ; 20 ; 30 ; 40 ; dan 50 secara berturut-turut adalah 1,029 ; 0,047 ;
0,990 ; 1,285 ; dan 0,097. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa nilai absorbansi menurun
pada menit ke 10, mengalami kenaikan sampai menit ke 40, dan menurun lagi pada
meit ke 50. Dari data tersebut menunjukkan adanya ketidakstabilan vitamin C
berdasarkan pengaruh lama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
vitamin C yang ada di dalam larutan semakin tidak stabil dan nilai absorbansinya juga
tidak stabil.
Hasil data tersebut tidak sesuai berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa
lama penyimpanan akan mempengaruhi kestabilan vitamin C yaitu cenderung
mengalami penurunan kestabilan apabila disimpan dalam waktu yang terlalu lama
(Andarwulan, 1992). Seharusnya absorbansinya turun seiring dengan lamanya waktu
penyimpanan, karena semakin lama waktu penyimpanan, maka kestabilan vitamin C
semakin berkurang (Andarwulan, 1992). Penurunan kestabilan atau kandungan vitamin
C ini disebabkan karena sifat vitamin C yang mudah teroksidasi pada kondisi yang
panas dan terkena cahaya, sehingga menyebabkan sel pada senyawa yang mengandung
vitamin C mengalami kerusakan. Mekanisme reaksi oksidasi vitamin C :
(Lestari, 2013)
Dari percobaan ini diperoleh grafik hubungan waktu dengan absorbansi dengan
persamaan garis y=-0,0063x + 0,8774 dengan nilai R2= 0,0296. Dari percobaan ini
diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa lama waktu
penyimpanan cenderung menurunkan kestabilan vitamin C. Hal ini disebabkan karena
tiap larutan pada lima botol vial mendapat pengaruh udara atau kontak dengan udara
saat penuangan sehingga terjadi oksidasi vitamin C yang berbeda sehingga peroleh nilai
absorbansi yang fluktuatif.
(Lestari, 2013)
( Lestari, 2013)
VII. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.1.1 Sifat-sifat vitamin C adalah mudah larut dalam air, bersifat reaktif,
mudah teroksidasi, sangat terpengaruhi oleh paparan cahaya, lama
penyimpanan, temperatur, dan pengaruh ion logam. Pengaruh lama
penyimpanan, suhu (panas dan dingin), paparan cahaya akan menurunkan
kestabilan vitamin C, sehingga absorbansi akan menurun. Sedangkan
pengaruh kondisi basa akan menstabilkan vitamin C, sehingga absorbansi
akan meningkat.
VI.1.2 Panjang gelombang maksimum dari vitamin C adalah 266 nm.
VI.1.3 Pada percobaan ini didapatkan grafik kestabilan Vitamin C pada
pengaruh lama penyimpanan, Tetapi seharusnya pada pengaruh lama
penyimpanan dihasilkan grafik negative atau turun.
VI.2 Saran
VI.2.1 Saat melakukan pengenceran harus lebih teliti lagi agar didapatkan
konsentrasi yang akurat.
VI.2.2 Dilakukan penutupan yang lebih rapat menggunakan alumunium foil
pada botol vial agar vitamin C benar benar tidak terpapar oleh cahaya,
sehingga setiap perlakuan dari percobaan dapat didapatkan keakuratan.
DAFTAR PUSTAKA
Davies. 1991. Alat Atomisasi Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa.
Erlangga. Jakarta.
Martin et al. 1981. Vitamin C and The Common Cold : Using Identical Twins As
Controls. The Medical Journal of Australia 2(8), 411-412.
Soerjodibroto, W.S. 1985. Vitamin C dipandang dari Sudut Ilmu Gizi. Balai Penerbit
FK UI. Jakarta.
Szeto, T. Y, dkk. 2002. Total Antioxidant and Ascorbic Acid Content of Fresh
Winarno, F.G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka. Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
M x Mr NaOH x V (ml)
massa NaOH =
1000
= 0.004 gram
100 mg
ppm =
0.1 L
Diket :
V1 = 5 ml V2 = 50 ml
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
5 ml x 1000 ppm = 50 ml x M2
M2 = 100 ppm
c) Pengenceran III
Diket :
V1 = 15 ml V2 = 100 ml
M1 = 100 ppm M2 = .....?
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
15 ml x 100 ppm = 100 ml x M2
M2 = 15 ppm
GRAFIK
1.2
1
Absorbansi
0.8
f(x) = − 0.01 x + 0.88
0.6 R² = 0.03
0.4
0.2
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Waktu (s)
Analisa Grafik :
Jawab :
2. Diketahui :
Massa vitamin C = 0,3 gr = 300 mg
V = 250 m = 0.25 L
Ditanya : ppm larutan vitamin C?
Jawab :
a. Pengenceran I
mg 300 mg
ppm= =
L 0.25 L
b. Pengenceran II
Diket :
V1 = 15 ml V2 = 100 ml
M1 = 1200 ppm M2 = .....?
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
15 ml x 1200 ppm = 100 ml x M2
M2 = 180 ppm
c. Pengenceran III
Diket :
V1 = 7,5 ml V2 = 50 ml
M1 = 180 ppm M2 = .....?
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
7,5 ml x 180 ppm = 50 ml x M2
M2 = 27 ppm
Jadi, konsentrasi vitamin C adalah 27 ppm
3. Prinsip dari percobaan ini adalah interaksi antar molekul berupa materi dengan energi
pada panjang gelombang tertentu. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri
UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
panjang gelombang dan intensitas sinar UV dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh
sampel.. Pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena rentang panjang
gelombang spektrofotometer UV-Vis adalah 200-400 nm. Panjang gelombang
maksimum vitamin C berada pada panjang 266 nm, namun dalam larutan alkali 267
nm. Selain itu, spektrofotometer UV-Vis juga merupakan alat ukur absorbansi yang
baik.
4. Reaksi oksidasi vitamin C :
(Lestari, 2013)
Reaksi vitamin C dengan logam :
5. Vitamin C merupakan senyawa yang tak stabil karena adanya air yang dapat
menyebabkan vitamin C dalam bentuk L-asam askorbat terurai menjadi asam L-
dehidroaskorbat (DHA) lalu berubah menjadi asam L-glukonat dan oksalat yang tidak
aktif.