Tumor Testis
Tumor Testis
TUMOR TESTIS
PEMBIMBING:
dr. MULIONO,sp.OT
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas izinNya penulis dapat
menyusun tugas study case Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah dengan judul TUMOR TESTIS
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Solya
Wijaya, Sp.B., dr. Eko Wijayanto,Sp.B., dr. Ryanto K Sitepu,Sp.BD.(K)., dr.
Muliono,Sp.OT. yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan study case ini.
Study case ini dibuat sebagai salah sau syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Bedah
di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Bila ada kesalahan dalam penulisan tugas ini penulis mohon
maaf. Kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis. Kira-
kira90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya dapat
dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insidensi tumor sel embrional
maligna di Nederland adalah kira-kira 4 per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini berarti bahwa
tiap tahun kira-kira 300 penderita baru didiagnosis dengan kelainan maligna ini. Tumor-
tumor sel embrional maligna testis merupakan tumor maligna yang paling sering terdapat
pada laki-laki usia 20-40 tahun meskipun pada penderita kurang dari 5 tahun danlebih dari 70
tahun juga dapat dijumpai tumor testis.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Harkat
Umur : 27 tahun
Alamat : Carangpulang
Agama : Islam
Pendidikan : SD
ANAMNESIS
Benjolan di buah zakar kiri sejak ± 1 tahun yang lalu. Benjolan tumbuh makin lama makin
membesar. Awalnya berukuran d ± 0,5 cm dan saat ini sudah berukuran d ± 7 cm. Benjolan
menetap, tidak nyeri. Benjolan juga timbul di tempat lain yaitu di leher kiri sejak 6 bulan yll.
Benjolan di leher makin lama makin membesar, menetap, tidak nyeri.
Sejak timbul benjolan di buah zakar pasien sering demam tetapi panasnya tidak begitu tinggi.
Disertai dengan mual, pusing, lemas, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan
dari 50 kg menjadi 45 kg dalam waktu 1 tahun terakhir. Riwayat BAB normal, feces warna
kuning, tidak keras, tidak berdarah, diare (-). BAK normal, kencing warna kuning, volume
banyak, tidak nyeri, tidak bedarah.
Pasien juga menderita batuk dan mimisan sejak ± 2 bulan yang lalu. Batuk kering disertai
sakit tenggorokan, sakit menelan. Sesak nafas (+). Batuk berdarah disangkal, berkeringat
malam disangkal. Mimisan sering terjadi saat OS mengorek-ngorek hidung, darah yang
keluar tidak banyak, warna merah segar, namun dapat berhenti sendiri.
Riwayat tumor disangkal, riwayat trauma daerah genitalia disangkal, riwayat operasi
disangkal, riwayat testis tidak turun di skrotum disangkal, infeksi di daerah skrotum
disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat kolesterol disangkal, riwayat DM disangkal.
OS menyangkal memiliki keluarga menderita penyakit yang sama. Riwayat tumor dalam
keluarga disangkal. Riwayat penyakit hipertensi, kolesterol, dan DM dalam keluarga
disangkal.
RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien memiliki kebiasaan mengangkat beban berat. Sering mengedan saat buang air besar
disangkal. OS sering merokok, 1 bungkus per hari isi 16 batang.
RIWAYAT LINGKUNGAN DAN TEMPAT TINGGAL
RIWAYAT PENGOBATAN
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Antropometri
BB : 45 kg
TB :160 cm
Tanda Vital
Nadi : 96 x /menit
Suhu : 37,8°C
Pernafasan : 24x/menit
Status generalis
Kulit : Warna coklat, tidak terdapat efloresensi bermakna, teraba hangat,
turgor kulit baik.
Kepala : Normocephali
Mata : konjungtiva anemis -/-, skelra ikterik -/-, pupil isokor, TIO normal,
gerakan bola mata baik, lapang pandangan baik.
Hidung : NCH (-), Deformitas (-), krepitasi (-), kavum nasi lapang,
sekret (-), perdarahan (-).
7654321 1234567
Tenggorokan : faring hiperemis (+), granular (+), PND (-). Tonsil: T1-T1, kripta
melebar.
Thorax
Inspeksi : bentuk thorax dalam batas normal, pergerakan dinding dada simetris,
retraksi (-). ictus cordis tidak terlihat, buah dada simetris, gynecomastia (-), spider navy (-),
roseola spot (-). Efloresensi yang bermakna (-).
Palpasi : pergerakan dada saat bernafas baik, vokal fremitus simetris kanan dan kiri,
ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : suara sonor di kedua lapang paru, batas jantung kanan di ICS III-V
libea parasternalis dextra, batas jantung kiri ICS III sternalis sinistra-ICS V, 2 cm medial
linea midklavikularis sinistra.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I &II
reguler, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, tegang, venektasi (+), caput medusae (-).
Palpasi : perut teraba tegang. Nyeri tekan (+) pada seluruh lapang abdomen,
nyeri lepas (-), defans muskular (-). Hepar dan lien sulit diraba karena perut tegang.
Ekstremitas
Palpasi : akral teraba hangat +/+/+/+, oedem -/-/-/-, flapping tremmor (-).
Penis : tampak normal, fimosis (-), parafimosis (-), hipospadi (-), epispadi (-), sekret
(-).
Scrotum :
Palpasi : teraba massa bulat pada skrotum sinistra, ukuran d ± 7 cm, berbatas tegas,
konsistensi keras, permukaan rata, tidak dapat digerakkan, tidak teraba hangat.
Auskultasi : BU (-)
Transiluminasi : (-)
Testis
Rectal toucher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Pasien laki-laki usia 27 tahun datang dengan keluhan benjolan di skrotum sinistra
sejak 1 tahun yang SMRS. Benjolan makin lama makin membesar, menetap, tidak nyeri.
Benjolan juga terdapat di colli sinistra sejak 6 bulan yll., menetap, dan tidak nyeri. Keluhan
benjolan disertai dengan demam, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, mual,
pusing, lemas, batuk, sakit tenggorokan, sesak nafas, dan mimisan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesan gizi kurang, BMI gizi kurang,
konjungtiva anemis +/+, mulut kering, pembesaran kelenjar getah bening supraklavikular
colli sinistra. Abdomen venektasi (+), teraba tegang, nyeri tekan (+) di seluruh lapang
abdomen. Status lokalis regio scrotalis, tampak pembesaran scrotum sinistra, warna kulit
coklat, hiperemis (-). Palpasi teraba massa bulat, berukuran d ± 7 cm, permukaan rata,
konsistensi keras, berbatas tegas, tidak dapat digerakkan, tidak teraba hangat. Auskultasi
skrotum BU (-). Pemeriksaan laboratorium darah, Hb 9 gr/dL, LED 120 mm.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
Hernia scrotalis
PEMERIKSAAN ANJURAN
1. USG scrotum
2. USG Abdomen
3. Tumor marker : AFP, HCG, dan LDH.
4. Rontgen Thorax
5. Biopsi jaringan
RENCANA TINDAKAN
1. Medikamentosa : kemoterapi
2. Edukasi :
3. Operatif : orkiektomi, limfadenektomi.
PROGNOSIS
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Sebagian besar neoplasma adalah germinal, dengan sekitar 40% ad
a l a h s e m i n o m a . Seminoma cenderung untuk tetap setempat, sementara
tumor non seminomas tumbuh cepat. Penyebab tumor testikuler tidak diketahui,
tetapi kriptokhidisme, infeksi, dan faktor-faktor genetic dan endokrin tampak
berperan dalam terjadinya tumor tersebut.
Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis
yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum. Tumor testis biasanya
malignan dan cenderung untuk bermetastasis lebih dini, menyebar dari testis ke dalam
nodus limfe dalam retroperineum dan ke paru-paru.
INSIDENSI
Kanker testis adalah salah satu dari sedikit neoplasma yang dapat
didiagnosis secara akurat melalui pemeriksaan penanda tumor ( tumor marker )
pada serum tersangka penderita yaitu pemeriksaan human chorionic gonadotropin
(bhCG) dan α-fetoprotein (AFP).
Kemungkinan seorang lakilaki kulit putih untuk terkena kanker te
s t i s s e p a n j a n g hidupnya di Amerika Serikat adalah 0,2%. Saat ini angka
survival pasien dengan tumor testis meningkat,
hal ini memperlihatkan perkembangan dan perbaikan dalam pengobatan dengan
kombinasi kemoterapi yang efektif. Secara keseluruhan 5-years survival
r a t e m e n g a l a m i peningkatan dari 78% pada 1974-1976 menjadi 91% pada 1980
– 1985. Puncak insiden kasus tumor testis terjadi pada usia-usia akhir remaja
sampai usia awal dewasa ( 20-40 tahun ), pada a k h i r u s i a d e w a s a ( L e b i h d a r i
6 0 t a h u n ) d a n p a d a a n a k ( 0 - 1 0 t a h u n ) . S e c a r a k e s e l u r u h a n insiden
tertinggi kasus tumor testis terjadi pada pria dewasa muda, hal ini membuat
tumor inimenjadi noeplasma tersering mengenai pria usia 20-34 tahun dan tumor tersering
kedua pada pria usia 35-40 tahun di Amerika Serikat dan Inggris Raya.
Kanker testis sedikt lebih sering terjadi pada testis kanan dibanding testis kiri, ini
berhu- bungan dengan lebih tingginya insidensi kriptoidosme pada testis kanan dibanding
testis kiri. Pada tumor primer testis 2-3 % adalah tumor testis bilateral dan kira-kira 50%
terjadi pada pria dengan riwayat kriptokidsme unilateral ataupun bilateral. Jika tumor testis
sekunder disingkirkan maka insiden tumor testis primer bilateral 1 – 2,8 % dari seluruh kasus
tumor sel germinal testis.
Tumor primer testis bilateral dapat terjadi secara berbarengan ataupun tidak, tetapi
cende-rung memiliki kesamaan jenis histilogisnya. Dari penelitian oleh Bach dkk. ( 1983 ) di
dapatkan seminoma merupakan tumor primer testis bilateral tersering ( 48 % ) sedangkan
limfoma malignan adalah tumor testis sekunder bilateral tersering.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala berupa :
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul
dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan pada testis yang tidak nyeri.
Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam.
Sakit pinggang (akibat perluasan nodus
retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelema
han umum dapatdiakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa ny
e r i a d a l a h t e m u a n d i a g n o s t i k y a n g signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah
pemeriksaan testis mandiri.
Suatu b a g i a n p e n t i n g d a r i p r o m o s i k e s e h a t a n u n t u k p r i a h a r u s m e n c a k u p
p a m e r i k s a a n m a n d i r i . Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah
intervensi penting untuk deteksi dini penyakit ini.
EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. P
e m e r i k s a a n lainnya yang biasa dilakukan:
1. USG skrotum
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionicgonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85%
kanker non-seminomamenunjukkan peningkatan kadar AFP atau beta HCG.
3. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
4. CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ perut)
5. Biopsi jaringan
PENATALAKSANAAN
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Set
e l a h k a n k e r ditemukan, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan jenis sel
kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
1. S t a d i u m I : k a n k e r b e l u m m e n y e b a r k e l u a r t e s t i s .
2. Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut
3. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa
sampai ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
1. Pembedahan: pengangkatan testis
(orkiektomi) dan pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi).
2. T e r a p i p e n y i n a r a n : m e n g g u n a k a n s i n a r X d o s i s t i n g g i a t a u s i n a r e
n e r g i t i n g g i l a i n n y a , seringkalidilakukan setelah limfadenektomi pada tu
mor non-seminoma. Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma,
terutama pada stadium awal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya
cisplastin, bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup penderita tumor non-
seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi
telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening
dan kemoterapidengan sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis sebelumnya, d
i b e r i k a n kemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat disembuhka
n . T u j u a n penatalaksanaan adalah
untuk menyingkirkan penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan pengobata
n tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis diangkat dengan
orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan ligasi tinggi korda
spermatikus. Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk mengisi testis yang
hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk kanker testis, sebagian besar pasien
tidak mengalami fungsi endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami
penurunan kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis
yang sehat tidak berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus lim
f e r e t r o p e r i n e a l (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker melalui jalur limfatik
mungkin dilakukan setelah orkhioektomi. Meskipun libido dan orgasme normal tidak
mengalami gangguan setelah RPLND, pasien mungkin dapat mengalami disfungsi
ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di bank sperma sebelum
operasi mungkin menjadi pertimbangan. Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma
sampai region iliaka digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya diberikan pada tempat
tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan untuk pa s i e n y a n g t i d a k
menunjukkan respon terhadap kemoterapi atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan
untuk dilakukan pembedahan nodus limfe.
K a r s i n o m a t e s ti s s a n g a t r e s p o n s i v e t e r h a d a p t e r a p i m e d i k a s i . K e m o t e r a p i m
u l ti p l e d e n g a n s i s p l a n ti n d a n p r e p a r a t l a i n n y a s e p e r ti v i n b l a s ti n , b l e o m i s i n ,
d a k ti n o m i s i n , d a n siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil yang baik
dapat dicapai dengan
m e n g k o m b i n a s i ti p e p e n g o b a t a n y a n g b e r b e d a , t e r m a s u k p e m b e d a h a n , t e r a
p i r a d i a s i , d a n k e m o t e r a p i . B a h k a n k a n k e r t e s ti k u l e r d i s e m i n a t a s e k a l i p u n , p
r o g n o s i s n y a m a s i h b a i k , d a n penyakit kemungkinan dapat disembuhkan karena kemajuan
dalam diagnosis dan pengobatan.