Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN KONSELING OBAT

“Komunikasi Efektif”

Dosen :
Dr. Refdanita, M.Si., Apt

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini yang
berjudul “Komunikasi Efektif”.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai


pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Refdanita, M.Si., Apt.selaku dosen
Komunikasi, Informasi dan Konseling Obat kami. Dan segenap pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Jakarta, April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kefarmasian 3

2.1.I Definisi Pelayanan Kefarmasian 3

2.1.2 Tujuan Pelayanan Kefarmasian 3

2.I.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Kefarmasian 3

2.1.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Rumah Sakit 4

2.2 Komunikasi......................................................................................................

2.2.1 Definisi Komunikasi................................................................................

2.2.2 Tujuan Komunikasi.................................................................................

2.2.3 Komponen-komponen Komunikasi..........................................................

2.2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi..................................

2.3 Komunikasi Efektif 6

2.3.I Definisi Komunikasi Efektif 6

2.3.2 Tujuan Komunikasi Efektif 8

2.3.3 Prinsip Komunikasi Efektif 9

3
2.3.4 Aspek Dalam Membangun Komunikasi yang Efektif 9

2.4. Pentingnya Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan 10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien 12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 15

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor


keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya
seperti komunikasi di bidang pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi
efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit memiliki tingkat kompleksitas yang
cukup tinggi. Hal ini disebabkan komunikasi yang terlibat sangat banyak,
informasi yang dibutuhkan sangat banyak, serta menyangkut dengan emosi pasien
atau keluarga pasien dan petugas kesehatan yang cukup tinggi.
Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu rangkaian proses
yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu
sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi efektif merupakan
komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada
orang yang terlibat dalam komunikasi. Proses komunikasi efektif artinya proses
dimana komunikator dan komunikan saling bertukar informasi, ide, kepercayaan,
perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan
harapan. Sederhananya, komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana
komunikan mengerti apa yang disampaikan dan melakukan apa yang komunikator
inginkan.
Ketidakpatuhan (non compliance) dan ketidaksepahaman (non
corcondance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab
kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan obat untuk terapinya. Oleh karena itu, untuk mencegah penggunaan
obat yang salah (drug misuse) dan untuk menciptakan pengetahuan dan
pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang
akan berdampak pada kepatuhan pengobatan dan keberhasilan dalam prosespenye
mbuhan maka sangat diperlukan pelayanan informasi obat untuk pasien dan
keluarga melalui konseling obat. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang

5
cukup tentang obatnya akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen
obat yang digunakannya sehingga hasil terapi akan meningkat pula. Oleh karena
itu, apoteker mempunyai tanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat
tentang terapi obat kepada pasien.
Konseling obat sebagai salah satu metode edukasi pengobatan secara tatap
muka atau wawancara, merupakan salah satu bentuk pelayanan kefarmasian
dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien dalam
penggunaan obat.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian?
3. Apa saja tugas pokok dan fungsi dari pelayanan kefarmasian?
4. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan komunikasi efektif?
5. Apaprinsip dalam komunikasi efektif?
6. Apa saja tujuan komunikasi efektif?
7. Apa saja aspek dalam membangun komunikasi yang efektif?
8. Bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan kefarmasian?

1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan kefarmasian
3. Untuk mengetahui tugas pokok dan fungsi dari pelayanan kefarmasian
4. Untuk mengetahui definisi komunikasi dan komunikasi efektif
5. Untuk mengetahui prinsip dan tujuan dalam komunikasi efektif
6. Untuk mengetahui aspek dalam membangun komunikasi yang efektif
7. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya komunikasi dalam pelayanan
kefarmasian

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kefarmasian

2.I.1 Definisi Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka


meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan resiko terjadinya efek samping
karena obat. Untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety), sehingga kualitas
hidup pasien (quality of life) terjamin.

2.I.2 Tujuan Pelayanan Kefarmasian

Tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian untuk :


1. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh dan atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan pekerjaan
kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan perundangan-undangan
3. Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga
kefarmasian.

2.I.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Kefarmasian

Tugas Pokok :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan
prosedur kefarmasian dan etik profesi
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

7
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit

Fungsi :
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
 Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah
sakit
 Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
 Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
 Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
 Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
 Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
 Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit

2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


 Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien
 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan alat kesehatan
 Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan
alat kesehatan
 Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
 Memberikan informasi kepada petugas kesehatan pasien/keluarga
 Memberi konseling kepada pasien/keluarga
 Melakukan pencampuran obat suntik
 Melakukan penyiapan nutrisi parenteral

8
 Melakukan penanganan obat kanker
 Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
 Melakukan pencatatan setiap kegiatan
 Melaporkan setiap kegiatan

2.I.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Rumah Sakit

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan


sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek telah mensyaratkan apotek
harus memiliki: ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, tempat untuk mendisplai
informasi bagi pasien (termasuk penempatan brosur/materi informasi), ruangan
tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta
lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, keranjang sampah yang
tersedia untuk staf maupun pasien, dan ruang racikan.

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bertujuan untuk :


1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standar :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatandan Bahan Medis
Habis Pakai
2. Pelayanan farmasi klinik

2.2 Komunikasi

2.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang


disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh

9
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwar Depari, AW
Widjaja,2000).

2.2.2 Tujuan Komunikasi

1. Untuk memahami dan menemukan diri sendiri


2. Menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan
3. Membentuk dan memelihara hubungan yang bermaksa dengan orang lain
4. Melalui komunikasi antarpribadi, individu dapat mengubah sikap dan
perilaku sendiri dan orang lain
5. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar
6. Mempengaruhi orang lain
7. Mengubah pendapat orang lain
8. Membantu orang lain

2.2.3 Komponen-Komponen Komunikasi


a. Pemberi pesan (Sender atau Communicator) adalah individu yang bertugas
mengirimkan pesan.
b. Penerima pesan (Receiver) adalah seseorang yang menerima pesan. Bisa
berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah
diinterpretasikan.
c. Pesan yang dikirim (Message) adalah informasi yang diterima, bisa berupa
kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang
diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (Channel atau Media) adalah
metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat adalah kata, bau
badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik (Feedback) adalah penerima pesan memberikan informasi
atau pesan kembali kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang
efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue karena memberikan

10
respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

a. Suasana
Suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik
atau tidaknya pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima
komunikan saat proses komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur,
bahkan sulit diterima. Oleh karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan,
lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman.
Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula. Misalnya, apabila perawat
memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka
pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut kurang diterima dengan
baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus pada pesan yang
disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.

b. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan
yang kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
komunikan dan komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang
disampaikan. Hal ini akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi
yang dijalankan. Oleh karena itu, komunikator harus memahami pesan sebelum
menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.

2.3 Komunikasi Efektif


2.3.I Definisi Komunikasi Efektif

11
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Komunikasi efektif adalah saling bertukar informasi, ide, kepercayaan,
perasaan dan sikap antara dua orang atau kelompok yang hasilnya sesuai dengan
harapan.

2.3.2 Tujuan Komunikasi Efektif


Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami
pesan yang diberikan. Bentuk komunikasi efektif :
1. Komunikasi verbal efektif :
 Berlangsung secara timbal balik
 Makna pesan ringkas dan jelas
 Bahasa mudah dipahami
 Cara penyampaian mudah diterima
 Disampaikan secara tulus 
 Mempunyai tujuan yang jelas
 Memperlihatkan norma yang berlaku
 Disertai dengan humor

2. Komunikasi non verbal :


Yang perlu di perhatikan dalam komunikasi non verbal adalah :
 Penampilan fisik
 Sikap tubuh dan cara berjalan
 Ekspresi wajah
 Sentuhan

Komunikasi yang efektif dapat tercapai apabila:


a. Pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh
komunikan
b. Pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang
ditindaklanjuti oleh komunikan

12
c. Tidak adanya hambatan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.

2.3.3 PrinsipKomunikasi Efektif


1. Respect
Respect adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang akan kita sampaikan.

2. Empathy
Komunikasi yang efektif akan dengan mudah tercipta jika komunikator
memiliki sikap empathy. Empathy artinya kemampuan seorang komunikator
dalam memahami dan menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang
dihadapi orang lain.

3. Audible
Audible adalah pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan melalui media atau delivery channel.

4. Care
Care berarti komunikator memberikan perhatian kepada lawan
komunikasinya. Komunikasi yang efektif akan terjalin jika audience lawan
komunikasi personal merasa diperhatikan.

5. Humble
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling
menghargai.

2.3.4 Aspek Dalam Membangun Komunikasi yang Efektif


a) Kejelasan

13
Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah
diterima dan dipahami oleh komunikan.
b) Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan
kebenaran informasi yang disampaikan.

c) Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai
dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d) Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau
sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e) Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan
dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa
verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi.

2.4 Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain
dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang
lain akan terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya.
Kepuasan dan kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam
berhubungan sosial dengan orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi.
Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur terpenting dalam mewujudkan integritas
diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem sosial.
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak
yang sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok.
Komunikasi yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan
antar individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan

14
sebagai salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang
tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya.
Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan
konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur hubungan antar
individu yang bekerja komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai
modal utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan
kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga menyangkut dua sisi yaitu
konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal melibatkan unsur
hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan secara
horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi
sebagai provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan
konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu
klien baik secara individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di
rumah sakit.Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit,
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang
terlibat dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stres,
pada umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang
buruk.Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan
dalam hal ini perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian terhadap
buruknya komunikasi juga terjadi pada tim keperawatan. Hal ini terjadi karena
beberapa sebab diantaranya adalah:
(1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat
melakukan intraksi dengan klien.
(2) Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua
arah secara terapeutik.
(3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan (kinerja) individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan kemampuan diri sendiri.

15
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu diupayakan suatu hubungan
interpersonal yang mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada
komunikasi yang dijalin oleh tim keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang
perlu dilakukan oleh tim keperawatan adalah melakukan pendekatan dengan
berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar ilmiah dalam melakukan
tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan komunikasi dengan
menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal yang
dikembangkan oleh Hildegard E.Peplau.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komunikasi Efektif Dalam Penerapan Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien merupakan salah satu isu penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit merupakan
institusi yang penuh dengan aktivitas dan manusia. Pasien, pekerja, pengunjung
dan masyarakat perlu mendapat perlindungan dari kecelakaan dan penyakit.
Komunikasi mempengaruhi keselamatan pasien sebesar 19%. Oleh karena itu,
komunikasi efektif dilakukan dalam upaya mengurangi kesalahan tenaga
kesehatan dalam melakukan pekerjaannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang
dipahami oleh resipien atau penerima akan mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan kesalamatan pasien. Komunikasi dapat secara
elektronik, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui
telepon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan, seperti laboratorium klinis di unit pelayanan pasien untuk
melaporkan hasil pemeriksaan segera.
Komunikasi dalam kolaborasi interprofesi merupakan unsur penting dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. Kolaborasi

16
interprofesional merupakan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang diinginkan
secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi dapat berjalan
efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan dan tidak ada hambatan. Komunikasi yang efektif dapat tercapaiapabila
pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh
komunikan, pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan
yang ditindaklanjuti oleh komunikan dan tidak adanya hambatan untuk
melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang
dikirim.
Salah satu kompetensi inti dalam melakukan kolaborasi interprofesional
adalah dengan melakukan komunikasi interprofesional dan melakukan
komunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lainnya sehingga dapat
mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga
kesehatan yang lainnya. Contoh komunikasi interprofesional yang digunakan
adalah SBAR (Situation-Background-Assassment-Recommendation). SBAR
merupakan teknik dalam mengkomunikasikan informasi yang penting yang
membutuhkan perhatian dan tindakan dengan segera sehingga keselamatan pasien
dapat terjamin dan terlindungi. Sehingga komunikasi yang efektif dan kolaborasi
perlu diberikan penekanan yang kuat disemua program perawatan kesehatan
professional untuk menjamin kepuasan, keamanan dan kualitas kesehatan pasien.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Komunikasi efektif dalam praktek interprofesi digunkan sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien. Oleh karena
itu, komunikasi yang efektif dan kolaborasi perlu diberikan penekanan yang kuat
disemua program perawatan kesehatan professional untuk menjamin kepuasan,
keamanan dan kualitas kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat tercapai
apabila pendengar dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan oleh
komunikan, pesan disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti dengan perbuatan
yang ditindaklanjuti oleh komunikan dan tidak adanya hambatan untuk
melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang
dikirim.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariyani Rokhmah, Noor., Anggorowati. Komunikasi Efektif Dalam


Praktek Kolaborasi Interprofesi Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas
Pelayanan. Journal of Health Studies, Vol. 1, No. 1, Maret 2017 : 65-71.

2. Ulva, Fadillah. Gambaran Komunikasi Efektif Dalam Penerapan


Keselamatan Pasien (Studi Kasus Rumah Sakit X Di Kota Padang).
Jurnal Pembangunan Nagari, Volume 2, Nomor 1, Edisi Juni 2017 : 95-102.

3. Endang Fourianalistyawati, Komunikasi yang releva dan efektif antara


dokter dan pasien. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas YARSI.

19

Anda mungkin juga menyukai