Anda di halaman 1dari 10

ILMU DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI

Pubertas Pada Kucing Jantan

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

PUTRI FARAHMIDA A. ABRAR (O111 15 001)

NUR INDRI ANDRIYANI YUSUF (O111 15 002)

A. AYU NUR RAMADHANI (O111 15 003)

ATIKA RESKI PRATIWI (O111 15 004)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
1. Definisi pubertas
Dewasa kelamin atau pubertas adalah keadaan dimana seekor hewan memiliki
kemampuan untuk bereproduksi dengan ditandai berfungisinya organ reproduksi.
Pubertas menandakan kapasitas reproduksi yang normal dan sempurna mulai berjalan
dan akan mencapai puncaknya beberapa saat setelah pubertas. Pada hewan betina,
pubertas ditandai dengan adanya estrus dan ovulasi (Toelihere, 1979).
Pubertas adalah keadaan dimana seekor hewan telah memiliki kemampuan untuk
bereproduksi ditandai dengan berfungsinya organ-organ reproduksi dan memiliki
keinginan untuk kawin. Pubertas menandakan kapasitas reproduksi yang normal dan
sempurna mulai berjalan dan akan mencapai puncaknya beberapa saat setelah
pubertas. Pada hewan betina pubertas ditandai dengan adanya estrus dan ovulasi
(Toelihere, 1979).
Pada kucing local, betina mengalami pubertas pada umur 20-28 minggu,
sedangkan jantan pada umur 36 minggu, namun pubertas lebih banyak dipengaruhi
oleh hubungan waktu kelahiran dengan awal musim kawin dari pada dengan patokan
umur. Masa pubertas pada kucing domestik terjadi rata-rata pada usia 8-10 bulan,
tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi. Masa pubertas yang paling efektif
dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan. Kucing dengan asupan nutrisi yang baik akan
mencapai pubertas lebih awal dibandingkan dengan kucing dengan asupan nutrisi
yang kurang, selain dari asupan nutrisi tingkat pertumbuhan juga dipengaruhi oleh
genetika, riwayat penyakit dan lingkungan sosial (Shile et al., 1979).
Hewan jantan secara teknis dikatakan mencapai pubertas jika telah mampu
menghasilkan gamet dan menunjukkan perilaku sebagai manifestasi karakteristik
seksual. Pubertas pada dasarnya merupakan hasil pengaruh yang berlangsung
berangsur (Hoar,W.S. 1984).
2. Faktor yang memengaruhi pubertas pada kucing jantan
Kebanyakan testes mamalia ada di dalam scrotum dan apabila terjadi
abnormalitas, testes tetap ada dalam rongga badan. Dalam keadaan itu produksi
spermatozoa gagal akan tetapi kelakuan seksual tetap biasa. Temperatur tubuh
interstitial tetap tidak kena pengaruh temperatur tubuh. Percobaan telah dilakukan
pada marmut yang diambil scrotumnya dan testes masuk ke dalam rongga badan
maka terjadi degerasi dari tubulus seminiferus akan tetapi sel-sel interstitial masih
tetap. Pada domba dilakukan hal yang sama. Scrotum sebagai pengatur temperatur
untuk menghasilkan spermatogenesis (Johnston et al., 2001).
Makanan juga berpengaruh terhadap aktivitas testes. Vitamin B1 adalah essensial
untuk perkembangan tubulus seminiferus pada burung dara. Kekurangan vitamin A
dan E menyebabkan degenerasi tubulus seminiferus, sedang Vitamin B kompleks
penting untuk mempertahankan saluran kelamin dan kelenjar. Kekurangan vitamin C
tidak menyebabkan kemunduran testes secara langsung (Johnston et al., 2001).
Rangsang cahaya yang masuk mata melalui syaraf dapat masuk hypofisa
mengakibatkan bertambahnya kuantitas secresi gonadotropin. Hasil percobaan
menunjukkan spectrum cahaya hijau menghambat aktivitas testes. Namun cahaya
merah dan putih dapat menaikkan fungsi reproduksi. Penambahan cahaya listrik pada
tiap hari juga menyebabkan bertambahnya berat testes dan musim kawin dapat dibuat
secara buatan. Kebiasaan burung musim kawinnya pada musim semi akan tetapi
dengan penambahan cahaya tersebut dapat mengadakan perkawinan pada musim
dingin. Temperatur tidak begitu berakibat pada burung. Pada katak berekor
membutuhkan sekali temperatur untuk aktifitas spermatogenesis/ Pada musim panas
binatang itu aktif  reproduksi sel kelamin jantan akan tetapi bila diberi temperatur
lingkungan 8 – 12 derajat spermatogenesis jadi terhambat. Bagi binatang yang masa
kelaminnya musiman, sekresi gonadotropin itu yang berperanan penting untuk
aktivitas reproduksi (Johnston et al., 2001).
Kontrol hypofisa, percobaan telah banyak dilakukan dengan mengambil atau
merusak hypofisa pada beberapa binatang menyebabkan kemunduran alat
reproduksi.  Bila hypofisektomi pada musim kelamin maka binatang segera seperti
tidak dalam musim kawin. Hormon dari lobus anterior hypofisa yang berperanan
yaitu FSH mempengaruhi perkembangan tubulus seminiferus dan LH menyebabkan
perkembangan saluran kelamin jantan dan sel-sel interstitial. Oleh beberapa
penyelidik, LH untuk menyatakan dalam hal yang sama dengan ICSH. Injeksi FSH
dalam dosis kecil pada tikus yang diambil hypofisanya menyebabkan
spermatogenesis. Injeksi LH dengan dosis kecil juga menunjukkan gejala yang serupa
akan tetapi perkembangan sel interstitial dan saluran kelamin jantan. Injeksi LH
dengan dosis besar menyebabkan sel-sel interstitial berkembang dan hypertropi
saluran kelamin jantan. Perubahan spermatid menjadi spermatozoa dibawah pengaruh
sel sertoli, sedang terlepasnya spermatozoa dari sel tersebut karena pengaruh LH.
FSH dan LH bekerja sama dalam menormalkan aktifitas testes tikus yang
dihypofisektom (Johnston et al., 2001).
Kandungan nutrisi makanan berpengaruh pada usia tercapainya pubertas. Jika
pertumbuhan dipercepat dengan overfeeding, hewan akan mencapai pubertas pada
umuryang lebih muda, sebaliknya jika pertumbuhan diperlambat dengan
underfeeding, maka pubertas akan terlambat atau tertund (Hoar, 1984).
Faktor sosial dan iklim, terutama photoperiod akan mempengaruhi atau
mengubah usia pubertas. Pada kondisi alami, dimana reproduksi tampak sebagai
fenomena musiman, usia pubertas tergantung pada musim kelahiran (berlaku di
daerah yang memiliki 4 musim). Puncak effisiensi reproduksi tidak tampak pada saat
pertamakali estrus (Hoar,1984).
3. Morfologi organ reproduksi kucing jantan
Organ Reproduksi Jantan : vas deferens (saluran sperma), tali sperma
(spermatic code), epididimis, gland penis (kepala penis), kelenjar Bolburetral,
ischiocavermosus muscle, kelenjar prostat, penis, preputium, testis (buah zakar),
ureter, uretra, kandung kemih, pembuluh darah ke testis. Bagian eksternal :
eksternal opening of the uretra, kepala penis, tulang penis, preputir dalam
(Partodihardjo, 1982).
Hampir sama dengan mamalia lain yang terdiri atas: testis, saluran kelamin
dengan kelenjar  kelamin dan alat kopulasi (penis). Saluran-saluran kelamin
terdiri vas eferens, epididimis dan vas deferens sedang  kelenjar-kelenjar kelamin
hanya terdiri dari  prostata sedang kelenjar vesikula seminalis dan bulbouretralis
(cowpers) tidak dijumpai. Organ primer/testis berjumlah  dua buah yang terdapat
di dalam kantong luar  yang disebut skrotum (Partodihardjo, 1982).
Saluran-saluran kelamin berpangkal pada testis dan menyambung ke uretra
yang kemudian menjadi bagian dari penis dan merupakan jalan bersama
spermatozoa dengan urine serta sekresi kelenjar-kelenjar kelamin.  Kelenjar-
kelenjar  kelamin  terletak pada atau disekitar saluran-saluran kelamin dan
bermuara  ke  dalam uretra. Sistem reproduksi pada anjing dan kucing secara
anatomik berhubungan dengan saluran pengeluaran  urin yang terdiri dari ginjal
dan vesika urinaria, serta saluran-salurannya, sehingga seluruh sistem  ini disebut
traktus urogenitalis (Tienhoven, 1983).
Setiap testis tergantung di dalam kantong skrotum dengan funikulus
spermatikus (spermatic cord),  yang terletak   di bagian leher skrotum dan terdiri atas
arteri spermatik dalam yang  berkelok-kelok di bagian atas testis, vena  spermatik
dalam yang muncul dari plexus pampiniformis, merupakan anyaman di  sekeliling
arteri  spermatik. Plexus pampiniformis membentuk bundelan spermatic cord  dan
muncul  dari beberapa vena yang meninggalkan kepala testis.  Bagian lain dari
funikulus spermatikus adalah   saraf otonomik dari ginjal dan plexus mesenteric dari
belakang, pembuluh limfe dan otot  kremaster dalam yang membungkus bagian-
bagian  tersebut di atas. Semua komponen teresbut terdapat di dalam lapisan viseral
tunika vaginalis sedang duktus deferens lewat sendiri di tengah-tengah mesorchium
(Tienhoven, 1983).
a) Testis dan Skrotum       
Testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu menghasilkan
sel-sel  kelamin jantan atau spermatozoa dan mensekresikan hormon kelamin jantan
atau testosteron. Pada kantong skrotum atau bursa inguinal kucing terpisah dengan
rongga perut (Sukra, 1989).
Testis kucing mengalami penurunan dari rongga perut ke dalam kantong
skrotum (decensus testiculorum) ketika berumur 4–12 minggu dan mulai
menghasilkan spermatozoa pada umur 6-7 bulan. Kemampuan berkopulasi kucing
jantan dan menghasilkan spermatozoa fertil bila berumur lebih dari setahun (Sukra,
1989).
Fungsi dari skrotum adalah mengatur  perubahan temperatur skrotum sehingga
proses spermatogenesis dapat berlangsung secara normal dan melindungi testis dari
gangguan-gangguan luar berupa pukulan, panas, dingin, serta gangguan mekanis
lainnya (Sukra, 1989).
Terhadap  temperatur luar  testis, skrotum  melindungi testis, dengan jalan
mengedurkan  dan  mengkontraksikan  muskulus kremaster testis. Pada keadaan
temperatur luar dingin, dinding skrotum mengeriput, muskulus  kremaster
berkontraksi dan testis tertarik, lebih dekat dengan tubuh, hal  ini  perlu  agar  tidak
banyak panas  yang terbuang. Apabila udara disekeliling panas, otot-otot skrotum
relaksasi (mengendur)  dan skrotum menggantung menjauhi tubuh, dengan demikian
memungkinkan banyak panas  yang terbuang. Keseluruhan Ini merupakan  proses
termoregulasi skrotum. Suhu di dalam kantong skrotum 1-8 oF lebih rendah dari pada
suhu di rongga perut. Pengendoran dan pengerutan dari skrotum ini terjadi setelah
masa dewasa tercapai (Sukra, 1989).
Skrotum kucing  terletak pada regio inguinal dan anus yang merupakan kantong
membranous dan membagi testis menjadi dua bagian terpisah. Ukuran testis kucing
adalah 1,6 x 1,1 x 1,10 cm (Sukra, 1989).
b) Saluran Kelamin dan Kelenjar-Kelenjar Aksesoris
Epididimis   adalah saluran kelamin yang terletak dekat testis  dan merupakan
saluran yang berkelok-kelok. Bagian dari epididimis adalah kaput epididimis
berbentuk seperti huruf U, pipih dan terletak di bagian proksimal dari testis, korpus
epididimis mengarah ke distal dan  terdapat pada bagian posterior testis, dan kauda
epididimis terletak di  bagian  distal  testis, bentuknya   agak  lonjong  sebesar ibu
jari. Saluran yang meninggalkan kauda epididimis disebut  vas deferens. Fungsi  dari
epididimis adalah: transpor, penyerapan air, pendewasaan dan  penyimpanan  sperma.
Fungsi dari epitel epididimis adalah untuk absorbsi cairan asal sel Sertoli dan
sebagian  untuk sekretoris (Pineda, 1989).
Vas  deferens  atau  duktus deferens adalah merupakan saluran berdinding otot
tebal  sehingga membentuk seperti tali dan jika diraba terasa kenyal. Saluran tersebut
menyalurkan sperma dari kauda epididimis  ke dalam uretra. Dari kauda epididimis,
vas deferens ini berjalan sejajar dengan  korpus epididimis,  dan  di dekat kaput
epididimis menjadi lurus, bersama-sama dengan  pembuluh  darah  dan serabut
saraf. Vas deferens bersama dengan pembuluh darah dan serabut saraf berada di
dalam suatu pembungkus  yang  disebut funiculus spermaticus yang berjalan
melewati kanalis inguinalis  masuk  ke rongga  perut. Sebelum  memasuki uretra,
lumen vas deferens meluas, tempat  perluasan  ini  disebut ampula atau kelenjar
ampula. Pada saat hewan jantan mengusik betina menjelang kopulasi, sperma di
dalam kauda  epididimis  di alirkan  ke ampula oleh gerakan peristaltik vas
deferens. Kelenjar-kelenjar asesoris kucing terdiri dari  kelenjar  prostata  dan
kelenjar bulbouretralis (cowper).  Ukuran kelenjar prostat relatif  besar dan berwarna
kekuningan serta terletak pada daerah cranial pubis (Pineda, 1989).
c) Penis dan Preputium
Penis pada anjing dan kucing terbagi atas tiga bagian yaitu bagian pangkal,
badan dan ujung tudung (glans) penis. Ukuran penis sangat pendek dan bagian
pangkal penis anjing dapat membesar seperti balon bila mengalami ereksi. Namun
demikian beberapa spesies ditemukan os (tulang) penis pada bagian glans penis yang
panjangnya 3-4 mm (seringkali ditemukan dalam keadaan rudimenter). Panjang glans
penis sekitar 1 Cm dan diselimuti oleh spina (papilla numerous) yang tajam pada
kucing (Lein, 1989).
Preputium merupakan selubung bagian ujung anterior penis, selubung ini
merupakan suatu  lipatan kulit. Selaput lendir dari preputium ini berkelenjar dan
sekresinya bersifat lemak, sekresi kelenjar ini  bercampur dengan epitel yang  rusak
sehingga berbau merangsang yang disebut  smegma  prepusium. Muara luar   
prepusium disebut orificium praeputi (Lein, 1989).
4. Masa birahi kucing jantan
Masa birahi kucing jantan berbeda-beda, tetapi biasanya terjadi pada umur
satu tahun atau lebih. Tanda kucing jantan birahi adalah suara mulai keras, suka
mengeong, dan kalau melihat kucing betina ingin cepat menaikinya. Tetapi
adakalanya seekor kucing betina sudah berusia setahun namun belum pernah
menunjukkan tanda birahi. Bila demikian kita bisa memberikan vitamin E untuk
meningkatkan hormon sehingga memberikan dampak timbulnya keinginan /
birahi untuk kawin. Sering terjadi pada kucing-kucing peliharaan kita dimana
momentum masa birahi tersebut tidak secara bersamaan terjadi diantara kucing
jantan dan betina yang kita pelihara, sehingga yang terjadi adalah kucing betina
akan marah bila didekati jantannya. Sebaliknya, mengetahui betinanya marah
pejantan akan jual mahal dan tidak mau mengawininya lagi. Suasana yang tidak
kondusif ini kadang membuat kita stress dan berusaha mencarikan betina lain
yang siap untuk dikawini. Terkadang seekor kucing jantan juga masih ‘setia’
dengan pilihannya semula dan tidak bersedia digantikan oleh betina yang lain.
Namun adapula kucing betina yang bersedia kawin dengan lebih dari satu
pejantan dan demikian pula pejantannya tidak keberatan untuk saling menunggu
secara bergantian mengawini betinanya. Bila kita ingin memilih pejantan dengan
kualitas lebih baik agar memberikan keturunan kucing dengan kualitas yang lebih
baik, kita bisa memanfaatkan jasa kawin dari pemilik kucing yang menyewakan
pejantan unggulnya untuk mengawini kucing betina kita dengan biaya jasa
tertentu. Masa-masa perkawinan kucing biasanya berlangsung sekitar 7 hari, yaitu
setelah kucing selesai melewati masa birahinya (Widyo, 2011).
5. Mekanisme pubertas
Pada waktu pubertas aktivitas testis tergantung pada peningkatan produksi
hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Substansi yang
dikenal dengan nama FSH serta LH atau ICSH (Interstitial Cell Stimulating
Hormon). Disebut ICSH karena aksi primernya adalah sel interstitial di dalam
testis diantara tubuli yang dikenal dengan sel Leydig (Nalbandov, 1976).
Rangkaian pengendalian hormon terhadap spermatogenesis adalah sebagai
berikut (Nalbandov, 1976):
1. Pada waktu pubertas LH (Luteinizing Hormon) mempengaruhi sel leydig
untuk menghasilkan testosteron atau androgen.
2. Androgen menyebabkan epitel germinalis dari tubulus seminiferi breaksi
atau peka terhadap FSH (Follicel Stimulating Hormon).
3. FSH menyebabkan dimulainya spermatogenesis dengan pembelahan sel di
spermatogenia.
4. Spermatogenesis yang berkesinambungan diatur oleh imbangan timbal
balik FSH, LH dan hormon lain
5. Selain mempengaruhi alat kelamin jantan, androgen juga membantu
mempertahankan kondisi yang optimum untuk spermatogenesis, transport
sperma dan deposisi semen pada alat kelami betina (Effendi, 1981).

Kontrol Hormonal Pubertas Pada Kucing Jantan (Nalbandov, 1976)


6. Cara mempercepat pubertas pada kucing jantan
Kondisi pubertas berhubungan erat dengan berat tubuh ketimbang dengan usia
hewan. Artinya jika berat hewan lebih cepat berkembang, maka kondisi pubertas bisa
lebih cepat dicapai (Leyva and Stabenfeld1989).
Pada tingkat nutrisi yang rendah dan laju pertumbuhan yang lambat, pubertas
dapat terhambat beberapa minggu, sedang tingkat konsumsi nutrisi yang tinggi akan
mempercepat pubertas.  Musim dapat pula mempengaruhi tercapainya umur pubertas
(Leyva and Stabenfeld1989).
DAFTAR PUSTAKA

Hoar,W.S. 1984. General and Comparative Physiology. Third edition. Prentice


Hall of India. New Delhi.

Johnston, S.D., Johnston, S.D., Kustritz, M.V.R, and Olson, P.S. 2001. The Feline
Estrous Cycle. In: Canine and feline theriogenology. Elsevier Health Sciences.
396, 398 , 403
Lein DH. 1989: The cat: Diseases and Clinical Management. Chruchill Livingstone,
New York
Leyva, H., Madley, T. and Stabenfeld, G.H. 1989. Effect of light manipulation on
ovarian activity and melatonin and prolactin secretion in the domestic cat. J
Reprod Fert. 39: 125-133
Nalbandov, A.V. (1976). Reproductive Physiology of Mammals and Birds

Partodihardjo, S. (1982). Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Bandung.

Pineda, MH, 1989. Reproduktive Pattern of Domestic Cat. In L.E. Mc Donald, M. H.


Pineda (eds) : Veterynery ndokrinologi and Reproduction. Lea and Febiger.
Philadelphia
Shile VM et al : follicular funtion in the domestic cat as determined by estradiol -17β
concentration in plasma relation to estrous behavior and cornification of
exovoliated vaginal epithelium.Biol Reprod 21:953-963,1979.
Sukra, Y., 1989. Embriologi I. PAU IPB. Bogor

Tienhoven, Ari Van. (1983). Reproductive Physiology of Vertebrate. Second Edition.


Cornell University Press. Ithaca and London.

Toelihere, MR., 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung

Widyo, Setyo dkk. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. IPB Press : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai