Anda di halaman 1dari 13

KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA MELALUI METODE MEMBACA

DAN MENULIS HURUF HIJAIYAH PADA ANAK HIPERAKTIF


Syifa Nurussofah Mutiara

Fakultas Psikologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

syifanurussofahm@gmail.com

Abstrak

Anak yang hiperaktif memiliki gangguan dalam memfokuskan perhatian, meneliti keterampilan,
mengatakan kata-kata yang tidak berarti, mengucapkan dengan tidak jelas agar orang lain salah
paham, mereka juga tidak bisa duduk dengan tenang. Anak-anak yang hiperaktif sulit memusatkan
perhatian dan duduk. Oleh karena itu, peneliti membuat penelitian tentang meningkatkan
keterampilan kemampuan menyimak dan berbicara melalui metode membaca dan menulis huruf
hijaiyah pada anak hiperaktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterampilan anak
hiperaktif sebelum dan setelah diberikan treatment. Teknik pengambil sampel pada penelitian ini
adalah aksidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan metode membaca dan menulis huruf
hijaiyah meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara pada anak hiperaktif. Hal tersebut
ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan dan berbicara anak hiperaktif tersebut yang pada
awalnya kurang fokus menjadi lebih fokus, lambat dalam merespon lawan bicara menjadi lebih cepat
merespon dan menjadi lebih tenang pada saat duduk atau pun beraktifitas di keseharian.

Kata Kunci : Keterampilan Menyimak, membaca, menulis, huruf hijaiyah, hiperaktif

Abstact

Hyperactive children have attention disorders, study skills, say meaningless words, slurp others in
order to misunderstand, and then they can't sit quietly. Hyperactive children are hard to focus and sit
down. Thus, researchers made studies on improving the ability to listen and speak through methods
of reading and writing hijaiyah letters in hyperactive children. The goal of this research was to
analyze the hyperactive child skills before and after treatment was given. Drawing technique on this
research is the aksidental sampling. Research indicates methods of reading and writing hijaiyah
improve listening skills and hyperactive children. It's shown by the increase in these hyperactive
children's skills and speaking skills that lack focus initially becomes more focused, that slow to
respond to the other person more quickly and become more calm as they sit down or engage in daily
activities.

Keywords: listening skills, reading, writing, hyperactivity


1. Pendahuluan
Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati
dilakukan oleh semua orang. Begitu pula dengan seorang anak, sejak dalam
kandungan telah melakukan interaksi dengan ibunya. Keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara tidak hanya dapat dilakukan secara verbal (kata-kata), namun
dapat juga dilakukan secara non-verbal atau dengan menggunakan gerak badan.
Keterampilan sosial dan keterampilan ber-bicara selalu dilakukan setiap harinya,
mulai kita bangun tidur hingga akan tidur kembali. Keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara merupakan hal yang paling kodrati dilakukan oleh semua
orang. Ketika anak mulai masuk lembaga pendidikan prasekolah seperti Taman
Kanak-kanak (TK), pada tahapan inilah belajar mengasah keterampilan sosial dan
keterampilan berbicara di TK menjadi penting. Mereka tidak hanya diajak berinteraksi
dan berbicara dengan meng-gunakan bahasa ibu tetapi harus bisa menangkap
pembicaraan dengan bahasa Indonesia. Pada usia lima dan enam tahun anak sudah
senang bersosialisasi atau berinterasi dan berbicara untuk dapat mengungkapkan
pendapatnya dengan jelas, mereka juga senang bermain-main dengan kata-kata.
Biasanya mereka memiliki teman imajinatif untuk di ajak berinteraksi dan berbicara,
karena pada usia ini anak memasuki periode praoperasional. Teman imajinatif ini akan
segera menghilang seiring dengan masuknya anak ke dalam periode operasional
konkret.
Anak hiperaktif adalah suatu kelainan neurobiologis yang bercirikan dengan adanya
gangguan memusatkan perhatian, mudah beralih perhatiannnya, dan hiperaktivitas.
Anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif bukan tidak
mampu belajar, tetapi karena kesulitan memusatkan perhatian yang menyebabkan
mereka tidak siap untuk belajar. Jika gangguan ini tidak terdeteksi dan tidak
tertangani, maka mereka mempunyai resiko tinggi mengalami hambatan kemampuan
belajar, menurunnya tingkat kepercayaan diri, problem-problem social, kesulitan-
kesulitan dalam keluarga dan problem lain yang mempunyai efek panjang.
Menurut Anderson dan Lynch (Ghazali, 2010:168) mengemukakan bahwa
pembelajaran bahasa adalah sebuah proses yang berjalan lurus, yaitu diawali dengan
menguasai bahasa lisan (menyimak dan berbicara) dan baru kemudian beralih ke
bahasa tulis (membaca dan menulis). Oleh karena itu dapat kita bayangkan apabila
kita tidak memiliki kemampuan berbahasa. Kita tidak dapat mengungkapkan pikiran,
tidak dapat mengungkapkan mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan
fakta-fakta yang kita amati. Kita juga tidak dapat memahami pikiran, perasaan,
gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang lain kepada kita. Begitu pentingnya
pengusaan bahasa dalam kehidupan manusia, terutama kemampuan menyimak.
Menurut Russel dan Anderson (Tarigan, 2008:30), menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Menyimak
dan berbicara terdapat hubungan yang erat, karena menyimak dan berbicara
merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung, merupakan komunikasi
tatap muka atau face to face communication. Dengan menyimak anak akan
mendapatkan informasi yang akan diutarakan dalam bahasa yang menjadi komunikasi
dalam bentuk aktifitas berbicara, maka pentingnya penguasaan bahasa dalam
kehidupan manusia adalah perkembangan bahasa, bicara dan menyimak yang
mendasari kemampuan seseorang untuk berkomunikasi.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

{ ‫) َعلَى قَ ْلبِ َك‬193( ُ‫وح األ ِمين‬ ُ ‫الر‬


ُّ ‫) نز َل بِ ِه‬192( ‫ين‬ َ ‫َوإِنَّهُ لَتَنزي ُل َر ِّب ا ْل َعالَ ِم‬
)195( ‫ين‬ ٍ ِ‫سا ٍن َع َربِ ٍّي ُمب‬
َ ِ‫) بِل‬194( ‫ين‬ َ ‫ون ِم َن ا ْل ُم ْن ِذ ِر‬
َ ‫} لِتَ ُك‬
“Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas” [Asy-Syu’ara/26 : 192-195]

Dalam berbahasa juga harus di sertai dengan kegiatan lisan yaitu berkomunikasi antar
lawan bicara lalu beralih kebahasa tulis yaitu membaca dan menulis. Bila dalam
bahasa Indonesia mereka harus mampu membedakan huruf A dalam beragam bentuk
(, a, , A), maka dalam bahasa Arab mereka harus mampu mengenal beragam
bentuk huruf seperti )‫ ـب‬,‫ـبـ‬,‫ بـ‬,‫ ب (ب‬atau huruf lain yang mirip seperti huruf ‫ن‬
dengan beragam bentuknya , ‫ ـن‬,‫ ـنـ‬,‫ نـ‬,‫ن‬. Berangkat dari alasan yang dikemukakan di
atas, penelitian ini akan mencoba meneliti tentang keterampilan menyimak dan
berbicara melalui metode membaca dan menulis huruf hijaiyah pada anak hiperaktif.

2. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis


2.1 Tinjuan Pustaka

Hiperaktif
“Hiperaktif adalah suatu gangguan yang dialami oleh anak yang ditandai oleh
perilaku agresif, tidak dapat tenang, impulsif, temper tantrum, sulit memusatkan
perhatian, dan senang mencari perhatian dari orang lain”. Anak hiperaktif harus
ditangani dengan sesegera mungkin agar tidak terjadi permasalahan disekitarnya.
(Anantasari 2006: 85)

Menurut (Green dan Rabiner 2012) “given that at least 25% of college students
with disabilities are diagnosed with ADHD”. Yang dimaksud dari pernyataan
tersebut adalah bahwa terdapat 25% siswa mengalami Hiperaktif atau ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Sedangkan (Zachor, Hodgens dan
Patterson 2009) “studies suggest that approximately 8–12% of children (9.2 in
males and 3.0 in girls) meet diagnostic criteria for theclinical disorder of ADHD”.
Yang dimaksud dari pernyataan tersebut bahwa sekitar 8-12% dari anak-anak (9,2
pada pria dan 3,0 pada anak perempuan) memenuhi kriteria diagnosis untuk
gangguan ADHD. Sesuai pernyataan tersebut, maka pendidikan serta penanganan
untuk anak hiperaktif sangatlah penting.

Menurut (Zaviera 2007: 15-17) “ciri-ciri anak hiperaktif antara lain tidak fokus,
menentang, destruktif, tak kenal lelah, tanpa tujuan, tidak sabar dan usil,
intelektualitas rendah”. Ciri-ciri yang diungkapkan oleh ahli tersebut dapat
menjadi acuan dalam mengetahui dan memahami secara mendalam mengenai
perilaku anak yang hiperaktif. Selain itu perilaku-perilaku yang sering dilakukan
oleh anak hiperaktif disebabkan oleh bebera faktor.

Teori karakteristik anak hiperaktif yang telah dikemukakan oleh Zaviera (2014:15)
tersebut. Persamaan karakteristik subjek dengan teori anak hiperaktif tersebut,
yaitu perhatian anak mudah teralih oleh hal-hal yang menarik baginya, terlihat
seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan bicara, sering meninggalkan
tempat duduk, melakukan aktivitas yang tidak beraturan, berbicara berlebihan,
sering menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan tersebut selesai diberikan, dan
sering menyela pembicaraan orang lain.

Mengenai faktor penyebab anak hiperaktif (Azmira 2015: 32-39) menyatakan


bahwa “hiperaktif disebabkan oleh banyak faktor seperti abnormalitas dopamin,
genetik, riwayat kehamilan, persalinan, lingkungan dan makanan”. Hal yang
diungkapkan oleh ahli tersebut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan anak
hiperaktif. Setiap individu memilki perilaku yang berbeda sehingga fatoryang
menyebabkan hiperaktif pun juga berbeda. Selanjutnya perilaku anak hiperaktif
harus diatasi dengan sesegera mungkin oleh guru dan orang tua.

Membaca dan Menulis Huruf Hijaiyah


Pengenalan huruf hijaiyah merupakan kunci dasar mampu membaca Al-Qur’an
dan Hadis. Huruf itu,bagi seorang muslim, menjadi kebutuhan dasar dalam
memahami kedua pedoman pokok kehidupannya. Hijaiyah atau juga sering
dikenal sebagai huruf Arab itu berjumlah 29huruf. Huruf itu kemudian merupakan
bagian dari bahasa Arab yang menjadi bahasa pokok dalam Quran dan Hadis.

Huruf hijaiyah disusun atas dua bentuk yaitu mufrad (tunggal) dan muzdawij
(berangkai) yang ditulis dan dibaca dari kanan ke kiri. Bentuk huruf hijaiyah
berbeda-beda. Beberapa huruf hijaiyah berbentuk sama yang membedakan adalah
titiknya. Huruf hijaiyah bertitik satu, dua, atau tiga. Tempat titik juga bisa berbeda,
ada yang di atas, di dalam, dan di bawah. Oleh karena itu yang dimaksud dengan
huruf hijaiyah adalah huruf-huruf ejaan bahasa Arab sebagai bahasa asli Al-
Qur’an. Dengan kata lain,hijaiyah adalah huruf yangdigunakan dalam bahasa Arab
untuk membaca Al-Qur’an.

Dalam pengenalan, penulisan dan pengucapan huruf hijaiyah,seorang anak


memerlukan suatu keterampilan atau potensi yang harus dikembangkan. Jika
potensi itu tidak dilatih secara kontinyu dan konsisten, maka potensi hilang
bisaterjadi secara perlahan-lahan. Sebagaimana ungkapan ( Kusnawan 2004:25),
pada dasarnya setiap orang telah memiliki keterampilan dan potensi dalam
membaca, hanya saja keterampilan dan potensi yang dimiliki harus
dikembangkan. Oleh karena itu, kemampuan dalam membaca merupakan
kemampuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan
keterampilan.
Pengembangan kecakapan bahasa itu bisa dilakukan dengan berbagai cara
pembelajaran. Tujuan tidak bisa tidak harus mempertimbangkan apa yang dekat
dengan kehidupan anak. Sebagai bahasa kedua, bahasa Arab tidak bisaditujukan
seperti bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Namun kedekatan bahasa Arab
untuk mempermudah pemahaman Quran dan Hadis bisa ditonjolkan secara
konsisten selama pembelajaran. Untuk itulah diperlukan pengelolaan lingkungan
bahasa Arab (bi’ah arabiyyah) yang mendukung sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

Menyimak dan Berbicara


Menurut (Tarigan 2008:28) menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau
pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 1180) keterampilan adalah


kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan keterampilan
adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya
untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini
supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil
dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi
permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan
bermanfaat bagi masyarakat.

Definisi berbicara juga dikemukakan oleh Brown dan Yule dalam Puji Santosa,
dkk (Riadi, 2006:34). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan buny-ibunyi
bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan
secara lisan. Pengertian ini pada intinya mempunyai makna yang sama dengan
pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu bahwa berbicara berkaitan
dengan pengucapan kata-kata.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan


pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan
pesan secara efektif, pembicara harus memahami apa yang akan disampaikan atau
dikomunikasikan. Tarigan juga mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga
maksud umum yaitu untuk memberitahukan dan melaporkan (to inform),
menjamu dan menghibur (to entertain), serta untuk membujuk, mengajak,
mendesak dan meyakinkan (to persuade).

2.2 Kerangka Pemikiran

Metode Membaca dan Meningkatkan Keterampilan


Menulis Huruf Hijaiyah Menyimak dan Berbicara Pada
Anak Hiperaktif
2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, hipotesis yang akan diuji kebenarannya
ialah adanya peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara melalui metode
membaca dan menulis huruf hijaiyah pada anak hiperaktif.

3. Metofologi Penelitian
3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang
secara khusus guna membangkitkan data yang diperlukan untukmenjawab
pertanyaan penelitian. Dalam melakukan eksperimen penelitimemberikan suatu
stimulan, treatment atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi
pengaruh yang diakibatkan oleh adanya perlakuan atau treatment tersebut.
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penenelitian ini adalah
kausalitas atau sebab akibat. Penelitian kausalitas atau sebab akibat adalah
penelitian yang hendak menggambarkan bagaimana pengaruh satu variabel
terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa
membaca dan menulis huruf hijaiyah dan variabel tergantung berupa peningkatan
keterampilan menyimak dan berbicara pada anak hiperaktif.
3.2 Subjek Penelitian

Subjek yang dijadikan penelitian ini adalah seorang anak berinisial F yang berusia
8 tahun, status sebagai siswa di salah satu Sekolah Dasar di daerah Kota Bandung,
yang memiliki kekurangan dalam keterampilan menyimak dan berbicara juga
memiliki ciri anak yang hiperaktif. Subjek berinisial F ini sulit atau butuh waktu
yang lama umtuk menjawab atau bertanya terhadap lawan bicara dan tidak melihat
ke arah lawan bicaranya, selain itu juga perlu pengulangan pertanyaan
terhadapnya.

3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik


nonprobability sampling aksidental, yaitu teknik yang tidak memberi peluang
yang sama bagi unsur atau anggota populasi, dan pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan. Dalam teknik ini peneliti langsung mengumpulkan data dari unit
sampling yang ditemui dan dipandang sesuai dengan sumber data.

3.4 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian experiment ini adalah kamera handphone
yang digunakan untuk merekam setiap treatment yang diberikan kepada subjek
untuk merekam setiap perubahan yang terjadi, baik sebelum ataupun setelah
treatment diberikan, stopwatch untuk menghitung berapa lama waktu saat subjek
merespon, buku iqro, buku tulis dan alat tulis sebagai media treatment, laptop
sebagai alat pemutaran film saat awal perkenalan sebagai perkenalan antara
peneliti dengan subjek.

3.5 Prosedur Penelitian

Pada hari pertama melakukan experiment, peneliti tidak memberikan treatment


apapun kepada subjek yang di teliti tetapi subjek di ajak berbincang tentang
sesuatu hal dan lainnya; pada hari kedua peneliti memberikan treatment dengan
mengenalkan atau mengajarinya membaca iqro (bacaan huruf hijaiyah) dan
menulis beberapa huruf hijaiyah yang telah dicontohkan juga di berikan beberapa
pertanyaan tentang kegiatan nya sebelum treatment dan hal lainnya; hari ketiga
peneliti mengulang hal yang sama seperti hari kedua treatment pada subjek;dan
pada hari ke empat peneliti juga melakukan treatment yang sama dengan hari
kedua dan ketiga tetapi di tambah mengajak nya menghafal atau melafalkan salah
satu doa sehari-hari sembari di tuntun oleh peneliti dan membaca suatu kalimat.

3.6 Lokasi dan Waktu

Penelitian eksperimen ini dilakukan di rumah saya sendiri yang berada di Kota
Bandung Jawa Barat. Waktu pelaksanaan eksperimen pertama di lakukan pada
hari selasa, 17 maret 2020; eksperimen kedua dilakukan pada hari rabu, 18 maret
2020; eksperimen ketiga dilakukan pada hari kamis, 19 maret 2020; eksperimen
keempat dilakukan pada hari jumat, 20 maret 2020.

4. Hasil
Berdasarkan penelitian eksperimen yang peneliti lakukan terhadap subjek yang
berinisial F, yang memiliki kekurangan dalam keterampilan menyimak dan berbicara
juga memiliki ciri anak yang hiperaktif, diperoleh informasi bahwa F ini, pertama
saat peneliti bertemu dengan F saat itu sebelum memutuskan akan melakukan
penelitian tehadap subjek F, bahwa F ini terlihat berbeda dari kalangan anak
sebayanya yang sama-sama sedang duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar, tingkah
laku F yang hiperaktif, F tidak terlihat kecapean padahal dia sudah berlarian kesana
dan kemari, bersepedah, bercanda dengan teman-temannya dan di rumahnya pun F
tidak terlihat tenang sedikit diam tapi ada saja pergerakkanya, orang tuanya
memberikan punishment jika F melakukan kesalahan sepeti di pukul, dan suka
menyerahkan sepenuhnya pada pengajar di sekolah atau apapun asalkan anaknya diam
dan nurut. Terlihat dari peristiwa yang di ceritakan di atas, menjadikan F kurang
dalam keterampilan menyimak dan berbicara. Ketika seseorang (lawan bicara)
menjelaskan sesuatu padanya atau bertanya pada F terlihat menunduk, tidak melihat
ke arah lawan bicara, perlu beberapa kali pengulangan saat bertanya padanya itu pun
butuh waktu yang lama dan suaranya kecil atau sulit di dengar. Dan ini muncul atau
kita bisa lihat saat F menyimak dan bericara dengan orang asing bahkan gurunya di
tempat tertentu.
Pada saat hari pertama eksperimen dilakukan, peneliti mengajak F untuk berbincang
dengannya mengenai sekolah misalnya; ‘kamu kelas berapa ?’ dan beberapa
pertanyaan lainnya yang memancing agar F merespon dan menyimak lawan bicara.
Gejala fisik muncul ketika peneliti berbicara pada F yaitu, semakin menunduk dan
berputar posisi membelakangi peneliti sambil menggerakkan jari-jarinya, tapi F
menjawab salah satu pertanyaan peneliti meskipun lama dan suaranya yang begitu
kecil atau pelan.
Setelah itu pada hari ke-2, peneliti mulai memberikan treatment kepada F yaitu,
membaca Huruf Hijaiyah ( Iqro) sebanyak 1 halaman saja, dengan menutunnya
memberikan klu ketika F kurang tepat dalam membacanya. Setelah itu memberikan
pertanyaan padanya mengenai do’a apa yang F hafal, lalu menuntunnya membaca
do’a tersebut yaitu “do’a sebelum makan”, lalu peneliti memberikan contoh penulisan
huruf hijaiyah di buku tulisnya dan memerintahkan F menulis mengikuti contoh huruf
hijaiyah tersebut. Setelah F mengikuti treatment pertama, F masih perlu bimbingan
dalam menjalankannya dan peneliti pun belum bisa memberikan banyak pertanyaan
padanya.
Kemudian, pada eksperimen ke-3, peneliti memberikan treatment kembali sama hal
nya pada saat treatment ke-2 di berikan pada F. Tetapi setelah membaca huruf hijaiyah
( Iqro ) sebanyak 1 halaman, peneliti memberikan beberapa petanyaan mengenai
pengetahuan umum dan pengetahuan agama pada F, saat peneliti menanyakan hal
tersebut F menyimak dan berbicara atau merespon pertanyaan walaupun masih sedikit
lama waktunya dan suara nya yang pelan. Setlah itu, biasa peneliti menyuruh F untuk
menulis Huruf Hijaiyah sesuai yang sudah di contohkan. Peneliti melihat perubahan
yaitu F menjadi lebih tenang di banding hari biasanya dan F mulai bisa di ajak
berkomunikasi.
Sebagai langkah ekperimen terakhir atau ke-4, peneliti memberikan treatment kepada
F masih sama halnya pada saat treatment ke-3 tetapi ada hal yang berbeda yaitu
peneliti menanyakan sesuatu pada F perihal kegiatannya yaitu “sholat”, lalu
memerintahkannya membaca suatu kalimat sebelum membaca Huruf Hijaiyah ( Iqro ),
dan setelah nya juga sama menulis Huruf Hijaiyah sesuai contoh yang di berikan oleh
peneliti.
Pada treatment akhir ini, meskupun mula-mula F sama sekali tidak mau berbicara
dengan peneliti bahkan tidak mau menyimaknya , sekarang terlihat perubahannya
bahwa F bisa di ajak berkomunikasi jika iya di ajak berbincang tentang kegiatan nya,
walaupun masih terbatas dalam menjawabnya, tetapi jika F fokus terhadap membaca
dan menulis Huruf Hijaiyah dia akan semakin lancar berbicara dan lebih cepat
menyimak apa yang di intruksikan peneliti terhadap F, sehingga dia menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Dan treatment nya membantu peningkatan keterampilan
menyimak dan berbicara.

Grafik 1. Hasil Pengamatan latensi waktu saat subjek merespon (menyimak dan
berbicara) pertanyaan peneliti.

latensi waktu dalam ( detik )


45
40
35
30 latensi waktu dalam
25 ( detik )
20
15
10
5
0

Keterangan dalam bentuk table : No Eksperimen Waktu ( detik )


1 Eksperimen 1 41,59
2 Eksperimen 2 30,42
3 Eksperimen 3 06,96
4 Eksperimen 4 0

Grafik 2. Hasil Pengamatan respon sikap terhadap subjek saat di ajak


berkomunikasi

3.5
3
2.5
2
1.5 respon

1
0.5
0
Eksperimen 1 Eksperimen 2 Eksperimen 3 Eksperimen 4
Keterangan : 0 = Tidak melihat ke arah pembicara
1 = Sangat sedikit melihat ke arah pembicara
2 = Sedikit melihat ke arah pembicara
3 = Melihat ke arah pembicara
4 = Sering melihat ke arah pembicara
5 = Sangat sering melihat ke arah pembicara

5. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik tersebut, dapat
diketahui bahwa adanya perubahan waktu pada respon dan perubahan sikap, dari yang
awalnya menunjukkan sangat tidak ingin sekali menjadi biasa saja walaupun tidak
sebaik respon anak-anak umumnya. Ternyata jika kita memperlakukan subjek dengan
tenang dan sabar, subjek pun menjadi bersikap tenang. Fokusnya subjek terhadap
treatment membuatnya ada peningkatan terhadap keterampilan menyimak, berbicara,
membentuk pada pola menjawab terhadap lawan bicara dan sikapnya yang
menunjukkan respon dan ketenangan.

Membaca merupakan suatu kegiatan yang mencakup kegiatan mengenal huruf dan
kata-kata, menghubungkan dengan bunyi dan maknanya, serta menarik kesimpulan
mengenai maksud bacaanya. Membaca merupakan suatu metode yang digunakan
untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan orang lain, yaitu
mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambing-labang
tertulis (Tarigan,2008:8)

Menulis menurut Pranoto (2004 : 9) menulis merupakan buah pikiran kedalam bentuk
tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga
dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam
bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi
secara tidak langsung. Jadi menulis bisa dikatakan sebagai sarana untuk
berkomunikasi dengan menggunakan media tulisan yang kemampuannya diperlukan
keterampilan.
Dari hasil penelitian dengan dua pernyataan tersebut, memperjelas bahwa membaca
dan menulis itu berpengaruh pada cara berkomunikasi seseorang, cara merangkai kata
dalam berkomunikasi dan begitu pula dengan keterampilan seseorang dalam
menyimak dan berbicara dengan orang lain.

Terutama membaca huruf hijaiyah yang merupakan dasar-dasar untuk membaca Al-
Qur’an menjadi salah satu hal yang penting yang harus dikenalkan kepada anak.
Dalam hal ini keluarga mempunyai peran penting, karena pendidikan keluarga
merupakan pendidikan yang utuh dan pertama bagi anak. Sebelum anak berangkat ke
sekolah dan diasuh oleh guru, mereka terlebih dahulu mendapatkan pendidikan dari
orang tuanya.

Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan, maka bisa diakui bahwa
treatment membaca dan menulis huruf hijaiyah terhadap keterampilan menyimak dan
berbicara anak dengan ciri hiperaktif ini berpengaruh pada peningkatan keterampilan
menyimak dan berbicara. Pada dasarnya, kata kunci dalam meningkatkan
keterampilan menyimak dan berbicara pada anak hiperaktif tersebut adalah kembali
pada orang tua yang mendidik anaknya atau mengajarkan anaknya bagaimana. Anak
yang hiperaktif perlu di arahkan pada hal yang positif sehingga tersalurkan pada
keterampilan yang dimiliki oleh anak tersebut.

6. Simpulan Dan Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan dari melalui metode membaca dan menulis
huruf hijaiyah terhadap peningkatan keterampilan menyimak dan berbicara pada anak
hiperaktif, terdapat peningkatan yang signifikan antara metode membaca dan menulis
huruf hijaiyah dengan ketrampilan menyimak dan berbicara. Dengan demikian,
hipotesis yang menyatakan bahwa metode membaca dan menulis huruf hijaiyah dapat
membantu meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara pada anak hiperaktif
itu dapat di terima.

Maka disarankan, jika anak hiperaktif tersebut terus menerus diberikan treatment
dalam jangka panjang dengan sabar dan tenang maka harapan keberhasilan dalam
meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara pada anak hiperaktif tersebut
akan tercapai, bedasarkan hasil penelitian. Dan bagi peneliti lain yang tertarik dengan
tema yang sama maka bisa melakukan eksperimen ini dalam jangka waktu yang relatif
panjang untuk menghasilkan peningkatan yang lebih memuaskan terhadap peneliti
dan subjek penelitian.

Ucapan Terima Kasih

Pertama-tama saya ucapkan terimakasih kepada Alloh SWT kerena qadarullah atas
ridha serta inayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. dr. Ambar Sulianti, M.Kes. selaku dosen
pengampu mata kuliah Biopsikologi yang telah mengarahkan dan membimbing saya
sehingga jurnal ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga saya berterima kasih kepada
kedua orangtua saya, yang senantiasa dengan tulus mendo’akan saya agar diberi
kemudahan dalam menuntut ilmu, juga yang selalu mendukung dan memberikan
semangat kepada saya. Selanjutnya, saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di
angkatan Psikologi’19, sahabat-sahabat saya yang telah membantu, mendukung, dan
memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini. Terakhir,
saya ucapkan terima kasih kepada F, yang telah bersedia membantu dan menjadi
subjek penelitian saya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
juga untuk semua pihak.

Referensi

Hidayatul Khasanah, Yuli Nurkhasanah, Agus Riyadi (2016). Metode Bimbingan Dan
Konseling Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Sholat Dhuha Pada Anak Hiperaktif
Di MI Nurul Islam Ngaliyan Semarang. UIN Walisongo Semarang. Jurnal Ilmu Dakwah,
Vol. 36, No.1, Januari – Juni 2016 ISSN 1693-8054. Retrived from :
http://dx.doi.org/10.21580/kid.36.1.1623

Fenti YesiAzizah 091044235 Dr. Hj. Sri Joeda Andajani, M. Kes (2013). Keterampilan
Menyimak Melalui Bermain Pesan Berantai Pada Anak Hiperaktif II. Pendidikan Luar
Biasa, FIP, UNESA. Jurnal Pendidikan Khusus. Retrived from :
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
khusus/article/view/4072

Yulia Siska (2011). Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam
Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini.
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas B Taman Kanak-kanak AL-Kautsar Bandarlampung
Tahun Ajaran 2010-2011). Retrived from :
https://pdfs.semanticscholar.org/a0c3/a715b887efdb4c9896e29b3a2fd6f6799630.pdf

Putri Pangesti Rahayudan Suwarno (2016). Analisis Tentang Anak Hiperaktif Dan Upaya
Mengatasinya Pada Siswa Kelas III SD Muhammadyah 5 Surakarta Tahun Ajaran
2015/2016. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Retrived from :
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7872/77.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Imroatun (2017). Pembelajaran Huruf Hijaiyah bagi Anak Usia Dini. UIN Sulatan
Maulana Hasanuddin Banten. Retrived from : http://ejournal.uin-
suka.ac.id/tarbiyah/conference/index.php/aciece/aciece2/paper/viewFile/47/36
Suwarti Ningsih (2014). Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bercerita
Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali.
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4 ISSN 2354-614X .
Retrived from : http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/3990

Novia Ulfah, Monawati, M. Nasir Yusuf. (2018). Kemampuan Berhitung Siswa


Hiperaktif Di Kelas II SD Negeri 20 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FKIP Unsyiah Volume 3 Nomor 4, 98 – 102. Retrived from :
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/9976/0

Anda mungkin juga menyukai