Anda di halaman 1dari 8

RANCANGAN PEMBELAJARAN

MA MA’ARIF

Perancang dalam membuat rancangan pembelajaran fikih ini memilih MA Ma’arif yang
terletak di desa randegansari driyorejo gresik untuk dijadikan tempat dan sumber informasi yang
dapat membantu perancang dalam menyusun rancangan pembelajaran fikih di kelas XI. Siswa
yang menjadi sumber informasi adalah siswa kelas XI semester dua tahun ajaran 2020-2021.
Berikut ini adalah deskripsi proses perancangan pengajaran fikih untuk siswa Kelas XI
MA Ma’arif.
A. Mengidentifikasi Masalah Pembelajaran (Instructional Problems)
Perancang dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran fikih secara umum yang
terjadi pada siswa kelas XI menggunakan penilaian pengamatan dan wawancara. Penilaian
pengamatan dan wawancara ini dilakukan dalam empat fase yaitu perencanaan,
pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
Fase 1 : Perencanaan (Planning)
Perancang dalam perencanaan pengamatan dan wawancara dalam penelitian ini
Selanjutnya, menentukan audiens target. Audiens dalam penilaian ini adalah siswa Kelas XI
Ma’arif Randegansari Driyorejo Gresik kelas XI yang berjumlah 30 siswa. Setelah
menentukan audiens target, selanjutnya adalah mengembangkan strategi atau teknik
pengumpulan data pengamatan dan wawancara. Dalam menganalisis kebutuhan ini,
perancang menggunakan teknik wawancara, angket dan mencermati catatan. Dalam
rancangan ini, pihak-pihak yang terlibat adalah perancang dan pengajar.

Fase II : Pengumpulan Data (Collecting Data)


Pengumpulan data dilakukan pada hari sabtu 3 april 2021 dengan memberikan
lembar angket gaya belajar dan kondisi belajar kepada audiens target yang berjumlah 30
siswa. Selanjutnya perancang melakukan observasi langsung ke kelas XI dan melakukan
wawancara dengan guru fikih kelas XI. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan
pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan yang telah disiapkan
sebelumnya.
Fase III : Penganalisasian Data (Analyzis Data)
Tahapan ini bertujuan untuk menganalisis data yang telah diperoleh. Berdasarkan
hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan perancang, Siswa masih kesulitan dan
sering kurang faham dalam pengertian pernikahan dan perceraian.
Dengan demikian perancang akan mengambil fokus tentang materi pengertian
perceraian dan pernikahan. Perancang akan merancang pembelajaran sedemikian hingga
siswa mudah memahami bagaimana pengertian pernikahan dan perceraian secara terperinci
.
Fase IV : Persiapan Laporan Akhir (Final Report)
Pada tahap ini, perancang menyusun laporan hasil analisis kebutuhan di kelas XI MA
Ma’arif Randegansari Driyorejo Gresik. Laporan analisis kebutuhan tersebut terdiri dari 4
(empat) bagian, yaitu:
1. Tujuan penelitian analisis: Penilaian ini bertujuan mengetahui kemampuan yang
dirasakan guru dan siswa dalam pembelajaran fikih kelas XI.
2. Proses: Pengumpulan data dilakukan melalui menyebarkan angket, wawancara, dan
mencermati catatan.
3. Hasil: Sesuai dengan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa siswa kesulitan dan
sering salah dalam pengertian pernikahan dan perceraian.
4. Rekomendasi berdasarkan Data: Berdasarkan hasil analisis data di atas,
direkomendasikan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pada mata
pelajaran fikih bab pernikahan dan perceraian.

a. Karakteristik umum
Siswa kelas XI Ma’arif Randegansari terdiri dari 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa putri
dan 12 siswa putra dengan rata-rata usianya 17 tahun. Data ini perancang dapatkan dari
kantor tata usaha.
b. Karakteristik khusus
Untuk karakteristik khusus ini, siswa kelas XI merupakan siswa pilihan pada saat mereka
diterima di MA Ma’arif. Karena untuk bisa diteriama di sekolah ini menggunakan hasil
tes dan hasil IQ. IQ siswa kelas XI rata-rata normal dan sebagian superior.

c. Kemampuan akademik.
Informasi tentang kemampuan akademik dapat perancang diketahui melalui
catatan akademik siswa dan melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fikih kelas
XI, Ibu Laila S.Pd. Berikut ini adalah skrip wawancara antara perancang (P) dan Ibu
Laila S.Pd (G).
P : Berapa banyak siswa yang Ibu ajar di kelas XI ini ?
G : 30 siswa dikelas XI.
P : Materi apakah yang relatif sulit dipahami atau diterima oleh siswa?
G : Materi yang susah yaitu tentang fikih pengertian pernikahan dan percerain.
P : Menurut Ibu, Kenapa materi tersebut sulit dipahami siswa?
G : Karena kurangnya pengertian dan praktek ya karna belum ada pengalaman
tersendiri hi hi hi.
P : Berapa KKM yang Ibu tetapkan dalam mata pelajaran di semester ini?
G : 70.
P : Berdasarkan arsip skor hasil belajar fikih selama di semester genap, berapa kira-
kira persentase siswa yang nilainya di atas KKM?
G : 80%
P : Adakah keaktifan positif dari siswa Ibu selama pembelajaran? Jika ada, seperti apa?
G : Iya ada, mereka selalu bertanya jika saya menerangkan materi.

d. Karakteristik sosial dan personal


Dalam memilih metode atau model pembelajaran, guru harus mengetahui tentang
kepribadian dan sikap sosial siswa, sehingga penentuan metode atau model tersebut
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Perancang menelusuri karakteristik sosial dan personal yang dimiliki siswa
melalui wawancara. Berikut ini adalah skrip wawancara antara perancang (P) dan Ibu
Laila S.Pd. selaku guru fikih (G).
P : Ketika sedang belajar fikih, bagaimana motivasi siswa terhadap materi atau mata
pelajaran fikih?
G : Bagus motivasinya, Mereka sering bertanya kalau belum mengerti dan meminta
saya untuk mengulangi penjelasannya.
P : Selain itu bu, bagaimana hasil pengamatan ibu selama ini tentang sikap sosial
siswa?
G : Sangat bagus, itu saya melihat mereka saling menjelaskan kepada temannya jika
ada teman yang belum mengerti, suka membantu temannya dan bekerja sama dalam
kelompoknya.

e. Gaya belajar
Perancang menyadari bahwa setiap anak memiliki cara yang optimal dalam
mempelajari sesuatu berdasarkan gaya belajarnya masing-masing. Dengan mengetahui
gaya belajar siswa maka dapat membantu para pendidik untuk dapat mengoptimalkan
setiap siswa dalam menyerap informasi dengan gaya yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui gaya belajar siswa, perancang menggunakan instrumen gaya
belajar. Dari kedua lembar penilaian yang diberikan kepada siswa tersebut, diperoleh
informasi bahwa:
1) 14 siswa yang memiliki gaya belajar visual
2) 7 siswa yang memiliki gaya belajar auditori
3) 7 siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik
4) 2 siswa visual auditori
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 14 siswa memiliki gaya
belajar visual, 7 siswa memiliki gaya belajar auditori, 7 siswa memiliki gaya belajar
kinestetik, 2 siswa memiliki gaya belajar perpaduan visual dan auditori

a. Tujuan pembelajaran dalam ranah psikomotor


Dalam perancangan ini, perancang tidak menjabarkan tujuan pembelajaran pada
ranah psikomotor. Hal ini karena tidak ada aktivitas siswa yang melibatkan gerakan otot
siswa, sehingga kurang sesuai untuk konteks pembelajaran fikih lebih khusus pada materi
pengertian perkawinan dan perceraian di MA Ma’arif kelas XI. Dalam pembelajaran fikih
juga terdapat imitasi dan manipulasi serta memperhatikan ketepatan dan artikulasi namun
pemaknaan terhadap istilah-istilah ini dalam fikih berbeda untuk konteks aktivitas fisik
siswa yang dimaksudkan dalam taksonomi tersebut. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
fikih dengan istilah-istilah ini lebih cenderung sebagai bagian dari aktivitas dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif.

b. Tujuan pembelajaran dalam ranah afektif


Ranah afektif, meliputi tujuan mengenai sikap, apresiasi, nilai, dan emosi. Tujuan
pembelajaran dalam ranah afektif didasarkan pada Taksonomi Krathwohl, Bloom, dan
Masia. Mereka menyatakan tujuan pembelajaran pada ranah ini dalam 5 (lima) level,
yaitu :

Ranah Afektif
Tingkatan Deskripsi Tujuan pembelajaran
Penerimaan Memberi perhatian - siswa mendengarkan
(Receiving) dalam aktivitas informasi yang disampaikan
pembelajaran. oleh guru
Respon Memberikan reaksi pada - siswa menanggapi atau
(Responding) aktivitas pembelajaran. menjawab pernyataan atau
pertanyaan tertentu yang
diajukan oleh guru atau
temannya
Penilaian Menerima atau menolak - Siswa berperan aktif dalam
(Valuing) suatu pembelajaran pembelajaran dengan
melalui ekspresi tingkah bertanya dan mengemukakan
laku yang positif atau pendapat
negatif. - Siswa berperan aktif dalam
pembelajaran dengan selalu
mengerjakan tugas-tugas
terkait yang diberikan guru.
Pembentukan Ketika menghadapi - Siswa dapat bekerjasama
(Organizing) situasi yang komplek dengan teman
dalam proses sekelompoknya untuk
pembelajaran, maka menyelesaikan tugas yang
dengan rela menerima diberikan serta mendengarkan
kesepakatan bersama. pendapat siswa lain saat
berdiskusi.

Menandai Siswa secara konsisten - siswa mempercayai solusi


dengan nilai bertindak dalam mengatasi masalah
yang kompleks persetujuan dengan nilai menemukan persamaan garis
(Characterizin yang telah diterima dan singgung lingkaran sebagai
g by a value memasukkan tingkah hasil dari diskusi dengan
complex) laku ini sebagai bagian teman sekelompoknya
dari kepribadiannya.

Berdasarkan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada ranah afektif diatas
maka dapat dijabarkan indikatornya sebagai berikut :
1. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. (bertanggung jawab).
2. Memperhatikan materi pelajaran atau menyimak informasi yang disampaikan
3. Menanggapi pernyataan atau menjawab pertanyaan tertentu yang diajukan oleh guru
atau temannya.
4. Bertanya kepada guru atau teman kelompoknya tentang materi yang belum dipahami.
5. Melakukan diskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. (Bekerjasama)

c. penentuan Pesan Pengajaran


Untuk memperkenalkan isi materi kepada siswa, perancang memilih menggunakan
strategi pra-pembelajaran tujuan (objective) karena dalam memperkenalkan isi materi,
sebelumnya guru perlu memberikan gambaran yang jelas mengenai materi yang akan siswa
pelajari dengan menyampaikan tujuan pembelajaran di awal materi. Hal ini karena strategi
prainstruksional tersebut cenderung lebih sesuai untuk karakteristik siswa yang telah
diidentifikasi yakni kemampuan akidah akhlak siswa dominanya sedang . Strategi ini dapat
menjembatani dan menghubungkan informasi lama yang telah dimiliki siswa dengan
informasi faktual baru yang akan disajikan.

d. Penentuan Metode Penyampaian Pengajaran


Berdasarkan tujuan dan strategi pengajaran serta hasil analisis karakteristik siswa, maka
metode pengajaran materi pengertian pernikahan dan perceraian dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
1. Metode Pengajaran Fakta
Pembelajaran fakta hanya memerlukan pengetahuan dan pengingatan. Berdasarkan
strategi pengajaran di atas, yaitu pengajaran langsung dan karakteristik siswa yang
cenderung pada gaya belajar visual dan senang pada kondisi belajar yang tenang, maka
penyampaian fakta dilakukan dengan menggunakan metode ceramah.
2. Metode Pengajaran Konsep
Dalam proses pembelajaran, fikih yang termasuk dalam konsep biasanya
disampaikan secara langsung. Dengan memperhatikan karakteristik siswa dan berdasarkan
strategi pengajaran di atas, yaitu dengan menjelaskan pengertian pernikahan dan perceraian.
3. Metode Pengajaran Prinsip dan Aturan
Dalam proses pembelajaran, pengetahuan fikih yang termasuk dalam prinsip dapat
disajikan dengan menggunakan diskusi dalam kelompok kecil dengan mengikuti aturan yang
ada di LKS.
4. Metode Pengajaran Prosedur
Dalam pembelajaran fikih, sering dijumpai cara pengerjaan penyelesaian soal. Dalam
proses pembelajaran, pengetahuan fikih yang termasuk dalam prinsip dapat disajikan dengan
menggukan diskusi dalam kelompok kecil.
5. Metode Pengajaran Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal maksudnya adalah keterampilan verbal (misalnya,
mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain) dan nonverbal (misalnya, body
language). Dalam proses pembelajaran fikih, strategi yang digunakan adalah demonstrasi,
sedangkan metode yang digunakan adalah metode diskusi dalam kelompok kecil.
6. Metode Pengajaran Sikap
Sikap yang dimaksud adalah kecenderungan siswa melakukan aktivitas belajar
tertentu ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam pembelajaran fikih, guru dapat
mengajarkan sikap kepada siswa dengan strategi demonstrasi dan menggunakan metode
diskusi.
Dalam menyampaikan pembelajaran perancang memilih metode presentasi
kelompok dan format kelompok kecil yaitu pembelajaran kooperatif. Pemilihan ini
berdasarkan karakterisitik siswa pada saat wawancara bahwa siswa suka bekerjasama, saling
membantu, dan suka berkrlompok dengan temanya. Selanjutnya berdasarkan hasil tes angket
gaya belajar siswa yang lebih cenderung mempunyai gaya belajar visual maka metode
format kecil yaitu pembelajaraan kooperatif dirasakan tepat digunakan dalam
menyampaikan pembelajaran karena hasil diskusi dapat ditampilkan dalam bentuk
visualisasi yang menarik.

Anda mungkin juga menyukai