Disusun Oleh :
AN NISAA RAKHMI
NIM. 857944936
An Nisaa Rakhmi
NIM. 857944936
KATA PENGANTAR
Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi pada materi siklus
air untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD
Muhammadiyah Jogokariyan?
b. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi pada materi siklus
air untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Muhammadiyah Jogokariyan?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan
(Elnaledy, 2017: 147). Daryanto (2013) dalam Rara dkk (2015: 7),
demonstrasi merupakan suatu cara penyajian informasi dalam kegiatan
belajar mengajar dengan mempertunjukkan tentang cara melakukan
sesuatu disertai penjelasan secara visual dari proses dengan jelas.
Djamarah (2002) dalam Nawir dkk (2015: 2) menyatakan bahwa
metode demonstrasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses,
sesuatu atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Metode demonstrasi memiliki keunggulan dan kelemahan.
Menurut Elnaledy (2017:147) keunggulan dan kelemahan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut;
Keunggulan metode demonstrasi :
1. Peserta didik memahami obyek yang sebenarnya.
2. Peserta didik dibiasakan bekerja secara sistematis.
3. Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-
kata atau kalimat).
4. Peserta didik lebih mudah memahami apa yang telah
dipelajari.
5. Proses pengajaran lebih menarik.
6. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba
melakukannya sendiri.
7. Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk
perasaan dan kemauan anak.
Kelemahan metode demonstrasi :
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa ditunjang dengan hal itu pelaksanaan
demonstrasi tidak efektif.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
matang di samping memerlukan waktu yang cukup
panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau
jam pelajaran lain.
4. Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum matang
untuk melakukan demonstrasi.
Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi menurut
Agus Suprijono (2009) dalam Andriyanto (2013: 3) adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa setelah proses
demonstrasi berakhir.
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
demonstrasi.
3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan kepada siswa tentang topik yang akan
didemonstrasikan.
5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan
siswa.
6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan.
7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan.
Selain pendapat diatas, menurut Fince dkk (2013: 222)
langkah-langkah metode demonstrasi terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan
atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah
metode demonstrasi berakhir.
b. Menetapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilaksanakan.
c. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d. Guru merencakana introspeksi diri terkait teknis
pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan
a. Memeriksa perencanaan sudah dipersiapkan dengan
baik.
b. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian
murid.
c. Mengingat pokok-pokok materi yang akan
didemonstrasikan agar mencapai sasaran.
d. Memperhatikan keadaan murid apakah sudah
mengikuti demonstrasi dengan baik.
e. Menghindari ketegangan.
3. Evaluasi
a. Pemberian tugas seperti laporan, dan menjawab
pertanyaan.
b. Mengadakan latihan/demonstrasi lebih lanjut jika
diperlukan.
Menurut Fathurrochman (2007) dalam Sutriana dkk (2019: 61)
tujuan penerapan metode demonstrasi adalah untuk memperjelas
pengertian dan konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu
atau proses terjadinya sesuatu seperti :
1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan-keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan
penglihatan para siswa secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan kepada siswa.
B. Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat, sibuk,
mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang artinya kegiatan atau
kesibukan. Keaktifan belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Keaktifan belajar (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa
agar dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran aktif juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran (Suarni, 2017: 130-131).
Terdapat enam hal yang mempengaruhi keaktifan siswa
dikelas yaitu: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas. Peran
guru dibutuhkan dalam proses aktifitas di sebuah kelas, karena guru
merupakan penanggung jawab semua bentuk kegiatan pembelajaran
dikelas, aktifitas dikelas bisa diskenario guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Keaktifan siswa membuat
pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
sudah disusun oleh guru, bentuk aktifitas siswa dapat berbentuk
aktifitas pada dirinya sendiri atau aktifitas dalam suatu kelompok
(Wibowo, 2016: 128-129). Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh
pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar
siswa dalam mata pelajaran dengan meningkatkan minat siswa,
membangkitkan motivasi siswa, serta menggunakan media dalam
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara
aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Ciri pengajaran yang berhasil
salah satu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan belajar siswa. Makin
tinggi kegiatan belajar siswa, makin tinggi peluang berhasilnya
pengajaran (Wibowo, 2016: 129).
Berbagai metode telah di lakukan oleh guru tetapi masih ada
siswa yang tertinggal dalam pembelajaran karena kurangnya
pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru
harus merancang pembelajaran yang lebih baik agar pembelajaran di
kelas dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang di harapkan.
Guru harus bisa merancang pembelajaran yang menarik, sehingga
materi yang akan di sampaikan dapat diterima oleh siswa. Banyak
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sulitnya pemahaman yang di
alami oleh siswa salah satunya adalah kurangnya konsentrasi pada saat
pembelajaran berlangsung dan kurangnya motivasi siswa untuk giat
belajar. Rendahnya pemahaman yang diterima oleh siswa dapat
mengakibatkan kurangnya penguasaan konsep untuk jenjang
berikutnya (Yonanda, 2017: 54).
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan
yang menjadi hasil belajar. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar (Elnaledy, 2017: 148).
Belajar adalah kegiatan atau aktivitas seorang siswa melalui
bimbingan guru, orang tua ataupun mandiri untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Guru memiliki peranan
penting dalam membantu siswa untuk belajar lebih terarah dengan
hasil yang lebih baik lagi (Rifai, 2017: 175). Berkaitan dengan hasil
belajar, ada tiga tipe hasil belajar. Pertama, tipe hasil belajar kognitif
yakni pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya
faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat
kembali. Keberhasilan siswa yag berdimensi kognitif dapat diukur
dengan berbagai cara baik menggunakan tes tertulis maupun tes lisan
dan perbuatan (Rifai, 2017: 176).
Tipe hasil belajar yang kedua adalah afektif, yakni berkaitan
dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, dan lain
sebagainya. Tipe hasil belajar afektif dalam pencapaiannya diukur
melalui evaluasi prestasi afektif. Tipe hasil belajar ketiga adalah
psikomotorik yang tampak dalam bentuk keterampilan. Hasil belajar
psikomotorik dalam pencapaiannya dapat diamati melalui observasi
(Rifai, 2017: 176).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
lagi (Fince dkk, 2013: 223).
D. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut
ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke lait
yang tidak pernah habis, air akan tertahan sementara di sungai,
danau/waduk, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia
dan makhluk lainnya (Kusumadewi dkk, 2012: 264). Siklus hidrologi
erat kaitannya dengan siklus air meteorik. Siklus ini dapat berlangsung
akibat panas dari radiasi sinar matahari. Proses dalam siklus hidrologi
dimulai dari proses evaporasi, evapotranspirasi, dan presipitasi (hujan).
Proses evaporasi adalah proses penguapan air ke tubuh air yang ada di
bumi baik dari laut, sungai, atau danau. Sedangkan evapotranspirasi
adalah gabungan dari proses penguapan air yang tergantung di tanah
dari zona perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses
evaporasi (Pratiwi, 2007: 248-249).
Siklus hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi terus bergerak
secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda, yaitu: Siklus hidrologi,
digambarkan dalam dua daur, yang pertama adalah daur pendek, yaitu
hujan yang jatuh dari langit langsung ke permukaan laut, danau, sungai
yang kemudian langsung mengalir kembali ke laut. Siklus yang kedua
adalah siklus panjang, ditandai dengan tidak adanya keseragaman
waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Siklus kedua ini memiliki rute
perjalanan yang lebih panjang daripada siklus yang pertama (Salsabila
dan Nugraheni, 2020: 6-7).
Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi ini diawali dari
air permukaan laut yang menguap yang disebut proses evaporasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan,
salju, hujan batu, hujan es, hujan gerimis, atau kabut. Sebagian atau
seluruh hasil presipitasi tersebut dapat menguap sebelum mencapai
permukaan tanah (Pratiwi, 2007: 249). Hasil presipitasi yang mencapai
permukaan tanah mungkin diintersepsi oleh vegetasi atau meresap ke
dalam permukaan tanah atau menguap atau menjadi limpasan
permukaan. Penguapan dapat terjadi dari permukaan tanah, air atau
daun tumbuhan melalui proses transpirasi. Air hujan yang bergerak di
permukaan bumi disebut limpasan permukaan sedangkan yang
bergerak ke dalam permukaan tanah disebut infiltrasi (Wibowo, 2005:
283).
b. Pelaksanaan Siklus 1
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP
siklus I yaitu sesuai dengan langkah – langkah
pembelajaran melalui metode demontrasi dengan membuat
miniatur siklus air sebagai berikut;
1) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
dalam demonstrasi.
2) Membuka pembelajaran, berdoa, mengecek
kehadiran siswa dan melakukan apersepsi.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
4) Menyampaikan secara singkat materi siklus air
sebelum masuk ke tahap demonstrasi sebagai bekal
awal siswa memahami materi.
5) Menyampaikan langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilakukan guru dan yang juga akan dilakukan
oleh siswa secara berkelompok.
6) Memberikan demonstrasi kepada siswa cara
membuat miniatur siklus air dengan jelas dan runtut
agar siswa dapat memahami materi.
7) Memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan
demonstrasi di kelompok masing-masing seperti
yang sudah dicontohkan oleh guru.
8) Meminta salah satu kelompok untuk maju ke depan
dan menjelaskan miniatur siklus air yang sudah
dibuat oleh kelompoknya.
9) Melakukan tanya jawab dan diskusi terbuka untuk
menguatkan pemahaman materi.
10) Mengambil kesimpulan materi pembelajaran.
11) Memberikan soal latihan untuk dikerjakan.
12) Menutup pembelajaran dan berdoa.
Pada tahap pelaksanaan ini, guru IPA ibu Pungki
Akmalitasari akan berperan sebagai pengamat guru dalam
memberikan pembelajaran sekaligus pengamat siswa dalam
keaktifan pembelajaran dengan mengisi lembar observasu
yang sudah dipersiapkan.
c. Pengamatan Siklus 1
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan atau selama proses pembelajaran
dengan metode demonstrasi. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan data berupa data kualitatif dari hasil
pengamatan terhadap keaktifan siswa, serta data kuantitaif
dari hasil belajar siswa setelah mengerjakan beberapa soal
terkait materi siklus air. Hasil belajar dihitung dengan
melakukan penilaian hasil belajar terutama ranah kognitif
siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode
demonstrasi.
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan lembar soal
tentang materi siklus air sesuai dengan pembelajaran yang
telah dilakukan. Lembar observasi dan latihan soal secara
lengkap dan rinci ada di lampiran penelitian ini.
d. Refleksi Siklus 1
Kegiatan refleksi pada penelitian ini diantaranya yaitu;
1) Mengkaji proses pelaksanaan tindakan pada siklus 1
melalui lembar hasil observasi dan catatan
lapangan.
2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran pada
siklus pertama.
3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada
siklus pertama dari segi keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa.
4) Merencanakan pembelajaran untuk siklus kedua
dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
muncul pada siklus pertama.
Indikator keberhasilan dari siklus 1 ini apabila keaktifan
siswa dalam pembelajaran termasuk ke dalam kriteria
tinggi dengan capaian antara 75%-100%, serta hasil belajar
siswa pada ketuntasan klasikal sama dengan atau lebih dari
80%. Apabila belum sampai pada indikator keberhasilan
maka perlu dilakukan siklus berikutnya.
2. Siklus 2
Langkah – langkah yang dilakukan pada siklus II relatif
sama dengan silkus sebelumnya, dan dengan mengadakan
perbaikan sesuai hasil refleksi pada siklus sebelumnya .
Indikator keberhasilan dari siklus 2 ini apabila keaktifan
siswa dalam pembelajaran termasuk ke dalam kriteria
tinggi dengan capaian antara 75%-100%, serta hasil belajar
siswa pada ketuntasan klasikal sama dengan atau lebih dari
80%. Apabila sudah sampai pada indikator keberhasilan
maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
a. Perencanaan Siklus 2
b. Pelaksanaan Siklus 2
c. Pengamatan Siklus 2
d. Refleksi Siklus 2
Capaian Kriteria
75% - 100% Tinggi
51% - 74% Sedang
25% - 50% Rendah
0% - 24% Sangat rendah
2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dianalisis dengan
cara menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal
dengan rumus menurut Djamarah (2008) dalam Suseno dkk (2017:
1300) sebagai berikut;