Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIK

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA MATERI SIKLUS AIR


UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS V SD MUHAMMADIYAH JOGOKARIYAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah PDGK-4501 Pemantapan Kemampuan Profesional

Disusun Oleh :

AN NISAA RAKHMI
NIM. 857944936

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ – UT YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN
PEMBELAJARAN IPA

Nama Mahasiswa : An Nisaa Rakhmi


NIM : 857944936
Program Studi : SI PGSD-BI
Tempat Mengajar : SD Muhammadiyah Jogokariyan
Jumlah Siklus Pembelajaran : Siklus I,
Siklus II,
Masalah yang Merupakan Fokus Perbaikan:
Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi pada materi siklus air untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Muhammadiyah
Jogokariyan?

Mengetahui, Yogyakarta, Oktober 2021


Dosen Pembimbing Mahasiswa

Dr. Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd An Nisaa Rakhmi


NIP. NIM. 857944936
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Praktik


Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk
memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi SI PGSD Universitas Terbuka
(UT) seluruhnya merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan PKP yang saya
kutip dari hasil orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan PKP
ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik
yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Oktober 2021


Yang membuat pernyataan

An Nisaa Rakhmi
NIM. 857944936
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Laporan Praktik PKP
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan PKP ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru
Sekolah Dasar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka
UPBJJ Yogyakarta.
Penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini tidak lepas dari bantuan,
perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nuryadin Eko Raharjo, M.Pd selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Pungki Akmalitasari, S.Pd selaku Guru Kelas IVA yang telah menjadi
supervisor dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik.
3. Siswa - siswi kelas V SD Muhammadiyah Jogokariyan tahun pelajaran
2021/2022 yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Semoga segala kebaikan yang diberikan semua pihak mendapat
balasan pahala dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati
peneliti berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan
penelitian ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pihak-pihak yang
bersangkutan.

Yogyakarta, Oktober 2021

Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran di sekolah terutama di SD Muhammadiyah
Jogokariyan masih banyak menerapkan metode ceramah atau
pembelajaran satu arah. Metode ceramah masih sering digunakan oleh
guru karena dinilai paling cepat dan mudah untuk menyampaikan materi
kepada siswa. Dari 19 guru yang mengajar di SD Muhammadiyah
Jogokariyan, sekitar 80% lebih sering menggunakan metode ceramah pada
setiap pembelajarannya.
Materi siklus air pada mata pelajaran IPA di kelas V merupakan
materi yang cukup sulit dipahami oleh siswa jika hanya disampaikan
secara metode ceramah. Siklus air merupakan materi yang abstrak yang
menuntut siswa untuk membayangkan siklus yang terjadi pada air. Siklus
air tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa, maka guru perlu
menerapkan metode atau media yang mendukung agar siswa dapat
memahami materi tersebut dengan lebih mudah.
Pembelajaran di sekolah, terutama di sekolah dasar dituntut lebih
banyak menggunakan metode dan media yang mampu menarik perhatian
siswa. Pada teori perkembangan siswa, usia anak sekolah dasar termasuk
dalam tahap operasional konkret dimana anak sudah memiliki kemampuan
berpikir logis dan dapat berpikir secara sistematis untuk memecahkan
masala. Guru perlu memberikan stimulasi kepada anak agar kemampuan
berpikir sistematis dan pemecahan masalah berkembang optimal dengan
menerapkan pembelajaran yang kontekstual.
Proses pembelajaran di sekolah, salah satunya pada mata pelajaran
IPA menuntut siswa untuk dapat memahami konsep-konsep abstrak yang
tidak pernah dibayangkan oleh siswa. Pembelajaran di dalam kelas harus
dikemas sedemikian rupa supaya siswa tidak menerima konsep yang salah.
Penerapan pembelajaran IPA di sekolah saat ini masih sering
menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa pasif dan
memiliki motivasi belajar yang rendah. Keaktifan dan pemahaman siswa
dalam pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan karena akan
mempengaruhi tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan untuk segera menyelesaikan permasalahan
tersebut. Pembelajaran IPA di SD Muhammadiyah Jogokariyan pada mata
pelajaran IPA materi siklus air, sekitar 85% siswa tidak langsung dapat
memahami dan perlu untuk diulang-ulang karena materinya yang abstrak.
Metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran serta mampu meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemui,
identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
membosankan.
b. Kurangnya pemanfaatan media yang optimal dalam
pembelajaran.
c. Materi pembelajaran abstrak.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan,
analisis masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut;
a. Guru hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah.
b. Guru tidak memanfaatan penggunaan media sesuai dengan
tuntutan materi pelajaran.
c. Guru kurang memanfaatkan media untuk menjelaskan
materi yang abstrak.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Alternatif dan priotitas pemecahan masalah pada penelitian
ini berfokus pada penggunaan metode pembelajaran ceramah pada
materi yang abstrak perlu diubah dengan metode pembelajaran
demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
yang disajikan (Elnaledy, 2017: 147). Daryanto (2013) dalam Rara
dkk (2015: 7), demonstrasi merupakan suatu cara penyajian
informasi dalam kegiatan belajar mengajar dengan
mempertunjukkan tentang cara melakukan sesuatu disertai
penjelasan secara visual dari proses dengan jelas. Djamarah (2002)
dalam Nawir dkk (2015: 2) menyatakan bahwa metode
demonstrasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu
proses, sesuatu atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik
sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan
lisan.
Berbagai metode telah di lakukan oleh guru tetapi masih
ada siswa yang tertinggal dalam pembelajaran karena kurangnya
pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru
harus merancang pembelajaran yang lebih baik agar pembelajaran
di kelas dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang di
harapkan. Guru harus bisa merancang pembelajaran yang menarik,
sehingga materi yang akan di sampaikan dapat diterima oleh siswa.
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sulitnya
pemahaman yang di alami oleh siswa salah satunya adalah
kurangnya konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung dan
kurangnya motivasi siswa untuk giat belajar. Rendahnya
pemahaman yang diterima oleh siswa dapat mengakibatkan
kurangnya penguasaan konsep untuk jenjang berikutnya (Yonanda,
2017: 54)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi pada materi siklus
air untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD
Muhammadiyah Jogokariyan?
b. Bagaimanakah penerapan metode demonstrasi pada materi siklus
air untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Muhammadiyah Jogokariyan?

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan penerapan metode demonstrasi pada materi siklus air
untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD
Muhammadiyah Jogokariyan.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi siswa :
a. Memberikan pengalaman baru terkait metode demonstrasi
pada materi siklus air.
b. Memberikan alternatif pembelajaran yang aktif sehingga
diperoleh pemahaman dan hasil belajar yang baik.
2. Bagi guru :
a. Sebagai bahan literasi penerapan metode demontrasi dalam
pembelajaran.
b. Sebagai bahan literasi perbaikan pembelajaran untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran.
3. Bagi sekolah :
a. Menghasilkan guru berkompetensi yang mampu melakukan
penelitian.
b. Menghasilkan siswa dengan hasil belajar yang baik.
c. Menerbitkan hasil penelitian guru agar dapat dijadikan
bahan acuan untuk dicontoh sekolah lain.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang disajikan
(Elnaledy, 2017: 147). Daryanto (2013) dalam Rara dkk (2015: 7),
demonstrasi merupakan suatu cara penyajian informasi dalam kegiatan
belajar mengajar dengan mempertunjukkan tentang cara melakukan
sesuatu disertai penjelasan secara visual dari proses dengan jelas.
Djamarah (2002) dalam Nawir dkk (2015: 2) menyatakan bahwa
metode demonstrasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan
meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses,
sesuatu atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
Metode demonstrasi memiliki keunggulan dan kelemahan.
Menurut Elnaledy (2017:147) keunggulan dan kelemahan metode
demonstrasi adalah sebagai berikut;
Keunggulan metode demonstrasi :
1. Peserta didik memahami obyek yang sebenarnya.
2. Peserta didik dibiasakan bekerja secara sistematis.
3. Dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-
kata atau kalimat).
4. Peserta didik lebih mudah memahami apa yang telah
dipelajari.
5. Proses pengajaran lebih menarik.
6. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba
melakukannya sendiri.
7. Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk
perasaan dan kemauan anak.
Kelemahan metode demonstrasi :
1. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus,
karena tanpa ditunjang dengan hal itu pelaksanaan
demonstrasi tidak efektif.
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia dengan baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang
matang di samping memerlukan waktu yang cukup
panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau
jam pelajaran lain.
4. Metode ini sukar dilaksanakan apabila anak belum matang
untuk melakukan demonstrasi.
Langkah-langkah penerapan metode demonstrasi menurut
Agus Suprijono (2009) dalam Andriyanto (2013: 3) adalah sebagai
berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai siswa setelah proses
demonstrasi berakhir.
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam
demonstrasi.
3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi
yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan kepada siswa tentang topik yang akan
didemonstrasikan.
5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan
siswa.
6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan.
7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan.
Selain pendapat diatas, menurut Fince dkk (2013: 222)
langkah-langkah metode demonstrasi terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan
atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah
metode demonstrasi berakhir.
b. Menetapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilaksanakan.
c. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d. Guru merencakana introspeksi diri terkait teknis
pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan
a. Memeriksa perencanaan sudah dipersiapkan dengan
baik.
b. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian
murid.
c. Mengingat pokok-pokok materi yang akan
didemonstrasikan agar mencapai sasaran.
d. Memperhatikan keadaan murid apakah sudah
mengikuti demonstrasi dengan baik.
e. Menghindari ketegangan.
3. Evaluasi
a. Pemberian tugas seperti laporan, dan menjawab
pertanyaan.
b. Mengadakan latihan/demonstrasi lebih lanjut jika
diperlukan.
Menurut Fathurrochman (2007) dalam Sutriana dkk (2019: 61)
tujuan penerapan metode demonstrasi adalah untuk memperjelas
pengertian dan konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu
atau proses terjadinya sesuatu seperti :
1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan-keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan
penglihatan para siswa secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan kepada siswa.

B. Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat, sibuk,
mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang artinya kegiatan atau
kesibukan. Keaktifan belajar adalah aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah.
Keaktifan belajar (active learning) dimaksudkan untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa
agar dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran aktif juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada
proses pembelajaran (Suarni, 2017: 130-131).
Terdapat enam hal yang mempengaruhi keaktifan siswa
dikelas yaitu: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas. Peran
guru dibutuhkan dalam proses aktifitas di sebuah kelas, karena guru
merupakan penanggung jawab semua bentuk kegiatan pembelajaran
dikelas, aktifitas dikelas bisa diskenario guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Keaktifan siswa membuat
pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
sudah disusun oleh guru, bentuk aktifitas siswa dapat berbentuk
aktifitas pada dirinya sendiri atau aktifitas dalam suatu kelompok
(Wibowo, 2016: 128-129). Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh
pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar
siswa dalam mata pelajaran dengan meningkatkan minat siswa,
membangkitkan motivasi siswa, serta menggunakan media dalam
pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara
aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Ciri pengajaran yang berhasil
salah satu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan belajar siswa. Makin
tinggi kegiatan belajar siswa, makin tinggi peluang berhasilnya
pengajaran (Wibowo, 2016: 129).
Berbagai metode telah di lakukan oleh guru tetapi masih ada
siswa yang tertinggal dalam pembelajaran karena kurangnya
pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu guru
harus merancang pembelajaran yang lebih baik agar pembelajaran di
kelas dapat tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang di harapkan.
Guru harus bisa merancang pembelajaran yang menarik, sehingga
materi yang akan di sampaikan dapat diterima oleh siswa. Banyak
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sulitnya pemahaman yang di
alami oleh siswa salah satunya adalah kurangnya konsentrasi pada saat
pembelajaran berlangsung dan kurangnya motivasi siswa untuk giat
belajar. Rendahnya pemahaman yang diterima oleh siswa dapat
mengakibatkan kurangnya penguasaan konsep untuk jenjang
berikutnya (Yonanda, 2017: 54).

C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Belajar
dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan
yang menjadi hasil belajar. Dalam Sistem Pendidikan Nasional, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar (Elnaledy, 2017: 148).
Belajar adalah kegiatan atau aktivitas seorang siswa melalui
bimbingan guru, orang tua ataupun mandiri untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Guru memiliki peranan
penting dalam membantu siswa untuk belajar lebih terarah dengan
hasil yang lebih baik lagi (Rifai, 2017: 175). Berkaitan dengan hasil
belajar, ada tiga tipe hasil belajar. Pertama, tipe hasil belajar kognitif
yakni pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya
faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu diingat
kembali. Keberhasilan siswa yag berdimensi kognitif dapat diukur
dengan berbagai cara baik menggunakan tes tertulis maupun tes lisan
dan perbuatan (Rifai, 2017: 176).
Tipe hasil belajar yang kedua adalah afektif, yakni berkaitan
dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran,
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, dan lain
sebagainya. Tipe hasil belajar afektif dalam pencapaiannya diukur
melalui evaluasi prestasi afektif. Tipe hasil belajar ketiga adalah
psikomotorik yang tampak dalam bentuk keterampilan. Hasil belajar
psikomotorik dalam pencapaiannya dapat diamati melalui observasi
(Rifai, 2017: 176).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan
psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor
dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses
pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik
lagi (Fince dkk, 2013: 223).
D. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut
ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke lait
yang tidak pernah habis, air akan tertahan sementara di sungai,
danau/waduk, dalam tanah sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia
dan makhluk lainnya (Kusumadewi dkk, 2012: 264). Siklus hidrologi
erat kaitannya dengan siklus air meteorik. Siklus ini dapat berlangsung
akibat panas dari radiasi sinar matahari. Proses dalam siklus hidrologi
dimulai dari proses evaporasi, evapotranspirasi, dan presipitasi (hujan).
Proses evaporasi adalah proses penguapan air ke tubuh air yang ada di
bumi baik dari laut, sungai, atau danau. Sedangkan evapotranspirasi
adalah gabungan dari proses penguapan air yang tergantung di tanah
dari zona perakaran dan aktivitas vegetasi (transpirasi) dengan proses
evaporasi (Pratiwi, 2007: 248-249).
Siklus hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi,
presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi terus bergerak
secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda, yaitu: Siklus hidrologi,
digambarkan dalam dua daur, yang pertama adalah daur pendek, yaitu
hujan yang jatuh dari langit langsung ke permukaan laut, danau, sungai
yang kemudian langsung mengalir kembali ke laut. Siklus yang kedua
adalah siklus panjang, ditandai dengan tidak adanya keseragaman
waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Siklus kedua ini memiliki rute
perjalanan yang lebih panjang daripada siklus yang pertama (Salsabila
dan Nugraheni, 2020: 6-7).
Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi ini diawali dari
air permukaan laut yang menguap yang disebut proses evaporasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan,
salju, hujan batu, hujan es, hujan gerimis, atau kabut. Sebagian atau
seluruh hasil presipitasi tersebut dapat menguap sebelum mencapai
permukaan tanah (Pratiwi, 2007: 249). Hasil presipitasi yang mencapai
permukaan tanah mungkin diintersepsi oleh vegetasi atau meresap ke
dalam permukaan tanah atau menguap atau menjadi limpasan
permukaan. Penguapan dapat terjadi dari permukaan tanah, air atau
daun tumbuhan melalui proses transpirasi. Air hujan yang bergerak di
permukaan bumi disebut limpasan permukaan sedangkan yang
bergerak ke dalam permukaan tanah disebut infiltrasi (Wibowo, 2005:
283).

Gambar 1. Siklus Hidrologi


(Salsabila dan Nugraheni, 2020: 7)
BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek, Tempat, dan Waktu Penelitian, serta Pihak yang Membantu


Penelitian
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran di bawah meliputi
subyek penelitian, tempat penelitian, waktu penelitian dan pihak yang
membantu penelitian yang dirancang sebagai berikut;
1. Subyek Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Muhammadiyah
Jogokariyan dengan subyek penelitian siswa kelas V semester I
tahun ajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa 20 siswa terdiri dari
11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
2. Tempat penelitian.
Pelaksanaan penelitian ini bertempat di SD Muhammadiyah
Jogokariyan dengan alamat Jalan Jogokariyan nomor 77a
Mantrijeron, Yogyakarta.
3. Waktu penelitian.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan bulan Oktober dan
November tahun ajaran 2021/2022 dengan jadwal perbaikan siklus
1 pada hari Rabu, 27 Oktober 2021 dan perbaikan siklus 2 pada
hari Rabu, 03 November 2021.
4. Pihak yang Membantu Penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dibantu oleh salah
satu guru SD Muhammadiyah Jogokariyan yaitu Pungki
Akmalitasari, S.Pd, selaku guru kelas IVA dan guru bidang studi
IPA.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang dilakukan didalam kelas dengan tujuan
menyempurnakan dan meningkatkan proses pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas dapat dimaknai sebagai sebagai suatu kegiatan penelitian
dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan yang
secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas yang bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas
tersebut (Suseno dkk, 2017: 1299).
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah
secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan meningkatkan tujuan
Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan
praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Prosedur
PTK dilaksanakan dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu plan
(perencanaan), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi) (Sukardiyono, 2015: 27). Penelitian tindakan kelas ini
akan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November tahun ajaran
2021/2022 dengan 2 siklus perbaikan yaitu siklus 1 dan siklus 2.
1. Siklus 1
a. Perencanaan Siklus 1
Tahap perencanaan merupakan suatu tahap persiapan
untuk melakukan suatu tindakan, pada tahap ini langkah-
langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menelaah metode demonstrasi yang sesuai
diterapkan dengan materi pembelajaran IPA tentang
Siklus Air.
2) Menelaah materi pembelajaran IPA kelas V SD
terutama mengenai Siklus Air dan yang berkaitan
didalamnya termasuk dampak dan resiko jika salah
satu siklus terpengaruh oleh faktor tertentu.
3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan materi IPA tentang Siklus Air.
4) Menyusun rencana perangkat pembelajaran IPA
dengan metode demonstrasi tentang materi Siklus
Air.
5) Mempersiapkan media pembelajaran yaitu alat-alat
yang diperlukan dalam membuat miniatur siklus air
yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan
belajar mengajar.
6) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan
lembar kerja siswa.
7) Menyiapkan lembar observasi keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran serta instrumen
pengumpulan data untuk memperkuat observasi
meliputi lembar pengamatan, catatan lapangan, dan
dokumentasi berupa alat rekam (foto/video).

b. Pelaksanaan Siklus 1
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP
siklus I yaitu sesuai dengan langkah – langkah
pembelajaran melalui metode demontrasi dengan membuat
miniatur siklus air sebagai berikut;
1) Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
dalam demonstrasi.
2) Membuka pembelajaran, berdoa, mengecek
kehadiran siswa dan melakukan apersepsi.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
4) Menyampaikan secara singkat materi siklus air
sebelum masuk ke tahap demonstrasi sebagai bekal
awal siswa memahami materi.
5) Menyampaikan langkah-langkah demonstrasi yang
akan dilakukan guru dan yang juga akan dilakukan
oleh siswa secara berkelompok.
6) Memberikan demonstrasi kepada siswa cara
membuat miniatur siklus air dengan jelas dan runtut
agar siswa dapat memahami materi.
7) Memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan
demonstrasi di kelompok masing-masing seperti
yang sudah dicontohkan oleh guru.
8) Meminta salah satu kelompok untuk maju ke depan
dan menjelaskan miniatur siklus air yang sudah
dibuat oleh kelompoknya.
9) Melakukan tanya jawab dan diskusi terbuka untuk
menguatkan pemahaman materi.
10) Mengambil kesimpulan materi pembelajaran.
11) Memberikan soal latihan untuk dikerjakan.
12) Menutup pembelajaran dan berdoa.
Pada tahap pelaksanaan ini, guru IPA ibu Pungki
Akmalitasari akan berperan sebagai pengamat guru dalam
memberikan pembelajaran sekaligus pengamat siswa dalam
keaktifan pembelajaran dengan mengisi lembar observasu
yang sudah dipersiapkan.

c. Pengamatan Siklus 1
Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan atau selama proses pembelajaran
dengan metode demonstrasi. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan data berupa data kualitatif dari hasil
pengamatan terhadap keaktifan siswa, serta data kuantitaif
dari hasil belajar siswa setelah mengerjakan beberapa soal
terkait materi siklus air. Hasil belajar dihitung dengan
melakukan penilaian hasil belajar terutama ranah kognitif
siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode
demonstrasi.
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan lembar soal
tentang materi siklus air sesuai dengan pembelajaran yang
telah dilakukan. Lembar observasi dan latihan soal secara
lengkap dan rinci ada di lampiran penelitian ini.

d. Refleksi Siklus 1
Kegiatan refleksi pada penelitian ini diantaranya yaitu;
1) Mengkaji proses pelaksanaan tindakan pada siklus 1
melalui lembar hasil observasi dan catatan
lapangan.
2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran pada
siklus pertama.
3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada
siklus pertama dari segi keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa.
4) Merencanakan pembelajaran untuk siklus kedua
dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
muncul pada siklus pertama.
Indikator keberhasilan dari siklus 1 ini apabila keaktifan
siswa dalam pembelajaran termasuk ke dalam kriteria
tinggi dengan capaian antara 75%-100%, serta hasil belajar
siswa pada ketuntasan klasikal sama dengan atau lebih dari
80%. Apabila belum sampai pada indikator keberhasilan
maka perlu dilakukan siklus berikutnya.
2. Siklus 2
Langkah – langkah yang dilakukan pada siklus II relatif
sama dengan silkus sebelumnya, dan dengan mengadakan
perbaikan sesuai hasil refleksi pada siklus sebelumnya .
Indikator keberhasilan dari siklus 2 ini apabila keaktifan
siswa dalam pembelajaran termasuk ke dalam kriteria
tinggi dengan capaian antara 75%-100%, serta hasil belajar
siswa pada ketuntasan klasikal sama dengan atau lebih dari
80%. Apabila sudah sampai pada indikator keberhasilan
maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

a. Perencanaan Siklus 2
b. Pelaksanaan Siklus 2
c. Pengamatan Siklus 2
d. Refleksi Siklus 2

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif
dan kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui peningkatan keaktifan
dan hasil belajar siswa dengan analisis presentase. Data yang dianalisis
adalah data keaktifan siswa dan data hasil belajar siswa terkait
pembelajaran metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA materi siklus
air.
1. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa selama pembelajaran
diamati/diobservasi dengan menggunakan lembar observasi
keaktifan belajar siswa yang terdiri atas waktu pelaksanaan
observasi, aspek yang dinilai, dan rubrik lembar observasi
keaktifan siswa.. Presentase keaktifan siswa diperoleh dengan
rumus berikut (Wijayanti (2012) dalam Suseno dkk, 2017: 1299) :
Jumlah skor yang diperoleh
Capaian= x 100 %
Skor maksimum

Pedoman keaktifan siswa pada pembelajaran menurut


Arikunto (2007) dalam Suseno dkk (2017: 1299-1300) tertera pada
tabel berikut;
Tabel 1. Pedoman Kriteria untuk Keaktifan Siswa

Capaian Kriteria
75% - 100% Tinggi
51% - 74% Sedang
25% - 50% Rendah
0% - 24% Sangat rendah

Aspek yang dinilai dalam keaktifan siswa terdiri atas


kesiapan mengikuti pelajaran, menyimak penjelasan guru, aktif
bertanya saat kegiatan belajar mengajar, dan merespon tugas.

2. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini dianalisis dengan
cara menghitung ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal
dengan rumus menurut Djamarah (2008) dalam Suseno dkk (2017:
1300) sebagai berikut;

S kor yang diperoleh


Ketuntasanindividual= x 100 %
Skor total

Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan


Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Ketuntasan minimal hasil
belajar adalah sebesar 75. Jika nilai individu kurang dari 75 berarti
siswa belum tuntas dan apabila nilai yang diperoleh sama atau
lebih dari 75 artinya siswa tersebut telah tuntas. Dikatakan tuntas
belajar secara klasikal apabila mencapai ≥ 80% dari keseluruhan
nilai siswa atau nilai rata-rata siswa di kelas. Ketuntasan klasikal
dihitung dengan menggunakan rumus menurut Djamarah (2008)
dalam Suseno dkk (2017: 1300) sebagai berikut;

Σ siswa yang tuntas


Ketuntasan klasikal= x 100 %
Σ siswa

Deskripsi ketuntasan klasikal dilakukan dengan


membandingkan hasil yang diperoleh. Apabila jumlah siswa tuntas
sama dengan atau lebih dari 80% berarti secara klasikal
pembelajaran dikatakan tuntas dan sebaliknya jika jumlah siswa
yang tuntas belum mencapai 80% berarti pembelajaran secara
klasikal belum tuntas.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, Sugeng. Penerapan Demonstrasi dengan Pengontrolan


Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Plat dan Las Busur Manual di SMK Negeri 1 Seyegan. Jurnal
Skripsi. 2013; 1-6.

Elnaledy. Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Media Audiovisual


untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas 1
SDN 5 Bengkalis Kabupaten Bengkalis Tahun 2016.
AKADEMIKA. 2017; 13(2): 145-152.

Fince., Ramadhan, Achmad., Gagaramusu, Yusdin. Penerapan Metode


Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Penyebab Benda Bergerak di Kelas 1 SDN Dampala
Kec. Bahodopi Kab. Morowali. Kreatif Tadulako. 2013; 3(1):
218-231.

Kusumadewi, Diah Ayu., Djakfar, Ludfi., Bisri, Moh. Arahan Spasial


Teknologi Drainase untuk Mereduksi Genangan di Sub Daerah
Aliran Sungai Watu Bagian Hilir. JURNAL TEKNIK
PENGAIRAN. 2012; 3(2): 258-276.

Nawir., Arafah, Kaharudding., Pristiwaluyo, Triyanto. Penerapan Metode


Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Melukis
Peserta Didik Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Donri Kabupaten
Soppeng. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 2015;
1(1): 1-8.

Pratiwi, Oktafiani Catur. Banjir Jakarta 2007: Kegagalan Kolektif


Pengelolaan Bumi. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2007;
11(2): 247-265.

Rara, Galuh Puspa., Sudana, I Made., Supraptono, Eko. Penggunaan


Model Demonstrasi dalam Materi Ajar Instalasi Sistem Operasi.
DINAMIKA. 2015; 5(3): 6-13.

Rifai. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Pendidikan Agama Kristen Materi Pembelajaran Sakramen
Perjamuan Kudus VIII SMP Negeri 17 Surakarta Tahun
2015/2016. DUNAMIS Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani.
2017; 1(2): 172-192.

Salsabila, Annisa dan Nugraheni, Irma Lusi. 2020. Pengantar Hidrologi.


Lampung: Anugrah Utama Raharja.

Suarni. Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar


Organisasi Pelajaran PKN melalui Pendekatan Pembelajaran
PAKEM untuk Kelas IV SD Negeri 064988 Medan Johor T.A.
2014/2015. PASCAL. 2017; 1(2): 129-140.

Sukardiyono, Totok. 2015. Pengertian, Tujuan, Manfaat, Karakteristik,


Prinsip, dan Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suseno, Wawan., Yuwono, Ipung., Muhsetyo, Gatot. Peningkatan


Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII pada Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Pembelajaran
Kooperatif TGT. Jurnal Pendidikan. 2017; 2(10): 1298-1307.

Sutriana., Sapri, Johanes., Kurniah, Nina. Penerapan Metode Demonstrasi


dalam Permainan Tradisional untuk Meningkatkan
Keterampilan Sosial dan Motorik Kasar. DIADIK Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan. 2019; 8(1): 58-68.

Yonanda, Devi Afriyuni. Peningkatan Pemahaman Siswa Mata Pelajaran


Pkn Tentang Sistem Pemerintahan Melalui Metode M2m (Mind
Mapping) Kelas IV MI Mambaul Ulum Tegalgondo
Karangploso Malang. Jurnal Cakrawangsa Pendas. 2017; 3(1):
53-63.

Wibowo, Mardi. Analisis Pengaruh Perubahan Pengguanaan Lahan


terhadap Debit Sungai. Jurnal Teknologi Lingkungan. 2005;
6(1): 283-290.

Wibowo, Nugroho. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui


Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar di Smk Negeri 1
Saptosari. ELINVO. 2016; 1(2): 128-139.

Anda mungkin juga menyukai